Keywords: tumapel, Kutaraja, Wishnudrharna, kertanegara, Dinasti Yuan, Tu-ma-pan, Ken arok, tunggul
ametung, ken umang, ken dedes, tohjaya, anusapati, wangsa rajasa
Kerajaan Singasari memiliki nama asli Kerajaan Tumapel yang ibu kotanya berada di Kutaraja, penamaan Singasari
berasal dari Raja Wisnuwardhana yang menunjuk anaknya. Bernama Kertanegara, sosok putra mahkota hingga
menjadi nama pusat serta pemerintahan kerajaan Singasari yang lebih terkenal ketimbang nama kerajaannya yakni
Tumapel.
Kejayaan kerajaan Singasari terjadi saat berada di bawah kepemimpinan Kertanegara dan sekaligus menjadi raja terakhir
dari kerajaan ini. Menariknya, rumor beredar bahwa Kertanegara memiliki impian untuk menyatukan nusantara di bawah
naungan kerajaan yang dipimpinnya. Dengan pusat pemerintahan di wilayah Jawa bagian timur.
Sejarah Asal Usul Kerajaan Singasari
Nama Kerajaan Tumapel diketahui berdasarkan keterangan yang terdapat di dalam prasasti Kudadu, bahkan
kemunculannya juga berada dalam berita Tiongkok dari Dinasti Yuan. Saat itu menggunakan ejaan Tu-ma-pan, ibukota
Tumapel kemudian diperjelas melalui Kakawin Negarakertagama yang bernama Kutaraja dan kali pertama berdiri di
tahun 1222.
Lewat pararaton disebutkan jika Tumapel berasal dari sebuah daerah bawahan Kerajaan Panjalu, Tunggul Ametung saat
itu sebagai pejabat penting raja kerajaan Singosari. Namun meninggal terkena tipu muslihat Ken Arok. Setelahnya Ken
Arok mendeklarasikan dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Ken Arok pun menikahi janda dari Tunggul Ametung dan memiliki anak bernama Anusapati yang merupakan buah cinta
Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Namun Ken Arok tak hanya memiliki satu istri, ia kemudian menikah lagi dengan
Ken Umang dan memiliki anak bernama Tohjaya. Di tahun 1222, Ken Arok berniat melepas Tumapel dari Kadiri atau
Panjalu.
Namun terjadi perseteruan dengan raja kerajaan Kadiri, Kertajaya lewat kaum brahmana yang kemudian bergabung
dengan Ken Arok. Perang pun meletus dan dimenangi oleh Tumapel, menariknya saat berdirinya Tumapel dalam
Negarakertagama tidak menyebutkan nama Ken Arok, justru disebutkan Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang
mengalahkan Kadiri.
Wishnuwardhana mengangkat putra, Kertanegara sebagai putra mahkota dan mengganti nama ibu kota kerajaan Singasari
didirikan oleh dirinya. Nama ini yang kemudian justru terkenal ketimbang Tumapel, begitu pula informasi yang didapat
dari prasasti Mula Malurung yang muncul di tahun 1255 atas perintah Wisnuwardhana yang menyebabkan rajasa dijuluki
Bhatara Syiwa.
Hingga kemudian nama tersebut menjadi gelar anumerta dari Ranggah Rajasa dalam Negarakertagama pendiri awal
kerajaan Singasari disebut sebagai Syiwa. Pararaton bahkan menyebutkan jika Ken Arok lebih dulu mendapat julukan
tersebut sebelum maju dalam peperangan melawan Kadiri.
Silsilah Wangsa Rajasa
Versi Pararaton
Anusapati yang merupakan putra tunggal Tunggul Ametung ingin membalaskan dendam kematian ayahnya terhadap Ken
Arok. Hingga pada akhirnya Ken Arok mati di tangannya, hingga Anusapati berkuasa dan meninggal di tahun 1249
setelah dibunuh Tohjaya. Yang merupakan anak Ken Arok bersama Ken Umang.
Usai Anusapati meninggal, takhta yang dimiliki Tohjaya hanya berlangsung secara singkat setelah digulingkan oleh
Ranggawuni. Ranggawuni inilah yang kemudian disebut Wisnuwardhana dan merupakan anak dari Anusapati, lingkaran
dendam yang terus berlanjut hingga ke anak-anak Ken Arok dan Tunggul Ametung.
Wisnuwardhana pun diangkat menjadi raja, setelahnya melepaskan takhta tersebut kepada Kartanegara. Silsilah raja
Tumapel berikut ini versi Pararaton, Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi (1222-1247), Anusapati (1247-
1249), Tohjaya (1249-1250), Ranggawuni atau Wisnuwardhana (1250-1272) dan Kartanegara (1272-1292).
Sosial
Kehidupan sosial di kerajaan ini pasang surut, setelah tergolong cukup maju di jaman Ken Arok dengan bergabungnya ke
wilayah Tumapel. Namun terabaikan karena kesibukan masing-masing, hingga sampai ke Wisnuwardhana meski sempat
kembali sedikit. Kehidupan sosial Singasari menjadi sangat maju saat dipimpin Raja Tarumanegara.
Keagamaan
Pada saat itu agama yang berkembang di Kerajaan Singasari adalah Hindu dan Budha, dan memang menjadi agama
pertama di Nusantara. Bahkan saat itu para penganut agama Hindu dan Budha bisa saling hidup berdampingan tanpa
adanya perselisihan yang terjadi. Perselisihan justru terjadi di kalangan pemimpin yang berebut kekuasaan.
Budaya
Banyaknya peninggalan berupa prasasti membuat kehidupan budaya kerajaan Singasari terbilang cukup maju. Terdapat
banyak produk kebudayaan yang dihasilkan, selain prasasti ada pula candi, patung dan yang lainnya. Yang paling populer
adalah patung Ken Dedes, istri Tunggul Ametung yang kemudian diperistri Ken Arok.
Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Singasari
Pusatnya di Jawa bagian Timur dengan sistem pemerintahan yang pernah mengalami masa perkembangan yang sangat
pesat. Sengketa dan perebutan kekuasaan membuat mereka mengalami kemunduran, karena sistem pemerintahan dan
politik yang dilakukan hanya fokus pada pelebaran kekuasaan.
Hal itu tidak bisa dipungkiri mengingat perluasaan kekuasaan dapat memberi kesuksesan tersendiri bagi Kerajaan
Singasari. Menariknya, hal itu bisa dilakukan dengan beberapa contoh seperti penguasaan terhadap wilayah Sunda,
Malaka, Bali dan bahkan Kalimantan juga ikut di dalamnya meski juga muncul kemerosotan.
Candi Kidal
Merupakan bentuk penghormatan terakhir untuk Raja Anusapati, setelah tewas dibunuh Tohjaya dan disebut-sebut
sebagai kutukan dari keris Mpu Gandring. Selain itu masih ada banyak peninggalan kerajaan Singasari.
Candi Jago
Prasasti Manjusri
Candi Sumberawan
Arca Dwarapala
Arca Prajnaparamita
Pendiri Kerajaan Singasari Adalah Ken Arok
Berasal dari dua kitab, yakni Pararaton dan Negarakertagama dengan prasasti yang ada disebutkan jika pendiri kerajaan
Singasari adalah Ken Arok. Sosok pejuang yang berasal dari kalangan bawah sukses menggulingkan Tunggul Ametung
dengan cara membunuhnya lewat strategi licik. Seorang yang tadinya memiliki jabatan cukup tinggi namun dikalahkan
dengan hasratnya.
Untuk memiliki istri Tunggul Ametung, yakni Ken Dedes yang cantik dan rupawan nafsu yang membuat Ken Arok
menggunakan keris Mpu Gandring sebagai senjata dalam pembunuhan Tunggul Ametung. Hingga rencananya itu
berhasil, Ken Arok tak hanya mendapatkan Ken Dedes tetapi juga menjadi pemimpin kerajaan tersebut.
MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir abad ke-13. Kerajaan Hindu-Buddha ini mengalami masa kejayaan pada abad ke-
14. Raja pertama adalah Raden Wijaya.
Dia dinobatkan menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, atau bertepatan dengan tanggal 10
November 1293.
Reden Wijaya, sang pendiri Kerajaan Majapahit, bergelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.
Masa pemerintahan Raden Wijaya berlangsung selama 16 tahun, yakni pada 1293 Masehi hingga 1309 Masehi.
Keruntuhan Kerajaan Majapahit diperkirakan terjadi pada abad ke-16.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Budha terakhir di Nusantara yang berdiri pada abad ke-13. Kerajaan
ini pertama kali ditemukan oleh Raden Wijaya yang merupakan cucu dari Raja Singasari.
Kerajaan Majapahit melewati masa kejayaannya pada abad ke-14. Ketika itu Majapahit yang berada di bawah
kepemimpinan Hayam Wuruk berhasil menguasai sejumlah wilayah di Nusantara dan sekitarnya.
Kemudian, pada saat Kerajaan Singasari berada di ujung tanduk, cucu dari Raja Singasari, yaitu Raden Wijaya, melarikan
diri dan meminta bantuan dari Arya Wiraraja. Dalam pelariannya tersebut Raden Wijaya membuat sebuah desa kecil di
hutan daerah Trowulan yang diberi nama desa Majapahit.
Konon, nama Majapahit diambil dari nama buah yang ditemukan di Hutan yang bernama Maja. Tetapi, buah tersebut
diketahui berasa pahit. Seiring berjalannya waktu, desa Majapahit terus mengalami perkembangan. Bahkan Raden
Wijaya berhasil menarik perhatian dari penduduk Tumapel dan Daha.
Alhasil, Raden Wijaya berhasil membangun kekuatan dengan tambahan bantuan dari pasukan Khubilai Khan pada 1293
M. Pasukan tersebut lantas digunakan untuk membalaskan dendam runtuhnya kerajaan Singasari dengan menyerbu
Jayakatwang.
Namun, setelah Jayakatwang Tumbang, pasukan Kubilai Khan justru diserang oleh Raden Wijaya karena dinilai tidak
tunduk dengan kekuasaan Kaisar Mongol.
Keberhasilan itu membuat Raden Wijaya memimpin kekuasaan wilayah Jawa dan Majapahit. Ia juga dinobatkan sebagai
raja pada tanggal 10 November 1293. Raden Wijaya pun memiliki gelar Kertarajasa Jayawardhana. Hal tersebut pun
diyakini menjadi awal mula berdirinya Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit lantas mengalami kejayaan ketika berada di bawah pimpinan cucu Raden Wijaya, Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk diketahui memimpin Kerajaan Majapahit pada periode 1350 M hingga 1389 M.
Kepemimpinan Hayam Wuruk saat itu berjaya juga karena ada peran dari Patih Gajah Mada. Ketika itu, Patih Gajah Mada
yang diangkat sebagai patih amangku bhumi bersumpah untuk menyatukan Nusantara. Sumpah tersebut lantas dikenal
sebagai Sumpah Palapa.
Dalam Sumpah Palapa itu, Gajah Mada mengatakan ingin menguasai negara-negara seperti Gurun, Seran, Tanjung Pura,
Pahang, Haru, Dompo, Bali, Palembang, Sunda, dan Tumasik. Sumpah tersebut pun menjadi kenyataan dimana Kerajaan
Majapahit berhasil menguasai sejumlah wilayah-wilayah tersebut.
Namun, pada akhirnya kejayaan Majapahit runtuh setelah era kepemimpinan Hayam Wuruk. Keruntuhan Majapahit
disebut-sebut terjadi karena terjadinya masalah internal. Wikramawardhana yang ditunjuk sebagai penguasa Majapahit
setelah Hayam Wuruk dinilai menjadi sosok yang membuat Majapahit runtuh.
Pasalnya, saat penunjukkan, Wikramawardhana menuai banyak kecaman. Kemudian diperparah dengan lepasnya daerah
kekuasaan Majapahit dan juga terjadinya wabah kelaparan pada 1426 M.
Raja-raja Majapahit
Raden Wijaya (1293-1309)
Raden Wijaya tentunya adalah tokoh penting dari Kerajaan Majapahit karena ia merupakan pencetus sekaligus pemimpin
pertama kerajaan.
Jayanegara (1309-1328)
Jayanegara merupakan putra dari Raden Wijaya dari selir yang ditunjuk sebagai raja kedua Kerajaan Majapahit.
Tribhuawana Tunggadewi (1328-1350)
Tribhuwana Tunggadewi adalah raja wanita pertama Kerajaan Majapahit. Ia ditunjuk sebagai raja setelah Jayanegara
Wafat pada 1328.
Hayam Wuruk (1350-1389)
Hayam Wuruk merupakan raja keempat dan bisa disebut sebagai raja tersukses di Kerajaan Majapahit. Di bawah
kepemimpinannya, Majapahit melewati masa kejayaan. Bahkan, disebutkan bahwa tak ada pemimpin Majapahit yang
sekuat dan seberhasil Hayam Wuruk.
Patih Gajah Mada
Gajah Mada merupakan pendamping dari Hayam Wuruk di masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Gajah Mada
menjadi salah satu sosok yang membuat Majapahit berjaya dengan menguasai berbagai wilayah. Gajah Mada merupakan
sosok yang mengutarakan sumpah untuk menyatukan Nusantara yang dikenal dengan Sumpah Palapa.
Wikramawardhana (1390-1428)
Wikramawardhana kemudian menjadi pemimpin kerajaan majapahit setelah era kerajaan Hayam Wuruk.
Wikramawardhana merupakan suami dari putri Hayam Wuruk, Kusuma Wardhani.
Majapahit pun mulai melemah semenjak kepemimpinan Wikramawardhana. Di masa kepemimpinannya itu, terjadi perang
yang dikenal sebagai Perang Paregreg yang merupakan perang saudara antara Majapahit Barat dan Majapahit Timur.
Peninggalan
1. Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dalam bentuk karya sastra. Negara kertagama ditulis
oleh Mpu Prapanca. Dalam kitab tersebut berisi tentang istilah soal sejarah majapahit, mulai dari nama raja sampai
wilayah kekuasaan kerajaan.
Mpu Prapanca adalah petinggi agama Budha di Majapahit. Kitab Negarakertagama diselesaikan saat usianya sudah senja
di sebuah lereng gunung di Desa Kamalasana.
2. Kitab Sutasoma
Kitab Sutasoma juga merupakan peninggalan sejarah berupa karya sastra yang ditulis oleh Mpu Tantular. Kitab tersebut
ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan aksara Bali. Konon Kitab Sutasoma merupakan awal mula dari semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika”.
3. Candi Panataran
Candi Panataran yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar merupakan salah satu situs
peninggalan Majapahit.
Di halaman Candi Panataran ditemukan prasasti Palah yang berisi soal kirab Hayam Wuruk di Jawa Timur.
4. Candi Tikus
Candi Tikus ditemukan oleh Bupati Mojokerto, RAA Kromodjojo pada 1914. Candi Tikus ini merupakan peninggalan dari
Majapahit saat dipimpin oleh Hayam Wuruk. Candi ini diperkirakan dulunya digunakan sebagai tempat mandi para raja
dan upacara tertentu.
5. Candi Jabung
Candi Jabung berada di Probolinggo, Jawa Timur. Konon bangunan tersebut dulunya pernah dikunjungi oleh Hayam
Wuruk dan juga merupakan tempat pemakaman dari seorang keluarga raja yang bernama Bhra Gundal.
6. Gapura Bajangratu
Gapura ini terletak di daerah Dukuh Kraton, Desa Temon, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Gapura ini diperkirakan ada pada masa pemerintahan Hayam Wuruk pada abad ke-14. Keunikan dari Gapura ini adalah
memiliki relief Ramayana di sisinya dan relief Sri Tanjung di kakinya.
KERAJAAN ISLAM
Letaknya strategis, di dekat selat Malaka yang menjadi perlintasan perdagangan internasional, sehingga
kemaritiman menjadi berkembang.
Membina hubungan erat dengan India dan China. Buktinya, Ibnu Battuta utusan India diterima baik
dan menerima perlindungan Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok.
Adanya hasil bumi rempah-rempah sebagai produk ekspor seperti lada dan kemiri.
Diperintah oleh penguasa bijaksana yang bersikap ramah dan terbuka. Terlihat dari diterimanya
utusan India Ibnu Battuta.
c. Perlawanan menentang kekuasaan asing
Kerajaan samudra pasai tidak melawan kekuasaan asing. Penyebab keruntuhan Samudera Pasai adalah
penyerangan Portugis pada abad ke 16. Pada 1511, Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albequerque
menyerang Malaka dengan membawa kekuatan 15 kapal dan 16.000 pasukan.
d. Masa Kejayaan
Masa kejayaan Samudera Pasai terjadi pada kepemimpinan Sultan al-Malik Zahir II. Dalam kepemimpinannya,
Wilayah Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan. Sehingga banyak saudagar dari penjuru dunia, seperti India,
Siam, Arab hingga Cina datang untuk berniaga ke Pasai.
e. Sebab-Sebab Kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Samudera Pasai adalah adanya konflik keluarga kerajaan yang mulai terjadi pada
akhir abad ke-14. Buntut dari konflik ini adalah perang saudara dan perebutan kekuasaan di dalam istana.
f. Warisan peninggalan dan fungsinya
Makam Sultanah Nahrasiyah. Kerajaan Samudera pasai meninggalkan makam dengan nisan yang
bentuknya sangat indah, salah satunya adalah makam Sultanah Nahrasiyah. Makam Sultanah Nahrasiyah
terletak di Desa Meunasah Kuta Krueng, Kecamatan Samudera. Sultanah Nahrasiyah adalah ratu pertama
Kerajaan Samudera Pasai dan merupakan keturunan Sultan Malik as Saleh. Pada batu nisan Sultanah
Nahrasiyah terdapat kaligrafi yang berisi kutipan Ayat Kursi dan Surat Yasin. Nisan Sultanah Nahrasiyah
didatangkan langsung dari Kamboja.
Makam Sultan Malik Al-Saleh.
Sultan Malik Al Saleh atau Marah Silu adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Samudera Pasai.
Makamnya memiliki angka 1297 M dan diklaim sebagai batu nisan tertua yang pernah ditemukan. Batu
Nisan pada makam Sultan Malik Al-Saleh menjadi bukti adanya pengaruh Islam dari Gujarat di
Samudera Pasai.
Lonceng Cakra Donya.
Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang diperkirakan dibuat pada 1409 M. Lonceng dengan tinggi
125 cm dan lebar 75 cm ini berupa mahkota besi berbentuk stupa. Diduga, Lonceng Cakra Donya
merupakan hadiah dari kekaisaran Cina kepada Sultan Samudera Pasai.
Dirham Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai adalah kerajaan makmur yang mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran, yaitu
dirham yang terbuat dari emas. Dirham Kerajaan Samudera Pasai pertama kali dikeluarkan pada masa
pemerintahan raja kedua, yakni Sultan Muhammad Malik Al Zahir. Koin berbahan emas ini menjadi alat
pembayaran yang kemudian dikenalkan oleh orang-orang kerajaan kepada bandar perdagangan di
Nusantara, seperti bandar Malaka. Dari mata uang emas yang ditemukan ini, diketahui beberapa nama
raja yang pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai.
Hikayat Raja-raja Pasai.
Hikayat Raja-raja Pasai merupakan karya dalam Bahasa Melayu yang dipekirakan ditulis pada abad ke-
14. Isi karya sastra tersebut menceritakan mengenai Kerajaan Samudera Pasai termasuk mimpi Marah
Silu saat bertemu dengan Nabi Muhammad dan kemudian mengislamkannya.
2. KERAJAAN ACEH
a. Berdirinya
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Pada awalnya kerajaan ini berdiri
atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya
mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari
kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru. Kesultanan Aceh melakukan ekspansi dan pengaruh terluas pada
masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636) atau Sultan Meukuta Alam. Pada masa
kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama. Salah satu faktor
runtuhnya Kesultanan Aceh, yaitu adanya perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta kesultanan
b. Faktor-faktor pendorong perkembangnya
Kerajaan Aceh berdiri sekitar awal abad ke-16. Kerajaan ini terletak di Sumatera bagian utara, dengan
pusatnya di Kotaraja (Banda Aceh). Banyak pedagang Islam dari Gujarat dan Arab tidak suka dengan
monopoli perdagangan Portugis. Mereka mulai mengalihkan pelayarannya ke Kerajaan Aceh karena
letaknya tidak terlalu jauh dari Malaka. Akibatnya, Aceh menjadi daerah perdagangan yang ramai dengan
pelabuhan Kutaraja sebagai pelabuhan utamanya. Informasi tentang kerajaan ini dapat kita ketahui
melalui kitab Bustanussalatin yang ditulis oleh Nuruddin ar-Raniri tahun 1637 dan dari berita-berita orang
Eropa. Raja pertama Kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim dengan gelar Sultan Ali Mughayat Syah.
Beliau memerintah dari tahun 1514-1528 M. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh melakukan
perluasan daerah kekuasaan, antara lain ke daerah Daya dan Pasai. Kerajaan Aceh mengalami
perkembangan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (tahun 1607-1636 M). Pada masa
itu, Kerajaan Aceh menjadi kerajaan besar yang menguasai jalur perdagangan alternatif melalui pantai
barat Sumatera dan daerah-daerah di Semenanjung Malaya seperti Aru, Johor, Pahang, Kedah, Perak, dan
Indragiri.
c. Perlawanan menentang kekuasaan asing
latar belakang terjadinya perlawanan kesultanan Aceh adalah tindakan Portugis yang menjadi pesaing berat dalam
perdagangan di Malaka yang melakukan monopoli perdagangan serta Portugis dianggap sebagai ancaman yang
dapat menggagalkan cita-cita Aceh dan mengganggu kedaulatan Aceh. Kedudukan Malaka yang sangat penting
dalam perdagangan dunia menarik bangsa asing untuk memperebutkan wilayah ini. Aceh sebagai wilayah yang
berdekatan dengan Malaka melihat keuntungan politik dan ekonomis apabila menguasai daerah tersebut.
Meskipun demikian, upaya Aceh menguasai Malaka tidak mudah karena harus berhadapan dengan Portugis yang
telah berkuasa di Malaka sejak tahun 1511. Portugis dianggap sebagai ancaman yang dapat menggagalkan cita-
cita Aceh dan mengganggu kadaulatan Aceh. Pertumbuhan Aceh sebagai kekuatan baru yang begitu pesat
menimbulkan kehawatiran Portugis. Portugis menganggap Aceh sebagai sumber kekayaan sekaligus ancaman.
Oleh karena itu, pada tahun 1523 dan 1524 Portugis mengirim pasukan untuk menyerang Aceh. Akan tetapi,
kedua serangan tersebut berhasil dikalahkan oleh pasukan Aceh.
Dengan demikian, latar belakang terjadinya perlawanan kesultanan Aceh adalah tindakan Portugis yang menjadi
pesaing berat dalam perdagangan di Malaka yang melakukan monopoli perdagangan serta Portugis dianggap
sebagai ancaman yang dapat menggagalkan cita-cita Aceh dan mengganggu kedaulatan Aceh.
d. Masa Kejayaan
Kerajaan Aceh Darussalam mengalami masa puncak kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda karena
Kerajaan Aceh berhasil menguasai wilayah yang luas. Wilayah kekuasaan Aceh mencapai Natal, Paseman, Tiku,
Pariaman, Salida, Indrapura, Pahang, Kedah, Patani, Perlak, Siak, Indragiri, Lingga, Palembang, dan Jambi.
Selain itu, kerajaan ini memiliki kekuatan militer yang kuat. Kerajaan Aceh ini memiliki tentara laut dan darat
yang sama-sama kuat. Namun, setelah Sultan Iskandar Muda wafat kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran.
e. Sebab-Sebab Kemunduran
Terdapat beberapa faktor umum di balik kemunduran Kerajaan Aceh. Pertama, tidak adanya pemimpin yang
cakap setelah wafatnya Sultan Iskandar Muda. Kedua, terjadi perpecahan internal antara kaum bangsawan
kerajaan dengan kaum agama. Ketiga, banyak wilayah yang memisahkan diri, termasuk Johor, Pahang, Perlak,
Minangkabau, Siak, dan lainnya. Selain faktor-faktor umum di atas, terdapat pula faktor khusus yang mendorong
keruntuhan Kerajaan Aceh. Pada tahun 1873, Kerajaan Aceh mulai berperang dengan Belanda. Meskipun telah
berjuang selama 30 tahun, akhirnya Kerajaan Aceh menyerah kepada Belanda.
Dengan demikian, faktor umum runtuhnya Kerajaan Aceh adalah pemimpin yang tidak cakap,
perpecahan internal kerajaan, dan lepasnya wilayah kekuasaan. Sedangkan faktor khususnya adalah
perang antara Belanda dan Aceh pada 1873-1903
f. Warisan peninggalan dan fungsinya
1. Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Baiturrahman merupakan simbol agama, budaya, dan perjuangan rakyat Aceh.
Masjid Baiturrahman didirikan pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612.
Namun, sumber lain menyebutkan masjid dibangun lebih awal, pada tahun 1291, oleh Sultan Alaudin
Mahmudsyah.
Pada masa penjajahan Belanda, masjid pernah dibakar saat Agresi Militer yang dipimpin Jenderal Van Swieten
pada tahun 1873. Catatan sejarah lain, Masjid Baiturrahman pernah menjadi saksi dasyatnya bencana tsunami
pada 26 Desember 2004. Meskipun diterjang gelombang, masjid masih berdiri kokoh.
Sejak dulu, Masjid Baiturrahman tidak hanya untuk tempat ibadah saja, tetapi masjid juga sebagai pusat
pendidikan dengan peradaban ilmu agama Islam. Beberapa kali, Masjid Baiturrahman mengalami renovasi dan
perluasan. Saat ini, luas Masjid Baiturrahman 31.000 meter persegi dengan luas bangunan 4.000 meter persegi.
Masjid diperkirakan dapat menampung sebanyak 13.000 jamaah.
3. KERAJAAN DEMAK
a. Berdirinya
Kerajaan Demak atau Kasultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan yang berdiri pada
awal abad ke-16 ini didirikan oleh Raden Patah dan mencapai masa kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan
Trenggono.
Kerajaan Demak terletak di daerah Demak, Jawa Tengah. Pada awalnya, Demak merupakan wilayah kadipaten
yang tunduk pada kekuasaan Majapahit.
Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di bawah kepemimpinan Raden Patah dengan adanya
peran sentral Wali Songo. Periode kepemimpinan Raden Patah adalah fase awal semakin berkembangnya
ajaran Islam di Jawa.
b. Faktor-faktor pendorong perkembangnya
Kerajaan Demak berkembang dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan
makanan, terutama beras. Selain itu, Demak juga tumbuh menjadi sebuah kerajaan maritim karena letaknya di
jalur perdagangan antara Malaka dan Maluku. Kerajaan Demak disebut juga sebagai sebuah kerajaan yang
agraris-maritim.
Dengan demikian faktor kemajuan kerajaan Demak adalah wilayahnya yang memiliki potensi sumber daya alam
juga berada dijalur perdagangan internasional.
c. Perlawanan menentang kekuasaan asing
Perlawanan Kerajaan Demak pernah dilakukan oleh Pangeran Sabrang Lor atau Dipati Unus yang
mengumpulkan dan mengirimkan pasukan dari Jawa, Makassar, serta Lampung. Kerajaan Demak dan pasukan
perangnya ini kemudian bekerja sama dengan Kerajaan Aceh dalam usaha merebut pelabuhan Malaka.
Dengan demikian, latar belakang perlawanan Demak terhadap Portugis adalah kerugian yang diterima Demak
karena aktivitas perdagangannya dengan para saudagar Muslim di wilayah Malaka terganggu oleh
Portugis
d. Masa Kejayaan
Kehidupan Ekonomi
Dikutip dari buku Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia oleh Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM,
Kerajaan Demak terletak di pesisir utara Jawa, sehingga sumber ekonomi utama masyarakat Demak adalah
perdagangan laut. Tidak adanya kerajaan sahabat di Jawa juga menjadi faktor mengapa Kerajaan Demak sangat
aktif berdagang di laut.
Pada masa kejayaannya, Kerajaan Demak menguasai pelabuhan utama seperti Surabaya, Madura, Tuban,
Semarang, Jepara, Cirebon, dan Sunda Kelapa. Selain itu, kadipaten-kadipaten di pedalaman seperti Madiun,
Kediri, Malang, Pati, dan Pajang juga merupakan sumber utama pertanian dan peternakan sebagai komoditas
dagang. Beras Jawa merupakan komoditas penting dalam perdagangan internasional di Nusantara.
Kehidupan politik
Secara politik, Kerajaan Demak merupakan kekuasaan terbesar di Jawa. Mengakhiri dominasi panjang Majapahit,
dan eksistensi penguasa Sunda yang secara konsisten berdiri sejak abad ke-6 Masehi. Kerajaan Demak
menempatkan adipati-adipati sebagai perpanjangan tangan Sultan. Wilayah seperti Surabaya, Tuban, dan Madiun
memiliki adipati-adipati yang cukup berpengaruh.
Kerajaan Demak juga pertama kali bersentuhan dengan imperialisme barat. Berdirinya Demak pada abad ke-16
kemudian dilanjutkan dengan pendudukan Portugis di Malaka. Direbutnya Sunda Kelapa pada tahun 1527 adalah
salah satu upaya untuk menguasai seluruh pesisir utara dan menangkal kedatangan Portugis di Jawa.
e. Penyebab kemunduran
Arya Penangsang (berkuasa 1549-1554 M) menduduki tahta Demak setelah membunuh Sunan Prawata. Ia
juga menyingkirkan Pangeran Hadiri/Kalinyamat penguasa Jepara yang dianggap berbahaya bagi kekuasaannya.
Hal ini menyebabkan tidak senangnya pada adipati Demak, salah satunya Hadiwijaya dari Pajang.
Hal ini menyebabkan dipindahnya pusat kekuasaan Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan Arya Penangsang.
Meski begitu, Arya Penangsang berkuasa sampai dengan tahun 1554 ketika Hadiwijaya dibantu oleh Ki Ageng
Pemanahan, Ki Penjawi, dan anaknya Sutawijaya memberontak melawan Demak. Arya Penangsang tewas,
dan Hadiwijaya menduduki tahta dengan memindahkan kekuasaan ke Pajang, menandai berakhirnya kekuasaan
Kerajaan Demak.
f. Peninggalan
1. Pintu Bledek
Pintu Bledek merupakan pintu yang dilengkapi dengan pahatan yang dibuat tahun 1466 oleh Ki Ageng Selo.
Dari cerita yang beredar, pintu yang di buat oleh Ki Ageng Selo dengan petir yang tersambar memakai
kekuatan supranatural yang dimilikinya yang ia tangkap saat di tengah sawah.
2. Masjid Agung Demak
Peninggalan sejarah yang sangat terkenal dari Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak. Masjid ini
terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak Kota, Jawa Tengah. Masjid yang
didirikan tahun 1479 Masehi yang kini sudah berumur sekitar 6 abad tetapi masih berdiri dengan kokoh sebab
sudah dilakukan renovasi sebanyak beberapa kali.
3. Makam Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari 9 Sunan Walisanga yang berdakwah di sekitar wilayah Jawa.
Sunan Kalijaga wafat tahun 1520 lalu dimakamkan di Desa Kadilangu berdekatan dengan kota Demak.
Makam Sunan Kalijaga sekarang menjadi situs yang sering didatangi para peziarah dan wisatawan dari
berbagai wilayah di Tanah Air dan menjadi salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Demak. Banyak
masyarakat yang berkunjung bertujuan untuk berziarah dan berdoa.
4. Soko Tatal
Soko Tatal berbentuk tiang penyangga dari Masjid Agung Demak. Selain Soko Tatal juga ada Soko Guru.
Soko Guru merupakan tiga buah tiang berdiameter sakitar satu meter untuk menyangga Masjid Agung
Demak. Sedangkan Soko Tatal sendiri terbuat dari potongan kayu yang berasal dari kayu siswa pembuatan
dari Soko Guru.
5. Pawastren
Pawastren merupakan tempat berwudhu untuk jamaah perempuan. Pawastren memiliki dinding yang sangat
indah dengan ukiran berupa motif majapahitan atau dinamakan maksurah.
4. KERAJAAN BANTEN
a. Berdirinya
Sejak masih berada di bawah kekuasaan raja-raja Sunda atau sebelum periode Islam, Banten telah menjadi kota yang
penting. Dalam Carita Parahyangan, disebut-sebut nama Wahanten Girang yang dihubungkan dengan Banten, sebuah kota
pelabuhan di ujung barat pantai utara Jawa. Banten yang saat itu masih dalam kekuasaan Pajajaran, berperan sebagai
pelabuhan lada. Kedudukannya menempati urutan kedua setelah Sunda Kelapa.
Mengetahui Portugis sangat berkepentingan dengan kedua pelabuhan tersebut, Kerajaan Pajajaran pun mengajak untuk
bekerjasama. Kerajaan Pajajaran memandang Portugis akan dapat membantunya dalam menghadapi orang Islam di Jawa
Tengah yang telah mengambil alih kekuasaan dari tangan raja-raja bawahan Majapahit. Oleh karena itu, pada 1522 Raja
Pajajaran resmi mengadakan perjanjian persahabatan dengan Portugis.
Namun, sebelum Portugis sempat mengambil manfaat dari perjanjian dengan mendirikan pos perdagangan, pelabuhan
Banten dan Sunda Kelapa telah diduduki oleh orang-orang Islam. Sunan Gunung Jati berhasil menguasai Banten pada
1525-1526 M dan Sunda Kelapa pada 1527 M.
Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Banten adalah bagian dari misi Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak untuk
mengusir Portugis dari nusantara. Sebelum ke Banten, Fatahillah sebagai panglima perang Demak singgah di Cirebon
untuk menemui Sunan Gunung Jati.
Gabungan pasukan Demak dan Cirebon bersama pasukan Maulana Hasanuddin yang melawan penguasa Pajajaran
membuat Banten sangat mudah mereka kuasai. Setelah berhasil menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera
menyingkirkan bupati Sunda untuk mengambil alih pemerintahan. Akan tetapi, Sunan Gunung Jati tidak mengangkat
dirinya sebagai raja, bahkan ia hanya tinggal di Banten sampai 1552 M.
Ini disebabkan putranya, Pangeran Pasareyan, yang dijadikan wakilnya di Cirebon meninggal. Semenjak itu, Sunan
Gunung Jati kembali ke Cirebon dan menyerahkan Banten kepada putra keduanya, Sultan Maulana Hasanuddin. Pada
1552, Sultan Maulana Hasanuddin resmi diangkat sebagai raja pertama Kerajaan Banten.
Oleh karena itu, Sultan Maulana Hasanuddin yang dianggap sebagai pendiri dinasti sultan-sultan Banten, bukan Sunan
Gunung Jati. Sebab, Sunan Gunung Jati tidak lama berkedudukan di Banten dan Sultan Maulana Hasanuddin-lah yang
melepaskan diri dari segala ikatan Demak. Setelah menjadi raja, Sultan Maulana Hasanuddin melanjutkan cita-cita
ayahnya untuk meluaskan pengaruh Islam di tanah Banten.
b. Faktor-faktor pendorong perkembangnya
1. Lokasi pelabuhan Banten strategis karena terletak di teluk Banten dan terlindungi oleh pulau panjang. Sehingga
pelabuhan Banten menjadi pelabuhan yang sangat besar karena memenuhi syarat sebagai pelabuhan perdagangan maupun
sebagai benteng pertahanan dari serangan laut.
2. Letak geografis Banten di tepi selat Sunda, sehingga menjadikan banten bukan hanya pelabuhan transit melainkan
menjadi Pelabuhan Eksportir komoditas keberbagai daerah baik didalam daerah penjajahan Belanda maupun ke Eropa.
3. Banten adalah salah satu daerah penghasil Lada terbesar, dimana komoditas tersebut adalah komoditas yang bernilai
tinggi terutama di daratan eropa.
4. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga menjadikan banten menjadi alternative pusat perdagangan di Asia
tenggara.
c. Perlawanan menentang kekuasaan asing
Pada tahun 1681, Istana Surosowan berhasil direbut Sutan Haji dan VOC dan Sultan Ageng Tirtayasa pindah ke daerah
Tirtayasa untuk mendirikan keraton baru. Di Istana baru tersebut, Sultan Agung Tirtayasa mengumpukan bekal dan
kekuatan untuk merebut kembali Istana Surosowan. Pasukan Sultan Ageng mampu mendesak pasukan Sultan Haji dalam
penyerangan tahun 1682, sehingga Sultan Haji meminta bantuan VOC.
Sultan Haji dan VOC mampu meredam perlawanan dan berhasil memukul mundur pasukan Sultan Ageng dan Pangeran
Purbaya hingga ke Bogor. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya ditangkap oleh VOC pada 1683 dan ia dibawa ke Batavia
sebagai tahanan. VOC juga berhasil menjadikan Sultan Haji sebagai ‘’raja boneka’’ di kesultanan Banten, sehingga secara
tidak langsung VOC dapat menaklukan Banten serta memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa.
d. Masa Kejayaan
Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Beberapa hal yang
dilakukannya untuk memajukan Kesultanan Banten di antaranya, sebagai berikut:
- Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan.
- Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan pedagang lokal dengan pedagang Eropa.
- Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam.
- Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel.
- Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa.
Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia. Di bawah
kekuasaannya, kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju pesat.
e. Sebab-Sebab Kemunduran
Perang saudara adalah salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Banten. Sekitar tahun 1680 terjadi perselisihan dalam
Kesultanan Banten. Anak dari Sultan Ageng Tirtayasa, yakni Sultan Haji, berusaha merebut kekuasaan dari tangan sang
ayah. Perpecahan ini dimanfaatkan oleh kompeni VOC dengan memberi dukungan dan bantuan persenjataan kepada
Sultan Haji, sehingga perang saudara menjadi tak terhindarkan.
Akibat sengketa tersebut, Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah bersama putranya yang lain Pangeran
Purbaya. Kemudian pada 1683 Sultan Ageng ditangkap VOC dan ditahan di Batavia. Perang saudara yang berlangsung di
Banten menyisakan ketidakstabilan dan konflik di masa pemerintahan berikutnya.
VOC semakin ikut campur dalam urusan Banten bahkan meminta kompensasi untuk menguasai Lampung sekaligus hak
monopoli perdagangan lada di sana. Usai Sultan Haji meninggal, VOC semakin menekan Kerajaan Banten. Hal tersebut
pun membuat pengaruh Kerajaan Banten memudar dan ditinggalkan.
f. Warisan peninggalan dan fungsinya
1. Meriam Ki Amuk
Meriam Ki Amuk terdapat di dalam Benteng Speelwijk. Menurut sejarahnya, meriam ini memiliki daya tembakan yang
jauh dan memiliki ledakan yang besar. Meriam Ki Amuk konon dulu dipergunakan untuk menjaga Pelabuhan
Karanghantu yang berada di Teluk Banten.
2. Danau Tasikardi
Dulunya danau ini digunakan sebagai sebuah tempat rekreasi bagi keluarga Sultan. Berlokasi sektiar 6 KM di sebalah
barat kota Serang, Danau Tasikardi juga berfungsi sebagai penampung air Sungai Cibanten dan juga untuk mengairi
sawah.
3. Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk merupakan bukti penjagaan Kerajaan Banten atas serangan laut. Di samping itu, benteng Speelwijk
juga digunakan untuk memantau kegiatan pelayaran.
4. Vihara Avalokitesvara
Salah satu peninggalan Kerajaan Banten adalah Vihara Avalokitesvara. Vihara yang tertua di Banten dan diperkirakan
dibangun sekitar abad ke-16. Vihara ini menjadi bukti akan keterbukaan Kerajaan Banten dengan seluruh agama. Vihara
Avalokitesvara memiliki dinding yang memiliki relief legenda siluman ular putih.
5. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten berada di desa Banten Lama, kecamatan Kaseman. Masjid Agung Banten difungsikan sebagai
tempat ibadah juga menjadi destinasi wisata religi dan histori bagi umat Islam yang datang bukan hanya dari Banten,
tetapi juga dari provinsi lainnya. Masjid ini punya keunikan yaitu bentuk menara yang mirip dengan mercusuar dan
bagian atapnya mirip pagoda. Di bagian kanan dan kiri terdapat serambi dan makan Kesultanan Banten dan keluarganya.
6. Istana Keraton Surowosan
Istana Keraton Surowosan juga termasuk peninggalan Kerajaan Banten, Istana Keraton Surowosan menjadi pusat
pemerintahan Kerajaan Banten. Selain menjadi pusat kerajaan dalam menjalankan pemerintahan Kerjaan Banten, Keraton
Surosowan juga berfungsi sebagai tempat tinggal sultan beserta keluarga dan pengikutnya.
7. Istana Keraton Kaibon
Keraton ini menjadi keraton kedua di Banten setelah Keraton Surosowan. Berbeda dengan Keraton Surosowan, sebagai
pusat pemerintahan, Keraton Kaibon dibangun sebagai tempat tinggal Ratu Aisyah. Hal ini dikarenakan Sultan Syafiudin
sebagai Sultan Banten ke 21 saat itu usianya masih 5 tahun.
3. Kompleks Makam Imogiri Kompleks Makam Imogiri terletak di Dusun Pajimatan, Girirejo, Kapanewon
Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Pendiri kompleks makam raja-raja Mataram Islam ini adalah Sultan Agung pada
tahun 1632. Lokasi kompleks makam berada di bukit Merak yang dinamai Pajimatan Imogiri. Makam ini di
bangun sebagai pemakaman keluarga dan keturunan raja-raja Kesultanan Mataram Islam.
4. Masjid Al Fatih Kepatihan Masjid Al Fatih terletak di daerah Kepatihan, Jebres, Surakarta. Pembangunan
masjid tersebut atas perintah Sri Susuhunan Paku Buwono X. Pembangunan masjid dilakukan oleh Kanjeng
Raden Adipati Sosrodiningrat IV yang merupaka Pepatih Dalem. Masjid dibangun sebagai mahar lamaran
Pakubuwono X kepada istrinya pada tahun 1891.
7. Masjid Kotagede
Masjid Kotagede terletak di sebelah selatan Pasar Kotagede, Yogyakarta. Pembangunan masjid kemudian banyak
dibantu Umat Hindu. Salah satu yang sangat terlihat adalah pintu masuk Masjid Gedhe Mataram Kotagede yang
berwujud Pura. Masjid ini berfungsi sebagai pusat ibadah masyarakat, merupakan tempat, sarana, media dan
lembaga sosial yang mampu untuk memberikan peluang kepada umat Islam Kotagede dan sekitar dalam
menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan.
8.Taman Sari
Taman Sari merupakan situs bekas taman istana milik Keraton Yogyakarta yang dibangun pada masa Sultan
Hamangkubowono I pada tahun 1758-1765. Lokasi pembangunan Taman Sari telah dikenal sebagai tempat
pemandian yang disebut Mata Air Pecethokan, sejak masa pemerintahan Sunan Amangkurat IV. Taman Sari
memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai tempat istirahat, area meditasi, bengkel, area pertahanan, dan tempat
persembunyian.
7. KERAJAAN TERNATE-TIDORE
a. Berdirinya
Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Ternate awal merupakan warga
eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat empat kampung yang masing-masing dikepalai
oleh seorang momole (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan dengan para
pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah. Penduduk Ternate semakin
heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas
perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak, atas
prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi
yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.
Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano (raja) pertama dengan
gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam
perkembangan selanjutnya semakin besar dan ramai, sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam
Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama).
Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan
Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate
berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang
berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.
Sejak awal didirikan pada 1081 hingga masa pemerintahan raja keempat, agama dan letak pusat
kekuasaan Kerajaan Tidore belum dapat dipastikan. Barulah pada periode pemerintahan Kolano
Balibunga, sumber sejarah Kerajaan Tidore mulai sedikit menguak lokasinya. Pada 1495, diketahui
bahwa kerajaan ini berpusat di Gam Tina dengan Sultan Ciriliati atau Sultan Djamaluddin sebagai
rajanya. Sultan Ciriliati, yang masuk Islam berkat dakwah seorang ulama dari Arab, diketahui sebagai
raja atau kolano pertama yang memakai gelar sultan. Dengan masuknya Islam ke Kerajaan Tidore,
berbagai aspek kehidupan masyarakat baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budayanya pun ikut
terpengaruh. Sepeninggal Sultan Ciriliati, singgasana diwariskan ke Sultan Al Mansur (1512-1526 M),
yang kemudian memindahkan ibu kota kerajaan ke Tidore Utara, lebih dekat dengan Kerajaan Ternate.
Dalam sejarahnya, Kerajaan Tidore memang mengalami beberapa kali pemindahan pusat pemerintahan
karena berbagai sebab. Letak ibu kotanya yang terakhir adalah di Limau Timore, yang kemudian berganti
nama menjadi Soa-Sio hingga saat ini.
b. Faktor-faktor pendorong perkembangnya
Penguasaan Selat Makassar yang ramai.
Teknologi kapal perang yang canramai
Dukungan kerajaan-kerajaan dari Jawa.
Penghasil sekaligus tempat perdagangan cengkeh.
Wilayah laut luas yang kaya sumber daya alam.
c. Perlawanan menentang kekuasaan asing
Kerajaan Ternate dan Tidore sebernanya kerajaan yg bersaudara, tetapi ketika Portugis yg datang ke Ternate pada
tahun 1512, membuat Ternate bersekutu dengan Portugis. Demikian juga dengan Kerajaan Tidore, ketika Spanyol
menginjakkan kaki pertama kali di Tidore, membuat Kerajaan Tidore juga bersekutu dengan Spanyol. Di Ternate
Portugis akhirnya dapat mendirikan benteng Sao Paulo dan banyak melakukan monopoli perdagangan. Tindakan
ini menimbulkan perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Khairun (1550-1570). Tindakan Musquita menangkap
Sultan Khairun dilepas setelah kembali, tetapi kemudian dibunuh setelah paginya disuruh berkunjung ke benteng
Portugis. Sultan Baabullah (1570-1583) memimpin perlawanan untuk mengenyahkan Portugis dari Maluku
sebagai balasan terhadap kematian ayahnya. Benteng Portugis dikepung selama 5 tahun, tetapi tidak berhasil.
Sultan Tidore yang berselisih dengan Ternate kemudian membantu melawan Portugis. Akhirnya, benteng
Portugis dapat dikuasai setelah Portugis menyerah karena dikepung dan kekurangan makanan. Tokoh dari Tidore
yang anti-Portugis adalah Sultan Nuku. Pada tanggal 17 Juli 1780, Pata Alam dinobatkan sebagai vasal dari VOC
dengan kewajiban menjaga keamanan di wilayahnya, yaitu Maba, Weda, Patani, Gebe, Salawatti, Missol,
Waiguna, Waigen, negeri-negeri di daratan Irian, Pulau Bo, Popa, Pulau Pisang, Matora, dan sebagainya. Di sisi
lain, Nuku terus mengadakan perlawanan terhadap Belanda di Ternate dan Tidore. Pada tahun 1783, Pata Alam
menjalankan strategi untuk meraih loyalitas raja-raja Irian. Akan tetapi, usaha tersebut menemui kegagalan,
karena para utusan dengan pasukan mereka berbalik memihak Nuku. Akhirnya, Pata Alam dituduh oleh Kompeni
bersekongkol dengan Nuku. Pata Alam ditangkap dan rakyat pendukungnya dihukum. Peristiwa ini sering disebut
Revolusi Tidore (1783). Untuk mengatur kembali Tidore, pada tanggal 18 Oktober 1783, VOC mengangkat
Kamaludin untuk menduduki takhta Tidore sebagai vasal VOC. Di sisi lain, perjuangan Nuku mengalami pasang
surut. Pada tahun 1794, gerakan tersebut mendapat dukungan dari Inggris. Sekembalinya dari Sailan, Pangeran
Jamaludin beserta angkatannya menggabungkan diri dengan Nuku. Pada tanggal 12 April 1797 Angkatan Laut
Nuku muncul di Tidore. Hampir seluruh pembesar Tidore menyerah, kecuali Sultan Kamaludin berserta
pengawalnya. Mereka menyerahkan diri ke Ternate. Tidore diduduki oleh Nuku hingga meninggal tanggal 14
November 1805 dan digantikan oleh Zaenal Abidin.
d. Masa Kejayaan
Pada abad ke-15, Kerajaan Ternate mengalami perkembangan pesat, terutama di bidang perdagangan dan
pelayaran, berkat kekayaan rempah-rempahnya. Akan tetapi, kestabilan kerajaan sempat terancam ketika
bangsa Portugis mulai menginjak tanah Ternate. Sejak awal abad ke-16, sultan Ternate mulai melakukan
perlawanan terhadap bangsa Portugis yang dirasa akan memonopoli perdagangan di wilayahnya. Terlebih
lagi, Portugis telah mendirikan benteng yang diberi nama Benteng Sao Paulo di Ternate. Setelah
peperangan selama beberapa tahun, bangsa Portugis baru dapat dikalahkan dan diusir pada 1577 M,
ketika Sultan Baabullah berkuasa. Kemenangan Ternate atas Portugis ini tercatat sebagai kemenangan
pertama putra nusantara melawan kekuatan barat. Selain itu, Sultan Baabullah (1570–1583 M) juga
mengantarkan Kerajaan Ternate menuju puncak kejayaan. Di bawah pemerintahan Sultan Baabullah,
wilayah kekuasaan Kerajaan Ternate membentang dari Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Timur,
Sulawesi Tengah, bagian selatan Kepulauan Filipina, dan Kepulauan Marshall di Pasifik. Pencapaian
tersebut membuat Sultan Baabullah dijuluki sebagai Penguasa 72 Pulau yang semuanya berpenghuni.
Kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M).
Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu
Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate.
e. Sebab-Sebab Kemunduran
Salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Ternate adalah tidak ada penerus yang cakap. Setelah Sultan
Baabullah, kekuasaan Kerajaan Ternate dilanjutkan oleh Said Barkati. Namun, disayangkan Said Barkati
tidak memiliki pengaruh yang sama seperti ayahnya.
Kemunduran Kesultanan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kesultanan Ternate yang
dilakukan oleh bangsa asing (Spanyol dan Portugis) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil
rempah-rempah tersebut.
f. Warisan peninggalan dan fungsinya
A. Seni Bangunan
Seni dan arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangat unik, menarik dan akulturatif. Seni bangunan yang menonjol di
zaman perkembangan Islam ini terutama masjid, menara serta makam.
Dalam seni bangunan di zaman perkembangan Islam, nampak ada perpaduan antara unsur Islam dengan kebudayaan
praIslam yang telah ada. Seni bangunan Islam yang menonjol adalah masjid. Fungsi utama dari masjid, adalah tempat
beribadah bagi orang Islam. Masjid atau mesjid dalam bahasa Arab mungkin berasal dari bahasa Aramik atau bentuk
bebas dari perkataan sajada yang artinya merebahkan diri untuk bersujud. Dalam bahasa Ethiopia terdapat perkataan
mesgad yang dapat diartikan dengan kuil atau gereja. Di antara dua pengertian tersebut yang mungkin primer ialah
tempat orang merebahkan diri untuk bersujud ketika salat atau sembahyang. Pengertian tersebut dapat dikaitkan
dengan salah satu hadis sahih al-Bukhârî yang menyatakan bahwa “Bumi ini dijadikan bagiku untuk masjid (tempat salat)
dan alat pensucian (buat tayamum) dan di tempat mana saja seseorang dari umatku mendapat waktu salat, maka
salatlah di situ.” Jika pengertian tersebut dapat dibenarkan dapat pula diambil asumsi bahwa ternyata agama Islam telah
memberikan pengertian perkataan masjid atau mesjid itu bersifat universal. Dengan sifat universal itu, orang-orang
Muslim diberikan keleluasaan untuk melakukan ibadah salat di tempat manapun asalkan bersih. Karena itu tidak
mengherankan apabila ada orang Muslim yang melakukan salat di atas batu di sebuah sungai, di atas batu di tengah
sawah atau ladang, di tepi jalan, di lapangan rumput, di atas gubug penjaga sawah atau ranggon (Jawa, Sunda), di atas
bangunan gedung dan sebagainya. Meskipun pengertian hadist tersebut memberikan keleluasaan bagi setiap Muslim
untuk salat, namun dirasakan perlunya mendirikan bangunan khusus yang disebut masjid sebagai tempat peribadatan
umat Islam. Masjid sebenarnya mempunyai fungsi yang luas yaitu sebagai pusat untuk menyelenggarakan keagamaan
Islam, pusat untuk mempraktikkan ajaran-ajaran persamaan hak dan persahabatan di kalangan umat Islam. Demikian
pula masjid dapat dianggap sebagai pusat kebudayaan bagi orang-orang Muslim. Di Indonesia sebutan masjid serta
bangunan tempat peribadatan lainnya ada bermacam-macam sesuai dan tergantung kepada masyarakat dan bahasa
setempat. Sebutan masjid, dalam bahasa Jawa lazim disebut mesjid, dalam bahasa Sunda disebut masigit, dalam bahasa
Aceh disebut meuseugit, dalam bahasa Makassar dan Bugis disebut masigi. Bangunan masjid-masjid kuno di Indonesia
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Atapnya berupa atap tumpang, yaitu atap yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil dan tingkat yang paling atas
berbentuk limas. Jumlah tumpang biasanya selalu gasal/ ganjil, ada yang tiga, ada juga yang lima. Ada pula yang
tumpangnya dua, tetapi yang ini dinamakan tumpang satu, jadi angka gasal juga. Atap yang demikian disebut meru. Atap
masjid biasanya masih diberi lagi sebuah kemuncak/ puncak yang dinamakan mustaka.
2. Tidak ada menara yang berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan. Berbeda dengan masjid-masjid di luar
Indonesia yang umumnya terdapat menara. Pada masjidmasjid kuno di Indonesia untuk menandai datangnya waktu
salat dilakukan dengan