Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

CVA (CEREBRO VASKULER ACCIDENT)


DI RUANG 27 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh:
PROFESI NERS STIKES KEPANJEN
PROFESI NERS STIKES MATARAM

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG DI RUANG 27

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Susunan Acara Di Ruang 27 RSUD dr.Saiful Anwar Malang telah di setujui


pada :

Hari :
Tanggal :
Jam :

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( .) ( )

Mengetahui,

Kepala Ruangan CVCU

( )

SATUAN ACARA PENYULUHAN


( SAP )

Pokok Bahasan : CVA (Stroke)


Sasaran : Keluarga pasien Ruang 27 Rumah Sakit dr.Saiful Anwar
Malang
Tempat : Ruang 27 Rumah Sakit dr.Saiful Anwar Malang
Hari/Tanggal : Kamis / 31 Oktober 2019
Waktu : 30 menit
Penyuluh : PROFESI NERS STIKES KEPANJEN
PROFESI NERS STIKES MATARAM

Latar Belakang
Stroke adalah masalah neurologik primer di Amerika Serikat dan di dunia.
Berdasarkan penelitian epidemiologi dan survei di beberapa negara menunjukkan
bahwa insidens stroke berada pada kisaran 59 – 449 per 100.000 penduduk. Di
Amerika Serikat tercatat 700.000 penderita stroke, 500 orang diantaranya
merupakan penderita stroke baru dan 300 orang mengalami serangan kedua.
Sedangkan di Thailand menunjukkan angka 460 per 100.000 penduduk. Di
Indonesia sekitar 800 – 1000 kasus stroke baru tiap tahun. Diperkirakan mulai
tahun 1983 – 2023 angka kejadian stroke meningkat 30% setiap tahun.

Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden


dalam beberapa waktu terakhir ini, stroke tetap menjadi penyebab kematian
ketiga, dengan laju mortalitas 18-37% untuk stroke pertama dan sebesar 62%
untuk stroke selanjutnya. Terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dengan
stroke dan memiliki beberapa kecacatan dari angka ini, 40% memerlukan bantuan
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, meskipun angka kejadian
stroke belum diketahui secara pasti, namun stroke perlu mendapat perhatian
khusus karena merupakan penyebab kematian tertinggi setelah jantung dan
kanker.

A. Tujuan intruksional
2.1 Tujuan umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang stroke selama      1 x 30
menit diharapkan keluarga pasien mengerti tentang stroke.

2.2 Tujuan khusus


1. Pasien dan keluarga mampu memahami pengertian CVA
2. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang faktor resiko terjadinya
stroke
3. Pasien dan keluarga mampu memahami tanda gejala dari stroke serta
B. Sasaran
Sasaran penyuluhuan adalah keluarga pasien.
C. Metode
Metode penyuluhan yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab.
D. Media
Media yang digunakan saat penyuluhan adalah leaflet dan LCD

E. Kegiatan Belajar Mengajar


Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Metode Media
Pembukaan 5 menit Mengucapkan salam •Mendengarkan Ceramah -
Memperkenalkan diri •Memperhatikan
Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
Menggali pengetahuan •Menjawab apa
yang dimiliki pasien yang diketahui
dan keluarga tentang
pencegahan infeksi
nosokomial

  

Penyajian 15 •Menjelaskan tentang: •Mendengarkan Ceramah, Leaflet


menit 1. Menjelaskan materi dan menyimak Tanya
penyuluhan •Memberikan jawab
2. Pasien dan keluarga tanggapan dan
memperhatikan pertanyaan
penjelasan tentang mengenai hal
stroke yang kurang
3. Penyaji dimengerti
memutarkan video
mengenai stroke
4. Pasien dan keluarga
menanyakan
tentang hal-hal
yang belum jelas
•Memberi kesempatan
untuk bertanya/diskusi
tentang materi
penyuluhan
Penutup 10 •Mengevaluasi •Menjawab Ceramah, Leaflet
menit pengetahuan peserta pertanyaan Tanya
setelah dilakukan jawab
penyuluhan •Mendengarkan
•Menyimpulkan hasil
kegiatan penyuluhan •Menjawab salam
•Menutup dengan salam

F. Evaluasi
a. Proses :
- Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
- Media yang digunakan adalah leaflet, LCD, laptop
- Waktu penyuluhan adalah 30 menit
- Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
- Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
- Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan penyuluhan
berlangsung
- Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan

b. Hasil :
- Setelah di berikan penyuluhan, diharapkan peserta penyuluhan dapat
mengerti tentang stroke
- Diharapkan setelah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan
pengetahuan dan perubahan pandangan mengenai stroke

G. Pengorganisasian (lampiran 1)
H. Materi (lampiran 2)
I. Daftar Pustaka (lampiran 3)

Lampiran 2
MATERI PENYULUHAN
CEREBRO VASKULER ACCIDENT (CVA)
1. Definisi
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA), adalah sindrom klinis yang awal
timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologi fokal
dan/global, yang berlangsung dalam 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini
berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan
10-20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia
otak sepintas (Transient Ischaemia Attack = TIA) (Mansjoer, 2007)

Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang


diakibatkan oleh gangguan supalai darah ke bagian otak. (Brunner &
Sudarth, 2002)
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
supalai darah kebagian otak. (Brunner & Sudarth, 2010)
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak. (Elizabeth J. Corwin, 2002)

2. Faktor resiko
Terkontrol (factor yang dapat di kendalikan)

a. Obesitas
b. Hipertensi
c. DM
d. Dehidrasi
e. Kolesterol Tinggi
f. Merokok
g. Physical inactivity
Uncontrollable (Faktor yang tidak dapat di kendalikan)

a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Ras
d. Keturunan

3. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan oleh beberapa kejadian berikut:
a. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).
Trombosis serebral merupakan penyebab tersering, dimana adanya
trombosis menyebabkan perlambatan sirkulasi serebral. Tanda-tanda dari
trombosis serebral sangat bervariasi, mulai dari pusing, perubahan kognitif,
atau kejang. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba.
Akan terjadi kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parasthesia akan
mendahului sebelum terjadinya paralisis yang lebih berat.
b. Emboli Serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain).
Adanya abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis,
penyakit jantung reumatik, IMA, kegagalan pacu jantung, fibrilasi atrium
adalah kemungkinan penyebab dari emboli serebral dan stroke. Embolus
biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang
dapat merusak sirkulasi serebral.
c. Iskemia Serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
konstriksi akibat ateroma pada arteri yang menyuplai aliran darah ke otak.
d. Hemoragi serebral
Hemoragi serebral terjadi akibat pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Perdarahan dapat
terjadi di luar dura meter (hemoragi ekstradural atau epidural), di bawah
dura meter (hemoragi subdural), atau di dalam substansi otak (hemoragi
intraserebral).

4. Macam – Macam Stroke


a. Iskemik/infark otak.
Lebih kurang 70% disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah atau disebut infark iskemik.

i. Trombosis, akibat proses arterosklerosis, yaitu mengerasnya pembuluh


darah yang mengakibatkan penebalan dan menurunnya kelenturan
pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan. Stroke iskemik biasanya
terjadi pada waktu tidur atau dalam keadaan santai.
ii. Emboli, akibat embolus dari jantung dan pembuluh darah besar leher.
iii. Arteritis, akibat radang pada otak.
b. Peredaran darah otak, akibat pecahnya pembuluh darah karena tekanan
darah tinggi (hipertensi).
i. Perdarahan Intraserebral (PIS) : biasanya akibat hipertensi berat.
ii. Perdarahan Subarachnoid (PSA) : biasanya akibat aneurisme

5. Tanda Gejala
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis fokal, tergantung pada lokasi
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral.
No. Defisit Neurologis Manifestasi
1. Defisit lapang penglihatan
Homonimus hemianopsia - Tidak menyadari orang atau objek.
(kehilangan setengah lapang - Mengabaikan salah satu sisi tubuh.
penglihatan) - Kesulitan menilai jarak.
Kehilangan penglihatan - Kesulitan melihat pada malam hari.
perifer - Tidak menyadari obyek atau batas
obyek.
Diplopia - Penglihatan ganda.
2. Defisit motorik
Hemiparesis - Kelemahan wajah, lengan, dan kaki
pada sisi yang sama (karena lesi
pada hemisfer yang berlawanan).
Hemiplegia - Paralisis wajah, lengan, dan kaki
pada sisi yang sama (karena lesi
pada hemisfer yang berlawanan).
Ataksia - Berjalan tidak mantap.
- Tidak mampu menyatukan kai saat
berdiri, perlu dasar berdiri yang
luas.
Disartria - Kesulitan dalam membentuk kata.
Disfagia - Kesulitan dalam menelan.
3. Defisit sensori
Parestesia (terjadi pada sisi - Kebas dan kesemutan pada bagian
berlawanan dari lesi) tubuh.
- Kesulitan dalam propriosepsi.
4. Defisit verbal
Afasia ekspresif - Tidak mampu membentuk kata yang
dapat dipahami; mungkin mampu
bicara dalam respon kata tunggal.
Afasia reseptif - Tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan; mampu bicara tapi
tidak masuk akal.
Afasia global - Kombinasi antara afasia ekspresif
dan reseptif.
5. Defisit kognitif - Kehilangan memori jangka pendek
dan panjang.
- Penurunan lapang perhatian.
- Kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi.
- Perubahan penilaian.
6. Defisit emosi - Kehilangan kontrol diri.
- Labilitas emosi.
- Penurunan toleransi pada situasi
yang menimbulkan stres.
- Depresi
- Menarik diri
- Rasa takut, bermusuhan, dan marah.
- Perasaan isolasi.

6. Pemeriksaan
a. Scan Tomographi (CT Scan)
Bermanfaat dalam membandingkan lesi serebrovaskular dan lesi
non vaskular.

b. MRI
Dapat membantu dalam membandingkan diagnosa stroke. MRI
lebih sensitif dari CT Scan dalam mendeteksi infark serebri dini
dan infark batang otak.

c. Pemeriksaan Ultrasonografi atau Doppler


Merupakan prosedur noninvasif untuk membantu mendiagnosa
sumbatan arteri

d. Pemeriksaan EKG
Dapat menentukan apakah terjadi disritmia yang dapat
menyebabkan stroke. Perubahan EKG lainnya yang dapat
ditemukan adalah inversi gelombang T, depresi ST, kenaikan dan
perpanjangan QT

e. Neurosonografi
Mendeteksi adanya stenosis pembuluh darah ekstrakranial dan
intrakranial didalam membantu evaluasi diagnostik, etiologi, terapi
dan prognosis

7. Pengobatan
Terapi yang perlu diberikan untuk pasien dengan stroke meliputi terapi
farmakologis, nonfarmakologis dan tindakan pembedahan bila diperlukan.
a. Terapi Farmakologis
 Hipertensi: anti hipertensi seperti penyekat alpha beta (labetalol),
penghambat ACE (kaptopril) dan antagonis kalsium (nifetidin)
 Penyakit jantung : anti platelet, anti koagulan dan anti aritmia
 Diabetes : OAD (Obat Anti Diabetes)
 Hiperlipidemia : Statin

b. Terapi Nonfarmakologis
 Diet yang tepat untuk pasien stroke:
 Energi cukup 25-45 kkal/kg BB, pada fase akut energi
diberikan 1100-1500 kkal/hari
 Protein cukup 0,8-1 gr/kg BB, apabila pasien disertai
komplikasi gagal ginjal kronik (GGK), protein diberikan rendah
(0,6gr/kg BB)
 Lemak cukup 20-30% dari kebutuhan energi total
 Karbohidrat cukup yaitu 60-70% dari energi total
 Kolesterol dibatasi kurang dari 300 mg
 Vitamin, cairan, serat dan mineral yang cukup
 Aktifitas fisik dan olahraga setiap hari secara teratur
 Stop merokok, minum alkohol dan kopi
c. Tindakan pembedahan
 Asymtomatic Carotid Stenosis : End arterectomy
Carotid Stent Angioplasty
 AVM : Micro surgery, Gamma knife Radio Surgery
 Aneurisme : Endovaskuler Surgery
Selain ketiga terapi diatas, perlu juga dilakukan upaya pemulihan yang
meliputi:
1. Rehabilitasi awal : meliputi pengaturan posisi, perawatan kulit,
fisioterapi dada, fungsi menelan, fungsi berkemih, dan gerakan pasif
pada semua ekstremitas.
2. Mobilisasi aktif sedini mungkin secara bertahap sesuai toleransi
setelah kondisi neurologis dan hemodinamik stabil.
3. Terapi wicara harus dilakukan sedini mungkin pada pasien afasia
dengan stimulasi sedini mungkin, terapi komunikasi, terapi intonasi,
dll.
Depresi harus diobati sedini mungkin dengan obat antidepresi yang
tidak mengganggu fungsi kognitif.
d. Terapi Pasca Stroke
 Definisi ROM
Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang
digunakan untuk menilai gerakan dan untuk gerakan awal ke
dalam suatu program intervensi terapeutik.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot
ataupun gaya eksternal lain dalam ruang gerakannya melalui
persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang
terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot,
permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan
range of motion (ROM). Untuk mempertahankan ROM normal,
setiap ruas harus digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya
secara periodik. Faktor-faktor yang dapat menurunkan ROM,
yaitu penyakit-penyakit sistemik, sendi, nerologis ataupun otot;
akibat pengaruh cedera atau pembedahan; inaktivitas atau
imobilitas. Dari sudut terapi, aktivitas ROM diberikan untuk
mempertahankan mobilitas persendian dan jaringan lunak untuk
meminimalkan kehilangan kelentukan jaringan dan pembentukan
kontraktur. Teknik ROM tidak termasuk peregangan yang
ditujukan untuk memperluas ruang gerak sendi.
 Jenis-Jenis Latihan ROM
Jenis-jenis latihan ROM, terdiri dari :
1. Passive ROM (PROM).
2. Active ROM (AROM).
3. Active-Assistive ROM (A-AROM), adalah jenis AROM yang
mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara
manual atau mekanik, karena otot penggerak primer
memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan.
 Gerak gerakan ROM
1. Leher, spina, serfikal
 Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
 Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
 Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang
40-45°
 Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin
kearahsetiap bahu, rentang 40-45°
 Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan
sirkuler,rentang 180° Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
 Bahu
 Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan
keposisi di atas kepala, rentang 180°
 Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh,
rentang180°
 Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus,
rentang45-60°
 Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala
dengantelapak tangan jauh dari kepala, rentang 180°
 Adduksi: Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuhsejauh
mungkin, rentang 320°
 Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan
menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke
belakang, rentang 90°
 Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari
ke atas dan samping kepala, rentang 90°
 Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang
360° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
2. Siku
 Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan
sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150°
 Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°
3. Lengan bawah
 Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap ke atas, rentang 70-90°
 Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap
kebawah, rentang 70-90° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4
kali.
4. Pergelangan tangan
 Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam
lenganbawah, rentang 80-90°
 Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan,
lenganbawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90°
 Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang
sejauhmungkin, rentang 89-90°
 Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang30°
 Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari,
rentang30-50°Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
5. Jari- jari tangan
 Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90°
 Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
 Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh
mungkin,rentang 30-60°
 Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang
lain,rentang 30°
 Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°Ulang
gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
6. Ibu jari
 Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak
tangan,rentang 90°
 Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang
90°
 Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°Adduksi :
Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
 Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada
tanganyang samaUlang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
7. Pinggul
 Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°
 Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain,
rentang90-120°
 Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang30-
50°
 Abduksi: Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh,
rentang30-50°
 Adduksi: Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan
melebihijika mungkin, rentang 30-50°
 Rotasi dalam :Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang
90°
 Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang
90°
 Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkarUlang gerakan
berturut-turut sebanyak 4 kali.
8. Lutut
 Fleksi: Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130°
 Ekstensi: Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°Ulang
gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
9. Mata kaki
 Dorsi fleksi: Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke
atas,rentang 20-30°
 Flantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk
kebawah, rentang 45-50°Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
10. Kaki
 Inversit: Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
 Eversi: Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°Ulang
gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
11. Jari-Jari Kaki
 Fleksi: Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
 Ekstensi: Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°                            
 Abduksi: Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain,
rentang15°
 Adduksi: Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°Ulang
gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
Lampiran 3
Daftar Pustaka
Committee on Identifying Priority Areas for Quality Improvement, Karen Adams,
Janet M. Corrigan (2003). Priority Areas for National Action:
Transforming Health Care Quality. National Academies Press.

Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen (2007). Introduction to


the US health care system. Springer Publishing Company.

Riana. Infeksi Nosokomial RumahSakit. Dimuat dalam http://riana-a-h-


fkm10.web.unair.ac.id/artikel_detail-41324-ADMINISTRASI
%20RUMAH%20SAKIT%20DAN%20PUSKESMAS-Infeksi
%20Nosokomial%20RumahSakit.html
DAFTAR HADIR :
HARI/TANGGAL :
JUDUL PENYULUHAN :
TEMPAT :
PENCERAMAH :
NO. NAMA ALAMAT TANDA TANGAN

MALANG,
…………………

PEMBIMBING LAHAN

(………………………………….)
Lampiran 1

Pengorganisasian

Moderator : Dita AyuHana

Penyaji :

Observer :

Setting Tempat

Pintu Masuk

Pembimbing

Audiens

Observers

Penyaji

Anda mungkin juga menyukai