Dosen pembimbing :
Tenriwati,S.kep,Ns,M.kes
Jusriani
(A.19.11.021)
1
A. Definisi
3
c. Etiologi
Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade multi para.
Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan leiomioma uteri.
d. Komplikasi
1) Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
2) Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi berat.
e. Gambaran Kinik
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja
biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal.
Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen
bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan
darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut
otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya
normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak
rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
f. Penatalaksanaan medis
1) Perawat memeriksa adanya perdarahan
2) Perawat melakukan pemeriksaan abdomen. Pada plasenta previa, rahim memiliki
tonus yang normal, lunak, rileks dan tidak nyeri tekan.
3) Melakukan pemeriksaan laboratorium meliputi hitung sel darah, golongan darah, Rh,
pembekuan darah dan uji silang darah.
4
4) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan noninvasif urah jantung
untuk mengobservasi tanda penurunan status hemodinamika.
5) Melakukan penatalaksanaan konservatif, misalnya istirahat di tempat tidur sepanjang
masa hamil. Hal ini dilakukan bila janin belum cukup matang karena biasanya
perdarahan spontan awal pada plasenta previa tidak mengancam kehidupan ibu atau
janin. Jika paru-paru janin sudah matur dan kemungkinan hidup besar, pelahiran bisa
dilakukan.
6) Memantau status janin jika janin masih hidup setelah peristiwa perdarahan.
7) Pemassangan kateter tekanan intrauterin untuk mengevaluasi tonus rahim.
8) Setelah diagnosis plasenta previa ditegakkan, ibu biasanya tetap tinggal di rumah sakit
di bawah supervisi yang ketat. Durasi kehamilan harus dipastikan kecuali dalam
keadaan darurat, kehamilan ditunda sampai setelah minggu ke-36. Biasanya dilakukan
pelahiran sesaria bagi ibu dengan plasenta previa (Cunningham, dkk., 1993).
2. Solusio Plasenta
a. Definisi
Merupakan perdarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta dari insersinya di
fundus uteri sebelum waktu persalinan. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari
tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila
terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.
5
b. Klasifikasi
1) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta
a) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
b) Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
c) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
2) Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan
a) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
b) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter
c) Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
3) Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio
plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
a) Ringan :
- Perdarahan <100-200 cc
- Uterus tidak tegang
- Belum ada tanda renjatan
- Janin hidup
- Pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan
- Kadar fibrinogen plasma >150 mg%
- Tanda fetal distres belum tampak.
- Terdapat perdarahan hitam pervaginaan.
- Tanpa gangguan pembekuan darah fibrinogen di atas 250 mg %.
b) Sedang :
- Perdarahan lebih 200 cc
- Uterus tegang dan janin sulit untuk diraba
- Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD.
- Pemeriksaan dalam ketuban tegang.
- Terdapat tanda pre renjatan
- Gawat janin atau janin telah mati
6
- Pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan
- Kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
- Tanda persalinan telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.
c) Berat :
- Uterus tegang dan berkontraksi tetanik
- Perut nyeri dan tegang, bagian janin sulit diraba seperti papan.
- Terdapat tanda renjatan
- Pemeriksaan alam ketuban tegang.
- Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD.
- Gangguan ginjal sudah mulai tampak.
- Pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
- Darah dapat masuk otot rahim, uterus couvelaire yang menyebabkan atonia uteri
serta perdarahan pascapartus.
- Terdapat gangguan pembekuan darah fibrinogen kurang dari 100 mg %-150 mg
%.
c. Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi, yaitu :
1) Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.
Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus
solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai
penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2) Faktor trauma
a) Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi
luar atau tindakan pertolongan persalinan
c) Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3) Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
7
4) Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma
6) Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh
darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti
secara definitif
7) Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
8) Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
9) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan,dan lain-lain.
d. Gambaran Klinis
1) Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat
pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi
perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa
agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian,
bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu
diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.
2) Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas
permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan,
8
tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak
lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan
pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000
ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih
hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-
menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin
masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan
ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio
plasenta berat
3) Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat
tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai
dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat
terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada
pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.
e. Penatalaksanaan medis
1) Perawat memeriksa adanya perdarahan
2) Perawat melakukan pemeriksaan abdomen. Pada solusio plasenta, rahim mengalami
nyeri tekan dan tonus meningkat.
3) Melakukan pemeriksaan laboratorium meliputi hitung sel darah, golongan darah, Rh,
pembekuan darah dan uji silang darah.
4) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan noninvasif urah jantung
untuk mengobservasi tanda penurunan status hemodinamika.
5) Melakukan penatalaksanaan konservatif, misalnya istirahat di tempat tidur sepanjang
masa hamil. Hal ini dilakukan bila janin belum cukup matang karena biasanya
perdarahan spontan awal pada plasenta previa tidak mengancam kehidupan ibu atau
janin. Jika paru-paru janin sudah matur dan kemungkinan hidup besar, pelahiran bisa
dilakukan.
6) Memantau status janin jika janin masih hidup setelah peristiwa perdarahan.
9
7) Pemassangan kateter tekanan intrauterin untuk mengevaluasi tonus rahim.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radio isotop
a) Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography)
Pemeriksaan ini membuat foto dengan sinar rongent lemah untuk mencoba melokalisir
plasenta. Pembaca hasil foto ini adalah ahli radiologi yang berpengalaman.
b) Sitografi
Tindakan pertama dari pemeriksaan ini yaitu mengosongkan kandung kemih, kemuddian
memassukkan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul lalu
difoto. Jika selisih kandung kemih dengan kepala lebih dari 1 cm maka kemungkinan terdapat
plasenta previa.
c) Plasentografi indirek
Pemeriksaan ini dilakukan dengan membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu
ibu dalam posisi berdiri atau duduk setengah berdiri. Hasil foto tersebut dibaca oleh ahli
radiologi berpengalaman dengan cara menghitung jarak antara kepala, simfisis, dan kepala
promontorium.
d) Arteriografi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan zat kontras ke ddalam arteri femoralis.
Hal ini dilakukan karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka akan banyak
menyerap zat kontras. Hal ini akan terlihat jelas pada foto dan lokasinya.
e) Amniografi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan zat kontras ke alam rongga amnion,
kemudian difoto dan dilihat dimana terdapat derah kosong (diluar janin)dalam rongga rahim.
f) Radio isotop plasentografi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya RISA
(radioionated serum albumin) secara intravena, lalu diikuti dengan detektor GMC.
2. Ultrasonografi
Menentukan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak menimbulkan
bahaya radiasi terhadap janin.
3. Pemeriksaan Leopold
Pemeriksaan leopold terdiri dari 4 langkah yang memiliki tujuan masing-masing. yaitu :
10
a) Pemeriksaan Leopold I
Pemeriksaan leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang
terdapat pada bagian fundus uteri. Dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap kearah ibu
- Palpasi fundus uterus
- Tentukan bagian janin yang ada pada fundus
b) Pemeriksaan Leopold II
Pemeriksaan leopold II bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin di
sepanjang sisi maternal, dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
- Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen.
- Palpasi janin di antara dua tangan.
- Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas.
c) Pemeriksaan Leopold III
Pemeriksaan leopold III bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan sudah
masuk dalam pintu panggul, dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
- Palpasi di atas simfisis pubis. Beri tekanan pada area uterus.
- Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari dengan menggerakkan
pergelangan tangan. Tentukan presentasi janin.
- Jika ada tahanan berarti ada penurunan kepala.
d) Pemeriksaan Leopold IV
Pemeriksaan leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan
Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas
panggul. Memberikan informasi tentang bagian presentasi : bokong atau kepala, sikap/attitude
(fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi), dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah ekstremitas ibu.
- Palpasi janin di antara dua tangan.
- Evaluasi penurunan bagian presentasi.
11
PENGKAJIAN PRENATAL
2. Usia : 30 tahun
4. Pekerjaan : IRT
5. Pendidikan : S1
2.
3.
C. Riwayat Ginekologi
12
Letak/presentasi Usia
TFU DJJ Keluhan Data lain
II. janin Gestasi
19 cm 3 jari dpst 149 24 minggu nyeri perut bagian
+1 hari bawah ,klien -
mengatakan nyeri
pada perutnya
terjadi setelah
melakukan aktivitas
berlebih,mengalami
perdarahan sejak 2
hari ,klien
mengeluh tiak
nyaman akibat
keseringan ingin
berkemih
C. Tanda Vital
2. Nadi : 80 x/menit
3. Suhu : 36,7 ºC
4. Pernapasan : 20 x/mnt
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala Leher
a. Kepala : kulit kepala bersih,warna rambut hitam, tidak ada benjolan maupun luka
13
b. Mata : mata simetris,konjungtiva anemis,sklera berwarna putih bersih
penghiduan baik .
d. Mulut : mukosa bibir baik ,tidak ada lesi,tidak ada caries,pengecapan baik
e. Telinga : fungsi pendengaran baik,telinga simetris antara kiri dan kanan,tidak ada
Masalah Khusus :-
2. Dada
a.Jantung :-
b. Paru :-
e.Pengeluaran ASI : ASI sudah mulai keluar berwarna kekuningan namun belum lancar
Masalah Khusus :-
3.Abdomen
Uterus
Leopold II : PUKA
Pigmentasi
14
Linea nigra : ada
Fungsi pencernaan : klien mengatakan tidak ada masalah pada pencernaan,tidak ada mual dan
muntah.
Masalah Khusus : -
Kebersihan : -
Derajat :- lokasi : -
Masalah khusus :
5.Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Edema : ya/tidak
Varises : ya/tidak
Ekstremitas Bawah
Edema : ya/tidak
Varises : ya/tidak
Refleks patela : -
15
Urin : sebelum hamil : frekuensi 4-5 kali sehari sebanyak 1-1,5 liter /hari
Selama hamil : frekuensi buang air kecil 8-10 kali namun urin yang dikeluarkan
frekuensinya sedikit
Fekal : sebelum hamil : klien BAB 2 kali sehari pada pagi hari dan malam hari
Masalah Khusus : gangguan rasa nyaman di sebabkan oleh gangguan adaptasi kehamilan
Tingkat mobilisasi : klien mengaatakaan cemas terhadaap keadaan janinnya saat klien
Latihan/senam : klien mengatakan tidak pernah mengikuti latihan atau kegiatan senam
Masalah khusus :-
Asupan nutrisi (frekuensi dan porsi makan jenis makanan) :klien mengatakan makan 3 kali
sehari ,pagi siang dan malam dengan porsi makan yang banyak dan dengan nafsu makan yang
baik
Masalah khusus : -
9.Seksualitas
Frekuensi :-
Posisi :-
Masalah Khusus:-
16
E. Dukungan suami/keluarga terhadap kehamilan: klien mengatakan selama hamil suaminya selalu
menuruti kemauannya ,suami klien juga sangat menantikan anak keduanya itu
F. Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : klien mengatakan selama hamil klien jadi sensitif dan mudah marah,mudah
Penerimaan terhadap kehamilan : klien mengatakan sangat menantikan anak keduanya karena
kehamilan nya ini adalah kehamilan yang direncanakan karena klien tidak KB sebelumnya.
Masalah khusus : -
G. Pola hidup yang meningkatkan risiko kehamilan : klien mengatakan jarang minum susu dan jarang
mengonsumsi sayur dan buah-buahan yang menyebabkan klien kekurangan gizi dan harus bedrest
total.
H. Persiapan Persalinan
□ Senam hamil
□ Perawatan payudara
Vitamin B complex
Tablet FE
Calsium
17
Utrogestan(obat penguat kandungan )
Tes goldar : AB
Dari hasil pengkajian di temukan masalah pada klien yaitu : perut kram/nyeri bagian bawah,klien
mengalami perdarahan berupa darah segar sejak 2 hari yang lalu,sering buang air kecil yang
18
KLASIFIKASI DATA
Hb : 16,6 gr%
19
ANALISA DATA
Nama Klien : NY.E
Diagnosa Medis :-
Ruang Rawat : POLI KIA
MASALAH
DATA Etiologi
KEPERAWATAN
Plasenta previa
↓
Pembentukan segmen
Data subjektif (DS) :
bawah uterus dan
Klien mengatakan terjadi perdarahan
dilatasi ostium uteri
sejak 2 hari yang lalu
↓
Data objektif (DO) :
Kontraksi uterus
Keluarnya darah segar melalui vagina Resiko perdarahan
↓
Usia kehamilan 24 minggu +1 hari
Perdarahan
HPHT : 21 juni 2021 ↓
Volume darah
menurun
↓
Resiko perdarahan
Data Subjektif (DS): Kehamilan Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri perut bagian ↓
bawah Kurangnya asupan
kalsium & phosphor
Data Objektif (DO): ↓
Klien tampak meringis Kram otot dan
TD : 110/ 70 mmHg; terjadinya pembesaran
20
Penekanan syaraf
lumbal
↓
Merangsang reseptor
nyeri perifer
↓
Impuls nyeri ke otak
↓
Nyeri akut
21
anaknya yang berusia 6 tahun Perfusi ke jaringan
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian menurun
bawah ↓
Data Objektif (DO): Kebutuhan jaringan
Usia kehamilan 24 minggu+1 hari nutrisi tidak terpenuhi
HPHT :21-06-2021 ↓
22
Rencana Keperawatan
No. Tg Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi
l Keperawatan keperawatan
23
kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan jika perlu
kolaborasi pemberian produk darah
jika perlu
kolaborasi pemberian pelunak
tinja,jika perlu
2. intervensi pendukung
a. Pemantauan cairan
Observasi :
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi napas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor warna,jumlah dan berat jenis
urine
Monitor kadar albumin dan protein
total
Monitor hasil pemeriksaan serum
Monitor keadaan output cairan
Identifikasi tanda-tanda hivopolemia
Terapeutik :
Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan ,jika
24
perlu
b. Pemantauan tanda vital
Observasi :
Monitor tekanan darah
Monitor
nadi(frekuensi,kekuatan,irama)
Monitor suhu tubuh
Monitor oksimetri nadi
Identifikasi penyebab perubahan tanda
vital
Terapeutik :
Atur intervak pemantauan sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan ,jika
perlu
25
Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
26
perlu
2. Intervensi pendukung
a. Edukasi teknik napas
Observasi :
Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan manfaat teknik
napas
Jelaskan prosedur teknik napas
Anjurkan memposisikan tubuh
senyaman mungkin
Anjurkan menutup mata dan
berkonsentrasi penuh
Ajarkan melakukan inspirasi dengan
menghirup udara melalui hidung
secara perlahan
Ajarkan melakukan ekspirasi dengan
menghembuskan udara mulut
mencucu secara perlahan
Demostrasikan menarik napas selama
4 detik,menahan napas selama 2 detik
dan menghembuskan napas selama 8
27
detik.
b. Edukasi manajemen nyeri
Observasi :
Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
Jelaskan penyebab,periode,dan
strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
3 0 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1 . intervensi utama :
6 nyaman keperawatan x24 jam di a. Terapi relaksasi
/ dapatkan criteria hasil : Observasi :
1 - Keluhan tidak
Identifikasi penurungan tingkat
2 nyaman menurun(5) energy ,ketidakmampuan
/ - Gelisah menurun(5) berkonsentrasi ,atau gejala lain yang
mengganggu kemampuan kognitif
2 Identifikasi teknik relaksasi yang
0 pernah efektif digunakan
Identifikasi kesediaan,kemampuan
2 dan penggunaan teknik sebelumnya
1 Periksa ketegangan otot ,frekuensi
nadi,tekanan darah,dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
28
Monitor respon terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik :
Edukasi :
2. intervensi pendukung
a. Latihan berkemih
Observasi :
Periksa kembali penyebab gangguan
berkemih(mis.kognitif,kehilangan
ekstremitas/fungsi
ekstremitas,kehilangan penglihatan)
29
Monitor pola dan kemampuan
berkemih
Terapeutik :
Hindari penggunaan kateter indwelling
Siapkan area toilet yang aman
Sediakan peralatan yang dibutuhkan
dekat dan mudah dijangkau
Edukasi :
Jelaskan arah-arah menuju kamar
mandi/toilet pada pasien dengan
gangguan penglihatan
Anjurkan intake cairan adekuat untuk
mendukung output urin
Anjurkan eliminasi normal dengan
beraktivitas dan olahraga sesuai
kemampuan
b. Edukasi perawatan kehamilan
Observasi :
Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Identifikasi kemampuan tentang
perawatan masa kehamilan
Terapeutik :
Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
Jelaskan perubahan fisik dan
30
psikologis pada masalah kehamilan
Jelaskan perkembangan janin
Jelaskan ketidaknyamanan selama
kehamilan
Jelaskan kebutuhan nutrisi
kehamilan
Jelaskan kebutuhan nutrisi
kehamilan
Jelaskan seksualitas masa kehamilan
Jelaskan kebutuhan aktivitas dan
istrahat
Jelaskan tanda bahaya kehamilan
Jelaskan adaptasi siblings
Jelaskan persiapaan persalian
Jelaskan system dukungan selama
kehamilan
Jelaskan persiapan menyusui
Ajarkan caara mengatasi
ketidaknyamanan selama kehamilan
Ajarkan manajemen nyeri
persalinan ]ajarkan cara perawatan
bayi
Anjurkan menerima peran baru
dalam keluarga
Anjurkan ibu rutin memeriksakan
kehamilannya
4 0 Resiko cedera pada Setelah dilakukan tindakan 1. intervensi utama
6 janin keperawatan x24 jam di a. pemantauan denyut jantung janin
/ dapatkan criteria hasil : observasi :
1 - Berat badan sesuai identifikasi status obstetrik
2 usia identifikasi riwayat obstetric
31
/ - Panjang /tinggi identifikasi adanya penggunaan
2 badan sesuai usia obat,diet dan merokok
0 identifikasi pemeriksaan kehamilan
2 sebelumnya
1 periksa denyut jantung janin selama
satu menit
monitor denyut jantung janin
monitor tandaa vital ibu
Terapeutik :
Atur posisi pasien lakukan maneuver
Leopold untuk menentuka posisi
janin
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan,jika
perlu
2.intervensi pendukung
a. konseling nutrisi
Observasi :
identifikasi kebiasaan makan dan
perilaku makan yang akan diubah
identifikasi kemajuan modifikasi diet
secara regular
monitor intake dan output cairan,nilai
hemoglobin,tekanan darah,kenaikan
berat badan dan kebiasaan membeli
makanan
Terapeutik :
bina hubungan terapeutik
32
sepakati lama waktu pemberian
konseling
tetapkan tujuan jangka pendek dan
jangka panjang yang realistis
gunakan standar nutrisi sesuai
program diet dalam mengevaluasi
kecukupan asupan makanan
pertimbangkan factor-faktor yang
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
gizi
Edukasi :
Informasikan perlunya modifikasi
diet
Jelaskan program gizi dan persepsi
pasien tentang diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
Rujuk pada ahli gizi ,jika perlu
b. manajemen perdarahan
pervaginam
observasi :
identifikasi keluhan ibu
monitor keadaan uterus dan abdomen
monitor kesadaran dan tanda vital
monitor kehilangan darah
monitor kadar hemoglobin
terapeutik :
posisikan suprine atau trendelenbung
pasang oksimetri nadi
berikan oksigen via kanul nasal 3
33
L/menit
pasang IV line dengan selang set
transfuse
pasang kateter untuk mengosongkan
kandung kemih
ambil darah untuk pemeriksaan darah
lengkap
kolaborasi :
kolaborasi pemberian uterotonika
kolaborasi pemberian antikoagulan
34