Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KAD ( Ketoasidosis Diabetikum )

1.1 Pengertian

Ketoasidosis Diabetik adalah keadaan kegawatan atau akut dari DM

tipe I, disebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton

akibat kekurangan atau defisiensi insulin, di karakteristikan dengan

hiperglikemia, asidosis, dan keton akibat kurangnya insulin (Udjianti,

2010). Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi

kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan

ketosis terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.

KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus (DM)

yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresia

osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan dapat sampai

menyebabkan syok.

Diabetik ketoasidosis adalah keadaan yang mengancam hidup

komplikasi dari diabetes mellitus tipe 1 tergantung insulin dengan criteria

diagnostic yaitu glukosa > 250 mg/dl, pH = < 7.3, serum bikarbonat <18

mEq/L, ketoanemia atau ketourinia.(Urden Linda, 2008).

1.2 Etiologi

Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) atau diabetes melitus

tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat

proses autoimun. Sedangkan non insulin dependen diabetik melitus

(NIDDM) atau diabetes melitus tidak tergantung insulin disebabkan


kegagalan relatif sel B dan resistensi insulin. Resistensu insulin adalah

turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh

jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel B

tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Artinya

terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari

berkurangnya sekresi insulin pada perangsangan sekresi insulin, berarti sel

B pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa ( Price. Sylvia A,

2009).

1.3 Manifestasi Klinis

1. Poliuria

2. Polidipsi

3. Penglihatan kabur

4. Lemah

5. Sakit kepala

6. Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg atau

> pada saat berdiri)

7. Anoreksia, Mual, Muntah

8. Nyeri abdomen

9. Hiperventilasi

10. Perubahan status mental (sadar, letargik, koma)

11. Kadar gula darah tinggi (> 240 mg/dl)

12. Terdapat keton di urin

13. Nafas berbau aseton


14. Bisa terjadi ileus sekunder akibat hilangnya K+ karena diuresis

osmotik

15. Kulit kering

16. Keringat

17. Kusmaul ( cepat, dalam ) karena asidosis metabolik

1.4 Patofisiologi

Diabetes ketoasidosis disebabakan oleh tidak adanya insulin atau

tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan

gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga

gambaran kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi,

kehilangan elektrolit dan asidosis.

Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki

sel akan berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi

tidak terkendali. Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia.

Dalam upaya untuk mnghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam

tubuh, ginjal akan mengekresikan glukosa bersama – sama air dan

elektrolit (seperti natrium, dan kalium). Diurisis osmotik yang ditandai

oleh urinasi berlebihan (poliuri) ini kan menyebabkan dehidrasi dan

kehilangan elekrolit. Penderita ketoasidosis yang berat dapat kehilangan

kira – kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga 500 mEg natrium, kalium

serta klorida selam periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak

(lipolisis) menjadi asam – asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak

bebas akan diubah menjadi benda keton oleh hati. Pada ketoasidosis
diabetik terajdi produksi benda keton yang berlebihan sebagai akibat dari

kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan

tersebut. Benda keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalanm sirkulasi

darah, benda keton akan menimbulkan asidosis metabolik (Smeltzer

2010),
1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Analisa Darah

a. Kadar glukosa darah bervariasi tiap individu

b. pH rendah (6,8 -7,3)

c. PCO2 turun (10 – 30 mmHg)

d. HCO3 turun (<15 mEg/L)

e. Keton serum positif, BUN naik

f. Kreatinin naik

g. Ht dan Hb naik

h. Leukositosis

i. Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330

mOsm/l

2. Elektrolit

a. Kalium dan Natrium dapat rendah atau tinggi sesuai jumlah cairan

yang hilang (dehidrasi).

b. Fosfor lebih sering menurun

c. Urinalisa

d. Leukosit dalam urin

e. Glukosa dalam urin

3. EKG

4. MRI atau CT-scan

5. Foto toraks
1.7 Penatalaksanaan

Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia,

dan ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada.

Fase I/Gawat :

a. Rehidrasi

1) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam

pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-

6L/24jam)

2) Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)

3) Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi

4) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi batang otak

(24 – 48 jam).

5) Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%

6) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)

7) Monitor keseimbangan cairan

b. Insulin

1) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)

2) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan isotonic

3) Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4

jam sekali

4) Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15 mEq/L

³250mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3


Fase II/Maintenance:

1) Cairan maintenance

a. Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian

b. Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU

2) Kalium

Perenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.

3) Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak

nafsu makan, boleh makan bubur atau minuman berkalori lain.

4) Minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi.

1.8 Komplikasi

1. ARDS (acute respiratory distress syndrome)


Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan akibat rehidrasi
yang berlebihan, gagal jantung kiri atau perubahan permeabilitas kapiler
paru.
2. DIC (disseminated intravascular coagulation)
3. Edema otak
Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi terus
menerus akan beresiko terjadinya edema otak
4. Gagal ginjal akut
Dehidrasi berat dengan syok dapat mengakibatkan gagal ginjal akut.
5. Hipoglikemia dan hiperkalemia
Terjadi akibat pemberian insulin dan cairan yang berlebihan dan tanpa
pengontrolan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

a. Biodata Pasien

b. Anamnesa Pra Assasment

c. Pengkajian Pola Aktivitas Sehari-hari/Activity Daily Live (ADL)

1. Pola Aktivitas di Rumah Sakit

d. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Dasar (TTV Dasar)

1) GCS

2) Kesadaran

3) Tekanan Darah

4) Nadi

5) Suhu

6) RR

2. Pemeriksaan Mukuluskeletal

3. Pemeriksaan Abdomen, thorax

4. Pemeriksaan kulit

5. Permeriksaan kelamin dan ketiak

6. Intake dan output cairan

7. Pola eliminasi dan tidur

8. Pemeriksaan penunjang
2.2. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Defisit volume cairan

3. Ketidakefektifan pola nafas

4. Keletihan

5. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

6. Resiko syok
2.3 Intervensi Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan NOC dan Indikator Serta Skor Awal dan Uraian Aktivitas Rencana Nama &
Ditegakkan / Kode Skor Target Tindakan (NIC) TTD
Diagnosa Keperawatan Perawat
1 Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan : Manajemen Nutrisi (1100) Ira sofia
kurang dari kebutuhan tubuh ninghayati
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
1. Monitor asupan makanan
selama 3 kali 24 jam ketidakseimbangan
2. Monitor berat badan
nutrisi teratasi
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi adanya alergi
Status Nutrisi (1004)
makanan
kode indikator S.A S.T
100402 Asupan 4. Bantu pasien untuk memenuh
makanan
100405 Rasio tinggi kebutuhan nutrisi\
badan dan
berat badan 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
100411 Hidrasi
100408 Asupan untuk pemenuhan gizi dan
cairan
diet DM
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).

Indonesia : Elsevier Global Rights

Keliat, Anna Budi, dkk. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi

Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia :

Elsevier Global Rights

Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) Nic-Noc,

Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional Jilid 3. Yogyakarta

: MediaAction

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai