Anda di halaman 1dari 8

Pemeriksaan Penunjang pada Obstetri dan Ginekologi

Posisi penderita Pada Pemeriksaan Ginekologi


1. Posisi Lateral : Miring ke kiri dengan sendi lutut dan paha semi fleksi
2. Posisi Dorsal : Pasien berbaring telentang. Kedua sendi paha dan sendi lutut
semi fleksi. Kedua tungkai dalam keadaan saling menjauh satu sama lain sehingga
daerah perineum terpapar. Bokong pasien diganjal dengan bantal.
3. Posisi lithotomi : Pasien berbaring pada meja pemeriksaan ginekologi. Bagian
belakang kedua sendi lutut disangga oleh peyangga kaki sehingga daerah perineum
terpapar.

Pada kasus anak-anak, posisi pemeriksaan :


 Ibu dan anak secara bersamaan berada di meja pemeriksaan ginekologi.
Anak dalam posisi setengah duduk dipeluk oleh ibu dari arah belakang
dengan kedua sendi paha dan sendi lutut dalam keadaan semi fleksi. Kedua
tungkai bawah dalam keadaan terpisah satu sama lain sehingga daerah
perineum terpapar dengan baik.
(lembar 2)
 Posisi Knee-Chest. Jenis dan luasnya pemeriksaan ginekologi tergantung
pada sejumlah hal, namun selalu meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Anamnesa medik
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan panggul
d. Pap Smear
e. Biakan
(lembar 3)
f. Pemeriksaan rectal
g. Pemeriksaan urine
h. Pemeriksaan sediaan “basah”
i. Mammogram
j. Breast self examination
k. Konsultasi
l. Perencanaan perawatan penderita
m. Pembuatan rekam medis

Pada setiap pasien baru, pengambilan anamnesa dan pemeriksaan fisik akan
memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pasien yang sudah pernah
dijumpai sebelumnya dimana dokter sudah mengenali dengan baik keadaan pasien yang
bersangkutan. Pada pasien ginekologi kunjungan ulang, pengambilan anamnesa dan
pemeriksaan fisik dilakukan secara terpusat pada hal-hal tertentu.
Pemeriksaan ginekologi dilakukan untuk menilai masalah kesehatan khusus
wanita dan sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin atau atas indikasi adanya
penyakit dengan gejala subklinis. Pemeriksaan ginekologi rutin harus dilakukan pada
setiap wanita dewasa secara periodik berdasarkan temuan klinis yang ada sebelumnya.

PEMERIKSAAN KHUSUS GINEKOLOGI


Abdomen :

Inspeksi abdomen :
1. Pembesaran perut kearah depan yang berbatas jelas umumnya disebabkan oleh
kehamilan atau tumor.
2. Pembesaran perut kearah samping umumnnya terjadi pada asites
3. Striae, jaringan parut, peristaltik
Palpasi abdomen :
1. Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan atau rectum terlebih
dahulu
2. Pasien diminta untuk berada pada posisi dorsal dan dalam keadaan santai
3. Palpasi dilakukan dengan menggunakan seluruh tangan berikut jari-jari dalam
keadaan rapat yang dimulai dari bagian hipocondrium secara perlahan-lahan
dan kemudian diteruskan ke semua bagian abdomen dengan tekanan yang
meningkat secara bertahap
4. Melalui pemeriksaan ini ditentukan apakah :
5. Terdapat “defance muscular” akibat peritonitis atau rangsangan peritoneum
yang lain.
(lembar 4)
6. Apakah ada rasa nyeri tekan atau nyeri lepas.
7. Dengan tekanan yang agak kuat serta menggunkan sisi ulnar telapak tangan
kanan dilakukan pemeriksaan untuk mencari kelainan lain dalam cavum
abdomen.
8. Bila dijumpai adanya masa tumor dalam cavum abdomen, tentukan lebih lanjut
mengenai :

Perkusi abdomen :
 Bila dijumpai adanya pembesaran perut, denngan perkusi dapat ditentukan
apakah pembesaran perut tersebut disebabkan oleh cairan bebas, udara
(mateorismus) atau tumor.
 Lokasi tumor. Bentuk, besar, batas dan konsistensi tumor. Permukaan tumor
(rata, berbenjol-benjol). Mobilitas dengan jaringan sekitarnya. Rasa nyeri
tekan pada tumor.
Auskultasi abdomen
 Penting untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan (dengan mencari denyut
jantung janin)
 Diagnosa ileus (paralitik atau hiperdinamik)
 Menentukan pulihnya bising usus pasca pembedahan

GENETALIA EKSTERNA
Inspeksi genitalia eksterna :
Pada posisi lithotomi, genitalia eksterna dapat dilihat dengan jelas
a. Keadaan vulva bagian luar
 Kotor atau bersih, keadaan rambut pubis
 Terdapat ulkus, pembengkakan
b. Cairan yang keluar dari vulva : pus, darah, leucorrhoe (keputihan)
(lembar 5)
Palpasi daerah genitalia eksterna
Vaginal toucher
Didahului dengan pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan permukaan vagina dan
servik serta fornix vaginae.
Posisi spekulum dalam vagina

(lembar 6)
Tehnik pemasangan spekulum :
 Penjelasan pada pasien terlebih dulu mengenai prosedur pemeriksaan inspekulo
dan manfaar dari pemeriksaan ini
 Pasien diminta persetujuannya untuk pemeriksaan inspekulo
 Pastikan bahwa pasien sudah mengosongkan vesika urinaria dan atau rectum
 Pasien berada pada posisi lithotomi
 Kenakan sarung tangan
 Persiapkan spekulum bi-valve yang sesuai, atur katub dan tuas sehingga
spekulum siap digunakan
 Hangatkan spekulum bi-valve dengan ukuran yang sesuai dan bila perlu beri
lubrikasi
 Pisahkan labia dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri dari sisiaras
 Spekulum bi-valve dalam keadaan tertutup dimasukkan vagina dalam posisi
miring menjauhi dinding vagina sebelah depan dan meatus urtehrae eksternus

(lembar 7)
 Setelah berada di dalam vagina, spekulum diputar 90 derajat dan diarahkan
pada fornix posterior
 Setelah mencapai fornix posterior, tuas spekulum ditekan sehingga spekulum
terbuka secara optimal (kedua bilah saling menjauh) dan portio terpapar dengan
baik
 Lakukan pengamatan pada porsio dan fornix vaginae dengan baik. Lepaskan tuas
spekulum, tarik keluar spekulum perlahan-lahan sambil diputar secara bertahap
sejauh 90 derajat. Lakukan pengamatan pada keadaan permukaan vagina saat
menarik keluar spekulum.

(lembar 8)
 Spekulum dikeluarkan pada posisi vertikal seperti pada saat dimasukkan. Setelah
melakukan pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan diteruskan dengan
pemeriksaan vaginal toucher untuk melakukan :

Perabaan vagina :
 Keadaan himen
 Keadaan introitus vaginae
 Keadaan dinding-vagina
 Perabaan pada cavum Douglassi
Perabaan servik :
Dikerjakan secara sistematis untuk menentukan
 Arah menghadap dan posisi porsio uteri
 Bentuk, besar, dan konsistensi servik
 Keadaan kanalis servikalis (terbuka atau tertutup)
Perabaan corpus uteri
 Letak
 Bentuk
 Besar
 Konsistensi
 Permukaan
 Mobilitas dengan jaringan sekitarnya

(lembar 9)
Untuk melakukan evaluasi pada uterus, pemeriksaan dilakukan secara bimanual.
Perabaan uterus sulit dilakukan pada kasus :
 Uterus retroversio fleksio, perabaan uterus agak sulit oleh karena pencekapan
uterus tak dapat berlangsung secara baik
 Pasien obese, evaluasi uterus secara palpasi sulit dilakukan
 Vesika urinaria yang terlampau penuh
Perabaan adneksa dan parametrium :
 Pemeriksaan adneksa dan paramterium baru dapat dilakukan bila palpasi uterus
sudah dapat dilakukan dengan baik
 Dalam keadaan normal, tuba falopii dan ovarium tak dapat diraba
 Tuba falopii dan ovarium hanya dapat diraba dari luar pada pasien kurus atau
pada tumor ovarium/kelainan tuba (hidrosalphynx) yang cukup besar.
Pemeriksaan lain lain
Rectal toucher, dikerjakan pada
 Virgin
 Pasien yang mengaku belum pernah bersetubuh
 Kelainan bawaan (atresia himenalis atau atresia vaginalis)
 Wanita diatas usia 50 tahun

(lembar 10)
Recto vaginal toucher
Pemeriksaan rectovaginal dikerjakan untuk menilai keadaan septum rectovaginalis.
Penebalan dinding vagina dan infiltrasi karsiona rektum lebih mudah ditentukan dengan
pemeriksaan rectovaginal.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan diagnostik sederhana yang dapat dikerjakan secara poliklinis (di kamar
periksa) :
Sediaan basah :
 Untuk melihat penyebab dari fluor albus
 Ambil sedikit cairan vagina, letakkan pada gelas objek dan campur dengan KOH,
kemudian tutup dengan gelas penutup, periksa di bawah mikroskop
(pemeriksaan benang hyphae pada candida)
 Ambil sedikit cairan vagina, letakkan pada gelas objek dan campur dengan NaCl
0,9%, kemudian tutup dengan gelas penutup, periksa dibawah mikroskop
(pemeriksaan gerakan trichomonas dan vaginosis bakterial)
PAP SMEAR
 Lakukan semua prosedur pemeriksaan inspekulo diatas, kecuali penggunaan
bahan lubrikasi
 Pengambilan pertama dengan spatula Ayre (terbuat dari kayu)
 Pengambilan berikutnya dengan menggunakan cytobrush
 Usapkan sediaan pada gelas pemeriksa secara tipis
 Fiksasi sediaan yang sudah diusapkan pada gelas pemeriksa dengan alkohol
90% (atau hair spray) sebelum sediaan mengering
 Segera kirimkan sediaan pap semar ke laboratorium medis yang kompeten
untuk melakukan pemeriksaan pap smear
 Laboratorium akan memberikan jawaban mengenai hasil pemeriksaan
terhadap sediaan yang saudara kirimkan dengan klasifikasi sitologis atau
klasifikasi Bethesda

(lembar 11)
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dan urinalisis
b. Pada kasus dengan dugaan sifilis dapat diminta pemeriksaan VDRL
c. Pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas
d. Pemeriksaan tes kehamilan
e. Pemeriksaan hormonal pada kasus dengan gangguan endokrin
 FSH
 LH
 Estrogen
f. Pemeriksaan tambahan lain :
1. Ultrasonografi : dapat dikerjakan transabdominal atau transvaginal
2. Histerosalfingografi : dengan pemberian cairan kontras, keadaan cavum
uteri, tuba falopii dapat diamati untuk melihat adanya patensi tuba
falopii
3. Sonohisterografi : modifikasi pemeriksaan ultrasonografi dengan
memasukkan cairan kedalam cavum uteri sehingga keadaan cavum uteri
dapat dilihat.
4. Kolposkopi : digunakan untuk melihat servik secara langsung
5. Histeroskopi : digunakan untuk melihat keadaan dalam cavum uteri
dan melakukan tindakan-tindakan pembedahan tertentu
6. Fern tes : untuk melihat adanya ovulasi. Gambaran daun pakis
pada lendir sevik menunjukkan adanya efek estrogen tanpa dipengaruh
progesteron. Gambaran daun pakis tidak terlihat pada masa ovulasi
(lembar 12)
7. Schiller test : untuk mendeteksi lesi prekanker. Lesi prekanker tidak
mengandung glikogen sehingga tidak dapat menyerap larutan lugol yang
dibubuhkan.
8. Kuldosintesis : pemeriksaan untuk menentukan adanya cairan dalam
cavum douglassi.

(lembar 13)
9. Biopsi
 Biopsi dapat dilakukan pada vulva vagina atau servik
 Pada endometrium biopsi dapat dilakukan dengan D&C atau
menggunakan metode “kuretase fraksional”
10. Computed tomography (CT-scan) : tehnik diagnostik dengan
menggunakan bayangan 2 dimensi yang memiliki resolusi tinggi
11. Magnetic resonance imaging (MRI), tehnik yang menggunakan absorbsi
dari pancaran gelombang radio yang berasal dari perangkat Magnetic
Resonance Imaging.

Anda mungkin juga menyukai