Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 6

Kerajaan
Singasari
ANGGOTA KELOMPOK

Adrian Supriyatna
Naufal Arrafi
Nazhifa Nawwara
Rizky Maulana
Sevi Luviarta
Kerajaan Singasari
Sejarah Kerajaan Singasari terkait erat dengan sosok Ken
Arok (1222-1247) yang konon sebagai pendirinya. Masa
kejayaan kerajaan Hindu yang terletak di Jawa bagian
timur ini terjadi saat dipimpin oleh Kertanegara (wafat
tahun 1292) sekaligus menjadi raja terakhirnya.

Nama sebenarnya dari Kerajaan Singasari adalah


Kerajaan Tumapel yang beribukota di Kutaraja. Asal-usul
penamaan Singasari bermula saat Raja Wisnuwardhana
menunjuk anaknya yang bernama Kertanegara sebagai
putra mahkota dan mengganti nama pusat
pemerintahan kerajaan menjadi Singasari.
Lokasi, Letak Geografis, dan Peta Wilayah

Penelitian sejarah Kerajaan Singasari mulai dilakukan sejak masa kolonial Belanda. Namun,
pekerjaan ini sempat jadi simpang siur sebab sesudah Singasari runtuh, tak lama berselang
Kerajaan Majapahit terbentuk. Sumber sejarah Kerajaan Singasari didapatkan dari beberapa
situs, seperti Candi Singasari, Candi Kidal, Candi Jago, Kitab Pararaton, Kitab Negarakertagama,
dan peninggalan lainnya. Berdasarkan penemuan-penemuan selama penelitian, dapat
disimpulkan jika Kerajaan Singasari berlokasi di dua wilayah. Pusat kerajaan pertama berlokasi
di Muharto, yang dihuni sejak pemerintahan Ken Arok hingga Wisnuwardhana. Di lokasi ini, ada
Sungai Bango dan Sungai Brantas, yang berdasarkan catatan sejarah, mmbentang benteng
sepanjang 1 mil. Di tempat tersebut pula ditemukan Arca Dwarapala yang jadi simbol penjaga
istana kerajaan. Pusat kerajaan yang kedua, terletak di timur jalan Malang-Surabaya.
Sejarah terbentuknya Kerajaan Singasari

Mulanya, Tumapel bukan sebuah kerajaan, melainkan daerah bawahan


Kerajaan Kadiri (Kediri). Menurut Kitab Paraton, wilayah Tumapel dipimpin
oleh Tunggul Ametung yang menjabat sebagai akuwu (setara camat). Tunggul
Ametung memiliki istri bernama Ken Dedes. Tahun 1222, masih disebutkan
dalam Pararaton, Tunggul Ametung mati dibunuh oleh pengawalnya sendiri
yang bernama Ken Arok. Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes yang saat
itu sedang mengandung. Anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung ini nantinya
diberi nama Anusapati. Selain beristrikan Ken Dedes yang merupakan janda
Tunggul Ametung, Ken Arok punya satu istri lagi bernama Ken Umang yang
kelak melahirkan anak laki-laki bernama Tohjaya.
Sejarah terbentuknya Kerajaan Singasari

Dikutip dari buku yang mengambil judul Pararaton (1965) karya R. Pitono,
setelah membunuh Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes, Ken Arok
menjadi penguasa baru Tumapel. Ken Arok berniat melepaskan Tumapel dari
kekuasaan Kerajaan Kadiri. Terjadilah peperangan sengit antara Tumapel
melawan Kadiri. Tumapel di bawah pimpinan Ken Arok memenangkan perang
tersebut yang kemudian mendeklarasikan diri sebagai raja dengan gelar Sri
Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Dua Versi Raja-raja Singasari Ada dua
versi dalam dalam mengidentifikasi sejarah Kerajaan Tumapel atau Singasari
menurut dua kitab, yakni Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.
Perbedaan ini meliputi daftar penguasa dan angka tahunny
Silsilah Raja Kerajaan Singasari
Silsilah Kerajaan Singasari atau Tumapel mempunyai dua versi, yakni versi
Negarakertagama dan versi Pararaton. Menurut Kitab Negarakertagama,
Kerajaan Singasari didirikan oleh Rangga Rajasa Sang Girinathaputra. Berikut
adalah silsilah raja Kerajaan Kediri berdasarkan Kitab Negarakartagama.
1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222-1227 M)
2. Anusapati (1227-1248 M)
3. Wisnuwardhana (1248-1254 M)
4. Kertanegara (1254-1292 M)
Silsilah Raja Kerajaan Singasari
Sementara, berdasarkan Prasasti Kadudu yang memuat silsilah versi Pararaton,
menyebutkan kalau Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Berikut
merupakan silsilah raja Kerajaan Kediri menurut informasi dari Kitab Pararaton.
1. Ken Arok (1222-1227 M)
2. Anusapati (1227-1248 M)
3. Tohjaya (1248 M)
4. Ranggawuni (1248-1268 M)
5. Kertanagara (1268-1292 M)
Sejarah pemerintahan era kepemimpinan Rangga Rajasa Sang Girinathaputra tak
banyak diketahui.
Kehidupan di Kerajaan Singasari
1. Kehidupan Politik
Sektor politik Kerajaan Singasari dapat dipelajari berdasarkan kebijakannya, baik dari
strategi politik dalam negeri maupun strategi politik luar negerinya. Pada era
kepemimpinan Prabu Kertanegara, Kerajaan Singasari sudah mempraktikkan perkawinan
politik demi menjaga stabilitas negara.
Contohnya adalah dengan mengangkat Ardharaja sebagai menantu, yang tak lain adalah
putra dari Jayakatwang, Raja Kediri. Selain itu, ia juga mengangkat Raden Wijaya sebagai
menantu juga, yang merupakan cucu dari Mahesa Cempaka. Pada masa itu, Kertanegara
begitu fokus memperkuat pasukan perangnya, baik dari sisi angkatan darat maupun
angkatan laut. Hal ini tak lepas dari visinya yang ingin menyatukan seluruh wilayah
nusantara di bawah panji Kerajaan Singasari.
Kehidupan di Kerajaan Singasari
1. Kehidupan Politik
Selain itu, hal ini juga penting demi menjaga keamanan serta ketertiban dalam negeri.
Upaya ini memang bukan omong kosong, sebab ia dengan serius mengirim pasukan
yang dinamakan Ekspedisi Pamalayu, untuk menaklukkan Kerajaan Melayu pada tahun
1275 Masehi. Hal ini bisa terlacak berkat ditemukannya Patung Amogaspasa di
Dharmasyara, yang merupakan pusat kota Kerajaan Melayu. Tak hanya itu, kertanegara
pun juga mampu menaklukkan beberapa wilayah lain, seperti Sunda, Bali, Pahang,
Bakulapura (Kalimanatan Barat), serta Gurun (Maluku).
Untuk menambah kekuatan, ia juga bersahabat baik dengan negeri Champa, dengan
tujuan untuk membendung serangan Mongol yang dipimpin oleh Kubilai Khan.
Hal ini tak lepas dari tuntutan Kubilai Khan yang memerintahkan supaya kerajaan-
kerajaan di Indonesia tunduk pada kekuasaannya. Dengan keras, Kertanegara menolak
perintah itu dengan melukai wajah utusan Mongol yang bernama Mengki.
Kehidupan di Kerajaan Singasari
1. Kehidupan Politik
Tindakan ini sontak membuat Kubilai Khan naik pitam dan langsung mengirim pasukan
besar untuk menyerang Singasari. Kertanegara pun tak tinggal diam, dengan mengirim
pasukan yang jauh lebih besar demi membendung pasukan Mongol ini.
Ternyata kesempatan ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang untuk memberontak, sebab
jantung pertahanan istana sedang kosong. Serangan dilakukan dari dua arah, yakni dari
utara yang diisi pasukan pemancing, serta dari selatan yang diisi pasukan inti.
Pasukan dari selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang. Mereka menemukan
Kertanegara dan para pejabat istana sedang pesta pora. Kertanegara dan para
pembesarnya pun tewas di tangan Jayakatwang. Ardharaja lalu berbalik memihak
ayahandanya, yakni Jayakatwang. Sementara, Raden Wijaya melarikan diri ke Madura
untuk berlindung di bawah batuan Aria Wiraraja.
Kehidupan di Kerajaan Singasari
2. Kehidupan Ekonomi
Hingga saat ini, tidak banyak temuan sejarah yang mampu menjelaskan roda
ekonomi Kerajaan Singsari.
Tapi, menurut analisa para sejarawan, besar kemungkinan jika rakyat Singasari
banyak yang menggantungkan kelangsungan hidupnya lewat sektor pertanian dan
perdagangan.
Hal ini bisa dilacak dari posisi Kerajaan Singasari yang berada di Lembah Sungai
Brantas. Analisa tersebut didukung beberapa fakta, bahwa Prabu Kertanegara
banyak melakukan perluasan wilayah ke area jalur lalu lintas perdagangan di Selat
Malaka.
Fakta-fakta ini besar kemungkinan dilakukan untuk menarik minat para pedagang
luar negeri supaya melakukan perdagangan di wilayah Kerajaan Singasari.
Kehidupan di Kerajaan Singasari
3. Kehidupan Agama
Di era kepemimpinan Prabu Kertanegara terjadi percampuran kepercayaan
antara agama Hindu dan Buddha, sehingga melahirkan agama Siwa Budha.
Dari agama tersebut, kemudian berkembang aliran Tantrayana, yang merupakan
aliran yang dianut Raja Kertanegara.
Apabila diadakan upacara agama, dilakukan dengan cara pestapora hingga
mabuk, sebab cara ini dipercaya bisa membantu mencapai titik kesempurnaan.
Pimpinan agama ini dinamakan Dharma Dyaksa.
Prabu Kertanegara sendiri, menyebut dirinya sebagai Cangkandara, yang berarti
pimpinan semua agama.
Kehidupan di Kerajaan Singasari
4. Kehidupan Budaya
Kebudayaan yang berkembang di tengah masyarakat Kerajaan Singasari dapat dilacak
dari patung dan candi yang ditinggalkan. Adapun candi-candi tersebut antara lain
adalah Candi Singasari, Candi Jago, dan Candi Kidal. Untuk patung atau arca, antara
lain terdapat patung Ken Dedes dan patung Kertanegara. Patung Ken Dedes
ditemukan di lokasi yang tak jauh dari Surabaya, yang dianggap sebagai perwujudan
Prajnyaparamita yang melambangkan kesempurnaan ilmu. Sementara, patung
Kertanegara di temukan dalam dua versi, yakni dalam bentuk patung Joko Dolog dan
patung Amoghapasa. Patung Joko Dolog ada di dekat Surabaya. Sementara, wujud
Patung Amoghapasa adalah patung yang dikirim menuju Dharmasraya setelah terjadi
penaklukan. Kedua patung ini menyiratkan informasi bahwa Prabu Kertanegara adalah
seorang yang memeluk Agama Budhha dari aliran Tantrayana.
Puncak Kejayaan Kerajaan Singasari
Prabu Kertajaya merupakan raja terakhir dan terbesar dalam sejarah Kerajaan Singasari. Ia
memerintah kerajaan, dari tahun 1268 Masehi hingga 1292 Masehi. Ia merupakan raja
pertama yang memperluas kekuasaan ke daerah luar Pulau Jawa. Seperti yang tertulis di
Kitab Negarakertagama, di saat puncak keemasan ini, Kerajaan Singasari berhasil
menaklukkan berbagai wilayah di Pahang, Gurun, serta Bakulapura. Berbagai wilayah
Sumatra, Bali, Kalimantan, hingga daerah Indonesia Timur tak luput dari serangannya.
Sumber prasasti lain yang berasal dari tahun 1292 Masehi juga menyebutkan, Singasari
juga berhasil menaklukkan berbagai pulau kecil di nusantara. Nah, era kejayaan ini tak
lepas dari keputusan Raja Kertanegara untuk enggan tunduk terhadap Kekaisaran Mongol
yang dipimpin Kubilai Khan. Sebab pada tahun 1280-1281 Masehi, pasukan Kubilai Khan
datang ke Jawa dan menyuruh kerajaan di Jawa tunduk pada kekuasaannya.
Puncak Kejayaan Kerajaan Singasari
Ekspansi Kerajaan Singasari ke luar Jawa dimulai pada tahun 1275 Masehi, saat Prabu
Kertajaya mengirim bala tentara Ekspedisi Melayu untuk memperluas wilayah ke wilayah
Sumatra. Kesuksesan penaklukkan ini terpahat di arca Amoghapasa yang menyiratkan
hubungan dekat antara Kerajaan Singasari dan Kerajaan Dharmasraya di Sumatra.
Kedua kerajaan ini sepakat menolak masuknya bangsa Mongol ke wilayah bumi nusantara.
Ia juga menggagas perlawanan terhadap Dinasti Yuan yang berada di Cina. Raja-raja di luar
Jawa diajak pula untuk bersatu menolak kehadiran Kubilai Khan ini. Sampai ia akhirnya
dapat menjalin hubungan internasional sampai ke Kamboja Ia juga bersedia menyediakan
tempat di wilayah kekuasaannya dalam melindungi kerajaan-kerajaan lain yang diserang
oleh Bangsa Mongol.
Keruntuhan Kerajaan Singasari
Runtuhnya kejayaan Kerajaan Singasari disebabkan oleh keroposnya jantung
pertahanan kerajaan.Ini tak lepas dari keputusan Prabu Kertanegara untuk fokus
menguatkan pertahanan di luar kerajaan dengan mengirim bala tentara dalam jumlah
besar pada Ekspedisi Pamalayu.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang, yang merupakan besan Raja
Kertanegara sendiri, untuk melancarkan serangan pemberontakan. Dalam sebuah
kesempatan, ia berhasil membunuh Prabu Kertanegara dan jatuhlah tahta kerajaan
dalam genggamannya.
Meski demikian, Raden Wijaya, yang merupakan menantu Kertanegara, berhasil
meloloskan diri ke Madura di saat situasi kerajaan sedang berkecamuk. Di Madura,
Raden Wijaya dilindungi oleh seorang bupati yang bernama Arya Wiraraja. Ternyata,
dendam Raden Wijaya kepada Jayakatwang tak habis begitu saja.
Keruntuhan Kerajaan Singasari
Lalu, ia bergabung dengan bala tentara Mongol yang diperintahkan Kubilai Khan untuk
menyerbu Singasari.
Kubilai Khan yang tak tahu jelas asal-usul Raden Wijaya, mengiyakan saja kehadirannya.
Saat itu, Kubilai Khan juga belum tahu kalau Prabu Kertanegara telah tewas dibunuh
oleh Jayakatwang.
Akibat serangan ini, Jayakatwang berhasil dibunuh.
Kemenangan ini ternyata membuat pasukan Kubilai Khan terlalu larut dalam
kesenangan, hingga lupa siapa sosok di balik Raden Wijaya.
Akhirnya, Raden Wijaya pun tanpa terduga melakukan serangan balik kepada pasukan
Mongol dan berhasil mengusir mereka dari tanah Jawa.
Setelah kejadian ini, riwayat Kerajaan Singasari sudah usai.
Sebab, Raden Wijaya lebih memilih mendirikan kerajaan Kerajaan Majapahit.
Contoh Peninggalan Kerajaan Singasari

1. Prasasti Mula Malurung


Benda bersejarah ini merupakan piagam
penghargaan yang diberikan untuk Desa
Malurung dan Desa Mula. Fisiknya berupa
lempengan dari tembaga, yang dibuat pada masa
pemerintahan Kertanegara.
Sejak tahun 1975, sudah ada 10 lempengan yang
ditemukan di daerah Kediri, Jawa Timur yang
isinya memiliki tema yang berbeda-beda.
Ada beberapa lempengan yang bisa dibaca di
Kitab Negarakertagama.bNamun, untuk lempeng
2-4-6 belum ditemukan lagi keberadaannya di
mana.
Contob Peninggalan Kerajaan Singasari

2. Candi Sumberawam
Candi yang lokasinya 6 km saja dari Candi
Singasari ini merupakan tempat ibadah umat
Budha.
Menurut penelitian, bangunan candi ini dibuat di
abad ke-14 Masehi, dengan telaga bening yang
mengalir di kompleknya.
Karena memiliki pemandangan yang bagus, area
ini sekarang difungsikan sebagai obyek wisata.
Contoh Peninggalan Kerajaan Singasari

3. Candi Singasari
Candi ini terletak di Kecamatan Singasari, Malang.
Dulunya, situs sejarah ini terletak di lembah
antara Gunung Arjuna dan Pegunungan Tengger.
Menurut informasi dari Prasasti Gajah Mada,
bagian depan dari halaman candi ini difungsikan
sebagai tempat pendharmaan untuk Raja
Kertanegara.
Sekian dari kelompok kami

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai