Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS VIDEO STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TERAPI OKSIGEN

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

Disusun oleh :
EMRITHA DELLA
14420212124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TERAPI OKSIGEN

A. Pengertian
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan
B. Tujuan
Tujuan umum pemberian terapi oksigen :
1. Meningkatkan ekspansi dada
2. Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan
oksigen
3. Membantu kelancaran metabolisme
4. Mencegah hipoksia (misalnya: penyelam, penerbang, pendaki
gunung, pekerja tambang)
5. Menurunkan kerja jantung
6. Menurunkan kerja paru-paru pada klien dengan dispnea
7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi napas pada penyakit paru
C. Indikasi
1. Gagal napas
2. Gangguan jantung (gagal jantung, infark)
3. Kelumpuhan alat pernapasan
4. Tanda-tanda hipoksia, shock, dyspnea, sianosis, apnoe
5. Keadaan gawat misalnya koma
6. Trauma paru
7. Metabolism yang meningkat: luka bakar, injuri multiple, infeksi
berat
8. Post operasi
9. Keracunan karbon monoksida
D. Kontra indikasi
Tidak ada kontra indikasi pada pemberian terapi oksigen dengan
syarat pemberian jenis dan jumlah aliran yang tepat. Namun demikian,
perhatikan pada kasus berikut :
1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang
mulai bernapas spontan maka pemasangan masker parsial
rebreathing dan non-rebreathing dapat menimbulkan tanda dan
gejala keracunan oksigen.
2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-
muntah
3. Jika klien terdapat obstruksi nasal, maka hindari pemakaian nasal
kanul.
E. Metode pemberian Terapi Oksigen
1. Sistem aliran rendah
a. Kateter Nasal
Oksigen : Aliran 1-6 liter/menit menghasilkan oksigen dengan
konsentrasi 24-44% tergantung pola ventilasi pasien. Bahaya :
Iritasi lambung, pengeringan mukosa hidung, kemungkinan
distensi lambung, epistaksis.
b. Kanula Nasal
Oksigen : Aliran 1-6 liter/menit menghasilkan O 2 dengan
konsentrasi 24- 44% tergantung pada polaventilasi pasien.
Bahaya: Iritasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus
dan epitaksis
c. Sungkup Muka Sederhana
Oksigen : Aliran 5-8 liter/menit menghasilkan O 2 dengan
konsentrasi 40-60%. Bahaya : Aspirasi bila muntah,
penumpukan CO2 pada aliran O2 rendah, Empisema subcutan
kedalam jaringan mata pada aliran O2 tinggi dan nekrose,
apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat.
d. Sungkup Muka “Rebreathing” dengan Kantong O2
Oksigen : Aliran 8-12 liter/menit menghasilkan oksigen dnegan
konsentrasi 60-80%. Bahaya : Terjadi aspirasi bila muntah,
empisema subkutan kedalam jaringan mata pada aliran O2 tinggi
dan nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat.
e. Sungkup muka “Non Rebreathing” dengan kantong O2
Oksigen : Aliran 8-12 liter/menit menghasilkan konsentrasi O 2
90%. Bahaya : Sama dengan sungkup muka "Rebreathing".
2. Sistem Aliran Tinggi
a. Sungkup muka venturi
Oksigen : Aliran 4-14 liter/menit menghasilkan konsentrasi O2
30-55%. Bahaya : Terjadi aspirasi bila muntah dan nekrosis
karena pemasangan sungkup yang terlalu ketat.
b. Sungkup Muka Aerosol (Ambu Bag)
Oksigen : Aliran lebih dan 10 liter/menit menghasilkan
konsentrasi O2 100%. Bahaya : Penumpukan air pada aspirasi
bila muntah serta nekrosis karena pemasangan sungkup muka
yang terlalu ketat.
F. Prosedur
1. Pra interaksi
a. Membaca laporan/instruksi/perintah/program terapi
medik/program terapi keperawatan.
b. Menulis/mengecek identitas klien pada format dokumentasi asuhan
keperawatan.
c. Menyiapkan peralatan :
1) Tabung O2 dan flow meter.
2) Botol pelembab (humidifier) yang berisi air hingga garis water
level.
3) Kanul binasal/sungkup (masker) O2.
d. Mencuci tangan
2. Orientasi
a. Memperkenalkan diri
1) Mengucapkan salamterapeutik/memperkenalkan diri.
2) Validasi data : nama klien, keluhan, data lain terkait
b. Meminta persetujuan tindakan
1) Menyampaikan/menjelaskan tujuan tindakan
2) Menyampaikan/menjelaskan Iangkah-langkah tindakan
c. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan.
3. Interaksi
a. Mencuci tangan
b. Ucapkan salam terapeutik.
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
d. Tutup tirai dan pintu kamar pasien.
e. Dekatkan peralatan ke sisi tempat tidur pasien.
f. Memberikan posisi tidur fowler/semi fowler/kepala ekstensi.
g. Konum Binasal.
1) Menghubungkan kanul dengan selang oksigen ke humidifier
dengan aliran O2 yang rendah.
2) Masukkan kedua ujung kanung ke dalam lubang hidung.
h. Memfiksasi selang oksigen.
1) Masker Oksigen.
2) Mengatur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman
jika perlu dengan kain kasa pada daerah yang tertekan.
i. Memasang kapas keying pada daerah yang tertekan sungkup dan
tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit jika perlu.
j. Mengatur aliran O2 sesuai dengan dosis yang dipesankan.
Mengkaji reaksi pasien :
1) Pola dan frekuensi pernafasan.
2) Tanda sianosis.
3) Retraksi dada.
k. Mencuci tangan.
4. Evaluasi
a. Menginformasikan hasil tersebut kepada klien dan evaluasi tujuan.
b. Kontrak pertemuan berikutnya dan mengucapkan salam terminasi.
c. Merapikan alai dengan peralatan.
d. Mencuci tangan
5. Dokumentasi
a. Mencatat hasil tindakan dan respon klien dengan nama/paraf yang
jelas
b. Mencatat waktu tindakan (hari/tanggal/jam)
c. Mencatat nama ners yang melakukan/tanda tangan

G. Analisis SOP Video Tindakan Pemberian Terapi Oksigen


Berdasarkan hasil analisis video mengenai Standar Operasional Prosedur
pemberian terapi oksigen didapatkan kelebihan dan kekurangan dari video
tersebut yaitu:
1. Video Pertama
a. Kelebihan dari video ini yaitu memaparkan alat – alat yang akan
digunakan, perbedaan penggunaan kanul nasal, simple mask, non
rebreathing dijelaskan dengan baik.
b. Kekurangan dari video ini yaitu, tidak melakukan kontrak waktu,
tidak menjelaskan tujuan dan langkah – langkah tindakan, tidak
menghubungkan selang oksigen ke humidifier sebelum dipasang
ke lubang hidung klien, tidak mengkaji pola dan frekuensi
pernapasan, tanda – tanda sianosis, dan retraksi dada setelah
dilakukan tindakan terapi oksigen, tidak ada fase evaluasi dan tidak
dilakukan dokumentasi.
(Link: https://youtu.be/Z5uvtEk_xTI diakses pada 15 Februari 2022)
2. Video Kedua
a. Kelebihan dari video ini yaitu mengecek kepatenan jalan napas
pada kedua lubang hidung, mengecek humidifier dan
flowmeter, mengecek hembusan aliran oksigen di punggung
tangan sebelum diberikan kepada pasien. Prosedur tindakan
pada video ini lengkap dari fase prainteraksi hingga
dokumentasi.
b. Kekurangan dari video ini menurut saya tidak ada.
(Link: https://youtu.be/PMc9hFpHNmw diakses pada 19
Februari 2022)

Anda mungkin juga menyukai