Anda di halaman 1dari 19

ARTIKEL LUHAK ROKAN IV KOTO

Dosen Pengampu:

ROMIKA RAHAYU, M.Pd

Disusun oleh:

Cica Herliza (1938001)

Nur Azizah (1938004)

Fradila (1938006)

Cania Gifri (1938023)

Ranti Devli (1938031)

Santi Anggreani (1938022)

Sindi Sandora (1938021)

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

2019
PENDAHULUAN

Rokan IV Koto adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Indonesia.
dengan Ibu kota kecamatan berada di Rokan. Mata pencaharian sebagian masyarakat adalah
bertani, dan berkebun (sawah, sawit dan karet). Rokan IV Koto memiliki beberapa situs cagar
budaya yang menjadi koleksi bukti keberadaan sejarah dimasa lampau, terdapatnya sebuah istana
kerajaan yang terletak di Rokan. Istana ini sejak dibangun masih memiliki bagian asli seperti
dinding, ukiran-ukiran dan lainnya.
Istana kerajaan Rokan IV Koto ini merupakan peninggalan dari sejarah kerajaan rokan
koto, banyak yang mengatakan istana ini di sebut juga dengan nama istana berukir naga karena
hampir di setiap bagian sisi dari istana ini terdapat kayu yang berukiran gambar naga. Istana
kerajaan IV koto ini berjarak 64 KM dari ibu kota Kabupaten Rokan Hulu, Pasir Pengaraian.
Kompleks istana ini meniliki luas sekitar empat hektar dan di pagar dengan ketinggian satu
meter. Istana Rokan IV Koto merupakan bangunan yang paling megah di kompleks istana
tersebut.
Kerajaan rokan IV koto berdiri sendiri, daerah perkampungan terbesar pada mulanya
adalah Rokan, Pendalian, Sekebau, dan Lubuk Bendehara. Atas dasar itulah di sebut rokan IV
koto. Masuknya islam ke kerajaan rokan IV koto di pelopori oleh Sultan Harimau dari kerajaan
kunto darusalam. Sultan rimau menetap disebuah negeri di bukit antara lubuk bendahara dan
rokan. Tempat inilah pusat penyebaran islam di daerah Rokan IV Koto. Tempat ini disebut pula
tempat tunduk sembahyanng atau takhluk sembahyang. Sehingga sampai sekarang di kenal
dengan teluk sembahyang. Raja yang memerintah dalam kerajaan rokan IV koto ini bergelar
Sultan.
PEMBAHASAN

SEJARAH SILSILAH KERAJAAAN ROKAN IV KOTO

Bagian yang pertama

Raja yang mula-mula memerintah dalam luhak Rokan ini adalah Raja yang bergelar
Sultan Sri Alam. Alkisah mulanya perjalanan Sultan Sri Alam akan masuk ke dalam Rokan IV
Koto ini, saat itu Sultan Sri Alam memohon pada ayahhandanya untuk keluar dari negeri Koto
Beinio Tinggi beserta dengan 30 kawan-kawannya untuk menelusuri sungai sungai sumpu
dengan memakai beberapa rakit dan perahu kulit kayu. Kemudian dalam beberapa hari Sultan Sri
Alam berjalan menghilirkan sungai sumpu (sungai rokan), makan tibalah pada suatu tempat pada
sumpu ini, suatu tempat kejahatan yang amat jahat sehingga tidak boleh dilalui rakit dan
perahunya itu, karena airnya terlalu terjun. Kemudian Sultan Sri Alam serta kawan-kawannya
berhenti disana serta membuat pondok pada tepi sungai itu. Pada waktu malam hari, semua
kawan-kawan Sultan Sri Alam membuat api besar, untuk menerangi dan menjaga rajanya, setiap
malam begitulah diperbuat oleh kawan-kawan dan pengiringnya itu. Benderanglah cahaya api
itu, sampai pada suatu bukit yang sebelah raja itu bermalam, serta kelihatan semua batu yang ada
pada bukit itu. Maka bukit itu dinamakan bukit batu benderang, yaitu batu bandang yang
sekarang.

Setelah beberapa lama, Sultan Sri Alam dan semua pengiringnya berjalan menghilirkan
sungai sumpu untuk melihat daerah mana saja yang bisa dibuat kampung dan ladang. Maka
dalam perjalanan Sultan Sri Alam, setelah beberapa hari tibalah pada suatu tempat daerah lebar
dan datar, Maka Sultan Sri Alam dengan semua pengiringnya lalu berhenti disana, yaitu pada
tempat teluk sembahyang yang sekarang. Dalam hal ini Sultan Sri Alam lalu membuat kampung
pada tempat itu serta berladang ladang. Dengan takdir Allah SWT mereka pun mendapat padi
lebih dari cukup untuk makan. Oleh sebab itu mufakatlah Sultan Sri Alam dengan semua
pengiringya, untuk membuat kampung dan nengeri pada tempat itu. Maka dinamakan lah
kampung itu kampung koto sembahyang tinggi. Pada waktu itu didirikanlah oleh Sultan Sri
Alam seorang orang besar bergelar datuk nan setia. Letaknya kampung itu ialah sebelah mudik
sungai pusu sekarang.

Dalam masa Sultan Sri Alam duduk berkampung dan berladang di koto sembahyang
tinggi maka orang orang pun banyak yang datang dari lain negeri serta berdiam juga di koto
sembahyang tinggi, diperintahkan oleh Sultan Sri Alam dengan makanan yang cukup, untuk
keadaan pada masa itu. Dalam hal ini, maka Sultan Sri Alam pun telah mempunyai seorang putra
laki-laki. Lama kelamaan Sultan Sri Alam memerintah di koto sembahyang tinggi, maka
besarlah anaknya itu. Setelah anaknya berumur 25 tahun, Sultan Sri Alam pun meninggal dunia
setelah memerintah selama 41 tahun. Dengan demikian itulah pada zaman raja yang mula-mula
di luhak rokan yaitu di koto sembahyang tinggi.
Bagian yang Kedua

Raja yang kedua memerintah dalam luhak Rokan yaitu bergelar Tengku Panglima raja,
kemudian bergelar Tengku Raja Rokan. Alkisah pada zaman Tengku Raja Rokan memerintah
semua rakyatnya di koto sembahyang tinggi, serta ia beristrikan seorang bangsa keempat suku.
Maka orang di koto sembahyang tinggi bertambah banyak juga bertambah sukunya orang yang
datang itu.

1. Suku Melayu asalnya datang dari Padang Panjang, setengahnya tinggal di Rao, lalu ke
luhak Rokan bertempat di Koto Sembahyang Tinggi
2. Suku Mandailing dan Mais datang dari Koto Beinio Tinggi, setengahnya berhenti di
petok kemudian masuk ke luhak Rokan bertempat di Koto Sembahyang Tinggi
3. Suku Petopang asalnya keluar dari Muara Tais kemudian masuk ke luhak Rokan
bertempat di Koto Sembahyang Tinggi
4. Suku Piliang asalnya dari Padang Panjang, kemudian datang pula ke Petok bahagian ke
Lubuk Sikaping, kemudian pindah ke Rao yaitu Langsat Kodok, kemudian barulah
masuk ke luhak Rokan bertempat di Koto Sembahyang Tinggi
5. Suku Caniago datang dari Padang Panjang, kemudia masuk ke luhak Rokan bertempat di
Koto Sembahyang Tinggi

Kemudian berkumpullah semua suku-suku tersebut ke Koto Sembahyang Tinggi, mereka


semua berkampung dan berladang, diperintahkan oleh Tengku Panglima Raja, semakin
bertambah ramai juga Koto Sembahyang Tinggi. Dalam hal ini, terbitlah pikiran Tengku
Panglima Raja hendak mendirikan tua-tua dalam tiap-tiap suku tersebut. Maka mufakatlah
Tengku Panglima Raja dengan Datuk nan setia serta orang tua dalam suku yang datang itu,
Sehabis mufakat orang Koto Sembahyang Tinggi berelat dan berjamu mengangkat tua dalam
tiap-tiap suku. Dan Tengku Panglima Raja diangkat dengan gelar Tengku Raja Rokan, maka
orang besar-besar dalam Koto Sembahyang Tinggi pada zaman itu gelarnya:
1. Datuk nan setia
2. Datuk singa
3. Datuk diraja
4. Datuk dalam

Kemudian dibuat pula Hulubalang yang dipilih yang gagah berani, maka gelar
Hulubalang itu seperti di bawah ini:
1. Gelarnya Tupang Muara Pujan
2. Gelarnya Sambal Sumpih
3. Gelarnya Imbang Langit
4. Gelarnya Elang Laut
5. Gelarnya Emping Berantah
6. Gelarnya Mata Indah
7. Gelarnya Sapu Rantau

Setelah orang Koto Sembahyang Tinggi berjamu mengangkat Tengku Panglima Raja
bergelar Tengku Raja Rokan, ketika itu mulailah menanam dan mengatur orang besar-besar dan
hulubalang yang tersebut diatas maka orang Koto Sembahyang Tinggi pun bertambah ramai
juga, maka orang Koto Sembahyang Tinggi membuat kampung dua buah, satu bernama Koto
Tanjung Sabar letaknya di tepi sungai rokan, sebelah kiri mudik, berdekatan sebelah mudik
muara siasan sekarang. Kedua kampung Simpang Dua, letaknya sebelah kanan sungai rokan
antara dengan sungai pusu sekarang. Tengku Raja Rokan dan orang Koto Sembahyang Tinggi
bertambah ramai dan makmur. Pada ketika itu tengku raja rokan mufakat dengan orang orang
besar yaitu semua kampung sakai, untuk dilanggar, supaya mereka itu ikut perintah dan beraja di
koto sembahyang tinggi.

Adapun yang mula-mula diserang, yaitu kampung sakai di Batu Bulan kedua kampung
sakai di Koto Kinayang, ketiga kampung sakai di Parit Batu, keempat kampung sakai di koto
Berhala. Kemudian semua sakai tersebut tidak ada yang melawan, mereka mengikut beraja pada
Tengku Raja Rokan di koto sembahyang tinggi. Maka Tengku Raja Rokan pun tetap memerintah
di Koto Sembahyang Tinggi, kemudian semua sakai-sakai itu rupanya tidak senang ikut perintah
pada raja melayu, maka mereka keluarlah dari kampungnya masing masing pergi membawa
dirinya ke tanah sebrang, sampai sekarang ada lagi pihak-pihak sakai juga dalam bagian perak
(Malaysia).

Oleh sebab itu luhak ini hanya didiami oleh bangsa melayu saja. Datanglah sebuah
perahu dari laut, nahkodanya bergelar alam berkokok, kepala dari kelompok laut. Setiba
pendekar itu pun singgahlah di Koto Sembahyang Tinggi. Sesampainya disana pedekar itu tidak
mau menghadap raja disitu, kerjanya hanya mencari jalan perkelahian saja. Bila malam hari
pendekar itu naik ke Koto Sembahyang Tinggi, lalu berkokok seperti ayam, serta menepuk
nepukkan tangan dan menghimbau lawan yang hendak berkelahi. Maka seorang hulubalang tidak
dibenarkan melawan pendekar itu, hanya menanti langkah yang elok untuk melawan pendekar
berkelahi, sampai 7 hari lamanya Tengku Raja Rokan mencari langkah tidak dapat juga, sebab
itu Tengku Raja Rokan mencari 7 orang hulubalang untuk ke tapung di koto si buaya, ada
seorang akan di panggil, bergelar datuk ama pahlawan, yaitu seseorang yang gagah berni, minta
tolong melawan pendekar alam berkokok berkelahi di Koto Sembahyang Tinggi. Kemudian 7
orang hulubalang itu pun teruslah berjalan menuju ke koto sibuaya dengan membawa seekor
anjing. Sampai mereka di bukit suligi maka anjing itu pun bertemu pula dengan seekor anjing
dalam hutan lalu berkelahilah kedua anjing itu di bukit suligi itu. Oleh sebab itu terdengar lah
oleh orang yang tujuh orang yang tadi, terus diikutinya dimana tempat anjing itu berkelahi.
Sampai disitu bertemulah orang yang tujuh tadi dengan tuan anjing itu yaitu bergelar datuk
godang cicin. Oleh sebab itu bicaralah kedua belah pihaknya, dalam pembicaraannya itu bahwa
mereka itu suruhan oleh Tengku Raja Rokan, disuruh menjemput datuk ama pahlawan akan di
bawa ke Koto Sembahyang Tinggi, akan melawan pendekar Alam Berkokok.
Maka Datuk godang cicin datang berdua dengan anaknya yaitu asalnya kepala negeri
tanjung pada sungai Kampar. Maka kata datuk godang cicncin, janganlah lagi dijemput datuk
ama pahlawan itu biarlah hamba saja bersama menghadap Tengku Raja Rokan untuk melawan
mendekar alam berkokok itu, sahut ketujuh utusan itu, kalau datuk mau baiklah. Sebab itulah
ditetapkan sekarang itu batas Rokan dengan Kampar yaitu di bukit kalaran anjing. Maka datuk
godang cincin dan ketujuh utusan raja itupun berjalanlah ke Koto Sembahyang Tinggi,
sesampainya disana datuk godang cincin pergilah menghadap raja ke istana. Maka diceritakanlah
oleh raja kepada datuk godang cincin bahwa ada seorang pendekar alam berkokok datang dari
laut maksudnya hendak berkelahi dengan orang Koto Sembahyang Tinggi, maka orang koto saat
itu tidak satu pun sanggup untuk melawan pendekar itu. Sebab itu kami minta pertolongan pada
datuk. Jawab datuk godang cincin, baiklah, boleh patik coba melawannya.

Pada waktu malam harinya. Maka naiklah pendekar alam berkokok ke Koto Sembahyang
Tinggi, lalu berkokok menghimbau melawan, maka dijawab oleh datuk godang cincin dengan
katanya, disini orang tidak berkokok, hanya ayam yang pandai berkokok, maka terdengarlah oleh
pendekar alam berkokok, ia pun kembali ke perahunya, lalu tidur sampai pagi harinya, ketika
pagi pendekar alam berkokok naiklah pula ke darat dengan membawa sebilah pedang lalu
berkata, siapa kah yang jantan malam tadi, turunlah supaya kita berkelahi. Jawab datuk godang
cincin, akulah yang bercincin banyak dan lain orang tiada bercincin. Sehabis itu datuk godang
cincin pergi menghadap Tengku Raja Rokan, mengabarkan hendak melawan pendekar itu
dijawab raja, baiklah.

Ketika itu pendekar telah ada dihalaman Tengku Raja Rokan oleh datuk godang cincin
diambilnya sebatang tebu dan ia pun duduk memakan tebu itu dimuka pintu, dan anaknya yang
dibawa itulah yang disuruh nya berkelahi dengan pendekar alam berkokok itu. Sedang pendekar
alam berkokok berkelahi dengan anak datuk godang cincin berbalik ke ujung halaman kepangkal
halaman, belum juga kena mengena kedua belah pihaknya. Maka buku tebu yang dimakan oleh
datuk godang cincin tadi, dilemparkannya kepada pendekar alam berkokok. Dalam hal ini
bertarunglah kaki pendekar tadi pada buku tebu itu, sedangkan ia terdesak dikejar oleh anak
datuk godang cincin, pendekar itu pun kenalah pada lehernya lalu mati seketika. Semua harta
pendekar itu dirampas, semjua orangnya disuruh kembali dengan perahunya.

Ketika itu sebagai pembalas jasa datuk godang cincin dan anak nya maka dibuat suatu tali
persahabatan antara orang Tanjung dengan Rokan, dan ditetapkanlah oleh Tengku Raja Rokan
dengan datuk godang cincin yaitu batas rokan dengan Kampar, pada bukit kalaran anjing yang
tadi. Kemudian, Tengku Raja Rokan pun tetaplah memerintah disembahyang tinggi dengan
bertambah ramai juga serta persediaan makan yang cukup. Maka Tengku Raja Rokan pun
mempunyai seorang putra, seorang laki-laki yang bergelar Sultan Panglima Dalam dan seorang
perempuan bergelar Putri Cahaya Intan. Anak nya yang laki-laki itu berumur 30 tahun, setelah
itu Tengku Raja Rokan pun mangkat dan Koto Sembahyang Tinggi pun diperintahkan oleh anak
nya Sultan Panglima Dalam. Maka sepanjang kabarnya Tengku Raja Rokan memerintah kira-
kira 73 tahun..
Bagian yang ketiga

Raja yang ke tiga memerintah dalam luhak Rokan yaitu Sultan Panglima Dalam, putra
raja rokan di Koto Sembahyang Tinggi. Alkisah Sultan Panglima Dalam memerintah dalam
ruhak Rokan yaitu di Koto Sembahyang Tinggi kawin dengan seorang bangsa ke empat suku di
Koto Sembayang Tinggi, dan saudaranya perempuan itu kawin dengan seorang bangsa raja yang
baru datang. Kemudian lama kelamaan Siti Cahaya Intan adik Sultan Panglima Dalam pun dapat
anak tiga orang, yang tua laki-laki bernama Sipadi, dan yang tengah bernama Siti Intan dan yang
perempuan kecil itu Mati Kecil. Setelah berapa lamanya beristri Sultan Panglima Dalam itu pun
pergi berkawin kekuok yaitu IV koto sekarang, kepada anak datuk bendahara raja, bernama
Gadis Cinta Manis, maka sesampai Sultan Panglima Dalam dikuok, maka ia pun pinang lah anak
datuk bendahara itu, dan datuk itu menerima Sultan Panglima Dalam untuk anaknya itu.

Maka datang lah pula seorang bernama Panglima Raja yaitu orang datang dari laut, dan
pangliama raja datang pula pada datuk bendahara itu, hendak meminang tunangan Panglima
Dalam itu. Adapun adat orang pada masa itu, barangsiapa yang gagah, ialah yang akan
mendapat. Oleh sebab itu dikerasi oleh panglima raja hendak kawin dengan tunangan sultan
panglima dalam itu. Jadi keadaan mereka itupun sama-sama menyabung dalam gelanggang itu,
tetapi dalam hatinya hendak membunuh salah seorang. Pada suatu hari kalahlah ayam Panglima
Raja oleh ayam Sultan Panglima Dalam, ketika itu berkelahilah mereka tiadalah berapa lama nya
berkelahi matilah panglima raja dipancung oleh Sultan Panglima Dalam raja di Koto Sembayang
Tinggi.

Sehabis itu Sultan Panglima Dalam pun kawin dengan gadis cinta manis anak datuk
bendahara itu. Selesai kawin Sultan Panglima Dalam pun kembali ke Koto Sembayang itu
dengan istrinya itu. Lama kelamaan Sultan Panglima Dalam dan istri nya mendapat seorang anak
laki-laki bergelar Tengku Panglima Raja. Kemudian telah besar anak nya itu, maka dikawin kan
nya dengan kemanakannya siti intan anak dari siti cahaya intan. Adalah dari kemonakan nya
nama Sipadi telah ada berumur 30 tahun maka Sultan Panglima dalam pun mangkat, sepanjang
kabarnya adalah sultan panglima dalam memerintah 65 tahun.

Bagian yang keempat

Raja yang keempat dalam luhuk Rokan, yaitu bergelar Sultan Sepedas Padi kemenakan
dari Sultah Panglima Dalam di Koto Sembahyang Tinggi. Setelah Sultan Panglima Dalam telah
mangkat, maka mufakatlah orang besar-besar di Koto Sembayang Tinggi serta rakyat hendaknya
mendirikan raja, pengganti Sultan Panglima Dalam. Waktu itu satu anak nya bergelar Tengku
Panglima Raja dan satu keponakan nya Sipadi. Jadi dipilih antara anak dan keponakan, sekalian
orang tua-tua dan orang besar-besar banyak yang memilih kemanakan Sultan Panglima Dalam
akan dijadikan raja. Maka Tengku Panglima Raja tiada pandang bicara, sebab ia berkawin
dengan adik sepadi. Dalam hal yang demikian putus lah mufakat orang koto sembayang tinggi,
maka diangkat sipadi menjadi raja di Koto Sembahyang Tinggi dengan bergelar Sultan Sepedas
Padi.

Adapun Sultan Sepedas Padi terlalu gagah benar dan selalu mengamuk dan menyamun
dan mengalahkan beberapa kampung, hendaknya mengambil harta orang dikampung itu,
kelakuannya seperti orang perampok. Apalagi orang disitu belum beragama islam seperti
sekarang ini, hanyalah adat secara melayu pada zaman itu saja. Adapun saudara yang perempuan
dari Sultan Sepedas Padi yang kawin dengan anak Sultan Panglima Dalam, maka mendapat anak
seorang laki-laki bernama sialam, itu lah keponakan dari sultan sepedas padi. Setelah beberapa
lamanya Sultan Sepedas Padi memerintah di Koto Sembahyang Tinggi, maka datanglah orang
keramat, kabarnya bangsa arab datang dari aceh bergelar Sultan Harimau, lagi beragama islam.
Adapun Sultan Harimau datang itu kabarnya dua bersaudara dengan laki-laki. Yang tuan nya
bergelar Sultan Janggut, itulah yang ke rokan kanan yang mengislamkan orang rokan kanan. Dan
yang muda nya itu lah Sultan Harimau yang masuk kerokan kiri, yang mengislam orang rokan
kiri.

Maka datanglah dari bagan api-api, sepanjang kabar orang tua-tua setelah kedua nya
sampai pada kualo sako yaitu pertemuan sungai rokan kiri dan sungai rokan kanan, maka kedua
nya pun bermufakat disitu, siapa yang akan masuk kerokan kanan dan siapa yang akan masuk ke
rokan kiri. Kata sahibul hikayat maka ditimbanglah air rokan kekiri dan rokan kanan itu. Maka
beratlah air rokan kiri jadi kata Sultan Janggut, Sultan Harimaulah yang akan masuk kerokan
kiri. Adapun Sultan Harimau mudik itu, dia singgah-singgah dimana kampung nan enam
sekarang, lalu meninggalkan enam teman nya disitu, itulah asal orang kampung nan enam
sekarang. Kemudian mudik juga Sultan Harimau, lalu singgah diseberang lubuk bendahara yang
membuat tempat sembahyang disitu. Sudah itu Sultan Harimau pun mudik juga sehingga Koto
Sembahyang Tinggi menghadap kepada Sultan Sepedas Padi. Maka Sultan Harimau pun
bersahabat dengan Sultan Sepedas Padi di Koto Sembahyang Tinggi.

Maka setelah setahun dua tahun Sultan Harimau tinggal di Koto Sembahyang Tinggi
bersama dengan Sultan Sepedas Padi, dan Sultan Harimau pun terlalu hormat kepada Sultan
Sepedas Padi. Oleh sebab itu lembutlah hati Sultan Sepedas Padi kepada Sultan Harimau.
Tambahan pula Sultan Harimau itu banyak ilmunya. Jadi Sultan Sepedas Padi pun bergurulah
kepada Sultan Harimau semua ilmu dunia, seperti ilmu kuat dan tahan kulit dan lain-lain. Bergitu
juga semua rakyat di Koto Sembahyang Tinggi. Sultan Hariamau pun terus mengajar ilmu agama
islam. Dengan mengerjakan syahadat dan smebahyang 5 waktu dan lain-lain perkara agama
seberapa bisa pada zaman itu. Mulai pada waktu itulah orang memakai agama islam diluhak ini,
sehingga sampai sekarang ini. Kemudian sehabis orang Koto Sembahyang Tinggi masuk agama
islam, maka Sultan Harimau pun mufakat dengan Sultan Sipedas Padi untuk membuat pegawai
agama yaitu imam, khatib, bilal untuk sembahyang jum’at dan Sultan Sepedas Padi pun
menerima permufakatan itu. Dan orang pun mulailah mengerjakan sembahyang jumat di koto
smebahyang tinggi. Maka Sultan Harimau mencari orang yang belum masuk islam lagi supaya
diislamkan.
orang Koto Sembahyang Tinggi pun, pergilah mencari orang yang belum islam itu.Dan
bertambah ramailah juga Koto Sembahyang Tinggi, karena orang datang bertambah-tambah.
Maka terbitlah pikiran Sultan Sepedas Padi dan semua orang besar-besar dan rakyat di Koto
Sembahyang Tinggi, hendak menambah negeri yang agak jauh sedikit dari Koto Sembahyang
Tinggi, supaya berladang pada hutan yang lapang. Putuslah mufakat bahasa Koto Sembahyang
Tinggi akan ditinggalkan dan akan membuat negeri 4 buah, dan akan didirikan orang besarnya 4
orang dan ditentukan pula orang yang akan mencari tanah ke negeri yang 4 itu.

Menurut keputusan mufakat bahwa imam akan pergi kehilir akan mencari tempat negeri
itu, dan khatib akan pergi kemudik sampai Rokan dan bilal akan masuk siasam yang sekarang
dengan setengah mungkin. Sehabis itu keempat orang itu pun pergilah berjalan mencari tanah
yang akan dibuat negeri itu. Setelah putuslah permufakatan, maka khatib pun menjadikan sungai
Rokan dengan perahu bersama dengan kawan-kawannya dua tiga orang. Berapa lamanya naiklah
kedarat seorang bersama saidi, tempatnya naik itu adalah seberang sungai kecil yang bermuara
kesungai Rokan, yaitu seberang negeri Rokan yang sekarang.

Maka ia membawa seekor anjing naik kedarat untuk mencari tapak negeri, mana-mana
saja baik akan dijadikan negeri. Setelah sampai didarat anjing itupun menyalak, apabila didengar
oleh saidi anjing menyalak, lalu dikejarnya sampai disitu dilihatnya anjingnya itu menyalak
sepohon kayu yang dinamakan orang gorkan. Waktu itu berfikirlah saidi dalam hatinya, kalau
begini halnya baiklah disini dijadikan tapak negeri, karena pada tempat ini adalah tanahnya datar
dan bagus. Setelah itu saidi pun pulanglah kenegerinya hendak menyatakan hal itu.

Dipanggilnyalah orang dalam negeri itu, untuk menyatakan sepanjang ceritanya itu.
Semua orang dalam negeri pun suka hatinya mendengarkan perkataan saidi. Tidak berapa lama
dibawalah lagi orang oleh saidi ke tempat yang diperolehnya itu. Sampai di situ benar rupanya
seperti kata-kata saidi itu. Maka dinamakanlah sungai kecil itu sungai gorkan, sampai sekarang
bernama rokan saja. Dan negeri itu dinamakan orang Koto Rokan Tinggi, karena tanahnya tinggi
dari pada tanah yang ada didekat itu.

Adapun bilal yang tersebut diatas tadi, mula-mulanya ia sejalan dengan khatib tadi,tetapi
sampai pada sebuah sungai yang bermuara kepada sungai rokan sekarang ini yaitu bernama
sungai siasam masa sekarang, ia pun memudikkan sungai itu, sampai pada tempat sungai itu
bercabang dua. Disitu dilihatnya sebatang pohon asam, dengan mengambil buah kayu itu untuk
dimakannya, tetapi lain sekali buah kayu itu, karena buah kayu yang disebelah dahan yang satu,
betul asam rasanya, tetapi yang sebelah lagi manis rasanya. Maka dinamailah sungai siasam
karena buah kayu yang sebelah itu asam rasanya, dan sebelah hulu sungai ini kita buat negeri,
dengan kita namai pilihan, karena buah kayu ini, pilih-pilihan rasanya. Karena diulang beberapa
kali menyebut itu, karena penyebutan sampai sekarang pendalian saja,dan sungai yang secabang
lagi itu bernama sungai pendalian.oleh sebab sudah tetaplah disitu akan dibuat tapak negeri, dan
mereka mulailah menebas disitu, sehingga sampai pada suatu rawang. Ditengah rawang itu
terlihatlah oleh orang-orang sebatang tebu lalu diambil dan dimakannya. Lalu dilihat oleh
kawan-kawannya hal itu, lalu mengambil tebu juga, sehingga sampai 7 orang yang memakan
tebu itu, dan tebu pun habis tetapi tebu sudah tentu apabila diujung itulah yang kurang manisnya,
jadi orang yang mendapat penghabisan sekali tidaklah mendapat tebu manis. Oleh sebab itu
berkatalah orang yang memakan tebu yang diujung, aku ini mendapat tebu pucuknya, kalau
begitu jika tuan-tuan suka, jadikanlah aku ini pucuk pula. setelah didengar oleh orang banyak,
mereka menjadikan orang yang satu itu pucuknya.

Dua tiga hari, berjalanlah lagi seorang dengan beberapa kawan-kawannya ke suatu
tempat, dan bertemulah orang itu dengan sebuah gong, bermufakatlah orang itu kepada siapalah
gong itu akan diberikan? Baiklah gong itu diberikan kepada pucuk tadi. Sampai kerumah pucuk
itu, dipalu oranglah gong itu, jadi berbunyilah gong itu. Sampai sekarang tetaplah nama gong itu
seperti bunyinya yaitu nguk nguk dengan kekal saja lagi siberungguk itu di sana. Adapun yang
tersebut diatas ini, ia pun juga memudikkan sungai siasam. Tetapi sampai pada suatu tempat
yang ada air berbunyi berdebau-debau, singgahlah ia disitu dengan memandang-mandang kiri
dan kanan, berkatalah seorang kepada kawannya, bahwa tempat itu baik untuk dibuat kampung.
Oleh sebab itu menebaslah orang itu untuk menjadikan tapak negeri. Jadi setelah sudah negeri
itu, dinamakanlah negeri itu sikebau, karena menurut bunyi air itu.

Imam pun hilirlah dengan sebuah perahu, sampai ia pada suatu tempat yang baik rupa
tanahnya dengan datarnya. Disitulah imam membuat tapak negeri dengan menebas. Dan negeri
itu dinamai koto kecil, karena negeri itu masih kecil saja. Setelah selesai masing-masing
menebas tempat negeri itu, maka mereka berkumpullah kembali ke Koto Sembahyang Tinggi
mengahadap Sultan Sepedas padi maka ketika itu Sultan Sepedas Padi dengan orang besar-besar,
imam, khatib semua bermufakat hendak mendirikan datuk andiko atau wazir raja 4 orang, yaitu:

-seorang dinegeri rokan, yang dibuat oleh khatib tersebut diatas

-seorang untuk dipendalian

-seorang untuk disikebau

-seorang untuk di koto kecil

Setelah setuju permufakatan maka andiko yang tersebut didirikan pada ketika itu oleh
Sultan Sepedas Padi, maka yaitu:

Di Rokan bergelar datuk bendahara muda

Di Pendalian bergelar datuk bendahara sakti

Di Sikebau bergelar datuk bendahara raja

Di Koto Kecil bergelar datuk bendahara itam atau bendahara muda


Setelah orang berjamu makan minum di Koto Sembahyang Tinggi. Maka meraka pun
pindah pada ke negeri 4 yang dibuat oleh imam, khatib dan bilal. Maka diceritakan pula Semua
orang Koto Sembahyang Tinggi baik laki-laki dan perempuan menangis hingga bersesak-sesak
keistana mereka dengan berhimpun-himpunlah mereka pada suatu kuala sungai kecil, dengan
menangis dan meratap. Dengan takdir Allah jatuhlah kedalam sungai itu satu orang yang
membawa gulung tikar, lalu menjadi batu, hingga sampai sekarang ini masih ada batu itu
dinamakan orang batu gulung tikar, dan sungai itu bernama sungai peratapan, karena tempat
orang meratap disitu.

Sembari meratap dan menangis pula dengan berpusu-pusu orang itu sampai pada suatu
sungai kecil yang dinamakan orang sungai pusu. Sebab sungai itu sampai sekarang bernama
sungai pusu karena dulunya orang-orang menangis dan meratap. Maka teruslah berjalan masing-
masing ke negeri yang dimaksud. Setengahnya mudik kenegeri rokan tinggi, setengahnya hilir ke
koto kecil, setengahnya mudik ke pendalian, setengahnya mudik ke sikebau. Demikian mulai
dari zaman tersebut sampai sekarang luhak rokan ini dinamakan orang Rokan IV Koto, sebab 4
koto yang mula-mula dibuat oleh orang Koto Sembahyang Tinggi. Maka datuk koto yang 4 itu
disamakan hak dan kuasanya dari dulu sampai sekarang ini. Adapun orang mula-mula pindah ke
negeri Rokan Tinggi, yaitu seberang negeri Rokan yang sekarang ialah:

1. Raja yaitu Sultan Sepedas Padi dengan ahlinya


2. Suku melayu
3. Suku mais dan mandailing
4. Suku bendang
5. Sulu caniago
6. Suku petopang

Adapun orang yang mula-mulanya pindah kenegeri pendalian yaitu:

1. Suku mais
2. Suku mandailing
3. Suku kuti
4. Suku piliang
5. Suku melayu
6. Suku caniago

Adapun orang mula-mulanya yang pindah kenegri sikebau yaitu:

1. Suku petopang
2. Suku mandailing
3. Suku melayu
4. Suku kuti

Adapaun orang mula-mulanya pindah kenegeri koto kecil yaitu:


1. suku melayu
2. suku mandailing
3. suku petopang

tetapi sampai orang yang 3 suku ini kekoto kecil dalam empat atau lima bulan lamanya,
bertemulah pula dengan kaum orang rupanya, minang sudah berladang-ladang juga disitu.

1. Suku piliang pihak temenggung antah seratus, berladang dipadang sirajung


2. Suku caniago pihak nenek rang kayo rando berladang di kubu sopan pada sungai
ngaso
3. Suku nan seratus berladang di palamaran dihulu siki

Jadi pada ketika itu sekalian orang yang ketiga suku diatas,telah mufakat dengan orang
yang 3 suku yang datang dari Koto Sembahyang Tinggi, mereka berkumpul dikoto kecil. Jadi
ketika itu, orang yang tiga suku pindah pula kekoto kecil, maka suku orang dikoto kecil 6 suku,
inilah asal suku nan enam dikoto kecil. Jika sudah siap tinggal negeri yang empat tadi, maka
datuk yang berempat serta toba-toba suku yang tersebut berkumpul kembali mengahadap Sultan
Sipedas Padi di Koto Rokan Tinggi, untuk mufakat mendirikan penghulu tiap-tiap suku dan
hulubalang dan pegawai, yaitu imam, khatib dan bilal. Dan it uterus berganti ganti sampai
sekarang ini.

Maka selesailah negei yang empat diatas didiami oleh penduduknya, Sultan Sipedas Padi
pun tetap memerintah diatas datuk yang berempat, berkedudukan di koto rokan tinggi bersama
dengan saudara dan kemenakannya yang tersebut pada permulaan cerita ini. Lalu Sultan
Harimau pun juga pindah ke Koto Rokan Tinggi bersama dengan Sultan Sipedas Padi. Pada
waktu itu ada lagi satu banjar dalam sungai pusu yang belum lagi islam orangnya. Oleh
karenanya Sultan Harimau pun meminta izin kepada Sultan Sipedas Padi hendak pergi ketempat
itu. Dan Sultan Sipedas padi izinkan. Maka Sultan Harimau berjalan kebanjar dengan 3 orang
kawannya. Sesampainya dibanjar itu, Sultan Harimau terus memasukkan orang ke agama islam.
Kemudian Sultan Harimau berjalan lagi menghilirkan sungai pusu itu, mencari orang yang
belum islam. Rupanya tidak ada lagi. Kemudian Sultan Harimaupun lalu naik kedarat denga
membawa satu bilah senjata namanya lembing dan satu tasbih dan sembahyang pada tempat itu.
Dalam sembahyang Sultan Harimaupun gaiblah pada tempat itu.

Akan senjata dan tasbih yang dibawa nya itu, tinggalah pada tempat itu. Heran lah
mereka-mereka tadi serta dicari nya sekeliling tempat itu ti dak bertemu lagi. Setelah kawan-
kawannya itu pun kembali ke Koto Rokan Tinggi, serta dikabarkanlah kepada Sultan Sepedas
Padi. Kembalilah bercerita kepada Sultan Sepedas Padi yang memerintah di Koto Rokan Tinggi
serta dengan negeri yang empat. Tidak berapa lama, Sultan Sepedas Padi pun sakit lalu
mangkat. Maka tinggallah kemenakannya laki-laki yang bernama si alam saudaranya siti intan
dan dua kemenakan nya perempuan telah berumur kira-kira 23 tahun, ialah yang tinggal
memeritah di Koto Rokan Tinggi. Adapun Sultan Sepedas Padi kabarnya memerintah kira-kira
53 tahun baru berpulang kerahmadtullah. Maka terdengarlah negeri koto kecil akan diubah nama
nya menjadi negeri lubuk bendahara.

Telah 4 atau 5 bulan lamanya negeri koto kecil, telah didiami orang pada suatu hari
pergilah bini datuk bendahara itu mandi pada pangkalannya dengan membawa seorang anak
nya.tiba pada pangkalan itu, terlihat olehnya pada tepi air itu sehelai tikar. Sementara itu di
letakan anaknya pada tikar itu, ia pun mandi dan berlimau dan menyelam-nyelam. Saat sedang
mandi itu, anak nya itu pun rupanya sudah hilang di bawa oleh tikar tadi. Taulah ia bahwa yang
tadi itu bukan lah tikar, tetapi seekor ular yang bernama ular bidai.

Setelah berkumpul orang-orang mencari anak nya itu, tetapi tidak dapat oleh sebab itu,
negeri koto kecil beralih nama menjadi lubuk bendahara, karena anak datuk bendahara hilang di
bawa oleh ular bidai tadi kedalam lubuk pada pangkalan datuk bendahara itu. Demikianlah luhak
rokan diperintahkan oleh Sultan Sepedas Padi yang mangkat di Koto Rokan Tinggi.

Bagian yang kelima

Raja yang kelima yang memerintah dalam luhak Rokan IV Koto bergelar Sultan Gegar
Alam bersemayang di Koto Rokan Tinggi. Selanjutnya kira-kira 4 bulan setelah Sultan Sepedas
Padi telah mangkat maka terbitlah pikiran pada datuk andiko yang berempat, hendak
mengangkat sialam menjadi raja, serta hendak dinobatkan secara adat raja-raja memegang luhak
dan negeri, supaya di pakaikan dalam negeri adat dan pakaian, supaya sempurna adat raja
berdaulat, orang besar-besar nan berandiko dalam luhak Rokan IV Koto ini.

Maka berkumpullah datuk yang berempat di Koto Rokan Tinggi serta semua penghulu
yang dibawanya untuk mufakatkan, untuk menobatkan Sultan Alam menjadi raja menggantikan
mamaknya Sultan Sepedas Padi, demikian putuslah mufakat datuk andiko yang berempat buat
mencari kerbau satu ekor satu negeri akan dipersembahkan. Waktu mempersembahkan kerbau
itu raja mengadakan pula kerbau tiga ekor. Jadi jumlah kerbau tujuh ekor. Sehabis itu orang IV
Koto itu pun berelat dengan memotong kerbau yang tujuh ekor itu, menobatkan Sultan Gegar
Alam. Ketika itu tetaplah si alam menjadi raja dalam luhak Rokan IV Koto dengan bergelar
Sultan Gementar alam. Itulah permulaan raja di luhak Rokan yang dinobatkan oleh orang-orang
besar waktu mengangkat raja. Sebab itulah menjadi adat sampai sekarang menobatkan raja
diangkat dalam luhak Rokan IV Koto. Begitu juga adat pusaka raja pada orang-orang besar dan
pusaka orang besar pada raja. Itulah yang jadi teladan sampai sekarang.

Waktu orang Rokan IV Koto berelat mengangkat Sultan Gementar alam naik nobat itu,
panggilannya sampai ketapung dan kekampar, sampai ke Rao mandailing dan lainnya. Kemudian
selesai perelatan itu Sultan Gementar Alam pun tetap memerintah dalam luhak Rokan IV Koto
dengan selamat serta hamba rakyatnya. Lama kelamaan Sultan Gementar Alam pun sakit lalu
mangkat. Setelah mangkat ia meninggalkan anak atau kemenakan. Sebab itu putuslah raja dalam
luhak rokan. Tinggallah negeri pada orang besar besar saja. Sepanjang ceritanya orang yang
menceritakan, Sultan Gementar Alam lamanya memerintah ada kira-kira 31 tahun.

DAFTAR NAMA SUKU DAN GELAR PEMANGKU ADAT


LEMBAGA KERAPATAN ADAT (LKA) KENEGERIAN ROKAN

GELAR PEMANGKU ADAT


NO NAMA SUKU
PUCUK SUKU BINTARA/MINTAO HULU BALANG/DUBALANG
1 MAYS DT. BENDAHARA DT. RAJO KANDO DT. SINGO MAJO
2 BENDANG DT. TUMENGGUNG DT. BUDIANSO DT. JOMPOLOAN
3 MELAYU POKOMO DT. POKOMO DT. PADUKO SANSO DT. PADUKO SAMO
4 CANIAGO DT. BIJIDIRAJO DT. BOBANSO DT. RAJA KAHA
5 PITOPANG PODUKO MARAJO DT. PODUKO MARAJO DT. LELO AJO DT. BANGKAN
6 PITOPANG RANGKAYO MARAJO DT. RANGKAYO MARAJO DT. MONTAO KAYO DT. TANLELO
7 PITOPANG RAJA NAN BESAR DT. RAJA NAN BESAR DT. AJO MALENGGANG DT. DUBALANG ALI
8 MELAYU JOLANSO DT. JOLANSO DT. MOGEK DT. RAJA SONAO
9 MANDAILING DT. SAITOMA DT. MONTAO MUDO DT. SEJELO
10 MALAYU SETIA RAJA DT. SETIA RAJA DT. GONTAM DT. DUBALANG GAGAH

NAMA-NAMA PEMANGKU ADAT


GELAR PEMANGKU ADAT
NO NAMA SUKU
PUCUK SUKU BINTARA/MINTAO HULU BALANG/DUBALANG
1 MAYS HJ. ANYO KRUKUSUMO MALKODRI ZULFI HENDRA
2 BENDANG Drs. MASKUR FASRIZAL KETRADELVI
3 MELAYU POKOMO HJ. AUSKARNY, Sp.d MM YAZISBAR ADE ANDRIANDA
4 CANIAGO JENIFAR S.E ALEXUSANTO AZWIR
5 PITOPANG PODUKO MARAJO AKMIL FAISAL, S.Sos ANDRI KUARISMAN
6 PITOPANG RANGKAYO MARAJO FETMAN ABDUL ARIEF DELVISRA
7 PITOPANG RAJA NAN BESAR AZWAN AUFAR ALFA
8 MELAYU JOLANSO ZAMAL AHZA ARIF PUTRA FKMARSELIE
9 MANDAILING DAVRIZAL ZAKIRMAN RIO DARLIS
10 MALAYU SETIA RAJA YUSRI SAFRI -
TATA CARA UPACARA PERNIKAHAN LUHAK ROKAN IV KOTO

A. KENDURI NIKAH KAWIN

1. Persiapan

Setelah tiba masa yang ditetapkan dalam janji dam padan (biasa nya setelah panen padi
sawah/lading), maka kedua belah pihak, baik pihak laki-laki maupun pihak perempuan masing-
masing mendatangi dan mengingatkan, seterusnya masing-masing mempersiakan diri.

a. berkampung kecil/musyawarah adik beradik baik pihak laki-laki maupun pihak


perempuan dan mengundang anggota keluarga serta dihadiri oleh tua sijorah dan mamak
pusoko/bintaro suku.
b. memanggil mamak nan bertiga atas permintaan orang tua/ sipangkalan, tua sijorah
menyampaikan kepada bintaro suku untuk mengundang pucuk suku dan suku hulubalang
suku kerumah orang tua yang punya hajat untuk menetapkan hari yang baik untuk
berkampung suku.
c. berkampung suku/berkampung besar baik pihak laki-laki maupun pihak perempuan
masing-masing mengadakan berkampung suku, biasanya yang lebih dahulu adalah pihak
perempuan dengan maksud, apa yang diputuskan dalam musyawarah suku si perempuan
terutama besar kecilnya acara kenduri, dapat menjadi acuan dalam menyusun acara
musyawarah suku pihak laki-laki dan selanjutnya kalau keluarga pihak laki-laki
berkemampua, dapat membantu keluarga pihak perempuan.

2. perlaksanaan perhelatan

a. pihak laki-laki

siang menjelang mengantarkan mempelai laki-laki kerumah mempelai perempuan oleh ibu-
ibu dan gadis-gadis pihak laki-laki diadakan acara mengantar ayam kerumah keluarga
perempuan (acara ini maksudnya adalah karena nanti malam akan datang rombongan pihak
laki-laki mengantar mempelai kerumah si perempuan, mak untuk tidak menyusah tua rumah,
diantarlah perbekalannya siang ini untuk dalam acara tersebut)

susunan barisan mengantar ayam:

 Dimuka : istri soko pusoko, hulu baling pihak laki-laki


 Kemudian : tepak sirih yang di bawa istri saudara pihak laki-laki
 Kemudian : beras 2 kg dan bumbu masak dibawa oleh anak mamak pihak laki-laki
 Kemudian : seekor ayam jantan yang juga di bawa oleh peranakan/anak mamak pihak
laki-laki
 Kemudian : kelapa dua buah juga dibawa oleh peranakan/anak mamak si laki-laki
 Kemudian : baris ibu-ibu dan gadis-gadis
b. Dirumah si perempuan telah menunggu istri soko pusoko dan ibu-ibu yang dituakan di
pihak suku si perempuan. Setelah minum air yang disuguhkan oleh tuan rumah, maka
salah seorang istri soko yang datang menyuguhkan tepak sirih kepada istri soko penanti
sera berucap mengucapkan bahwa sirih ini sebagai sarat mengantar ayam berserta
perlengkapannya, yang dijawab oleh istri soko penanti sambil menyodorkan pula tepak
sirihnya dengan ungkapan bahwa menerima dengan senang hati, selanjutnya berharap
kira nya rombongan pengantar ini supaya hadir nanti malam kerumah pengantin
perempauan ini untuk bersama-sama menyelenggarakan acara jamuan perhelatan
tersebut.
c. Bila pengantin perempuan punya acara hatam quran maka setelah selesai acara searah
terima antaran ayam tersebut, dikatakanlah acara tamat ngaji dengan zikir rebana yang
diatur sendiri:
dimuka : tepak sirih yang di bawa istri bintaro suku si perempuan
kemudian : dulang limau dibawa oleh istri saudara si perempuan
kemudian : istri soko pusoko si perempuan
kemudian : guru mengaji seperempuan
kemudian : kalau ada yang tamat ngaji lain nya (penyerta)
kemudian : kalau yang ada turun mandi dan sunat rasul
kemudian : barisan ibu-ibu dan gadis-gadis
dibelakang : barisan tukang zikir dan orang kebanyakan (tempat pelaksanaan berlimau
ini biasa nya dipinggiran tepian yang tidak terlalu jauh dari rumah si pengantin
perempuan, sampai ditempat tujuan telah di sediakan alas duduk untuk pelaksanaan
berlimau, salah satu istri soko menyuguhkan tepak sirih kepada guru mengajai si
penganti, memberi tugas kepada guru mengaji untuk melimaui pengantin. Guru mengaji
melimau pengantin dan acara selesai.
Seapulang dari berarak tamat kaji biasanya pengantin dinanti dihadapan rumahnya, oleh seorang
ibu menyambut dengan beberapa buah pantun yang berbunyi:

Bereh kami jatuh bodorou


Sudah boindang habis-habis
Pengantin baru pulang berlimau
Membuang setan dengan iblis

Bismillah Alhamdulillah
Pujian terserah kepada tuhan
Bagai intan terkarang sudah
Pengantin diarak hatam quran

d. mengantar mempelai
1. di rumah perempuan
Setelah minum kawa, salah seorang cucu kemenakan menyuguhkan tepak sirih kepada
sijorah sesuai petunjuk tua sijorah dan tepat dipergilirkan oleh sijorah kemudian salah
seorang soko pusoko mendatangi tua sijorah, memohon di jemputkan mempelai kerumah
keluarga pihak laki-laki.
2. dirumah mempelai laki-laki
Kedatangan para penjemput (sijorah pihak perempuan), telah ditunggu oleh ninik mamak
tuan rumah dan tuan rumah juga menyuguhkan tetak kepada tamunya, masing-masing
menggilirkan tepak tersebut.
Selanjutnya turun kehalaman, mengatur barisan menuju kerumah pengantin perempuan
 Dimuka: tepak sirih sijorah penjemput dan rombongan sijorah penjemput
 Kemudian: tepak yang dibawa penginang mempelai
 Kemudian: mempelai yang di apit oleh ibu-ibunya
 Kemudian: ibu-ibu dan saudara perempuan mempelai
 Kemudian: ninnik mamak mempelai
 Kemudian: tukang dikir dan orang kebanyakan barisan berarak berdikir rebana
menuju rumah pengantin perempuan
3. dirumah pengantin perempuan

Dihalaman muka rumah pengantin perempuan,barisan mempelai berhenti sebentar untuk


berbasabasi antara ibu-ibu pengapit mempelai dengan ibu-ibu pihak pengantin perempuan
yang telah menunggu di pintu masuk kerumah pengantin biasa nya dimulai oleh yang
datang, dengan kata nya :

Mukan kacang sembarang kacang


Kacang melilit dirumpun bolai
Bukan datang sembarang ddatang
Datang membawa si mempelai

e. panggilan surut
keesokan harinya setelah zuhur istri soko pusoko pihak laki-laki bersama dengan
beberapa ibu-ibu dan beberapa gadis pihak mempelai menjemput pengantin perempuan
untuk di bawa kerumah mempelai laki-laki selama semalam.
f. bila pihak laki-laki punya acara hatam quran maka setelah rombongan pengantin
perempuan ini tiba dirumah mempelai laki-laki, baru lah dilaksanakan acara hatam quran
di rumah penganti laki-laki, bedanya mempelai laki-laki telah dapat membawa serta
pengantin perempuan (istrinya) dalam acara arakan tamat ngaji
g. Pada malam hari siap maghrib dirumah mempelai laki-laki diadakan pula jamuan,tamat
ngaji,berzanji/marhaban,bertahlil dan berdoa serta berdikir rebana sampai subuh seperti
malam sebelumnya dirumah pengantin perempuan.Bedanya dirumah ini tidak ada acara
ijab Kabul.
h. keesokan harinya kedua pengantin kembali kerumah pengantin perempuan diantar ibu-
ibu dan gadis-gadis saudara si laki-laki.Kedua pengantin ini diberi bekal oleh orang tua si
mempelai berupa beras 3 kg,kelapa 2 buah dan lainnya yang digendong oleh ibu-ibunya
pihak laki-laki.
i. Menanai sijorah

baik di pihak laki-laki maupun dipihak perempuan oleh soko pusokonya diadakan acara
menanai sijorah.Setelah semua acara perhelatan selesai,maka pada waktu membongkar
tempat memasak,memulangkan barang-barang yang di pinjam,diadakan acara makan
bersama,antara soko pusoko dengan beberapa cucu kemenakan pihak yang punya hajat
dengan semua sijorah yang telah bersusah payah menyelenggarakan perhelatan kenduri
nikah kawin.

TEPAK SIRIH DAN BUNGKUSAN TANDA

A. Tepak sirih

Tepak sirih adalah salah satu kebesaran adat.setiap penyelenggaraan kerja adat diperlukan tepak
sirih,dengan tepak sirih dilakukan bersalaaman menurut cara adat.suatu kerja/acara yang
didahului dengan mempersembahkan tepak sirih,berarti kerja/acara tersebut telah diadatkan.

Mempersembahka tepak sirih berarti persembahan diri seseorang yang menyuguhkan tepak sirih
kepada seseorang yang disuguhkan tepak sirih tersebut,sebab didalam tepak sirih yang berisi
dengan lengkap,telah terungkap seluruh unsur tubuh seseorang.

Isi tepak sirih:

- Daun sirih berarti darah dan lambang kecintaan

- Kapur adalah zat tulang serta melambangkan otak dan benak

- Gambir berarti daging,sedangkan daun gambir yang kering melambangkan kulit/jangat


pembalut tubuh

- Pinang berlambang hati dan jantung

- Tembakau sebagai obat/penagkal

Pada waktu penyuguhan tepak sirih kepada seseorang hendaklah menghadapkan tambuk sirih
kepada orang yang disuguhi,dengan maksud:

- Menghadap/memberikan kepala

- Penyerahan,kok tampuk senang menjinjingkan,kok tali senang mengiritkan


- Sirih yang didalam tepak hendaklah dikanankan oleh orang yang menyuguhkan
tepak,maksudnya sebgai penghormatan

Jangan sekali-sekali mengirikan sirih atau menghadapkan ujung sirih(ekor sirih) kepada orang
yang disuguhi tepak,berarti itu adalah suatu penghinaan

B. Bungkusan tanda

Bungkusan tanda adalah pemberian pertama pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang
mengiringi cincin tanda adat.Bungkusan tanda merupakan jelmaan dari’’putih hati berkeadaan’’
oleh pihak laki-laki,menyertai’’putih kapas dapat dilihat’’ pada cincin tanda adat yang diletakkan
dalam tepak.Oleh sebab itu bungkusan tanda termasuk bagian adat yang sacral dan merupakan
rahasia yang(isinya)hanya dapaat dilihat/disaksika oleh orang-orang tertentu.

Susunan isi bungkusan tanda:

- Alas,adalah sebuah talam atau daun dulang

- Diatas talam atau dulang,disusun dalam sirih,daun gambir dengan jumlah ikatan yang
ganjil,serta pinnag dan gambir dalam jumlah yang ganjil pula(maksud bilangan ganjil ini adalah
melambangkan kerja yang belum sudah,hajat yang belum tercapai,ibarat kapal belum
berlabuh,bisa saja kasih tak sampai).

- Diatas susunan daun sirih,pinang dan gambir tersebut diletakkan pemberian berupa sekurang-
kurangnya seperangkat pakaian wanita yang sbelumnya telah dibungkus dengan kertas

- Kesemuanya itu dibungkus dengan setangan besar dan diikat dengan cara tertentu

Membawa bungkusan tanda harus dengan digendong (sebelah muka) serta bersenundung kain
panjang,seperti layaknya membawa tepak berisi cincin tanda.Membuka ikatan bungkusan tanda
oleh pihak perempuan,hendaklah secermat mungkin sehinga tidak ada benag/tali yang putus atau
rusak (perlmbang menjaga hubungan yang telah dibina,ada tersebut jangan lapuk dihujan jangan
lekang dipanas).

Anda mungkin juga menyukai