Anda di halaman 1dari 40

Kolelithiasis

Pembimbing : dr. Muslim, Sp. B (K) BD

Tinjauan Pustaka

Anatomi

Fisiologi

Empedu yang normal memiliki komposisi yang seimbang antara


kolesterol, asam empedu dan lesitin
Kandung empedu, saluran empedu, dan spingter oddi berkoordinasi
untuk menyimpan dan menyalurkan empedu
Kandung empedu memiliki fungsi
1. absorbsi yaitu mengabsorbsi air dan elektrolit sehingga mencapai
konsentrasi yang seimbang untuk empedu
2. Sekresi yaitu mucin (glikoprotein) untuk melindungi mukosa dari
efek litik empedu dan memperlancar aliran empedu, ion hidrogen
untuk menurukan pH
Ketidakseimbangan komposisi menyebabkan terjadinya batu

Fisiologi
Pengisian kandung empedu dipengaruhi kontraksi
spingter oddi
Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh
relaksasi spingter oddi dan kontraksi kandung empedu
Kontraksi kandung empedu dan relaksasi spingter oddi
dirangsang oleh hormon CCK yang dikeluarkan oleh
duodenum ketika terdapat kimus di lumen duodenum

Definisi
Kolelithiasis adalah pembentukan batu
empedu.
Kolelithiasis mencakup:
1.Kolesistolithiasis (pembentukan batu
empedu pada kandung empedu)
2.Koledokolithiasis (pembentukan batu
empedu pada duktus koledokus)

Epidemiologi
Salah satu permasalahan yang paling sering di
dunia dengan prevalensi 11 sampai 36%
Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti
usia, gender, dan ras
selain itu kondisi predisposisi seperti obesitas,
kehamilan faktor diet, penyakit crohn, reseksi
ileum terminal, pembedahan gaster,
spherocytosis, sickle cell disease, dan
thalassemia. dapat menyebabkan kolelithiasis

Batu empedu

Batu Kolesterol
In USA and Western countries,cholesterol
stones the majority (80-90%)
4F gallstone
1.Female
2.Forty
3.Fertile
4.Fat

Batu Kolesterol
Patogenesis

Clinical
Obesity

Contraceptives
oral
Estrogens
Age

Increasehydroxymethylglutaryl coenzyme A
Inhibition of hepatic
acyl coenzym A
cholesterol
Increase Lipoprotein
receptors B and C
Age related decrease in
7 -hydrolase activity

Batu Pigmen
East Asian contries pigment stone is
significant higher than Western contries
Terdapat 2 tipe: pigmen hitam dan igmen
cokelat
Batu pigmen hitam mengandung kalsium
bilirubinat, dan sejumlah kecil kalsium fosfat
serta musin
Batu pigmen cokelat mengandung kalsium
palmitat, bilirubinat dan kolesterol

Pemeriksaan Penunjang
Lab darah
Foto polos abdomen > sekitar 15% batu empedu
memberikan bayangan opak
USG > Mendiagnosis batu empedu dengan sensitivitas
dan spesifitas >90%
Percutaneous Transhepatic Cholangiography >
diagnostik dan teraetik
Endoscopic retrograde Cholangiography
Billiary radionuclide scanning (HIDA Scan) >
sensitivitas dan sesifitas 95% untuk diagnosis kolesistitis
akut

Pemeriksaan Penunjang

Tatalaksana
Batu kolesterol, bila:
1.< 5 mm, duktus sistikus paten > asam
empedu oral
2. 5 20 mm, tunggal, duktus sistikus paten
> ESWL + asam empedu oral
3.> 20 mm, multipel > Operatif

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama
: Tn. RF
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Umur
: 28 tahun
No. CM
: 1-09-06-61
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Alamat
: Bireuen
Tanggal Masuk RS
:10 Juli 2016
Tanggal Pemeriksaan
: 12 Juli 2016

Anamnesis

Anamnesis
. Pasien mengaku nyeri sering muncul apabila pasien
banyak mengkonsumsi makanan berlemak. Nyeri
sedikit berkurang apabila pasien meminum obat
antasid namun setelah beberapa waktu nyeri timbul
kembali. Beberapa bulan yang lalu pesien mengaku
kulit dan matanya berwarna kuning, namun sekarang
sudah berkurang. Pasien juga kerap mual dan muntah
apabila sedang merasakan nyeri. Pasien juga sering
mengeluhkan demam. Muntah hijau tidak ada. BAB
berwarna dempul (+), BAK seperti teh (+)

Anamnesis

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Frekuensi nadi
Frekuensi pernapasan
Temperatur
BB
TB

: baik
: compos mentis
: 120/70 mmHg
: 84 kali/menit
: 18 kali/menit
: 36,7 0C
: 65 kg
: 1,68 m

Pemeriksaan Fisik
Kulit
Mata

Telinga
Hidung
Bibir
KGB
TVJ

: turgor baik, sianosis (-)


: edema (-/-), pucat (-/-), ikterik (+/+),
refleks cahaya (+/+), pupil isokor
: normotia, sekret (-/-)
: NCH (-), sekret (-/-)
: sianosis (-)
: pembesaran (-)
: R - 2 cmH2O

Paru
Inspeksi
Palpasi

Pemeriksaan Fisik
: simetris saat statis dan dinamis
: nyeri tekan (-), SF kanan dan kiri

normal
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: iktus kordis tidak terlihat


: iktus kordis teraba di ICS V LMC sinistra
: batas atas pada ICS III LMC sinistra
batas kiri pada ICS V 1 jari medial LAA sin
batas kanan pada ICS IV LP dekstra
: S1 > S2, reguler, bising (-)

Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
,

: Distensi (-), jejas (-), Skar (-)


: peristaltik usus 4 x/menit
: soepel, hepar/ lien/ renal tidak teraba,
nyeri tekan (-), murphys sign (-)
: timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas
Superior
Inferior

: edema (-/-), akral hangat, CRT > 2 detik


clubbing finger (-/-)
: edema (-/-), akral hangat, CRT > 2 detik
clubbing finger (-/-)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (12 Juli 2016)

Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Natrium
Kalium
Klorida
Bilirubin total
Bilirubin direk
Protein Total
Albumin
Globulin
SGOT
SGPT

: 13,8 g/dL
: 40 %
: 19.000/mm3
: 230.000/mm3
: 143 mmol/L
: 3,5 mmol/L
: 110 mmol/L
: 1,67 mg/dL
: 1,30 mg/dL
: 5,9 g/dL
: 3,30 g/dL
: 3,00 g/dL
: 182 U/L
: 248 U/L

Pemeriksaan Penunjang
MRCP dan abdomen

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang
Kesimpulan:
Multiple Kolelithiasis
Choledocholithiasis

Diagnosa
Kolelitiasis multipel dan choledocholithiasis

Tatalaksana

Prognosis

Analisa Kasus

ANALISA KASUS
Kasus

Teori

Anamnesis:
Nyeri bilier merupakan gejala paling utama
Pasien Tn RF, usia 28 tahun datang
yang dirasakan penderita kolelitiasis dan
dengan keluhan nyeri perut kanan atas
sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan sekitar 75% pasien datang ke tenaga medis
karena keluhan nyeri yang bersifat episodik
hilang timbul. Nyeri dirasakan pasien
seperti tertekan dan menembus hingga Sifat nyeri bilier : Nyeri episodik yang
berlangsung selama kurang lebih 1 sampai 5
ke perut bagian belakang. Nyeri tidak
jam dan memberat. Nyeri saat malam dan
dipengaruhi oleh posisi. Pasien
makan berlemak. Disertai mual dan muntah
mengaku nyeri sering muncul apabila
pasien banyak mengkonsumsi makanan Lokasi : Dominan di kuadran kanan atas atau
epigastrium dapat menjalar ke interscapular
berlemak. Pasien juga kerap mual dan
Pasien mengeluhkan mual dan muntah
muntah apabila sedang merasakan
disebabkan karena stimulasi saraf vagus
nyeri.
akibat nyeri spasme dari duktus biliaris.

Anamnesis:

ANALISA KASUS
Kasus

Teori

Anamnesis:

Anamnesis:
Menurut teori obstruksi pengaliran getah
empedu ke dalam dudodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu: gatah
empedu yang tidak lagi dibawa kedalam
duodenum akan diserap oleh darah dan
penyerapan empedu ini membuat kulit dan
membran mukosa berwarna kuning.

Beberapa bulan yang lalu pesien


mengaku kulit dan matanya berwarna
kuning, namun sekarang sudah
berkurang. Pasien juga kerap mual dan
muntah apabila sedang merasakan
nyeri. Pasien juga sering mengeluhkan
demam. Muntah hijau tidak ada. BAB
berwarna dempul (+), BAK seperti teh
(+)

ANALISA KASUS
Kasus

Teori

Anamnesis:

Anamnesis:
Kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak
merupakan faktor risiko untuk terjadinya batu
empedu, juga sebagai
faktor pencetus
terjadinya nyeri kolik
Makanan
berlemak
akan
merangsang
duodenum untuk mengeluarkan hormon CCK,
hormon ini akan merangsang relaksasi sfingter
oddi dan merangsang kontraksi kandung
empedu.
Pada keadaan normal akan timbul gerakan
peristaltaik pada empedu, namun akibat adanya
batu sehingga menyebabkan obstruksi pada
sistem empedu maka akan terjadi spasme dari
otot sistem empedu
Spasme
otot
sistem
empedu
akan
diterjemahkan oleh serabut saraf aferen sebagai
nyeri viseral.

Pasien suka mengkonsumsi


makanan berlemak

ANALISA KASUS
Kasus

Teori

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien ini dalam
batas normal

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik
pada
pasien
kolelitiasis
dengan kolik bilier tidak
dijumpai kelainan
Kolelitiasis
simptomatik
dengan
komplikasi akan menunjukkan
sign
seperti murphy sign (pada kolesistitis
akut)
Dapat juga dijumpai demam, nyeri tekan
kuadran kanan atas atau epigastrium,
dan ikterik pada kolangitis

ANALISA KASUS
Kasus

Teori

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium pasien
tidak dijumpai kelainan

Pemeriksaan Penunjang
Pasien dengan kolelitiasis dengan kolik
bilier tidak dijumpai adanya kelainan
pada pemeriksaan lab.
Pemeriksaan lab yang berkaitan dengan
adanya komplikasi kolelitiasis ialah
adanya peningkatan leukosit, kadar
bilirubin, alkali fosfatase dan
transaminase

Pada pemeriksaan MRCP didapatkan


kesimpulan Kolelitiasis multipel dan
choledocholithiasis

Pada MRCP saluran empedu akan


terlihat sebagai struktur yang terang
karena mempunyai intensitas sinyal
tinggi sedangkan batu saluran empedu
akan terlihat sebagai intensitas sinyal
rendah yang dikelilingi empedu dengan
intensitas sinyal tinggi, sehingga metode
ini cocok untuk mendiagnosis batu
saluran empedu.

ANALISA KASUS
Kasus

Teori

Tata Laksana

Tata Laksana

Konservatif :
IVFD Futrolit 20 gtt/i
Cefoperazone 2 gr/12 jam
Ranitidin 1 amp/12 jam
Vit K 1 amp/8 jam
Paracetamol 3x1 tab
Cetirizin 2x1 tab
Ambroxol syr 3xC1
Operatif
Laparotomi eksplorasi +
colesistectomi

Terapi konservatif diberikan untuk mengatasi gejala atau


simptom yang dialami pasien.

Tindakan operatif dilakukan pada batu empedu


simptomatik. Operasi ini merupakan standar untuk
penanganan pasien dengan batu empedu simtomatik.
Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah
kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. Indikasi
kolesistektomi penderita kolelitiasis:
Kolelitiasis simtomatis dengan ukuran batu >20mm dan
multipel
Kolesistis akut

TE R I MA K A S I H

Anda mungkin juga menyukai