Anda di halaman 1dari 10

RESUME ILMU DASAR KEPERAWATAN

“PENYAKIT MULTIPLE SCLEROSIS”

Disusun Oleh :
Kelompok 5
- AnggitaPuspa : 20200910100145
- Fahnas Ainun : 20200910100031
- Khalisha Salsabila : 20200910100154
- Meisya Adelina : 20200910100123
- Siti Fatimah : 20200910100166

Kelas 2C

Dosen Pengampu : Ibu Miciko Umeda, SKp., M. Biomed.

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. Cemp. Putih Tengah I No.1, RT.11/RW.5, Cemp. Putih Tim., Kec. Cemp. Putih, Kota
Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10510
1. Pengertian
Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakit neurodegeneratif akibat proses demielinisasi
kronik pada sistem saraf pusat pusat (otak dan jaringan syaraf sumsum tulang belakang) yang
disebabkan oleh peradangan autoimun, faktor genetik dan kerusakan myelin. Myelin adalah
materi yang melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisanpelindung pada kabel listrik dan
memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi
pengiriman impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat,
dan terkoordinasi yang dilakukan hanya dengan sedikit upaya.
Penyakit ini umumnya mengenai kelompok pasien usia dewasa muda (antara 30 sampai 40
tahun) dengan prevalensi umum di seluruh dunia adalah 30 kasus per 100.000 populasi dan
hanya sekitar 2-5% penyakit ini terjadi pada usia kurang dari 18 tahun. Sekitar 400.000 orang di
Amerika Serikat dan 2,5 juta orang di seluruh dunia, menderita penyakit ini. Lebih dari setengah
dari pasien tersebut berkembang menjadi kecacatan dan berlanjut dari serangan akut dan beralih
keprogresif sekunder dalam waktu 10 hingga 20 tahun setelah terdiagnosis. Berbeda halnya
dengan yang terjadi pada populasi dewasa, penyakit MS pada populasi anak memiliki sejumlah
variasi manifestasi klinis demielinisasi atipikal yang menyebabkan pengenalan dan diagnosis MS
pada pasien anak merupakan suatu proses yang rumit. Telah dilaporkan suatu laporan kasus pada
seorang anak perempuan berusia 13 tahun 7 bulan dengan keluhan utama kejang yang disertai
penurunan kesadaran, dimana kedua manifestasi klinis ini merupakan manifestasi klinis yang
jarang ditemukan pada pasien Multiple sclerosis. Diagnosis Multiple sclerosis pada pasien
ditegakkan setelah dilakukannya pemeriksaan MRI kepala. Pasien kemudian diterapi dengan
menggunakan steroid intravena dan pada pengamatan selanjutnya ditemukan perbaikan klinis
yang nyata.
2. Patogenesis
Patogenesis multiple sclerosis ditandai dengan serangkaian peristiwa patobiologis, mulai dari
infiltrasi limfositik fokal dan aktivasi mikroglia hingga demielinasi dan degenerasi aksonal. Pada
penderita multiple sclerosis, sistem imun tubuh akan menyerang myelin sehingga lepas sebagian
atau seluruhnya dari sel saraf. Selain lepas, bisa pula terjadi scarring/ timbul  jaringan parut pada
myelin. Akibatnya, terjadi gangguan penghantaran pesan melalui sel saraf, yaitu lebih pelan,
salah pesan, ataupun pesan yang tidak sampai. Selain kerusakan pada myelin, multiple sclerosis
juga dapat menimbulkan kerusakan pada sel saraf. Kerusakan yang terjadi pada setiap penderita
sangat bervariasi. Diperkirakan, lebih dari 30 persen penderita akan mengalami kecacatan dalam
20-25 tahun ke depan.
Patofisiologi multiple sclerosis didahului dengan pembentukan lesi awal berupa infiltrat
mononuklear dengan cuffing di sekitar pembuluh darah vena dan infiltrasi di sekitar substansi
alba. Proses peradangan tersebut menyebabkan disfungsi sawar darah otak
3. Patofisiologi

Tanda patologis khas multiple sclerosis adalah demyelinasi saraf. Demyelinasi saraf terjadi
melalui mekanisme aktivasi sel T reaktif myelin dari sirkulasi perifer yang dapat masuk ke otak
karena disfungsi sawar darah otak.

Aktivasi sel T dan respon imun adaptif terjadi setelah ada antigen yang dikenali oleh antigen-
presenting cells atau sel B. Pathogen-associated molecules berikatan dengan reseptor pada APC
dan memproduksi sitokin seperti interleukin (IL)-4, IL-12, IL-23 yang menginduksi diferensiasi
sel T (CD4+) menjadi T helper (Th)-1, Th-2 dan Th-17. Th-1 dan Th-17 berperan penting dalam
proses inflamasi multiple sclerosis. Sel Th-1 dapat mensekresi sitokin interferon gamma dan
tumor necrosis factor alpha yang merupakan sitokin proinflamasi yang dapat menekan
diferensiasi Th-2. Th-17 juga memproduksi sitokin proinflamasi yakni IL-17, IL-21, IL-22, IL-
26. Inflamasi yang terjadi menyebabkan penyebaran epitope antigen dan mengumpulnya sel-sel
inflamasi.

Microglia yang teraktivasi melepaskan radikal bebas, nitrit oksida (hasil konversi dari
nitrogliserin), dan protease yang menyebabkan kerusakan jaringan (termasuk myelin) yang
kemudian menyisakan jaringan parut yang terdiri dari astrosit, sel inflamasi, akson yang
mengalami demyelinasi membentuk plak multiple sclerosis.

Selain sel T CD4+, pada lesi multiple sclerosis juga dapat ditemukan sel T CD8+ yang dapat
menimbulkan peningkatan permeabilitas vaskular, kerusakan sel glia dan kematian
oligodendrosit. Berkurangnya oligodendrosit menyebabkan gangguan proses perbaikan selubung
myelin yang rusak. Gangguan sintesis sel myelin dan pembentukan selubung myelin juga
terganggu akibat adanya Fas Ligand (FasL) yang diproduksi oleh limfosit.

Respon imun humoral ditandai dengan dominasi sel B di lesi aktif multiple sclerosis. Pada lesi
multiple sclerosis juga dapat ditemukan sel prekursor oligodendrosit yang lebih banyak
dibandingkan jaringan normal, namun sel tersebut gagal berdiferensiasi menjadi oligodendrosit
matur. Pada beberapa lesi dapat terjadi remyelinasi parsial yang membentuk shadow plaques.
Evolusi lesi dan kerusakan jaringan sistem saraf pusat diikuti dengan proliferasi astrosit yang
menyebabkan gliosis.

Kerusakan myelin menyebabkan kecepatan konduksi saraf terganggu yang menimbulkan gejala
klinis pada pasien multiple sclerosis. Di awal fase penyakit, inflamasi dan demyelinasi
mendominasi. Area saraf yang tidak terlindungi lambat laun akan mengalami kerusakan yang
tidak dapat diperbaiki, sehingga di fase akhir penyakit multiple sclerosis kelainan yang dapat
diamati adalah kerusakan akson dan berkurangnya neuron.

4. Tanda dan gejala


Multiple sclerosis menyebabkan banyak gejala yang berbeda, termasuk hilangnya penglihatan,
nyeri, rasa lelah, dan gangguan koordinasi. Gejala, keparahan, dan durasi dapat bervariasi dari
orang ke orang. Beberapa orang mungkin bebas dari gejala pada sebagian besar hidup mereka,
sementara yang lain dapat memiliki gejala kronis yang parah yang tidak pernah pergi.
Berikut area-area nyeri yang didapat ;
 Area nyeri: mata atau punggung
 Keadaan nyeri: dengan gerakan mata atau di bagian belakang saat menganggukkan
kepala
 Tremor: anggota badan, tangan atau selama gerakan tertentu
 Otot: gerakan tak disadari, kelumpuhan otot, kesulitan berjalan, ketidakmampuan untuk
mengubah gerakan dengan cepat, koordinasi bermasalah, kram, otot kaku, otot lemas,
kekakuan, otot tegang atau refleks terlalu aktif
 Seluruh tubuh: kelelahan, keseimbangan buruk, pusing, sensitif terhadap panas atau
vertigo
 Kemih: air seni keluar tanpa dapat ditahan, buang air kecil yang berlebihan di malam
hari, dorongan terus-menerus untuk buang air kecil atau retensi kemih
 Pengindraan: kesemutan, kelainan indra perasa, rasa menyengat dan terbakar yang tidak
nyaman atau sensasi sentuhan berkurang
 Visual: kehilangan kemampuan melihat, penglihatan kabur atau penglihatan
menampilkan visual ganda
 Suasana hati: kecemasan atau perubahan suasana hati
 Ucapan: kesulitan berbicara atau suara terganggu
 Seksual: disfungsi ereksi atau disfungsi seksual
 Juga umum: depresi, gerakan cepat di luar kendali, kesulitan berpikir dan memahami,
kesulitan menelan, kesulitan mengangkat kaki, kurang tidur, lidah mati rasa, sakit kepala,
sembelit, tungkai terasa berat atau wajah mati rasa

5. Komplikasi Multiple Sclerosis


Multiple sclerosis dapat menimbulkan beberapa komplikasi, antara lain:
-Depresi
Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang
mendalam dan rasa tidak peduli. Semua orang pasti pernah merasa sedih atau murung. Seseorang
dinyatakan mengalami depresi jika sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak
berharga.
-Deep vein thrombosis
Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah pada satu
atau lebih pembuluh darah vena dalam. Pada sebagian besar kasus, DVT terbentuk di pembuluh
darah paha atau betis, tetapi bisa juga terbentuk di pembuluh darah bagian tubuh lain.
-Epilepsi
Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak
yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa,
hingga hilang kesadaran.
-Kelumpuhan
Kelumpuhan atau paralisis adalah kondisi ketika satu atau beberapa bagian tubuh tidak dapat
digerakkan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh gangguan pada otot atau saraf, akibat cedera atau
penyakit tertentu.

6. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Penatalaksanaan multiple sclerosis ditujukan untuk mengatasi gejala saat eksaserbasi akut atau
relaps, mengurangi durasi serta frekuensi eksaserbasi akut, dan mencegah progresi penyakit.
Disease modifying therapy (DMT) adalah golongan obat yang digunakan untuk mengurangi
frekuensi eksaserbasi dan memperlambat progresi penyakit. DMT dapat dibagi menjadi
imunomodulator atau imunosupresan. Medikamentosa simtomatik juga perlu diberikan untuk
kenyamanan pasien.

Medikamentosa

Terapi medikamentosa pada multiple sclerosis ditujukan untuk memodifikasi penyakit dan
mengurangi gejala.

Disease Modifying Therapy

Medikamentosa untuk multiple sclerosis terutama bertujuan untuk memodifikasi penyakit


(disease modifying therapy atau DMT). DMT menggunakan obat golongan imunomodulator atau
imunosupresan. DMT yang banyak tersedia sekarang efektif untuk mengurangi eksaserbasi atau
relaps untuk tipe relapsing-remitting, namun kurang efektif untuk mencegah perubahan tipe
multiple sclerosis menjadi progresif dan tipe multiple sclerosis lainnya. [3,24]

DMT lini pertama dapat digunakan untuk pasien yang mengalami eksaserbasi atau relaps dan
paling tidak pernah mengalami 1 kali serangan dalam 2 tahun terakhir. DMT lini pertama pilihan
adalah interferon 1 alfa beta dan glatiramer asetat dosis tinggi. Pasien multiple sclerosis yang
mengalami ≥2 serangan dalam 1 tahun terakhir dengan lesi aktif pada MRI diterapi
menggunakan DMT lini kedua seperti fingolimod atau natalizumab atau alemtuzumab untuk
serangan dengan gejala yang berat. [17,24]

Tabel 2. Daftar Disease Modifying Therapy Multiple Sclerosis

Nama Obat Dosis dan Rute Pemberian Indikasi


Terapi lini pertama multiple
250 mcg subkutan per 2 hari sclerosis relapsing-remitting,
Interferon beta 1b
selang seling progresif sekunder, clinically
isolated syndrome (CIS)
30 mcg intramuskular, 1 kali Terapi lini pertama multiple
Interferon beta 1a per minggu ATAU 44 mcg sclerosis relapsing-remitting,
subkutan, 3 kali per minggu CIS
Terapi lini pertama multiple
Glatiramer acetate 20 mg subkutan per hari sclerosis relapsing remiting,
CIS
Terapi lini pertama multiple
Teriflunomide 14 mg oral per hari
sclerosis relapsing-remitting
Terapi lini pertama multiple
Dimethyl fumarate 240 mg oral, 2 kali per hari
sclerosis relapsing-remitting
Fingolimod 0,5 mg oral per hari Terapi lini pertama atau kedua
multiple sclerosis relapsing-
remitting
Terapi lini pertama multiple
sclerosis progressive-
5-12 mg/m2 infus intravena relapsing, terapi lini kedua
Mitoxantrone
per 3 bulan multiple sclerosis relapsing-
remitting dan progresif
sekunder
300 mg intravena per 4 Terapi lini kedua multiple
Natalizumab
minggu sclerosis relapsing-remitting
12 mg intravena per hari
selama 5 hari, diikuti dengan Terapi lini kedua atau ketiga
Alemtuzumbab 12 mg intravena selama 3 hari multiple sclerosis relapsing-
selang 1 tahun dari pemberian remitting
pertama

Selain medikamentosa di atas, masih banyak obat-obatan lain yang berpotensi dalam terapi
multiple sclerosis yang masih dalam proses penelitian klinis misalnya laquinimod, teriflunomide,
daclizumab, dimethyl fumarate, dan rituximab.

Simtomatik

Medikamentosa simtomatik yang dapat diberikan untuk mengurangi gejala klinis pasien multiple
sclerosis seperti rasa lelah berlebihan, spastisitas, gangguan pencernaan dan berkemih, gangguan
kognitif, dan nyeri. Golongan obat yang dapat diberikan antara lain :

 Kortikosteroid seperti methylprednisolone, dexamethasone, dan prednison untuk


mengurangi inflamasi dan mempercepat penyembuhan pada eksaserbasi akut
 Muscle relaxant seperti baclofen untuk meredakan spastisitas
 Penghambat neuromuskular seperti toksin botulinum untuk spastisitas ekstremitas atas
dan inkontinensia urine
 Benzodiazepine seperti diazepam untuk spastisitas dan spasme otot
 Obat antiinflamasi non steroid seperti ibuprofen untuk mengurangi nyeri
 Antikonvulsan seperti carbamazepine untuk spastisitas, nyeri neuropatik, dan tremor [2]

Tabel 3. Medikamentosa Simtomatik untuk Multiple Sclerosis

Dosis dan Rute


Golongan Nama Obat Indikasi
Pemberian
Kortikosteroid 160 mg intravena per Untuk mengurangi
hari selama 1 inflamasi dan
minggu, dilanjutkan mempercepat
Methylprednisolone
64 mg intravena per 2 penyembuhan pada
hari selang seling eksaserbasi akut
selama 1 bulan
Dexamethasone 30 mg oral per hari
selama 1 minggu,
dilanjutkan 4-12 mg
per hari selama 1
bulan
Prednison 1 mg/kg per hari
5 mg oral, 3 kali per
hari. Setelah 3 hari
dapat ditambahkan 5
mg tiap dosisnya
Muscle relaxant Baclofen Mengatasi spastisitas
yang dinaikkan
bertahap hingga
maksimal 20 mg, 3
kali per hari
Spastisitas: 75-400
unit intramuskular
per 3 bulan
Spastisitas
Penghambat neuromuskular Toksin Botulinum ekstremitas atas,
Inkontinensia urine:
inkontinensia urine
100 unit injeksi
menggunakan
sistoskopi
Agonis alfa 2 adrenergik Tizanadine 2-36 mg oral per hari Spastisitas
0,5-1 mg oral per
hari, dapat Spastisitas, nyeri
Clonazepam
ditingkatkan hingga neuropatik, tremor
Benzodiazepine 4-8 mg per hari
5-60 mg oral dibagi
Spastisitas, spasme
Diazepam dalam 3-4 dosis per
otot
hari
200-400 mg oral, tiap
Ibuprofen
4-6 jam
500 mg oral
Obat anti inflamasi non
dilanjutkan 250 mg Nyeri sekunder
steroid Naproxen
tiap 6-8 jam atau 500
mg tiap 12 jam
Diklofenak 50 mg oral per 8 jam
Antikonvulsan Nyeri neuropatik: 30 Spastisitas, nyeri
mg oral, 1-3 kali per neuropatik, tremor
hari
Gabapentin
Tremor: 1200-1800
mg oral per hari
200-400 mg oral per
Carbamazepine
12 jam
Pregabalin 75-150 mg oral per
12 jam
Selective
Nyeri neuropatik,
serotonin/nonepinephrine Duloxetine 60 mg oral per hari
depresi
reuptake inhibitor
Tolerodine 2 mg oral per 12 jam
Antispasmodik 5 mg per oral, 2-3 Disfungsi berkemih
Oxybutinin
kali per hari
Docusate sodium,
Laksatif Psyllium, - Konstipasi
Methycellulose
10 mg oral, 2 kali per Memperbaiki
Penghambat kanal kalium Dalfampridine
hari kemampuan berjalan
200 mg oral, 1 kali di
Modafinil
pagi hari
20-30 mg/hari oral,
Stimulan Methylphenidate dosis terbagi setiap 8- Fatigue, narkolepsi
12 jam
10 mg/hari oral,
Dextroamphetamine
maksimal 60 mg/hari

Tujuan pengobatan atau penatalaksanaan multipel sclerosis adalah Menghilangkan gejala dan
membantu fungsi klien:

A. Penatalaksanaan farmakoterapi
1. Terapi obat untuk Fase akut:
Kortikosteroid dan ACTH : digunakan sebagai agens anti-inflamasi yang dapat
meningkatkan konduksi saraf. Pemberian awal dapat dimulai dari metilprednisolon
0.5-1 g IV selama 3-7 hari dan dosisnya diturunkan 60mg perhari selama 3 hari
beturut-turur sampai 10 mg per hari. Dosis oral dapat diberikan sama dengan IV
kecuali penurunan Dosis 60 mg selama 5-7 hari.
2. Terapi obat untuk menurunkan jumlah kekambuhan
Beta Interferon (betaseron) : digunakan dalam perjalanan relapsing-remitting dan juga
menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya eksaserbasi. Interferon tidak dapat
diberikan dengan Dosis tunggal tetapi harus dikombinasikan dengan 3 jenis obat yaitu
Alfa, beta dan Gamma Interferon. Alfa dan beta diproduksi dari sel yang terinfeksi
virus. Beta Interferon menurunkan frekuensi kambuhnya MS. Rute pemberian obat
melalui subkutan dan lebih baik lagi pemberian melalui intratekal atau IM. Proses
pada dewasa 3-9 juta unit SC 3x/minggu selama 6 bulan. Obat ini yang dapat
menurunkan frekuensi kambuhnya MS adalah copolymer 1 dan Azathioprine.
3. Baclofen: Sebagai agens antispasmodic merupakan pengobatan yang dipilih untuk
spastisitas. Klien dengan spastisitas berat dan kontraktur memerlukan blok saraf dan
intervensi pembedahan untuk mencegah Kecacatan lebih lanjut.
4. Imunosupresan dapat menstabilkan kondisi penyakit.
5. Terapi obat lain: cycloscospamid, total limpoid irradiation (TLI).

Rehabilitasi

Rehabilitasi multidisiplin dapat membantu mengurangi disabilitas dan memperbaiki kualitas


hidup pasien multiple sclerosis. Fisioterapi yang dilakukan selama 8 minggu dapat bermanfaat
untuk gangguan keseimbangan dan gait. Fisioterapi yang dilakukan selama masa perawatan 3
minggu dilanjutkan dengan latihan di rumah minimal 15 minggu dilaporkan efektif mengurangi
disabilitas pasien. Latihan motorik, sensorik, dan keseimbangan selama 3 minggu juga
dilaporkan dapat memperbaiki keseimbangan dan gait pasien. Latihan untuk otot pernapasan
(khususnya untuk inspirasi) selama minimal 10 minggu dapat memperbaiki tekanan inspirasi
maksimal.

Terapi Stem Cell

Terapi stem cell atau sel punca memiliki potensi untuk multiple sclerosis tipe progresif. Beberapa
penelitian klinis fase 1 dan 2 menunjukkan keamanan terapi ini, perbaikan pada hasil
pemeriksaan tajam penglihatan dan visual evoked potential, serta terjadinya remyelinasi pada
sampel hewan percobaan.

Daftar Pustaka
Rizminardo, F., Syarief, I., Lestari, R., & Handayani, T. (2018). Multipel sklerosis pada
anak. Jurnal Kesehatan Andalas, 7, 76-84.
Devianca, N., Maharani, K., Imran, D., & Estiasari, R. Multipel Sklerosis Progresif Sekunder,
Gejala Klinis, Diagnosis, Dan Tata Laksana.
Lutfi, D., Prasetiyono, H., Loebis, R., Suhartono, G., & Yogiantoro, D. (2010). Bilateral Optic
Neuritis in Children Due to Multiple Sclerosis. Jurnal Oftalmologi Indonesia (JOI), 7(4), 171-
174.

Luzzio C. Multiple sclerosis. Medscape, 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1146199-


overview#a6

Ghasemi N, Razavi S, Nikzad E. Multiple sclerosis: Pathogenesis, symptoms, diagnoses and


cell-based therapy. Cell J. 2017;19(1):1-10.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5241505/
dr. Tjin Willy. 2019. Komplikasi Multiple Sclerosis. Alodokter website.
https://www.alodokter.com/multiplesclerosis#:~:text=Komplikasi%20Multiple
%20Sclerosis,Epilepsi

Anda mungkin juga menyukai