Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

Pengampu : Ns. Natalia Devi, S.Kep., M.Kep., Sp.Anak

Di susun oleh :
Kelompok 7

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2021/2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Berat Bayi Lahir Rendah
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, 2010).

2. Etiologi
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan) mungkin juga
cukup bulan (dismatur ).
1. Prematur Murni
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa
kehamillan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR. Faktor faktor
yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur atau BBLR
adalah:
a. Faktor Ibu
 Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
 Gizi saat hamil kurang
 Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
 Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah (perokok).
 Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion.
 Faktor pekerja terlalu berat
 Primigravida
 Ibu muda (<20 tahun)
b. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum,
komplikasi hamil seprti preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini
c. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali
kongenital
d. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
 Kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm
 Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus.
 Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura
besar.
 Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana.
 Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan
apnu.
 Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama
pada dahi dan pelipis dahi dan lengan
 Lemak subkutan kurang.
 Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun
 Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
 Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya
tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu
tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR
2. Dismatur
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan . Menurut
Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu- minggu sampai berbulan bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran kepala
dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih
dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak
menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin
terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
b. Disporpotionate IUGR
Trejadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu
sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai
dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda
sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan
mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur adalah:
 Faktor ibu
Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita
penyakit diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu,
(tinggal didaerah pegunungan , hemoglobinopati, penyakit
paru kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alcohol
 Faktor utery dan plasenta
Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat
yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi
dari kembar yang satu kekembar yang lain, sebagian plasenta
lepas.
 Faktor janin
 Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez,
sifillis).
3. Patofisiologi Berat Bayi Lahir Rendah
Menurut Maryanti, (2012) faktor yang mempengaruhi terjadinya
BBLR terdiri dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan
sosial ekonomi dan sebab lain berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan
faktor lingkungan. BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi karena sistem
reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan Hal
ini disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan
semakin menurun. Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi
sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang
dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya (Mahayana et al., 2015).
Menurut Samuel S Gidding dalam Amirudin & Hasmi (2014) 
mekanisme pajanan asap rokok terhadap kejadian BBLR dan berat
plasenta dengan beberapa mekanisme yaitu kandungan tembakau seperti
nikotin, CO dan polysiklik hydrokarbon, diketahui dapat menembus
plasenta. Carbonmonoksida mempunyai afinitas berikatan dengan
hemoglobin membentuk karboksihemoglobin, yang menurunkan kapasitas
darah mengangkut oksigen ke janin. Sedangkan nikotin menyebabkan
vasokontriksi arteri umbilikal dan menekan aliran darah plasenta.
Perubahan ini mempengaruhi aliran darah di plasenta. Kombinasi hypoxia
intrauterine dan plasenta yang tidak sempurna mengalirkan darah diyakini
menjadi penghambat pertumbuhan janin.
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit
pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan
suplai oksigen ke jaringan, selain itu juga dapat merubah struktur
vaskularisasi plasenta, hal ini akan mengganggu pertumbuhan janin
sehingga akan memperkuat risiko terjadinya persalinan prematur dan
kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah terutama untuk kadar
hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal
kehamilan (Cunningham, et al., 2010). Selain anemia, implantasi plasenta
abnormal seperti plasenta previa berakibat terbatasnya ruang plasenta
untuk tumbuh, sehingga akan mempengaruhi luas permukaannya. Pada
keadaan ini lepasnya tepi plasenta disertai perdarahan dan terbentuknya
jaringan parut sering terjadi, sehingga meningkatkan risiko untuk terjadi
perdarahan antepartum (Prawirohardjo, 2008). Apabila perdarahan banyak
dan kehamilan tidak dapat dipertahankan, maka terminasi kehamilan harus
dilakukan pada usia gestasi berapapun. Hal ini menyebabkan tingginya
kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir rendah disertai
mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi
kejadian BBLR, karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial
ekonomi yang rendah akan mempunyai intake makan yang lebih rendah
baik secara kualitas maupun secra kuantitas, yang berakibat kepada
rendahnya status gizi pada ibu hamil (Amalia, 2011). Selain itu, 
gangguan  psikologis  selama  kehamilan berhubungan dengan terjadinya
peningkatan indeks resistensi arteri uterina. Hal ini disebabkan karena
terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga
aliran darah ke uterus menurun dan uterus sangat sensitif terhadap
noradrenalin sehingga menimbulkan efek vasokonstriksi. Mekanisme 
inilah  yang  mengakibatkan terhambatnya  proses  pertumbuhan  dan
perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi BBLR (Hapisah, et al.,
2010).
Menurut Maryanti (2012) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari
faktor janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan
kelainan koromosom. Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah
air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat
merangsang persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat
menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian
BBLR. Pada kehamilan ganda berat badan kedua janin pada kehamilan
tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian
darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan kembar
distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi
dan sering terjadi persalinan prematur (Amirudin & Hasmi, 2014).
Menurut Saifuddin dalam Amirudin & Hasmi (2013) kelainan kongenital
atau cacat bawaan merupakan kelaianan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang lahir
dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau
bayi kecil.
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi berat
badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering
pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya jaringan
subkutan (Mitayani, 2013). Karena suplai lemak subkutan terbatas dan
area permukaan kulit yang besar dengan berat badan menyebabkan bayi
mudah menghantarkan panas pada lingkungan (Sondakh, 2013). Sehingga
bayi dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia (Maryanti, 2012). Selain itu tipisnya lemak subkutan
menyebabkan struktur kulit belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit
yang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama
pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama (Pantiawati,
2010). Pada bayi prematuritas juga mudah sekali terkena infeksi, karena
daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryanti, 2012).
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan
belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli
paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan
tekanan negative intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi
yang kuat.  Hal tersebut menyebakan ketidakefektifan pola
nafas (Pantiawati, 2010).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang (Maryanti et al., 2012). Selain itu
jaringan lemak subkutan yang tipis menyebabkan cadangan energi
berkurang yang menyebabkan malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat fungsi
organ-organ belum baik terutama pada otak dapat menyebabkan imaturitas
pada sentrum-sentrum vital yang menyebabkan reflek menelan belum
sempurna dan reflek menghisap lemah. Hal ini menyebabkan
diskontinuitas pemberian ASI (Nurarif & Kusuma, 2015).

4. Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah


Menurut Deslidel (2011)  klasifikasi BBLR, yaitu :
a.    BBLR prematur atau kurang bulan
1)   Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin)
2)   Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum
sempurna, bayi belum dapat menyusu
3)   Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH)
otak lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan
pernafasan)
4)   Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak
subkutan yang masih sedikit maupun brown fat belum terbentuk.
Beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain :
a)    Bayi menggigil
b)   Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-
bercak.
c)    Anak terlihat apatis atau diam saja.
d)   Gerakan bayi kurang dari normal.
e)    Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada
bibir dan ujung-ujung jarinya. (Walyani, 2015).
5)   Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
b.    BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dimatur
1)   Sindrom aspirasi mekonium
2)   Hiperbilirubinemia
3)   Hipoglikemia
4)   Hipotermia
5. Komplikasi BBLR
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara
lain :
a. Hipotermi
b. Hipoglikemi
c. Gangguan cairan dan elektrolit
d. Hiperbilirubinemia
e. Sindroma gawat nafas
f. Paten duktus arteriosus
g. Infeksi
h. Perdarahan intraventrikuler
i. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada BBLR antara lain :
a. Gangguan perkembangan
b. Gangguan pertumbuhan
c. Gangguan penglihatan (Retinopati)
d. Gangguan pendengaran
e. Penyakit paru kronis
f. Kenaikan angka kesakitan
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

6. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir Rendah


Beberapa penyebab dari bayi dengan berat bayi lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor Orang Tua
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi
kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan
pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari
1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal
yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal
di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
7. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan
baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator,
bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu
perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/
hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif
dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara
efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia,
memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat
menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan
bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen
harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk
mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan
tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat
bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas.
9. WOC

Fc resiko ibu:malnutrisi,
Fc resiko janin:cacat
kelainan uterus,...
bawaan, kehamilan ganda, hidramnion,
Sosek↓
KebiasaanKPD
merokok, kerja
Fc resiko
terlaluibu:hipertensi,
lelah FcGGK,
uterus
merokok,
& plasenta:hemangioma,infark
DM, gizi↓
Fc janin:ganda, kelainan
plasenta,...
krom, infeksi,cct ba

Prematur
Dismatur

BBLR

Pernafasan Termoregulasi Pencernaan Imunologik

Deff. surfaktanOtot pernafasan lemah Cadangan


Pusat
lemak
pengaturan
subkutan,suhu SSPAktivitas
blm sempurna
otot↓ MotilitasVolume lambungEnzim
<< cerna <<Sistem imunitas blm matang
lemak coklat << usus↓

Daya kembang paru↓


Wktu pengosongan Lmbg↑
Apnea,asfiksia Pola Nafas Tdk Efektif
P↑ kehilangan panas tbh Kadar Ig G↓
Daya fagositosis↓
Refleks menggigil (-)
Hipoksia,hipertensi,hiperkapnia

Daya tahan tubuh thd infeksi↓


Fc pembekuan << spt:protrombin, fc. VII, fc. Christmas Ggn. Pencernaan&Penyerapan
Aliran darah ke otak↑ Hipotermi

Termoregulasi tidak efektif


Perdarahan intraventrikuler Defisit Nutrisi
Resiko infeksi
Pemb. Drh rapuh
Resiko Cedera
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu
tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu
,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai
5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan
sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB
Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang,
daya absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi
terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
120-140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama
jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3 detik).
2) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal;
frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau
ronkhi.
3) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah
(jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan
mengisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia,
urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi,
refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau
sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang
dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum
tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
6) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
7) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda
lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit
kering, halus, terkelupas.
8) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang
dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari
46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm,
lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus,
lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris
menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun.,
nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
3) Pengkajian Reflek Bayi
1) Reflek moro (kaget)
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala
tiba-tiba digerakkan.
2) Reflek rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
3) Refleks sucking (isap)
Terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang
disertai refleks menelan.
4) Reflek Swallowing
Terjadi apabila bayi menelan Air susu ibu.
5) Refleks Tonikneck
Terjadi apabila kepala bayi kita angkat dan mendapat
tahanan pada kepala bayinya.
6) Refleks Plantar
Terjadi apabila tangan kita dapat di genggam oleh tangan
bayi
7) Refleks Babinsky
Terjadi apabila telapak kaki bayi kita sentuh dan akan
terjadi kerutan pada telapak kaki bayinya itu menandakan
turgor kulit bayi negative / jelek , sebaliknya apabila tidak
ada kerutan pada telapak kaki bayinya berarti turgor kaki
bayi negative /baik .
8) Reflek Walking
Terjadi apabila bayinya kita angkat akan terjadi reaksi pada
kakinya seperti berjalan.
9) Pengkajian APGAR
a) Penilaian APGAR Score
Penilaian APGAR score ini biasanya dilakukan
sebanyak 2 kali. Yaitu 5 menit pertama bayi baru lahir
dan 5 menit kedua atau 10 menit pertama bayi baru
lahir. Secara garis besar, penilaian APGAR score ini
dapat disimpulkan seperti berikut ini.
b) Appearance atau warna kulit:
Nilai APGAR 0 jika kulit bayi biru pucat atau
sianosis. Nilai APGAR 1 jika tubuh bayi berwarna
merah muda atau kemerah merahan sedangkan
ekstremitas ( tangan dan kaki) berwarna biru pucat.
Nilai APGAR 2jika seluruh tubuh bayi berwarna
merah muda atau kemerahan.
c) Pulse atau denyut jantung:
Nilai APGAR 0 jika bunyi denyut jantung tidak
ada atau tidak terdengar. Nilai APGAR 1 jika bunyi
denyut jantung lemah dan kurang dari 100 x/menit.
Nilai APGAR 2 jika denyut jantung bayi kuat dan
lebih dari 100 x/menit.
Gremace atau kepekaan reflek bayi, Nilai
APGAR 0 jika bayi tidak berespon saat di beri
stimulasi. Nilai APGAR 1 jika bayi meringis,
merintih atau menangis lemah saat di beri stimulasi.
Nilai APGAR 2 jika bayi menangis kuat saat bayi
diberi stimulasi.
d) Activity atau tonus otot
Nilai APGAR 0 jika tidak ada gerakan, Nilai
APGAR 1 jika gerakan bayi lemah dan sedikit, Nilai
APGAR 2 jika gerakan bayi kuat.
e) Respiration atau pernafasan
Nilai APGAR 0 jika tidak ada pernafasan, Nilai
APGAR 1 jika pernafasan bayi lemah dan tidak
teratur,Nilai APGAR 2 jika pernafasan bayi baik dan
teratur.
10) Pengkajian Ballard Score

2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik (D.0005).
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient (D.0019).
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat
termoregulasi hipotalamus dan ketidakadekuatan suplai lemak
subkutan (D.0149).
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahan
tubuh sekunder imununosupresi (D.0142)
5. Risiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan (D.0136) .

3. Rencana Asuhan Keperawatan


SDKI SLKI SIKI
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
efektif berhubungan tindakan keperawatan (I.01011)
dengan maturitas selama 3x24 jam - Observasi pola nafas
pusat pernafasan, diharapkan status (frekuensi, kedalaman,
keterbatasan pernafasan pasien usaha napas)
perkembangan otot, teratasi dengan kriteria: - Monitor bunyi napas
penurunan Pola napas (L.01004) - Berikan oksigen
energi/kelelahan, - Tekanan ekspirasi - Edukasi kepada
ketidakseimbangan 1 2 3 4 5 keluarga tentang
metabolik (D.0005). - Tekanan inspirasi penyeab BBLR
1 2 3 4 5 - Kolaborasi pemberian
- Dispnea brokodilator jika perlu
1 2 3 4 5
- Penggunaan otot
bantu napas
1 2 3 4 5
- Frekuensi napas
1 2 3 4 5
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.03119)
ketidakmampuan selama 3x24 jam - Identifikasi status
mengabsorbsi diharapkan nutrisi
nutrient (D.0019). termoregulasi: baru - Monitor berat badan
lahir pasien teratasi - Kolaborasi dengan ahli
dengan kriteria hasil: gizi untuk menentukan
Status Nutrisi Bayi jenis nutrient
(L.03031) Konseling Nutrisi
- Berat badan (I.03094)
1 2 3 4 5 - Monitor intake dan
- Panjang badan output cairan
1 2 3 4 5 - Pertimangan faktor-
- kulit kuning faktor yang
1 2 3 4 5 mempengaruhi
- Prematuritas pemenuhan gizi
1 2 3 4 5 - Edukasi program gizi
- Pola makan
1 2 3 4 5
- Proses tumbuh
kembang
1 2 3 4 5
- Lapisan lemak
1 2 3 4 5

Termoregulasi tidak Setelah dilakukan Edukasi Termoregulasi


efektif berhubungan tindakan keperawatan (I.12457)
dengan stimulasi selama 3x24 jam - Identifikasi kesiapan
pusat termoregulasi diharapkan sesuai dan kemampuan
hipotalamus dan dengan kriteria: meneima informasi
ketidakadekuatan Termoregulasi - Ajarkan cara
suplai lemak Neonatus (L.14135) pengukuran suhu
subkutan (D.0149). - Akrosianosis Perawatan Bayi (I.10338)
1 2 3 4 5 - Monitor tanda-tanda
- Konsumsi vital
oksigen - Anjurkan ibu menyusui
1 2 3 4 5 sesuai kebutuhan
- Suhu tubuh - Edukasi cara merawat
1 2 3 4 5 bayi di rumah
- Frekuensi nadi
1 2 3 4 5

2)
Risiko infeksi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.03119)
ketidakadekuatan selama 3x24 jam - Identifikasi status
pertahan tubuh diharapkan sesuai nutrisi
sekunder dengan kriteria: - Monitor berat badan
imununosupresi Status imun (L.14133) - Kolaborasi dengan ahli
(D.0142) - Integritas kulit gizi untuk menentukan
1 2 3 4 5 jenis nutrient
- Infeksi berulang Manajemen Imunisasi
1 2 3 4 5 (I.14508)
- Penurunan berat - Identifikasi riwayat
badan kesehatan dan alergi
1 2 3 4 5 - Berikan suntikan pada
- Suhu tubuh bayi pada bagian paha
1 2 3 4 5 anterolateral
- Edukasi mengenai
informasi imunisasi
melindungi terhhadap
penyakit
Risiko cedera Setelah dilakukan Identifikasi Risiko
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.14502)
hipoksia jaringan selama 3x24 jam - Identifikasi risiko
(D.0136) . diharapkan sesuai secara berkala
dengan kriteria: - Tentukan metode
Tingkat cedera pengelolaan resiko
(L.14136) yang baik
- Kejadian cedera Pencegahan Cedera
1 2 3 4 5 (I.14537)
- Perdarahan - Identifikasi area
1 2 3 4 5 lingkungan yang
- Frekuensi nadi berpotensi
1 2 3 4 5 menyebabkan cedera
- Frekuensi napas - Tingkatkan frekuensi
1 2 3 4 5 observasi dan
- Denyut jantung pegawasan pasien
apikal - Edukasi alasan
1 2 3 4 5 intervensi pencegahan
- Denyut jantung jatuh ke pasien
radialis
1 2 3 4 5

TELAAH ARTIKEL/JURNAL

A. Artikel Pertama
Judul Artikel : Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kenaikan
BBLR Di Rsud Dr Doris Sylvanus
Palangkaraya
Nama Jurnal : Mahakam Midwifery Journal
Penerbit : Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Volume Dan Halaman : , Vol 3, No. 1
Tahun Terbit : November 2019
Penulis : Riny Natalina
Isi Artikel
- Tujuan Penelitian : Untuk Mengetahui Pengaruh Pijat Bayi
Terhadap Kenaikan Berat Badan Bayi Bblr

- Desain : Penelitian Kuantitatif Menggunakan Metode


Quasy Eksperiment Dengan Pre Test Dan
Post Test Control Group Design
- Populasi Dan Sampel : Penelitian Ini Dilakukan Pada Bayi Dengan
Bblr Di Ruang Periantologi Rsud Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya Dengan Jumlah
Sampel Sebanyak 59 Sampel Bayi Bblr

- Instrumen : Pengumpulan Data Melalui Metode


Observasi.
- Metode Analisis : Di Uji T Independen.

- Hasil Penelitian : Berdasarkan Hasil Analisis Bivariat


Ditemukan Bahwa Kenaikan Berat Terjadi
Pada Kedua Kelompok Intervensi Dengan
Pemijatan Dan Kelompok Kontrol Tanpa
Pemijatan. Akan Tetapi, Kenaikan Rata-Rata
Untuk Kelompok Intervensi Lebih Tinggi
Dibandingkan Dengan Kenaikan Berat Badan
Rata-Rata Kelompok Kontrol Tanpa
Pemijatan. Pada Saat Dilakukan Analisis
Multivariat Dengan Menggunakan Regresi
Logistik Juga Ditemukan Bahwa Terapi Pijat
Terbukti Meningkatkan Kenaikan Berat
Badan Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Secara
Signifikan.
- Kesimpulan Dan Saran : Kesimpulan:

Terdapat Pengaruh Yang Bermakna Antara


Terapi Pijat Yang Dilakukan Pada Bayi Berat
Lahir Rendah (Bblr) Dengan Kenaikan Berat
Badan Bayi Bblr. Faktor Lain Yang
Berpengrauh Adalah Umur Kehamilan Dan
Komplikasi Selama Hamil. Faktor Lain Yang
Tidak Berpengaruh Adalah Jenis Kelamin
Dan Jenis Nutri Yang Diberikan.

Ucapan Terima Kasih Pada Kesempatan Ini


Penulis Ingin Mengucapkan Terimakasih
Kepada Segenap Pihak Yang Membantu Dan
Berkontribusi Dalam Penelitian Ini Meliputi :
Direktur Poltekkkes Kemenkes Palangka
Raya Dan Direktur Rsud Dr Doris Sylvanus
Palangka Raya Termasuk Staff Dan
Jajarannya (Untuk Kesempatan Yang
Diberikan Dalam Melakukan Penelitian) Dan
Pasangan Ibu Dan Bayi Yang Bersedia
Menjadi Responden Penelitian Ini Serta Tim
Enumerator Yang Membantu Dalam Proses
Pemijatan Dan Pengambilan Data Penelitian.

B. Artikel Kedua
Judul Artikel : Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
(PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi
pada Bayi Baru Lahir

Nama Jurnal : Jurnal Bidan Cerda


Penerbit : STIKes Bataraguru Soroaka
Volume Dan Halaman : Vol. 2 No. 2
Tahun Terbit : April 2020.
Penulis : Parti, Sumiati Malik dan Nurhayati
Isi Artikel
- Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh perawatan
petode kanguru (PMK) terhadap pencegahan
hipotermi pada bayi berat badan lahir rendah
di RSUD Morowali Tahun 2019.

- Desain : Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi


experiment
- Populasi Dan Sampel : Populasi dalam seluruh bayi berat badan lahir
rendah yang lahir pada bulan Mei s/d Juli
2019. Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh bayi baru lahir berat badan lahir
rendah yang lahir pada bulan Mei s/d Juli
2019 berjumlah 30 bayi.

- Instrumen : Pengumpulan Data Melalui Metode


Observasi.
- Metode Analisis : Di uji paired t test.
- Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh
hasil bahwa suhu tubuh bayi mengalami
peningkatan setelah dilakukan PMK. Hal ini
dapat diliahat dari nilai mean sebelum
dilakukan PMK yaitu 37,16. Sedangkan
setelah dilakukan PMK suhu tubuh bayi
meningkat dengan nilai mean = 37,34.
- Kesimpulan Dan Saran : Terdapat perbedaan (pengaruh) suhu tubuh
bayi sebelum dan sesudah dilakukan PMK
dengan nilai p< 0,001
Saran penelitian adalah diharapkan PMK
yang selama ini dilakukan di Rumah Sakit
Umum Daerah Morowali dapat terus
diaplikasikan mengingat banyaknya manfaat
metode ini baik bagi bayi maupun ibunya,
serta peningkatan kemampuan petugas
kesehatan dalam melakukan PMK sehingga
mampu memberikan in house training bagi
ibu agar dapat dilakukan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di akses 30 Maret 2021.


Arizona Health Matters. 2015. Babies with Low Birth
Weight. http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?
op=modload&name=NS-Indicator&file=indicator&iid=17275074.
Di akses 30 Maret 2021.
Arief, Nur. 2015. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat.
Yogyakarta : AR Group.
Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik  - Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi
8. Jakarta : EGC.
Doenges, E.Marilynn. 2012.  Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi
3.  Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta :
EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan.
Jakarta : TIM.
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai