Anda di halaman 1dari 44

KONSEP SEHAT

SAKIT

Setiana Andarwulan, SST.,M.Kes


Untuk meningkatkan sumber daya alam
(SDM)sebagai sebagian dari upaya mewujudkan
kualitas hidup yang lebih baik,salah satu unsur
yang harus mendapat perhatian adalah faktor
kesehatan.hal ini disebabkan beberapa
pertimbangan seperti:
a. Kesehatan merupakan unsur vital dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
b. Usaha perbaikan tidak akan terlaksana jika
kesehatan individu dan masyarakat tidak
terjamin.
Penyakit
• Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan
sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit
terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh tidak
dapat dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada
saat  seseorang tidak lagi berada dalam kondisi
sehat yang normal.
• Contohnya pada penderita penyakit asma, ketika
tubuhnya mampu beradaptasi dengan
penyakitnya maka orang tersebut tidak berada
dalam keadaan sakit.
• Unsur penting dalam konsep penyakit adalah
pengukuran bahwa penyakit tidak melibatkan
bentuk perkembangan bentuk kehidupan baru
secara lengkap melainkan perluasan dari
proses-proses kehidupan normal pada
individu. Dapat dikatakan bahwa penyakit
merupakan sejumlah proses fisiologi yang
sudah diubah.
Hubungan antara sehat, sakit dan
penyakit
Pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan
sakit
a. Hasil intraksi sesorang dengan lingkungan.
b. Sebagai manifestasi keberhasilan/kegagalan
dalam berdaptasi dengan lingkungan.
c. Gangguan kesehatan : ketidakseimbangan
antara factor : Host-Agent-Environment.
• Agen: factor internal atau eksternal yang dapat
mengakibatkan terjadinya penyakit
Ex: seseorang terkena penyakit typoid, dimana agen adalah
bakteri

• Pejamu: seseorang atau sekelompok orang yang rentan


terhadap penyakit atau sakit tertentu.ex: riwayat keluarga,
usia, gaya hidup
Lingkungan: seluruh factor yang ada diluar pejamu.
Lingkungan fisik antara lain tingkat ekonomi, iklim, kondisi
tempat tinggal.

• Lingkungan soaial terdiri dari interaksi seseorang dengan


orang lain, termasuk stress, konflik dengan orang lain,
kesulitan ekonomi, krisis hidup, kematian pasangan.
HUBUNGAN ANTARA SEHAT, SAKIT DAN
PENYAKIT

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku


sehat. Sehat sakit berada pada sesuatu dimana
setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.
a. Suatu skala ukur secara relatif dalam
mengukur ke dalam sehat / kesehatan seseorang.
b. Kedudukannya : dinamis, dan bersifat
individual.
c. Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara
optimal pada satu titik dan kemauan pada titik
yang lain.
Menurut model kontinum sehat sakit
• , sehat adalah sebuah keadaan yang dinamis yang
berubah secara terus menerus sesuai dengan
adaptasi individu terhadap perubahan lingkungan
internal dan eksternal untuk mempertahankan
keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan dan spiritual yang sehat.
• Sakit adalah sebuah proses dimana fungsi
individu mengalami perubahan atau penurunan
bila dibandingkan dengan kondisi individu
sebelumnya.
RENTANG SEHAT SAKIT
• Model Kontinum
• Neuman (1990) “sehat dalam suatu rentang
adalah tingkat sejahtera klien pada waktu
tertentu, yang terdapat dalam rentang dari
kondisi sejahtera yang optimal, dengn energy
yang paling maksimum, sampai kondisi
kematian, yang menandakan habisnya energy
total”
• Karena sehat dan sakit merupakan kualitas
yang relative, yang mempunyai beberapa
tingkat, maka akan lebih akurat bila
ditentukan sesuai dengan titik tertentu pada
skala kontimum sehat sakit yaitu berupa :
RENTANG SEHAT SAKIT
RENTANG SEHAT SAKIT
Keterangan gambar:
Rentang sakit dapat digambarkan mulai
• setengah sakit,
• sakit,
• sakit kronis dan
• berakhir dengan kematian,
• sedangkan rentang sehat dapat digambarkan
• sehat normal,
• sehat sekali dan
• sejahtera
Berdasarkan rentang sehat sakit tersebut,
maka paradigma keperwatan dalam konsep
sehat sakit, memandang bahwa bentuk
pelayanan keperawatan yang akan biberikan
selama rentang sehat sakit, akan melihat
terlebih dahulu status kesehatan dalam
rentang sehat sakit tersebut, apakah statusnya
dalam keadaan sakit atau sakit kronis sehingga
dapat diketahui tingkatan asuhan keperawatan
yang akan diberikan serta tujuan yang ingin
dicapai untuk meningkatkan status
kesehatannya.
Peningkatan Kesehatan Dan
Pencegahan Penyakit
Preventif:
a. Primer
Pencegahan yang sebenarnya, pencegahan ini
dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan
fungsi, dan diberikan kepada klien yang sehat
secara fisik dan mental, tidak menggunakan
tindakan terapetik dan tidak menggunakan
identifikasi gejala penyakit (Edelman dan Mandle,
1994). Contoh, program pendidikan kesehatan,
imunisasi, penyediaan nutrisi yang baik,
kesegaran fisik
• Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada
individu yang mengalami masalah
kesehatan atau penyakit. Dan individu
yang beresiko mengalami komplikasi atau
penyakit yang labih buruk. Dengan cara
pembuatan diagnose dan pemberian
intervensi yang tepat untuk menghindari
kondisi yang lebih parah dan
memungkinkan klien kembali pada kondisi
kesehatan yang normal (Pender, 1993;
Edelman dan Mandle, 1994).
Sebagian besar dilakukan dirumah, rumah
sakit atau fasilitas yang memadai.
Pencegahan sekunder terdiri dari teknik
screening dan pengobatan penyakit pada
tahap dini untuk membatasi kecacatan.
• c. Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika terjadi kecacatan
atau ketidakmampuan yang permanaen dan tidak
dapat disembuhkan. Pencegahan tersier terdiri dari
cara meminimalkan akibat penyakit atau
ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan
untuk mencegah komplikasi dan penurunan kondisi
kesehatan (Edelman dan Mandle, 1994).
Contoh, pemberian perawatan tersier pada klien yang
telah mengalami kebutaan, tidak hanya membantu
klien untuk beradaptasi dengan kecacatannya, tapi
juga ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah
dimasa yang akan dating (ex: terjadinya kecelakaan
dirumah, dalam pengasuhan anaknya)
Tahapan Sakit
• Tahapan sakit menurut Suchman terbagi menjadi 5
tahap yaitu :

a. Tahap Transisi :
• Individu percaya ada kelainan dalam tubuhnya,
merasa dirinya tidak sehat, merasa
• timbulnya berbagai gejala, merasa ada bahaya.
Mempunyai tiga aspek :
• Secara Fisik : Nyeri, panas tinggi,
• Kognitif : Interpretasi terhadap gejala
• Respon emosi : Cemas
b. Tahap asumsi terhadap peran sakit ( Sick Role )
Penerimaan terhadap sakit
• Individu mencari kepastian sakitnya dari
keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit
• Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang
lain, mengobati sendiri, mengikuti
• Nasehat teman/keluarga.
• Akhir dari tahap ini ditemukan bahwa gejala telah
berubah dan merasa lebih baik.
• Individu masih mencari penegasan dari keluarga
tentang sakitnya.
• Rencana pengobatan dipenuhi/dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman
c. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
• Individu yang sakit : meminta nasehat dari
profesi kesehatan atas inisiatif sendiri
• Tiga type informasi : Validasi keadaan sakit
• Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti
• Keyakinan bahwa mereka akan sembuh/lebih
baik
• Jika tidak ada gejala : Individu mempresepsikan
dirinya telah sembuh, jika ada
• gejala kembali pada profesi kesehatan
d. Tahap ketergantungan
• Jika profesi kesehatan memvalidasi (memantapkan)
bahwa seseorang sakit, orang akan
• menjadi pasien yang tergantung untuk memperoleh
bantuan
• Setiap orang mempunyai tingkat ketergantungan yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan

Bidan mempunyai tugas :


• Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien dikaitkan
dengan tahap perkembangan
• Support terhadap perilaku yang mengarah pada
kemandirian
e. Tahap penyembuhan
• Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan
kembali pada peran sehat dan
• fungsi sebelum sakit
• Kesiapan untuk fungsi sosial
Bidan mempunyai tugas :
a. Membantu pasien untuk berfungsi dengan
meningkatkan kemandirian
b. Memberi harapan dan support
PERILAKU PERAN SAKIT
 
• Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan
untuk tujuan mendapatkan kesejahteraan oleh
individu yang mempertimbangkan diri mereka
sendiri sakit, hal ini mencakup mendapatkan
pengobatan dari ahli terapi yang tepat.
• Kadang-kadang orang bisa menghindari kewajiban
mereka terhadap kelompok sosialnya, di sisi lain
kelompok sosialnya sering mempunyai kewajiban
untuk merawat si sakit. Kadang diagnosa medis
diperlukan untuk mencapai konsensus tersebut.
Perilaku ini mencakup:
1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran
pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
3. Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh
perawatan, dan pelayanan kesehatan).
DAMPAK SAKIT DAN DAMPAK
DIRAWAT
Dampak Sakit
a. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
• Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda
tergantung pada asal penyakit, reaksi orang lain
terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak
mengancam kehidupannya akan menimbulkan
sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan
keluarga
• Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam,
mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau
kesabaran untuk menghabiskan waktunya dalam
kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah
marah, dan lebih memilih menyendiri.
• Sedangkan penyakit berat, apalagi jika
mengancam kehidupannya.dapat
menimbulkan perubahan emosi dan perilaku
yang lebih luas, seperti ansietas, syok,
penolakan, marah, dan menarikd diri. Bidan
berperan dalam mengembangkan koping klien
dan keluarga terhadap stress, karena stressor
sendiri tidak bisa dihilangkan.
b. Terhadap Peran Keluarga
• Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti
pencari nafkah, pengambil keputusan, seorang profesional,
atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-
peran klien tersebut dapat mengalami perubahan.
• Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung
singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama.
Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan
perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.
• Perubahan jangka pendek  klien tidak mengalami tahap
penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi pada
perubahan jangka penjang  klien memerlukan proses
penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’
c. Terhadap Citra Tubuh
• Citra tubuh merupakan konsep subjektif
seseorang terhadap penampilan fisiknya.
Beberapa penyakit dapat menimbulkan
perubahan dalam penampilan fisiknya, dan
klien/keluarga akan bereaksi dengan cara
yang berbeda-beda terhadap perubahan
tersebut.
d. Terhadap Konsep Diri
• Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya
sendiri, mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan
dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh
dan peran yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada
aspek psikologis dan spiritual diri.
• Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat
kompleks dan kurang bisa terobservasi dibandingkan
perubahan peran. Konsep diri berperan penting dalam
hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang
lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena
sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan
keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan
konflik. Akibatnya anggiota keluarga akan merubah
interaksi mereka dengan klien.
• Misal: Klien tidak lagi terlibat dalam proses
pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak
akan merasa mampu memberi dukungan emosi
pada anggota keluarganya yang lain atau kepada
teman-temannya  klien akan merasa
kehilangan fungsi sosialnya. Bidan seharusnya
mampu mengobservasi perubahan konsep diri
klien, dengan mengembangkan rencana
kebidanan yang membantu mereka
menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi
yang dialami klien.
e. Terhadap Dinamika Keluarga
• Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga
melakukan fungsi, mengambil keputusan, memberi
dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan
koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-
hari. Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan
dan pengambilan keputusan akan tertunda sampai mereka
sembuh. Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali
keluarga harus membuat pola fungsi yang baru sehingga
bisa menimbulkan stress emosional.
• Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang
besar jika salah satu orang tuanya tidak mampu
memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka.
Atau jika anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus
menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk
kalau perlu sebagai pencari nafkah.
Dampak Dirawat
Privasi
• Privasi dapat diartikan sebagai refleksi
perasaan nyaman pada diri seseorang dan
bersifat pribadi. Bisa dikatakan, privasi adalah
suatu hal yang sifatnya pribadi. Sewaktu
dirawat di rumah sakit, klien kehilangan
sebagai privasinya. Kondisi ini disebabkan oleh
beberpa hal :

• -
    

Selama dirawat di rumah sakit, klien berulang
  

kali diperiksa oleh petugas kesehatan. Bagian


tubuh yang biasanya dijaga agar tidak dilihat,
tiba-tiba dilihat fdan disentuh oleh orang lain. Hal
ini tentu akan membuat klien merasa tidak
nyaman.

Klien adalah orang yang berada dalam keadaan
 

lemah dan bergantung pada orang lain. Kondisi


ini cendurung membuat klien “pasrah” dan
menerima apapun tindakan petugas kesehatan
kepada dirinya asal ia cepat sembuh.
Gaya Hidup
• Klien yang dirawat di rumah sakit sering kali
mengalami perubahan pola gaya hidup. Hal ini
disebabkan oleh perubahan kondisi antara rumah
sakit dengan rumah tempat tinggal klien, juga
oleh perubahan kondisi keehatan klien. Aktivitas
hidup yang klien jalani sewaktu sehat tentu
berbeda dengan aktivitas yang dialaminya selama
di rumah sakit. Perubahan gaya hidup akibat
hospitalisasi inilah yang harus menjadi perhatian
setiap perawat. Asuhan kebidanan yang diberikan
harus diupayakan sedemikian rupa agar dapat
menghilangkan atau setidaknya meminimalkan
perubahan yang terjadi.
• Otonomi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
individu yang sakit da dirawat di rumah sakit
berada dalam posisi ketergantungan. Artinya, ia
akan pasrah terhadap tindakan apapun yang
dilakukan oleh petugas kesehatan demi
mencapai keadaan sehat. Ini meniunjukkan
bahwa klien yang dirawat di rumah sakit akan
mengalami perubahan otonomi. Untuk
mengatasi perubahan ini, bidan harus selalu
memberitahu klien sebelum melakukan
intervensi apapun dan melibatkan klien dalam
intervensi, baik secara aktif maupun pasif.
• Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat
perilaku yang diharapkan individu sesuai dengan
status sosialnya Jika ia seorang perawat, peran
yang diharapkan adalah peran sebagi perawat
bukan sebagai dokter.Selain itu, peran yang
dijalani seseorang adalah sesuai dengan status
kesehatannya. Peran yang dijalani sewaktu sehat
tentu berbeda dengan peran yang dijalani saat
sakit.Tidak mengherankan jika klien yang dirawat
di rumah sakit mengalami perubahan peran.
Perubahan yang terjadi tidak hanya pada diri
pasien, tetapi juga pada keluarga. Perubahan
tersebut antara lain :
• Perubahan peran. Jika salah seorang anggota
keluarga sakit, akan terjadi perubahan pera
dalam keluarga. Sebagai contoh, jiak ayah
sakit maka peran jepala keluarga akan
digantikan oleh ibu. Tentunya perubahan
peran ini mengharuskan dilaksanakannya
tugas tertentu sesuai dengan peran tersebut.
• Masalah keuangan.
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh
hospitalisasi. Keuangan yang sedianya ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
akhirnya digunakan untukj keperluan klien yang
dirawat. Akibatnya, keuangan ini sangat riskan,
terutama pada keluarga yang miskin. Dengan
semakin mahalnya biaya kesehatan, beban
keuangan keluarga semakin bertambah.
• Kesepian.
Suasana rumah akan berubah jika ada seorang
anggota keluarga yang dirawat. Keseharian
keluarga yang biasanya dihiasi kegembiraan,
keceriaan, dan senda-gurau anggotaanya tiba-
iba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluarga
pun menjadi sepi karena perhatian keluarga
terpusat pada penanganan anggota
keluarganya yang sedang dirawat.
• Perubahan kebiasan sosial.
Keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat. Karenanya, keluarga pun
mempunyai kebiasaan dalam lingkungan
sosialnya. Sewaktu seha, keluarga mampu
berperan serta dalam kegiata sosial. Akan tetapi,
saat salah seorang anggota keluarga sakit,
keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial di
masyarakatpun mengalami perubahan.
Cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi dampak dirawat adalah
sebagai berikut :

Upaya meminimalkan stresor :


• Upaya meminimalkan stresor dapat dilakukan
dengan cara mencegah atau mengurangi
dampak perpisahan, mencegah perasaan
kehilangan kontrol dan mengurangi/
meminimalkan rasa takut terhadap pelukaan
tubuh dan rasa nyeri
Untuk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan
dapat dilakukan dengan cara:
• Melibatkan keluarga berperan aktif dalam merawat
pasien dengan cara membolehkan mereka tinggal
bersama pasien selama 24 jam (rooming in).
• Jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan
keluarga untuk melihat pasien setiap saat dengan
maksud mempertahankan kontak antar mereka.
• Modifikasi ruangan perawatan dengan cara membuat
situasi ruangan rawat perawatan seperti di rumah
dengan cara membuat dekorasi ruangan.

Anda mungkin juga menyukai