Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

MULTIPLE
SCLEROSI
S Disusun oleh :
Zefanya Decfy Irene
112021337

Pembimbing
dr. Martua Rizal Situmorang, Sp. S, M. Kes
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 18 April – 21 Mei 2022
Definisi

● Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit peradangan kronis yang melibatkan serangan yang
dimediasi kekebalan pada sistem saraf pusat. Hal ini ditandai dengan kekambuhan dan
remisi gejala neurologis dan perkembangan kecacatan fungsional dari waktu ke waktu.

● Aktivitas imun yang tidak normal menciptakan peradangan dan kerusakan pada selubung
mielin, akson dan oligodendrosit. Secara histologis terdapat infiltrasi perivaskuler monosit
dan limfosit di sekeliling lesi dan menimbulkan area indurasi multipel pada otak sehingga
dinamai sklerosis multipel.

● Tanda patologis khas dari MS adalah demielinisasi saraf. Demielinisasi saraf terjadi
melalui mekanisme aktivasi sel T reaktif mielin dari sirkulasi perifer yang dapat masuk ke
otak karena disfungsi sawar darah otak. Peradangan jaringan substansia alba dan grisea di
SSP karena infiltrasi sel imun fokal dan sitokinnya adalah penyebab kerusakan pada MS

● Mikroglia pada lesi yang teraktivasi akan melepaskan radikal bebas, nitrit oksida, dan
protease, menyebabkan kerusakan jaringan (termasuk mielin) yang kemudian
meninggalkan jaringan parut yang terdiri dari astrosit, sel inflamasi, akson yang mengalami
demielinisasi membentuk plak sklerosis multipel.

● Kerusakan mielin mengganggu kecepatan konduksi saraf menimbulkan gejala


klinis. Di awal fase penyakit, inflamasi dan demielinisasi mendominasi. Area saraf
yang tidak terlindungi lambat laun akan mengalami kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki, sehingga di fase akhir penyakit dapat diamati kerusakan akson dan
berkurangnya neuron
Epidemiologi

● Prevalensi MS di Amerika Serikat berkisar antara


6-177 per 100.000 orang.
● Negara-negara di Asia dan Afrika relative jarang
ditemukan
● Lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki (2:1)
● Paling sering ditemukan pada usia dewasa muda
18-50 tahun.
● Didominasi oleh kulit putih atau keturunan eropa
● Jarang terjadi pada anak-anak dengan usia kurang
dari 10 tahun
Etiologi

● Etiologi pasti belum diketahui


● Hipotesis yang paling bayak ditemukan adalah karena autoimun
yang yang menyerang myelin dan myelin forming sel pada otak dan
medulla spinalis.
● Beberapa faktor risiko berperan seperti:
○ Genetik
○ Defisiensi vit D
○ Tempat tinggal yang jauh dari paparan sinar matahari
○ Infeksi virus Epstein-Barr
○ Merokok
Serangan pertama biasanya dapat sembuh dengan sempurna. Remisi
biasanya terjadi dalam waktu satu sampai tiga bulan, dan disusul
dengan serangan-serangan berikutnya. Akan tetapi pada akhirnya
penyembuhan tidak lagi sempurna dan pasien aakn menderita
kerusakan permanen tambahan pada setiap kali serangan.
Patogenesis
Gejala Klinis

● Gangguan pengelihatan, adanya penurunan tajam pengelihatan


pada1 mata yang disertai dengan nyeri pada pergerakan mata,
pengelihatan ganda (diplopia), neuritis optik, gerak mata tidak
terkontrol dan kebutaan (jarang terjadi)
● Gangguan keseimbangan dan koordinasi, hilangnya
keseimbangan tubuh, tremor, ketidakstabilan berjalan (ataxia),
vertigo, kekakuan anggota gerak, gangguan koordinasi,
kelemahan anggota gerak (paraparesis, tetraparesis)
● Gangguan tonus otot, kekakuan otot sehingga mengganggu
proses berjalan
● Gangguan sensoris, perasaan baal, seperti ditusuk-tusuk jarum,
kebas (paresthesia), perasaan seperti terbakar, nyeri di wajah
(neuralgia trigeminal)
● Gangguan kemampuan bicara, gangguan berbicara seperti
menggumam, perubahan ritme bicara, sulit menelan (disfagia)
● Keletihan berlebihan
● Gangguan berkemih dan defekasi, sering buang air kecil atau
tidak bisa sama sekali, konstipasi, dan kadang-kadang diare.
● Gangguan seksual, impotesi, kehilangan gairah seksual
● Gangguan senisitivitas terhadap panas atau dingin
● Gangguan kognitif dan emosi, kehilangan memori jangka pendek,
kehilangan kemampuan berkonsentrasi, penilaian, dan penalaran
Klasifikasi Multiple Sklerosis

 Relapsing Remitting Multiple Sclerosis


(RRMS)
 Primary Progressive Multiple Sclerosis
(PPMS)
 Relapsing Progressive Multiple
Sclerosis (RPMS)
 Secondary Progressive Multiple
Sclerosis (SPMS)
Relapsing Remitting Multiple Sklerosis

RRMS adalah tipe sklerosis multipel klasik dengan gejala klinis ditandai oleh eksaserbasi,
dengan peningkatan jumlah variasi antar serangan. Relapsing-remitting menggambarkan keadaan
awal 85% sampai 90% dari pasien dengan multipel sklerosis. Ini adalah subtipe yang ditandai 5 oleh
serangan yang tidak dapat diramalkan (relaps) diikuti oleh periode remisi dari beberapa bulan
sampai beberapa tahun dengan atau tanpa gejala baru dari aktivitas penyakit. Gejala neurologis
selama serangan mungkin dapat menghilang atau mungkin saja menjadi permanen. Jika gejala
neurologis selalu menghilang antar serangan, hal inilah yang disebut sebagai “benign” multilple
sclerosis
Primary Progressive Multiple Sclerosis (PPMS)

Penyakit ini mempunyai pola serangan yang lambat, biasanya terjadi setelah umur 40 tahun, dan
dimulai dengan suatu kelainan yang samar dan progresif terutama pada medula spinalis tanpa
eksaserbasi ataupun remisi. Tidak seperti penyakit relapsing-remitting, dimana dua per tiga dari
kasus adalah wanita, Primary progressive multiple sclerosis hanyalah sedikit lebih umum terjadi
pada para wanita dengan perbandingan sekitar 1.3:1. MRI otak dalam kasus ini kadang-kadang
normal, dan MRI medula spinalis dapat hanya memperlihatkan suatu penghentian pertumbuhan
medula spinalis. Secondary progressive adalah jenis paling umum dari sklerosis multipel dan
menyebabkan jumlah kecacatan terbesar
Progressive Relapsing Multiple Sclerosis (PRMS)

Progressive relapsing multiple sclerosis menggambarkan pasien dari serangan sklerosis


multipel, yang mempunyai suatu kemunduran neurologis yang menetap tetapi juga
menderita serangan yang bertingkattingkat dan subtipe yang paling sedikit terjadi dari
semua subtipe
Secondary Progressive Multiple Sclerosis (SPMS)

Sekitar 80 % kasus relapsing remitting multiple sclerosis berkembang menjadi satu pola penyakit
secondary progresif, secara perlahan-lahan dan progresif meningkatkan serangan tanpa adanya
suatu episode remisi kurang lebih 20 tahun setelah serangan pertama. Hal ini menggambarkan
suatu bentuk dari relapsing remitting multiple sclerosis pada satu varian terpisah, walaupun tidak
semua relapsing remitting multiple sclerosis berlanjut menjadi secondary progressive multiple
sclerosis.
Pemeriksaan Penunjang

 CT Scan : dapat memperlihatkan plak-plak. MRI lebih sensitive memperlihatkan lebih banyak plak
daripada CT scan, begitu juga lesi-lesi sekecil 4x3 mm
 Pemeriksaan LCS : pemeriksaan LCS yang lebih teliti untuk mendiagnosis MS adalah deteksi pita
oligoclonal dengan elektroforesis yang menunjukkan sintesis lokal immunoglobulin dalam sistem saraf
pusat.
 Potensial bangkitan visual (visual evoked potentials), yang dapat menunjukkan perlambatan konduksi
sentral jalur visual, misalnya akibat neuritis optik subklinis sebelumnya
 MRI otak dan medulla spinalis :dapat menunjukkan lesi plak demyelinisasi. Pada pemeriksaan MRI
didapatkan:
 Disseminated Lesion in Space (DIS) tampak pada potongan T2 setidaknya 2 dari 4 area khas MS
(periventrikuler, jukstakortikal, infratentorial, dan medulla spinalis.
 Disseminated in Time (DIT) dapat ditegakkan bila:
 Terdapat lesi baru ada potongan T2 atau lesi baru yang menyangat pasca-pemberian
kontras gadolinium pada MRI saat pemantauan
 Terdapat lesi baru asimptomatik
Oligoclonal Bands
Kriteria Diagnosis
Tatalaksana
Disease Modifying Therapy
Tatalaksana

● Rehabilitasi
Fisioterapi bisa digunakan sebagai alternative untuk melemaskan otot, menguatkan otot dan
melatih pasien untuk menggunakan alat bantu secara tepat untuk mempermudah aktivitas sehari-
hari seperti berjalan, jika ada kelemahan kaki ataupun gangguan koordinasi atau keseimbangan.

● Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah penjelasan pasien mengenai penyakit MS, risiko dan komplikasi
selama perawatan, penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan rekurensi.
Komplikasi

● Komplikasi yang sering terjadi pada MS adalah:


○ Kekakuan otot sampai artrofi otot
○ Kelumpuhan irreversible
○ Neuritis optic
○ Depresi
○ Syok neurogenic
○ Gangguan berkemih sampai gagal ginjal akut
○ Kelainan fugsi seksual
○ Sindrom parkinsonisme
Prognosis

● Pada umumnya prognosa baik


● Prognosis sangat bervariasi
● Pasien yang mempunyai sedikit serangan di tahun pertama setelah diagnosis,
interval yang lama antar serangan, pemulihan sempurna dari serangan, dan
serangan yang berhungan dengan saraf sensoris cenderung memilliki
prognosis yang lebih baik.
● Pasien yang sejak awal memiliki gejala tremor, kesukaran dalam berjalan, atau
yang mempunyai serangan sering dengan pemulihan yang tidak sempurna,
atau lebih banyak lesi yang terlihat oleh MRI scan sejak dini, cenderung untuk
mempunyaki suatu tingkat penyakit yang lebih progresif.
Kesimpulan

Multiple Sklerosis merupakan penyakit demielinisasi inflamatif yang


menyusun sususan saraf pusat, jenisnya sangat bervariasi tergantung dari
jumlah lesi saraf dan progresivitas penyakit. Diagnosis MS relative sulit, bisa
ditegakkan dengan kriteria McDonald revisi 2017 dan lesi yang khas pada
pemeriksaan MRI. Pengobatan dini dan edukasi pada penderita bisa
mempercepat proses remisi.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai