Anda di halaman 1dari 14

Nama : Resha Aditya Indraswari

NPM : 235059024
Prodi : Kesehatan Masyarakat
Kelas : B2-23

A. Hubungan Penyakit dengan Keadaan Sakit (Tipologi Kesehatan dan Perilaku


Sakit)

Gambar di atas merupakan gambaran hubungan antara penyakit dengan


keadaan sakit. Pengertian penyakit/disease secara umum adalah merupakan suatu
bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme,benda asing atau luka. Hal ini
adalah suatu fenomena yang objektif yang di tandai oleh perubahan fungsi-fungsi
tubuh. Sedangkan sakit/illnes adalah penilaian seseorang terhadap penyakit
sehubungan dengan pengakaman yang langsung dialaminya. Hal ini merupakan
fenomena subjektif yang ditandai dengan perasaan tidak enak.
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan hubungan antara penyakit dengan
keadaan sakit sebagai berikut.
1. Ada penyakit, tidak merasa sakit
Terdapat beberapa contoh yang dapat saya rangkum terkait kondisi “ada
penyakit, namun tidak merasa sakit”, contohnya yaitu :

1
a. Seseorang dapat mempunyai penyakit atau luka, dan tetap sehat atau paling
tidak tetap merasa sehat, misalnya pada olimpiade penyandang cacat. Hal
ini karena orang tersebut merasa dihargai, difasilitasi, dan saling memberikan
suport satu sama lain dalam suatu wadah/ajang yang positif dan berada di
lingkungan yang senasib seperjuangan.
b. Menurut konteks sosial budaya, seseorang dikatakan sakit apabila ia
menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang
menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang
sakit (istilah seharihari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak
terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.
c. Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang -
kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan
di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya
adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah
tempat tidur yang ditutupi jaring. Padahal tidak menutup kemungkinan jika
dilakukan pemeriksaan secara medis, maka akan diketahui diagnosa
penyakitnya.
d. Menderita Congenital Insensitivity to Pain with Anhidrosis (CIPA)
CIPA adalah penyakit bawaan lahir yang tergolong langka. Kondisi ini
membuat penderitanya tidak mampu merasakan suhu panas atau dingin,
tidak berkeringat (anhidrosis), dan tidak merasakan sakit ketika cedera,
terbentur, ataupun terluka. Pada orang yang mengalami CIPA, terjadi mutasi
pada gen NTRK1 yang bertanggung jawab untuk mengirimkan pesan rasa
nyeri atau sakit ke otak. Akibatnya, walaupun terkena benda yang panas atau
terluka, penderita CIPA tidak akan memberikan respons karena tidak merasa
sakit.
Selain itu, mutasi genetik ini juga akan menyebabkan penderita CIPA
tidak bisa mengeluarkan keringat, walaupun ia merasa gerah setelah
berolahraga atau saat cuaca sedang panas. Padahal, berkeringat adalah
salah satu cara tubuh untuk menyeimbangkan suhu.

2
Ketidakmampuan merasa sakit dan merasakan suhu menyebabkan
penderita CIPA sering cedera. Contohnya, karena tidak merasa sakit,
penderita CIPA tidak sadar bila ada benda tajam dalam sepatunya dan akan
terus berjalan hingga kakinya berdarah, atau tidak sengaja minum minuman
yang terlalu panas sampai mulutnya melepuh.
Selain itu, cedera pada kulit, tulang, atau penyakit pada organ dalam
sering kali terlambat diketahui karena tidak adanya sinyal nyeri dari tubuh ke
otak, sehingga pemulihannya lebih lama dan sulit. Kondisi tersebut juga
kadang baru diketahui setelah muncul komplikasi, misalnya infeksi yang
parah.

2. Ada penyakit, merasa sakit


Hal ini sejalan dengan teori menurut Suchman (1985.) tahapan sakit terbagi
menjadi 4 (empat) tahap yaitu:
a. Tahap mengalami gejala
 Tahap transisi : Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuhnya,
merasa dirinya tidak sehat/merasa timbulnya berbagai gejala/merasa
ada bahaya.tahap traansisi ini terdiri atas 3 aspek yaitu aspek fisik
(nyeri, panas tinggi), aspek kognitif (interprestasi terhadap gejala), serta
aspek respon emosi terhadap ketakutan/kecemasan
 Konsultasi dengan orang terdekat dengan menyampaikan gejala dan
perasaan tidak nyaman yang dialaminya kadang-kadangh mencoba
pengobatan di rumah
b. Tahap asumsi terhadap peran sakit (sick Role)
 Penerimaan terhadap sakit
 Individu mencari kepastian sakitnya keluarga atau teman :
menghasilkan peran sakit.
 Mencari pertolongan dari profesi kesehatan, yang lain mengobati
sendiri, mengikuti nasehat teman/keluarga.
 Akhir dari tahap ini dapat ditemukan bahwa gejala telah berubah dan
merasa lebih baik. Invidu masih mencari penegasan dari keluarga

3
tentang sakitnya. Rencana pengobatan dipenuhi/dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman selanjutnya.
c. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan.
 Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas
inisiatif sendiri. Tahap kontak dengan pelayanan terdiri atas 3 tipe
informasi yaitu validasi keadaan sakit, penjelasan tentang gejala yang
tidak dimengerti dan tipe keyakinan bahwa mereka akan baik
 Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh jika ada
gejala kembali pada profesi kesehatan.
 Tahap ketergantungan
d. Tahap penyembuhan
 Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada peran
sakit dan fungi sebelum sakit.
 Kesiapan untuk fungsi sosial.

Terdapat beberapa contoh yang dapat saya rangkum terkait kondisi “ada
penyakit, merasa sakit”, contohnya yaitu :
a. Seorang bayi dapat merasakan sakit, tapi tidak dapat mengungkapkan dan
mengatsainya karena keterbatasan kemampuan komunikasi dan
perkembangan sesuai usianya memang demikian. Maka, kepekaan orang
tua untuk menilai kondisi anaknya yang diluar kebiasaan (rewel, badan
demam, sering batuk, muntah, atau mengeluarkan ingus) dapat menjadi
early warning alarm atau kewaspadaan dini bahwa bayi/anaknya sedang
menderita sakit.
Hal ini akan dapat diperkuat setelah dilakukan pemeriksaan dan
ditentukan diagnosa penyakitnya oleh dokter dan tim kesehatan. Artinya
bahwa bahwa bayi pun merasa sakit, dan ada penyakit sesuai hasil
pemeriksaan dasar maupun penunjang .
b. Rasa sakit pada penderita kanker
Kanker dapat menyebabkan rasa sakit dengan merusak jaringan
normal di sekitarnya saat ia tumbuh. Nyeri juga bisa diakibatkan oleh tekanan

4
massa kanker yang menekan organ dan struktur vital, dari obstruksi kanker
saluran usus atau saluran kencing. Ini juga dapat merusak saraf, yang dapat
menyebabkan sindrom nyeri yang khas serta hilangnya fungsi dan mati rasa
di area yang terkena. Ketika kanker menyebar di tulang, kanker dapat
menyebabkan rasa sakit patah tulang. Beberapa jenis kanker juga dapat
menyebabkan rasa sakit melalui gangguan metabolik. Penting untuk
mengetahui bagaimana kanker menyebabkan rasa sakit karena ada cara-
cara khusus untuk mengelola berbagai penyebab rasa nyeri.

3. Tidak ada penyakit, merasa sakit


a. Masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami
serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak
yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak
nafsu makan.
b. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu
makan, atau “kantong kering” (tidak punya uang). Padahal jika diperiksa
secara medis, belum tentu dapat didiagnosa jenis penyakitnya.
c. Malingering
Malingering adalah tindakan memalsukan kondisi kesehatan yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, misalnya ingin
menghindari tanggung jawab atas pekerjaan atau hukum yang berlaku, untuk
mengeklaim asuransi, ingin menyalahgunakan obat-obatan, dan lain-lain.
Malingering adalah istilah yang merujuk pada perilaku seseorang saat
berpura-pura sakit untuk menghindari tanggung jawab dan memperoleh
keuntungan pribadi. Menurut buku DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Diseases, Edisi ke-5), karena dilakukan secara sadar dan
disengaja, para ahli tidak mengklasifikasikan malingering sebagai gangguan
mental.
Dilansir dari buku DSM-5, malingering adalah kondisi yang terkait
dengan gangguan kepribadian antisosial. Pasalnya, orang dengan gangguan

5
kepribadian antisosial cenderung menunjukkan perilaku yang tidak
bertanggung jawab, bahkan dapat mengarah pada tindakan kriminal.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Frontiers in
Psychiatry tahun 2015, malingering juga kerap dilakukan oleh seseorang
yang mengidap gangguan depresi mayor.
Selain itu, sejumlah kondisi yang dapat memotivasi seseorang dalam
melakukan tindakan malingering adalah sebagai berikut.
1) Berusaha menghindari hukuman karena tindakan kriminal tertentu.
2) Memiliki keinginan untuk menyalahgunakan obat-obatan.
3) Ingin mendapatkan klaim asuransi atau tunjangan pekerjaan.
4) Ingin menghindari atau mendapatkan keringanan selama menjalani wajib
militer
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke-
5 (DSM-5), Berdasarkan buku DSM-5, seseorang dapat dicurigai melakukan
malingering apabila memiliki salah satu atau beberapa tanda berikut ini.
1) Sedang terlibat dalam proses investigasi kasus yang melibatkan aspek
medikolegal atau dalam pengawasan dokter spesialis forensik untuk
mendapatkan barang bukti medis.
2) Cenderung melanggar peraturan dan sulit untuk diajak bekerja sama.
3) Mengeluhkan gejala fisik yang cenderung berlebihan.
4) Cenderung berusaha untuk berkelit atau memberikan jawaban yang
berputar-putar dan tidak konsisten ketika mendapatkan pertanyaan
terkait dengan penyakit atau gejala yang dikeluhkan.
5) Mudah tersinggung ketika ditanyakan lebih lanjut mengenai penyakit atau
keluhannya.
6) Mudah mengancam untuk menyakiti diri sendiri (self harm) atau bunuh
diri.
7) Memiliki gangguan kepribadian antisosial.
d. Factitious Disorder
Factitious disorder adalah gangguan mental ketika seseorang pura-
pura sakit atau sengaja membuat dirinya tampak sakit. Pengidap sindrom ini

6
biasanya akan berusaha untuk menunjukkan gejala dari kondisi medis
tertentu, baik secara fisik maupun mental.
Secara umum, orang yang mengalami sindrom ini kerap memalsukan
kondisi kesehatannya hanya untuk menarik perhatian orang di sekitarnya.
Pada dasarnya, factitious disorder dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu sebagai berikut.
1) Factitious disorder imposed on self atau dikenal dengan sindrom
Munchausen adalah tipe gangguan factitious ketika seseorang sengaja
memalsukan kondisi kesehatan dirinya sendiri.
2) Factitious disorder imposed on another atau Munchausen syndrome by
proxy adalah jenis gangguan factitious yang menyebabkan seseorang
kerap berbohong mengenai kondisi kesehatan orang lain atau sengaja
menyebabkan cedera atau penyakit pada orang lain dengan maksud
untuk menipu. Sindrom ini biasanya terjadi pada seorang ibu atau
pengasuh yang sengaja mencederai atau menimbulkan gejala fisik pada
anaknya untuk mendapatkan perhatian.
Selain berpura-pura sakit, ciri-ciri pengidap factitious disorder juga
dapat dilihat dari sejumlah tanda-tanda yang muncul, di antaranya sebagai
berikut.
1) Tidak dapat menjelaskan keluhan atau gejala yang dialaminya secara
konsisten.
2) Mengeluhkan munculnya gejala yang baru setelah hasil tes dinyatakan
negatif, atau merasa gejala semakin memburuk setelah menjalani
pengobatan.
3) Gejala yang dikeluhkan hanya muncul saat sedang bersama orang lain.
4) Mengeluhkan banyak gejala yang tidak saling berkaitan satu sama lain.
5) Sering memeriksakan diri ke dokter yang berbeda-beda untuk menjalani
pemeriksaan berulang.
6) Tidak ingin atau enggan membawa keluarga atau teman saat menjalani
pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter.

7
7) Meminta rujukan dari dokter untuk menjalani pengobatan medis lebih
lanjut walaupun tidak disarankan.
8) Memiliki masalah terkait dengan identitas atau kepercayaan diri.
9) Merasa sedih dan tertekan.
10) Memiliki kebiasaan berbohong atau suka mengarang cerita.
e. Hipokondria
Hipokondria adalah gangguan somatoform yang merujuk pada sebuah
kondisi dimana seseorang memiliki kekhawatiran yang berlebihan atau
memiliki obsesi yang besar mengenai suatu pemikiran, dimana orang
tersebut berpikir sedang atau mungkin mengidap penyakit yang cukup parah,
padahal ia tidak menunjukkan gejala fisik mengenai penyakit tersebut,
sehingga hal ini dapat membuat terganggunya fungsi sosial, fungsi
pekerjaan, dan fungsi penting lainnya dari penderita tersebut.
Seseorang yang mengidap hipokondria akan memiliki rasa khawatir
yang tinggi, serta mungkin saja memiliki kegelisahan yang berlebihan
mengenai suatu penyakit tertentu. Kegelisahan yang berlebIhan ini dapat
memicu stres pada penderita hipokondria.
Gangguan hipokondria ini merupakan sebuah penyakit mental yang
dapat berubah-ubah intensitas gejalanya, bisa saja semakin memburuk
seiring waktu jika tidak segera diatasi. salah satu cara menyembuhkannya
adalah dengan melakukan konseling psikologis (psikoterapi) dan dengan
mongkonsumsi beberapa obat yang memang dianjurkan atau telah
diresepkan oleh dokter.
Tanda-tanda dan gejala gangguan kecemasan hipokondria bisa
berbeda antara satu penderita dengan penderita lainnya. Adapun tanda-
tanda dan gejala hipokondria yang umum adalah sebagai berikut:
1) Penderita disibukkan dengan merasa memiliki penyakit yang kronis atau
serius.
2) Stres atau khawatir berlebihan mengenai kesehatan tubuh.
3) Berulang kali memeriksakan diri ke dokter, padahal tidak memiliki gejala
yang merujuk pada penyakit tersebut.

8
4) Menghindari orang lain, tempat tertentu, atau enggan beraktivitas karena
rasa takut yang berlebihan akan penyakit tertentu.

4. Tidak ada keduanya


Jika seseorang tidak merasakan sakit, dan tidak pula menunjukkan gejala-
gejala sakit, ataupun tidak dinyatakan sakit berdasarkan diagnosa dokter berarti
orang tersebut sehat.
Seseorang akan dikatakan sehat jika ia sehat fisik, sehat sosial dan sehat
jiwa: Sehat Fisikartinya memiliki badan yang sehat dan bugar Sehat Sosialartinya
mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain Sehat Jiwa artinya :
a. Merasa senang dan bahagia
b. Mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari (di rumah dan di
sekolah)
c. Dapat menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan teman
d. Melakukan kegiatan yang bermanfaat
Pada orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan
normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak
mengeluh lesu, lemah, atau sakit-sakit badan.

B. Status Kesehatan individu


Badan Kesehatan dunia (WHO) memberikan batasan sehat adalah suatu
keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya bebas dari
penyakit dan cacat sehat saja. Dari batasan ini terlihat adanya konsep tiga dimensi
sehat, yakni : fisik, mental dan sosial. Berdasarkan defenisi diatas, maka kondisi
sehat dan sakit seseorang di tuangkan dalam konsep tiga dimensi status kesehatan
seseorang yang meliputi aspek medis, sosial dan psikologis, perpaduan ketiga
dimensi tersebut melahirkan delapan tingkatan sehat sebagaimana dijelaskan pada
tabel berikut ini.
Dimensi sehat psikologis/ mental/ jiwa, mencakup:
1. Sehat Pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir secara
logis (masuk akal) atau berpikir runtut

9
2. Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan seisinya yang
dapat dilihat dari praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik
yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.
3. Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya atau pengendalian diri yang baik.
Dimensi sehat medis adalah secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal
dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh.
Dimensi sehat Sosial Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang
atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan,
status sosial, ekonomi, politik.
Berikut tabel status kesehatan individu menurut World Health Organization
(WHO) dimana terdapat tingakatan kondisi kesehatan berdasarkan dimensi sehat
psikologis, medis, dan sosial.

Dari tabel diatas diketahui terdapat delapan tingatan sehat dan sakit pada diri
seseorang sebagaimana dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Sehat Walafiat (Normally Well)
Status Kesehatan ini merupakan satu dari dua status kesehatan yang paling
mudah ditentukan, yaitu sehat dan sakit. Pada Status ini penilai kesehatan

10
masyarakat bahwa ketiga dimensi kesehatan yaitu psikologis, medis, dan sosial
baik. Seseorang yang berada didalam status ini mempunyai kesehatan yang
normal.
World Health Organization” (WHO) merumuskan definisi sehat dalam
cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat
Pada kuadran hubungan Penyakit dengan Keadaan Sakit (Tipologi
Kesehatan dan Perilaku Sakit) golongan ini termasuk pada kondisi “Tidak ada
penyakit, tidak merasa sakit” / Tidak ada keduanya.

2) Pesimistik (Pessimistic)
Golongan pessimistic ini percaya bahwa ia sakit, padahal pada penilaian
dimensi medis dan sosialnya ia baik. Golongan ini paling sering menyelidiki
penilaian sakitnya dari golongan penilai media dan sosial.
Pada kuadran hubungan Penyakit dengan Keadaan Sakit (Tipologi
Kesehatan dan Perilaku Sakit) golongan ini termasuk pada kondisi “Tidak ada
penyakit, merasa sakit”
Sebagai contoh menurut saya : Seseorang yang merasa sakit, padahal
dokter menyatakan dia sehat, namun dirinya merasa ragu/tidak puas dengan
pernyataan dokter, maka dia akan mengandalkan google atau alat pencarian
artikel lainnya untuk memvalidasi tentang perasaan sakit yang dialaminya,
dengan menghubungkan gejala2 yang di rasakan secara subjektif.

3) Sakit Sosialnya (Socially Ill)


Status kesehatan ini ditandai apabila seseorang mempunyai penilaian
kesehatan yang baik dalam dimensi Psikologis & Medis, tetapi sakit dalam
penilaian dimensi sosial.
Pada kuadran hubungan Penyakit dengan Keadaan Sakit (Tipologi
Kesehatan dan Perilaku Sakit) golongan ini termasuk pada kondisi “Ada
penyakit, tidak merasa sakit”, sakitnya yaitu terletak pada dimensi sosial.

11
Sebagai contoh menurut saya : Seseorang yang merasa dirinya sehat, dan
dikuatkan dengan pemeriksaan medis yang menyatakan dirinya sehat serta
secara mental juga tidak ada masalah, namun dia tidak mampu melakukan
interaksi sosial dengan baik, mempunyai watak yang keras dan perkataanya
selalu menyakiti orang lain, sehingga orang lain tidak ingin berdekatan dengannya
jika tidak terpaksa.

4) Gusar (Hypochondriacal)
Hypochondriacal adalah status kesehatan seseorang yang mempunyai
penilaian baik dalam dimensi medis, tetapi sakit dalam penilaian dimensi
psikologis dan sosial
Pada kuadran hubungan Penyakit dengan Keadaan Sakit (Tipologi
Kesehatan dan Perilaku Sakit) golongan ini termasuk pada kondisi “Ada
penyakit, tidak merasa sakit”, sakitnya yaitu terletak pada dimensi psikologis
dan sosial.
Contoh : Seseorang yang sehat secara medis, tidak mempunyai penyakit
apapun, namun ternyata mengalami gangguan adiksi / ketergantungan terhadap
obat-obatan terlarang, dan hal berdampak pada melakukan tindak kejahatan
untuk memenuhi kebutuhannya akan pembelian obat-obatan terlarang.

5) Sakit Secara Medis (Medically ill)


Seseorang mempunyai penilaian sakit dalam dimensi medis tetapi baik
dalam penilaian dimensi psikologis dan sosial.
Pada kuadran hubungan Penyakit dengan Keadaan Sakit (Tipologi
Kesehatan dan Perilaku Sakit) golongan ini termasuk pada kondisi “Ada
penyakit, tidak merasa sakit”, sakitnya yaitu terletak pada dimensi psikologis
dan sosial.
Contoh : Seseorang mengalami kelainan lupus misalnya, dia dapat
menerima keadaan dirinya dengan baik dan tetap melakukan pekerjaan dengan
produktif, serta masih mampu untuk membangun interaksi sosial dalam
komunitas-komunitas penderita lupus untuk saling memberikan support.

12
6) Martir
Seseorang dalam penilaian medis dan psikologisnya sakit. Tetapi mereka
dapat tetap menampilkan dirinya melaksanakan tugas dan peranan sosialnya
dengan baik.
Pada kuadran hubungan Penyakit dengan Keadaan Sakit (Tipologi
Kesehatan dan Perilaku Sakit) golongan ini termasuk pada kondisi “Ada
penyakit, merasa sakit”, sakitnya yaitu terletak pada dimensi psikologis dan
sosial.
Contoh : Seseorang mengalami penyakit hipertensi, serta memiliki beban
kerja yang tinggi sehingga mengalami gangguan kecemasan akibat pekerjaan,
namun orang tersebut dikenal sangat baik dan dapat bergaul dengan sopan
santun di lingkungan tempat kerjanya maupun dirumah.

7) Optimistik (Optimistic)
Seseorang menganggap dirinya tetap sehat, tetapi pada penilaian
kesehatan dalam dimensi sosial dan medisnya sakit.
Pada kuadran hubungan Penyakit dengan Keadaan Sakit (Tipologi
Kesehatan dan Perilaku Sakit) golongan ini termasuk pada kondisi “Ada
penyakit, tidak merasa sakit”, sakitnya yaitu terletak pada dimensi psikologis
dan sosial.
Contoh : Seorang yang mengalami kekurangan / cacat bagian tubuh, namun
merasa tetap dapat berkegiatan dengan mandiri menyesuaikan diri dengan
kekurangan yang ada, namun secara sosial ternyata tidak mempunyai teman
untuk berbagi cerita.

8) Sakit Parah (Seriosly ill)


Seseorang dalam status kesehatan ini dinyatakan sangat sakit dan
membutuhkan perawatan medis, sosial dan psikologis
Pada kuadran hubungan Penyakit dengan Keadaan Sakit (Tipologi
Kesehatan dan Perilaku Sakit) golongan ini termasuk pada kondisi “Ada

13
penyakit, dan merasa sakit”, sakitnya yaitu terletak pada dimensi psikologis dan
sosial.
Contoh : pada penderita kanker stadium akhir pasien sudah merasakan
nyeri akibat penyakit medis yang dideritanya, dengan maskin mengecil harapan
hidupnya makan psikologisnya terganggu juga akan merasa sedih serta menarik
diri dari pergaulan sosial.

Keadaan sehat pastinya akan selalu kita inginkan di dalam menjalani kehidupan kita
sehari-hari. Akan tetapi mendapatkan sakit dan penyakit juga tidak akan dapat kita cegah
secara keseluruhan. Karena itulah memang kodrat kehidupan kita sebagai makhluk hidup
di dunia ini. (Irwan, 2017)

Terima kasih.

14

Anda mungkin juga menyukai