Anda di halaman 1dari 18

REFARAT

MALINGERING

Disusun oleh:
Fernando Budiman 18360075
Gian Alan Taufan 18360079
Hadanah Retno Pratiwi 18360080
I Gede Adi Febriana 18360085
I Made Gede Dwi Iswara 18360086
Ina Novita 18360089

Pembimbing:
dr. Nauli Aulia Lubis, Sp.KJ

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati


Kepaniteraan Klinik Jiwa
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan

judul,” MALINGERING”.

Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk tugas kepaniteraan klinik ilmu Jiwa di Rumah Sakit Umum Daerah Deli

Serdang Lubuk Pakam juga agar makalah ini dapat membantu memberikan

informasi pada pembaca di lingkungan Rumah Sakit.

Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna karena itu diharapkan

banyak saran dan masukan. Penulis berharap makalah ini dapat menambahkan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat.

Wassalamu’alaikumWr. Wb

LubukPakam, September 2018

penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3

2.1. Definisi Malingering .............................................................. 3

2.2 Epidemiologi .......................................................................... 4

2.3 Etiologi .................................................................................. 5

2.4 Diagnosis ................................................................................ 5

2.5 Gejala Klinis .......................................................................... 6

2.6 Pemeriksaan Khusus .............................................................. 8

2.7 Diagnosis Banding ................................................................. 9

2.8 Prognosis ................................................................................ 10

2.9 Penatalaksanaan ...................................................................... 10

BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malingering atau berpura-pura sakit adalah suatu perilaku yang disengaja untuk

tujuan eksternal disadari. Hal ini tidak dianggap sebagai bentuk penyakit mental atau

psikopatologi, meskipun dapat terjadi dalam konteks penyakit mental lainnya.

Malingering dapat dinyatakan dalam beberapa bentuk, dari berpura-pura sakit yang

murni di mana individu memalsukan semua gejala atau sebagian di mana individu

memiliki gejala tetapi melebih-lebihkan dampak yang dialami mereka melakukan

fungsi sehari-hari. Bentuk lain dari malingering adalah simulasi di mana orang

tersebut meniru gejala cacat tertentu atau kepura-puraan ketika pasien menyangkal

adanya masalah di mana akan tampak seperti gejala dalam kasus penyalahgunaan

narkoba. Bentuk lain dari berpura-pura sakit adalah tuduhan palsu di mana individu

memiliki gejala yang valid tetapi tidak jujur sebagai sumber masalah, misalnya untuk

sebuah kecelakaan mobil ketika penyebab sebenarnya secara nyata adalah cidera yang

terjadi di rumah.1,2

Dalam Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental Manual, Edisi Keempat, Teks

Revisi (DSM-IV-TR), berpura-pura sakit menerima kode V sebagai salah satu kondisi

lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis. The DSM-IV-TR menjelaskan

berpura-pura sakit sebagai berikut: Fitur penting dari kepura-puraan adalah produksi

disengaja dari gejala fisik dan psikologis yang palsu atau terlalu dibesar-besarkan,

yang termotivasi oleh insentif eksternal seperti menghindari tugas militer, menghindari

pekerjaan, memperoleh kompensasi finansial, menghindari tindakan kriminal, atau

mendapatkan obat-obatan.1,2,3
Karena berpura-pura sakit untuk tujuan kompensasi merupakan perilaku

kriminal, penulisan rekam medis dan diagnosis harus cermat. Jika ragu, dengan asumsi

bahwa pasien tidak berpura-pura sakit adalah tindakan yang lebih baik. Total biaya

penipuan asuransi kesehatan di Amerika Serikat ( termasuk klaim yang tidak jujur oleh

pasien dan petugas medis ) adalah lebih dari US$ 59 milyar pada tahun 1995, dimana

biaya rata-rata US$ 1.050 dalam premi untuk setiap keluarga di Amerika1,2.

Berpura-pura sakit untuk tujuan kompensasi biasanya merupakan suatu perkara

kriminal, karena terkadang individu malingering tersebut berkepribadian anti-sosial

yang cenderung melawan hukum atau melanggar hukum seperti menghindari proses

hukum yang sulit dan menghindari hukuman. Jika ragu, maka asumsi dengan

menganggap bahwa pasien tidak berpura-pura sakit adalah tindakan yang lebih baik,

dan juga karena malingering bukan merupakan penyakit mental maka pengobatan

klinis ditujuan untuk menentukan pengelolaan dan pencegahan malingering.6,7

1.2 Tujuan
Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk memberi informasi mengenai

malingering, tanda dan gejalanya, diagnosa serta penatalaksanaan yang tepat untuk

mengatasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Malingering


Malingering merupakan suatu kelainan di mana seseorang berpura-pura sakit

untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Malingering merupakan suatu upaya

penciptaan gejala-gejala palsu atau gejala fisik dan psikis yang dilebih-lebihkan yang

dimotivasi oleh tujuan tertentu yang dapat disimpulkan oleh orang lain, seperti:

menghindarkan diri dari tugas militer, menghindari tanggung jawab pekerjaan,

mendapatkan kompensasi finansial, dan ingin mendapatkan obat-obatan. Berdasarkan

American Psychiatric Association (2000).1,2,3

Malingering dapat dinyatakan dalam beberapa bentuk yaitu, pure malingering di

mana individu memalsukan semua gejala, dan partial malingering di mana individu

memiliki gejala yang nyata tetapi melebih-lebihkan gejala yang nyata tersebut. Bentuk

lain dari malingering adalah simulasi di mana individu tersebut meniru gejala cacat

tertentu, dalam hal ini individu paling sering meniru gejala-gejala penderita

penyalahgunaan obat. Selain itu ada bentuk lain lagi dari berpura-pura sakit yaitu

tuduhan palsu, di mana individu memiliki gejala yang nyata tetapi tidak jujur

mengenani penyebab gejala tersebut, misalnya individu mengalami suatu gejala yang

dikatakannya akibat kecelakaan mobil padahal sebenarnya individu tersebut jatuh dari

tangga.

Malingering tidak dianggap sebagai penyakit mental. Dalam Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR).

Malingering diberi kode V sebagai salah satu kondisi yang bisa menjadi fokus

perhatian klinis.2
DSM-IV-TR menyatakan bahwa malingering harus dicurigai apabila ada

kombinasi sebagai berikut:1

1. Konteks medicolegal (contohnya, individu yang dirujuk oleh

pengacara/kejaksaan kepada dokter untuk pemeriksaan).

2. Ada perbedaan antara keluhan atau kecacatan yang dilaporkan oleh individu

dengan temuan objektif.

3. Kurang kooperatif selama evaluasi diagnostik dan memenuhi regimen

pengobatan yang telah diresepkan.

4. Adanya gangguan kepribadian antisocial.

2.2. Epidemiologi
Insidensi, prevalensi, dan fitur distribusi yang aktual terkait dengan malingering

yang ada saat ini masih kurang tepat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa

malingering status bukan merupakan diagnosis psikiatri dengan studi saat ini

memeriksa validitas dan reliabilitasnya dalam konteks populasi klinis yang ditetapkan.

Spekulasi menunjukkan bahwa pada nilai dasar dapat bervariasi dari 7,5 sampai 33

persen. Dalam praktek klinis biasa, beberapa telah menetapkan prevalensi 1 persen,

dalam populasi militer, kejadian 5 persen dan perkara hukum, situasi kriminal,

mencapai 20 persen. Sebuah studi pada tahun 2002 dari 131 dokter dari American

Board of Clinical Neuropsychology memberikan rincian nilai dasar untuk konteks

yang berbeda dari malingering sebagai berikut: 29 persen untuk cedera pribadi, 30

persen untuk disabilitas atau kompensasi pekerja, 19 persen dalam kasus-kasus

kriminal, dan 8 persen dalam kasus medis atau psikiatri.1,2,4

Yates dkk, menemukan bahwa 13% dari pasien gawat darurat adalah pasien

malingering, dan dicurigai bahwa mereka masuk dengan mengharapkan keuntungan

berupa makanan, tempat tinggal, obat-obatan, kompensasi terhadap finansial,


menghindari hukuman penjara, menghindari pekerjaan, dan menghindari tanggung

jawab terhadap keluarga.10

Pada penelitian lain Dreber dan Johannesson (2008), menemukan angka

kejadian yang lebih tinggi terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita di mana pada

populasi umum diperkirakan kejadian berpura-pura sakit pada pria sebanyak 3% dan

pada wanita sebanyak 1%. Hal ini terjadi berdasarkan hasil survei bahwa pria lebih

cenderung mudah berbohong daripada wanita untuk keuntungan keuangan, serta pria

dianggap lebih beresiko karena yang paling sering mendapatkan tugas wajib militer,

yang dipenjara dan yang bekerja di pabrik adalah pria.6,9

2.3. Etiologi
Faktor-faktor etiologi yang dapat menjadi sebab dari terjadinya malingering

sangatlah luas dan banyak berkaitan dengan motivasi dalam sifat manusia. Masalah

perkembangan dan perbaikan kognitif, introspeksi, wawasan, mekanisme pertahanan

ego, adaptasi, keterbukaan diri, kejujuran, dan kapasitas untuk berbohong semuanya

memainkan peranan dalam terjadinya malingering pada seseorang. Malingering sering

muncul pada penderita dengan gangguan kepribadian antisosial dan apabila ditelusuri

tidak ditemukan adanya hubungan kausal dengan faktor biologis. Hal-hal yang dapat

memicu perilaku malingering antara lain adalah adanya permasalahan kriminal serta

tuntutan hukum yang berat, kewajiban terhadap negara dalam melaksanakan tugas

wajib militer, pekerjaan yang menyita waktu dan membutuhkan suatu kompensasi,

keinginan atau kecanduan terhadap obat-obatan. Hal-hal tesebut di atas terjadi pada

seseorang bergantung pada keadaan dan lingkungannya, sebagai contoh seseorang

yang menghadapi masalah hukum mungkin mencoba untuk menghindari untuk masuk

penjara di mana orang ini ketika telah masuk penjara mungkin akan berpura-pura sakit

dengan maksud untuk mendapatkan kondisi hidup yang lebih baik.2,6,10


2.4. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis malingering, sampai sekarang tidak ada studi telah

memberikan hasil yang konsisten dan dokter sebagian besar harus menggunakan

pertanyaan terbuka. Pertanyaan harus diungkapkan tanpa memberikan petunjuk, dan

semakin lama wawancara yang dilakukan maka semakin sulit bagi penderita untuk

berpura-pura. Ada beberapa point penting yang harus diperhatikan pada penderita

untuk menegakkan diagnosis malingering antara lain :

 Cerita yang terlalu berlebihan

 Penampakan lemas.

 Adanya keganjilan antara apa yang dikeluhkan oleh pasien dengan temuan

objektif.

 Jawaban yang tidak jelas ketika diajukan pertanyaan yang seharusnya

jawabannya jelas, hal ini dapat ditemukan bila penderita tidak yakin mana

jawaban yang menunjukkan suatu psikopatologi.

 Mudah menerima sugesti dan induksi dengan maksud untuk menambah

keyakinan orang lain bahwa dirinya sakit.

 Kurangnya pengetahuan tentang apakah peristiwa aneh seperti tidur atau

kebisingan dapat mempengaruhi gejala, misalnya suara-suara yang

didengarkan bahkan pada saat tidur.

 Lebih cenderung untuk mengalami halusinasi yang berupa perintah, yang

dalam pengaturan forensik mungkin meringankan hukuman atau di ruang

gawat darurat dapat memfasilitasi rawat inap.

 Permusuhan terhadap dokter dan perilaku tidak kooperatif terutama bila

dokter telah menampakkan keraguan pada keluhan penderita.10


Kriteria dari DSM-IV-TR menambahkan beberapa faktor tambahan yang dapat

digunakan untuk seseorang yang diduga kuat berpura-pura sakit ( malingering ) yaitu

antara lain: (1) Penderita datang dengan adanya surat penyerta dari pihak kepolisian

atau penderita datang sementara proses hukum terhadap dirinya masih sementara

berjalan, (2) Ada ketidaksesuaian antara keluhan yang secara subjektif dipaparkan

oleh penderita dengan temuan objektif yang dilihat oleh pemeriksa, (3) Penderita

sering menampakkan kesan sebagai penderita yang tidak kooperatif selama

pemeriksaan dan tidak mengeluh ketika telah diberikan resep pengobatan, (4)

Penderita dengan gangguan personal antisosial.6

2.5. Gejala Klinis


Motivasi untuk berpura-pura (malingering) dapat dikategorikan dalam 3

kelompok: (1) Untuk menghindarkan diri dari tanggung jawab, bahaya atau hukuman,

(2) Untuk mendapatkan kompensasi, misalnya bebas dari pembiayaan, (3) Untuk

membalas suatu kehilangan.6

Gejala-gejala lain yang terlihat yaitu :

- Jawaban psikotik akan berkurang bila individu sudah kelelahan. Inilah salah satu

alasan untuk membuat jadwal wawancara yang lebih panjang pada pasien yang

dicurigai malingering.

- Pemunculan gejala positif dari pada negatif. Delusi dan halusinasi dapat dibuat,

tetapi perilaku katatonik atau afek yang inappropriate jarang dapat

disimulasikan.

- Lebih memperhatikan delusi.

- Penyimpangan lebih terjadi pada isi pikir daripada bentuk pemikiran. Bicara

tidak teratur, asosiasi longgar, dan flight of idea yang menjadi gangguan arus

pikir hampir mustahil palsu dalam wawancara panjang.


- Adanya waktu jeda di mana penderita berpikir sebelum menjawab.

- Respon positif terhadap gejala yang disarankan. Seseorang yang malingering

lebih mungkin untuk diberi sugesti ketika mereka percaya bahwa sugesti

tersebut akan mendukung penampilan psikopatologi.

- Sekumpulan gejala tidak konsisten dengan penyakit mental. Seorang yang

malingering cenderung mengeluhkan banyak gejala tanpa pandang bulu. Mereka

percaya bahwa gejala yang lebih banyak akan ditafsirkan sebagai adanya

gangguan yang lebih parah.2,6,10

Gejala malingering seringkali amat samar, subjektif, lokalisasinya tidak nyata

dan tidak dapat diukur secara objektif. Gejala fisik yang khas termasuk nyeri di

kepala, di leher, di dada, atau di punggung, pusing, amnesia, hilangnya daya

penglihatan, daya perabaan, pingsan, kejang dan halusinasi serta gejala psikotik

lainnya. Pasien sering marah ketika dokter bertanya tentang gejalanya, orang yang

berpura-pura dapat pula mencederai diri sendiri, atau berpura-pura cedera atau

kecelakaan disengaja agar mendapat kompensasi, pasien mungkin berupaya dengan

segala cara untuk memalsukan data atau catatan medik untuk mendukung keluhan

palsunya itu.2,6

Dokter harus curiga terhadap malingering setiap kali ada perbedaan ditandai

dengan tidak konsistennya antara keluhan subjektif dan temuan objektif. Sebagai

contoh, seorang pasien depresi yang mengeluh kurang nafsu makan dan susah tidur

mungkin setelah diam-diam diamati ternyata penderita selalu makan bahkan memiliki

makanan penutup, tidur nyenyak, dan berinteraksi secara tepat dengan orang lain.

Contoh lain dari penampakan yang aneh adalah individu malingering cenderung

mengeluh mendengar suara-suara saat tidur atau mendengar suara-suara yang terus

menerus daripada suara- suara yang hilang timbul. Tanda-tanda lebih lanjut dari pura-
pura sakit termasuk keadaan di mana ada kurangnya kerjasama selama evaluasi,

konteks medis-hukum, dan gangguan kepribadian antisosial.6

2.6. Pemeriksaan Khusus1,2,4,5


Penemuan kasus malingering juga dapat didukung dengan memperoleh

informasi dari sumber tambahan, termasuk data dari wawancara dengan orang-orang

yang mengenal pasien, rekam medis, dan tes psikologi. Tidak ada pemeriksaan fisik

yang objektif untuk membuktikan adanya malingering. Meskipun psikiater

mempunyai peranan klinis penting pada keseluruhan penilaian, usaha tambahan dari

tim medis, psikologi (contohnya tes neuropsikologi), dan ahli hukum sangat

dibutuhkan untuk menyediakan bukti tambahan dan menyelenggarakan konsensus

untuk mendukung temuan psikiatri.

Tes psikologi melibatkan penggunaan instrumen psikometri standar oleh

psikologis yang terlatih dan berpengalaman. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu tes

gold standard yang dianggap pasti. Penggunaan pengukuran tes yang multipel dan

data tambahan lainnya membantu dalam menyediakan bukti mendukung yang

konvergen terhadap penemuan malingering.

The Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2) adalah salah satu

instrumen yang paling sering digunakan untuk mendeteksi malingering sebagai

penyakit mental. Skala F mendeteksi gejala yang melebih-lebihkan atau gangguan

psikologis yang buruk. Skala K baik dalam mendeteksi berpura-pura baik, atau

meminimalkan apa yang responden pandang sebagai gejala negatif. Skala F-K

mengindikasikan kecenderungan untuk melebih-lebihkan gejala. Skala F-psikopatologi

mendeteksi gejala yang jarang tampak, dan skala D dan FBS mengekspos stereotip

keliru dari penyakit.


The Wechsler Intelligence Scales juga digunakan untuk menentukan kekuatan

dan kelemahan area fungsi intelektual dari bicara dan perspektif kinerja. Abnormalitas

kasar pada level intelektual seperti bentuk retardasi mental dan perbedaan mencolok di

area subtes dapat dideteksi.

The Structured Inventory of Reported Symptomps (SIRS), instrumen yang sangat

populer, digunakan untuk memeriksa gangguan mental berpura-pura dan gejala yang

benar-benar langka. Dua dimensi pokok pada tes ini adalah Spurious Presentationi,

yang mana digunakan untuk mengakses gejala kumpulan yang tidak akan menjadi

nyata dalam keadaan apapun, dan Plausible Presentation, yang digunakan untuk

mengakses beberapa gejala yang pasien asli akan setujui.

The Test of Memory Malingering (TOMM) adalah tes malingering yang terbaru

dan mutakhir. Tes ini menjadi sangat populer dan banyak digunakan. Tes ini

mengakses keluhan memori berlebihan dan kepura-puraan penurunan kognitif, dan

mendeteksi bentuk halus dari malingering.

2.7. Diagnosis Banding

Malingering dapat timbul bersamaan dengan gangguan mental, seperti gangguan

depresi, gangguan cemas, gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian. Penilaian

yang seksama diperlukan untuk membedakan gangguan mental yang asli dan

gangguan kepribadian dari malingering. Lebih dari satu diagnosis dan kondisi dapat

timbul secara bersamaan. Malingering dapat didiagnosa banding dengan gangguan

buatan (Factitious disorder), gangguan somatisasi, gangguan konversi,dan gangguan

hipokondriasis. Gangguan mental yang hampir sama dengan malingering adalah

gangguan buatan dan gangguan somatisasi.6,10


DIFFERENTIAL GANGGUAN GANGGUAN MALINGERING
DIAGNOSIS BUATAN KONVERSI
Tujuan Tidak ada niat atau Tidak ada niat atau Manfaat sekunder
manfaat sekunder manfaat sekunder
Prevalensi Sering pada Sering pada usia 20 – Sering pada laki-
perempuan umur 20 – 40 tahun laki utamanya yang
40 tahun sering pada ,sosioekonomi rendah memiliki masalah
orang yang hokum, pekerjaan,
dilapangan kesehatan dan ketergantungan
obat
Gejala klinis Gejala tidak Lebih sering gejala Gejala bervariasi
konsisten, memiliki neurologis biasanyadengan
berbagai jenis gejala psikotikyang
penyakit yang dipalsukan
susahdipercaya
kebenarannya
Kesadaran akan Produksi gejala Produksi gejala tidak Produksi gejala
gejala disadari disadari disadari

2.8. Prognosis
Malingering ketika muncul perlu dinilai keseluruhan konteks biopsikososial

kehidupan individu tersebut. Adanya gangguan mental, riwayat, respon terhadap

psikoterapi dan obat-obatan harus diperhatikan. Adanya kondisi medis akut atau

kronik, masalah bedah dan efeknya terhadap fungsi keseluruhan pasien harus

dipertimbangkan. Karena individu yang berpura-pura sakit biasanya tidak mengikuti

rekomendasi pengobatan status mereka tetap tidak terpengaruh. Malingering tetap

bertahan sampai individu yang berpura-pura sakit mendapatkan apa yang mereka

inginkan bahkan lebih memberat apabila pasien merasa tidak senang atau kesulitan

dalam mencari konfirmasi medis mengenai penyakitnya dan gejalanya akan mereda

setelah mendapatkannya.6,10

2.9. Penatalaksanaan
Dalam menghadapi pasien semacam ini, sikap pemeriksa harus dipertahankan

senetral mungkin dan hindari sikap konfrontasi. Berilah pasien semua cara evaluasi
dan kita bersikap sama seperti pada pasien lain. Sesungguhnya bila pemeriksa

menduga adanya kasus pura-pura, maka respon pertama pada pemeriksa harus ingin

mengadakan evaluasi klinis yang seksama untuk membuktikan praduga pemeriksaan

untuk menyingkirkan adanya penyakit yang sesungguhnya. Walaupun pengamatan

yang sepintas saja sudah dapat menunjukkan perilaku yang tidak konsisten dengan

keluhannya.2,6,10

Secara garis besar urutan evaluasi dan pengelolaan yang dapat kita lakukan

sebagai berikut, meskipun pada dasarnya riwayat pemeriksaan dan evaluasi tidak

mengungkapkan keluhan.

1. Mulai dengan anggapan bahwa keluhan adalah benar, dan singkirkan berbagai

penyakit medis dan psikiatrik.

2. Harus waspada bila ada pasien yang menampilkan diri dengan masalah

medikolegal dan pasien tidak pernah patuh dalam minum obat. Laksanakan

pemeriksaan laboratorium dan diagnosis lainnya sesuai dengan keluhan.

3. Laksanakan pemeriksaan laboratorium dan diagnosis lainnya sesuai dengan

keluhan.

4. Bila diduga adanya pura-pura, pastikan bahwa segala sesuatu diperiksa tanpa

terlupa sebelum berhadapan dengan pasien.

5. Usahakan untuk menegakkan diagnosis pasti.

6. Setelah semua data terkumpul ,beritahu pasien bahwa intervensi medik

sebenarnya tidak ada. Banyak pasien akan meninggalkan terapi saati itu.

Beritahukan gejalanya adalah suatu gaya untuk menghadapi masalah dalam

hidup pasien dan tawarkan bantuan untuk mengatasinya.


7. Jangan obati suatu kondisi yang sebenarnya tidak ada atau terjebak untuk

memenuhi tuntutan orang yang malingering untuk membenarkan suatu diagnosis

yang diinginkannya.

Untuk kondisi ini tidak ada indikasi pengobatan yang khas. Biasanya psikiater

melakukan salah satu bagian dari psikoterapi supportif berupa konseling (teknik

wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri dan mengenal cara untuk

menyesuaikan diri). Individu malingering hampir tidak pernah tidak menerima hasil

dari psikiatris dan cenderung berhasil dengan konsultasi yang minimal. Sebaiknya

dihindari konsultasi pasien ke spesialis yang lain sebab dengan konsultasi itu hanya

dapat menetapkan dan tidak menghilangkan malingering. Bagaimanapun, jika tidak

ada penyebab pasti yang serius tentang kehadiran penyakit fisik yang nyata, maka

disarankan untuk konsultasi psikiatris.6

Hal yang penting dalam menangani pasien malingering adalah menghindari

sikap konfrontasi dengan pasien yang malingering dan memandang gejala medis

sebagai suatu gejala medis yang sah.10

BAB III
KESIMPULAN
Fitur penting dari malingering adalah produksi disengaja dari gejala fisik dan

psikologis yang palsu atau terlalu dibesar-besarkan, yang termotivasi oleh insentif

eksternal seperti menghindari tugas militer, menghindari pekerjaan, memperoleh

kompensasi finansial, menghindari tindakan kriminal, atau mendapatkan obat-obatan.

Malingering harus dicurigai apabila ada kombinasi seperti konteks medikolegal, ada

perbedaan antara keluhan atau kecacatan yang dilaporkan oleh individu dengan

temuan objektif, kurang kooperatif selama evaluasi diagnostik dan memenuhi regimen

pengobatan yang telah diresepkan, adanya gangguan kepribadian antisosial.

Orang yang berpura-pura sakit biasanya menghindari tanggung jawab kriminal,

percobaan dan hukuman, menghindari wajib militer atau tugas berbahaya, keuntungan

finansial, menghindari pekerjaan, tanggung jawab sosial, dan konsekuensi sosial,

fasilitas transfer dari penjara ke rumah sakit, masuk ke rumah sakit, mencari obat,

perwalian anak. Gejala fisik yang sering dikeluhkan adalah nyeri, pseu

doseizures, presentasi neurokognitif. Sedangkan gejala psikologis yang sering

dikeluhkan adalah posttraumatic stress disorder, depresi, amnesia, psikosis, dan

kecacatan intelektual. Tidak ada pemeriksaan fisik yang objektif untuk membuktikan

adanya malingering. Pemeriksaan khusus seperti tes psikologi melibatkan penggunaan

instrumen psikometri standar oleh psikologis yang terlatih dan berpengalaman. Perlu

diketahui bahwa tidak ada satu tes pun yang dianggap sebagai gold standar. Tes

psikologi tersebut dapat berupa The Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2

(MMPI-2), The Wechsler Intelligence Scales, The Structured Inventory of Reported

Symptomps (SIRS), The Test of Memory Malingering (TOMM). Malingering dapat

didiagnosa banding dengan gangguan buatan, gangguan somatisasi, gangguan


konversi, dan gangguan hipokondriasis. Gangguan mental yang paling mirip dengan

malingering adalah gangguan buatan dan gangguan somatisasi.

Malingering tetap bertahan sampai individu yang berpura-pura sakit

mendapatkan apa yang mereka inginkan dan gejalanya akan mereda setelah

mendapatkannya. Tidak ada pencegahan rutin atau standar yang dirancang atau

direkomendasikan untuk malingering. Jika psikiater adalah sebagai orang yang

mengobati, maka pendekatan yang dilakukan adalah tidak mengancam netralitas

individu malingering, usahakan menghindari konfrontasi atau tuduhan bohong apapun

terhadap individu yang berpura-pura sakit. Jika psikiater adalah sebagai konsultan,

maka strategi manajemen dapat diberikan langsung kepada pihak yang merujuk untuk

penatalaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai