Anda di halaman 1dari 20

Cover

Daftar isi
Kata pengantar
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Dapat
kami selesaikan beberapa Sklerosis Dalam penggabungan makalah mungkin perlu sedikit
bantuan dari teman-teman, kami dapat menyelesaikan makalah ini Penulis juga tidak
melupakan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan dan doanya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan dapat mempelajari
tentang Multiple Sclerosis. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN
Multiple Sclerosis (MS) adalah penyakit sistem saraf pusat kronis yang ditandai dengan
kehilangan selubung mielin dan akson. Kelainan fisiologis ini kemudian menjadi gangguan
klinis yang signifikan. Secara global, diperkirakan 2,5 juta orang mengalami Multiple
sclerosis (MS). Kejadian tertinggi dilaporkan di negara Eropa dan Amerika Utara (McKay et
al, 2014). Sekitar 350.000 penduduk Amerika terdiagnosis multiple sclerosis (MS) dan
menjadi penyebab utama gangguan neurologis non-trauma dewasa muda di Amerika
(Nicholas et al, 2014). MS biasanya menyerang dewasa muda dan dapat berkaitan dengan
resiko osteoporosis dan penurunan masa tulang (Dong et al, 2014). Penyebab terjadinya MS
masih belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan multifaktorial yaitu kombinasi
antara faktor genetik dan lingkungan (McKay et al, 2014; Nicholas et al, 2014). Beberapa
keadaan yang berkaitan denfan MS antara lain infiltrasi sel mononuklear perivaskular dan
demielinisasi. Sebagian pasien MS mengelukan adanya autoimmune encephalomyelitis
(EAE), suatu proses autoimun yang dianggap berpartisipasi dalam proses patogenesis
penyakit MS (Nicholas et al, 2014). Terdapat sepuluh indikator disease modifying therapies
yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk penanganan MS di Amerika.
Namun tidak ada satupun agen yang terbukti bersifat neuroprotektif, sehingga perlu beberapa
strategi penangann yang lebih baik untuk MS (Nicholas et al, 2014).
Latar belakang
Rumusan maslah
Tujuan
A. Multipel sklerosis (MS)

adalah suatu penyakit neurodegeneratif akibat proses demielinisasi kronik pada sistem
saraf pusat yang disebabkan oleh peradangan autoimun. Penyakit ini umumnya mengenai
kelompok pasien usia dewasa muda (antara 30 sampai 40 tahun) dengan prevalensi umum di
seluruh dunia adalah 30 kasus per 100.000 populasi; dan hanya sekitar 2-5% penyakit ini
terjadi pada usia kurang dari 18 tahun.

Berbeda halnya dengan yang terjadi pada populasi dewasa, penyakit MS pada
populasi anak memiliki sejumlah variasi manifestasi klinis demielinisasi atipikal yang
menyebabkan pengenalan dan diagnosis MS pada pasien anak merupakan suatu proses rumit.
Telah dilaporkan suatu laporan kasus pada seorang anak perempuan berusia 13 tahun 7 bulan
dengan keluhan utama kejang yang disertai penurunan kesadaran, dimana kedua manifestasi
klinis ini merupakan manifestasi klinis yang jarang ditemukan pada pasien multiple sklerosis.
Diagnosis MS pada pasien ditegakkan setelah dilakukannya pemeriksaan MRI kepala. Pasien
kemudian diterapi dengan menggunakan steroid intravena dan pada pengamatan selanjutnya
ditemukan perbaikan klinis yang nyata.

Multipel sklerosis merupakan suatu penyakit peradangan idiopatik yang ditandai


dengan adanya demielinisasi dan degenerasi pada sistem saraf pusat.1 Penyakit ini
menyerang jaringan myelin otak dan medula spinalis yang menyebabkan kerusakan myelin
dan akson. Kerusakan tersebut selanjutnya menyebabkan terjadinya gangguan transmisi
konduksi sistem saraf.2 Penyakit ini umumnya mengenai kelompok pasien usia dewasa muda
(antara 30 sampai 40 tahun), dengan prevalensi umum di seluruh dunia adalah 30 kasus per
100.000 populasi; dan hanya sekitar 2-5% penyakit ini terjadi pada usia kurang dari 18
tahun.3-5 Rerata usia saat munculan onset penyakit MS adalah 14 tahun. Insidensi tahunan
penyakit MS pada populasi anak bervariasi antara 0,07 hingga 2,9 tiap 100.000 anak. Rasio
jenis kelamin perempuan berbanding laki – laki pada pasien MS anak sekitar usia pubertas
adalah 4-5 : 1; namun rasio ini mendekati 1:1 pada populasi anak yang berusia lebih muda.

Kasus ini merupakan suatu kasus yang sangat jarang mengingat Multiple Sclerosis
umumnya terjadi pada perempuan dan pada usia 15–40 tahun. Neuritis optik bilateral
merupakan salah satu tanda Multiple Sclerosis terutama pada anak-anak. Terapi dengan metil
prednisolon intravena bisa dilakukan pada pasien dengan neuritis optik akut karena terapi ini
mempercepat perbaikan visus dan keluhan lain. Pengenalan penyakit ini kepada orang tua
penderita sangatlah penting untuk penatalaksanaan yang lebih lanjut. Observasi neurologis
dan mata diperlukan pada pasien ini untuk mengevaluasi relaps dari Multiple Sclerosis.

gejala

Gejala pada mata umumnya merupakan bagian dari gambaran klinis Multiple Sclerosis.
Keluhan pertama penderita Multiple Sclerosis biasanya adalah penglihatan kabur disertai
nyeri pergerakan bola mata. Hal ini berhubungan dengan terjadinya neuritis optik (terutama
neuritis retrobulbar).1,3 Gejala awal lainnya adalah diplopia dan terjadinya Internuclear
Ophthalmoplegi (INO). Hal ini disebabkan lesi pada fasikulus longitudinal medial sehingga
timbul paresis yang saccadic pada m. rectus medial ipsilateral untuk berkonjugasi ke arah
lateral sehingga timbul diplopia saat melihat ke lateral (abduksi). Lesi fasikulus longitudinal
medial pada Multiple Sclerosis umumnya bilateral.1,3 Pada pasien ini tidak didapatkan
keluhan diplopia pada fase akut. Hal ini disebabkan penderita tidak ingin menggerakkan bola
mata dikarenakan nyeri akibat neuritis optik. Namun pada pasien ini didapatkan Internuclear
Ophthalmoplegi (INO) yang masih tampak jelas setelah terapi dan melewati fase akut.

Etiologi

Penyebab pasti terjadinya penyakit MS masih belum diketahui, namun sejumlah


faktor diduga memiliki peranan penting. Faktor autoimun, genetik dan lingkungan merupakan
sejumlah faktor penting terjadinya kondisi MS. Meskipun terdapat lebih dari 200 gen yang
dapat berperanan terhadap terjadinya MS, faktor genetik yang paling signifikan berkontribusi
terhadap MS adalah perubahan pada antigen leukosit manusia (human leukocyte antigen,
HLA) DRB 1. Faktor lingkungan yang diperkirakan berperanan penting adalah infeksi virus
Epstein-Barr, rendahnya kadar vitamin D dan kebiasaan merokok.4 Terjadinya penyakit MS
diperkirakan dimulai dengan adanya kontak dengan faktor pemicu (agen infeksi) yang
menyebabkan sistem imun mengaktivasi kondisi autoreaktifitas melalui aktivasi sel T CD4
(+) di sirkulasi sistemik. Sel T CD4 (+) ini dengan bantuan IL-23 kemudian berdiferensiasi
menjadi sel T helper (Th17) yang selanjutnya memproduksi IL-17. Sel T yang telah
teraktivasi ini selanjutnya melewati sawar darah otak dan bereaksi dengan autoantigen seperti
myelin dan oligodendrosit melalui mekanisme molekular mimikri. Sel Th17 menyebabkan
terjadinya inflamasi pada sistem saraf pusat yang selanjutnya diikuti dengan migrasi sejumlah
sel T lainnya melewati sawar darah otak dan juga mengaktifkan makrofag. Produksi sejumlah
sitokin proinflamasi pada peradangan ini menyebabkan kerusakan myelin dan oligodendrosit
yang selanjutnya membentuk plaque sklerotik.4 Penyakit multipel sklerosis pada populasi
anak merupakan suatu kelompok penyakit demielinisasi idiopatik yang jarang ditemukan dan
memiliki sejumlah variasi gejala klinis; gejala tersebut meliputi : defisit sensorik, neuritis
optikum, defisit motorik, gangguan gait (pola berjalan) dan juga rasa pegal.5 Kepustakaan
lainnya secara lebih sederhana menyatakan MS pada populasi anak memiliki tiga gejala
pokok yang meliputi gangguan penglihatan, defisit neurologis dan gangguan mental.
Terdapat sejumlah perbedaaan manifestasi klinis MS pada populasi anak dibandingkan
dengan yang terjadi pada populasi dewasa, salah satunya adalah MS pada popoulasi anak
cenderung lebih jarang berkembang menjadi MS progresif primer atau sekunder; dan juga
sekitar 97-99% kasus multipel sklerosis pada populasi anak bermanifestasi sebagai episode
remisi dan eksaserbasi yang silih berganti, kondisi ini ditandai dengan adanya serangan atau
kekambuhan yang diikuti periode remisi parsial atau remisi komplit.5

Patofisiologi
Patologi Multiple Sclerosis

Multiple sclerosis dapat didefinisikan secara patologis sebagai


adanya bekas luka glial terdistribusi (atau sclerosis )
dalam sistem saraf pusat yang disebarluaskan dalam waktu (DIT)
dan ruang (DIS). [2] Standar emas untuk diagnosis MS adalah
korelasi patologis, meskipun mengingat ketersediaannya yang
terbatas, metode diagnosis lain biasanya digunakan. [3] Sklerosis
yang mendefinisikan penyakit ini adalah sisa dari lesi demielinasi
sebelumnya dalam materi putih SSP pasien ( ensefalomielitis )
yang menunjukkan karakteristik khusus, seperti konfluen dan
bukan demielinasi perivenous. [4]
Ada dua fase untuk bagaimana kondisi mendasar yang tidak
diketahui dapat menyebabkan kerusakan pada MS:
1. Faktor terlarut yang tidak diketahui (diproduksi oleh sel T
CD8 + atau sel CD20 + B), menciptakan lingkungan beracun yang
mengaktifkan mikroglia. [5] [6]
2. Area abnormal-MRI dengan kerusakan tersembunyi muncul
di otak dan tulang belakang ( NAWM, NAGM, DAWM ). Beberapa
kelompok mikroglia teraktivasi, transeksi aksonal dan degenerasi
mielin hadir. [7] [8] [9]
3. Kebocoran pada sawar darah-otak muncul dan sel-sel
kekebalan menyusup, menyebabkan demielinasi . [10] dan
penghancuran akson. [11]

Multiple sclerosis berbeda dari penyakit demielinisasi inflamasi


idiopatik lainnya pada lesi kortikal subpial yang konfluen. Jenis
lesi ini adalah temuan yang paling spesifik untuk MS, yang secara
eksklusif hadir pada pasien MS, meskipun saat ini mereka hanya
dapat dideteksi saat otopsi. [12]
Sebagian besar temuan MS terjadi di dalam materi putih, dan lesi
muncul terutama dalam distribusi periventrikular (berkerumun di
sekitar ventrikel otak). Terlepas dari demielinasi white matter ,
inti korteks dan deep grey matter (GM) dapat terpengaruh,
bersama dengan cedera difus pada NAWM. [13] Atrofi GM tidak
tergantung pada lesi MS klasik dan berhubungan dengan
kecacatan fisik, kelelahan, dan gangguan kognitif pada MS. [14]
Setidaknya ada lima karakteristik yang terdapat pada jaringan
SSP pasien MS: Peradangan di luar lesi white matter klasik,
produksi Ig intratekal dengan pita oligoklonal , lingkungan yang
memperkuat persistensi sel kekebalan tubuh, dan
gangguan sawar darah-otak di luar lesi aktif. [15] Bekas luka yang
memberi nama pada kondisi tersebut diproduksi oleh astrosit
yang menyembuhkan lesi lama. [16] MS aktif bahkan selama
periode remisi. [17]
Struktur mirip limfoid tersier Meningeal
Agregat mirip folikel di meninge hanya terbentuk pada MS
progresif sekunder. [18] dan berkorelasi dengan tingkat
demielinasi kortikal subpialis dan atrofi otak, menunjukkan bahwa
mereka mungkin berkontribusi pada patologi kortikal pada
SPMS [18]
Folikel limfoid ektopik ini terutama terdiri dari sel-B yang
terinfeksi EBV . [19]
Pola demielinasi
Empat pola kerusakan yang berbeda telah diidentifikasi di
jaringan otak pasien. Laporan asli menunjukkan bahwa mungkin
ada beberapa jenis MS dengan penyebab kekebalan yang
berbeda, dan bahwa MS mungkin keluarga dari beberapa
penyakit. Meskipun awalnya biopsi diperlukan untuk
mengklasifikasikan lesi pasien, sejak 2012 dimungkinkan untuk
mengklasifikasikan mereka dengan tes darah [20] mencari
antibodi terhadap 7 lipid, tiga di antaranya merupakan turunan
kolesterol [21] Kristal kolesterol diyakini keduanya merusak
perbaikan mielin dan memperburuk peradangan. [22] [23]
Dipercayai bahwa mereka mungkin berkorelasi dengan
perbedaan jenis penyakit dan prognosis, dan mungkin dengan
respons yang berbeda terhadap pengobatan. Dalam kasus apa
pun, memahami pola lesi dapat memberikan informasi tentang
perbedaan penyakit antara individu dan memungkinkan dokter
untuk membuat keputusan pengobatan yang lebih efektif.
Menurut salah satu peneliti yang terlibat dalam penelitian asli,
"Dua pola (I dan II) menunjukkan kemiripan yang dekat dengan T-
cell-mediated autoimune encephalomyelitis autoimun, masing-
masing. Pola lainnya (III dan IV) sangat menunjukkan distrofi
oligodendrosit primer, yang mengingatkan pada demielinasi yang
disebabkan oleh virus atau toksin daripada autoimunitas. "
Keempat pola yang diidentifikasi adalah: [24]
Pola I
Bekas luka menyajikan sel-T dan makrofag di sekitar
pembuluh darah, dengan pengawetan oligodendrosit , tetapi
tidak ada tanda-tanda aktivasi sistem komplemen . [25]
Pola II
Bekas luka menyajikan sel-T dan makrofag di sekitar
pembuluh darah, dengan pengawetan oligodendrosit, seperti
sebelumnya, tetapi juga tanda-tanda aktivasi sistem
komplemen dapat ditemukan. [26] Pola ini dianggap mirip
dengan kerusakan yang terlihat pada NMO, meskipun
kerusakan AQP4 tidak muncul pada lesi MS pola
II [27] Namun demikian, pola II telah dilaporkan
merespons plasmaferesis , [28] yang menunjuk pada sesuatu
yang patogen ke dalam serum darah.
Infiltrasi sistem komplemen dalam kasus-kasus ini
mengubah pola ini menjadi kandidat untuk penelitian
koneksi autoimun seperti anti- Kir4.1 , [29] anti -Anoctamin-
2 [30] atau anti-MOG yang dimediasi MS [31] Tentang
kemungkinan terakhir, Penelitian telah menemukan antibodi
antiMOG pada beberapa pasien MS pola-II. [32]
Sel T patogenik Pola II telah terbukti berbeda dari yang
lain [33] [34] Karakterisasi fungsional menunjukkan bahwa sel
T melepaskan sitokin Th2 dan membantu sel B mendominasi
infiltrat sel T dalam lesi otak pola II. [33]
Pola III
Bekas luka difus dengan
peradangan, oligodendrogliopati distal,
aktivasi mikroglial dan hilangnya glikoprotein terkait-
myelin (MAG). Ini dianggap atipikal dan tumpang tindih
antara MS dan sklerosis konsentris Balo . Bekas luka tidak
mengelilingi pembuluh darah, dan tepi mielin yang
diawetkan muncul di sekitar pembuluh. Ada bukti
remielinisasi parsial dan apoptosis oligodendrosit. Pada
awalnya, beberapa peneliti berpikir itu adalah tahap awal
dari evolusi pola-pola lain. [35] [36] Baru-baru ini, diperkirakan
bahwa itu merupakan cedera seperti iskemia dengan tidak
adanya pita oligoklonal di CSF, terkait dengan
patogenesis sklerosis konsentris Balo . [37]
Pola IV
Bekas luka menyajikan batas tajam dan
degenerasi oligodendrosit , dengan tepi materi putih
yang tampak normal. Ada kekurangan oligodendrosit di
tengah bekas luka. Tidak ada aktivasi komplemen atau
kehilangan MAG.
Perbedaan-perbedaan ini hanya terlihat pada lesi awal [38] dan
heterogenitas kontroversial untuk beberapa waktu karena
beberapa kelompok penelitian berpikir bahwa keempat pola ini
bisa menjadi konsekuensi dari usia lesi. [39] Namun demikian,
setelah beberapa perdebatan di antara kelompok-kelompok
penelitian, model empat pola diterima dan kasus luar biasa yang
ditemukan oleh Prineas telah diklasifikasikan sebagai NMO [40] [41]
Untuk beberapa tim investigasi ini berarti bahwa MS adalah
penyakit heterogen imunopatogenogenik. Hipotesis terakhir
selanjutnya dikuatkan oleh penelitian terbaru yang menunjukkan
perbedaan signifikan dalam temuan cairan serebrospinal rutin
antara pasien dengan lesi pola I dan pasien dengan lesi non-pola
I, termasuk kurangnya pita oligoklonal terbatas-CSF, pada
sebagian besar pola II dan III. pasien. [42] Akhirnya, beberapa
yang sebelumnya didiagnosis dengan pola II MS kemudian
ditemukan memiliki ensefalomielitis terkait MOG-IgG,
menunjukkan bahwa baik kriteria diagnostik klinorologisologis
saat ini untuk MS dan kriteria histopatologis untuk MS mungkin
tidak cukup spesifik. Ini sudah ditunjukkan oleh penelitian
sebelumnya yang menemukan tingkat diagnosis palsu MS yang
relatif tinggi di antara pasien dengan gangguan spektrum optic
neuromyelitis AQP4-IgG-positif atau ensefalomielitis MOG. Saat ini
antibodi terhadap lipid dan peptida dalam serum, terdeteksi
oleh microarray , dapat digunakan sebagai penanda subtipe
patologis yang diberikan oleh biopsi otak. [43]
Perkembangan lain di daerah ini adalah temuan bahwa beberapa
lesi menunjukkan cacat mitokondria yang dapat membedakan
jenis lesi.

Fisiologi Multiple Sclerosis

Pada multiple sclerosis, peradangan, demielinisasi, dan


neurodegenerasi diamati bersama. Beberapa uji klinis telah
menunjukkan bahwa peradangan menghasilkan kambuh dan
demielinisasi, dan bahwa neurodegenerasi (transeksi aksonal)
independen dari peradangan, menghasilkan kecacatan
akumulatif, dan berkembang bahkan ketika peradangan dan
demielinasi tertunda. [45] Tampaknya neurodegenerasi dihasilkan
oleh mitokondria yang rusak, yang pada gilirannya berasal
dari mikroglia teraktivasi. [46]
Saat ini tidak diketahui apa penyebab utama MS; jika MS adalah
penyakit heterogen, proses pengembangan lesi tidak akan
unik. Secara khusus, beberapa pasien PPMS yang memiliki
program klinis khusus bernama multiple sclerosis cepat
progresif dapat memiliki penyebab genetik khusus [47] dan proses
perkembangan yang berbeda.
Beberapa jenis kerusakan muncul di otak: materi putih yang
muncul secara normal (NAWM) dan lesi yang khas. Perubahan
pada NAWM termasuk cedera aksonal tanpa demielinisasi,
inflamasi tingkat rendah, dan aktivasi mikroglial dan astrositik [48]
Pengembangan lesi MS

Ilustrasi empat jenis sel glial yang ditemukan dalam sistem saraf pusat: sel
ependymal, astrosit, sel mikroglial, dan oligodendrosit

Lesi MS berkembang di dalam area NAWM. Urutan kejadian yang


paling diterima adalah penampilan NAWM pertama, kemudian
apa yang disebut lesi pra-aktif, dengan mikroglia teraktivasi, dan
akhirnya kerusakan BBB, yang memungkinkan masuknya sel-T ke
CNS. Ini menandai awal dari serangan autoimun yang
menghancurkan mielin pada lesi aktif. [49] Ketika serangan
diselesaikan, bekas luka glial yang khas terbentuk oleh astrosit.
Model saat ini dapat dibagi menjadi dua kategori: luar-
dalam dan luar-dalam . Dalam yang pertama, dihipotesiskan
bahwa masalah dalam sel SSP menghasilkan respon imun yang
menghancurkan mielin dan selanjutnya merusak BBB. Dalam
yang terakhir, faktor eksternal menghasilkan kebocoran BBB,
memasuki SSP, dan menghancurkan mielin dan akson. [50] Apa
pun kondisi yang mendasari MS, tampaknya kerusakan dipicu
oleh faktor terlarut yang tidak diketahui dalam CSF, yang
berpotensi dihasilkan di daerah meningeal; faktor ini dapat
berdifusi ke dalam parenkim kortikal dan menghancurkan mielin
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui aktivasi
mikroglia. [12]
Evolusi lesi preaktif terkait dengan
reaktivitas mikroglia . Peningkatan ekspresi penanda permukaan
sel pro-inflamasi telah diamati pada NAWM dan lesi "awal", sesuai
dengan apa yang disebut hilangnya keseimbangan mikroglial
homeostatik. [51]
Beberapa penulis melaporkan pembentukan lesi aktif sebelum
kerusakan BBB; [52] yang lain menunjuk pada adipsin sebagai
faktor gangguan. [53]
Lesi MS didorong terutama oleh sel-T . Baru-baru ini ditemukan
bahwa sel-B juga terlibat. [54]
Gangguan sawar darah-otak
Penghalang darah-otak ( BBB ) adalah penghalang pelindung
yang menolak masuknya benda asing ke dalam sistem
saraf. Gangguan BBB adalah saat di mana penetrasi penghalang
oleh limfosit terjadi dan telah dianggap sebagai salah satu
masalah awal pada lesi MS. [55]
BBB terdiri dari sel-sel endotel yang melapisi dinding pembuluh
darah sistem saraf pusat. Dibandingkan dengan sel-sel endotel
normal, sel-sel yang melapisi BBB dihubungkan
oleh okludin dan claudin yang membentuk persimpangan
ketat untuk menciptakan penghalang untuk mencegah molekul
yang lebih besar seperti protein. Untuk dapat melewatinya,
molekul harus diambil dengan mengangkut protein atau
perubahan permeabilitas BBB harus terjadi, seperti interaksi
dengan protein adaptor terkait seperti ZO-1, ZO-2 dan ZO-3. [56]
BBB terganggu karena perekrutan aktif limfosit dan monosit dan
migrasi mereka melintasi
penghalang. Pelepasan chemokine memungkinkan untuk
aktivasi molekul adhesi pada limfosit dan monosit, menghasilkan
interaksi dengan sel-sel endotel dari BBB yang kemudian
mengaktifkan ekspresi matriks metaloproteinase untuk
mendegradasi penghalang. [56] Hal ini mengakibatkan gangguan
pada BBB, menyebabkan peningkatan permeabilitas penghalang
karena degradasi persimpangan ketat yang menjaga integritas
penghalang. Menginduksi pembentukan persimpangan ketat
dapat mengembalikan integritas BBB dan mengurangi
permeabilitasnya, yang dapat digunakan untuk mengurangi
kerusakan yang disebabkan oleh migrasi limfosit dan monosit
melintasi penghalang karena integritas yang dipulihkan akan
membatasi pergerakan mereka. [57]
Setelah penghalang, gejala kerusakan dapat muncul,
seperti pembengkakan . Aktivasi makrofag dan limfosit dan
migrasi mereka melintasi penghalang dapat mengakibatkan
serangan langsung pada selubung mielin dalam sistem saraf
pusat, yang mengarah ke peristiwa demielinasi karakteristik yang
diamati pada MS. [58] Setelah demielinasi terjadi, komponen
selubung mielin terdegradasi, seperti protein dasar
mielin dan glikoprotein oligodendrosit Myelin , kemudian
digunakan sebagai faktor pengidentifikasi untuk memfasilitasi
aktivitas kekebalan lebih lanjut pada selubung mielin. Aktivasi
lebih lanjut dari sitokin juga diinduksi oleh aktivitas makrofag dan
limfosit, mempromosikan aktivitas inflamasi serta aktivasi
lanjutan dari protein seperti metaloproteinase matriks, yang
memiliki efek merusak pada integritas BBB. [59]
Baru-baru ini telah ditemukan bahwa kerusakan BBB terjadi
bahkan pada lesi yang tidak meningkatkan. [60] MS memiliki
komponen vaskular yang penting. [61]
studi postmortem BBB
Studi postmortem dari BBB, terutama endotelium vaskular,
menunjukkan kelainan imunologis. Microvessels di daerah
periplaque bersama-sama mengekspresikan HLA-DR dan VCAM-1,
beberapa lainnya HLA-DR dan reseptor aktivator plasminogen
urokinase, dan lainnya HLA-DR dan ICAM-1. [62]
BBB in vivo
Materi putih yang rusak dikenal sebagai "materi putih yang
tampak normal" (NAWM) dan merupakan tempat lesi
muncul. [10] Lesi ini terbentuk pada NAWM sebelum kerusakan
sawar darah-otak. [63]
BBB dapat rusak secara sentripetal (paling normal) atau
sentrifugasi. [64] Beberapa kemungkinan gangguan biokimia
diusulkan. Beberapa hipotesis tentang bagaimana BBB
dikompromikan berputar di sekitar keberadaan senyawa dalam
darah yang bisa berinteraksi dengan pembuluh hanya di daerah
NAWM. Permeabilitas dua sitokin , Interleukin 15 dan LPS ,
mungkin terlibat dalam kerusakan BBB. [65] Kerusakan
bertanggung jawab atas infiltrasi dan peradangan monosit di
otak. [66] Migrasi monosit dan perlekatan dengan LFA-1 pada
endotel mikrovaskular otak diatur oleh SDF-
1alpha melalui Lyn kinase . [67]
Menggunakan nanopartikel besi, keterlibatan makrofag dalam
kerusakan BBB dapat dideteksi. [68] Peran khusus dimainkan
oleh Matrix metalloproteinases . Ini meningkatkan permeabilitas
sel T BBB, khususnya dalam kasus MMP-9 [59] dan diduga terkait
dengan mekanisme aksi interferon. [69]
Apakah disfungsi BBB adalah penyebab atau konsekuensi dari
MS [70] masih diperdebatkan, karena sel-T yang diaktifkan dapat
melewati BBB yang sehat ketika mereka mengekspresikan protein
adhesi. [71] Selain itu, sel-T yang diaktifkan dapat melewati BBB
yang sehat ketika mereka mengekspresikan protein
adhesi. [71] (Molekul adhesi juga dapat berperan dalam
peradangan [72] ) Secara khusus, salah satu protein adhesi yang
terlibat adalah ALCAM (Molekul Adhesi Sel Leukosit yang
Diaktifkan, juga disebut CD166 ), dan sedang diteliti sebagai
target terapi. [73] Protein lain yang terlibat
adalah CXCL12 , [74] yang ditemukan juga dalam biopsi otak dari
unsur-unsur inflamasi, [75] dan yang dapat dikaitkan dengan
perilaku CXCL13 di bawah
terapi methylprednisolone . [76] Beberapa model biokimia
molekuler untuk kekambuhan telah diusulkan. [77]
Biasanya, peningkatan gadolinium digunakan untuk menunjukkan
gangguan BBB pada MRI. [78] Persimpangan ketat abnormal hadir
di SPMS dan PPMS. Mereka muncul dalam lesi materi putih aktif
dan materi abu-abu di SPMS. Mereka bertahan dalam lesi tidak
aktif, terutama di PPMS. [79]
Kekurangan asam urat terlibat dalam proses ini. Asam urat yang
ditambahkan dalam konsentrasi fisiologis (yaitu mencapai
konsentrasi normal) adalah terapi pada MS dengan mencegah
kerusakan BBB melalui inaktivasi peroksinitrit . [80] Rendahnya
kadar asam urat yang ditemukan pada korban MS secara nyata
lebih disebabkan oleh kerusakan daripada konsekuensi kerusakan
jaringan pada lesi white matter, [81] tetapi tidak pada lesi white
matter. [82] Kadar asam urat lebih rendah saat kambuh. [83]

Pencegahan :

1. Hindari udara panas


Menurut Julie Stachowiak, PhD, penulis The Multiple Sclerosis Manifesto: Action
to Take, Principles to Live By yang juga mengidap multiple sclerosis sejak tahun
2003, udara panas adalah salah satu musuh yang patut dihindari oleh penderita
multiple sclerosis. Pasalnya, suhu panas berperan seperti “menyerap” energi
seseorang sehingga penderita jadi mudah lelah dan labil secara emosi.

Maka itu, penderita sebaiknya segera mendinginkan tubuhnya untuk mengatasi


kelelahan. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan menyalakan kipas
atau AC di kamar, mandi air dingin, memakai baju tipis dan nyaman, serta minum
jus atau minuman dingin lainnya.

2. Seimbangkan istirahat dengan rutin olahraga

Olahraga yang cukup dapat membantu mengatasi kelelahan akibat multiple


sclerosis. Nah, cobalah untuk melakukan beberapa bentuk meditasi yang dapat
memengaruhi alam bawah sadar Anda seperti tai chi, yoga, atau latihan
pernapasan. Tidak hanya mengatasi kelelahan, olahraga ini juga bermanfaat
untuk meningkatkan ketahanan tubuh, keseimbangan, dan menurunkan berat
badan penderita.

Meski demikian, tidak semua penderita multiple sclerosis dapat merasakan


manfaat yang sama setelah berolahraga. Maka itu, bicarakan ke dokter Anda
sebelum memilih program olahraga apa pun.

3. Kelola stres

Terlalu lama duduk atau berbaring di tempat tidur sering kali memicu stres pada
penderita multiple sclerosis. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa stres
dapat memicu pertumbuhan lesi di otak dan lambat laun memunculkan gejala
multiple sclerosis, termasuk kelelahan.

Untuk mengatasi kelelahan tersebut, cobalah untuk melakukan olahraga rutin


atau sekadar menghirup udara segar di luar rumah, dengan ditemani oleh
pasangan atau keluarga. Bila stres tak kunjung reda, mintalah bantuan psikolog
atau psikiater untuk mendapatkan terapi perilaku kognitif, yaitu jenis terapi yang
bisa membantu mengatasi masalah psikologis Anda.

4. Konsumsi obat-obatan tertentu sesuai anjuran dokter

Saat konsultasi ke dokter, cobalah untuk meminta resep obat tertentu untuk
mengurangi kelelahan yang dirasakan. Ampyra (dalfampridine) adalah salah satu
obat yang dapat meningkatkan konduksi saraf dan membantu mengatasi
kelelahan. Jenis obat lainnya yang juga dapat mengurangi gejala multiple
sclerosis adalah:

 Symmetrel (amantadine)
 Provigil (modafinil)
 Ritalin (methylphenidate)

Ingat, tidak semua penderita multiple sclerosis akan diberikan obat yang sama
dan merasakan manfaat yang sama. Ini sebabnya, pastikan bahwa Anda sudah
menerima obat yang tepat untuk mengobati gejala penyakit Anda dan siap
dengan efek samping yang ditimbulkan.

5. Tidur yang cukup

Tidur adalah salah satu cara untuk mengembalikan energi setelah seharian
beraktivitas. Namun sayangnya, penderita multiple sclerosis sering mengalami
sulit tidur akibat rasa lelah yang mengganggu.

Bagi penderita multiple sclerosis, mereka sering kali terbangun di tengah malam
karena ingin buang air kecil, kesemutan di kaki, atau sakit di sekujur tubuh. Hal
ini juga dapat disebabkan oleh beberapa gangguan tidur seperti sindrom kaki
gelisah (RLS) atau sleep apnea.

Untuk mengatasinya, luangkanlah waktu untuk tidur siang setidaknya 20 menit


untuk membangun energi dalam tubuh dan mengurangi kelelahan. Pada malam
hari, usahakan untuk tidur dan bangun tidur di jam yang sama untuk membentuk
pola tidur yang teratur setiap harinya.

6. Makan makanan yang sehat dan bergizi

Asupan makanan sehat dan bergizi sangat penting dikonsumsi untuk


mengendalikan gejala multiple sclerosis. Pada dasarnya, tidak ada diet khusus
bagi penderita multiple sclerosis, sehingga jenis makanan yang dianjurkan
umumnya sama seperti menu makanan orang normal.

Pilihlah buah dan sayuran yang kaya akan vitamin D, protein tanpa lemak, dan
biji-bijian yang baik untuk mengatasi kelelahan maupun gejala multiple sclerosis
lainnya. Bila Anda masih menemukan kesulitan untuk mengatur pola makan,
mintalah bantuan dokter atau ahli gizi untuk membuat menu makanan yang sehat
untuk Anda.
C. multiple sclerosis. Beberapa penyakit sclerosis yaitu: 1. bervariasi dan tergantung pada
lokasi serat saraf yang rusak. Dalam beberapa kasus, penyakit ini tidak menunjukkan gejala.
Di kasus lain, para pasien terserang sangat parah dan gejalanya semakin memburuk dengan
cepat 2. Menganggap sensori: Mati rasa, kesemutan, atau nyeri pada satu atau lebih anggota
badan 3. Gambaran motorik (otot): Kelemahan, kekakuan, kejang otot, tremor, 4. Gangguan
penghilatan: Hilangnya kemampuan melihat sebagian atau seluruhnya (biasanya satu mata
pada satu waktu), sakit mata, penglihatan ganda, atau penghilatan arus. Mental: Konsentrasi
yang buruk, mudah lupa 5. Sensasi Kejutan listrik di punggung belakang dapat terjadi saat
bergerak 6. Pembicaraan yang melantur 7. Mendorong 8. Kelelahan 9. Kehilangan kendali
atas kandung kemih atau usus

B. Jenis Multiple Sclerosis Jenis-jenis multile selerosis yaitu: 1, Kambuh Berulang


(Relapsing Remitting): Ini adalah jenis yang paling umum, dan ditandai dengan simtom yang
muncul mendadak yang muncul selama beberapa minggu atau bulan, lalu meningkat laun
ditampilkan 2. Progresif Primer (Primary Progressive): Pola MS paling sering terjadi pada
pasien yang lebih tua. 3. Progresif Sekunder (Progresif Sekunder): Pola ini dimulai dengan
penyakit yang muncul mendadak lalu menghilang, tetapi kemudian muncul semakin
memburuk lagi. C. Multiple Sclerosis Menampilkan penyakit multipel sclerosis yaitu:. la
bervariasi dan tergantung pada lokasi serat saraf yang rusak. Dalam beberapa kasus, penyakit
ini tidak menunjukkan gejala. Di kasus lain, para pasien terserang sangat parah dan gejalanya
semakin memburuk dengan cepat
Sumber
Jurnal Oftalmologi Indonesia (JOI), Vol. 7. No. 4 Desember 2010: 171−174

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 4)

1.  Golan, Daniel; Staun-Ram, Elsebeth; Miller, Ariel


(2016)."Pergeseran paradigma dalam sklerosis multipel". Opini
Saat Ini di Neurologi . 29 (3): 354-361. doi : 10.1097 /
WCO.0000000000000324 . PMID 27070218 .
2. ^ Dutta R, Trapp BD (Jun 2006). "Patologi dan definisi
multiple sclerosis". Rev Prat . 56 (12): 1293–8. PMID 16948216 .
3. ^ Fakhredin RB, Saade C, R Kerek, El-Jamal L, Khoury SJ, El-
Merhi F (27 Juli 2016). "Pencitraan dalam multiple sclerosis: Spin
baru pada lesi". Med. Bayangkan Dan Onkologi Radiasi .60 (5):
577–586. doi : 10.1111 / 1754-9485.12498 . PMID27464473 .

Anda mungkin juga menyukai