Perbedaan Respon Stres Antara Pasien Stemi Dengan Nonstemi Selama Masa
Perawatan Dirumah Sakit
Lasmarito,T.1, Chrisyen Damanik.2, Rusdi3
1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda
ABSTRAK
Latar Belakang: : Sindrom Koroner Akut merupakan penyebab utama terjadinya kematian mendadak pada
seseorang, stres psikologis yang dihasilkan mempengaruhi kesehatan jantung dan pemulihan. Tujuan: Untuk
mengetahui perbedaan respon stres antara pasien Stemi dengan Non stemi Selama Masa Perawatan di Rumah
Sakit. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan pendekatan crossectional, dengan
desain studi komparatif dilaksanakan diruang intensif di salah satu rumah sakit Kecamatan Tenggarong ,
Melibatkan 24 pasien dengan teknik Non Probability Sampling dengan jenis purposive sampling yang telah
memenuhi kriteria inklusi, pengumpulan data menggunakan kuesioner PSS ( Perceived stress scale ) dengan
uji hipotesis Independent T Test Hasil: Skor respon stres pada pasien stemi berada pada mean 28,42 dengan
standar deviasi 3.34 dan nonstemi pada mean 25,08 dengan standar deviasi 1.37, dengan beda mean 3.33
sehingga pasien dalam kategori stres. Kesimpulan: Terdapat Perbedaan Respon Stres Antara Pasien Stemi
dengan Nonstemi Selama Masa Perawatan di Rumah SakitRekomendasi: Diharapakan dapat digunakan
sebagai acuan dalam studi eksperimen untuk meneliti bagaimana cara mengurangi respon stres berat pada
pasien stemi dengan nonstemi selama masa perawatan dirumah sakit.
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan yang bersifat irreversible. Non ST Elevation
klinis rasa tidak enak didada atau gejala lain disebabkan oleh penurunan suplai oksigen
sebagai akibat iskemia miokardium (Syafii, S dan atau peningkatan kebutuhan oksigen
Aprianti, 2016). Sebagian besar SKA adalah miokard yang diperberat oleh obstruksi
darah koroner yang koyak atau pecah Sindrom Koroner Akut merupakan penyebab
(Irmalita et al., 2015). kematian tertinggi di dunia, World Health
mengakibatkan kematian sel miosit jantung menyebabkan 17,5 juta kematian atau sekitar
karena iskhemia yang berkepanjangan akibat 31% dari keseluruhan kematian secara global
oklusi koroner akut. STEMI terjadi akibat dan yang diakibatkan sindrom koroner akut
stenosis total pembuluh darah koroner sebesar 7,4 juta.Penyakit ini diperkirakan
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100
akan mencapai 23,3 juta kematian pada tahun Stress fisik yang berlebihan merupakan salah satu
2030 (Muhibbah, Wahid, Agustiana, & faktor yang berkonstribusi menyebabkan
Illiandri, 2019). Di Indonesia sendiri penyakit semakin memburuk karena dapat
berdasarkan dari pusat data dan informasi 2 menyebabkan meningkatnya denyut jantung,
kementerian kesehatan Republik Indonesia peningkatan tekanan darah, serta pelepasan
tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter hormon stress yang akan menghasilkan beban
prevalensi penyakit sindrom koroner akut kerja jantung meningkat sehingga dapat
sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar mengakibatkan serangan jantung, kematian
883.447 dengan ditempati estimasi jumlah jantung mendadak, gagal jantung, atau aritmia.
provinsi terbanyak yaitu Jawa Barat sebagai Pada dasarnya semua penyakit fisik akan
urutan pertama dan Kalimantan Timur mempengaruhi kondisi psikologik seseorang.
sendiri berada diurutan dua puluh tiga dengan Demikian juga penderita SKA pada umumnya
estimasi 3767 orang (Kemenkes RI, 2014), akan mengalami kondisi psikologik antara lain
hal ini meningkat pada tahun 2018 dengan gangguan penyesuaian, kecemasan, stres bahkan
nilai prevalensi 2,2% diurutan pertama depresi. Salah satu masalah yang terkait dengan
ditempati oleh provinsi Kalimantan Utara penyakit jantung adalah masalah stres. Pasien
dan untuk yang mengalami stres merasa penyakit yang
Kalimantan Timur sendiri berada diurutan nomor dideritanya memerlukan proses penyembuhan
enam (Kemenkes, 2018). Dampak dari penyakit yang lama bahkan takut akan ancaman kematian.
Stemi dan Nonstemi oleh Dengan adanya hal ini, pasien yang sering
disebabkan
aterosklerosis yaitu proses terbentuknya plak mengalami stres dapat memperberat kondisi
yang berdampak pada intima dari arteri, yang penyakitnya.
mengakibatkan terbentuknya trombus sehingga METODE PENELITIAN
membuat lumen menyempit, yang menyebabkan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,
terjadinya gangguan suplai sehigga dengan pendekatan crossectional, dengan desain
darah
kekuatan kontraksi otot jantung menurun. Jika studi komparatif yaitu penelitian yang bersifat
trombus pecah sebelum terjadinya nekrosis total membandingkan. Penelitian ini disusun dengan
jaringan distal, maka terjadilah infark pada menunjukkan Perbedaan respon stres antara
miokardium sehingga jantung tidak bisa pasien stemi dengan non stemi selama masa
menjalankan tugasnya dengan baik. Masalah perawatan di Rumah Sakit.
psikologis pada pasien SKA tidak hanya cemas, Dalam penelitian ini jumlah populasi pasien
tetapi juga marah, stress, pesimis dan putus asa. jantung yang dirawat dalam 3 bulan terakhir
sebanyak 64 orang. Sampel penelitian ini
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100
menggunakan non probability sampling dengan Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat
teknik pengambilan Purposive sampling, dengan bahwa mayoritas responden berjenis
menggunakan rumus sampel didapatkan total kelamin laki-laki sebanyak 16 (66.7%),
kedua kelompok sebanyak 24 sampel yang dengan usia <48 Tahun sebanyak 13
kemudian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan (54.2%), memiliki riwayat pendidikan
ekslusi. paling tinggi Sarjana sebanyak 9 (37.5%),
Tempat penelitian dilakukan di Ruang ICCU mayoritas responden bekerja sebagai PNS
RSUD.AM.Parikesit ang dilakukan pada bulan dan Honor masing-masing sebanyak 7
juli 2020 sampai dengan Agustus 2020 . (29.2%), dan lama hari rawat di rumah
Instrument dalam penelitian ini berupa kuesioner sakit sebanyak 3 hari 17 (70.8%).
yang telah teruji validitas dan realibilitas.
Analisa Univariat
Kuesioner pada penelitian ini memakai respon
Tabel 4.2 Stemi dan Nonstemi
stress PSS (perceived stress scale) yang terdiri
dari 10 pertanyaan. Kuesioner ini dibuat oleh Variabel Kelompok N Mean SD
Sheldon Cohen pada tahun 1988 dan telah Respon Stemi 12 28.42 3.34
Boersma, Maes, dan Joekes (2005) tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan
mengungkap bahwa partisipan dengan menjadigejala yang sering ditemukan.
serangan jantung pertama kali mengalami Walaupun gejala khas rasa tidak enak di
stres yang tinggi. Berdasarkan hasil dada iskemia pada NSTEMI telah
penelitian yang dilakukan pada 12 responden diketahui dengan baik, gejala tidak khas
pasien dengan Stemi diketahui didominasi seperti dispneu, mual, diaforesis, syncope
pasien yang memiliki respon stres berat atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu
sebanyak 66,7% diantara nya mengalami atas, atau leher (Amarendra et al., 2017).
gangguan pencernaan berat, debar jantung Berdasarkan hasil penelitian yang
semakin meningkat, sesak napas, tremor, dilakukan pada 12 responden pasien
perasaan cemas dan takut meningkat, mudah dengan Nonstemi didominasi sebanyak
bingung dan panik. 91,7% mengalami respon stres sedang
2. Pasien Non ST Elevation Myocardial dengan gejala gangguan pada lambung dan
Infarction (NSTEMI) usus misalnya maag, buang air besar tidak
Berdasarkan analisis data pada analisa teratur, ketegangan pada otot, gangguan
univariat didapatkan jumlah pasien pola tidur, daya konsentrasi dan daya ingat
Nonstemi di Ruang ICCU RSUD.AM. menurun.
Parikesit Tenggarong Seberang berjumlah 3. Perbedaan Respon Stres antara Pasien Stemi
12 orang (50%) dan respon stres pasien dengan Nonstemi
Nonstemi dengan mean 24,82 Total responden sebanyak 24 diketahui
menunjukkan respon stres sedang, dan sebanyak 50% pasien dengan Stemi dan
mean 28,00 menunjukkan respon stres 50% pasien dengan Nonstemi, pada
berat. Non ST Elevation Myocardial kelompok Stemi dengan mean 28, dan
Infarction (NSTEMI) dapat disebabkan kelompok Nonstemi dengan mean 25,08
oleh penurunan suplai oksigen dan atau dengan nilai p 0,004 <0,05. Maka
peningkatan kebutuhan oksigen miokard berdasarkan pengambilan keputusan melalui
yang diperberat oleh obstruksi koroner. perbandingan nilai t hitung dengan t tabel
NSTEMI terjadi karena trombosis akut 3,193>2,074 dapat disimpulkan bahwa Ha
atau proses vasokontriksi koroner. Pada diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian
NSTEMI, nyeri dada dengan lokasi khas dapat disimpulkan bahwa Ada Perbedaan
substernal atau kadangkala di epigastrium Respon Stres yang signifikan (nyata) Antara
dengan ciri seperti diperas, perasaan Pasien Stemi dengan Nonstemi Selama
seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri Masa Perawatan di Rumah Sakit.
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100
Dalam penelitian ini terdapat perbedaan Ketika pasien Sindom koroner akut
secara bermakna antara respon stres pasien mengetahui kondisi penyakitnya yang
stemi dengan nonstemi selama masa susah disembuhkan dan dapat
perawatan dirumah sakit. Dimana lebih mengancam kehidupan, hal ini tidak
tinggi stres pada penderita Stemi hanya menimbulkan stres tetapi juga
dibandingkan dengan pasien nonstemi. menimbulkan kecemasan.Kecemasan
Ditinjau dari patofisiologi stemi dan pada pasien SKA berperan terhadap
nonstemi terdapat perbedaan sumbatan, timbulnya serangan jantung dan terjadi
dimana pada stemi terjadi sumbatan total di peningkatan kejadian infark miokard.
arteri koroner sedangkan pada nonstemi Hasil penelitian yang dilakukan oleh
hanya terjadi sumbatan sebagian. Kejadian Huffman, et al (2010) menunjukkan
ini dapat menyebabkan serangan bahwa kecemasan akan
jantung dan serangan angina tidak stabil. mengakibatkan terjadinya peningkatan
Kedua kondisi ini ditandai dengan nyeri aktivitas saraf simpatis dan akan
dada berat atau rasa tidak nyaman pada dada, mengeluarkan hormon katekolamin yang
terlebih pada pasien dengan stemi karena menyebabkan frekuensi nadi meningkat
sumbatan total pada arteri koroner. Akibat dan sekaligus
dari tersumbatnya arteri koroner pada kedua meningkatkan kebutuhan jantung akan
pasien ini, kerap menimbulkan gejala sesak oksigen, sedangkan pembuluh darah
nafas karena aliran darah arteri koroner koroner jantung pada pasien SKA
tersumbat/terganggu sehingga suplai oksigen mengalami aterosklerosis sehingga
kejantung berkurang. Hal ini menimbulkan oksigen tidak bisa masuk ke jantung.
stres, Stress fisik yang berlebihan Sebagai mekanisme kompensasi,
merupakan salah satu faktor yang miokardium mengubah metabolisme
berkonstribusi menyebabkan penyakit aerob menjadi metabolisme anaerob
semakin memburuk karena dapat sehingga terjadi peningkatan asam
menyebabkan meningkatnya denyut jantung, laktat yang dapat mengakibatkan nyeri
peningkatan tekanan darah, serta pelepasan dada atau angina Hasil analisis uji Rank
hormon stress yang akan menghasilkan Spearman pada tabel 2 didapatkan nilai
beban kerja jantung meningkat sehingga p<0,01 maka dan koefisien korelasi (r) -
dapat mengakibatkan serangan jantung dan 0,508 dapat disimpulkan bahwa terdapat
kematian jantung mendadak. hubungan yang signifikan antara
Menurut penelitian Fitria Rachmi kecemasan dengan frekuensi angin pada
Jurnal Keperawatan Wiyata
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2021
ISSN 2774-4558 (Cetak)
ISSN 2774-9789 (Online) Halaman 91-100