Dosen Fasilitator :
Oleh :
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan karunia-Nya juga maka makalah tentang pemeriksaan fisik ini dapat
diselesaikan dengan baik. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
mengenai pemeriksaan fisik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada para pembaca makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………. i
Kata Pengantar……………………………………………………………………….ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN :
BAB II PEMBAHASAN :
A. KESIMPULAN………………………………………………………13
B. SARAN………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli
medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan fisik ialah pemeriksan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif. Memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. (Dewi Sartika, 2010).
3
2.2 Metode dan Teknik Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali
bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan
kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi
lokal yang berfokus pada suatu sistem tunggal atau bagian dan biasanya
menggunakan alat khusus seperti optalomoskop, otoskop, speculum dan
lain-lain.
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh,
posisi, warna, bentuk, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.
Setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian
tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. (Dewi Sartika,2010)
Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ;
tangan dan jari-jari untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ
seperti : temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan
penonjolan.
Hal yang dideteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,
pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi. (Dewi
Sarika,2010).
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan
tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya
(kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi batas/lokasi dan konsistensi jaringan. (Dewi
Sartika,2010).
4
Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan
oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.
Auskultasi merupakan pemeriksaan pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. (Dewi
Sartika,2010).
5
Teknik untuk melakukan palpasi ginjal kanan. Salah satu tangan
ditempatkan di bawah pinggang klien dengan jari-jari tangan berada di
bawah iga bagian inferior. Telapak tangan yang lain diletakkan di
sebelah anterior ginjal dengan jari-jari tangan di atas umbilikus.
Tangan yang ada di sebelah atas ditekan ke bawah sementara klien
menarik napas dalam agar terjadi relaksasi abdomen. (Basuki B.
Purnomo, 2005).
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan
ketokan pada sudut kostovertebra. Perkusi pada klien pielonefritis,
batu ginjal pada pelvis, dan batu ureter akan memberikan stimulus
nyeri.
d. Auskultasi
Tanda yang penting adalah adanya bruit (kebisingan) ginjal. Bruit
ginjal paling jelas terdengar tepat di atas umbilikus, kira-kira 2 cm dari
sisi kiri atau sisi kanan garis tengah. Dengarkan dengan permukaan
diafragma dari stetoskop pada kedua daerah tersebut. Kemudian klien
disuruh duduk dan lakukan auskultasi pada kedua pinggang. Adanya
bruit sistolik dan diastolik merupakan tanda yang penting. Komponen
diastolik menyebabkan bruit tersebut lebih mungkin bermakna secara
hemodinamis. Adanya bruit tersebut menunjukkan kemungkinan
stenosis arteri renalis yang disebabkan oleh displasia renomuskular
atau aterosklerosis. (Talley, 1995).
6
Pemeriksaan Kandung Kemih
Pada pemeriksaan kandung kemih diperhatikan adanya benjolan/massa
atau jaringan parut bekas pembedahan di suprasimfisis. Massa di
daerah suprasimfisis mungkin merupakan tumor ganas kandung kemih
atau karena kandung kemih yang terisi penuh dari suatu retensi urine.
Palpasi dan perkusi kandung kemih untuk menentukan batas kandung
kemih dan adanya nyeri tekan pada area suprasimfisis. (Arif Muttaqin,
2010).
Genetalia laki-laki:
a. Inspeksi:
Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain.
Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati
kepala penis adanya lesi.
Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan
ukuran.
b. Palpasi :
Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya
nyeri.
Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari.
Genetalia wanita:
a. Inspeksi :
Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak
Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis
b. Palpasi :
Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk
mengetahui keadaan clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum.
7
Pemeriksaan Eliminasi Urine
Periksa kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi.
Adanya perubahan pada eliminasi urine seperti perubahan pancaran
menandakan gejala obstruksi. Ketidakmampuan eliminasi bisa terjadi
pada klien yang mengalami obstruksi pada saluran kemih, kelainan
neurologis, atau pascatrauma pada saluran kemih. Apabila klien
terpasang kateter, periksa drainase dan keluaran urine. (Arif Muttaqin,
2010).
2. Sistem Bowel (B 5)
Pemeriksaan Esofagus, Abdomen Kiri Atas dan Lambung
Setelah melakukan anamnesis, perawat mengklarifikasi hasil temuan dari
anamnesis dengan melakukan pemeriksaan fisik. Tanda yang diketahui
selama pemeriksaan fisik mencakup apakah didapatkan nyeri tentang
abdomen, apakah terdapat dehidrasi (perubahan turgor kulit, membrane
mukosa kering), dan bukti adanya gangguan sistemik akibat dari gangguan
pada lambung.
Pemeriksaan palpasi ringan dari ujung kuadran kiri atas abdomen sampai
sedikit melewati garis kuadran kanan atas untuk mendeteksi adanya nyeri
tekan. Kondisi nyeri tekan biasanya didapatkan pada pasien yang
mengalami peradangan pada lambung. (Dokumen Pribadi Penulis, 2009).
8
Pemeriksaan Abdomen Kuadran Kanan Atas
a. Inspeksi
Pemeriksaan survei umum pada gangguan fungsi hati dilihat dari
adanya perubahan warna kulit dan sklera mata untuk menilai adanya
ikterus dan pembesaran abdomen akibat cairan.
Ikterus adalah kondisi dimana konsentrasi bilirubin dalam darah
mengalami peningkatan yang abnormal, semua jaringan tubuh yang
mencakup sklera dan kulit akan berubah warna menjadi kuning atau
kuning kehijauan. (Arif Muttaqin, 2010).
b. Palpasi dan Perkusi
Pemeriksaan Feses
10
3. Sistem Bone (B 6)
Muskuloskeletal dan Integument
a. Muskuloskeletal
Melakukan pemeriksaan terhadap tulang belakang, pinggul, paha,
lutut, tungkai, bahu, siku, lengan, dan otot dengan menggunakan
metode inspeksi, palpasi, perkusi maupun auskultasi.
b. Integumet
Pemeriksaan integument meliputi warna kulit, tekstur kulit, adakah
lesi kulit, dll dengan menggunakan metode inspeksi, palpasi, perkusi
maupun auskultasi.
- Inspeksi warna dan kondisi kulit pada klien yang mempunyai
resiko gangguan integument.
- Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal atau punggung tangan.
(Dokumen Pribadi Penulis, 2009).
4. Sistem Reproduksi
perempuan
- atur posisi dorsal recumbent, atau lithotomi
- pasang alas perlak
11
- inspeksi :
mon veneris, labia mayora, labia minora, pembesaran kelenjar bartolin
(antara labia mayora dan minoroa, fungsi nya untuk mengeluarkan
sekret), uretra (kemerahan, ada keluaran atau tidak. lihat keluaran dan
karakteristiknya), lubang vagina (bau, keluaran).
- interna : jika belum menikah, lakukan dengan colok dubur atau rectal
toucher
lakukan pemasangan speculum, siapkan speculum sesuai ukuran, beri
jel
anjurkan pasien tarik nafas dalam
inspeksi : rongga vagina, keluaran, kondisi serviks (warna, bentuk
lubang, posisi abnormalitas).
laki-laki
inspeksi organ genitalia eksterna :
- penis : bentuk, lokasi lubang uretra, keadaan kulit, keluaran
- skrotum : bentuk, besar, bengkak, edema
palpasi area skrotum : jumlah testis, adanya massa.
(Arif Muttaqin, 2010).
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
Jakarta. EGC
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta.
Salemba Medika