Anda di halaman 1dari 47

1-7 yosi

Alkisah Maka Adalah Dahulunya Luhak Rokan Iv Kota Ini Jatuh Pada Zaman 5,5
Abad Yang Telah
Lalu ,Maka Air Laut Belum Begitu Kering Betul, Masih Ada Lagi Danau-Danau Yang
Besar-Besar Maka
Pada Zaman Itu, Luhak Ini Ada Didiami Oleh Bangsa Sakai Rakyat.
Maka Segala Sakai-Sakai Itu Ada Memperbuat Kampung Pada Tanah Dan Bukit Yang
Tinggi Saja.

No.1. Kampung Tinjau Laut, Diatas Batu Bulah, Letaknya Antara Rokan Dan Lubuk
Bandara Sekarang.
2. Kampung Kota Berhala, Letaknya Antara Rokan Dan Muara Tibahlah Sekarang.
3. Kampung Parit Batu, Letaknya Dihulu Siki, Hampir Lubuk Bandara Sekarang.
4. Kampung Bukit Kajang, Letaknya Sebelah Mudik Lubuk Bandara Sekarang.

Tetapi Segala Sakai Rakyat Ber-Kampung-Kampung Yang Tersebut Diatas, Tidak Ada
Rajanya, Hanyalah Tua-Tua Dalam Tiap-Tiap Kampung Saja.
Sjahdan Kemudian Dari Itu, Adalah Kira-Kira 4,5 Yang Telah Lalu, Diam Dikota
Bento Tinggi, Kota Itu Letaknya Dalam Afdeling Lubuk Sikaping Sekarang.
Maka Putri Sangka Pujah Itu Ada Mengadakan Putra Banyaknya 7 Orang, 6 Laki-
Laki 1 Perempuan, Dan Tuannya Laki-Laki Nama (Djulat Djarohsya) Begelar Sultan Sri
Alam. Dalam Beberapa Lamanya, Maka Segala Anak Raja Itu Pun Telah Besar-Besar, Maka
Anaknya Yang Tua (Djulat Djarohsyah) Yang Bergelar Sultan Sri Alam Itu, Kabarnya
Terlalu Gagah Dan Jahat.
Maka Dengan Sebab Itu, Sultan Sri Alam Terus Merajuk Lalu Pergi Berjalan
Meninggalkan Negeri, Diiringkan Oleh Beberapa Hamba Rakyat Dalam Negeri Itu Laki-Laki
Dan Perempuan, Kabarnya Ada Kira-Kira 30 Kelamin, Maka Sultan Sri Alam Pun Beserta
Pula Istrinya.
Adapun Luhak Rokan Iv Kota Ini Pada Zaman Itu, Sepanjang Yang Kabarnya Adalah
Sedikit Kering, Tetapi Sungai Rokan Ini Dalamnya Pada Waktu Itu Ada Kira-Kira 35 Meter,
Menurut Bekas Air Pada Batu Dimana Kota Batu Bulan Sekarang.

Bagian Yang Pertama


Menyatakan Yang Mula-Mula memerintah Dalam Luhak Rokan Ini, Serta Dengan
Rakyat Yang Bersama Dengan Raja Itu, Yaitu Bergelar Sultan Sri Alam.
Alkisah Maka Tersebutlah Perkataan Perihal Dari Mulanya Perjalanan Sultan
Sri Alam Akan Masuk Kedalam Luhak Rokbn Iv Kota Ini Maka Pada Suatu Masa Yang
Tersebut Diatas, Maka Sultan Sri Alam Pun Bermohon Pada Ayah Handanya, Keluar Dari
Negeri Kota Bento Tinggi Berserta Dengan Kawan-Kawan Yang 30 Kelamin Menelusuri
Sungai Lalah Mengilirkan Sampan Dengan Memakai Beberapa Rakit Dan Perahu Kulit
Kaju.
Kemudian Dalam Beberapa Hari Sultan Sri Alam Mengilirkan Sungai Sumpu ( Sungai
Rokan ), Maka Tibalah Pada Suatu Tempat Pada Sumpu Ini,Suatu Tempat Kejahatanyang
Amat Jahat, Sehingga Tidak Boleh Dilalui Rakit Dan Perahunya Itu, Sebab Disitu Airnya
terlalu Terjun.
Maka Pada Ketika Itu Sultan Sri Alam Serta Kawan Kawannya Lalu Berhenti Disana
Serta Memperbuat Pondok Dan Bangsal Pada Tepi Sungai Itu.
Maka Pada Waktu Malam Hari, Maka Segala Kawan-Kawan Sultan Sri Alam Lalu Tiap-
Tiap Malam Membuat Api Besar, Sebab Akan Menerangi Dan Menjaga Rajanya Itu, Maka
Tiap-Tiap Malam Demikian Diperbuat Oleh Kawan-Kawan Dan Pengiringnya Itu.Jadi Pada
Waktu Malam Hari Bendegaran Cahaya Api Itu, Sampai Pada Suatu Bukit yang Sebelah Raja
Itu Bermalam, Serta Kelihatan Semua Batu-Batu Yang Ada Pada Bukit Itu. Sebab Itu Maka
Dinamakan Bukit Itu. Bukit Batu Bederang, Yaitu Batu Benderang Sekarang.
Sjahdan Kemudian Dari Pada Itu Berapa Lamanya, Maka Sultan Sri Alam Dengan
Semua Pengiringnya Lalu Berjalan Pula Mengilirkan Sungai Sampur Buat Melihat Tempat
Mana-Mana Yang Baik Akan Dibuat Kampung Dan Ladang. Maka Dalam Perjalanan Sultan
Sri Alam Itu, Beberapa Hari Lamanya Maka Tibalah Pada Suatu Tempat Tanah Yang Lebar
Dan Datar, Dan Ada Pula Suatu Tempat Tanah Tinggi Dari Sekelilingnya Itu, Maka Sultan
Sri Alam Dengan Semua Pengiringnya Lalu Bercuti Pula Disana, Yaitu Pada Tempat Teluk
Sembahyang Yang Sekarang. Dalam Hal Yang Demikian Maka Sultan Sri Alam Lalu
Memperbuat Kampung Pada Tempat Tanah Yang Tertinggi Itu Serta Berladang-Ladang.
Maka Dengan Takdir Allah ( ), Mereka Itu Pun Mendapat Padi
Lebih Dari Cukupnya Makan. Oleh Sebab Itu Mufakatlah Sultan Sri Alam Dengan Segala
Pengiringnya, Bahasa Tidak Memperbuat Kampung Dan Negeri Pada Tempat Itu. Sehabis
Putus Mufakat/Sepakat Sultan Sri Alamdengan Segala Pengiringnya, Maka Teruslah ( )
Membuat Kampung Dan Negeri Pada Tempat Itu. Maka Demikian Jalan Kampung Itu
Kampung Sembayang Tinggi. Maka Pada Waktu Itu Didirikanlah Oleh Sultan Sri Alam
Seorang Orang Besar Bergelar datuk Ini Setia.Letaknya Kampung Itu jalan Sebelah Mudik
sungai Pusu Sekarang.
Sjahdah Dalam Waktu Sultan Sri Alam Duduk Dikampung Dan Berladang Di Kota
Sembahyang Tinggi Maka Orang-Orang Pun Banyaklah Yang Datang Dari Lain-Lain Negeri
Serta Berdiam Juga Di Kota Sembahyang Tinggi, Diperhatikan Oleh Sultan Sri Alam Dengan
Makanan Yang Cukup. Buat Keadaan Pada Waktu Itu.Dalam Hal Yang Demikian Itu, Maka
Sultan Sri Alam Pun Telah Mengdakan Seorang Putra Laki-Laki. Maka Lama Keadaan
Sultan Sri Alam Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi, Maka Anaknya Itu Pun Besarlah.
Sepajang Kabar Anaknya Itu Telah Berumur 25 Tahun. Maka Sultan Sri Alam Pun Terus
Majikatlah Meninggalkan Dunia.Sepanjang Kabarnya Sultan Sri Alam Memerintah Dikota
Sembahyang Tinggi Adalah Kira-Kira 41 Tahun, Maka Ia Pun Terus Mangkat. Demikianlah
Halnya Pada Zaman Raja Yang Mula-Mula Di Tuhak Rokan Yaitu Di Kota Sembahyng
Tinggi.

Bagian Ruang Kedua

Menyatakan Raja Yang Kedua Yang Memerintah Dalam Luhak Rokan Yaitu Bergelar
Tengku Raja Rokan.
Alkisah Maka Tersebutlah Perkataan Pada Zaman Tengku Raja Rokan Memerintah
Dalam Luhak Rokan. Ada Pun Pada Kemudian Telah Mangkat Ayahnya Sultan Sri Alam,
Maka Tengku Panglima Raja Memerintah Segala Sembahang Tinggi, Serta Lama Beristrikan
Seorang Bangsa Ke Empat Suku.
Sjaidah Dalam 4 Atau 5 Tahun Tengku Panglima Raja Telah Memerintah Dibelakang
Ayahnya, Maka Orang Dikota Sembahyang Tinggi Bertambah Banyak Juga Serta Bertambah
Sukunya Orang Yang Datang Itu.

1. Maka Orang Suku Melayu Asalnya Datang Dari Padang Panjang, Setengahnya Tinggal Di
Rao, Baru Lalu Ke Luhak Rokan Ketempat Dikota Sembahyang Tinggi.
2. Orang Suku Mandaling Dan Mais Datang Dari Kota Bento Tinggi, Setangahnya
Berhenti Di Petok Kemudian Baru Masuk Ke Luhak Rokan Menempat Ke Kota Sembahyang
Tinggi.
3. Orang Suku Perorang Asalnya Kelobar Dari Muara Tais, Kemudian Baru Masuk Ke
Luhak Rokan, Menepat Di Kota Sembahyang Tinggi.
4. Orang Suku Asal nyaduca Dari Korea Tais, Kemudian Masuk Ke
Luhak Rokan,Menepat Di Kota Sembahyang Tinggi.
5. Orang Suku Peliang, Asalnya Dari Padang Panjang,Kemydian Datang Pula Ke
Petok Bagian Lubuk Sikapnya, Kemudian Piundah Ke Rao Yaitu Langsat Kodok, Kemudian
Baru Masuk Ke Luhak Rokan Menepat Ke Kota Sembahyang Tinggi.
6. Orang Suku Taniago, Datang Dari Padang Panjang, Diam Di Rao Kemudian Baru
Masuk Ke Luhak Rokan Menepat Di Kota Sembahyang Tinggi.
Kemudian Telah Berkumpul Segala Orang Suku-Suku Yang Tersebut Di Atas Ini Ke Kota
Sembahyang Tinggi, Merek Itu Semuanya Berkumpul Dan Berladang, Di Perdatahkan Oleh
Tengku Panglma Raja,Semakin Lama Bertambah Ramai Juga Kota Sembahyang Tinggi.
Ada Pun Dalam Hal Yang Demikian, Maka Terbitlah Fikiran Tengku Panglima
Raja,Tindak Mendirikan Tofa-Tofa Dalam Tiap-Tiap Suku Yang Tersebut. Sehabis Itu
Maka Mufakatan Tengku Palima Raja Dengan Datuk Nan Setia Serta Orang Tua Dalam
Suku Jana Datang Itu, Akan Mendirikan Adat Tua-Tua Dalam Tiap-Tiap Suku. Sehabis
Mufakat Maka Orang Kota Sembahyang Tinggi Berkat Dan Berjamu Mengangkat Tua
Dalam Tiap-Tiap Suku.
Dan Tengku Panglima Raja Diangkat Gelar Tengku Raja Rokam, Maka Orang Besar-Besar
Dalam Kota Sembahyang Tinggi Pada Zaman Itu Gelarnya.
No . 1. Datuk Nan Setia
2. Datuk Singa
3. Datuk Diraja
4. Datuk Dalam
Kemudian Dari Pada Itu Maka Dinobat Pula Rulombalang Yang Dipilih Yang Gagah
Berani, Maka Gelar Rulombalang Itu Seperti Dibawh Ini :
No : 1. Gelar Tupang Muara Puja,
2. Gelarnya Sambal Supih,
3. Gelarnya Tumbang Langit,
4. Gelarnya Elang Laut,
5. Gelarnya Panglima Eping Berantah,
6. Gelarnya Mata Ludah Dan
7. Gelarnya Sapu Ranta
Adapun Sehabis Orang Kota Sembah Yang Tinggi Berjamu Mengangkat Tengku
Panglima Raja Bergelar Tengku Raja Rokan, Pada Ketika Itu Mulailah Menanam Dan
Mengatur Orang Besar-Besar Da Hulung Balang Yang Tersebut Diatas Maka Orang Kota
Sembahyang Tinggi Memperbuat Kampung Pula Dua Buah, Satu Bernama Kota Tanjung
Sabar Letaknya Di Tepi Sungai Rokan, Sebelah Kiri Mudik, Berdekatan Sebelah Mudik
Muara Siasam Sekarang. Kedua Kampung Simpang Dua, Letaknya Disebelah Kanan Sungai
Rokan Antara Dengan Sungai Pusu Sekarang. Lagi Pula Dibuat Satu Kampung Bernama
Kota Renan Letaknya Sebelah Kiri Sungai Rokan. Maka Yang Tersebut Itu Jadi Anak
Kampung Kota Sembahyang Tinggi.
Sjaidah Maka Tengku Raja Rokan Dan Orang Kota Sembahyang Tinggi Pun
Bertambah Ramai Dan Makmur. Pada Ketikaitu Tengku Raja Rokan Mufakat/Sepakat
Dengan Orang Besar-Besar Yaitu Segala Kampung-Kampung Sakai Yang Tersebut Diatas,
Yang Memang Dahulu Kedapata Oleh Ayahnya Sultan Sri Alam. Dalam Luhak Rokan Ini,
Diamuk Dan Dilarang, Supaya Mereka Itu takut Perintah Dan berada Di Kota Sembahyang
Tinggi.
Adapun Yang Mula-Mula Diserang, Yaitu Kampung Sakai Di Batu Bulan Kedua
Kampung Sakai Di Kotas enayang, Ketiga Kampung Sakai Di Parit Batu, Keempat Kampung
Sakai Di Kota Berjiala Yang Tersebut Pad Permulaan Buku Ini. Dalam Hal Yang
Demikian Segala Sakai Yang Tersebut Tiada Melawan Dengan Kuat, Hanyalah Mereka
Mengikut Berada Kepada Tengku Raja Rokan Di Kota Sembahyang Tinggi. Sehabis Hal
Demikian Maka Tengku Raja Rokan Pun Tetaplah Memerintah Di Kota Sembahyang Tinggi,
Kemudian Maka Segala Sakai-Sakai Itu Ruanya Tiada Selang Takut Perintah Pada Raja
Melayu, Maka Mereka Itu Pun Keluarlah Dari Kampung Masing-Masing Pergi Membawa
Dirinya Ketanah Seberang, Sampai Sekarang Ada Lagi Pihak-Pihak Itu Orang Menjadi Sakai
Juga Dalam Bagian Perak (Malaysia Sekarng ).
Oleh Sebab Itu Luhak Ini Tinggal, Di Diami Bangsa Melayu Saja.
Hatta Tidak Berapa Lamanya Kemudian Dari Pada Itu, Maka Datanglah Satu Buah
Perahu Dari Laut,Nachodahnya bergelar Pendekar Berkokok,Kepala Dari Perampok Laut.
Maka Setiba Pendekar Itu Pun Singgahlah Dikota Sembahyang Tinggi, Maksutnya Hendak
Mengamuk Di Kota Sembahyang Tinggi. Sampai Disitu Maka Pendekar Itu Tiada Mau
Menghadap Raja Disitu, Hanyalah Kerjanya Mencari Jalan Perkelahian Saja. Apa Bila
Malam Hari Pendekar Itu Naik Ke Kota Sembahyang Tinggi, Lalu Berkokok Seperti Ayam,
Serta Menepuk-Tepukan Tangan Dan Menghimbau Lawan Hendak Berkelahi. Maka Pada
Ketika Itu Seorang Hulubalang Pun Tiada Dibenarkan Melawan Itu Pendekar, Hanyalah
Menanti Ketika Yang Baik Langkah Yang Elok/Baik, Buat Melawan Itu Pendekar Berkelahi,
Sehingga Sampai 7 Hari Lamanya Tengku Raja Rokan Mencari Langkah Itu Tiada Juga
Dapat. Sebab Itu Tengku Raja Rokan Menyuruh 7 Orang Hulubalang Maksut Ke Tapung Di
Kota Sibuaya, Ada Seorang Akan Di Panggil, Bergelar Datuk Ama Pahlawan, Yaitu Seorang
Yang Gagah Berani, Minta Tolong Melawan Pendekar Alam Berkokok Berkelahi Di Kota
Sembahyang Tinggi.
Arkian Maka Tujuh Orang Hulubalang Itu Pun Teruslah Berjalan Menuju Ke Kota
Sibuaya Dengan Menerima Satu Ekor Anjing. Sampai Mereka Itu Di Bukit Suligi Maka
Anjing Itu Pun Teruslah Berjalan Bertenderlah Pula Dengan Seekor Anjing Dalam Hutan Itu
Lalu Berkelahilah Dimana Tempat Anjing Itu Berkelahi Kedua Anjing Itu Pada Satu Tabang
Pada Bukit Suligi Itu. Oleh Sebab Itu Terdengarlah Oleh Orang Yang 7 Orang Tadi, Terus Di
Ikutinya Dimana Tempat Anjing Itu Berkelahi. Sampai Disitu Bertemulah Orang Yang 7
Orang Yang Tadi Dengan Tuan Itu Yaitu Bergelar Datuk Godang Tintin. Oleh Sebab Itu
Mengejek Kedua Belah Pihaknya, Dalam Ejekannya Itu Tersebutlah Bahasa Mereka Itu
Suruhan Oleh Tengku Raja Rokan, Disuruh Menjemput Datuk Ama Pahlawan Akan Dibawa
Ke Kota Sembahyang Tinggi, Akan Melawan Pendekar Alam Berkokok.
Ada Pun Datuk Godang Tintin Datang Itu Berdua Dengan Anaknya Yaitu Asalnya
Kepala Negeri Tanjung .
Pada Suatu Fajar. Maka Kata Datuk Godang Tintin, Janganlah Lagi Dijemput Datuk Ama
Pahlawan Itu Biarlah Hamba Saja Bersama Menghadap Tengku Raja Rokan Buat Melawan
Pendekar Alam Berkokok Itu, Sahut Ketujuh Cetusan Itu, Kalau Datuk Mau Baiklah. Sebab
Itulah Ditetapkan Sekarang Itu Batas Rokan Dengan Kampar Yaitu Di Bukit Kalaran Anjuran
Yang Tersebut Itu.
Maka Datuk Godang Tintin Dan Ketujuh Orang Cetusan Raja Itu Pun Berjalanlah Ke
Kota Sembahyang Tinggi, Sesampai Ke Kota Sembahyang Tinggi Datuk Godang Tintin Pun
Pergi Menghadap Raja Ke Isatana. Pada Ketika Itu Di Perintahkan Oleh Raja Kepada Datuk
Godang Tintin Bahwa Ada Seorang Pendekar Alam Berkokok Datang Dari Laut Maksutnya
Hendak Berkelahi Dengan Orang Kota Sembahyang Tinggi, dan Orang Kota Sembahyang
Tinggi Pada Ketika Itu Seorang Pun Tiada Yang Sanggup Buat Melawan Pendekar Itu.
Sebab Itu Kami Minta Pertolongan Pada Datuk. Jawab Datuk Godang Tintin, Boleh Patik
Tuba Melawannya. Kemudian Dari Pada Itu Segala Kelakuan Pendekar Itu Menghimbau
Lawan, Di Ceritakan Oleh Tengku Raja Rokan.
Sjahdan Sampai Pada Waktu Malam Harinya, Maka Naiklah Pula Pendekar Alam
Berkokok Kedalam Kota Sembahyang Tinggi, Lalu Berkokok Menghambau Lawan, Maka
Dijawablah Oleh Datuk Godang Tintin Dengan Berkata,
Disini Tiada Orang Berkokok Hanyalah Ayam Yang Pandai, Maka Terdengarlah Pendekar
Alam Berkokok, Ia Pun Kembali Ke Perahunya, Lalu Tidur Sampai Pagi Harinya, Setelah
Hari Pagi, Pendekar Alam Berkokok Pun Naiklah Pula Kedarat Dengan Membawa Sebilah
Pedang, Lalu Berkata Siapakah Yang Jantan Malam Tadi, Teruslah Supaya Boleh Berkelahi.
Jawab Datuk Godang Tintin,
Akulah Yang Berkelahi Bajak Dan Lain Orang Tiada Yang Berani, Sehabis Itu Datuk
Godang Tintin Pergi Menghadap Tengku Raja Rokan, Mengabarkan Bahwa Hendak
Melawan Pendekar Itu, Jawab Raja, Baiklah.
Pada Ketika Itu Pendekar Telah Ada Dihalaman Tengku Raja Rokan Oleh Datuk
Godang Tintin Sebatang Tebu Dan Iapun Dududk Makan Tebu Itu Didepan Pintu, Dan
Anaknya Yang Di Manja Itulah Yang Disuruhnya Berkelahi Dengan Pendekar Alam
Berkokok Itu. Sedang Pendekar Alam Berkokok Berkelahi Dengan Anak Datuk Godang
Tintin Berbalik Kegedung Halaman Kepangkal Halaman, Belum Juga Kena Mengenai Kedua
Belah Pihaknya. Maka Batang Tebu Yang Di Makan Oleh Datuk Godang Tintin Tadi, Di
Lemparkannya Pada Pendekar Alam Berkokok, Dalam Hal Yang Demikiann Bertarunglah
Kaki Pendekar Tadi Pada Batang Tebu Itu, Sedangkan Ia Terdesak Di Kejar Oleh Anak
Datuk Godang Tintin, Pendekar Itu Pun Kenalah Pada Lehernya Lalu Mati Seketika. Segala
Harta Pendekar Itu Dirampas, Segala Orangnya Disuruh Kembali Dengan Perahunya.
Sjahdan Pada Ketika Itu Sebagai Pembalasan Jasa Datuk Godang Tintin dan Anaknya
Maka Dibuat Suatu Tali Persahabatan Antara Orang Tangan Datuk Godang Tintin Yaitu
Watas Rokan Dengan Kampar, Pada Bukit Kalaran Anjing Yang Tersebut Diatas Tadi.
Adapun Demikian Dari Pada Itu, Maka Tengku Raja Rokan Pun Tinggal Tetaplah
Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi Dengan Bertambah Ramai Juga Serta dengan
Persediaan Makanan Yang Cukup. Maka Dalam Yang Demikian Tengku Raja Rokan Pun
Mengadakan Seorang Putra, Seorang Laki-Laki Bergelar Sultan Panglima Dalam Dan
Seorang
Perempuan Bergelar Putri Cahaya Intan.
Anaknya Yang Laki-Laki Itu Adalah Berumur 30 Tahun, Tengku Raja Rokan Pun
Meninggal. Dan Kota Sembahyang Tinggi Pun Di Perintahkan Oleh Anak Sultan Panglima
Dalam.
Maka Dalam Sepanjang Kabarnya Tengku Raja Rokan Memerintah Kira-Kira 73
Tahun, Baru Meninggal.

Bagian Yang Ketiga

Menyatakan Raja Yang Ketiga Memerintah Dalam Luhak Rokan Yaitu Sultan
Panglima Dalam, Putra Tengku Raja Rokan Dikota Sembahyang Tinggi.
Alkisah Maka Tersebutlah Sultan Panglima Dalam Memerintah Dalam Luhak Rokan
Yaitu Dikota Sembahyang Tinggi. Maka Sultan Panglima Dalam Ada Saudara Seorang
Perempuan Gelar Cahaya Intan .
Sjahdan Berapa Lamanya Dibelakang Tengku Raja Rokan Telah Meninggal, Maka Anaknya
Yang Laki-Laki Itu Di Angkat Orang Menjadi Raja Bergelar Sultan Panglima Dalam Dan
Saudaraya Yang Perempuan Bergelar Putri Cahaya Intan Sehabis Itu Sultan Panglima Dalam
Pun Tetaplah Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi. Dalam Hal Yang Demikian Maka
Sultan Panglima Dalam Kawin Dengan Seorang Bangsa Keempat Suku Kota Sembahyang
Tinggi, Dan Saudaranya Yang Perempuan Itu Kawin Dengan Seorang Bangsa Raja Yang
Baru Datang. Kemudian Lama Kelamaan Sitti Cahaya Intan Adik Sultan Panglima Dalam
Pun Dapat Anak 3 Orang, Yang Tua Laki-Laki Bernama, Sipadi, Dan Yang Tengah Bernama
Sitti Intan Dan Yang Perempuan Kecil Itu, Mati Kecil.
Tiada Berapa Lama Istri Sultan Panglima Dalam Pun Meninggal Juga, Sepajang
Kabarnya Adalah Dalam Kira-Kira 30 Tahun Lamanya Ia Memakai Istrinya Itu.
Adapun Kemudian Sesudah Mati Istrinya Sultan Panglima Dalam Itu Maka Sultan
Panglima Dalam Pun Pergi Kawin Ke Kuok Yaitu V Kota Sekarang, Kepada Anak Datuk
Bendahara Kaya, Gadis Jitan Manis. Maka Sesampai Sultan Panglima Dalam Di Kuok, Maka
Iapun Meminang Anak Datuk Bendahara Itu, Dan Datuk Itu Sukalah Menerima Sultan
Panglima Dalam Buat Tunangan Anaknya Itu, Pada Ketika Itu Orang Sedang Meramaikan
Gelanggang Tempat Menyabung. Maka Datang Pula Seorang Bernama Panglima Kaya Yaitu
Orang Datang Dari Laut, Dan Panglima Kaya Datang Pula Pada Datuk Bendahara Itu,
Hendak Meminang Tunangan Panglima Dalam Itu. Ada Pun Adat Orang Pada Waktu Itu,
Barang Siapa Yang Gagah, Ialah Yang Akan Mendapat. Oleh Sebab Itu Dikerasilah Oleh
Panglima Kaya Hendak Kawin Dengan Tunangan Sultan Panglima Dalam Itu.
Jadi Keadaan Mereka Itupun Sama-Sama Menyabung Dalam Gelanggang Itu, Tetapi Dalam
Hatinya Hendak , Membunuh Salah Seorang. Pada Suatu Hari Kalahlah Ayam Panglima
Kaya Oleh Ayam Sultan Panglima Dalam, Maka Sultan Pamglima Kaya Mau Menbajar
Kekalahannya. Pada Ketika Itu Keadaan Merka Itu Berkelahilah, Tiada Berapa Lamanya
Berkalahi Matilah Panglima Kaya Di Pancung Oleh Panglima Dalam Raja Di Kota
Sembahyang Tinggi.
Sehabis Itu Sultan Panglima Dalam Pun Lalu Kawin Dengan Gadis Jitan Manis Anak
Datuk Bendahara Itu. Apabila Selasai Kawin Maka Sultan Panglima Dalam Pun, Lalu Itu
Kembali Ke Kota Senbahyang Tinggi Deangan Istrinya Itu.
Lama Kelamaan Maka Sultan Panglima Dalam Dengan Istrinya Dapat Seorag Anak
Laki-Laki Bergelar Tengku Panglima Raja. Kemudian Telah Besar Anaknya Itu, Maka Di
Kawinkannya Dengan Keponakan Sitti Intan Anak Dari Sitti Cahaya Intan. Adalah Dari
Keponakannya Sipadi Telah Berumur 30 Tahun Maka Sultan Panglima Dalam Pun
Meninggal, Sepanjang Kabarnya Adalah Sultan Panglima Dalam Memerintah 65 Tahun Lalu
Meninggal.

Bagian Yang Ke Empat


Menyatakan Raja Yang Keempat Dalam Luhak Rokan, Yaitu Bergelar Sultan Sepedas
Padi Keponakan Dari Sultan Panglima Dalam Dikota Sembahyang Tinggi.Adapun
Dibelakang Sultan Panglima Dalam Telah Meninggal, Maka Mufakatlah/Sepakat Orang
Besar-Besar Dikota Sembahyang Tinggi Serta Hamba Rakyat Sekalian, Hendak Mendirikan
Raja, Akan Di Ganti Sultan Panglima Dalam. Waktu Itu Adalah Satu Anaknya Bergelar
Panglima Raja Dan Satu Keponakannya Bernama Sipadi. Jadi Dipilih Antara Anak Dan
Keponakan, Sekalian Orang Tua-Tua Dan Orang Besar - Besar Banyak Yang Memilih
Keponakan Sultan Panglima Dalam Akan Dijadikan Raja.

8-17elen

Maka Tengku Panglima Raja Mada panjang bicara, sebab ia berkawin dengan adik
Sepadi. Dalam hal yang demikian putuslah mufakat orang Koto Tinggi, maka diangkatlah
Sepadi menjadi Raja di Koto Tinggi denagn bergelar Sutan Sepedas Padi. Adapun Sutan
Sepedas Padi terlalu gagah berani dan selalu mengamuk dan menyamun dan mengalahkan
beberapa kampong, maksudnya hendak mengambil harta orang di kampung itu.

Adalah kekuatannya selaku orang merampok. Apalagi disitu pada masa itu belum
beragama islam betul sebagai sekarang ini, hanyalah adat melayu pada zaman itu. Adapun
saudara yang perempuan dari Sutan Sepedas Padi yang kawin dengan anak Sultan Panglima
Dalam maka mendapat anak seorang laki-laki bernama Sedlam, yaitu kemenakan dari Sutan
Sepedas Padi.

Tiada berapa lamanya Sutan Sepedas Padi memerintah di Kotot Tinggi, maka
datanglah orang keramat, kabarnya Bangsa Arab datang dari Aceh bergelar Sutan Harimau,
lagi beragama Islam. Adapun Sutan Harimau datang itu kabarnya dia bersaudara sama laki-
laki yang bergelar Sutan Janggut itulah yang masuk ke Rokan Kanan dan yang mudanya
bergelar Sutan Harimau yang masuk ke Rokan Kiri.tugas mereka itu adalah untuk
mengembangkan agama islam. Beliau-beliau ini datang dari Bagansi api-api, dan sampai di
Kuala Lako yaitu pertemuan sungai Rokan Kiri dan Rokan Kanan, maka keduanyapun
bermufakatlah disitu, siapa yang masuk ke Rokan Kanan dan siapa pula yang masuk ke
Rokan Kiri.

Kata Sahibul Hikayat, maka ditimbanglah air Rokan Kanan dan air Rokan Kiri, maka
beratlah air Rokan Kiri, jadi kata Sutan Janggut Sutan Harimaulah yang akan masuk ke
Rokan Kiri dan Sutan Janggut ke Rokan Kanan buat islamkan orang-orang disana. Adapun
Sutan Harimau mudik itu, ialah singgah-singgah dimana kampung nan enam sekarang, lalu
meninggalkan enam kelamin semaunya disitu, itulah asal orang di kampung nan enam
sekarang. Kemudian mudik juga Sutan Harimau lalu singgah di seberang Lubuk Bendahara
yang sekarang membuat tempat sembahyang disitu. Setelah itu Sutan Harimaupun mudik
juga sehingga sampai ke Koto Tinggi, lalu menghadap kepada Sutan Sepedas Padi. Maka
Sutan Harimaupun tinggallah bersahabat dengan Sutan Sepedas Padi di Koto Tinggi. Setelah
setahun dua tahun Sutan Harimau tinggal di Koto Tinggi bersama Sutan Sepedas Padi dan
Sutan Harimaupun terlalu hormat kepada Sutan Sepedas Padi. Oleh sebab itu, lembutlah hati
Sutan Sepedas Padi kepada Sutan Harimau, tambahan pula Stan Harimau itu banyak ilmunya.
Jadi Sutan Sepedas Padi bergurulah pada Sutan Harimau segala ilmu dunia, seperti ilmu kuat
dan tahan kulit dan lain-lain, begitu juga segala rakyat di Koto Tinggi. Dalam pada itu maka
Sutan Harimaupun terus mengajar ilmu agam islam, denga mengajakan cara mengerjakan
syahadat dan sembahyang lima waktu dan lain-lain perkara agama seberapa bisa pada zaman
itu. Mulai pada waktu itulah orang memakai agama islam hingga sampai sekarang ini.

Kemudian setelah habis orang Kotot Tinggi masuk agama islam, mulailah orang Koto
Tinggi dan kampung-kampung sekitarnya takluk mengerjakan sembahyang lima waktu sehari
semalam :

Mulai pada waktu itu Koto Tinggi resmi berubah namanya menjadi TELUK KOTO
SEMBAHYANG TINGGI,karena orang kampung ini takluk mengerjakan sembahyang.

Kemudian sehabis orang koto Sembahyang Tinggi masuk agama Islam maka Sutan
Harimaupun mufakatlah dengan Sutan Sepedas jadi,hendak membuat pegawai Agama yaitu
Imam Khatib Bilal dan mungkin bagi jumat. Dan Sutan Sepedas jadipun sukalah menerima
permufakalan itu maka teruslah Sutan Sepedas Padi mendirikan Imam, Khatib ,Bilal dan
Mungkin.

Dan orangpun mulailah mengerjakan sembahyang jumat di Koto Sembahyang


Tinggi.maka hal yang demikian Sutan Sepedas tadipun tetaplah memerintah di Koto
Sembahyang Tinggi.

Maka adalah Sutan Harimau itu mencari orang yang belum masuk islam juga,supaya
di Islamkan.

Syahdan orang Koto Sembahyang Tinggipun pergilah mencari orang yang belum
Islam itu dan bertambah ramailah juga Koto Sembahyang,karena orang datang bertambah-
tambah juga pada ketika itu penuhlah Koto Sembahyang Tinggi oleh orang.
Maka terbitlah pikiran oleh Sutan Sepedas tadi dengan segala orang Besar-besar dan
Rakyat di Koto Sembahyang Tinggi,hendak menambah Negeri yang agak jauh sedikit dari
Koto Sembahyang Tinggi, supaya senang berladang pada hutan yang lapang.

Maka ketika itu putuslah mufakat bahwa Koto Sembahyang Tinggi akan di tinggalkan
dan akan memperbuat Negeri empat buah,dan akan didirikan orang Besarnya empat orang.
Dan ditentukan pula orang yang akan mencari tanah negeri yang empat itu.

Menurut keputusan mufakat itu ialah Imam akan pergi ke hilir akan mencari tempat
negeri itu dan Khatib akan pergi ke mudik Sungai Rokan, dan Bilal akan masuk Sungai
Siasam yang sekarang dengan setengah mungkin.sehabis itu maka empat orang itupun
pergilah berjalan mencari tanah yang akan di buat Negeri itu masing-masing dengan halnya.

Syahdan setelah putuslah permufakatan itu , maka Khatibpun memudiakn Sungai


Rokan dengan perahu bersama dengan kawan-kawannya adalah dua tiga orang.beberapa
lamanya naiklah kedarat seorang bernama Saidi, tempatnya naik itu,ialah seberang sungai
kecil yang bermuara ke Sungai Rokan,yaitu seberang negeri Rokan yang sekarang.

Maka adalah ia membawa seekor anjing naik kedarat itu buat mencari tapak
negeri,mana-mana yang baik akan dijadikan negeri.setelah sampai di darat anjing itupun
menyalak.apabila didengar oleh Saidi anjingnya itu menyalak sepohon kayu yang di namakan
orang Gorkan.

Waktu itu berpikirlah Saidi dalam hatinya,kalau begini halnya baiklah disini dijadikan
tapak negeri, karena pada tempat ini adalah tanahnya datar dan baik rupanya.setelah itu maka
Saidi pun pulanglah kenegerinya,hendak menyatakan hal itu.

Apabila selesai dipanggilnyalah orang dalam negeri itu,buat menyatakan sepanjang


pendapatnya itu.segala orang dalam negeri itupun sukalah hatinya mendengarkan perkataan
Saidi itu.tidak berapa lamanya dibawalah lagi orang oleh Saidi beberapa orang kepada yang
diperolehnya itu. Sampai disitu betullah rupanya seperti kata-katayaidi iyu. Karena itubersuka
kalilah orang dengan menamakan sungai kecil itu sungai Gorkan, sampai sekarang bernama
rokan sahaja. Dan negeri itu dinamakan orang Koto okan Tinggi, karena tanahnya tinggi dari
pada tanah yang ada didekat itu.

Adapun Bilal yang tersebut diatas tadi. Mulanya ia syalam dengan khatib Rahadi,
tetapi sampai pada sebuah sungai yang ber,uara kepada sungai Rokan sekarang ini, yaitu
bernama sungai Yiasam masa sekarang, iapun memudikkan sungai itu sampai pada
tempatsungai itu bercbang dua. Disitu dilihatlah sebatang pohon asam, dengan mengambil
buah kayu itu buat dimakannya tetapi adalah lain sekali buah kayu itu. Karena buah kayu
yang disebelah dahan yang satu, betul asam rasanya, tetapi yang disebelahnya lagi manis
rasanya.

Sebab itu berikrar lah ia dalam hatinya, kalau begitu halnya baiklah sungai yang
sebelah itu kita namaisungai Siasam karena buah kayuyang disebelah itu asam rasanya. Dan
sebelah hulu sungai kita buat negeri dengan kita namai Alihan karena buah kayu itu pilih-
pilihan rasanya. Kalau diulang beberapa kali menyebut itu, karena penyebutan sampai
sekrang Pendalian saja, dan sungai yang secabang lagi itu bernama sungai pandalian

Oleh sebab sudah tetaplah disitu akan dibuat tapak negeri mereka itupun mulailah
menebas disitu, sehingga sampai pada suatu rawang. Ditengah rawang itu terlihatlah oleh
orang yang menebus itu sebatang tebu, lalu diambil oleh orang itu, tebu itu lalu imakannya.
Apabila dilihat oleh kawan-kawannya hal itu, lalu mengabil tebu itu pula, sehingga sampai 7
orang yang memakan tebu itu dan tebu itu hislah.

Tetapi tebu sudahlah tentu apabiladiujung itulah yang kurang manisnya. Jadi orang
yang mendapat penghabisan sekali tiadalah mendapat tebu manis. Oleh sebab itu berkatalah
orang yang memakan tebu yang diujung itu, adapun aku ini mendapat tebu pucuknya, kalau
begitu beserta tuan-tuan maka jadikanlah aku ini pucuk pula.

Setelah didengar oleh orang banyak, sukalah hati mereka itu buat menjadikan orang
satu itu pucuknya. Dua tiga hari kemudian dari pada itu, berjalanlah lagi seorang-orang
dengan bebrapa kawan-kaaawannya kepada suatu tempat maka bertemulah orang itu denagn
sebuah yang bermulakatlah orang itu kepada siapakah Gung itu akan diberikan?
Keseduhannya putuslah mufakat itu bahwa gung baiklah diberikan kepada pucuk tahadi.
Sampai kerumah pucuk itu lalu dipalu oranglah yang itu. Jadi berbunyilah gung itu demikian
nguk, nguk, nguk, nguk, nguk, nguk. Sampai sekarang tetaplah nama gung itu seperti
bunyinya yaitu nguk nguk dengan kekal sahaja lagisiberunguk itu disana.

Adapun mungkin yang tersebut diatas ini, iapun juga memudikkan sungai Siasam.
Tetapi sampai pada suatu tempat yang ada air berbunyi berdebau-debau, singgalah ia disitu
dengan memandang-mandang kiri dan kana sedang ia memandang itu berkatalah seorang
kepada kawannya, bahwa tempat itu baik akan tempat membuat kampung. Oleh sebab itu
menebaslah segala orang itu buat menjadikan tapak negeri. Jadi setelah sudah negeri itu,
dinamailah negeri itu sikebau karena menurut bunyi itu.

Adapun imam yang bersebut diatas ini, lebih dahulu sebelum ia berjalan itu ia
berkata-kata dengan sitan Harimau. Menanyakan perjalanan Sutan Harimau itu. Sekalian
cerita Sutan Harimau pahamlah sudah olehImam itu sekaliannya. Sudah itu imampun hilirlah
dengan sebuah perahu, sampai ia pada suatu tempat yang ada baik rupa tanahnya dengan
datarnya. Disitulah Imam itu membuat tapak negeri dengan ,nebas

Serta negeri itu dinamai Koto Kecil, karena negeri itu masih kecil sahaja. Syahalan
pada beberapa lamanya telah selesai masing-masing menebas tempat negeri itu, maka
sekalian mereka yang tersebut berkumpul kembali ke koto Sembahyang Tinggi menghadap
Sutan Sepedas Padi. Maka ketika itu Sutan Sepedas Padi dengan orang Besar-besar Imam.
Khatib sekaliannya bermufakatlah hendak mendirikan Datuk Andiko atau Wakil Raja empat
orang, yaitu :

- Seorang di negeri Rokan yang dibikin oleh khatib tersebut diatas


- Seorang untuk di Pendalian
- Seorang untuk di Sikebau, dan
- Seorang untuk di Koto Kecil

Setelah setuju permufakatan itu maka Andiko yang tersebut didirikanlah pada ketika
itu oleh Sutan Sepedas Padi maka yaitu :

Di Rokan bergelar Datuk Bendahara Muda.

Di Pandalian bergelar Datuk Bendahara Jati.

Di Sikebau bergelar Datuk Bendahara Raja

Di Koto Kecil bergelar Datuk Bedara Jaam atau Bendahara Muda

Sehabis itu orang pun berjamu-jamu makan minum di Koto sembahyang.

Kemudian setelah selesai itu jamuan maka orang Koto Sembahyang Tinggi pindahlah
pada negeri yang empat yang duperbuat oleh Imam, Khatib. Bilal dan mungkin yang tersebut
diatas.
Hatta dicerilerakan orang pula keadaan dan kelakuan orang-orang Koto Sembahyang
Tinggi pada waktu akan bercerai itu, meninggalkan Koto Sembahyang Tinggi akan pindah
pada negeri yang empat yang diperbuat oleh Imam Khatib Bilal dan Mangkin. Yang tersebut
diatas ini maka pada ketika itu orang Koto Sembahyang Tinggi terlalu huru hara karena akan
berbagi-bagi.

Maka segala orang laki-laki dan perempuan semuanya menangis sehingga bersesak-
sesak ke Istana segala mereka itu dengan berhimpun-himpunlah segala mereka pada suatu
kualu sungai kecil, dengan menangis dan menatap jugalah. Dengan takdir Allah jatuhlah
kedalam sungai itu sati orang yang membawa gulung Tikar, lalu menjadi batu, hingga sampai
sekrang ini masih ada batu itu, dinamakan orang BATU GULUNG TIKAR dan sunagi itu
bernama SUNGAI PERAPATAN, karena tempat orang meratap disitu.

Adapun setengahnya meratap dan menangis pula dengan berpusu-pusu segala orang
itu sampai pada suatu waktu sungai kecil yang dinamakan orang sungai Pusu. Adapun
sebabnya sungai itu sampai sekarang bernama sungai Pusus ialah karena itu orang menangis
dan meratap hal keadaannya berpusu-pusu kesitu.

Sehabis itu sekaliannya pun teruslah berjalan masing-masing kepada negeri yang
dimaksudnya. Setengahnya mudik ke Rokan Tinggi, setengahnya hilir ke Koto Kecil,
setengahnya mudik ke Pandalian, setengahnya mudik ke Sikebau.

Oleh karena hal yang demikian, mulai dari zaman yang tersebut sampai sekarang,
Luhak Rokan ini dinamakan oranglah Rokan IV Koto, sebab empat Koto yang mula-mula
diperbuat oleh orang Koto Sembahyang Tinggi. Maka Datuk Koto yang empat itu disamakan
hak dan kuasanya dari dahulu sampai sekarang ini.

Adapun orang mula-mula pindah ke negeri Rokan Tinggi, yaitu seberang negeri
Rokan sekarang ialah :

1. Raja, yaitu Sutan Sepedas Padi dengan ahlinya


2. Suku Melayu
3. Suku Mais dan Mandaliang
4. Suku Bendang
5. Suku Caniago
6. Suku Petopang
Adapun orang yang mula-mula pindah ke negeri Pandalian, yaitu :

1. Suku Petopang
2. Ssuku Mail
3. Suku Mandailiang
4. Suku Kuti
5. Suku Peliang
6. Suku Melayu
7. Suku Caniago

Adapun orang yang mula-mula pindah ke negeri Sikebau, yaitu :

1. Suku Petopang
2. Suku Mandailiang
3. Suku Melayu
4. Suku Kuti

Adapun orang mula-muloa pindah ke negeri Koto Kecil, yaitu :

1. Suku Melayu
2. Suku Mandailing
3. Suku Petopang

Tetapi sampai orang yang tiga suku ini ke Koto Kecil dalam empat atau lima bulan
lamanya, Minang sudah berladang-ladang juga disitu.

1. Suku Piliang pihak Temenggung berladang di Padang Serayung


2. Suku caniago pihak nenek Rangkayo Rando berladang
3. Suku nan seratus berladang di parlamaran di hulu siki

Jadi pada ketika itu sekalianorang yang tiga suku yang tersebut diatas telah mufakat
dengan orang yang tiga suku yang datang dari Koto Sembahyang Tinggi, bahasa mereka itu
akan berkumpul di Koto Kecil.

Jadi pada ketika itu orang yang tiga suku tersebut pindah pula ke Koto Kecil. Jadilah
suku orang di KotoKecil menjadi enam suku, maka inilah asala suku nan enam di koto Kecil.

Syahdan apabila telah siap bertunggu negeri yang empat yang tersebut diatas ini,
maka Datuk yang berempat serta Tua-tua suku yang tersebut berkumpul kembali menghadap
Sutan Sepeda Padi di Koto Rokan tinggi, buat mufakat akjan mendirikan penghulu pada tiap-
tipa suku pada negeri yang empat serta hulubalang dan pegawai yaitu Imam, Khatib, dan
Bilal. Sehabis mifakat itu orang dan suku Sepedas Padi pun mendirikan penghulu pada tiap-
tiap suku dalam negeri yang empat dan hulubalang dengan pegawainya, sehingga sampai
sekarang ganti-berganti, dinegeri yang empat yang disebut diatas.

Hatta telah selesailah negeri yang empat yang disebut diatas didiami oleh
penduduknya, maka Sutan Sepedas Padi pun tetaplah memerintah diatas Datuk yang
berempat, berkedudukan di Koto Rokan Tinggi bersama dengan saudara dan kemenakannya
yang tersebut pada permulaan buku ini.

Adapun Sutan Harimau turut pindah ke Koto Rokan Tinggi bersama dengan Sutan
Sepedas Padi. Syahdan pada waktu itu adalagi suku banjar dalam sungai Tusu ya ng belum
lagi Islma orangnya. Oleh sebab itu maka Sutan Harimau bersembahlah kepada Sutan
Sepedas Padi hendak pergi ke tempat itu dan Sutan Sepedas Padi pun izinkan.

Sehabis iotu Sutan Harimau berjalan lah ke banjar itu deengan tiga orang kawannya.
Sesampai sutan Harimau pada banjar itu, Sutamn Harimau pun terus memasukkan orang
kepada agamaIslam. Kemudian daripada itu Sutan Harimau bejalan lah juga menghilirkan
dan memudikkan Pusu itu, mencari orang yang belum Islam. Rupanya tiada lagi.

Oleh sebab itu Sutan Harimau bertemu dengan sungai yang kecil bekuala pada sungai
Pusu itu sebelah kiri mudik. Dengan memudikkan itu sungai kira-kira satu tanjung, Sutan
Harimau pun lalu naik ke darat dengan membawa satu bilah senjata namanya lembing dan
satu tasbih. Kira-kira 8 desa sutan harimau pun ke darat, Sutan Harimau pun sembahyang
pada tempat itu.

Dalam sembahyang itu Sutan Harimau pun GAIBLAH pada tempat itu. Akan senjata
dan tasbih yang dibawa nya itu tinggallah pada tempat itu. Dengan sebab itu heran lah
mereka-mereka tadi, serta dicarinya sekeliling tempat itu tiada bertemu lagi.

Sehabis itu maka kawan-kawannya itupun terus kembali ke Koto Rokan Tinggi, serta
dipersembahkannya khabar itu kepada Sutan.

Arkian maka kembalilah ceritera kepada Sutan Sepedas Padi yang memerintah di
Koto Rokan Tinggi serta dengan negeri yang empat.
Tiada berapa lamanya, Sutan Sepedas Padi pun dapat sakit lalu terus mangkat. Maka
tinggallah kemenakannya laki-laki yang bernama Si Alam saudaranya Siti Intan dan dua
kemenakannya perempuan telah berumur kira-kira 23 tahun, ialah yang tinggal memerintah
di Koto Rokan Tinggi. Adapun Sutan Sepedas Padi khabarnya memerintah ada kira-kira 53
tahun baru berpulang ke Rahmatullah.

Maka tersebutlah negeri Rokan Kecil akjan diubah namanya dengan negeri Lubuh
Bendahara. Telah 4 atau5 bulan lamanya negeri Koto Kecil telah didiami orang pada suatu
hari, maka pergilah isteri Datuk Bendahar itu mandi pada pangkalannya dengan membawa
seorang anaknya. Tiba pada pangkalan itu terlihat olehnya pada tepi air itu sehelai tikar.
Sebentar itu juga diletakkannya anaknya pada tikar itu serta iapun mandi dan berlimau atau
menyelam-menyalam sedang mandi itu, anaknya itupun rupanya sudah hilang dibawa oleh
tikar tadi. Tahukah ia bahwa yang tahadi bukanlah tikar, hanyalah seekor ulat yang bernama
ULAR BIDAI.

Setelah berkumpullah orang sekaliannya mencari anaknya itu, tetapi tiada dapat oleh
sebab itu maka negeri Kot Kecil beralih namanya menjadi Lubuk Bendahara, karena anak
Datuk Bendahar hilang dibawas oleh ular Bidai kedalam Lubuk pada pangkalan Datuk
Bendahara itu. Itulah sebabnya maka disebut dalam pepatah adat Lubuk Sakti Rantau
Bertuah.

Demikianlah halnya Luhak Rokan dalam pemerintahan Sutan Sepedas Padi yang
mangkat di Koto Rokan Tinggi.

BAHAGIAN YANG KE LIMA

Menyatakan Raja yang kelima yang memerintah kedalam Luhak Rokan IV Koto
bergelar Sutan Gementar Alam bersemayang di Koto Rokan tinggi.

Syahdan adalah kira-kira empat bulan dibelakang Sutan Sepedas Padi telah mangkat,
maka terbitlah fikiran pada Datuk Andiko yang berempat, hendak mengangkat si Alam,
menjadi raja serta hendak dinobatkan secara adat raja-raja memegak Luhak dan negeri,
supaya dipakaikan dalam megeri adata dan pakaian, supaya sempurna adat Raja berdaulat,
orang Besar-besar nan ber-Andiko dalm Luhak Rokan IV Koto ini.
Maka dengan sebab itu berkumpullah Datuk yang berempat di Koto Rokan Tinggi
serta segala penghulu yang dibawahnya mufakatkan, buat ,menobatkan Rokan Alam menjadi
Raja menggantikan mamaknya Sutan Sepedas Padi.

Dalam hal yang demikian putuslah mufakat Datuk Andiko yang berempat, bahwa
sialam akan dinobatkan menjadi raja. Maka orang pun bersiaplah segala alat nobat itu...

Pada ketika itu mufakat lah Datuk Andiko yang berempat buatmencari kerbau satu
ekor satu negeri akan dipersembahkan pada Raja maka dapatlah 4 ekor. Waktu
mempersembahkan kerbau itu, Raja mengadakanpula kerbau tiga ekor. Jadi jumlahnya ada
kerbau 7 ekor.

Sehabis itu orang empat kedepan berelaydengan memotong kerbau yang 7 ekor itu,
menobatkan Sutan Gomentar Alam. Pada ketika itu tetaplahSialam menjadi Raja dalam
Luhak Rokan IV Koto dengan bergelar Sutan Gementar Alam.

Itulah permulaan Raja dalam Luhak Rokan yang dinobat5kan oleh orang besar-besar
waktu mengangkat Raja. Sebab itulah menjadi adat sam[pai sekarang menobatkan Raja
diangkat dalam Luhak Rokan IV Koto.

Begitu juga adat pusaka Raja pada orang besar-besardan pusaka orang besar-besar
pada Raja. Itulah yang jadi taulaadan sampai sekarang.

Adapun waktu orang IV Koto berelat mengangkat Sutan Gementar Alam naik Nobat
itu, panggilannya sampai Ketapung dan ke Kampar, sampai ke Rao Mandailing dan lain-
lainnya.

Kemudian sampai selesai perelatan itu Sutan Gementar Alam pun tetaplah
memerintahkan dalam Luhak Rokan IV Koto dengan selamat serta hamba rakyatnya.

Lama-kelamaan Sutan Gementar tiada meninggalkan anak atau kemenakan. Sebab itu
putuslah Raja dalam Luhak Rokan; tinggallah negeri pada orang besar-besar sahaja.
Sepanjang cerita orang yang menceriterakan , Sutan Gementar Alam lamanya memerintahkan
ada kira-kira 31 tahun baru mangkat. Demikianlah halnya pada masa Sutan Gementar Alam
memerintahkan dalam Luhak Rokan IV Koto.

BAHAGIAN YANG KE ENAM


Menyatakan perihal Sutan Mahyudin, Raja yang keenam memerintahkan Luhak
Rikan IV Koto, yaitu Raja yang dijemput ke Pagar Ruyung. Itulah Raja di Luhak Rokan yang
mula-mula diangkat bergelar yang Dipertuan Sakti.

Maka tersebutlah perihal Sutan Mahyudin menjadi dalam Luhak Rokan IV Koto,
menggantikan Almarhum Sutan Gementar Alam yang tersebut pada bahagian yang kelima
diatas ini.

Arkian maka adalah dibelakang Sutan Gementar Alam telah mangkat di Koto Rokan
Tinggi, adalah orang IV Koto pada masa itu seperti ayam tiada berinduk lagi karena Rajanya
telah mangkat dengan meninggalkan waris seorang juga, hanyalah yang tinggal orang Besar-
besar sahaja. Oleh sebab itu mufakatlah segala orang Besar-besar di KotoRokan Tinggi dan
segala orang Besar-besar di Luhak Rokan serta Imam Khatib Bilal dan hamba rakyat
sekaliannya, yaitu hendak pergi menghadapi raja ke Pagar Ruyung, maksud hendak meminta
seorang ahli Raja di Pagar Ruyung itu, akan dibawa ke Koto Rokan Tinggi, serta Akan
dijadikan Raja, menggantikan Raja di Rokan TInggi yang telah tinggang-bertinggang tersebut
diatas dari dahulu sampai zaman itu. Kesudahannya putuslah mufakat mereka itu bahasa akan
menjemput dan mencari ganti Raja ke Pagar Ruyung. Pada waktu itu dicarilah orangnya yang
akan pergi membawa utusan pergi ke Pagar Ruyung itu, maka dapatlah orang akan pergi itu,
yaitu:

- Orang dari suku Melayu Pokomo di Rokan Tinggi


- Orang dari suku Mais di Rokan Tinggi
- Orang dari suku Bendong di Rokan Tinggi
- Orang dari suku Caniago di Rokan Tinggi
- Orang dari suku Petopang di Rokan Tinggi

Setelah tetap dan siap orang yang akan pergi membawa utusan itu kenegeri Pagar
Ruyung, maka sekalian orang Besar-besar pun carikan belanja mereka yang akan berjalan itu
. Akan belanja-belanja itu ialah diminta iyuran pada anak buah dalam negeri yang dapat.

Setelah cukup uang belanja mereka yang akan berjalan itu, maka orang yang lima
yang tersebut diatas lalu berjalan menuju ke negeri Pagar Ruyung.

Adapun jalan utusan yang pergi ke Pagar Ruyung itu, ialah jalan melalui Luhak Rao,
Berhenti di Koto Benio Tinggi, pada negeri asalnya Raja yang dahulu, disitu mereka itu
berhenti 2 atau 3 hari lamanya. Dari situ mereka melalui Negeri Bonjolsekarang dan Bukit
Tinggi sekarang dan Payakumbuh dan Batu Sangkar dan lalu ke Sungai Terab.

Syahdan pada keesokan harinya Bendahara Sungai Terabpun lalu membawa utusan
dari Rokan Tinggi itu menghadap Raja di Pagar Ruyung, serta mempersembahkan sekalian
maksudnya utusan orang Koto Rokan Tinggi itu.

Sehabis itu Bendahara Sungai Terab mempersembahkan maksud itu, Rajapun


memperkenankan apa-apa maksud utusan orang dari Koto Rokan Tinggi itu.

Oleh sebab itu, Raja Pagar Ruyung seruh seorang kemenakannya yang bernama
MAHYUDIN berangkat ke Koto Rokan Tinggi bersama dengan utusan tersebut itu .
Kemudian kira-kira 8 hari lamanya utusan itu di Pagar Ruyung , maka mereka itupun hendak
bermohon kembali serta membawa kemenakan Raja Pagar Ruyung yang bernama Mahyudin
itu ke Koto Rokan Tinggi.

Pada ketika itu Raja Pagar Ruyung terus memberi izin kepada kemenakannya nama
Mahyudin akan pergi bersama dengan utusan yang datang dari Koto Rokan Tinggi dengan
dibekalkan harta Pusaka, supaya menjadi tanda bagi belahan Raja Kerajaan Pagar Ruyung.

Adapaun tanda dan harta pusaka itu, yaitu : 1 buah cap dari dahulunya sampai
sekarang, yang ada juga lagi disimpan di Istana Kerajaan Rokan sekarang, dan satu Panah
dari emas dan Tambo Sesangga, artinya 1 kelamin dan 1 buah Buku Tambo.

Inilah asalnya orang nan seratus dahulunya. Maka harta inilah tanda asal keturunan.
Sultan Iskandar Zulkarnain

Serta pula Raja itupun beramanat kepada kemenakannya dan utusan itu, Apabila
sampai kamu ke Koto Rokan Tinggi, diangkatlah mahyudin bergelar, YANG DIPERTUAN
SAKTI, dan pangkatnya diturunkan kepada kemenakannya. Apalagi adat pusaka kita asal
dari perpatik nan sebatang. Dan adalah mahyudin itu pihak Raja di kampong Tengah.

Sejak dan sehabis mahyudin dan utusan itu menerima harta pusaka dan amanah itu,
anak mereka itupun berjalanlah kembali menuju ke Koto Rokan Tinggi. Maka berapa
lamanya, maka Mahyudin dan utusan itupun sampailah ke Koto Rokan Tinggi.
Maka orang Koto Rokan Tinggipun menyambut Mahyudin dengan bunyi-bunyian
serta dengan beberapa suka hati sebab dengan kedatangan Raja. Demikianlah hal perjalanan
utusan itu, selamatlah sampai kembali ke Rokan Tinggi.

Hatta maka tiada berapa lamanya Sutan Mahyudin tiba di Koto Rokan Tinggi, maka
Datuk yang berempat dan orang Koto Rokan Tinggipun mufakat serta bersiap hendak
mengangkat Sultan Mahyudin naik jabat bergelar yang dipertuan Sakti do Koto Rokan
Tinggi.

Adapun pada ketika peralatan itu Datuk nan berempat mempersembahkan tiap-tiap
orang seekor kerbau cukup dengan alat-alat perkakasnya, dari Raja sendiri 1 ekor kerbau.
Dan lagi persembahan lain-lain orang 2 ekor. Jadi pada ketika itu orang memotong 7 ekor
kerbau.

Syah dan setelah lengkap sekalian perkakas peralatan itu, maka orang negeri yang
empatpun berkumpullah di Koto Rokan Tinggi, serta melangsungkan peralatan itu lamanya
3x7 hari. Maka pada hari yang keempat belas, Sutan Mahyudin pun diangkatlah bergelar
yang dipertuan Sakti menjadi Raja negeri yang empat, serta daerah Takluknya di Koto Rokan
Tinggi.

Arkian takkala Sutan Mahyudin sudah diangkat jadi yang dipertuan Sakti di Koto
Rokan Tinggi, maka pada ketika itu yang dipertuan itu menetapkan dan memperbaiki segala
aturan pangkat orang-orang Besar dan Penghulu-penghulu dan Hulubalang dan pegawai. Dan
ditetapkanlah oleh yang dipertuan Sakti, Datuk Andiko yang berempat menjadi Besar nan
empat dibalai, seperti air dan di Pagar Ruyung, atau Datuk Andiko yang berempat yang
dibawah Raja, serta nandirikan Penghulu-penghulu Pudeuk dan Kahihi dan Bindardanya, dan
Hulubalang dan pegawainya dalam negeri yang empat.

Bersebab itu Datuk Andiko berempat disamakan hak dan kuasanya masing-masing.
Demikian lagi berkuasa Raja akan mendirikan seorang menteri, gunanya akan mengulas dan
menyambung Raja. Pangkatnya sepanjang adat pada masa itu ialah adik Raja, Kakek Andiko
akhirnya akan menyambung dan membantu kewajiban Raja diatas orang Besar-besar.

Kemudian sehabis selesai peralatan menobatkan yang dipertuan Sakti Mahyudin, dan
selesai pula yang dipertuan itu dari mengajak dan mengatur ketetapan pangkat orang-orang
Besar yang tersebut diatas, maka sekalian Datuk-datuk dan Penghulu-penghulu tersebutpun
kembalilah kepada negeri masing-masing serta dengan hati-hati mengikut Titah perintah yang
dipertuan Sakti baru diangkat itu.

Setelah dua tahun lamanya yang dipertuan memerintahkan IV Koto, maka padaa suatu
hari timbullah suatu ingatan dalam hati yang dipertuan hendak ber-istri. Sebab itu di

18-21nova

22-28pija

panggil, tetapi belum juga orang itu datang, karena katanya ia tiada berkain. Oleh sebab itu
diberilah oleh Raja ia sepesalin pakaian. Setelah ia beroleh kain itu ia pun membawa sekalian
persembahan itu kepada Raja. Setelah Raja menerima persembahan itu maka titah Raja; apa
maksudmu datang kemari? Sembah orang itu; adapun kami datang dari hulu sungai ini, minta
pada suatu tempat selaras sungai kecil yang bermuara pada sungai besar, dan sungai besar itu
bermuara pada sungai sumpurini, titah Raja baiklah, tetapi hendaklah tuan tuan istiadat
tuang limbago. Sembah orang itu, tidaklah dapat oleh kami memenuhinya, tetapi yang
diminta satu satu sungai tangkolio raja, kalau begitu baiklah, tetapi karna tuan tuan tidak
dapat mengisi adat limbago dituang, tuan tuan mesti memberikan hasil pertanian tuan tuan
kepada Raja bila Raja mengadakan perelatan seperti pelaksanaan perelatan pengangkatan
Raja- Raja, perelatan nikah kawin dan lain lain seperti yang tuan tuan persembahkan ini,
kalau begitu kata Baginda Raja baiklah kami penuhi.

Kemudian datang pula datuk Raja mentawai hendak meminta tanah untuk tempat
berladang dan hendak mendirikan soko kepada Raja, yaitu pada tanah selaras tanah cipang
kiri, maka Raja berikan tanah tersebut, dengan syarat adat diisi limbago dituang.

Setelah beberapa lamanya, maka datuk Raja mentawai pergilah menghadap Raja ke
Rokan dengan membawa persembahannya. Sesampai ke istana dipersembahkannya kerbau
dan uang yang dua puluh ringgit dan segala alat perkakas itu kepada Raja. Sehabis itu yang
dipertuan menyuruh memotong kerbau itu, kemudian dijamu segala isi negeri. Pada ketika itu
dikurnitilah oleh yang diperlukan yakni suatu sungai sabang yang di sebelah kiri sungai
sumbar, yaitu sungai yang terbesar dimudik Negeri Rokan, kepada mentawai dan kaumnya,
yaitu akan sempat memperbuat kampung dan berladang, semenjak itu sungai itu dinamakan
sungai mentawai, karna sungai itu diminta oleh orang yang bernama mentawai.

Dan mentawai itu diberi pangkat orang besar Raja bergelar Datuk Raja Mentawai,
sebab itulah yang kuasa selaras sungai Mentawai.

Tetapi pangkatnya itu dibawah Datuk melikoyang berempat juga. Setelah selesai dari
pada perjamuan mengangkat Datuk Raja Mentawai yang diminta itu, maka Datuk Raja
Mentawai kembalilah.

Sesampai datuk Raja Mentawai ke sungai mentawai, ia pun memperbuat kampung


pada suatu tempat dekat air bersimpang dua hampir sama besarnya. Sebab itu dinamakanlah
kampung itu kampung simpang. Dikampung itulah Datuk Raja Mentawai diam dengan segala
kaumnya sehingga sampai sekarang ini. Kemudian kampung bertambah tambah ramai juga,
oleh sebab itu Datuk Raja mentawai memperbuat anak kampung pula yaitu :

1. Bernama kampung sungai piu


2. Bernama kampung tanjung belit
3. Bernama kampung kubu dianau
Maka siap siap kampung nya tersebut yang diperbuat Datuk Raja Mentawai kepada
kampung. Maka kepala kampung piu bergelar bendahara sakti, dan kepala kampung tanjung
belit bergelar Datuk Maharaja dan kepala kampung kubu dianau bergelar melintang.

Tetapi ketiga kampung tersebut diatas ini telah ditinggalkan orang dan telah
berpindah ke kampar kanan bagi pihak orang Muaratakus. Adapun Datuk Raja Mentawai
tetap juga dikampung simpang.

Kemudian daripada itu tiada berapa lamanya Datuk Raja Mentawai yang bernama se
mentawai pun mati, dan digantikan oleh kemenakan nya yang bernama somat karna
kediaman datuk raja mentawai yang bernama somat pun amatipula. Maka digantikan oleh
kemenakannya yang bernama laidin.

Maka inilah Datuk Raja Mentawai yang ketiga dikampung simpang. Adapun Datuk
Raja Mentawai ini ada menyimpan satu batang lembing yang bernama sekilang manis,
yaitu pusaka dari mamaknya yang mula mula masuk luhak Rokan.

Pada ketika itu ahli waris datuk Raja mentawai itu banyak yang mati berkata
kebanyakan orang massa itu, mengadakan bahasa adu lembing kurang baik ukurannya. Sebab
itu berpikirlah datuk raja mentawai dalam hatinya. Adapun lembing ini kurang baik
ukurannya. Kalau begitu baiklah aku persembahkan ini lembing kepada yang di pertuan di
rokan.

Sehabis itu datuk raja mentawai berjalanlah ke rokan menghadap yang dipertuan.
Pada ketika sampai, datuk raja mentawai pun mempersembahkan lembing yang bernama
sekilang manis itu kepada yang dipertuan serta juga kelamin orang dari kampungnya.

Maka yang dipertuan sekalipun menerima lah dengan segala suka hati. Oleh sebab
itulah datuk raja mentawai diberikan gelarnya dengan : Datuk rum kepala di cipang kiri.
Dari situ sampai sekarang tetaplah pangkatnya bergelar datuk rum dikampung simpang dan
kepala dari segala kampung di cipang kiri.

Demikianlah asal mula mula datuk rum aka meminta soko dan tanah wilayah
dibahagian cipang kiri. Dalam datuk raja mentawai yang pertama, banyak lagi kampung
kampung yang ditambah di cipang kiri, serta diberinya tanah wilayah serta diberinya, soko
pangkatnya buat kepala kampung pada raja maka orang itu mengisi adat dan menuangi
limbago kepada raja, seperti adat orang mendirikan orang besar dan kepala kepala,
keterangannya akan tersebut dibawah ini:

Maka tersebutlah asal permulaannya datuk raja gunung di kampung tengah sekarang
waktu akan memperbuat kampung dan akan mendirikan soko yang bergelar datuk raja
gunung sekarang.

Adapun dahulunya pihak datuk raja gunung itu satu kaum orang datang dari muara
tais, keturunannya bergelar datuk bagindo sati. Sesampai mereka itu ke cipang kiri ia pun
pergi menghadap datuk raja mentawai serta membilangkan maksudnya hendak meminta
tanah tempat memperbuat kampung dan berladang, tempatnya ialah sebelah hulu kampung
cipang.

Maka pada ketika itu datuk raja mentawai menerima segala maksudnya itu, serta suka
memberi tanah akan tempat mereka itu berkampung dan beladang. Tetapi kalau mau jadi
kepala kampung, hendaklah isi adat dan tuang limbago kepada raja, yaitu kambing satu ekor,
emas 20 rial, dan beras secukupnya, supaya boleh aku mintakan soko atau pangkat kepada
raja kita di rokan, dan daruk pun tentu dapat pangkat dari raja pula, maka pada ketika itu,
Datuk Bagindo sekalipun mencari dan mengadakan segala alat yang akan dipersembahkan
kepada raja itu. Apabila telah siap segala alat yang dicari oleh datuk bagindo tadi itu, datuk
raja mentawai pun menghadap yang dipertuan sakti dirokan, bersama dengan datuk bagindo
jadi yang tersebut, serta mempersembahkan bahasa datuk bagindo sati hendak meminta tanah
pula dalam bahagian tanah yang telah diminta oleh datuk raja mentawai yang tersebut diatas,
serta hendak meperbuat kampung dan mendirikan kepala kampung. Sebab itu dibawa oleh
datuk raja mentawai kemuka raja menerangkan tanah yang telah diberikannya, dan mau
meminta sokonya kepada raja.

Maka pada ketika itu datuk raja mentawai berikan tanah pada datuk bagindo sati yaitu
dari bukit lumut ke mudiknya hingga gunung takajadi, kekanan mudik, mentawai hingga
bukit tungkus masi. Dan datuk bagindo sati diberi pangkat oleh raja bergelar datuk raja
gunung yang telah diangkat serta turun temurun kepada kemenakannya dibelakang hari
hingga sampai sekarang ini. Tetapi besarnya ialah dibawah datuk raja mentawai juga.

Setelah selesai segala hal itu, maka datuk raja gunung pun kembalilah pada
kampungnya. Adapun kampungnya dinamakan kampung tengah, sebabnya kampung itu
ditengah daripada kampung yang lain lain.
Demikianlah asal mula nya akan mendirikan datuk raja gunung di kampung tengah.

Maka diceritakan pula perihal datuk sutan kumalo kepada kampung sungai kijang
sekarang. Adapun pada zaman adat kala Datuk Raja Gunung mintak tanah pada Datuk Raja
Mentawai dan pangkatnya telah diberikan Raja bergelar Datuk Raja Gunung , pada waktu itu
adalah satu kaum orang tinggal berladang-ladang sebelah hulu kampung Tengah tersebut.
Mereka itu dikepalai oleh seorang yang bergelar Datuk Dienal. Asal mereka itu datang dari
Koto Benico Tinggi, masuk masuk ke pihak Rokan, berladang pada tanah yang tersebut.

Maka Datuk Dienalpun datang pula menghadap Datuk Raja Mentawai, maksudnya
hendak memperbuat kampung dan mendirikan soko pula seperti Datuk Raja Gunung yang
telah tersebut diatas. Maka Raja Mentawai menerima suka serta menyuruh mencari segala
alat Adat Pusaka yang akan dipersembahkan kepada Raja buat meminta soko itu. Sudah itu
Datuk Dienalpun mencari alat perkakas yang akan dipersembahkan kepada Raja, yaitu satu
ekor kambing dan emas 20 rial dan beras secukupnya. Kemudian setelah cukup segala alat-
alat yang tersebut. Datuk Raja Mentawaipun membawa Datuk Dienal menghadap kepada
yang dipertuan sakti di Rokan, serta mempersembahkan segala maksud Datuk Dienal itu
kepada Raja. Maka pada ketika itu yang dipertuan mengabulkan segala permintaan Datuk
Dienal yang dipersembahkan Datuk Raja Mentawai itu. Maka persembahan Datuk Dienal dan
Datuk Raja Mentawai itu diterima oleh Raja, dan Datuk Dienal diangkat oleh Raja bergelar
Datuk Sutan Kemalaa. Dan kampungnya dinamakan Kampung Sungai Kijang. Serta diberi
pula oleh Datuk Raja Mentawai sebahagian tanah yang berhampiran dengan tanah Datuk
Raja Gunung itu. Tanah itu akan jadi wilayah dan genggaman oleh Datuk Sutan Kemala,
sehingga sampai sekarang ini.

Demikianlah asal permulaannya Datuk Sutan Kemala waktu akan mendirikan dahulu.
Dan ia ikut dibawah Datuk Raja Mentawai tersebut diatas.

Adapun pada waktu Datuk Dienal dengan kaumnya menebas tempat kampung itu,
maka bertemulah ia dengan satu sungai kecil, yang selalu kijang disana, kelihatan juga oleh
orang. Sebab itu dinamakan orang kampung itu Kampung Sungai Kijang.

Arkian tiada berapa lamanya Datuk Sutan Kemala tinggal dikampung Sungai Kijang,
maka datang pula satu kaum orang banyak nya kira-kira delapan kelamin, asalnya datang dari
Rongung Rao, kepalanya bergelar Datuk Besar, hendak mencari tanah tempat berladang.
Mereka itupun datang mendapatkan Datuk Sutan Kemala yang memegang kuasa tanah yang
dimaksudnya itu. Juga dibilangnya pada Datuk Sutan Kemala bahasa ia hendak minta tanah
perladangan itu.

Datuk Sutan Kemala mengabulkan permintaan orang itu, asal ia mau mengisi adat
menuangi limbago, yaitu satu ekor kambing dan emas dua puluh rial. Jadi Datuk Besar pun
suka menerima asal yang demikian itu, supaya dipenuhi, tetapi ia hendak kembali ke
Rongung menjemput kaumnya hingga terbawa olehnya kira-kira dua puluh lima orang laki-
laki dan perempuan, serta membawa alat buat mengisis Adat menuangi Limbago yang
disuruh carikan orang Datuk Sutan Kemala itu. Kemudian setiba mereka itu pada tempat
Datuk Sutan Kemala dengan membawa kambing dan emas itu dengan beras secukupnya.
Pada ketika itu Datuk Sutan Kemala jamukan kambing dan beras itu dalam kampung Sungai
Kijang. Serta menetapkan gelar Datuk Besar jadi Kepala bagi segala orang yang dibawahnya.
Diberi tanah tempat memperbuat kampung dan ladang yaitu dibawah satu bukit Tedung
Kumbang. Sehabis itu Datuk Besarpun kembalilah pada tanah yang dimintanya itu. Serata
memperbuat kampung yang dinamakan orang kampung Pintu Kuari.

Kemudian dari pada itu Datuk Sutan Kemala pergi kepada Datuk Raja Mentawai
mengkabarkan segala hal ikhwal Datuk Besar, yang telah diberinya tanah dan pangkat seperti
yang tersebut diatas. Maka Datuk Raja Mentawaipun menerima suka.

Maka oleh sebab itu Kepala Kampung itu sampai sekarang tiada diangkat oleh Raja,
hanyalah angkatan Datuk Sutan Kemala Sungai Kijang sahaja. Apabila telah diangkatnya
barulah dipersembahkan kepada Raja yaitu yang dipertuan di Rokan.

Demikianlah asal Kepala Kampung Pintu Kuari.

Maka tersebutlah pula perihal Datuk Bendahara Kuning kepala kampung Lubuk Ulat
sekarang. Adapun perihal pihak Bendahar Kuning itu dahulunya adalah seorang bergelar
Sutan Dubalang bersaudara dengan Datuk Dienal yang diangkat bergelar Datuk Sutan
Kemala yang tersebut diatas.

Maka adalah kerja Sutan Dubalang setiap hari berburu pelanduk. Pada suatu hari
berburu ia kesebelah sebuah bukit yang bernama Bukit Timbun Batu. Dalam perburuan itu
melihat ia akan tanah sebelah bukit itu ada bagus dan datar akan tempat berladang dan tempat
memperbuat kampung.
Pada ketika itu sangatlah suka hati Sutan Dubalang melihat tanah itu, sebentar itu juga
lalu ditebas oleh Sutan Dubalang. Sehabis itu iapun kembalilah ke Kampung Sungai Kijang.

Sesampai ia di Sungai Kijang di khabarkannyalah halnya itu kepada saudaranya yang


bergelar Datuk Sutan Kemala, bahasa ia telah menebas, yang maksudnya hendak dibuatnya
ladang. Berkata Datuk Sutan Kemala baiklah, boleh Sutan Dubalang mencari kawan enam
kelamin. Kemudian dari pada itu Sutan Dubalang pun pergilah berladang pada tanah itu.
Kira-kira dua tahun lamanya Sutan Dubalang disitu, dapat khabarlah Raja Mentawai, bahasa
Sutan Dubalang telah berladang ditempat itu. Pada ketika itu Datuk Raja menyuruh orang
buat memanggil itu Sutan Dubalang kekampung.

Sampai dua kali Sutan Dubalang dipanggil oleh Datuk Raja Mentawai tiada juga ia
datang, melainkan ia minta tempuh sesudah habis dipotong padinya, karena padinya hampir
masak.

Kemudian sehabis Sutan Dubalang memotong padinya iapun datanglah kekampung


simpang menghadap Datuk Raja Mentawai,karena mendapatkan panggilan dahulu. Maka
setelah bertemu Datuk Raja Mentawai dengan Sutan Dubalang, diperiksalah oleh Datuk Raja
Mentawai pada Sutan Dubalang, dari siapa Sutan Dubalang dapat izin berladang pada tanah
dekat bukit Timbun batu, karena sekali-kali Sutan Dubalang tiada minta izin padaku.

Maka jawablah Sutan Dubalang sekali-kali aku belum dapat izin dari siapa-siapa juga,
hanyalah kehendak hatiku sahaja. Tetapi aku memang telah tahu bahasa itu tanah Datuk Raja
Mentawai yang punya kuasa. Sebab itulah aku memang sengaja, karena Datuk Raja
Mentawai itu Kepala bagi selaras Sungai Mentawai ini.

Maka sekarang bagaimana kesalahan kata Datuk Raja Mentawai aku terima sebab
sudah bersalah dalam hal ini. Dan telah terlangsung pula aku berladang disitu telah dua tahun
lamanya.

Maka kata Datuk Raja Mentawai kalau Sutan Dubalang mau berbuat habis, berjata
sudah, boleh aku letakkan yaitu; Sutan Dubalang berutang Kerbau satu ekor, beras seratus
gantong emas dua puluh ringgit. Demikianlah adat orang salah pasal hutang tanah. Maka
jawab Sutan Dubalang, hal ini boleh aku carikan tetapi tanah itu aku minta terserah kuasanya
padaku. Itu pulalah yang aku minta pada Datuk. Dan aku minta supaya Datuk bawa aku
menghadap yang Dipertuan Sakti di Rokan, supaya aku diberinya pangkat dan supaya kita
sama berbapa kepada Raja dan ber-ibu kepada puteri dalam istana. Jawab Datuk Raja
Mentawai kalau begitu kehendak Sutan Dubalang, baiklah tetapi carilah kerbau yang satu
ekor, emas dua puluh ringgit, beras secukupnya supaya boleh kita menghadap ke Rokan.

Kemudian setelah siap alat yang tersebut itu oleh Sutan Dubalang, maka iapun,
mensapatkan Datuk Raja Mentawai. Pada ketika itu Datuk Raja Mentawaipun hilirlah ke
Rokan membawa Sutan Dubalang menghadap yang Dipertuan Sakti di Rokan.

Kemudian setelah sampai mereka itu menghadap yang Dipertuan maka Datuk Raja
Mentawaipun menyembahkan segala maksud Sutan Dubalang itu kepada yang Dipertuan.
Maka yang Dipertuan pada ketika itu menerima suka karena pada katanya baiklah, karena
bertambah-tambah orang besarku. Sehabis itu orangpun berjamulah di Istana Raja, yaitu
menjamukan kerbau Sutan Dubalang itu.

Maka pada ketika itu diberilah Sutan Dubalang pangkat oleh yang Dipertuan Sakti di
Rokan bergelar Bendahara Kuning, serta pula diizinkan memperbuat kampung pada banjar
yang tersebut yang diatas ini. Dan diberi oleh Datuk Raja Mentawai tanah pada Datuk
Bendahara Kuning yaitu selaras air sebelah kiri mudik sungai Mentawai yang dinamakan
Sungai Talaok. Sebab pada waktu Sutan Dubalang terlalu harap, kemudian dapat oleh Sutan
Dubalang, sebab dibeerikan Datuk Raja Mentawai, terus dinamakan sungai itu Sungai
Talaok. Sehabis telah diangkat Sutan Dubalang jadi Datuk Bendahara Kuning, maka sekalian
mereka itupun kembalilah kepada tempatnya masing-masing.

Maka Sutan Dubalangpun memperbuat kampung pada tanah yang telah ia minta itu
maka adalah kampung itu dekat pada suatu bencah yaitu suatu kubangan ulat. Sebab itu maka
dinamakan kampung itu Kampung Lubuk Ulat.

Demikianlah hanya waktu mengangkat Datuk Bendahara Kuning Lubuk Ulat. Sampai
sekarang pangkatnya dilebihkan urutan dudknya dari Datuk Raja Gunung dan Datuk Sutan
Kemala ( Kemalo ) sebab waktu mengangkat mereka itu hanyalah mempersembahkan satu
ekor kambing dan emas dua puluh rial. Tetapi Datuk Bendahara Kuning ialah satu ekor
kerbau dan emas dua puluh ringgit. Sebabpun digelar Datuk Bendahara Kuning, ialah waktu
Raja menjalinnya diberinya persalin satu potong kain kuning, demikianlah adanya.

Syahdan adalah orang yang mula-mula sekali meminta tanah pada, ialah waktu Raja
menjalinnya diberinya persalin satu potong kain kuning, demikianlah adanya.
Syahdan adalah orang yang mula-mula sekali meminta tanah pada Raja di Rokan
dalam laras Cipang Kiri, ialah Datuk Maharaja Gagah Tangkolio. Tetapi yang ia minta
hanyalah satu sungai Tangkolio sahaja. Kemudian datang Datuk Raja Mentawai tersebut
diatas minta sama sekali laras Cipang Kiri kepada Raja. Maka Raja di Rokan berikan
kepadanya. Kemudian barulah meminta pula Datuk-datuk yang lain dalam Cipang Kiri
kepada Datuk Raja Mentawai. Dan Datuk Raja Mentawai berikan dengan semufakat Raja.
Dan pangkat Kepala-kepala yang dimintakan itu yaitu seperti yang telah tersebut asal-asal
yang diatas ini.

Sebab itu Datuk Rum ganti Datuk Mentawai yang jadi Kepala dalam laras Cipang
Kiri. Demikianlah ada pula kampung lain dan dari pada yang tersebut diatas dalam bahagian
Cipang Kiri. Tetapi kampung-kampung itu kecil-kecil semuanya, dapat pemberian dari Datuk
Rum Simpang dan kepala nya juga diangkat oleh Datuk Rum Simpang dengan meminta izin
pada Raja waktu akan memperbuat kampung-kampung itu.

Demikianlah hanya ceritera dalam laras Cipang Kiri. Sehingga itu diceriterakan asal
usul kampung dan Kepala-kepala Cipang Kiri.

Maka tersebutlah pula perihal asalnya Dtuk Bendahara Sati Koto melintang atau
Datuk Suta Pelingan Kubangan Buaya sekarang.

Adapun masa Raja yang ketujuh dalam Luhak Rokan ini, yaitu yang dipertuan Sakti
nama lahir, maka pada suatu masa datang tak seorang Raja dari Pagar Ruyung, juga dengan
beberapa orang kawan nya laki-laki dan perempuan. Maka Raja dan kananya itu datang
menghadap yang Dipetuan Sakti di Rokan serta berhenti mereka dalam negeri itu tujuh hari
lamanya. Dan Raja serta kawannya itu dijamu oleh yang Dipertuan dengan makan dan
minum. Setelah itu Raja itupun berjalan-jalan lah sehingga sampai ke Padang Lawas. Tiba
disitu Raja itu tiada dapat makan sebab pada masa itu orang di Padang Lawas tiada makan
nasi, hanya ubi sahaja. Kira-kira setahun lamanya Raja itu disitu, iapun kembalilah ke Rokan.
Dalam perjalanannya itu sampailah Raja itu pada suatu sungai besar yaitu cabang sungai
Sumpar yang sebelah kanan mudiknya Rokan.

Sampai disitu Raja itupun dapat sakit, lalu meninggal. Didalam hutan itulah
dinamakan Raja itu oleh kawan-kawannya. Setelah selesai dari pada menanamkan mayat
Raja itu, maka mufakatlah segala orang itu yaitu bagaimanalah hal kita ini, karena Raja kita
telah mangkal disini dan telah kita tanamkan. Tetapi bagaimana hal kita sekarang maka
menjawab seorang bernama Malintang. Katanya : pada pikiranku baiklah kita berladang dan
membuat kampung disini, supaya bertunggu juga tempat kubur Raja kita ini.

Tetapi lebih dahulu kita minta izin pada yang Dipertuan di Rokan serta kita minta
pangkat disini. Kata kawan-kawannya baiklah, sehabis mufakat itu, pergilah melintang
menghadap yang Dipertuan Sakti di Rokan. Sesampai Melintang dimuka yang Dipertuan
yakni, maka

28-33nova

34-35desi

Sehabis berelat itu yang diperlukan besar gudimat pun teruslah hilir ke koto ujung batu tinggi
bersama dengan datuk bendahara hitam di koto ujung batu tinggi. Maka yang diperlukan
besar itupun tetaplah memerintah dibawah yang dipertuan sakti, serta bersemayam di koto
ujung batu timggi.
Kemudian kira-kira 2 tahun lamanya yang diperlukan besar gudimat memerintah di
koto ujung batu tinggi maka orag koto ujung batu tinggi pun dikarang itu, sehingga mangkat
yang dipertuan itu disama, lalu dikuburkan disitu.

Adalah yang dipertuankan itu mengadakan putera dua orang, yaitu satu laki-laki satu
perempuan. Demikianlah halnya orang suku nab enam dahulu, mula-mula dari koto kecil
pindah kekoto bungo tanjung, dari situ ke koto ujung batu tinggi, kemudian pada negeri ujung
batu sekarang seperti yang tersebut diatas ini, sehingga inilah diceritakan dahulu.

Syahdan kembalilah cerita kepada yang dipertuan sakti nama selo yang tinggal
bersamaam di negeri rokan, duduk diatas tahta kerajaan luhak rokan IV koto. Maka adalah
yang dipertuanmengadakan putera dua orang laki-laki yang tua bergelar sutan rokan dan yang
muda bergelar tengku maha raja. Dari saudara yang dipertuan pada maka itu lagi muda,
belum mengadakan putera.

Maka sekarang diceritakan lah perihal datuk dan kampung-kampung di bahagian


empat koto di bukit, tatkla muda asal datuk-datuk dan kampong-kampung itu akan didirikan,
ialah masa yang dipertuan sakti nama selo , raja yng kedelapan yang memerintah dalam luhak
Rokan IV koto. Dan saudaranya yang dipertuan besar Gudimat memerintah di ujung batu.

Maka diceritakanlah perihal datuk bendahara pindah kampong pakis, adalah


dahulunya serta kaum orang datang dari koto Rajo Rao, laki-laki dan perempuan semuanya
adalah lima belas kelamin, datanglah ia ke luhak Rokan ini, menepat kepada sungai-sungai
yang sedikit besar, sebelah kanan sungai Rokan, yang dinamakan orang sungai pakis
sekarang. Maka segala orang itu setiba disitu kerjanya memperbuat lading dan memperbuat
kampong dimana kampong pakis sekarang.

Pada waktu itu adalah serta barang tumbuh-tumbuhan yang pada tepi sungai ang
dipinggir kampong itu bernama pakis, ditebang oleh mereka itu akan tetapi keseberang.
Disitu sebab itulah sungai itu dinamakan orang sungai pakis.

Kemudian dua tahun lamanya mereka berladang disana pindahlah ia berladang ke


sungai dua yaitu, pada sungai dasan.

Kira-kira tiga tahun mereka itu tinggal dan kembalilah, mereka itu pada kampungny
dekat sungai pakis yang tersebut diatas ini, serta memperbaiki kampug dan berladang pada
disitu.
Berapa lamanya mereka iyu disitu mufakatlah ia tindak meminta pangkat pada
kampung yang disungguinya, itu kepada Raja, serta mereka itu mencari segala alat-alat
perkakas dan adat orang meminta suku kepada Raja, yaitu kerbau satu ekor dan emas dua
puluh rial dan beras secukupnya.

Kemudian setelah cukup segala alat perkakas yang disebut mereka itupun hilirlah
keujung batu mendapatkan datuk bendahara di ujung batu, minta dibawa menghadap yang
dipertuan besar nama Gudimat

Setiba disitu bendahara ujung batu pun membawa mereka itu kepada yang dipertuan,
serta mempersembahkan maksud orang yang datang itu yaitu meminta seko dan pangkat
orang besar di kampung pakis. Pada ketika itu yang keperluan pun menerima suka atas
maksud orang yang memang itu.

Sehabis itu datuk bendahara ujung batu dan orang yang datang itupun menyembelih
kerbau persembahan yang dibawa orang itu.

Dan yang dipertuan pun menerima pangkat kepada kepala orang yang datang itu
bergelar datuk Bendahara Muda kepala kampung pakis. Setelah itu Datuk Bendahara Muda
pakis yang baru diangkat itupun kembalilah kepada kampungnya di pakis.

Demikianlah asalnya Datuk Bendahara muda pakis meminta sokonya pada raja.

Maka persebutlah pula perihal kampung pemndang. Adalah dahulunya satu kaum
orang laki-laki dan perempuan dari kajai setelah Rao, masuk ke luhak Rokan, menepat
kekampung sungai kijang. Kemudian setelah tiga tahun ia tinggal di kampung sungai kijang.
Mereka itupun lalulah kesebelah empat koto dibukit sekarang, aitu pada suatu sungai yang
sedikit besar pada hilir sungai yang tersebut dahulu. Sesampai disitu mereka itupun mencari
buah akan dibuat kampung, hampiran sungai tersebut.

Pada ketika itu segala mereka itupun naiklah pada suatu bukit yang tinggi, lalu
memandang kiri dan kanan, buat melihat tanah yang akan tempat kampungnya. Maka terlihat
oleh mereka itu suatu tanah yang sedikit diatas hampir ditepi sungai dibawah bukit itu sebab
itulah dinamakan orang sungai itu sungai pemandang. Kira-kira dua tahun lamanya mereka
itu tinggal berladang disitu, maka hilirlah yang pakis yang tersebut ke ujung batu akan
meminta tanah dan soko yang telah di ceritakan diatas ini. Setelah sampai ke ujung batu,
yang di pertuan besarpun mengangkat kepala dari orang pemandang tadi bergelar bendahara
raja. Maka dalah waktunya yaitu sewaktu dengan waktu mengangkat bendahara muda pakis
tahadi.

Adapun kerbau yang dipersembahkan orang pemndang ialah kerbau persembahan


orang, ialah kerbau persembahan orang dari pakis dahulu dibelinya karena kerbau yang
dipersembahkan mereka itu tiadalah dipotong, hanyalah dikembalikan, dan diganti dengan
uang enam rial. Itulah yang dinamakan orang kerbau kurus. Sebab namanya sahaja
memotong kerbau tetapi hanyalah menerima uang enam rial sahaja. Demikianlah hal
kampung pakis dan pemandang waktu diangkat oleh yang diperlukan besar namun Gudimat.

Maka tersebutlah pula perihal kampung tanjung medan. Adalah dahulunya ada kaum
orang datang dari masuk ke Luhak Rokan, menepat disungai Kijang. Kemudian kira-kira satu
tahun tinggal disungai kijang, mereka itupun berpindah pula ke kampung Pemandang.
Kemudian kira-kira dua tahun mereka itu dipemandang, mereka itupun hilir ke ujung batu,
menghadap yang dipertuan besar budiman, akan diminta tanah buat tampung dari mindah
sokonya dikampung itu. Dan lagi mereka itu mempersembahkan pula kepada yang dipertuan
itu, yaitu seperti alat persembahan yang dipersembahkan uang, ketika memberi pangkat. Pada
ketika itulah yang dipertuan memberi amnah akan tempat kampung itu, yaitu kepada
hampiran teluk Unang Ukarana. Serta diberikan tanah selaras sungai Munang Sahaja. Dan
kepalanya diangkat bergetar benda karayati dan kampungnya dinamakan tanjung Udan.

Maka tiga kepala kampung diempat Koto dibukit yang tersebut diatas, ialah mula-
mula asal yang diangkat oleh yang dipertuan besar itu, baharulah ia memberi kabar epada
saudaranya yang dipertuan yakni nama Jelo yang tersebut diatas. Demikian halnya IV Koto
dibukit yang sebelah hilir waktu dahulunya.

Maka tersebutlah pula perihal kampung si Jernih. Adalah dahulunya satu kaum orang
laki-laki dan perempuan datang dari Koto Benio Anggi, masuk ke ke Luhak Rokan. Tinggal
di Lubuk . setelah setahun lamanya ia pun pindah berladang dan memperbuat kampung
kesuatu cabang dari sungai pusu. Dalam lima tahun laanya maka terdengarlah oleh mereka itu
orang kampung pakis telah dapat pangkat kepalnya bergelar bendahara Muda. Oleh sebab itu
mereka itu datang pula mendapatkan datuk bendahara Muda di Rokan, hendak dibawa
menghadap yang dipertuan yakni nama Jelo. Karena mereka itu hendak mempersembahkan,
bahasa ia hendak meminta tanah wayat dan soko pada kampung yang diperbuatnya itu.
KEMUDIAN SESAMPAI MEREKA ITU MENGHADAP YANG DIPERTUAN,
dipersembahkan oleh datuk Bendahara Negeri Rokan maksud orang yang datang itu. Maka
ialah yang dipertuan, kalau mereka itu mau mengisi adat menuangi Rimbaga, boleh dikasih
tanah dan pangkat. Adalah itu orang itupun menyiapkan segala alat perkakas adat pakaian
orang meminta tanah dan soko kepada raja, yaitu kerbau satu ekor, emas dua puluh ringgit
dan tanah tempatan.

Apabila siaplah segala alat perkakas yang tersebut, maka mereka itupun pergilah
menghadap yang dipertuan yakni bersama dengan Bendahara Rokan. Sampai disitu
dipersembahkannyalah segala perkakas itu. Maka pada ketika itu yang dipertuan menerima
suka. Oleh sebab itu kepala kampung itu diangkat bergelar bendahara Raja dan diberi kuasa
wayat, yaitu pada sungai siJernih tempat kampung itu. Adalah kampungnya dinamai
Kampung SiJernih. Sebab kampung itu dinamai sijernih, karena sungai yang pada tepi
kampung itu sngat jernih airnya. Sebab itu mereka itupun kembalilah pada kampungnya yang
tersebut. Demikianlah hal orang sijernih dan asalnya datu Bendahara disitu.

Maka adalah suatu kaum orang yang telah berladang-ladang pada sungai pusu,
sebelah hulu kampung sijernih yang tersebut. Makal sekalian mereka itu telah mendengar
bahasa orang sijernih telah minta tanah dan soko pada Raja. Oleh sebab itu sekalian mereka
itupun mefakatah serta datang pula mendapatkan bendahara di Rokan, serta
mempersembahkan seperti persembahan orang Sijernih tahadi juga.

Maka adalah yang dipertuan memperkenankan perintaan orang itu. Pada ketika itulah
kepala dari orang itu digelar Bendahara Pusu, dan kampungnya dinamakan Kubu Baru,
karena itu kampung baru didirikan. Demikianlah halnya datuk Bendahara Pusu kampung baru
adanya.

Maka sekarang tersebutlah pula kampung tinggi adalah satu kaum laki-laki dan
perempuan dari Longung Rao. Dari situ lalu ke sunga Bomban yang dinamai kampung
Tinggi sekarang.

Sampai disitu mereka itupun berladang-ladang serta memperbuat kampung, telah lima
tahun lamanya mereka disitu, datanglah mereka itu menghadap yang dipertuan yakni nama
Jelo di Rokan. Dengan membawa persembahan seperti persembahan orang Kubu Baru.
Tetapi ditambah dengan seorang sahayanya. Oleh sebah itu kepala dari oarang itu
digelarkan Bendahara Lebih karena persembahannya lebih dari datuk-datuk lain di IV Koto
di Bukit.

Dan adalah kampungnya dinakan kampung tinggi karena kampung itu tinggi
tempatnya dan pada tanah-tanah yang dekat itu. Dan tanah diberi kuasa sepanjang
wilayahnya kampung yang tersebut itu, maka adalah datuk yang bertiga yang tersebut diatas
ini, waktu mempersembahkan kerbau kepada Raja itu tiada yang dipotong, hanya dibayar
sahaja dengan uang banyaknya enam rial, itulah yang dinamakan dengan kerbau kurus.
Demikianlah hal keadaan mula asalnya kampung-kampung empat koto dibukit seperti yang
tersebut diatas ini.

Kemudian kembalilah mereka kepada yang dipertuan sakti nama jelo yang tersebut
diatas ini. Lama kelamaan yang dipertuan sakti nama jelo memerintah, maka yang dipertuan
itupun kakek tua betul, sudah ada berumur 100 tahun. Maka pada ketika itu datanglah
kesusahan besar, yaitu Luhak Rokan, ini barulah dinamakan nama Datuk bendahara ini
dinamakn orang putih (Padri), yaitu satu orang kaum dari minang kabau, serupa orang alim
mengeraskan agama islam.

Pada masa itu banyaklah negeri-negeri yang dikalahkan oleh orang itu, dengan
membunuh raja pada negeri itu, supaya senang mereka itu memerintah sendirinya dan
membuat apa sekehendaknya sahaja.

Maka datanglah takdir Allah SWT, maka mangkatlah yang dipertuan yakni nama Jelo
dibunuh oleh orang yang mengaruh itu. Dan mati pulalah kedua putranya yaitu sultan Rokan
dan Tengku Maharaja. Maka adalah yang tinggal pulak Raja pada masa itu, ialah saudara
perempuan yang dipertuan dua orang yaitu Siunah gelar permaisuri dan Sadi gelar Paduka
Sah.

Sah dan maka perang negeri Rokan dan dua orang saudara yang dipertuan itupun
keluarlah dari negeri Rokan sehingga sampai kelima Koto bagian Bangkinang. Maka
tinggalllah mereka disitu 12 tahun lamanya. Dalam masa 12 tahun itu yaitu sepeninggal
saudara yang dipertuan dan orang negeri rokan dari kelima Koto yang tersebut, pada waktu
itu Luhak Rokan tidak diperintahkan oleh Raja atau Wakilnya. Adalah halnya pada masa itu
Raja tidak berdaulat dan besar tidak berandiko, sebab dialahkan oleh Putih (Padri) yang
tersebut diatas.
Sekian setelah 12 tahun lamanya dapat kabarlah mereka itu, bajwa Luhak Rokan telah
aman kembali karena sipengaruh itu telah dipukul oleh Compeni Belanda. Oleh sebab itu
kembalilah kedua saudara yang dipertuan itu ke Negeri Rokan serta segala kawan-kawannya
orang Rkan yang ikut itu. Sesampai mereka itu disitu diperbaiki oranglah negeri itu. Adapun
orang Negeri Ujung Batu tiada yang lari, sebab tertunggu oleh pengaruh. Maka negeri itu
dipelihara oleh pengaruh itu, dengan dibikinnya parit dalam. Sampai sekarang ada bekas-
bekasnya disitu akan orang Pandalian dan lain-lain pergi juga, tetapi tiadalah lama, sebab
perginya tialah jauh.

Adapun negeri Sikebau makin lama makin lengang juga sehingga lama kelamaan
negeri itu juga menjadi rimba sehingga sampai sekarang ini.

Sehingga inilah diceritakan dahulu hal yang dipertuan yakni nama Jelo yang
digelarkan orang sampai sekarang Almarhum yang dipertuan berdarah Putih.

Demikianlah adanya halnya yang dipertuan memerintah dalam masa 74 tahun sampai
pada waktu mangkatnya.

Sahdan adapun Luhak Rokan ini waktu baru-baru saudara yang dipertuan itu kembali
dari lima Koto ada kira-kira 20 tahun tiada berdiri yang dipertuan. Hanya Luhak Rokan ini
dipangku oleh suku Mandiling Negeri Bendahara bersama dengan Datuk wakil yang
berempat. Tetapi yang mengepalainya adalah Datuk Maliddan yang tersebut diatas, karena ia
orang yang berani lagi cerdik, biasa menyelesaikan apa-apa hal. Maka sampailah pikirannya
itu kepada yang dipertuan yakni nama Ahmad.

Bahagian yang Kesembilan

Menyatakan perihal raja yang kesembilan yang memerintah dalam Luhak Rokan yang
dipertuan yakni nama Ahmad.

Lebih dahulu sebelumnya hal raja yang kesembilan memerintah dalam Luhak Rokan,
lebih dahulu diceritakanlah perihal perjalanan saudara yang dipertuan nama Jelo yang
melarikan diri ke V Koto yang tersebut diatas. Adapun saudara perempuan yang dipertuan
yang tua nama Siumah gelar Permaisuri, waktu telah kembali ke Negeri Rokan dari V Koto
yang tersebut diatas ada mengadakan Putera seorang perempuan nama Yeri Amin, bergelar
Permaisuri yang kedapatan waktu tuan konteler kuaste mula-mula masuk ke Rokan ini.
Tetapi Yeri Amin ini tidaklah meninggalkan putra. Adapun saudaranya yang muda nama
Yuwadi gelar paduka Syah Alam, waktu itu mulai perjalanan lari sampai kembali kenegeri
Rokan, maka paduka Syah Alam itu mengadakan putra 2 orang yang tua perempuan nama
Laka gelar Paduka Syah Alam dan yang muda laki-laki bernama Ugama.

Maka adalah putra paduka Syah Alam nama Yuwadi waktu sudah mangkat yang
dipertuan yakni nama Jelo (Waktu akan lari) memang sudah besar-besar juga. Dan waktu
sudah kemabali itu adiknya nama Ugama masih kecil lagi.

Maka adalah kemenakan yang dipertuan yang perempuan nama Laka sampai ke
Negeri Rokan berkawinlah ia dengan sorang bangsa Raja bergelar Sultan Kejaman. Adalah ia
mengadakan putra 6 orang yaitu 3 laki-laki dan 3 perempuan

Adapun yang tua sekali laki-laki mati kecil, yang kedua laki-laki nama Ahmad gelar
yang dipertuan yakni dan kemudian bergelar yang dipertuan Besar tinggal di Lubuk
Bendahara. Yang ketiga perempuan mati kecil, yang keempat perempuan mati kecil juga,
yang kelima perempuan nama Bibah gelar Paduka Syah Alam, yang keenam laki-laki nama
Husin gelar yang dipertuan yakni Rokan.

Syahdan kira-kira kebali dari V koto, maka Raja yang bernama Ugama saudara dari
Laka berdiam ke Ujung Batu, menjaga negeri Ujung Batu sebab pada masa itu Belalu
bermusuh dengan Raja Rambah dan Kunto. Dan adalah negeri Rokan dijaga oleh Datuk
Mahudum yang disebut diatas.

Tiada berapa laanya bertambah besar juga putra paduka Syah Alam yang bernama
Ahmad itu karena adalah itu Ahmad sudah berumur 6 tahun. Pada ketika itu bermufakatlah
Andiko yang bertiga, yaitu Negeri Rokan, Pendalian dan Ujung Batu serta penghulu-
penghulu yang dibawahnya yaitu hendak mengangkat Ahmad jadi Raja Luhak Rokan,
bergelar yang dipertuan yakni dan Ugama mejadi yang dipertuan besar, memerintah di
Negeri Ujung Batu. Tetapi yang dipertuan yakni Ahmad pada masa itu masih dipangku oleh
Datuk Mahudum juga.

Hatta dalam hal yang demikian itu terbitlah pikiran oleh dipertuan besar Ugama
hendak menjemput yang Suku Nan 6 yang tinggal di Lubuk Napal, waktu dari dengan
wajalati. Setelah putus mufakat yang dipertuan besar Ugama dengan datuk Mahudum dan
orang-orang Besar sekaliannya teruslah mereka itu berjalan ke Lubuk Napel menjemput Suku
Nan 6 itu. Mana yang melawan dibunuh, dan yang engkar diikat dibawa ke Ujung Batu.
Tetapi adalah yang tinggal lagi suku nan 6 itu kira-kira seperempat banyaknya. Sesampai di
Ujung Batu diamlah mereka itu disitu berladang. Sesampai mereka itu satu tahun lamanya di
Luhak Rokan mufakatlah yang dipertuan besar Ugama dan datuk Mahudum dan orang besar
sekaliannya bahasa akan meletakkan suku nan 6 itu ke Negeri Lubuk Bendahara sekarang
serta akan mendirikan penghulu berenam pula, dengan mendirikan Datuk Bendahara Kaya,
yaitu orang suku melayu yang datang dari Lubuk Napal juga.

Maka dalam hal itu mufakatlah sekaliannya karena adalah dahulu Luhak Rokan ini
katanya IV yaitu Rokan, Pendalian, Sikebau dan Lubuk Bendahara. Jadi sekarang Sikebau
sudah tinggal jadilah belalian suku nan 6 di Ujung Batu berpindah ke Lubuk Bendahara.
Sehabis mufakat diaturlah oleh yang dipertuan besar Ugama dan Datuk Mahudum dan orang-
orang besar sekaliannya tempat Negeri itu. Setelah sudah tetap di tebaslah oleh suku nan 6
dari Lubuk Nopal itu serta diantar ke maknya.

Apabila selesai dipotonglah kerbau, dan didirikan pangkat bendahara kaya lubuk
bendahara, oleh yang di Pertuan Besar Ugama dengan kerapatan sekaliannya.

Tiada berapa lamanya yang dipertuan Besar Ugama pun mangkatlah maka tinggallah
Luhak Rokan dipangku oleh Datuk Mahudum dan Wakil yang berempat sahaja.

Dan tiada berapa lamanya Datuk Mahudum pun mati pula, maka tinggallah Luhak
Rokan dipegang oleh yang dipertuan yakni Ahmad yang diangkat masa kecilnya bersama
dengan yang dipertuan Ugama yang mangkas itu. Maka adalah adik yang dipertuan itu yang
kecil nama Husin pun telah besar sudah.

Dan adalah adiknya yang perempuan nama Bibah kawin dengan seorang Raja dari
Kampar Kiri gelar Sultan Rokan. Maka Paduka Syah Alam Bibah itu putra seorang
perempuan Aisyah.

Terbitlah fikiran oleh yang dipertuan yakni Ahmad hendak diam ke Lubuk Bendahara
dan kawin dengan seorang anak Raja di Lubuk Bendahara nama putra gelar Raja Dalu. Maka
mufakatlah yang dipertuan Ahmad dengan segala wakil yang berempat, yaitu sebab yang
dipertuan yakni Ahmad hendak beristeri ke Lubuk Bndahara dan diam di Lubuk Bendahara.
Adiknya digelar yang dipertuan yakni Husin tinggal dalam Negeri Rokan dan yang dipertuan
Ahmad bergelar yang di pertuan besar, menggantikan yang dipertuan besar menerima
keputusan itu maka orangpun menuntut adat yang selamanya karena engangkat Husin jadi
yang dipertuan Sakti jadi Raja dalam Lubuk Rokan IV Koto.
Tetapi adalah rempah-rempah (sewaktu-waktu) kerajaan yang dipangku juga oleh
yang dipertuan besarAhmad karena ia bersaudara.

BAHAGIAN YANG KE SEPULUH

Menyatakan Raja yang ke sepuluh memerintah dalam Luhak Rokan IV Koto yang
dipertuan yakni Husin.

Hatta yang dipertuan Husin pun tetaplah memerintah dalam Luhak Rokan IV Koto
dengan saudaranya yang dipertuan besar Ahmad. Tetapi wkatu bermusuh berperang dan
bicara yang berat-berat selalu yang dipertuan besar Ahmad dikepalakan oleh adiknya sebab ia
yang ridho lagi gagah berani dan keramat hanyalah dalam pangkat kerajaan yang dipertuan
sakti nama Husin.

Lama kelamaan kedua beradik Raja itu memerintah dalam Luhak Rokan IV Koto,
maka yang dipertuan besar Ahmad mengadakan putra dengan istrinya yang di Lubuk
Bendahara 4 laki-laki 2 perempuan. Adapun yang tua laki-laki gelar Sultan Mansur, yang ke
dua laki-laki juga nama Abas gelar Sultan Lainal, yang ke tiga laki=laki nama Saleh gelar
Tengku Mahwija, yang ke empat perempuan nama Gandum, yang kelima nama Subuh gelar
tengku Pangeran, yang ke enam perempuan nama Kincir.

Maka yang dipertuan Husin itu berkawin dengan ahli Raja di Koto Intan, dibawanya
ke Rokan. Adalah yang dipertuan itu mengadakan putra 4 orang 2 laki-laki dan 2 perempuan.
Yang tua perempuan nama Intan Ropiah, yang ke dua Abdullah gelar Sultan Rokan, yang
ketiga perempuan gelar Suti Kumala, yang ke empat laki-laki nama Muhammad Ali
dahulunya bergelar Majolelo.

Maka putra yang dipertuan besar Ahmad yang kedua laki-laki nama Abas gelar sultan
Kemal dikawin oleh dipertuan dengan kemenakannya nama Aisyah gelar Paduka Suti. Dalam
hal yang demikian tetaplah yang dipertuan Sakti yakni Husin dan dipertuan besar Ahmad
tetaplah memerintah diatas Tahta Kerajaan Luhak Rokan IV Koto. Tiada berapa lamanya
terbitlah fikiran yang dipertuan besar Ahamd, hendak menjemput suku nan 6 yang lagi
tinggal di Lubuk Napel, dahulunya waktu di langgar oleh yang dipertuan besar Ugama. Pada
ketika itu putuslah mufakat yang dipertuan besar Ahmad dengan adiknya yang dipertuan
besar Husin serta dengan orang-orang besar sekaliannya.
Maka pergilah kedua Raja itu melanggar ke Lubuk Nopal buat menjemput orang yang
ketinggalan dahulu itu. Siapa yang melawan diantara orang Lubuk Nopal itu dibunuh dan
dikalau engkar diikat. Oleh sebab itu sudah adalah dua tiga orang Lubuk Napal dibunuh.
Maka habislah Lubuk Napal semuanya terbawa, hanyalah yang tinggal kira-kira 10 orang
saja laki-laki dan perempuan, karena mereka itu lari kedalam hutan. Maka itulah keturunan
orang yang ada di Lubuk Napal sekrang dan juga Lubuk Bilang. Sehabis itu kedua Raja
itupun kembali ke Luhak Rokan.

Hatta tiada berapa lamanya dibelakang itu yang dipertuan sakti dan yang dipertuan
besar Ahmad telah tetap diatas tahta Kerajaan, pada suatu hari terbitlah pengadulian antara
orang Luhak Rokan dan Meratais. Buat menyaksikan perkara itu datanglah tuan
Condereliyun Rao. Pada ketika itulah ditetapkan oleh yang dipertuan yakni Husin dan yang
dipertuan besar Ahmad deng tuan Condereliyun Rao, watas Luhak Rokan IV Koto dengan
Gofernement Sumalen Sumatra Barat yaitu pada muara sungai Gagak dekat kampung
Rumbai sekarang. Dari situgaris lurus ke dagu bukit sumelambe. Dan lagi dari Muara sungan
Gagak pula garis lurus ke Bukit Rampang. Dari waktu itu sampai sekarang tetaplah batas itu
disitu.

Tiada berapa lama kemudian dari pada itu terbitlah pula pengaduhan diantara Luhak
Rokan dan Luhak Rambah maka terjadilah peperangan antara Luhak Rokan dan Luhak
Rambah, sehingga adalah Luhak Rambah itu. Akan yang dipertuan sakti

43-50desi

Husin dan yang dipertuankan besar Ahmad pun diamlah dalam negeri rambah itu kira-kira
tiga bulan lamanya, baharulah kedua Raja itu pun pulang ke luhak Rokan.

Syahdan dibelakang kedua Raja itu telah mangkat luhak rokan ini diperintahkan oleh
putera yang dipertuan besar Ahmad yang bernama Abbas gelar Sutan zainal, suami dari
aisyah kemenakan yang dipertuan Sakti Husin.

Lamanya memangku kerajaan luhak Rokan Iv koto, ada kira-kira 22 (dua puluh dua)
tahun. Adapun Aisyah dengan suaminya ini ada mengadakan putera banyaknya gorong yaitu
lima laki-laki dan empat perempuan.

Adapun yang tuanya perempuan mati waktu kecilnya. Yang kedua perempuan nama
rendo, perempuan ini sakti, sebab pangkat tidaknya hutan, oleh sebab itu orang tidak berani
membantah kata-katanya, orang menyebutkan permaisuri hitam pangkat lidah. Yang ketiga
laki-laki nama Ibrahim. Yang ke empat laki-laki mati waktu kecilnya. Yang kelima laki-laki
nama Abdul Hamid. Yang ke enam laki-laki nma Abdul Hamzam. Yang ke tujuh laki-laki
nama Makmum. Yang kedelapan perempuan nama tatimah. Yang kesembilan perempuan
nama purbani.

Adapun setelah sampai sutan zainal abbas lamanya memerintah dua tahun, maka
masuklah wakil government yaitu tuan contrelever Quast. Pada ketika itu segala Raja-raja
dan orang-orang besarpun menerima suka akan kemasukan wakil government itu.

Dalam hal yang demikian diangkatlah anak sutan Zainal itu bergelar yang dipertuan
sakti yaitu yang bernama ibrahimbersemayam dalam negeri Rokan.

Maka pada waktu kerajaan luhak Rokan dipangku oleh sutan Zainal nama Abbas ia
menanam satu penghulu pada satu kampung yaitu Datuk Bendahara raja kampung koto ingin,
maka sekarang diceritakanlah perihal orang kampung koto ingin.

Adalah kira-kira 25 tahun yang dahulu, datanglah satu kaum orang pindah dari
rambah masuk luhak rokan, berladang-ladang pada sungai pusu. Pada suatu dapatlah mufakat
oleh mereka itu hendak memperbuat kampung dan mendirikan soko. Sehabis mufakat it,
mereka itupun ditengah mendapatkan bendahara dan penghulu negeri Rokan, mana
khabarnya segala maksudnya yang tersebut iyu.

Pada ketika itu Bendahar negeri Rokan persembahkanlah pada Tengku Sutan zainal
nama abbas, mka sutan zainal dan sekalian orang-orang besar negeri Rokan pun menerima
sukalah. Sehabis itu sekalian orang yang datang itupun mencari segala alat perkakas
kelengkapan yang akan dipersembahkan kepada Raja, yaitu satu ekor kerbau, emas dua puluh
dan beras secukupnya. Setelah siaplah disuruh potonglah kerbau itu oleh Tengku Sutan
Zainal pada kampung mereka itu. Mka jadilah kepala kampung itu diangkat bergelar
Bendahara kepala kepada Bendahara negeri Rokan, karena kampungnya itu dalam tanah
bahagian negeri Rokan, demikianlah adanya.

Bahagian yang ke sebelas

Menyatakan perihal raja yang kesebelas memerintah dala luhak Rokan IV koto ini,
yaitu Ibrahim gelar yang dipertuan sakti, yang diangkat oleh Datuk Andiko yang berempat
dengan semufakat wakil Government pada tahunseribu Sembilan ratus tiga (1903).
Dalam hal yang demikian maka tersebutlah perihal waktu mengangkat Tengku
Ibrahim menjadi Raja dalam luhak Rokan IV koto, bergelar yang dipertuan sakti.

Adalah pada tahun 1901 masuklah wakil government kedalam luhak Rokan yaitu
seorang converlever Quast. Pada masa itu kerajaan luhak Rokan ini, belum didirikan rajanya
hanyalah dipangku oleh ayahanda Tengku Ibrahim itu, bergelar Sutan zainal. Dalam hal yang
demikian itu mufakatlah wakil yang berempat dengan wakil government serta segala
penghulu-penghulu yang di bawahnya hendak mendirikan yang dipertuan sakti.

Pada waktu itu mufakat wakil yang berempat dengan wakil government. Adapun
pada waktu menobatkan Tengku Ibrahim bergelar yang dipertuan itu, ada memotong kerbau
12 ekor akan gunanya jamuan itu. Setelah siaplah segala adatnya dan serta pada dapat makbul
dari government. Orang luhak rokan pun berelatlah dalam negeri rokan, lamanya 7 hari
setelah sampailah 7 hari dinobatkan oranglah tengku sultan Ibrahim itu menjadi Raja dalam
luhak Rokan IV koto, bergelar yang dipertuan sakti dimuka wakil government tersebut diatas.

Setelah habis perelatan itu, orang pun kembalilah pada kampung masing-masing,
maka yang dipertuan sakti Ibrahim pun tetaplah diatas tahta kerajaan bersemayam dalam
negeri Rokan sampai sekarang ini.

Adapu pangkat yang dipertuan besar dalam luhak rokan dimatikan oleh kerap diam
serta dengan seizin government, pada waktu mufakat akan mengangkat Tengku sultan
Ibrahim jadi yang dipertuan sakti, Raja kerajaan luhak Rokan.

Hanyalah lagi didirikan seorang kepada kesepakatan membantu dibawah raja, diatas
Datuk Andiko yang berempat. Adapun yang akan dijadikan kepala kerapatan itu, ialah siapa
sahaja dalam bangsa bumi putera yang ditunjuk oelh yang dipertuan sakti dengan semufakat
wakil government, sama dua bangsa Raja atau anak Raja-raja atau keempat raja.

Adapun yang dipertuan sakti Ibrahim pada masa menulis buku ini, ada tinggal yang
hidup lima orang, karena yang empat telah mati semuanya.

Adapun desanya perempuan nama Rendo gelar permaisuri yang kedua laki-laki nama
Ibrahim yang dipertuan sakti luhak Rokan yang ketiga laki-laki nama Abdul hansam gelar
sutan zainal. Yang keempat perempuan nama Fatimah gelar paduka sakti, yang ke lima
perempuan nama perbani gelar siti renosuri.
Adapun adik dipertuan itu yang kecil namanya perbani gelar siti Renosuri kawin
dengan Raja dari Dalu-dalu Tambusai nama Tengku Buyung, ada mengadakan putera dua
orang, yang tua perempuan nama Rabiah gelar Paduka Siti, dan yang kecil laki-laki nama
Muhamad gelar Sutan Djoemadil Alam.

Sehingga inilah dahulu ditamatkan buku cerai paparkan tempat keturunan Raja dan
orang-orang besar dalam luhak Rokan IV koto. Pada waktu masa dahulu, sampai waktu
menamatkan buku ini. Demikianlah adanya.

Keterangan banyak Raja yang memerintah dalam luhak Rokan dan lamanya dari
dahulu sampai sekarang ini.

1. Sutan Seri Alam, anak puteri sangkar Bulan koto Benio tinggi, lamanya
memerintah 41 tahun.
2. Tengku Raja Rokan putera Sutan Seri Alam, lamanya memerintah 73 tahun.
3. Tengku Sutan Panglima Dalam putera Tengku Raja Rokan, lamanya
memerintah 65 tahun.
4. Sutan Sepedas Padi, kemenakan sutan panglima dalam,lamanya memerintah
53 tahun.
5. Sutan Gementar Alam, kemenakan sutan sepedas padi, lamanya memerintah
31 tahun. ( sampai masa ini putuslah Raja dalam Luhak Rokan IV koto,
baharu menjemput Raja ke pagar Rujung, sebelum menjemput Raja ke pagar
Ruyung sudah berdirinya kerajaan luhak Rokan IV koto 263 tahun)
6. Sutan Mahyudin Raja yang dijemput k pagar ruyung, lama memerintah 42
tahun
7. Yang dipertuan sakti Ruhit, anak sebelah kemenakan dari sutan Mahyudin,
lama memerintah 59 tahun. Dipangku oleh sutan Rokan ipar dari Ruhit
lamanya memeritah 35 tahun.
8. Yang dipertuan sakti selo anak dari sutan Rokan dan kemenakan dari Ruhit,
lama memerintah 59 tahun. Zaman putih (paderi) putus raja yang
memerintah atau waktunya selama 12 tahun. Dipangku oleh dayung gelar
datuk Mahudim, lamanya 20 tahun.
9. Yang dipertuan sakti ahmad, lamanya memerintah 19 tahun.
10. Yang dipertuan sakti Husin lamanya memrintah 24 tahun. Dipangku oleh
Abbas gelar sutan zainal putera yang dipertuan Besar Ahmad lamanya 23
tahun
11. Yang dipertuan sakti nama Ibrahim anak dari abbas gelar sutan zainal
lamanya memerintah 39 tahun.

Yang dipertuan sakti Ibrahim, yaitu Raja yang ke sebelas atau raja yang terakhir
memrintah di luhak Rokan IV koto, mulai diangkat menjadi pertuan sakti pada
tahun 1903 oleh kerapatan luhak rokan IV koto dengan semufakat wakil
Government.

Rakyat dan luhak rokan IV koto memulai sejarahnya pada sekitar pertengahan
abad ke XIV masehi, yang tahun-tahun dari pemerintahan tersebut dapat kami
alas an sebagai berikut :

1. Sutan seri alam, lama pemerintahanya 41 tahun, mulai dari tahun 1340
sampai tahun 1381.
2. Tengku raja Rokan , lama pemerintahanya 73 tahun, mulai dari tahun
1454 sampai tahun 1454.
3. Tengku sultan panglima dalam, lama pemerintahannya 65 tahun, mulai
dari tahun 1454 sampai tahun 1519.
4. Tengku sultan sepedas padi, lama pemerintahannya 53 tahun, dari tahun
1519 sampai tahun 1572
5. Tengku Sutan Gementar Alam, lama pemerintahannya 31 tahun, mulai
dari 1572 sampai tahun 1603.
6. Yang dipertuan sakti Mahyudin (Raja pertama dari pagar ruyung) lama
pemerintahannya 42 tahun, dari tahun 1603 sampai tahun 1645.
7. Yang dipertuan sakti Ruhit, lama pemerintahannya 59 tahun, mulai dari
tahun 1645 sampai tahun 1704.
8. Tengku sutan Rokan (pemangku) lama pemerintahannya 35 tahun, mulai
dari tahun 1704 sampai tahun 1739.
9. Yang dipertuan sakti Selo, lamanya pemerintahannya 66 tahun, mulai
dari tahun 1739 sampai tahun 1805.
10. Andiko yang berempat, lamanya pemerintahannya 12 tahun, mulai dari
tahun 1805 sampai tahun 1817.
11. Dayuna Datuk Mahudin (pemangku) lama pemerintahannya 20 tahun,
mulai dari tahun 1817 sampai tahun 1837.
12. Yang dipertuan sakti Ahmad, lama pemerintahannya 19 tahun, mulai ari
tahun 1837 sampai tahun 1856.
13. Yang dipertuan sakti husin, lama pemerintahannya 24 tahun, mulai dari
tahun 1856 sampai tahun 1880.
14. Tengku Sultan Zainal (pemangku) lama pemerintahannya 23 tahun,
mulai dari tahun 1880 sampai tahun 1903.
15. Yang dipertuan sakti Ibrahim, lama pemerintahannya 39 tahun, mulai
dari tahun 1903 sampai tahun 1942.

Pada tahun 1942berakhirlah kerajaan luhak Rokan IV koto dengan masuknya


penjajahan jepang, tiga orang raja tersebut ditangkap oleh penjajahan jepang dan dibawa ke
pekanbaru lalu disiksa oleh penjajahan jepang, ketiga raja tersebut adalah :

1. Tengku Sultan Ibrahim, gelar yang dipertuan sakti


2. Tengku Muhammad, gelar sultan Jumadil Alam yaitu kemenakan dari yang
dipertuan sakti Ibrahim.
3. Tengku Abdurahman, yaitu anak dari tengku Abdul humuzan, gelar sultan
zainal.

Tengku sakti Ibrahim gelar yang dipertuan sakti meninggal di daerah taluk kuantan.

Tengku abdurahman meninggal di pekanbaru.

Tengku muhamad gelar sutan jumaidil alam ditemui oleh family beliau dalam
keadaan sakit dan kurus, kemudian dibawa ke rokan kembali dan dirawat sampai sehat.
Kemudian setelah kemerdekaan RI ia bekerja pada kantor Asisten Residen Bengkalis.
Tengku Muhammad baru meninggal dunia sekitar tahun 1974 di tapah perak Malaysia.

Berdasarkan keterangan dari naskah ini (Buku cerai paparkan asal usul raja dan rakyat
Rokan IV koto), nyatalah rakyat Rokan IV koto berasal bersama Rajanya dari kabupaten
pasaman, pagar ruyung, kabupaten tanah datar (minang kabau), dengan rute perjalanan
dengan menghilirkan sungai Rokan (sungai kampar) dari hulunya lubuk sekaping (pasaman)
sampai ke daerah rokan sekarang dengan keterangan antara lain :
Sutan seri alam datang dari koto benio tinggi daerah pasaman sekarang. Pasaman
adalah rantau tiga luhak Rokan di minang kabau.

Perpindahan kaum-kaum dari daerah ini dimulai oleh kaum sultan seri alam yang jadi
di koto sembahyang tinggi, mendapat dari mengusir suku sakai di daerah rokan, karena tidak
mau beraja ke koto sembahyang tinggi.

Pengusuran suku sakai tersebut dilanjutkan oleh raja yang berempat tengku sultan
sepedas padi yang memerintah pada tahun 1519 sampai tahun1572 bersama dengan sultan
harimau. Pada kuran waktu pemerintahan tengku sultan sepedas padi tersebut masuknya jaran
agama islam ke luhak rokan ini yang dibawa oleh keturunan bangsa arab dari aceh, itulah
diperanginya suku sakai dan suku sakai itu lari ke daerah timur dan sampai ke tanah seberang
yaitu perak dan selangar tanah semenanjung Malaya atau malaysia sekarang.

Pengiriman sultan mahyudin dari pagar ruyung ke rokan menjadi raja, pada masa
pemerintahan sutan abdul maik tahta dengan gelar tuanku rajo alam muningsyah i. sultan
abdul jalil yang dipertuan sakti banyak mendidik raja-raja ke rantau pada masa
pemerintahannya.

Adapun peninggalan sejarah kerajaan Rokan IV koto, hanyalah yang tinggal disebuah
istana yang terletak di pinggir sungai Rokan dan menghadap ke jalan Raya, istana tersebut
dibangun semasa Raja yang dipertuan sakti Rahit memerintah sekitar taun 1645-1704 atau
3,5 abad yang lalu.

Istana itu panjangnya 12 dipa, pakai beranjung tiga tingkat, bentuknya gajah
maharam, berukir luar dalam warna kuning, kayunya terpilih yang baik dan tahan.

Sayang sekali harta perbendarahaan Raja itu habis hilang seperti meriam-meriam
(lelo), gong, calempong,gendang, bendera kerajaan yang senantiasa berkibar dihalaman
istana dan banyak lagi yang lain yang tidak disebutkan disini.

Pada tahun 1974, ahli waris raja-raja tersebut yang tinggal di pekanbaru mengadakan
pertemuan yang dipimpin oleh Tengku Amruddin, gelar tengku maharaja, mantan asisten
wedana kecamatan Rokan IV Koto tahun 1948-1950 di rokan , yaitu mengenai istana
kerajaan Rokan IV koto yang terletak di Negeri Rokan.

Hasil pertemuan tersebut pemufakat bulat, bahwa istana itu harus diserahkan kepada
pemerintah Republik Indonesia melalui Gubernur kepala daerah Pk.1 Riau di pekanbaru yaitu
bapak Ariffin Ahmad disaksikan oleh mahkamali syarial dari pasir pengaraian. Tidak berapa
lama kemudian istana tersebut barulah di pagar oleh pemerintah secara bertahap termasuk
pembersihan makam Raja-raja tersebut.

Salinan buku cerai paparkan ini kami salin dari photo copy tulisan tangan dari yang
dipertuan sakti tengku sutan Ibrahim (raja rokan terakhir) yang ditulis oleh beliau sendiri dan
dibantu oleh sekretaris kerajaan pada tahun 1921 M, dan salinan ini dari awal sampai tammat
menurut bunyi aslinya dalam ejaan lama atau ejaan yang belum di sempurnakan, yaitu ejaan
paten yang dipakai pada zaman hindia belanda dulu.

Tulis ini sudah hilang tidak dapat dibaca lagi dan telah hilang oleh pewaris yang
menyimpan sejarah tersebut.

Kemudian kami salin dan kami susun kembali menurut ejaan yang sudah di
sempurnakan, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita yang memerlukan sejarah kerajaan
rokan IV Koto, yang berawal pada tahun 1340 dan berakhir pada tahun 1942 selama 602
tahun dengan masuknya penguasaan jepang.

Sesuai dengan judul pidato Bung karno pada tahun 1960 yaitu jasmera ( jangan
sekali-kali melupakan sejarah).

Rokan , 10 januari 2003

Penyusun,

Ahli waris keluarga istana Raja Rokan

Anda mungkin juga menyukai