Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan Wiyata

Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021


ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100

Perbedaan Respon Stres Antara Pasien Stemi Dengan Nonstemi Selama Masa
Perawatan Dirumah Sakit
Lasmarito,T.1, Chrisyen Damanik.2, Rusdi3
1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda

e-mail: lasmarg22@gmail.com, chrisyendamanik@itkeswhs.ac.id, rusdi@itkeswhs.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang: : Sindrom Koroner Akut merupakan penyebab utama terjadinya kematian mendadak pada
seseorang, stres psikologis yang dihasilkan mempengaruhi kesehatan jantung dan pemulihan. Tujuan: Untuk
mengetahui perbedaan respon stres antara pasien Stemi dengan Non stemi Selama Masa Perawatan di Rumah
Sakit. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan pendekatan crossectional, dengan
desain studi komparatif dilaksanakan diruang intensif di salah satu rumah sakit Kecamatan Tenggarong ,
Melibatkan 24 pasien dengan teknik Non Probability Sampling dengan jenis purposive sampling yang telah
memenuhi kriteria inklusi, pengumpulan data menggunakan kuesioner PSS ( Perceived stress scale ) dengan
uji hipotesis Independent T Test Hasil: Skor respon stres pada pasien stemi berada pada mean 28,42 dengan
standar deviasi 3.34 dan nonstemi pada mean 25,08 dengan standar deviasi 1.37, dengan beda mean 3.33
sehingga pasien dalam kategori stres. Kesimpulan: Terdapat Perbedaan Respon Stres Antara Pasien Stemi
dengan Nonstemi Selama Masa Perawatan di Rumah SakitRekomendasi: Diharapakan dapat digunakan
sebagai acuan dalam studi eksperimen untuk meneliti bagaimana cara mengurangi respon stres berat pada
pasien stemi dengan nonstemi selama masa perawatan dirumah sakit.

Kata kunci : Respon Stres, Stemi, Nonstemi

PENDAHULUAN sehingga menyebabkan nekrosis sel jantung

Sindrom koroner akut (SKA) merupakan yang bersifat irreversible. Non ST Elevation

keadaan darurat jantung dengan manifestasi Myocardial Infarction (NSTEMI) dapat

klinis rasa tidak enak didada atau gejala lain disebabkan oleh penurunan suplai oksigen

sebagai akibat iskemia miokardium (Syafii, S dan atau peningkatan kebutuhan oksigen

Aprianti, 2016). Sebagian besar SKA adalah miokard yang diperberat oleh obstruksi

manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh koroner.

darah koroner yang koyak atau pecah Sindrom Koroner Akut merupakan penyebab
(Irmalita et al., 2015). kematian tertinggi di dunia, World Health

ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) Organization (WHO) pada tahun 2015

merupakan suatu kondisi yang melaporkan penyakit kardiovaskuler

mengakibatkan kematian sel miosit jantung menyebabkan 17,5 juta kematian atau sekitar

karena iskhemia yang berkepanjangan akibat 31% dari keseluruhan kematian secara global

oklusi koroner akut. STEMI terjadi akibat dan yang diakibatkan sindrom koroner akut

stenosis total pembuluh darah koroner sebesar 7,4 juta.Penyakit ini diperkirakan
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100

akan mencapai 23,3 juta kematian pada tahun Stress fisik yang berlebihan merupakan salah satu
2030 (Muhibbah, Wahid, Agustiana, & faktor yang berkonstribusi menyebabkan
Illiandri, 2019). Di Indonesia sendiri penyakit semakin memburuk karena dapat
berdasarkan dari pusat data dan informasi 2 menyebabkan meningkatnya denyut jantung,
kementerian kesehatan Republik Indonesia peningkatan tekanan darah, serta pelepasan
tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter hormon stress yang akan menghasilkan beban
prevalensi penyakit sindrom koroner akut kerja jantung meningkat sehingga dapat
sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar mengakibatkan serangan jantung, kematian

883.447 dengan ditempati estimasi jumlah jantung mendadak, gagal jantung, atau aritmia.

provinsi terbanyak yaitu Jawa Barat sebagai Pada dasarnya semua penyakit fisik akan
urutan pertama dan Kalimantan Timur mempengaruhi kondisi psikologik seseorang.
sendiri berada diurutan dua puluh tiga dengan Demikian juga penderita SKA pada umumnya
estimasi 3767 orang (Kemenkes RI, 2014), akan mengalami kondisi psikologik antara lain
hal ini meningkat pada tahun 2018 dengan gangguan penyesuaian, kecemasan, stres bahkan
nilai prevalensi 2,2% diurutan pertama depresi. Salah satu masalah yang terkait dengan
ditempati oleh provinsi Kalimantan Utara penyakit jantung adalah masalah stres. Pasien
dan untuk yang mengalami stres merasa penyakit yang

Kalimantan Timur sendiri berada diurutan nomor dideritanya memerlukan proses penyembuhan
enam (Kemenkes, 2018). Dampak dari penyakit yang lama bahkan takut akan ancaman kematian.
Stemi dan Nonstemi oleh Dengan adanya hal ini, pasien yang sering
disebabkan
aterosklerosis yaitu proses terbentuknya plak mengalami stres dapat memperberat kondisi
yang berdampak pada intima dari arteri, yang penyakitnya.
mengakibatkan terbentuknya trombus sehingga METODE PENELITIAN
membuat lumen menyempit, yang menyebabkan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,
terjadinya gangguan suplai sehigga dengan pendekatan crossectional, dengan desain
darah
kekuatan kontraksi otot jantung menurun. Jika studi komparatif yaitu penelitian yang bersifat
trombus pecah sebelum terjadinya nekrosis total membandingkan. Penelitian ini disusun dengan
jaringan distal, maka terjadilah infark pada menunjukkan Perbedaan respon stres antara
miokardium sehingga jantung tidak bisa pasien stemi dengan non stemi selama masa
menjalankan tugasnya dengan baik. Masalah perawatan di Rumah Sakit.
psikologis pada pasien SKA tidak hanya cemas, Dalam penelitian ini jumlah populasi pasien
tetapi juga marah, stress, pesimis dan putus asa. jantung yang dirawat dalam 3 bulan terakhir
sebanyak 64 orang. Sampel penelitian ini
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100

menggunakan non probability sampling dengan Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat
teknik pengambilan Purposive sampling, dengan bahwa mayoritas responden berjenis
menggunakan rumus sampel didapatkan total kelamin laki-laki sebanyak 16 (66.7%),
kedua kelompok sebanyak 24 sampel yang dengan usia <48 Tahun sebanyak 13
kemudian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan (54.2%), memiliki riwayat pendidikan
ekslusi. paling tinggi Sarjana sebanyak 9 (37.5%),
Tempat penelitian dilakukan di Ruang ICCU mayoritas responden bekerja sebagai PNS
RSUD.AM.Parikesit ang dilakukan pada bulan dan Honor masing-masing sebanyak 7
juli 2020 sampai dengan Agustus 2020 . (29.2%), dan lama hari rawat di rumah
Instrument dalam penelitian ini berupa kuesioner sakit sebanyak 3 hari 17 (70.8%).
yang telah teruji validitas dan realibilitas.
Analisa Univariat
Kuesioner pada penelitian ini memakai respon
Tabel 4.2 Stemi dan Nonstemi
stress PSS (perceived stress scale) yang terdiri
dari 10 pertanyaan. Kuesioner ini dibuat oleh Variabel Kelompok N Mean SD

Sheldon Cohen pada tahun 1988 dan telah Respon Stemi 12 28.42 3.34

dinyatakan valid dan reliabel dengan nilai Stres

koefisien cronbach alpha sebesar 0,85 (Cohen et


al.,1983), sedangkan berdasarkan penelitian yang Respon Nonstemi 12 25.08 1.37
sebelumnya memiliki koefisien alpha cronbach Stres

sebesar 0.78 (Marthadewi,2010).


Sumber : Data Primer, 2020
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Karakteristik responden Berdasarkan tabel 4.2 diatas pada
Variabel Frekuensi Persentase
Jenis Laki-Laki 16 66.7 variabel Respon Stres Pasien Stemi
kelamin Perempuan 8 33.3
Usia <48 Tahun 13 54.2 diketahui jumlah responden 12 orang
>48 Tahun 11 45.8
Pendidikan SD 5 20.8 dengan mean 28.42 dan pada variabel
SMP 2 8.3
SMA 8 33.3 Respon Stres Pasien Nonstemi
SARJANA 9 37.5
Pekerjaan Pns 7 29.2 diketahui jumlah responden 12 orang
Honor 7 29.2
Wiraswasta 3 12.5 dengan mean 25.08.
Tidak 6 25.5
Bekerja 1 4.2
Pensiun
Lama Hari 3 Hari 17 70.8
Rawat 4 Hari 7 29.2
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100

ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)


merupakan suatu kondisi yang
mengakibatkan kematian sel miosit jantung
Analisa Bivariat
karena iskhemia yang berkepanjangan akibat
Tabel 4.3 Perbedaan Respon Stres antara
oklusi koroner akut. STEMI terjadi akibat
Pasien Stemi dengan Nonstemi Selama
Masa Perawatan di Rumah Sakit stenosis total pembuluh darah koroner
(n1=n2=12)
Beda 95 sehingga menyebabkan nekrosis sel jantung
Variabe Kelomp Mean±S
Mea % P
l k D
n CI yang bersifat irreversible. STEMI umumnya
RESPO STEMI 28,42±3,3 3,33 1,16
juga terjadi jika aliran darah koroner
N 4 - 0,00
STRES 5,49 4 menurun secara mendadak setelah oklusi
RESPO NSTEM 25,08±1,3 - 1,10
N I 7 - trombus pada plak aterosklerosis yang sudah
STRES 5,56
Sumber: Data Primer,2020 ada sebelumnya. STEMI disebabkan oleh
adanya aterosklerotik pada arteri koroner
Stemi dengan Nonstemi adalah pada sehingga menyebabkan terjadinya nekrosis
kelompok Stemi dengan mean 28,42 miokard yang bersifat irreversible.
dan kelompok Nonstemi dengan mean Menghilangkan nyeri dada merupakan
25,08 dengan nilai p 0,004<0,05. Maka prioritas utama pada pasien dengan STEMI,
Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada dan terapi medis diperlukan untuk mencapai
Perbedaan Respon Stres Antara Pasien tujuan tersebut, sehingga
Stemi dengan Nonstemi Selama Masa penatalaksanaan nyeri dada merupakan
Perawatan di Rumah Sakit. usaha kolaborasi dokter dengan perawat
(Darliana, 2010).
1. Pasien ST Elevasi Miokardial Infark
Salah satu masalah yang terkait dengan
(STEMI)
penyakit jantung adalah masalah stres.
Berdasarkan analisis data pada
Pasien yang mengalami stres merasa
analisa univariat didapatkan jumlah
penyakit yang dideritanya memerlukan
pasien Stemi di Ruang ICCU
proses penyembuhan yang lama bahkan
RSUD.AM. Parikesit Tenggarong
takut akan ancaman kematian. Dengan
Seberang berjumlah 12 orang (50%)
adanya hal ini, pasien yang sering mengalami
dan respon stres pasien Stemi dengan
stres dapat memperberat kondisi penyakitnya.
mean 24,25 menunjukkan respon stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah,
sedang dan mean 30,50 menunjukkan
menekan sistem kekebalan, dan
respon stres berat.
meningkatkan resiko serangan jantung.
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100

Boersma, Maes, dan Joekes (2005) tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan
mengungkap bahwa partisipan dengan menjadigejala yang sering ditemukan.
serangan jantung pertama kali mengalami Walaupun gejala khas rasa tidak enak di
stres yang tinggi. Berdasarkan hasil dada iskemia pada NSTEMI telah
penelitian yang dilakukan pada 12 responden diketahui dengan baik, gejala tidak khas
pasien dengan Stemi diketahui didominasi seperti dispneu, mual, diaforesis, syncope
pasien yang memiliki respon stres berat atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu
sebanyak 66,7% diantara nya mengalami atas, atau leher (Amarendra et al., 2017).
gangguan pencernaan berat, debar jantung Berdasarkan hasil penelitian yang
semakin meningkat, sesak napas, tremor, dilakukan pada 12 responden pasien
perasaan cemas dan takut meningkat, mudah dengan Nonstemi didominasi sebanyak
bingung dan panik. 91,7% mengalami respon stres sedang
2. Pasien Non ST Elevation Myocardial dengan gejala gangguan pada lambung dan
Infarction (NSTEMI) usus misalnya maag, buang air besar tidak
Berdasarkan analisis data pada analisa teratur, ketegangan pada otot, gangguan
univariat didapatkan jumlah pasien pola tidur, daya konsentrasi dan daya ingat
Nonstemi di Ruang ICCU RSUD.AM. menurun.
Parikesit Tenggarong Seberang berjumlah 3. Perbedaan Respon Stres antara Pasien Stemi
12 orang (50%) dan respon stres pasien dengan Nonstemi
Nonstemi dengan mean 24,82 Total responden sebanyak 24 diketahui
menunjukkan respon stres sedang, dan sebanyak 50% pasien dengan Stemi dan
mean 28,00 menunjukkan respon stres 50% pasien dengan Nonstemi, pada
berat. Non ST Elevation Myocardial kelompok Stemi dengan mean 28, dan
Infarction (NSTEMI) dapat disebabkan kelompok Nonstemi dengan mean 25,08
oleh penurunan suplai oksigen dan atau dengan nilai p 0,004 <0,05. Maka
peningkatan kebutuhan oksigen miokard berdasarkan pengambilan keputusan melalui
yang diperberat oleh obstruksi koroner. perbandingan nilai t hitung dengan t tabel
NSTEMI terjadi karena trombosis akut 3,193>2,074 dapat disimpulkan bahwa Ha
atau proses vasokontriksi koroner. Pada diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian
NSTEMI, nyeri dada dengan lokasi khas dapat disimpulkan bahwa Ada Perbedaan
substernal atau kadangkala di epigastrium Respon Stres yang signifikan (nyata) Antara
dengan ciri seperti diperas, perasaan Pasien Stemi dengan Nonstemi Selama
seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri Masa Perawatan di Rumah Sakit.
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100

Dalam penelitian ini terdapat perbedaan Ketika pasien Sindom koroner akut
secara bermakna antara respon stres pasien mengetahui kondisi penyakitnya yang
stemi dengan nonstemi selama masa susah disembuhkan dan dapat
perawatan dirumah sakit. Dimana lebih mengancam kehidupan, hal ini tidak
tinggi stres pada penderita Stemi hanya menimbulkan stres tetapi juga
dibandingkan dengan pasien nonstemi. menimbulkan kecemasan.Kecemasan
Ditinjau dari patofisiologi stemi dan pada pasien SKA berperan terhadap
nonstemi terdapat perbedaan sumbatan, timbulnya serangan jantung dan terjadi
dimana pada stemi terjadi sumbatan total di peningkatan kejadian infark miokard.
arteri koroner sedangkan pada nonstemi Hasil penelitian yang dilakukan oleh
hanya terjadi sumbatan sebagian. Kejadian Huffman, et al (2010) menunjukkan
ini dapat menyebabkan serangan bahwa kecemasan akan
jantung dan serangan angina tidak stabil. mengakibatkan terjadinya peningkatan
Kedua kondisi ini ditandai dengan nyeri aktivitas saraf simpatis dan akan
dada berat atau rasa tidak nyaman pada dada, mengeluarkan hormon katekolamin yang
terlebih pada pasien dengan stemi karena menyebabkan frekuensi nadi meningkat
sumbatan total pada arteri koroner. Akibat dan sekaligus
dari tersumbatnya arteri koroner pada kedua meningkatkan kebutuhan jantung akan
pasien ini, kerap menimbulkan gejala sesak oksigen, sedangkan pembuluh darah
nafas karena aliran darah arteri koroner koroner jantung pada pasien SKA
tersumbat/terganggu sehingga suplai oksigen mengalami aterosklerosis sehingga
kejantung berkurang. Hal ini menimbulkan oksigen tidak bisa masuk ke jantung.
stres, Stress fisik yang berlebihan Sebagai mekanisme kompensasi,
merupakan salah satu faktor yang miokardium mengubah metabolisme
berkonstribusi menyebabkan penyakit aerob menjadi metabolisme anaerob
semakin memburuk karena dapat sehingga terjadi peningkatan asam
menyebabkan meningkatnya denyut jantung, laktat yang dapat mengakibatkan nyeri
peningkatan tekanan darah, serta pelepasan dada atau angina Hasil analisis uji Rank
hormon stress yang akan menghasilkan Spearman pada tabel 2 didapatkan nilai
beban kerja jantung meningkat sehingga p<0,01 maka dan koefisien korelasi (r) -
dapat mengakibatkan serangan jantung dan 0,508 dapat disimpulkan bahwa terdapat
kematian jantung mendadak. hubungan yang signifikan antara
Menurut penelitian Fitria Rachmi kecemasan dengan frekuensi angin pada
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100

pasien sindrom koroner akut (Pasca & dalam masalah psikoemosional.


Koroner, 2018). Penelitian Lutfiyaningtyas di RSUD
Pendekatan teori Calista Roy Model Tugurejo Semarang tahun 2016 tentang
adaptasi Roy mengkaji respon individu hubungan antara dukungan keluarga
terhadap perubahan yang terjadi pada dengan tingkat kecemasan pada pasien
dirinya secara mendalam sampai pada keluarga yang tinggi sebesar 64,3% dan
terbentuknya koping untuk memberikan tingkat kecemasan yang ringan sebesar
gambaran suatu proses kontrol sebagai 40%, dengan sasaran pada pasien rawat
sebuah sistem yang adaptif. Roy jalan, IGD dan rawat inap. Dengan
berpendapat bahwa asuhan keperawatan jumlah sampel 70 responden.
kardiovaskular menitik beratkan pada Hasil penelitian ini sesuai dengan
kemampuan seseorang beradaptasi teori yang diketahui bahwa pasien yang
terhadap masalah yang dihadapi. didiagnosa Stemi memiliki patofisiologi
Sementara perawat dalam hal ini yang berbeda dengan Nonstemi dimana
berperan sebagai fasilitator yang sumbatan yang terjadi pada arteri
mengefektifkan potensi pada diri klien. koronaria pada pasien Stemi merupakan
Model adaptasi Roy ini hanya berfokus sumbatan total, adanya plak pada
pada proses adaptasi pasien dan pembuluh darah jantung akan
bagaimana pemecahan masalah pasien mengakibatkan suplai oksigen ke jantung
dengan menggunakan proses berkurang dan menimbulkan nyeri dada
keperawatan dan tidak menjelaskan yang khas serta jantung berdebar dan
bagaimana sikap dan perilaku cara sumbatan sebagian pada pasien Nonstemi
merawat (caring) pada pasien, sehingga sehingga kerusakan otot jantung tidak
seorang perawat yang tidak mempunyai seberat mengalami Stemi. Sumbatan itu
perilaku caring ini menjadi stressor bagi akan memacu sebuah mekanisme stress.
para pasiennya. Stress fisik yang berlebihan merupakan
Masalah psikologis pada pasien SKA salah satu faktor yang berkonstribusi
tidak hanya cemas, tetapi juga marah, menyebabkan penyakit semakin
stress, pesimis dan putus asa. Hal ini memburuk karena dapat menyebabkan
didukung oleh penelitian Susana (2014) meningkatnya denyut jantung,
tentang dukungan psikologis pasien peningkatan tekanan darah, serta
pasca operasi bedah jantung di dapatkan pelepasan hormon stress yang akan
42 responden mengalami peningkatan menghasilkan beban kerja jantung
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100

meningkat sehingga dapat


Darliana, D. (2010). Manajemen Pasien St
mengakibatkan serangan jantung, Elevasi Miokardial Infark (Stemi).
kematian jantung mendadak, gagal Idea Nursing Journal, 1(1), 14–20.
jantung, atau aritmia (Cahyo, 2019). Devi Listiana, H.S.Effendi, N. (2019).
Pada dasarnya semua penyakit fisik Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Tingkat Kecemasan Pre
akan mempengaruhi kondisi psikologik Kateterisasi Pasien SKA. 61(1), 651.
seseorang. Demikian juga penderita SKA
Hararap, S. (2014). Infark Miokard Tanpa
pada umumnya akan mengalami kondisi Elevasi Segmen St( Nstemi). 1–24.
psikologik antara lain gangguan
Muhibbah, Wahid, A., Agustiana, R., &
penyesuaian, kecemasan, stres bahkan Illiandri, O. (2019). Karakteristik
depresi. Salah satu masalah yang terkait Pasien Sindrom Koroner Akut Pada
Pasien Rawat Inap Ruang Tulip Di
dengan penyakit jantung adalah masalah RSUD Ulin Banjarmasin.
stres. Pasien yang mengalami stres Indonesian Journal for Health
Sciences, 3(1), 6–
merasa penyakit yang dideritanya 12.
memerlukan proses penyembuhan Muzliyati, U., Parliani, & Yoga, P.
(2018). Hubungan Stress Terhadap
yang lama bahkan takut akan ancaman Proses Adaptasi (Teori Callista Roy)
kematian. Pada Lanjut Usia dengan Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas
Perumnas II Pontianak. 68.
KESIMPULAN Pengalaman keluarga menghadapi
hospitalisasi pasien kritis di ruang
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah icu rsup dr. kariadi semarang.
dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat (2017).
Purnawinadi, I. G. (2019). Intervensi
perbedaan respon stres yang signifikan Perawatan Spiritual Dan Tingkat
antara pasien stemi dengan nonstemi Stres Pasien Gagal. (July).
Notoatmodjo. (2008). Konsep dan
selama masa perawatan dirumah sakit. Penerapan Meteodologi Penelitian
Dengan selisih perbedaan skor rata-rata Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
respon stres antara pasien stemi dengan Indonesia Berdasarkan Riskesdes 2007
mean 28,42 dan nonstemi dengan mean dan 2013. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI. 2015
25,08. Notoatmodjo. (2008). Konsep dan
Penerapan Meteodologi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Agustina, D. D. (2013). Validitas Alat Ukur Nursalam (2016). Metode Penelitian Ilmu
Stres. Jurnal Pengukuran Psikologi Keperawatan. Jakarta Selatan :
Dan Pendidikan Indonesia, II(7), 474– Salemba Medika
480.
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100

Nursalam, (2017). Meteodologi


Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Notoatmodjo, S. (2012). Meteodologi
Penelitian Kesehatan . PT. Rineka
Cipta. Jakarta
Sugiyono, (2015). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sugiyono, (2007).Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif,kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Tanuwihardja. (2012) . Rokok Elektronik
(Electronic cigarette) Tahun 2012.
Jakarta : Respir Indonesia
Uno, Hamzah B. (2009). Teori Motivasi
dan Pengukurannya Tahun 2019.
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai