Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

POLI KESEHATAN IBU DAN ANAK


“PERDARAHAN ANTEPARTUM “

Dosen pembimbing :
Tenriwati,S.kep,Ns,M.kes

Jusriani
(A.19.11.021)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2021/2022

1
A. Definisi

perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 24 minggu


sampai kelahiran. Perdarahan pada kehamilan merupakan penyebab utama kematian maternal dan
perinatal, berkisar 35% (Amokrane, 2016).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan prevaginam semasa kehamilan dimana umur
kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebh dari 1000 gram (manuaba,2010)
Sedangkan menurut wiknjosastro(2007),perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam
yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua kehamilan.

B. Etiologi perdarahan antepartum


Penyebab utama perdarahan hamil muda, yaitu : abortus, kehamilan ektopik, dan mola
hidatidosa. Penyebab utama perdarahan antepartum , yaitu :
1. Abortus
2. Kehamilan ektopik
3. Mola hidatidosa

Sedangkan penyebab nonobsterik , yaitu :


1. Luka-luka pada jalan lahir karena terjatuh
2. Akibat koitus atau varises yang pecah dan oleh kelainan serviks, seperti karsinoma, erosio, dan
polip.
Perdarahan antepartum terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih
berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. Perdarahan antepartum dapat
disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, rupture sinus marginalis, atau vasa previa.
Diagnosa secara tetap sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi
merupakan metode pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakan plasenta previa.
Plasenta previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga
kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan janin. Ini adalah salah satu penyebab
pendarahan vaginal yang paling banyak pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta previa biasanya
digambarkan sebagai implantation dari plasenta didekat astium interna uteri (didekat cervic uteri).
Solusio plasenta digambarkan sebagai separsi premature ari plasenta dari dinding uterus. Pasien
dengan solusio plasenta secara khas memiliki gejala dengan pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal
distres.
Secara keseluruhan tingkat kematian janin pada solusio plasenta adalah 20-40%, tergantung pada
tingkat lepasnya plasenta. Nilai ini semakin tinggi tinggi pada pasien dengan riwayat merokok.
2
Sekarang ini, solusio plasenta adalah bertanggung jawab untuk kira-kira 6% kematian maternal.
Resiko solusio plasenta meningkatkan pada pasien dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun.
C. Klasifikasi
1. Plasenta previa
a. Definisi
Implantasi plasenta di bagian bawah sehingga dapat menutupi osteum uteri internum, serta
menimbulkan perdarahan saat SBR. Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir,
(prae: didepan; vias: jalan).
Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga
menutupi seluruh atau sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding
depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.
b. Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa dibagi kedalam empat bagian yaitu:
1) Plasenta previa totalis
a) Menutupi osteum uteri internum seluruhnya pada pembukaan 4 cm.
b) Plasenta previa sentralis adalah salah satu bentuk penutupan yang sentral plasenta sesuai atau
identik dengan garis tengah osteum uteri internum.
2) Plasenta previa lateralis
Bila menutupi osteum uteri internum sebagian pada pembukaan 4 cm.
3) Plasenta previa marginalis
Bila tepi plasenta berada pada tepi osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
4) Plasenta previa letak rendah
Bila tepi bawah plasenta masih dapat disentuh dengan jari, melalui osteum uteri internum pada
pembukaan 4 cm.
Dari klasifikasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan pervagina yaitu
plasenta previa totalis seperti terdapat dalam gambar berikut :

3
c. Etiologi
Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade multi para.
Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan leiomioma uteri.
d. Komplikasi
1) Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
2) Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi berat.
e. Gambaran Kinik
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja
biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal.
Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen
bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan
darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut
otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya
normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak
rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
f. Penatalaksanaan medis
1) Perawat memeriksa adanya perdarahan
2) Perawat melakukan pemeriksaan abdomen. Pada plasenta previa, rahim memiliki
tonus yang normal, lunak, rileks dan tidak nyeri tekan.
3) Melakukan pemeriksaan laboratorium meliputi hitung sel darah, golongan darah, Rh,
pembekuan darah dan uji silang darah.

4
4) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan noninvasif urah jantung
untuk mengobservasi tanda penurunan status hemodinamika.
5) Melakukan penatalaksanaan konservatif, misalnya istirahat di tempat tidur sepanjang
masa hamil. Hal ini dilakukan bila janin belum cukup matang karena biasanya
perdarahan spontan awal pada plasenta previa tidak mengancam kehidupan ibu atau
janin. Jika paru-paru janin sudah matur dan kemungkinan hidup besar, pelahiran bisa
dilakukan.
6) Memantau status janin jika janin masih hidup setelah peristiwa perdarahan.
7) Pemassangan kateter tekanan intrauterin untuk mengevaluasi tonus rahim.
8) Setelah diagnosis plasenta previa ditegakkan, ibu biasanya tetap tinggal di rumah sakit
di bawah supervisi yang ketat. Durasi kehamilan harus dipastikan kecuali dalam
keadaan darurat, kehamilan ditunda sampai setelah minggu ke-36. Biasanya dilakukan
pelahiran sesaria bagi ibu dengan plasenta previa (Cunningham, dkk., 1993).
2. Solusio Plasenta
a. Definisi
Merupakan perdarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta dari insersinya di
fundus uteri sebelum waktu persalinan. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari
tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila
terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.

5
b. Klasifikasi
1) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta
a) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
b) Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
c) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
2) Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan 
a) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
b) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter
c) Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
3) Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio
plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
a) Ringan :
- Perdarahan <100-200 cc
- Uterus tidak tegang
- Belum ada tanda renjatan
- Janin hidup
- Pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan
- Kadar fibrinogen plasma >150 mg%
- Tanda fetal distres belum tampak.
- Terdapat perdarahan hitam pervaginaan.
- Tanpa gangguan pembekuan darah fibrinogen di atas 250 mg %.
b) Sedang :
- Perdarahan lebih 200 cc
- Uterus tegang dan janin sulit untuk diraba
- Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD.
- Pemeriksaan dalam ketuban tegang.
- Terdapat tanda pre renjatan
- Gawat janin atau janin telah mati

6
- Pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan
- Kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
- Tanda persalinan telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.
c) Berat :
- Uterus tegang dan berkontraksi tetanik
- Perut nyeri dan tegang, bagian janin sulit diraba seperti papan.
- Terdapat tanda renjatan
- Pemeriksaan alam ketuban tegang.
- Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD.
- Gangguan ginjal sudah mulai tampak.
- Pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
- Darah dapat masuk otot rahim, uterus couvelaire yang menyebabkan atonia uteri
serta perdarahan pascapartus.
- Terdapat gangguan pembekuan darah fibrinogen kurang dari 100 mg %-150 mg
%.
c. Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi, yaitu :
1) Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.
Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus
solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai
penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2) Faktor trauma
a) Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi
luar atau tindakan pertolongan persalinan
c) Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3) Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa  makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.

7
4) Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma
6) Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh
darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti
secara definitif
7) Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
8) Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
9) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan,dan lain-lain.
d. Gambaran Klinis
1) Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat
pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi
perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa
agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian,
bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu
diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.
2) Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4  bagian, tetapi belum 2/3 luas
permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan,

8
tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak
lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan
pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000
ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih
hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-
menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin
masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan
ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio
plasenta berat
3) Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat
tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai
dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat
terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada
pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.

e. Penatalaksanaan medis
1) Perawat memeriksa adanya perdarahan
2) Perawat melakukan pemeriksaan abdomen. Pada solusio plasenta, rahim mengalami
nyeri tekan dan tonus meningkat.
3) Melakukan pemeriksaan laboratorium meliputi hitung sel darah, golongan darah, Rh,
pembekuan darah dan uji silang darah.
4) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan noninvasif urah jantung
untuk mengobservasi tanda penurunan status hemodinamika.
5) Melakukan penatalaksanaan konservatif, misalnya istirahat di tempat tidur sepanjang
masa hamil. Hal ini dilakukan bila janin belum cukup matang karena biasanya
perdarahan spontan awal pada plasenta previa tidak mengancam kehidupan ibu atau
janin. Jika paru-paru janin sudah matur dan kemungkinan hidup besar, pelahiran bisa
dilakukan.
6) Memantau status janin jika janin masih hidup setelah peristiwa perdarahan.

9
7) Pemassangan kateter tekanan intrauterin untuk mengevaluasi tonus rahim.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radio isotop
a) Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography)
Pemeriksaan ini membuat foto dengan sinar rongent lemah untuk mencoba melokalisir
plasenta. Pembaca hasil foto ini adalah ahli radiologi yang berpengalaman.
b) Sitografi
Tindakan pertama dari pemeriksaan ini yaitu mengosongkan kandung kemih, kemuddian
memassukkan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul lalu
difoto. Jika selisih kandung kemih dengan kepala lebih dari 1 cm maka kemungkinan terdapat
plasenta previa.
c) Plasentografi indirek
Pemeriksaan ini dilakukan dengan membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu
ibu dalam posisi berdiri atau duduk setengah berdiri. Hasil foto tersebut dibaca oleh ahli
radiologi berpengalaman dengan cara menghitung jarak antara kepala, simfisis, dan kepala
promontorium.
d) Arteriografi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan zat kontras ke ddalam arteri femoralis.
Hal ini dilakukan karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka akan banyak
menyerap zat kontras. Hal ini akan terlihat jelas pada foto dan lokasinya.
e) Amniografi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan zat kontras ke alam rongga amnion,
kemudian difoto dan dilihat dimana terdapat derah kosong (diluar janin)dalam rongga rahim.
f) Radio isotop plasentografi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya RISA
(radioionated serum albumin) secara intravena, lalu diikuti dengan detektor GMC.
2. Ultrasonografi
Menentukan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak menimbulkan
bahaya radiasi terhadap janin.
3. Pemeriksaan Leopold
Pemeriksaan leopold terdiri dari 4 langkah yang memiliki tujuan masing-masing. yaitu :

10
a) Pemeriksaan Leopold I
Pemeriksaan leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang
terdapat pada bagian fundus uteri. Dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap kearah ibu
- Palpasi fundus uterus
- Tentukan bagian janin yang ada pada fundus
b) Pemeriksaan Leopold II
Pemeriksaan leopold II bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin di
sepanjang sisi maternal, dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
- Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen.
- Palpasi janin di antara dua tangan.
- Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas.
c) Pemeriksaan Leopold III
Pemeriksaan leopold III bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan sudah
masuk dalam pintu panggul, dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
- Palpasi di atas simfisis pubis. Beri tekanan pada area uterus.
- Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari dengan menggerakkan
pergelangan tangan. Tentukan presentasi janin.
- Jika ada tahanan berarti ada penurunan kepala.
d) Pemeriksaan Leopold IV
Pemeriksaan leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan
Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas
panggul. Memberikan informasi tentang bagian presentasi : bokong atau kepala, sikap/attitude
(fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi), dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah ekstremitas ibu.
- Palpasi janin di antara dua tangan.
- Evaluasi penurunan bagian presentasi.

11
PENGKAJIAN PRENATAL

Nama Preeptee : Jusriani Tgl. Pengkajian : 06 desember 2021


Nim : A.19.11.021 Ruangan/RS : POLI KIA
I. DATA UMUM KLIEN
A. Bio Data
1. Inisial Klien : Ny.E

2. Usia : 30 tahun

3. Status perkawinan : Menikah

4. Pekerjaan : IRT

5. Pendidikan : S1

B. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu


Keadaan Pengalama Waktu
J Masalah
Jenis Bayi n &
No. Tahun Penolong kehamila
persalinan K waktu Menyusui Lamany
n
lahir ekslusif a
1. 2014 Normal Bidan L sehat Tidak ada ada 2 tahun

2.

3.

C. Riwayat Ginekologi

1. Masalah ginekologi : tidak ada masalah

2. Riwayat KB : klien mengatakan tidak pernah KB sebelumnya

D. Riwayat Kehamilan saat ini

HPHT : 21-06 2021 Taksiran partus : 28 -03-2022

BB sebelum hamil : 43 TD sebelum hamil : 100/60 mmhg

12
Letak/presentasi Usia
TFU DJJ Keluhan Data lain
II. janin Gestasi
19 cm 3 jari dpst 149 24 minggu nyeri perut bagian
+1 hari bawah ,klien -
mengatakan nyeri
pada perutnya
terjadi setelah
melakukan aktivitas
berlebih,mengalami
perdarahan sejak 2
hari ,klien
mengeluh tiak
nyaman akibat
keseringan ingin
berkemih

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


A. Status obstetrik : G2 P1 A0 H1 ,+ UK 24 minggu 1 hari

B. Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis BB/TB : 51/155 Kg/cm

C. Tanda Vital

1. Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg;

2. Nadi : 80 x/menit

3. Suhu : 36,7 ºC

4. Pernapasan : 20 x/mnt

D. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala Leher

a. Kepala : kulit kepala bersih,warna rambut hitam, tidak ada benjolan maupun luka

13
b. Mata : mata simetris,konjungtiva anemis,sklera berwarna putih bersih

c. Hidung : keadaan hidung bersih,tidak ada secret,tidak ada peradangan,fungsi

penghiduan baik .

d. Mulut : mukosa bibir baik ,tidak ada lesi,tidak ada caries,pengecapan baik

e. Telinga : fungsi pendengaran baik,telinga simetris antara kiri dan kanan,tidak ada

secret,dan tidak ada nyeri

f. Leher : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri

Masalah Khusus :-

2. Dada

a.Jantung :-

b. Paru :-

c.Payudara : letak payudara simetris

d. Puting susu : puting susu menonjol

e.Pengeluaran ASI : ASI sudah mulai keluar berwarna kekuningan namun belum lancar

Masalah Khusus :-

3.Abdomen

 Uterus

TFU : 19 cm kontraksi : ya/tidak

Leopold I : usia kehamilan 24 minggu (3 jari dpst)

Leopold II : PUKA

Leopold III : kepala/bokong/kosong

Leopold IV : BAP(bagian atas panggul)

 Pigmentasi

14
Linea nigra : ada

Striae : ada (terdapat stretch mark pada bagian perut ibu)

Fungsi pencernaan : klien mengatakan tidak ada masalah pada pencernaan,tidak ada mual dan

muntah.

Masalah Khusus : -

4.Perineum dan genetalia

 Vagina : varises; ya/tidak

Kebersihan : -

Keputihan : klien mengatakan tidak mengalami keputihan selama kehamilan

Jenis/warna :- Konsistensi : - Bau : -

 Hemorrhoid : klien mengatakan tidak ada wasir

Derajat :- lokasi : -

Berapa lama :- nyeri : ya/tidak

Masalah khusus :

5.Ekstremitas

 Ekstremitas Atas

Edema : ya/tidak

Varises : ya/tidak

 Ekstremitas Bawah

Edema : ya/tidak

Varises : ya/tidak

Refleks patela : -

Masalah khusus : tidak ada masalah khusus


6.Eliminasi

15
 Urin : sebelum hamil : frekuensi 4-5 kali sehari sebanyak 1-1,5 liter /hari

Selama hamil : frekuensi buang air kecil 8-10 kali namun urin yang dikeluarkan

frekuensinya sedikit

 Fekal : sebelum hamil : klien BAB 2 kali sehari pada pagi hari dan malam hari

Selama hami : klien mengatakan selama hamil klien jarang BAB

Masalah Khusus : gangguan rasa nyaman di sebabkan oleh gangguan adaptasi kehamilan

7.Mobilisasi dan Latihan

 Tingkat mobilisasi : klien mengaatakaan cemas terhadaap keadaan janinnya saat klien

mengalaami perdarahan sejak 3 hari yang lalu

 Latihan/senam : klien mengatakan tidak pernah mengikuti latihan atau kegiatan senam

Masalah khusus :-

8.Nutrisi dan Cairan

 Asupan nutrisi (frekuensi dan porsi makan jenis makanan) :klien mengatakan makan 3 kali

sehari ,pagi siang dan malam dengan porsi makan yang banyak dan dengan nafsu makan yang

baik

 Nafsu makan : baik/kurang/tidak ada

 Asupan cairan : 2.400 cc/hari, jenis : air putih

Masalah khusus : -

9.Seksualitas

 Frekuensi :-

 Posisi :-

Masalah Khusus:-

16
E. Dukungan suami/keluarga terhadap kehamilan: klien mengatakan selama hamil suaminya selalu

menuruti kemauannya ,suami klien juga sangat menantikan anak keduanya itu

F. Keadaan Mental

 Adaptasi psikologis : klien mengatakan selama hamil klien jadi sensitif dan mudah marah,mudah

cemas dan mudah lelah.

 Penerimaan terhadap kehamilan : klien mengatakan sangat menantikan anak keduanya karena

kehamilan nya ini adalah kehamilan yang direncanakan karena klien tidak KB sebelumnya.

Masalah khusus : -

G. Pola hidup yang meningkatkan risiko kehamilan : klien mengatakan jarang minum susu dan jarang

mengonsumsi sayur dan buah-buahan yang menyebabkan klien kekurangan gizi dan harus bedrest

total.

H. Persiapan Persalinan

□ Senam hamil

 Rencana tempat melahirkan

 Kesiapan biaya persalinan

□ Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu

 Kesiapan mental ibu dan keluarga

 Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan

□ Perawatan payudara

I. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :

 Vitamin B complex

 Tablet FE

 Calsium

17
 Utrogestan(obat penguat kandungan )

J. Hasil pemeriksaan penunjang :

 Tes lab HB : 16,6 gr%

 Tes goldar : AB

 Tes lab protein urin : negatif

III.RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN

Dari hasil pengkajian di temukan masalah pada klien yaitu : perut kram/nyeri bagian bawah,klien

mengalami perdarahan berupa darah segar sejak 2 hari yang lalu,sering buang air kecil yang

menyebabkan rasa tidak nyaman.

IV. Perencanaan Kunjungan Rumah : -

18
KLASIFIKASI DATA

Nama Klien : Ny. E


Diagnosa Medis : -
Ruang Rawat : P.KIA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


 klien mengeluh kram/nyeri di perut 
Keluarnya darah segar melalui
bagian bawah setelah melakukan vagina
 Klien taampak meringis
aktivitas berat
 KU : Baik
 Klien mengatakan sering
menggendong anaknya yang berusia  HTP : 28 maret 2022
6 tahun  TTV :
 klien mengatakan mengalami
TD : 110/ 70 mmHg;
perdarahan sejak 2 hari yang lalu
 klien mengatakan tidak nyaman N : 80 x/m

karena keseringan ingin berkemih S : 36,7 ºC


 klien mengatakan umur
P: 20 x/mnt
kehamilannya baru 24 minggu +1
hari  P. LAB :

 HPHT : 21 juni 2021 Alb : Negatif


 Tafsiran partus : 28 maret 2022
Red : Negatif

Hb : 16,6 gr%

19
ANALISA DATA
Nama Klien : NY.E
Diagnosa Medis :-
Ruang Rawat : POLI KIA

MASALAH
DATA Etiologi
KEPERAWATAN

Plasenta previa

Pembentukan segmen
Data subjektif (DS) :
bawah uterus dan
 Klien mengatakan terjadi perdarahan
dilatasi ostium uteri
sejak 2 hari yang lalu

Data objektif (DO) :
Kontraksi uterus
 Keluarnya darah segar melalui vagina Resiko perdarahan

 Usia kehamilan 24 minggu +1 hari
Perdarahan
 HPHT : 21 juni 2021 ↓
Volume darah
menurun

Resiko perdarahan
Data Subjektif (DS): Kehamilan Nyeri akut
 Klien mengeluh nyeri perut bagian ↓
bawah Kurangnya asupan
kalsium & phosphor
Data Objektif (DO): ↓
 Klien tampak meringis Kram otot dan
 TD : 110/ 70 mmHg; terjadinya pembesaran

 N : 80 x/m pada janin



Peningkatan massa
abdomen

20
Penekanan syaraf
lumbal

Merangsang reseptor
nyeri perifer

Impuls nyeri ke otak

Nyeri akut

Data Subjektif (DS): Pembesaran uterus Gangguan rasa nyaman


 Klien mengeluh sering buang air kecil ↓
 Klien mengeluh tidak nyaman Desakan pembesaran
Data Objektif (DO): rahim

 Pola eliminasi berubah ↓


Penurunan kapasitas
kandung kemih

Inkontinensia

Gangguan eliminasi
urin

Gangguan adaptasi
kehamilan

Gangguan rasa
nyaman
Data Subjektif (DS): Kelelahan Resiko cedera pada
 Klien mengeluh kelelahan setelah ↓ janin
melakukan aktivitas berat Nyeri abdomen
 Klien mengatakan sering menggendong ↓

21
anaknya yang berusia 6 tahun Perfusi ke jaringan
 Klien mengeluh nyeri pada perut bagian menurun
bawah ↓
Data Objektif (DO): Kebutuhan jaringan
 Usia kehamilan 24 minggu+1 hari nutrisi tidak terpenuhi
 HPHT :21-06-2021 ↓

 Tafsiran partus : 28-03-2022 Kekurangan gizi pada


ibu

Janin tidak
mendapatkan nutrisi
yang cukup

Resiko cedera pada
janin

Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. Resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (placenta previa/abrupsio)


2. nyeri akut b.d pembesaran pada rahim yang menyebabkan tekanan pada otot perut
3. gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan
4. resiko cedera pada janin b.d kelelahan

22
Rencana Keperawatan
No. Tg Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi
l Keperawatan keperawatan

1 0 Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. intervensi utama :


6 Definisi :berisiko keperawatan x24 jam di a. pencegahan perdarahan
/ mengalami dapatkan criteria hasil : Observasi :
1 kehilangan darah - hemoglobin  monitor tanda dan gejala perdarahan
2 baik internal (terjadi membaik(5)  monitor nilai hematokrit/hemoglobin
/ didalam tubuh) - tekanan darah sebelum dan setelah kehilangan darah
2 maupun eksternal membaik(5)  monitor tanda-tanda vital ortostatis
0 (terjadi hingga - berat badan  monitor koagulasi
2 keluar tubuh) membaik (5) terapeutik :
1 - nyeri abdomen  pertahankan bed rest selama
menurun(5) perdarahan
 batasi tindakan invasive,jika perlu
 gunakan kasur pencegah dekubltus
 hindari pengukuran suhu rectal
edukasi :
 jelaskan tanda dan gejalaa perdarahan
 anjurkan menggunakan kaos kaki saat
ambulasi
 anjurkan meningkatkan asupan cairan
untuk menghindari konstipasi
 anjurkan menghindari aspirin atau
koagulasi
 anjurkan meningkatkan aasupan
maakanan dan vitamin K
 anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
kolaborasi :

23
 kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan jika perlu
 kolaborasi pemberian produk darah
jika perlu
 kolaborasi pemberian pelunak
tinja,jika perlu
2. intervensi pendukung
a. Pemantauan cairan
Observasi :
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor warna,jumlah dan berat jenis
urine
 Monitor kadar albumin dan protein
total
 Monitor hasil pemeriksaan serum
 Monitor keadaan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hivopolemia
Terapeutik :
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan ,jika

24
perlu
b. Pemantauan tanda vital
Observasi :
 Monitor tekanan darah
 Monitor
nadi(frekuensi,kekuatan,irama)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor oksimetri nadi
 Identifikasi penyebab perubahan tanda
vital
Terapeutik :
 Atur intervak pemantauan sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan ,jika
perlu

2 0 Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Intervensi utama


6 akut keperawatan x24 jam di a. Manajemen nyeri
/ dapatkan criteria hasil : Observasi :
1 - Keluhan nyeri  lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
2 menurun(5) kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
/ - Meringis
 Identifikasi respon nyeri non verbal
2 menurun(5)  Identifikasi faktor yang memperberat
0 - Frekuensi nadi dan memperingan nyeri
2 membaik(5)  Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
1
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri

25
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik :

 Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi :

 Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika

26
perlu

2. Intervensi pendukung
a. Edukasi teknik napas
Observasi :
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
 Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan manfaat teknik
napas
 Jelaskan prosedur teknik napas
 Anjurkan memposisikan tubuh
senyaman mungkin
 Anjurkan menutup mata dan
berkonsentrasi penuh
 Ajarkan melakukan inspirasi dengan
menghirup udara melalui hidung
secara perlahan
 Ajarkan melakukan ekspirasi dengan
menghembuskan udara mulut
mencucu secara perlahan
 Demostrasikan menarik napas selama
4 detik,menahan napas selama 2 detik
dan menghembuskan napas selama 8

27
detik.
b. Edukasi manajemen nyeri
Observasi :
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
 Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
 Jelaskan penyebab,periode,dan
strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
3 0 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1 . intervensi utama :
6 nyaman keperawatan x24 jam di a. Terapi relaksasi
/ dapatkan criteria hasil : Observasi :
1 - Keluhan tidak
 Identifikasi penurungan tingkat
2 nyaman menurun(5) energy ,ketidakmampuan
/ - Gelisah menurun(5) berkonsentrasi ,atau gejala lain yang
mengganggu kemampuan kognitif
2  Identifikasi teknik relaksasi yang
0 pernah efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan,kemampuan
2 dan penggunaan teknik sebelumnya
1  Periksa ketegangan otot ,frekuensi
nadi,tekanan darah,dan suhu sebelum
dan sesudah latihan

28
 Monitor respon terhadap terapi
relaksasi

Terapeutik :

 Ciptakan lingkungan tenang dan


tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman,jika
memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
 Gunkan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain,jika sesuai

Edukasi :

 Jelaskan tujuan ,manfaat,batasan dan


jenis relaksasi yang tersedia(mis
.musik,meditasi napas
dalam,relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan
sennsasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulangi
 Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi

2. intervensi pendukung
a. Latihan berkemih
Observasi :
 Periksa kembali penyebab gangguan
berkemih(mis.kognitif,kehilangan
ekstremitas/fungsi
ekstremitas,kehilangan penglihatan)

29
 Monitor pola dan kemampuan
berkemih
Terapeutik :
 Hindari penggunaan kateter indwelling
 Siapkan area toilet yang aman
 Sediakan peralatan yang dibutuhkan
dekat dan mudah dijangkau
Edukasi :
 Jelaskan arah-arah menuju kamar
mandi/toilet pada pasien dengan
gangguan penglihatan
 Anjurkan intake cairan adekuat untuk
mendukung output urin
 Anjurkan eliminasi normal dengan
beraktivitas dan olahraga sesuai
kemampuan
b. Edukasi perawatan kehamilan
Observasi :
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
 Identifikasi kemampuan tentang
perawatan masa kehamilan
Terapeutik :
 Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
 Jelaskan perubahan fisik dan

30
psikologis pada masalah kehamilan
 Jelaskan perkembangan janin
 Jelaskan ketidaknyamanan selama
kehamilan
 Jelaskan kebutuhan nutrisi
kehamilan
 Jelaskan kebutuhan nutrisi
kehamilan
 Jelaskan seksualitas masa kehamilan
 Jelaskan kebutuhan aktivitas dan
istrahat
 Jelaskan tanda bahaya kehamilan
 Jelaskan adaptasi siblings
 Jelaskan persiapaan persalian
 Jelaskan system dukungan selama
kehamilan
 Jelaskan persiapan menyusui
 Ajarkan caara mengatasi
ketidaknyamanan selama kehamilan
 Ajarkan manajemen nyeri
persalinan ]ajarkan cara perawatan
bayi
 Anjurkan menerima peran baru
dalam keluarga
 Anjurkan ibu rutin memeriksakan
kehamilannya
4 0 Resiko cedera pada Setelah dilakukan tindakan 1. intervensi utama
6 janin keperawatan x24 jam di a. pemantauan denyut jantung janin
/ dapatkan criteria hasil : observasi :
1 - Berat badan sesuai  identifikasi status obstetrik
2 usia  identifikasi riwayat obstetric
31
/ - Panjang /tinggi  identifikasi adanya penggunaan
2 badan sesuai usia obat,diet dan merokok
0  identifikasi pemeriksaan kehamilan
2 sebelumnya
1  periksa denyut jantung janin selama
satu menit
 monitor denyut jantung janin
 monitor tandaa vital ibu
Terapeutik :
 Atur posisi pasien lakukan maneuver
Leopold untuk menentuka posisi
janin
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan,jika
perlu
2.intervensi pendukung
a. konseling nutrisi
Observasi :
 identifikasi kebiasaan makan dan
perilaku makan yang akan diubah
 identifikasi kemajuan modifikasi diet
secara regular
 monitor intake dan output cairan,nilai
hemoglobin,tekanan darah,kenaikan
berat badan dan kebiasaan membeli
makanan
Terapeutik :
 bina hubungan terapeutik

32
 sepakati lama waktu pemberian
konseling
 tetapkan tujuan jangka pendek dan
jangka panjang yang realistis
 gunakan standar nutrisi sesuai
program diet dalam mengevaluasi
kecukupan asupan makanan
 pertimbangkan factor-faktor yang
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
gizi
Edukasi :
 Informasikan perlunya modifikasi
diet
 Jelaskan program gizi dan persepsi
pasien tentang diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
 Rujuk pada ahli gizi ,jika perlu
b. manajemen perdarahan
pervaginam
observasi :
 identifikasi keluhan ibu
 monitor keadaan uterus dan abdomen
 monitor kesadaran dan tanda vital
 monitor kehilangan darah
 monitor kadar hemoglobin
terapeutik :
 posisikan suprine atau trendelenbung
 pasang oksimetri nadi
 berikan oksigen via kanul nasal 3

33
L/menit
 pasang IV line dengan selang set
transfuse
 pasang kateter untuk mengosongkan
kandung kemih
 ambil darah untuk pemeriksaan darah
lengkap
kolaborasi :
 kolaborasi pemberian uterotonika
 kolaborasi pemberian antikoagulan

34

Anda mungkin juga menyukai