Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

II.1. DEFINISI MALINGERING


Ahli teori kontemporer berbagi dengan anteseden historis mereka konstruk bahwa
karakteristik dasar dari malingering adalah kepalsuan yang disengaja, dengan dorongan yang
mendasarinya dari perolehan beberapa jenis. Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder) edisi ke-empat :
Dalam pembahasan di bab ke-33 tentang Additional Conditions That May Be a Focus of
Clinical Attention dalam buku Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition, 2007 ada suatu kondisi seperti gangguan jiwa yang
sebenarnya bukanlah merupakan gangguan jiwa.
Sifat penting malingering adalah produksi kepalsuan yang disengaja atau gejala fisik atau
fisiologis yang berlebih-lebihan secara menyolok, yang dimotivasi oleh dorongan eksternal
seperti menghindari kewajiban militer, menghindari kerja, memperoleh kompensasi finasial,
mengelakkan tuntutan kriminal, atau memperoleh obat-obatan. Pada beberapa keadaan,
malingering bisa menggambarkan perilaku adaptif sebagai contoh, bermalingering saat
menjadi tawanan musuh selama masa perang.
Malingering harus dicurigai secara kuat jika tiap kombinasi berikut ini terlihat :
1.

Konteks medikolegal dari presentasi (misalnya seseorang ditunjuk oleh pengacara ke ahli

klinik untuk pemeriksaan).


2.

Ketidaksesuaian yang ditandai antara stress atau cacat yang diklaim seseorang dan

temuan obyektif.
3.

Kurangnya kerjasama selama evalusi diagnostik dan dalam mentaati cara hidup

perawatan yang ditentukan


4.

Adanya Gangguan Kepribadian Antisosial


Malingering berbeda dengan Factitious disorder

(Penyakit Dibuat-Buat) dalam

motivasinya untuk produksi gejala, pada malingering adalah dorongan eksternal, sedangkan pada

Factitious disorder dorongan eksternal tidak ada. Bukti dari intrapsikis perlu memelihara peran
penderita yang mengesankan Factitious disorder . Malingering dibedakan dari Penyakit Konversi
dan Penyakit Somatoform lainnya oleh produksi gejalanya yang disengaja dan oleh dorongan
eksternal yang dihubungkan dengannya. Pada malingering (berlawanan dengan Penyakit
Konversi), penyembuhan gejala seringkali tidak diperoleh melalui sugesti atau hipnosis.
Buatan (factitious), berarti tidak sejati, tidak tulen (tiruan),artificial, tidak wajar, atau
tidak alamiah. Jadi Gangguan Buatan secara khas ditandai oleh gejala fisik atau psikologik yang
dibuat (dihasilkan) secara artificial oleh individu, dan berada dibawah pengendalian volunteer.
Kesan adanya pengendalian volunteer tersebut itu merupakan hal yang subjektif, dan hanya
dapat didimpulkan oleh seorang pengamat dari luar.
Penilaian bahwa perilaku itu berada dibawah pengendalian volunteer, sebagian berdasarkan
dari kemampuan pasien untuk meniru sedemikian rupa, sehingga tiruan itu tidak dapat
dikenal.hal

ini

mencakup

faktor-faktor

seperti

pengaturan

waktu

(timing)

dan

penyembunyianyya sedemikian rupa,untuk hal mana diperlukan suatu taraf dan daya nilaidan
aktivitas intelektual tertentu sehingga hal ini member kesan adanya suatu pengendalian
volunteer. Di pihak lain perbuatan itu mengandung kualitas kompulsif, dalam arti bahwa orang
itu tidak dapat menghindarkan diri dari perilaku tertentu, meskipun hal itu membahayakan
dirinya.jadi disatu pihak kondisi itu dianggap volunteer dalam arti bahwa hal itu disengaja dan
bertujuan, tetapi tidak dalam arti perbuatanyyadapat dikontrolnya. Jadi pada Gangguan Buatan ,
tingkah lakunya berada dibawah pengendalian volunteer untuk suatu tujuan yang tidak volunteer
(involuntarily adopted goals)
Gangguan Buatan berbeda dengan tindakan berpura-pura (malingering). Pada keadaan
berpura-pura (kode V.65.20) termasuk bukan kondisi gangguan jiwa, pasien juga
mengendalikan secara volunteer gejala-gejalanya, tetapi disini jelas ada tujuannya, yang dapat
dikenal dari situasi lingkungannya, dan bukan dari kondisi psikologiknya. Contoh, seseorang
mengaku menderita penyakit fisik, agar dapat menghindarkan diri dari saksi, menghadap
pengadilan, atau wajib militer, hal itu dapat diklasifikasikan sebagai Berpura-pura.
Di pihak lain, pada gangguan buatan tidak tampak tujuan yang jelas, selain dari mengambil
peran sebagai orang sakit (pasien). Sebagai contoh, misalnya seorang pasien yang akan

dipindahkan ke rumah sakit lain dengan fasilitas yang lebih meyenangkan bagi dirinya, justru
timbul eksaserbasi dari gejala-gejalanya. Hal ini diklasifikasikan sebagai diagnosis Gangguan
Buatan. Diagnosis ditegakkan sesuai definisi yang mencakup psikopatologi, paling sering
gangguan kepribadian yang berat.
Dengan demikian, malingering dibedakan dari factitious disorder dalam motivasinya:
Dalam malingering didorong oleh keinginan sadar untuk memperoleh upah eksternal nyata atau
hasil environmental (berkenaan dengan lingkungan), sedangkan factitious disorder tidak. Pada
yang belakangan, satu matriks intrapsikis perlu memanifestasikan diri mereka sendiri sebagai
keinginan yang sangat menarik untuk menganggap peran penderita yang dipikirkan untuk
memotivasi penipuan penyakit yang disengaja. Masalah dalam diferensiasi diagnostik sangat
jelas. Seseorang bisa bermalingering untuk mencapai upah nyata (seperti bayaran untuk cacat
atau sup ayam) yang dihubungkan dengan peran penderita tetapi mungkin masih bisa menikmati
perawatan dan asuhan yang diberikan dengan peran demikian. Seseorang dengan factitious
disorder

kemungkinan sangat resisten untuk mengembalikan ini lebih secara finansial dan

aspek-aspek yang memuaskan menjadi orang sakit, sementara masih bertaut dan memerlukan
kepuasan yang lebih emosinal yang orang dengan penyakit ini diharapkan untuk memohon.
Diferensiasi dari penyakit somatoform (sebagai contoh, penyakit konversi) lebih langsung,
dalam penyakit somatoform kurang komponen kemauan dari malingering. Pada penyakit
somatoform

konflik

emosional

yang

mendasari

dipikirkan

untuk

tanpa

disadari

ditransformasikan menjadi manifestasi fisik dari beberapa jenis. Tidak ada hasil eksternal atau
lingkungan eksternal atau upah yang dicari secara sadar. Agaknya, makeup defensif seseorang
dengan penyakit somatoform diyakini lebih toleran dari huru-hara nyata dalam bentuk yang
dapat diobservasi dan ekstrapsikis dibanding gangguan emosional yang tidak dapat diobservasi.
Meningat berbagai skema nosologis yang digunakan secara historis dan secara
internasional setuju atas sentralitas penipuan kemauan pada malingering, ada lebih banyak
kontroversi mengenai apakah malingering dianggap penyakit mental juga. Dari beberapa
kepentingan, karena dalam kebanyakan proses pengadilan sipil, jika bukan penyakit mental,
maka tidak dapat dikomepnsasikan. DSN-IV mengklasifikasikan malingering sebagai satu
kondisi yang tidak dapat diatributkan pada penyakit mental (kode V), dengan dmeikian, jika
malingering terjadi berhubungan dengan penyakit mental seperti penyakit kepribadian antisosial,

factitious disorder , atau penyakit somatoform, maka ahli diganostik diperintahkan untuk
memikirkan dasar-dasar diagnosis ini. Kenyatannya, diagnosis factitious disorder tidak meliputi
diagnosis malingering.
II.2. TIPE MALINGERING
Telah dikemukakan bahwa pura-pura sakit tidak dianggap sebagai variabel
dikotomi (satu kondisi yang ada maupun juga tidak ada) tetapi sebagai yang jatuh
sepanjang satu rangkaian kesatuan dalam dimensi (1) derajat kesengajaan, (2) derajat
gejala yang berlebih-lebihan yang dicakup, dan (3) derajat perusakan aktual (jika ada).
Dalam menjaga dengan konsep rangkaian kesatuan, definisi berikut ini telah diusulkan :

Pura-pura sakit asli berpura-pura sakit atau cacat ketika penyakit atau cacat
tersebut sama sekali idak ada.

Pura-pura sakit parsial melebih-lebihkan dengan sadar gejala yang benarbenar ada.

Tuduhan palsu menganggap asal gejala aktual sebagai penyebab yang


dimaklumi secara sadar tidak memiliki relasi dengan gejala-gejala tersebut.

Sebagai tambahan terhadap berbagai derajat pura-pura sakit, beberapa bentuk pura-pura
sakit telah diidentifikasi dan didefinisikan :

Simulasi berpura-pura gejala yang tidak ada, atau melebih-lebihkan secara


sadar, menyolok gejala-gejala yang ada sebelumnya. Kadang-kadang simulasi
dikenal sebagai berpura-pura tidak sehat dan pura-pura sakit (malingering)
positif.

Disimulasi menyembunyikan atau meminimalkan gejala-gejala yang ada.


Disimulasi juka dikenal sebagai berpura-pura sehat, pura-pura sakit negatif dan
defensif. Istilah tersebut telah membuktikan sedikit membingungkan, karena
kadang-kadang ini digunakan untuk menunjukkan keberpura-puraan medis secara
umum yaitu sebagai sinonim dari pura-pura sakit.

Kejadian yang dijadwalkan kejadian-kejadian yang direncanakan, disusun dan


dilaksanakan secara hati-hati oleh individu, dengan hasil yang diharapkan baik

luka-luka sebenarnya atau penjelasan yang dapat dipercaya mengenai cacat yang
akan dipura-purakan nantinya.

Perusakan data merubah data atau laporan diagnostik untuk mensimulasikan


penyakit. Perubahan yang demikian itu bisa mengambil bentuk mutilasi diri
(untuk mempengaruhi hasil pemeriksaan fisik), tambahan atau pengurangan fisik
substansi dari spesimen laboratorium (untuk mempengaruhi hasil analisis yang
dilakukan terhadap spesimen), mencacati atau menyesuaikan laporan
laboratorium, peralatan diagnostik, dan dokumen-dokumen medikohistorikolegal.

Pura-pura sakit oportunis mengeksploitasi kejadian yang terjadi secara alami


atau kondisi medis sebelumnya untuk satu perolehan. Pura-pura sakit oportunis
dibedakan dari pura-pura sakit parsial, yang melibatkan melebih-lebihkan gejalagejala spesifik yang ada sebelumnya.

Penemuan gejala keluhan secara bohong dan secara sadar gejala-gejala yang
tidak terkait dengan penyakit atau luka saat ini atau yang sudah ada sebelumnya.

II.3. DIAGNOSA
Gambaran utama. Pembantukan dan penyajian gejala fisik atau psikologik yang palsu atau
dilebih-lebihkan. Gejala-gejala itu disajikan agar tercapai suatu tujuan yang sangat jelas, yang
dapat dikenal apabila diperhatikan keadaan lingkungan individu, dan bukan psikologi
individualnya. Contoh tujuan yang jelas tersebut ialah menghindarkan diri dari wajib militer,
tugas yang tidak disukai, mendapat ganti rugi, mengelak dari tuntutan hukum, atau agar
mendapat obat atau zat-zat tertentu. Berpura-pura mungkin dapat pula merupakan suatu perilaku
yang adaptif pada beberapa situasi tertentu, missal berpura-pura sakit ketika berada di dalam
ruang tahanan musuh dalam situasi peperangan.
Pertimbangan tentang kondisi berpura-pura/malingering hendaklah dipikirkan apabila terdapat
salah satu hal dibawah ini :
1.

Timbulnya gejala dibawah konteks hukum kedokteran. Misalnya pasien yang

dikirim ke dokter oleh pengacara/pembelanya untuk diperiksa.


2.
Terdapat perbedaan (diskrepansi) yang besar antara penderitaan atau hendaya
yang dikeluarkan orang itu dengan penemuan klinis secara objektif.

3.
Kurangnya kerjasama antara evaluasi diagnostik dengan rencana terapi.
4.
Terdapat kepribadian antisosial.
Perbedaan antara Gangguan Buatan dengan Berpura-pura bergantung pada pemeriksaan
klinis, dalam hal apakah wujud dari gejalanya itu tercapai suatu tujuan yang jelas. Individu
dengan Gangguan Buatan tidak mempunyai tujuan yang jelas atas apa yang dilakukannya, hal itu
hanya dapat ditelaah dari sisi psikologi.
Beda antara berpura-pura dengan gangguan konversi sereta gangguan somatoform adalah
bahwa pada berpura-pura gejalanya berada dibawah pengendalian volunteer dan khususnya pada
berpura-pura tedapat tujuan yang jelas. Pada gangguan berpura-pura penyajian gejalanya tidak
berdasarkan konflik emosi dan juga tidak merupakan suatu symbol dari konflik emosional
yang mendasarinya.
Pada Gangguan

Buatan

terbukti

adanya

suatu

kebutuhan

intrapsikis

untuk

mempertahankan peranan sebagai orang sakit. Jadi, apabila diagnosis Gangguan Buatan
ditegakkan, hal itu meniadakan diagnosis Berpura-Pura (Malingering). Juga pada Gangguan
Berpura-pura tidak terjadi pengurangan gejala dengan cara sugesti, hypnosis, atau pemberian
barbiturat intavena.
II.4. DIAGNOSA BANDING
Tindakan berpura-pura (malingering) sangat sulit dibedakan dengan gangguan buatan
(factitious disorders). Perbedaan yang signifikan bisa ditemukan pada tujuan melakukan hal
tersebut. Pada gangguan berpura-pura terdapat tujuan yang jelas untuk mendapat keuntungan
eksternal.
Malingering dibedakan dengan gangguan somatoform dengan adanya pembentukan yang
disengaja serta dengan keuntungan eksternal yang jelas terkait dengannya. Pada Malingering,
berlawanan dengan beberapa gangguan somatoform seperti gangguan konversi, perbedaan gejala
tidak sering diperoleh melalui sugesti atau hypnosis.
Ganguan buatan :
Penilaian bahwa perilaku tersebut berada dibawah pengendalian volunteer,
sebagian berdasarkan dari kemampuan pasien untuk meniru penyakit sedemikian
rupa, sehingga tiruan tersebut tidak dapat dikenal.
300.16 Gangguan buatan dengan gejala psikologik (Sindrom Ganser). Kriteria
diagnostik :
1. Produksi gejala-gejala psikologik (seringkali berat dan mirip gejala psikotik,
sehingga memberi kesan terdapatnya gangguan mental), yang nampaknya berada
dibawah pengendalian volunter individu (dapat dikendalikan menurut kehendak
individu).

2. Gejala yang dihasilkan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan mental lain manapun
juga (meskipun dapat terjadi bersama-sama/bertumpang tindih dengan salah satu
gangguan mental).
3. Tujuan individu rupa-rupanya adalah agar dapat dianggap sebagai pasien dan
hal itu tidak dapat dijelaskan atas dasar hubungannya dengan keadaan lingkungan
individu (seperti halnya pada kondisi berpura-pura)
Gangguan buatan dengan gejala fisik :
Gambaran utama : terdapat penyajian gejala fisik yang tidak sejati atau tidak benar
(not real). Penyajiannya dapat berupa :
1. Seluruhnya dibuat-buat (total fabrication), misalnya keluhan nyeri perut hebat,
padahal tidak ada sama sekali keluhan tersebut.
2. Degan sengaja menghasilkan timbulnya penyakit, misalnya di kulit, dengan
menyuntik air liur kedalam kulit.
3. Melebih-lebihkan atau sengaja menimbulkan eksaserbasi suatu kondisi fisik yang
sudah ada sebelumnya, misalnya sengaja membiarkan dirinya disuntik penicillin,
meskipu jelas mengetahui bahwa dirinya pernah mengalami reaksi anafilaktik
atau salah satu kombinasi, atau variasi dari tiga hal tersebut diatas.
301.51 Gangguan buatan kronik dengan gejala fisik (Sindrom Munchauseen)
Gambaran utama: penyajian gejala fisik buatan oleh individu secara sedemikian
rupa meyakinkan, sehingga memungkinkan dirinya dirawat dan memperoleh perawatan
berulang-ulang dirumah sakit. Seluruh kehidupan orang itu dapat berupa upaya agar
dirawat atau perawatan yang berulang dirumah sakit.
Gambaran klinis yang sering dikemukakan pada umumnya berupa : Keluhan nyeri
hebat didaerah perut kanan bawah disertai mual dan muntah, pusing dan penglihatan jadi
gelap, batuk darah hebat, kemerahan atau abses diseluruh permukaan kulit, demam yang
tak dapat ditentukan sebabnya, perdarahan sekunder akibat makan antikoagulan, dan
sindrom yang mirip lupus. Semua system organ dapat menjadi sasarannya, dan gejala
yang disajikan pasien hanya terbatas pada taraf pemahaman, derajat sofistikasi dan
khayalan individu tentang pengetahuan kedokteran.
Individu-individu tersebut biasanya menyajikan riwayat penyakitnya dengan sangat
dramatis, tetapi sangat kabur dan tidak konsisten apabila ditanyakan secara lebih cermat.
Terkadang ada dusta patologik yang tidak dapat dikontrolnya dan sangat menarik bagi
pendengar tentang segala hal ikhwal yang berkaitan dengan riwayat perjalanan gejalanya
atau kehidupannya (pseudologia fantastica).

Mereka seringkali memiliki pengetahuan yang luas tentang istilah kedokteran dan
tatacara rutin rumah sakit. Sekali mereka dirawat dirumah sakit, mereka dapat
menimbulkan keributan dibangsal dan menuntut perhatian dan bersikap tidak patuh pada
peraturan dan tata cara yang berlaku.
Apabila mereka dihadapkan dengan bukti bahwa gejalanya adalah buatan, mereka
menyangkal dengan tegas, atau segera menghilang atau kabur ke tempat lain. Pada pelaku
hal seperti ini biasanya mempunyai riwayat kesehatan yang unik dan sering keluar masuk
rumah sakit.
Kriteria diagnostik :
1. Penampilan gejala fisik yang sedemikian rupa meyakinkan sehingga terjadi
perawatan berulang kali dirumah sakit, yang nampaknya berada dibawah
pengendalian volunter individu.
2. Tujuan individu itu nampaknya hanyalah untuk mendapatkan peran pasien dan
hal itu tidak dapat dijelaskan dari segi situasi lingkungannya (sebagaimana
halnya pada keadaan berpura-pura/malingering).
300.13 Fugue Psikogenik
Factor predisposisi dan perjalanan. Penggunaan alcohol secara berat dapat
merupakan factor predisposisi. Fugue Psikogenik secara khas timbul sesudah stressor
psikososial yang berat, seperti perceraian, penolakan pribadi, konflik militer, atau bencana
alam.
Biasanya fugue itu berlangsung pendek/beberapa jam atau hari dan mencakup suatu
tindakan melakukan perjalanan yang terbatas.jarang dapat berlanjut sehingga beberapa
bulan yang mencakup suatu perjalanan yang kompleks terkadang sehingga ribuan
kilometer bahkan keluar negeri. Pada akhirnya dapat pulih secara cepat dan jarang
kambuh.
Kriteria Diagnostik :
1. Suatu perjalanan mendadak yang tidak diduga, jauh dari rumah atau tempat
kejanya yang biasa, disertai ketidakmampuan mengingat masa lampaunya.
2. Pemakaian identitas baru (baik sebagian atau lengkap).
3. Gangguan ini tidak disebabkan oleh gangguan mental organik.
Gangguan Somatoform
Keluhan somatik yang majemuk dan berulang, yang berlangsung bertahun-tahun,
untuk hal mana telah mencari pertolongan medic akan tetapi tidak disebabkan oleh
gangguan fisik.
Keluhan sering disajikan secara dramatic, kabur, atau berlebihan, atau merupakan
bagian dari suatu riwayat medic yang telah banyak dapat pertimbangan fisik. Penderita

seperti ini sering mendapat perawatan dari banyak dokter, kadang-kadang beberapa dokter
sekaligus.
Gambaran penyerta : kecemasan dan afek depresif sering ditemukan. Seperti upaya
ancaman bunuh diri, tingkah laku antisocial, keukaran dalam pekerjaan, hubungan
interpersonal dan perkawinan. Perjalanan : gangguan ini bersifat kronis dan sering
berfluktuasi dan jarang bisa sembuh secara spontan.
Kriteria Diagnostik :
1. Terdapat riwayat penyakit dengan keluhan gejala fisik selama beberapa tahun yang
dimulai sebelum usia 30th.
2. Paling sedikit terdapat 14 gejala pada wanita dan 12 pada pria, termasuk cedera
fisik.
II.5. TERAPI
Seorang pasien yang dicurigai melakukan malingering harus dievaluasi secara
menyeluruh dan objektif, serta dokter tidak boleh menunjukkan kecurigaannya. Jika dokter
menjadi marah (suatu respon yang lazim terhadap pelaku malingering), konfrontasi dapat
terjadidengan dua konsekuensi :
1. Hubungan dokter-pasien terganggu dan tidak ada intervensi positif lebih lanjut
yang memungkinkan, pasien akan lebih berjaga-jaga dan bukti penipuan dapat
benar-benar tidak memungkinkan. Jika pasien dapat diterima dan dipercaya,
perawatan pasien dirumah sakit atau observasi rawat jalan selanjutnya dapat
mengungkapkan ketidakstabilan gejala, yang terus ada hanya jika pasien sadar
bahwa mereka sedang diawasi.
2. Mempertahankan hubungan dokter-pasiensering penting ujntuk diagnosis dan
terapi jangka panjang. Evaluasi yang teliti sering mengungkapkan masalah yang
relevan tanpa perlu adanya konfrontasi. Biasanya paling baik menggunakan
pendekatan terapi intensif seolah-olah gejala tersebut benar adanya. Gejala
kemudian dapat dihilangkan sebagai respon pada terapi, tanpa pasien kehilangan
muka.
KESIMPULAN
Malingering ditandai dengan pembentukan dan penunjukan yang disengaja gejala fisik atau
psikologis palsu dan sangat dibesar-besarkan. Pasien selalu memiliki motivasi eksternal berupa
salah satu dari 3 kategori ini :
1. Untuk menghindari situasi yang sulit atau berbahaya
2. Tanggung jawab atau hukuman

3. Untuk mendapatkan kompensasi, kamar dan penginapan rumah sakit gratis, sumber
obat, atau berlindung dari polisi.
4. Untuk membalas ketika pasien merasa bersalah atau mengalami kerugian keuangan,
hukuman, atau kehilangan pekerjaan.
Adanya tujuan yang jelas adalah factor utama yang membedakan malingering dengan
gangguan buatan.

DAFTAR PUSTAKA :
1. Kaplan and Sadock, 2010. Epidemiologi. In : Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Editor
Edisi Bahasa Indonesia : dr. Husny Muttaqin, dr. Retna Neary Elseria Sihombing.
Jakarta, hal. 415 417.
2. Maramis F.Willy dan Maramis A.Albert, 2009. Gangguan Disosiatif ( Konversi ). In :
Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Editor : Kampus C Unair, JL. Mulyorejo
Surabaya. Surabaya, hal. 314.
3. www.stanford.edu/group/psylawseminarmalingering.cozzolino.htm

Anda mungkin juga menyukai