ASMA BRONKIAL
i
Nama : Aliyah Rezky Fahira
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tadulako
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 4
1.1 Latar Belakang...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 6
2.1 Definisi................................................................................. 6
2.2 Epidemiologi........................................................................ 6
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko................................................... 6
2.4 Patogenesis........................................................................... 8
2.5 Patofisiologi.......................................................................... 9
2.6 Klasifikasi............................................................................. 10
2.7 Penegakkan diagnosis........................................................... 13
2.8 Penatalaksanaan.................................................................... 17
2.9 Komplikasi........................................................................... 23
2.10 Prognosis.............................................................................. 24
BAB III PENUTUP..................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan........................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
nasional/tahun/anak. Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7-10% anak perempuan
dapat menderita asma pada suatu waktu selama masa kanak-kanak.3
Secara klinis asma dibagi menjadi 4 derajat penyakit, yaitu asma episodik
intermiten, persisten (ringan), asma persisten (sedang), dan asma persisten (berat).
Berbagai faktor dapat menjadi pencetus timbulnya serangan asma, antara lain
adalah olahraga (exercise), alergen, infeksi, perubahan suhu udara yang mendadak,
atau pajanan terhadap iritan respiratorik seperti asap rokok dan lain-lain. 4
Asma dapat diderita seumur hidup sebagaimana penyakit alergi lainnya, dan
tidak dapat disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya penurunan
frekuensi dan derajat serangan, sedangkan penatalaksanaan utama adalah
menghindari faktor penyebab.5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, yang menimbulkan gejala episodik
berulang dan mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
malam atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan
napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan.6
2.2. Epidemiologi
Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, angka kejadian asma pada anak usia 0 – 14 tahun adalah 9,2%. Di
seluruh dunia, diperkirakan terdapat 300 juta orang sakit asma. Di Indonesia,
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mendapatkan
hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur adalah 4,5%,
dengan prevalensi asma tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti
Nusa Tenggara Timur (7,3%), D.I. Yogyakarta (6,9%), Sulawesi Selatan
(6,7%), untuk Jawa Tengah memiliki prevalensi asma sebesar 4,3 %.3,6
6
(blok pada reseptor beta adrenergic dan hiperaktifitas reseptor alfa
adrenergik).7
Berdasarkan penyebabnya dan faktor resikonya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :7
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti asap rokok, debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Selain
itu, makanan yang mengandung pewarna buatan (tartazine), pengawet
(metabisulfit), vetsin (monsodium glutamat-MSG) juga dapat memicu
asma hingga reaksi anafilaksis. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena
itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di
atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh Olahraga yang intensitasnya berat,
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi seperti stress. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.6
7
2.4. Patogenesis Asma Bronkial
Pada dasarnya, konsep patogenesis asma bronkial merupakan proses
inflamasi kronik yang khas, melibatkan dinding saluran respiratori,
peningkatan reaktivitas saluran respiratori dan menyebabkan terbatasnya
aliran udara.6
8
2. Remodeling saluran respiratori
9
2.6. Klasifikasi
10
individu individu
Keterangan :
Klasifikasi berdasarkan kekerapakan gejala dibuat sebagai
diagnosis kerja asma dan tatalaksan umum (pengendalian lingkungan
dan penghidari faktor pencetus selama 6 minggu) serta acuan awal
penetapan tatalaksana jangka panjang.
11
6. Retraksi minimal <90%
7. SpO2 (udara kamar): 8. PEF ≤ 50% prediksi
90-95% terbaik
8. PEF > 50%
C. Derajat Kendali6
Tujuannya dari tatalsana untuk mengetahui terkendalinya
penyakit asma setelah 6-8 minggu menjalani tatalaksana panjang.
Anamnesis6
12
repiratori akut karena virus, common cold, rinofaringitis & selesma
(Pilek), dan aktivitas fisik (lari, berteriak, menangis, dll).
Riwayat alergi pasein/ keluarganya.
Variabilitas/ perbedaan gejala secara intensive dalam 24 jam (gejela
lebih berat pada malam hari)
Reversibel/ gejala membaik dengan pemberian respons terhadap
bronkodilator
Pemeriksaan fisik6
Pemeriksaan penunjang6.
13
2. Kenaikan PEV atau FEV ≥15% setelah pemeberian inhalasi
bronkodilator
3. Penurunan PEF atau FEV ≥20% setelah provokasi bronkus.
Pemeriksaan hiperreaktivitas saluran nafas
Uji provokasi bronkus dengan histamin, metakoliin, latihan/olahraga,
udara kering atau dingin, atau denga salin hipertonik sangat menunjang
diagnosis.
Pemeriksaan Analisis gas Darah
Pada AGD dapatdijumpai adanya peningkatan PCO2 dan rendahnya
PO2 (hipoksemia).
Pemeriksaan penunjang untuk menunjukkan variabilitas gangguan
aliran nafas akibat obstruksi, hiperreaktivitas, dan inflamasi saluran
respiratori, atau adanya atopi pada pasien.
Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk
menilai variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan
peak flow meter.
Uji cukit kulit (skin prick test), eosinophil total darah, pemeriksaan IgE
spesifik.
Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum.
Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin atau larutan salin
hipertonik.
Diagnosa Banding
Diagnosis banding dari asma bronkial adalah penyakit yang memiliki
suara paru whizzing/mengi (ekspirasi memanjang), seperti: bronkiolitis, benda
asing, Wheezing berkaitan dengan batuk dan pilek (hay fever/alergi serbuk
bunga, eksem, rinitis alergika) dan pneumonia.8
14
DIAGNOSIS GEJALA
15
Crackles/ ronki
Pernapasan cuping hidung
Merintih/grunting
2.8. Penatalaksanaan
A. Medikasmentosa
Alur tatalaksana serangan asma anak >5 Tahun
16
17
18
Pilihan terapi yang digunakan untuk penangannan asma pada anak adalah10 :
A) Obat Pengontrol
1. SABA (Short Acting Beta Agonis)
A. Salbutamol
- Nebule : 2,5mg/2,5ml (4x/Hari)
- Oral : 0,05 - 0,1 mg/KgBB/X (3-4x/hari)
- salbutamol 2,5 mg + ipratorium bromida : 2,5mg (4x/hari)
B.Fenotero(Nebulisasi)
- < 6h : 50mcg/KgBB/Dosis (3x/hari)
- 6-12 th : 0,25 - 1,5 ml (4x/hari)
- >12 th : 0,5 - 2 ml (4x/hari)
C. Terbutaline
- Nebule : BB >25 kg (5mg, 2-4x/hari)
- Oral : 0,05 - 0,1 mg/KgBB/x
2. LABA (Long Acting Beta Agonis)
A.Formoterol
- 5 - 12 tahun : 12 mcg, 2x/hari (Max : 24 mcg/ hirup)
B. Salmetrol
- 5- 12 tahun : 50mcg, 2x/hari
3. LTRA (Leukotrine reseptor antagonis)
A. Montelukast
- >12 th : 10 mg oral 1x/hari
- 6 - 14 th : 5mg oral 1x/hari
- 2-5 th : 4mg oral 1x/hari
B. Zafirlukast
- ≥ 12 th : 20 mg oral 2x/hari
- 5 - 11 tahun : 10 mg oral 2x/hari
19
B) Obat Pengendali
1. ICS (Inhaled corticosteroid)
A. Fluticasone
- Nebule : >16th : 500 - 2000mcg, 2x/hari
: 4-16 th : 1000 mcg, 2x/hari
B.Budesonide
(awal)
- Nebule : >12 th : 1-2 mg, 2x/hari
: 3 bln - 12th : 0,5-1mg, 2x/hari
- DPI : 200 - 1200mcg/hari (dibagi 2-4 dosis)
(Rumatan/pertahan)
- Nebule : >12 th : 0,5-1 mg, 2x/hari
: 3 bln - 12th : 0,25-0,5mg, 2x/hari
- DPI : 200 - 400mcg/hari, 2x/hari
Adapun pilihan obat steroid sistemik yang digunakan hanya untuk serangan
asma adalah:
20
Keterangan:
- jenjang dinaikan bila asma tidak terkendali penuh selama 6-8 minggu dan
bila dalam 8-12 minggu asma sudah terkendali, maka jenjang dapat diturunkan
perlahan
- bila pada jenjang 4 tidak bekerja maksimal, maka dapat diberikan
omalizumab.
21
B. Non-Medikamentosa
1. Program komunikasi, edukasi , dan informasi (KIE)
22
2. Rencana Aksi Asma (RAA) - Asthma Action Plan (AAP)
Mencapai kemandirian program KIE -> Catatan harian gejala dan
penilaian PFM (Peak Flow Meter) diisi anak atau orang tua
RAA berisi :
- Instruksi kapan, bagaimana cara, dan lamanya meningkatkan dosis
pengobatan
- Penentuan kapan harus mencari pertolongan medis.
2.9. Komplikasi
Komplikasi akut asma bila tidak ditangani dapat menyebaban asisdosis
respiratorik yang mengancam nyawa karna membuat gagal bernapas dan asma
berat bisa menjadi pneumothoraks dan emfisema subkutan dan juga asma
yang tidak terkontrol dengan baik yang terjadi terus menerus dan berulang
23
akan menyebabkan PPOK/ Penyakit paru obstruksif kronis. Dan secara tidak
langsung akan memperngaruhi sistem kardiovaskular, pencernaan dan skeletal
(penurunan masa tulang). 11
2.10. Prognosis
Dubia ad bonam bila dilakukan terapi non-medika mentosa dan
medikamentosa dan Dubia ad malam atau kematian akan terjadi pada usia
dibwah 5 tahun/ balita dan Pasien anak dengan asthma yang masuk rumah
sakit empat kali atau lebih dalam tahun pertama sejak didiagnosis asthma
cenderung mengalami asthma persisten. 11
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asma didefinisikan sebagai penyakit heterogen berupa gangguan inflamasi
kronik saluran nafas. Penyakit ini didefinisikan dengan gejala berupa mengi,
sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang bervariasi serta keterbatasan aliran
udara yang bervariasi. Patofisiologi asma berupa hiperresponsivitas saluran napas,
obstruksi saluran napas dan hipersekresi saluran napas.
Klasifikasi menurut GINA/Global Initiative of asthma adalah asma episodic
jarang, asma episodic sering dan asma persisten. Sedangkan derajat serangan
asma terdiri dari ringan, sedang, berat dan ancaman henti napas.
Tatalaksana asma secara garis besar terdiri dari obat pereda dan obat
pengendali. Obat pereda digunakan saat serangan asma dan obat pengendali saat
di luar serangan asma.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27