Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

" HAKIKAT KEPRIBADIAN MUSLIM “


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Imam Buchori. M.Pd.I

Disusun oleh :

 ANISA DWI PUTRI


 NENG ISMA
 ROSA NABILA
 WENI YULIANTI

Semester : 3 PAI

Prodi : Pendidikan Agama Islam

YAYASAN AL-HASANAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PELABUHAN RATU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Jln. Siliwangi No. 95 Pelabuhan Ratu Sukabumi Telp. (0266) 431500

2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada
kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan hasil makalah kami yang telah menjadi tanggung jawab
kami di dalam menyusun makalah yang berjudul "Hakikat Kepribadian Muslim" dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam marilah kita hadiahkan kepada junjungan alam yakni Nabi kita
Muhammad SAW. Yang mana beliau telah berhasil membawa umatnya dari alam kegelapan menuju
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
yang dibimbing oleh Dosen Imam Buchori. M.Pd.I Namun tidak menutup kemungkinan, makalah ini
juga dapat di manfaatkan oleh mahasiswa/i umumnya, khususnya oleh penulis sebagai sumber
reverensi tambahan dalam proses pembelajaran.

Baiklah kami sebagai penulis makalah ini mohon maaf seandainya di dalam pembuatan
makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Dan kami sebagai penulis mohon saran dan
kritikannya kepada teman-teman atau Dosen Pengampu yang bersifat membangun, untuk
perkembangan makalah kami di masa yang akan datang.

Pelabuhan Ratu, 4 Desember 2021

Hormat Kami

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

BAB I....................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.................................................................................................................................4

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………4

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….………….4

C. Tujuan Pembaha………………………………………………………………………………..4

BAB II...................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN...................................................................................................................................5

A. Pengertian Kepribadian Muslim………………………………………………………….……5

B. Konsepsi kepribadian Muslim…………………………………………………………………6

C. Usaha Pembentukan Kepribadian Muslim…………………………………………………….7

BAB III................................................................................................................................................13

PENUTUP...........................................................................................................................................13

A. Kesimpulan……………………………………………..…………………………………….13

B. Saran………………………………………….………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepribadian muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan islam.
Kepribadian yang diharapkan islam adalah kepribadian yang sesuai dengan norma-norma
Islam. Kepribadian tidak terjadi dengan sekaligus, akan tetapi melalui proses kehidupan yang
panjang. Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai peran yang besar dalam pembentukan
kepribadian muslim.
Kepribadian muslim diartikan sebagai identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai
cirri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang ditampilkan sebagai
tingkah laku lahiriah maupun sikap batiniahnya.
Di satu sisi kepribadian itu mempunyai cirri khas yang bersifat individual yang
berbeda dengan yang lainnya dan dipihak lain individu diharapkan dapat menampilkan
kepribadian yang integral dalam kelompok masyarakat muslim sebagai ummah. Oleh sebab
itu diperlukan kajian secara komprehensif tentang kepribadian muslim tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai
pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa pengertian kepribadian muslim?
2. Apa saja konsepsi kepribadian muslim?
3. Bagaimana usaha pembentukan kepribadian muslim?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian kepribadian muslim?
2. Untuk mengetahui konsepsi kepribadian muslim?
3. Untuk mengetahui usaha pembentukan kepribadian muslim?

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian Muslim
Berbicara tentang kepribadian biasanya menyangkut banyak aspek seperti,
kepribadian, karakter, watak, ego, oknum, self, dan bahkan menyangkut identitas bangsa .
Kepribadian adalah meliputi kualitas keseluruhan diri seseorang. Kualitas itu akan tampak
dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya berfikir, cara-caranya mengeluarkan pendapat,
sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.
Sedangkan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik
tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya
menunjukan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya.
Menurut Anis Ibrahim sebagaimana dikutip oleh Al-Rasyidin dalam bukunya
Falsafah Pendidikan Islami, secara etimologi , kepribadian adalah shifatun tumayyizu al-
syakhsha min ghairih, yakni sifat atau karakter yang membedakan seseorang dengan lainnya.
Sedangkan menurut Marimba, Kepribadian adalah meliputi kualitas keseluruhan diri
seseorang. Kualitas itu akan tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya berfikir, cara-
caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.
Kepribadian Muslim dapat dilihat dari kepribadian orang per orang (individu) dan
kepribadian dalam kelompok masyarakat. Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang
dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelaktual yang dimilikinya.
Karena adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing, maka sebagai
individu seorang Muslim akan menampilkan ciri khasnya masing-masing. Dengan demikian
akan ada perbedaan kepribadian antara seseorang muslim dengan muslim lainnya. Secara
fitrah perbedaan ini memang diakui adanya. Islam memandang setiap manusia memiliki
potensi yang berbeda.
Dari kedua defenisi di atas dapat dipahami bahwa kepribadian itu adalah proses
kehidupan yang dijalani manusia. Oleh karena proses yang dialami manusia berbeda, maka
kepribadian tiap individu pun berbeda. Tidak ada kepribadian yang sama antara dua orang
individu, sekalipun saudara kembar.
Istilah-Istilah yang dikenal dalam kepribadian yaitu;
1. Individuality, yang menggambarkan kepribadian itu berdasarkan ciri-ciri khas seseorang,
hingga dengan ciri khas itu ia dapat membedakan antara dirinya dengan orang lain.
2. Personality, yaitu penampilan keseluruhan sikap dan tingkah laku seseorang, baik lahiriah
maupun batiniah.

5
3. Mentality, yaitu penampilan sikap dan tingkah laku khas seseorang (kaitannya dengan
intelektual seseorang).

Dari ketiga istilah tersebut sudah memberikan gambaran kepada kita tentang bentuk
dari kepribadian itu sendiri, terutama dalam keperibadian seseorang sebagai muslim. Hari ini
banyak kita lihat orang-orang mengaku diri mereka sebagai seorang muslim, namun dalam
kehidupan sehari-harinya tidak ada langsung yang mencerminkan bahwa dia adalah seorang
muslim yang sejati, masih banyak kejadian-kejadian hari ini yang memperlihatkan
bahwasanya masih banyak orang-orang muslim namun tidak memiliki keperibadian muslim
yang seutuhnya, kita lihat sama-sama beberapa kasus yang terjadi bagaimana seorang ayah
sanggup memperkosa dan membunuh anaknya, anak sanggup sanggup memperkosa dan
membunuh ibu kandungnya sendiri, pelecehan seksual oleh guru terhadap muridnya, korupsi
yang sangat kerap terjadi dari kalangan atas hingga kalangan bawah. Itulah beberapa contoh
yang di tunjukkan kepada kita semua bahwasanya betapa bobroknya prilaku umat muslim
yang mengakunya muslim namun tidak bisa berprikebadian sebagai seorang muslim yang
kaffah/menyeluruh.

Selanjutnya dapat di simpulkan bahwa dalam pribadi seseorang terkumpul beberapa aspek
yang terintegrasikan berupa :

1. Keyakinan hidup yang di miliki seseorang berupa filsafat, keyakinan, cita-cita, sikap dan
cara hidupnya.
2. Keyakinan mengenai diri berupa perawakan jasmani, sifat psikis, intelegensi, emosi,
kemauan, pandangan terhadap orang lain, kemampuan bergaul.
3. Keyakinan mengenai kemampuan diri yaitu status diri dalam keluarga dan masyarakat,
status keturunan berdasarkan status dan historis.
B. Konsepsi Kepribadian Muslim
Konsep islam tentang bagaimana wujud pribadi muslim, aspek-aspek yang harus
dikembangkan adalah identik dengan aspek-aspek pribadi manusia seutuhnya. Ada tiga aspek
pokok yang memberi corak khusus bagi seorang muslim menurut ajaran islam:
1. Adanya wahyu Allah yang memberi ketetapan kewajiban-kewajiban pokok yang harus
dilaksanakan oleh seorang muslim yang mencakup seluruh lapangan hidupnya, baik yang
menyangkut tugas-tugasnya terhadap tuhan, maupun terhadap masyarakat.
2. Praktek ibadah yang harus dilaksanakan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal
ini akan mendorong tiap orang muslim untuk memperkuat rasa kelompok dengan
sesamanya secara terorganisir.
3. Konsepsi Al-Quran tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara
harmonis dan seimbang di bawah perlindungan Allah SWT. Ajaran ini juga akan
6
mengukuhkan konstruksi kelompok. Dengan demikian, kepribadian manusia yang utuh
dapat terwujud, sebagaimana yang dikehendaki dalam ajaran islam.

Pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal:

 Aspek-aspek kejasmanian meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan
dari luar, misalnya cara berbuat, berbicara dan sebagainya.
 Aspek-Aspek kejiwaan meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan
ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berfikir, sikap dan minat.
 Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu
filasafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai yang telah meresap dalam
kepribadian, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadin atau
dan memberi corak seluruh individu tersebut.
C. Usaha pembentukan Kepribadian Muslim
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa ciri khas kepribadian muslim adalah
terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan tuntuna Allah SWT, yang dalam istilah lain disebut
akhlak yang mulia. Ciri ini sekaligus menjadi sasaran pembentukan kepribadian.
Sabda rasulullah SAW:

َ ‫إِنَّ َما بُ ِع ْثتُ أِل ُتَ ِّم َم‬


ِ ‫صالِ َح اأْل َ ْخاَل‬
‫ق‬

‘’sesungguhnya aku diutus adalah untuk membentuk akhlak mulia. (HR.Bukhari)’’

Dalam kaitannya dengan hal itu dalam salah satu hadits beliau pernah bersabda
Artinya:‘’orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya’’
Tampak jelas bagaimana eratnya hubungan antara keimanan seseorang dengan
ketinggian akhlaknya.Dalam memberikan analisanya tentang akhlak yang berhubungan
dengan pembentukan kepribadian, Mohd Abdullah Darraz mengemukakan bahwa
‘’pendidikan akhlak berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai islam". Dengan adanya nilai nilai
islam itu dalam seseorang atau ummah maka akan terbentuk pulalah kepribadiannya sebagai
kepribadian muslim. Akhlak yang mulia mengandung konotasi pengaturan hubungan yang
baik antara hamba dengan Allah, dengan sesamanya dan dengan makhluk lainnya.
Karena manusia memiliki dwi dimensi yakni materi dan non materi, maka untuk
mencetak generasi muslim yang baik maka kedua dimensi itu harus dibentuk dengan
pendidikan yang Islami. Menurut al-Rasyidin dalam bukunya ”Falsafah Pendidikan Islami”,
bahwa proses yang pertama dilakukan untuk membentuk kepribadian muslim adalah dengan
mentazkiyah (menyucikan) ruh dan jasad, baru kemudian mengisi nafs, qalb, aql dan jasad
dengan keimanan dan ilmu.

7
a) Dimensi Materi ( al-jism )
Dimensi ini memiliki : pertama, daya-daya fisik atau jasmani, seperti mendengar,
melihat, merasa, meraba, mencium, dan kedua, daya gerak, yaitu : kemampuan
menggerakkan tangan, kepala, kaki, mata dan unsur jism lainnya.
b) Dimensi Non Materi ( al-ruh)
Dimensi ini memiliki : pertama, daya berpikir yang disebut aql yang berpusat di kepala,
kedua daya merasa dan memahami yang disebut qalb yang berpusat di dada, dan ketiga
daya jiwa yang disebut nafs yang berpusat di perut.
Pembentukan kepribadian seseorang sangat dipengaruh oleh dimensi ruh, yang
merupakan anugerah dari Tuhan, bukan oleh dimensi jasadnya ( materi ). Dalam perspektif ini
jasad pada hakikatnya adalah wahana dimana berlakunya keinginan manusia.
Aplikasi proses pembentukan kepribadian muslim ini bisa kita lihat dari proses yang
dilakukan oleh Rasulullah, bahwa Rasulullah sebelum melakukan proses pembentukan itu
( berdakwah ) terlebih dahulu Rasulullah sebagai orang yang akan mengajak telah disucikan
terlebih dahulu hatinya oleh malaikat Jibril. Selanjutnya Rasulullah mengajak orang terdekat
Beliau masuk Islam dan mendidik mereka. Adapun materi pendidikan yang disampaikan oleh
Rasulullah adalah:
1. Tauhid
2. Iman kepada hari Kiamat
3. Pembersihan jiwa dengan menjauhi segala kemungkaran dan kekejian yang
menimbulkan akibat buruk dan melakukan hal-hal baik dan utama.
4. Penyerahan segala urusan kepada Allah Swt.
Sebaliknya dari aspek ruh, ciri-ciri itu menyatu dalam kesatuan fitrah untuk mengabdi
kepada penciptanya. Latar belakang penciptaan manusia menunjukkan bahwa secara fitrah
manusia memiliki ruh sebagai bahan baku yang sama. Menurut Hasan Langgulung,
pernyataan tersebut mengandung makna antara lain, bahwa Tuhan memberikan manusia
beberapa potensi yang sejalan dengan sifat-sifatnya. Kepibadian secara utuh hanya mungkin
dibentuk melalui pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju
dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia.
Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Sebab sesuai dengan
dikatakan diatas bahwa Nabi mengemukakan “ Orang mukmin yang paling sempurna
imannya, adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya”.
Disini terlihat ada dua sisi penting dalam pembentukan kepribadian muslim, yaitu
iman dan akhlak. Bila iman dianggap sebagai konsep batin, maka batin adalah implikasi dari
konsep itu yang tampilannya tercermin dalam sikap perilaku sehari-hari. Keimanan

8
merupakan sisi abstrak dari kepatuhan kepada hukum-hukum Tuhan yang ditampilkan dalam
lakon akhlak mulia.
Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan upaya untuk mengubah
sikap kearah kecendrungan pada nilai-nilai keislaman. Perubahan sikap, tentunya tidak terjadi
secara spontan. Semua berlajan dalam satu proses yang panjang dan berkesinambungan.
Diantara proses tersebut digambarkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan,
peristiwa atau ide (attitude have referent), dan perubahan sikap harus dipelajari (attitude are
learned). menurut Al-Ashqar ada hubungan timbal balik antara individu dengan
lingkungannya.
Dalam hal ini Islam juga mengajarkan bahwa faktor genetik (keturunan) ikut
berfungsi dalam pembentukan kepribadian Muslim. Oleh karena itu, filsafat pendidikan Islam
memberikan pedoman dalam pendidikan Prenatal (sebelum lahir), Pembuahan suami atau istri
sebaiknya memperhatikan latar belakang keturunan masing-masing pilihan (tempat yang
sesuai) karena keturunan akan membekas (akhlak bapak akan menurun pada anak). Jadi
menurut penulis kita hendaknya jangan sebarang pilih saja, tentulah kita harus benar-benar
selektif terhadap memilih pasangan untuk mendapatkan keturunan yang baik pula, sehingga
penulis bisa mengungkapkan bahwa “ laki-laki jahat pun tetap ingin mencari wanita yang
baik dan pintar, karna mereka pun ingin keturunannya jadi orang baik dan pintar pula”
Kemudian dalam proses berikutnya, secara bertahap sejalan dengan tahap
perkembangan usianya, pedoman mengenai pendidikan anak juga telah digariskan oleh
filsafat pendidikan Islam. Kalimat tauhid mulai diperdengarkan azan ketelingan anak yang
baru lahir. Kenyataan menunjukkan dari hasil penelitian ilmu jiwa bahwa bayi sudah dapat
menerima rangsangan bunyi semasa masih dalam kandungan. Atas dasar kepentingan itu,
maka menggemakan azan ketelinga bayi, pada hakikatnya bertujuan memperdengarkan
kalimat tauhid diawal kehidupannya didalam dunia.
Pada usia selanjutnya, yaitu usia tujuh tahun anak-anak dibiasakan mengerjakan
shalat, dan perintah itu mulai diintensifkan menjelang usia sepuluh tahun. Pendidikan akhlak
dalam pembentukan pembiasaan kepada hal-hal yang baik dan terpuji dimulai sejak dini.
Pendidikan usia dini akan cepat tertanam pada diri anak. Tuntunan yang telah diberikan
berdasarkan nilai-nilai keislaman ditujukkan untuk membina kepribadian akan menjadi
muslim. Dengan adanya latihan dan pembiasaan sejak masa bayi, diharapkan agar anak dapat
menyesuaikan sikap hidup dengan kondisi yang bakal mereka hadapi kelak. Kemampuan
untuk menyesuikan diri dengan lingkungan tanpa harus mengorbankan diri yang memiliki ciri
khas sebagai Muslim, setidaknya merupakan hal yang berat.
Dengan demikian pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan suatu
pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-nilai akhlak al-karimah. Untuk itu
setiap Muslim diajurkan untuk belajar seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang
9
baik) hingga diakhir hayat. Pembentukan kepribadian Muslim secara menyeluruh adalah
pembentukan yang meliputi berbagai aspek, yaitu:
 Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari ajaran wahyu.
 Aspek materil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran yang terangkum dalam materi
bagi pembentukan akhlak al-karimah.
 Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama makhluk,
khususnya sesama manusia.
 Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada pembentukan nilai-nilai
tauhid sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang
setia.
 Aspek teologis (tujuan), pembentukan kepribadian Muslim mempunyai tujuan yang jelas.
 Aspek duratife (waktu), pembentukan kepribadian Muslim dilakukan sejak lahir hingga
meninggal dunia.
 Aspek dimensional, pembentukan kepribadian Muslim yang didasarkan atas penghargaan
terhadap faktor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan individu).
 Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian Muslim meliputi bimbingan
terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani, rohani dan ruh.
Pembentukan kepribadian muslim merupakan pembentukan kepribadian yang utuh,
menyeluruh, terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung dijadikan alasan untuk memberi
peluang bagi tuduhan bahwa filsafat pendidikan Islam bersifat apologis (memihak dan
membenarkan diri). Penyebabnya antara lain adalah ruang lingkupnya terlalu luas, tujuan
yang akan dicapai terlampau jauh, hingga dinilai sulit untuk diterapakn dalam suatu sistem
pendidikan. Proses pembentukan kepribadian manusia dibagi menjadi dua yaitu:
1. Proses pembentukan kepribadian muslim secara perorangan dapat
dilakukan melalui tiga macam pendidikan yaitu:
a) Education (Tarbiyah Qalb Al wiladah)
Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara tidak langsung (indirect). Proses
ini dimulai saat pemilihan calon suami dan istri dari kalangan yang baik dan
berakhlak.
Kemudian dilanjutkan dengan sikap dan perilaku orang tua yang islami,disaat bayi
sedang berada dalam kandungan, ditambah lagi dengan pemberian makanan dan
minuman yang halal yang baik (thayyib), serta dilengkapi dengan sikap penerimaan
yang baik dari kedua orang tua atas kehadiran bayi tersebut.
b) Education by Another (Tarbiyah ma’aghairih)
Proses pendidikan jenis dilakukan secara langsung oleh orang lain (orang tua
di rumah tangga, guru disekolah, dan pemimpin dalam masyarakat dan para ulama).

10
Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui sesuatu tentang apa yang ada dalam
dirinya dan di luar dirinya. Oleh karena itu diperlukan orang lain untuk mendidik
manusia supaya dia mengatahui tentang dirinya dan lingkungannya.dan sekaligus
bantuan orang lain juga diperlukan agar ia dapat melakukan kegiatan belajar sendiri.
Proses ini dimulai semenjak anak dilahirkan sampai anak mencapai kedewasaan baik
jasmani maupun rohani.
Anak yang baru lahir diadzankan bagi pria dan diqamatkan bagi wanita, dan
kemudian mendo’akannya agar menjadi anak yang shaleh dan beragama dan
mendo’akannya agar terhindar dari gangguan syetan dan lainnya.setelah anak
berumur tujuh hari lalu diakikahkan. Setelah agak dewasa sedikit kemudian di
khitankan. Setelah timbul masa pekanya, anak-anak disuruh belajar di
mesjid/mushalla di sekolah atau dilembaga pendidikan lainnya.
c) Self Education (Tarbiyah al-Nafs)
Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain
seperti membaca buku-buku, majalah, koran, dan sebagainya, atau melalui penelitian
untuk menemukan hakikat segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.
2. Pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah
Kepribadian muslim sebagai ummah adalah merupakan komunitas muslim yang
memiliki pandangan hidup sama, walaupun masing-masing mempunyai faktor bawaan
yang berbeda. Persamaan pandangan hidup diyakini akan membantu usaha membina
hubungan yang baik serasi antar sesama anggota keluarga, masyarakat, bangsa, maupun
antar sesama manusia sebagai ummah.
Selain itu proses pembentukan kepribadian muslim secara ummah dapat pula
dilakukan dengan cara dibawah ini :
 Pergaulan sosial
a) Tidak melakukan hal-hal yang keji dan tercela seperti, membunuh, menipu, riba,
merampok, memakan harta anak yatim dan sebagainnya.
b) Membina hubungan tata tertib, meliputi bersikap sopan santun dalam pergaulan,
meminta izin ketika masuk kerumah orang, berkata baik dan memberi serta
membalas salam. Mempererat hubungan kerjasama dengan cara meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang dapat merusak dasar kerjasama untuk membela
kejahatan, berkhianat, mengadakan saksi palsu dan sebagainya.
c) Menggalakkan perbuatan-perbuatan terpuji yang memberi dampak positif kepada
masyarakat antara lain berupa menepati janji, memaafkan, memperbaiki
hubungan antar sesama muslim dan sebagainya.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepribadian muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan Islam.
Kepribadian yang diharapkan islam adalah kepribadian yang sesuai dengan norma-norma
Islam. Kepribadian tidak terjadi dengan sekaligus, akan tetapi melalui proses kehidupan yang
panjang. Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai peran yang besar dalam pembentukan
kepribadian muslim. Rasulullah telah memperaktikkan proses pembentukan kepribadian yang
dibangun atas dasar konsepsi Islam sebagai makhluk yang memiliki kesatuan utuh antara ‘aql,
qalb dan nafs.
Kepribadian Muslim dapat dilihat dari kepribadian orang per orang (individu) dan
kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas
seseorang dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelaktual yang dimilikinya.
Karena adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing, maka sebagai individu
seorang Muslim akan menampilkan ciri khasnya masing-masing, yg harus terbentuk pada
kepribadian yang mulia.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami .
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'fkan dan memakluminya, karena kami
adalah hamba Allah yang tak luput salah, hilaf dan lupa.

12
DAFTAR PUSTAKA
Al-rasyidin,Dr.M.Ag Falsafah Pendidikan Islami Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi dan
Aksiologi Praktik Pendidikan, ( Bandung: Cipta Pustaka Media Perinitis, 2002),

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT Alma’arif, 1962),

Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam , Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2004)

Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Qur’an. Jogjakarta : Diva Press.

Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamka. 1987. Tasawuf Modern. Jakarta : Panji Mas.

Ramayulis,2002,Psikologi Agama,Jakarta:Kalam Mulia

Zuhairini,2012,Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta:Bumi Aksara

Ramayulis,2002,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta:Kalam Mulia

Haris,Abdul,2012,Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta:Bumi Aksara

13

Anda mungkin juga menyukai