MALINGERING
Disusun oleh:
Fernando Budiman 18360075
Gian Alan Taufan 18360079
Hadanah Retno Pratiwi 18360080
I Gede Adi Febriana 18360085
I Made Gede Dwi Iswara 18360086
Ina Novita 18360089
Pembimbing:
dr. Nauli Aulia Lubis, Sp.KJ
Assalamu’alaikumWr. Wb
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
judul,” MALINGERING”.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk tugas kepaniteraan klinik ilmu Jiwa di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Serdang Lubuk Pakam juga agar makalah ini dapat membantu memberikan
Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna karena itu diharapkan
banyak saran dan masukan. Penulis berharap makalah ini dapat menambahkan ilmu
Wassalamu’alaikumWr. Wb
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
tujuan eksternal disadari. Hal ini tidak dianggap sebagai bentuk penyakit mental atau
Malingering dapat dinyatakan dalam beberapa bentuk, dari berpura-pura sakit yang
murni di mana individu memalsukan semua gejala atau sebagian di mana individu
fungsi sehari-hari. Bentuk lain dari malingering adalah simulasi di mana orang
tersebut meniru gejala cacat tertentu atau kepura-puraan ketika pasien menyangkal
adanya masalah di mana akan tampak seperti gejala dalam kasus penyalahgunaan
narkoba. Bentuk lain dari berpura-pura sakit adalah tuduhan palsu di mana individu
memiliki gejala yang valid tetapi tidak jujur sebagai sumber masalah, misalnya untuk
sebuah kecelakaan mobil ketika penyebab sebenarnya secara nyata adalah cidera yang
terjadi di rumah.1,2
Dalam Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental Manual, Edisi Keempat, Teks
Revisi (DSM-IV-TR), berpura-pura sakit menerima kode V sebagai salah satu kondisi
lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis. The DSM-IV-TR menjelaskan
berpura-pura sakit sebagai berikut: Fitur penting dari kepura-puraan adalah produksi
disengaja dari gejala fisik dan psikologis yang palsu atau terlalu dibesar-besarkan,
yang termotivasi oleh insentif eksternal seperti menghindari tugas militer, menghindari
mendapatkan obat-obatan.1,2,3
Karena berpura-pura sakit untuk tujuan kompensasi merupakan perilaku
kriminal, penulisan rekam medis dan diagnosis harus cermat. Jika ragu, dengan asumsi
bahwa pasien tidak berpura-pura sakit adalah tindakan yang lebih baik. Total biaya
penipuan asuransi kesehatan di Amerika Serikat ( termasuk klaim yang tidak jujur oleh
pasien dan petugas medis ) adalah lebih dari US$ 59 milyar pada tahun 1995, dimana
biaya rata-rata US$ 1.050 dalam premi untuk setiap keluarga di Amerika1,2.
yang cenderung melawan hukum atau melanggar hukum seperti menghindari proses
hukum yang sulit dan menghindari hukuman. Jika ragu, maka asumsi dengan
menganggap bahwa pasien tidak berpura-pura sakit adalah tindakan yang lebih baik,
dan juga karena malingering bukan merupakan penyakit mental maka pengobatan
1.2 Tujuan
Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk memberi informasi mengenai
malingering, tanda dan gejalanya, diagnosa serta penatalaksanaan yang tepat untuk
mengatasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penciptaan gejala-gejala palsu atau gejala fisik dan psikis yang dilebih-lebihkan yang
dimotivasi oleh tujuan tertentu yang dapat disimpulkan oleh orang lain, seperti:
mana individu memalsukan semua gejala, dan partial malingering di mana individu
memiliki gejala yang nyata tetapi melebih-lebihkan gejala yang nyata tersebut. Bentuk
lain dari malingering adalah simulasi di mana individu tersebut meniru gejala cacat
tertentu, dalam hal ini individu paling sering meniru gejala-gejala penderita
penyalahgunaan obat. Selain itu ada bentuk lain lagi dari berpura-pura sakit yaitu
tuduhan palsu, di mana individu memiliki gejala yang nyata tetapi tidak jujur
mengenani penyebab gejala tersebut, misalnya individu mengalami suatu gejala yang
dikatakannya akibat kecelakaan mobil padahal sebenarnya individu tersebut jatuh dari
tangga.
Malingering diberi kode V sebagai salah satu kondisi yang bisa menjadi fokus
perhatian klinis.2
DSM-IV-TR menyatakan bahwa malingering harus dicurigai apabila ada
2. Ada perbedaan antara keluhan atau kecacatan yang dilaporkan oleh individu
2.2. Epidemiologi
Insidensi, prevalensi, dan fitur distribusi yang aktual terkait dengan malingering
yang ada saat ini masih kurang tepat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
malingering status bukan merupakan diagnosis psikiatri dengan studi saat ini
memeriksa validitas dan reliabilitasnya dalam konteks populasi klinis yang ditetapkan.
Spekulasi menunjukkan bahwa pada nilai dasar dapat bervariasi dari 7,5 sampai 33
persen. Dalam praktek klinis biasa, beberapa telah menetapkan prevalensi 1 persen,
dalam populasi militer, kejadian 5 persen dan perkara hukum, situasi kriminal,
mencapai 20 persen. Sebuah studi pada tahun 2002 dari 131 dokter dari American
yang berbeda dari malingering sebagai berikut: 29 persen untuk cedera pribadi, 30
Yates dkk, menemukan bahwa 13% dari pasien gawat darurat adalah pasien
kejadian yang lebih tinggi terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita di mana pada
populasi umum diperkirakan kejadian berpura-pura sakit pada pria sebanyak 3% dan
pada wanita sebanyak 1%. Hal ini terjadi berdasarkan hasil survei bahwa pria lebih
cenderung mudah berbohong daripada wanita untuk keuntungan keuangan, serta pria
dianggap lebih beresiko karena yang paling sering mendapatkan tugas wajib militer,
2.3. Etiologi
Faktor-faktor etiologi yang dapat menjadi sebab dari terjadinya malingering
sangatlah luas dan banyak berkaitan dengan motivasi dalam sifat manusia. Masalah
ego, adaptasi, keterbukaan diri, kejujuran, dan kapasitas untuk berbohong semuanya
muncul pada penderita dengan gangguan kepribadian antisosial dan apabila ditelusuri
tidak ditemukan adanya hubungan kausal dengan faktor biologis. Hal-hal yang dapat
memicu perilaku malingering antara lain adalah adanya permasalahan kriminal serta
tuntutan hukum yang berat, kewajiban terhadap negara dalam melaksanakan tugas
wajib militer, pekerjaan yang menyita waktu dan membutuhkan suatu kompensasi,
keinginan atau kecanduan terhadap obat-obatan. Hal-hal tesebut di atas terjadi pada
yang menghadapi masalah hukum mungkin mencoba untuk menghindari untuk masuk
penjara di mana orang ini ketika telah masuk penjara mungkin akan berpura-pura sakit
memberikan hasil yang konsisten dan dokter sebagian besar harus menggunakan
semakin lama wawancara yang dilakukan maka semakin sulit bagi penderita untuk
berpura-pura. Ada beberapa point penting yang harus diperhatikan pada penderita
Penampakan lemas.
Adanya keganjilan antara apa yang dikeluhkan oleh pasien dengan temuan
objektif.
jawabannya jelas, hal ini dapat ditemukan bila penderita tidak yakin mana
digunakan untuk seseorang yang diduga kuat berpura-pura sakit ( malingering ) yaitu
antara lain: (1) Penderita datang dengan adanya surat penyerta dari pihak kepolisian
atau penderita datang sementara proses hukum terhadap dirinya masih sementara
berjalan, (2) Ada ketidaksesuaian antara keluhan yang secara subjektif dipaparkan
oleh penderita dengan temuan objektif yang dilihat oleh pemeriksa, (3) Penderita
pemeriksaan dan tidak mengeluh ketika telah diberikan resep pengobatan, (4)
kelompok: (1) Untuk menghindarkan diri dari tanggung jawab, bahaya atau hukuman,
(2) Untuk mendapatkan kompensasi, misalnya bebas dari pembiayaan, (3) Untuk
- Jawaban psikotik akan berkurang bila individu sudah kelelahan. Inilah salah satu
alasan untuk membuat jadwal wawancara yang lebih panjang pada pasien yang
dicurigai malingering.
- Pemunculan gejala positif dari pada negatif. Delusi dan halusinasi dapat dibuat,
disimulasikan.
- Penyimpangan lebih terjadi pada isi pikir daripada bentuk pemikiran. Bicara
tidak teratur, asosiasi longgar, dan flight of idea yang menjadi gangguan arus
lebih mungkin untuk diberi sugesti ketika mereka percaya bahwa sugesti
percaya bahwa gejala yang lebih banyak akan ditafsirkan sebagai adanya
dan tidak dapat diukur secara objektif. Gejala fisik yang khas termasuk nyeri di
penglihatan, daya perabaan, pingsan, kejang dan halusinasi serta gejala psikotik
lainnya. Pasien sering marah ketika dokter bertanya tentang gejalanya, orang yang
berpura-pura dapat pula mencederai diri sendiri, atau berpura-pura cedera atau
segala cara untuk memalsukan data atau catatan medik untuk mendukung keluhan
palsunya itu.2,6
Dokter harus curiga terhadap malingering setiap kali ada perbedaan ditandai
dengan tidak konsistennya antara keluhan subjektif dan temuan objektif. Sebagai
contoh, seorang pasien depresi yang mengeluh kurang nafsu makan dan susah tidur
mungkin setelah diam-diam diamati ternyata penderita selalu makan bahkan memiliki
makanan penutup, tidur nyenyak, dan berinteraksi secara tepat dengan orang lain.
Contoh lain dari penampakan yang aneh adalah individu malingering cenderung
mengeluh mendengar suara-suara saat tidur atau mendengar suara-suara yang terus
menerus daripada suara- suara yang hilang timbul. Tanda-tanda lebih lanjut dari pura-
pura sakit termasuk keadaan di mana ada kurangnya kerjasama selama evaluasi,
informasi dari sumber tambahan, termasuk data dari wawancara dengan orang-orang
yang mengenal pasien, rekam medis, dan tes psikologi. Tidak ada pemeriksaan fisik
mempunyai peranan klinis penting pada keseluruhan penilaian, usaha tambahan dari
tim medis, psikologi (contohnya tes neuropsikologi), dan ahli hukum sangat
psikologis yang terlatih dan berpengalaman. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu tes
gold standard yang dianggap pasti. Penggunaan pengukuran tes yang multipel dan
psikologis yang buruk. Skala K baik dalam mendeteksi berpura-pura baik, atau
meminimalkan apa yang responden pandang sebagai gejala negatif. Skala F-K
mendeteksi gejala yang jarang tampak, dan skala D dan FBS mengekspos stereotip
dan kelemahan area fungsi intelektual dari bicara dan perspektif kinerja. Abnormalitas
kasar pada level intelektual seperti bentuk retardasi mental dan perbedaan mencolok di
populer, digunakan untuk memeriksa gangguan mental berpura-pura dan gejala yang
benar-benar langka. Dua dimensi pokok pada tes ini adalah Spurious Presentationi,
yang mana digunakan untuk mengakses gejala kumpulan yang tidak akan menjadi
nyata dalam keadaan apapun, dan Plausible Presentation, yang digunakan untuk
The Test of Memory Malingering (TOMM) adalah tes malingering yang terbaru
dan mutakhir. Tes ini menjadi sangat populer dan banyak digunakan. Tes ini
yang seksama diperlukan untuk membedakan gangguan mental yang asli dan
gangguan kepribadian dari malingering. Lebih dari satu diagnosis dan kondisi dapat
2.8. Prognosis
Malingering ketika muncul perlu dinilai keseluruhan konteks biopsikososial
psikoterapi dan obat-obatan harus diperhatikan. Adanya kondisi medis akut atau
kronik, masalah bedah dan efeknya terhadap fungsi keseluruhan pasien harus
bertahan sampai individu yang berpura-pura sakit mendapatkan apa yang mereka
inginkan bahkan lebih memberat apabila pasien merasa tidak senang atau kesulitan
dalam mencari konfirmasi medis mengenai penyakitnya dan gejalanya akan mereda
setelah mendapatkannya.6,10
2.9. Penatalaksanaan
Dalam menghadapi pasien semacam ini, sikap pemeriksa harus dipertahankan
senetral mungkin dan hindari sikap konfrontasi. Berilah pasien semua cara evaluasi
dan kita bersikap sama seperti pada pasien lain. Sesungguhnya bila pemeriksa
menduga adanya kasus pura-pura, maka respon pertama pada pemeriksa harus ingin
yang sepintas saja sudah dapat menunjukkan perilaku yang tidak konsisten dengan
keluhannya.2,6,10
Secara garis besar urutan evaluasi dan pengelolaan yang dapat kita lakukan
sebagai berikut, meskipun pada dasarnya riwayat pemeriksaan dan evaluasi tidak
mengungkapkan keluhan.
1. Mulai dengan anggapan bahwa keluhan adalah benar, dan singkirkan berbagai
2. Harus waspada bila ada pasien yang menampilkan diri dengan masalah
medikolegal dan pasien tidak pernah patuh dalam minum obat. Laksanakan
keluhan.
4. Bila diduga adanya pura-pura, pastikan bahwa segala sesuatu diperiksa tanpa
sebenarnya tidak ada. Banyak pasien akan meninggalkan terapi saati itu.
yang diinginkannya.
Untuk kondisi ini tidak ada indikasi pengobatan yang khas. Biasanya psikiater
melakukan salah satu bagian dari psikoterapi supportif berupa konseling (teknik
wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri dan mengenal cara untuk
menyesuaikan diri). Individu malingering hampir tidak pernah tidak menerima hasil
dari psikiatris dan cenderung berhasil dengan konsultasi yang minimal. Sebaiknya
dihindari konsultasi pasien ke spesialis yang lain sebab dengan konsultasi itu hanya
ada penyebab pasti yang serius tentang kehadiran penyakit fisik yang nyata, maka
sikap konfrontasi dengan pasien yang malingering dan memandang gejala medis
BAB III
KESIMPULAN
Fitur penting dari malingering adalah produksi disengaja dari gejala fisik dan
psikologis yang palsu atau terlalu dibesar-besarkan, yang termotivasi oleh insentif
Malingering harus dicurigai apabila ada kombinasi seperti konteks medikolegal, ada
perbedaan antara keluhan atau kecacatan yang dilaporkan oleh individu dengan
temuan objektif, kurang kooperatif selama evaluasi diagnostik dan memenuhi regimen
percobaan dan hukuman, menghindari wajib militer atau tugas berbahaya, keuntungan
fasilitas transfer dari penjara ke rumah sakit, masuk ke rumah sakit, mencari obat,
perwalian anak. Gejala fisik yang sering dikeluhkan adalah nyeri, pseu
kecacatan intelektual. Tidak ada pemeriksaan fisik yang objektif untuk membuktikan
instrumen psikometri standar oleh psikologis yang terlatih dan berpengalaman. Perlu
diketahui bahwa tidak ada satu tes pun yang dianggap sebagai gold standar. Tes
mendapatkan apa yang mereka inginkan dan gejalanya akan mereda setelah
mendapatkannya. Tidak ada pencegahan rutin atau standar yang dirancang atau
terhadap individu yang berpura-pura sakit. Jika psikiater adalah sebagai konsultan,
maka strategi manajemen dapat diberikan langsung kepada pihak yang merujuk untuk
penatalaksanaan.