Anda di halaman 1dari 7

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Malingering
Malingering tidak dianggap sebagai penyakit mental. Dalam
Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental Manual, Edisi Keempat, Teks
Revisi (DSM-IV-TR), berpura pura sakit memiliki kode V sebagai salah
satu kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis.
1
DSM-IV-
TR mencakup pernyataan mengenai malingering adalah pembentukan
disengaja gejala psikoogis atau fisik palsu atau berlebih lebihan yang
didorong dengan keuntungan internal seperti menghindari kewajiban
militer, menghindari pekerjaan, mendapatkan kompensasi keuangan,
menghindari tuduhan kriminal, atau mendapatkan obat. Pada beberapa
keadaan, malingering dapat menunjukkan perilaku adaptif contohnya,
memalsukan penyakit saat terperangkap musuh diwaktu perang.
3


B. Etiologi Malingering
Faktor faktor etiologi yang dapat menjadi sebab dari terjadi nya
malingering sangatlah luas dan banyak berkaitan dengan motivasi dalam
sifat manusia. Masalah perkembangan dan perbaikan kognitif, introspeksi,
wawasan, mekanisme pertahanan ego, adaptasi, keterbukaan diri,
kejujuran, dan kapasitas untuk berbohong semuanya memainkan peranan
dalam terjadinya malingering. Malingering sering muncul pada penderita
2
3

dengan gangguan kepribadian antisosial, dan apabila ditelusuri tidak
ditemukan adanya hubungan kausal dengan faktor biologis. Hal hal yang
dapat memicu perilaku malingering adalah untuk menghindari situasi yang
sulit atau berbahaya, tanggung jawab, atau hukuman; untuk mendapatkan
kompensasi, kamar, dan penginapan rumah sakit gratis, sumber obat, atau
berlindung dari polisi; dan untuk membalas ketika pasien merasa bersalah
atau mengalami kerugian keuangan, hukuman, atau kehilangan pekerjaan.
3

C. Diagnosis
Malingering harus sangat dicurigain jika kombinasi berikut ini
diamati :
3

1. Konteks medikolegal pada tampilan ( contoh orang tersebut
dirujuk oleh pengacara ke klinisi untuk diperiksa)
2. Ketimpangan yang nyata antara seseorang mengaku stres atau
ketidak mampuan dengan temuan objektif
3. Tidak adanya kerja sama selama evaluasi diagnostik dan di
dalam mematuhi regimen terapi yang diresepkan
4. Adanya gangguan kepribadaian antisosial

D. Gambaran Klinis
Banyak pelaku malingering menunjukkan gejala yang subjektif,
samar dan tidak jelas contoh nya sakit kepala, nyeri di leher, nyeri
dipunggung bawah, nyeri didada,atau nyeri di abdomen, pusing, vertigo,
amnesia, ansietas, dan depresi. Gejala tersebut sering memiliki riwayat
4

keluarga, di semua kemungkinan tidak disebabkan oleh medis tetapi
sangat sulit untuk dibuktikan.
3
Orang yang mencoba untuk mendapatkan
obat-obatan tidak ingin tampak gila melainkan menunjukkan gejala
kecemasan yang parah, sulit tidur, adult attention-deficit/hyperactivity
disorder (ADHD), dan nyeri untuk mendapatkan obat narkotik.
4
Seseorang
yang dituduh melakukan kejahatan dapat berpura pura amnesia atau
mengeluh mendengar suara suara yang menyuruh nya untuk melakukan
kejahatan tersebut.
2

Pelaku malingering dapat mengeluh dengan sengit dan
menggambarkan seberapa besar gejala tersebut mengganggu fungsi
normal serta betapa mereka tidak menyukai gejala tersebut. Agar tampak
dapat dipercaya, pelaku malingering harus melaporkan gejala namun
mengatakan sesedikit mungkin kepada dokter.
3

E. Pemeriksaan Khusus
Penemuan kasus malingering juga dapat didukung dengan
memperoleh iformasi dari sumber tambahan, termasuk data dari
wawancara dengan orang orang yang mengenal pasien, rekam medis,
dan tes psikologi. Tidak ada pemeriksaan fisik yang objektif untuk
membuktikan adanya malingering. Meskipun psikiater mempunyai
peranan klinis penting pada keseluruhan penilaian, usaha tambahan dari
tim medis, psikologi (contohnya tes neuropsikologi), dan ahli hukum
5

sangat dibutuhkan untuk menyediakan bukti tambahan dan
menyelenggarakan konsensus untuk mendukung temuan psikiatri.
Tes psikologi melibatkan penggunaan instrumen psikometri
standard oleh psikologis yang terlatih dan berpengalaman. Perlu diketahui
bahwa tidak ada satu tes gold standart yang dianggap pasti. Penggunaan
pengukuran tes yang multipel dan data tambahan lainnya membantu dalam
penyelidikan bukti mendukung yang konvergen terhadap penemuan
malingering.
The Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2)
adalah salah satu instrumen yang palig sering digunakan untuk mendeteksi
malingering sebagai penyakit mental. Skala F mendeteksi gejala yang
melebih lebihkan atau gangguan psikologis yang buruk. Skala K baik
dalam mendeteksi berpura pura baik, atau meminimalkan apa yang
responden pandang sebagai gejala negatif. Skala F-K mengindikasikan
kecendrungan untuk melebih - lebihkan gejala. Skala F-psikopatologis
mendeteksi gejala yang jarang tampak, dan skala D dan FBS mengekspos
strereotip keliru penyakit.
The Wechsler Intelligence Scales juga digunakan untuk
menemukan kekuatan dan kelemahan area fungsi intelektual dari bicara
dan perspektif kinerja. Abnormalitas kasar pada level intelektual seperti
bentuk retardasi mental dan perbedaan mencolok diarea subtes dapat
dideteksi.
6

The Structured Inventory of Reported Symptomps (SIRS),
instrumen yang sangat populer, digunakan untuk memeriksa gangguan
mental berpura pura dan gejala yang benar benar langka. Dua dimensi
pokok pada tes ini adalah Spurious Presentationi , yang mana digunakan
untuk mengakses gejala kumpulan yang tidak akan menjadi nyata dalam
keadaan apa pun, dan Plausible Presentation, yang digunakan untuk
mengakses beberapa gejala yang pasien asli akan setujui.
The Test of Memory Malingering (TOMM) adalah tes malingering
yang terbaru dan mutakhir. Tes ini menjadi sangat populer dan banyak
digunakan. Tes ini mengakses bentuk halus dari malingering.
4


F. Diagnosis Banding
Malingering dapat timbul bersamaan dengan gangguan mental,
seperti gangguan depresi, gangguan cemas, gangguan bipolar, dan
gangguan kepribadian. Penilaian yang seksama diperlukan untuk
membedakan gangguan mental yang asli dan gangguan keperibadian dari
malingering. Lebih dari satu diagnosis dan kondisi dapat timbul secara
bersamaan. Malingering berbeda dengan gangguan berpura pura yaitu
motivasi pembentukan gejala pada malingering adalah keuntungan
eksternal (contoh pembayaran asuransi), sedangkn pada gangguan buatan,
tidak ada keuntungan eksternal. Bukti adanya kebutuhan intapsikik untuk
mempertahankan peran sakit (contoh untuk memuaskan kebutuhan
7

bergantung) mengesankan gangguan buatan. Malingering dibedakan
dengan gangguan somatoform dengan adanya pembentukan gejala yang
disengaja serta dengn keuntungan eksternal yang jelas yang terikat
dengnnya. Paa malingering, berlawanan dengan beberapa gangguan
somatoform seperti gangguan konversi, perbedaan gejala tidak sering
diperoleh melalui sugesti atau hipnosis.
3,4

Tujuan Sengaja atau Tidak
Sengaja
Malingering Untuk memperoleh
keuntungan secara
sadar atau
penghindaran
Sukarela (seluruhnya
dalam kendali kesadaran
seseorang)
Gangguan Berpura-pura Secara tidak sadar Sukarela (seluruhnya
dalam kendali kesadaran
seseorang)
Gangguan Somatoform Secara tidak sadar Tidak sadar (kontrol luar
kesadaran)

G. Pengobatan
Seorang pasien yang dicurigai melakukan malingering harus di
evaluasi secara menyeluruh dan objektif, serta dokter tidak boleh
menunjukkan kecurigaan. Jika dokter menjadi marah (suatu respons yang
lazim terhadap pelaku malingering) konfrontasi dapat terjadi dengan dua
konsekuensi : hubungan dokter-pasien terganggu dan tidak ada intervensi
positif lebih lanjut yang memungkinkan; pasien akan lebih berjaga-jaga,
8

dan bukti penipuan dapat benar benar tidak memungkinkan. Jika pasien
diterima dan dipercaya, perawatan pasien di rumah sakit atau observasi
rawat jalan selanjutnya, dapat mengungkapkan ketidakstabilan gejala yang
terus ada hanya jika pasien sadar bahwa mereka sedang diawasi.
Mempertahankan hubungan dokter-pasien sering penting untuk diagnosis
dan terapi jangka panjang. Evaluasi yang teliti sering mengungkapkan
masalah relevan tanpa perlu adanya konfrontasi. Biasanya, paling baik
menggunakan pendekatan terapi intersif seolah olah gejala tersebut
sungguhan. Gejala kemudian dapat dihilangkan sebagai respon terhadap
terapi, tanpa pasien kehilangan muka.
3

H. Prognosis
Malingering ketika muncul perlu dinilai keseluruhan konteks
biopsikososial kehidupan individu tersebut. Adanya gangguan mental,
riwayat, respon terhadap psikoterapi dan obat obatan harus diperhatikan.
Adanya kondisi medis akut atau kronik, masalah bedah, dan efeknya
terhadap fungsi keseluruhan pasien harus dipertimbangkan. Karena
individu yang berpura pura sakit biasanya tidak mengikuti rekomendasi
pengobatan, status mereka tetap tidak terpengaruh. Malingering tetap
bertahan sampai individu yang berpura pura sakit mendapatkan apa yang
mereka inginkan dan gejala akan mereda setelah mendapatkannya.

Anda mungkin juga menyukai