Anda di halaman 1dari 99

PENGARUH PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS


BULUKUNYI KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan Jurusan Keperawatan Pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

Oleh :

SRI WINDAYANTI
NIM 70300117103

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sri Windayanti

NIM : 70300117013

Tempat/Tgl. Lahir : Takalar, 28 Agustus 2000

Jurusan/Prodi : Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Alamat : Takalar

Judul : Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

Bulukunyi Kab. Takalar

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia

merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 27 Agustus 2021


Penyusun,

Sri Windayanti
70300117013

ii
KATA PENGANTAR

‫بِ ۡس ِم ه‬
ِ ‫ٱَّللِ ٱل هر ۡح َٰم ِن ٱل هر ِح‬
‫يم‬

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya yang masih tercurahkan kepada penulis, sehingga skripsi

yang berjudul “Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah

pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Bulukunyi Kabupaten Takalar”

Alhamdulillah dapat terselesaikan dengan baik, dan tak lupa pula kita kirimkan

sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan

kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti sekarang ini.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak berbagai hambatan cobaan serta

tantangan yang dihadapi oleh peneliti, namun tidak menjadi penghalang bagi

peneliti untuk terus melanjutkan penelitian ini sampai akhirnya selesai dengan

baik. Serta peneliti juga banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dengan kerendahan

hati peneliti ucapkan banyak terima kasih serta penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada kedua orang tua saya yang tersayang dan tercinta, Ibunda Ku

tercinta terkasih dan tersayang Hawani Dg Layu dan Ayahanda Ku tercinta

Syafaruddin Dg Taba atas kasih sayang do‟a dan dukungan serta semangat yang

tidak ada hentinya sehingga peneliti bisa sampai pada tahap ini. Demikian pula

ucapan terima kasih yang tulus, rasa hormat dan penghargaan yang tak terhingga,

kepada :

iii
1. Prof. Dr. Hamdan Juhannis MA.Ph.D selaku rektor UIN Alauddin

Makassar, beserta seluruh jajarannya yang telah memberi penulis kesempatan

dalam menimba ilmu di kampus tercinta ini.

2. Dr.dr. Syatirah Jalaludin, Sp.A., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, para wakil dekan, dan seluruh

staf akademik yang memberikan bantuan kepada penyusun selama mengikuti

pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin

Makassar.

3. Dr. Muh.Anwar Hafid, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Prodi

Keperawatan, sekaligus sebagai Pembimbing I saya, dan Musdalifah,

S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing II saya. Saya ucapkan Terima kasih

yang tak terhingga yang dengan sabar, tulus dan ikhlas meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, motivasi saran, arahan

yang sangat begitu mendukung dan berharga kepada penulis selama

menyusun skripsi ini.

4. Wahdaniah, S.Kep., Ns., M.Kes Selaku Penguji I dan Dr. Wahyuddin G,

M.Ag selaku Penguji II dalam hal ini sebagai Penguji Agama. Terima kasih

telah memberikan masukan saran yang sangat mendukung dan membangun

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman seperjuangan Program Studi Keperawatan Angkatan 2017

(LEUKOS17) dan terkhususnya Kelas Keperawatan A atas kebersamaannya.

6. Kepada HMJ Keperawatan & Himpunan Pelajar Mahasiswa Takalar

(HIPERMATA) yang telah memberikan wadah dalam pengembangan

iv
intelektual dalam mencapai tujuan insan cita pencipta, pengabdi dan

bernafaskan islam.

7. Saya juga ucapkan terima kasih kepada Group “WISUDA BARENG” yang

telah memberikan semangat, motivasi dan saling merangkul baik suka

maupun duka selama dalam proses perkuliahan sampai dengan tahap skripsi

ini, kita sama-sama sukses kedepannya aamiin.

8. Saya juga ucapkan banyak terima kasih kepada sosok seseorang SYAMSUL

ARDI DG ROLA yang telah memberikan dukungan motivasi serta selalu

memberikan saran yang positif dalam penyusunan skripsi ini, selalu

membersamai baik suka maupun duka, tetaplah selalu ada dan tetap seperti

itu.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh dari itu, besar harapan penulis kepada pembaca atas kontribusinya baik

berupa saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari penelitian ini.

Dan akhirnya kepada Allah SWT, penulis sangat memohon do‟a dan berharap

semogailmu yang telah diperoleh dan yang dititipkan dapat bermanfaat bagi orang

lain serta menjadi salah satu bentuk pengabdian di masyarakat nantinya. Aamiin

Allahumma Aamiin Ya Allah. Wassalamu‟Alaikum Wr. Wb.

Takalar, 16 April 2021

SRI WINDAYANTI
70300117013

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. x
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Hipotesis....................................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
F. Defenisi Operasional .................................................................................... 6
G. Kajian Pustaka .......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 12
A. Konsep Dasar Hipertensis .......................................................................... 12
1. Pengertian Hipertensi ............................................................................. 12
2. Etiologi Hipertensi ................................................................................ 14
3. Klasifikasi Hipertensi ............................................................................ 16
4. Patofisiologi Hipertensi .......................................................................... 17
5. Manifestasi Klinis Hipertensi ................................................................. 18
6. Penatalaksanaan Medis ........................................................................... 19
7. Komplikasi Hipertensi ............................................................................ 20
B. Konsep Dasar Pijat Refleksi ...................................................................... 22
1. Pengertian Pijat Refleksi ........................................................................ 22
2. Manfaat Pijat Refleksi Kaki ................................................................... 23
3. Titik Atau Area Pijat Refleksi Kaki ....................................................... 25
4. Faktor-Faktor Pertimbangan ................................................................... 26

vi
5. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemijatan.............................. 27
6. Cara Dan Syarat Melakukan Pijat Refleksi ............................................ 28
C. Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi ............................................................................................... 29
D. Kerangka Teori........................................................................................... 32
E. Kerangka Konsep ....................................................................................... 33
F. Alur Penelitian ........................................................................................... 33
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN .......................................................... 35
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 35
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................... 35
C. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 36
1. Populasi Penelitian ................................................................................. 36
2. Sampel Penelitian ................................................................................... 36
D. Teknik Pengambilan Sampel...................................................................... 36
E. Pengumpulan Data ..................................................................................... 38
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 39
G. Pengolahan Data ..................................................................................... 39
H. Analisa Data ........................................................................................... 40
I. Etika Penelitian .......................................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 43
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 43
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 44
1. Karakteristik Responden ........................................................................ 44
2. Hasil Identifikasi Tekanan Darah Sebelum Pemberian Pijat Reflleksi
Kaki ................................................................................................................ 45
3. Hasil Identifikasi Tekanan Darah Setelah Pemberian Pijat Refleksi Kaki
46
Tekanan Darah Post Test Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bulukunyi .................................................................................... 46
4. Hasil Tekanan Darah Pre Test Dan Post Test ........................................ 46
C. Pembahasan ................................................................................................ 48

vii
A. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin Dan
Pekerjaan ........................................................................................................ 48
B. Tekanan Darah Sebelum Di Lakukan Pijat Refleksi Kaki ..................... 53
C. Tekanan Darah Setelah Dilakukan Pijat Refleksi Kaki .......................... 55
D. Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulukunyi ..................................... 57
Sebagaimana Dalam Hadis Riwayat Abu Dawud ......................................... 58
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 62
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 63
A. Kesimpulan ................................................................................................ 63
B. Saran ........................................................................................................... 63
1. Bagi Tenaga Keperawatan Di Unit Puskesmas ...................................... 63
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN ......................................................................................................... 69
Permohonan Menjadi Responden ......................................................................... 70
Persetujuan Menjadi Responden ........................................................................... 71
(Informed Consent) ............................................................................................... 71
Prosedur Pijat Refleksi Kaki ................................................................................. 72
Lembar Pengumpulan Data Pada Penderita Hipertensi ........................................ 74
Hasil Uji Statistik Data Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan Teknan
Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulukunyi ............. 75
Surat Keterangan Layak Etik ................................................................................ 80
Permohonan Pengajuan Kode Etik........................................................................ 81
Permohonan Izin Penelitian .................................................................................. 82
Surat Izin Penelitian Dari Penanaman Modal ....................................................... 83
Master Tabel Penelitian......................................................................................... 84

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Defenisi Operasional .......................................................................... 7


Tabel 1.2 Kajian Pustaka .................................................................................... 9
Tabel 2.1 Klasifikasi Intervensi ......................................................................... 22
Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................. 55
Tabel 4.2 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 55
Tabel 4.3 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .................... 56
Tabel 4.4 Analisis Univariat Tekanan Darah Sebelum Perlakuan .................... 56
Tabel 4.5 Analisis Univariat Tekanan Darah Setelah Perlakuan ....................... 57
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Paired Sample T Test Pre Post Test ...................... 58

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 40


Bagan 2.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 41
Bagan 2.3 Alur Penelitian .................................................................................. 41

x
ABSTRAK

Nama : Sri Windayanti


Nim : 703007013
Judul : Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Bulukunyi Kabupaten Takalar

Hipertensi biasa disebut dengan tekanan darah tinggi dimana seseorang


dikatakan hipertensi apabila peningkatan tekanan darah sistol dan diastol secara
konsisten di atas 140/90 mmHg. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat
setiap tahun, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 milyar orang terkena
hipertensi dan perkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya. Pijat refleksi kaki merupakan salah satu terapi
nonfarmakologi yang dapat menurunkan tekanan darah karena merupakan salah
satu metode relaksasi yang membuat sirkulasi darah didalam tubun menjadi
lancar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pijat refleksi
kaki terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di puskesmas
bulukunyi kabupaten takalar. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-
experimental, menggunakan pre-test dan post-test design, dan metode purposive
sampling, dengan jumlah responden 20 orang. Rata-rata tekanan darah sistolik
dan diastolik sebelum perlakuan adalah 156,65/95,35 mmHg, dan setelah
perlakuan adalah 149,95/92,05 mmHg. Uji hipotesis menggunakan uji statistik
uji Paired Sample T Test dan diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (p-value
<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa pijat refleksi kaki memiliki pengaruh
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di puskesmas
bulukunyi kabupaten takalar.

Kata Kunci : Pijat Refleksi Kaki; Tekanan Darah; Hipertensi

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi umumnya dikenal sebagai tekanan darah tinggi. Dimana

seseorang dapat dikatakan hipertensi jika terjadi peningkatan tekanan darah

sistolik dan diastolik diatas 140/90 mmHg. Hipertensi juga dapat menyerang

berbagai kalangan di masyarakat mulai dari tingkat sosial tinggi hingga

menengah kebawah. Selain itu juga, meningkatnya usia pada seseorang

beresiko untuk menderita hipertensi akan semakin besar dikarenakan pengaruh

usia seseorang terhadap kemunculan stres juga sering terjadi (Siregar et al.,

2020).

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hampir 17 juta

orang meninggal setiap tahun diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular.

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang menyebabkan komplikasi sekitar

9,4 juta orang meninggal diseluruh dunia setiap tahunnya. Peningkatan

tekanan darah pada klien dengan penyakit hipertensi menunjukkan hasil diatas

140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat pada dua hari berturut-turut.

(Medika, 2017) ; (WHO, 2020).

Badan penelitian kesehatan dunia World Health Organization (WHO)

menunjukkan kejadian hipertensi diseluruh dunia mencapailebih dari 1,3

milyar orang. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat setiap tahun,

diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 milyar orang terkena hipertensi

dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi

1
2

dan komplikasinya. Hipertensi lebih tinggi terjadi pada penduduk di negara

berkembang dibandingkan dengan negara maju bahkan nyaris sebanyak 75%

penderita hipertensi tinggal di negara berkembang, serta terjadi peningkatan

sebanyak 8,1%. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang

cukup berbahaya diseluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko

utama yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan

jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal. (WHO, 2018).

Data World Health Organization WHO (2016), menyatakan bahwa seluruh

dunia sekitar 972 juta atau 26, 4 % orang diseluruh dunia menderita penyakit

hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% pada tahun

2025. Prevalensi hipertensi di negara-negara maju cukup tinggi, yaitu

mencapai 37%, sementara di negara-negara berkembang 29,9%. Jumlah orang

yang menderita hipertensi sangat banyak 972 juta, 333 juta berada di negara

maju dan 639 juta berada di negara berkembang. Prevalensi hipertensi pada

perempuan lebih tinggi yaitu 37%, sedangkan pria 28%. Berdasarkan data

WHO terjadi peningkatan kasus sebanyak 400 kasus dari tahun 1980 sampai

tahun 2008 dan diprediksi kasus hipertensi akan mencapai 1,56 miliar di tahun

2025 (Rahayu, Hayati & Asih, 2020).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) menujukkan bahwa angka

pravalensi hipertensi di indonesia secara Nasional adalah (34,1%), jika

dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2013 (25,8%) menunjukkan

adanya peningkatan angka pravelensi sebesar (8,3%). Hal tersebut perlu

diwaspadai karena hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala yang khas
3

sehingga banyak penderita tidak menyadarinya (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2018).

Menurut data dari Dinas Kesehatan (DINKES SULSEL (2016), Provinsi

Sulawesi Selatan bahwa jumlah penderita hipertensi sebanyak 142.571 orang

dengan yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 54.749 orang dan jenis

kelamin perempuan sebanyak 87.882 (Wijaya, 2020). Sedangkan data dari

Dinas Kesehatan (DINKES) Kabupaten Takalar pada tahun 2016 dari jumlah

15 puskesmas didapatkan kasus hipertensi sebanyak 757 orang dengan rincian

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 105 orang dan jenis kelamin

perempuan sebanyak 652 orang. Kasus hipertensi terbanyak pada jenis

kelamin perempuan (Wijaya, 2020).

Data dari Puskesmas Bulukunyi jumlah orang yang menderita penyakit

hipertensi setiap tahunnya meningkat. Seperti pada tahun 2019 berjumlah 850

orang yang menderita hipertensi sedangkan pada tahun 2020 jumlah orang

yang menderita hipertensi sebanyak 1.221 dengan rincian yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 968 dan laki-laki sebanyak 253 orang. Dari data

2019-2020 menunjukkan bahwa ada peningkatan hipertensi di puskesmas

bulukunyi. Peningkatan hipertensi setiap tahunnya meningkat disebabkan

karena pola makan, pola hidup, stress serta adanya riwayat penyakit turunan di

puskesmas bulukunyi mengakibatkan kejadian hipertensi meningkat setiap

tahunnya. Oleh karenaitu hal tersebut menggambarkan penyakit hipertensi

sifatnya akut yang dipengaruhi oleh pola makan dan pola hidup masyarakat.

Sehingga diperlukan usaha untuk memperbaiki pola makan dan pola hidup
4

seperti memakan makanan dengan pola seimbang dan teratur serta mengatur

gaya hidup yang rentan stress (Musyawirah, 2019).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah uraian diatas maka peneliti tertarik

melakukan penelitian yaitu “Apakah ada Pengaruh Pijat Refleksi Kaki

terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi?”

C. Hipotesis

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada Pengaruh Pijat Refleksi Kaki terhadap Penurunan Tekanan Darah

pada Pasien Hipertensi.

2. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada Pengaruh Pijat Refleksi Kaki terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada Pasien Hipertensi.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Pengaruh Pijat Refleksi Kaki terhadap Penurunan Tekanan Darah pada

Pasien Hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden hipertensi yang diberikan terapi

pijat refleksi kaki

b. Untuk mengetahui tekanan darah sistolik dan distolik sebelum

diberikan intervensi pijat refleksi kaki


5

c. Untuk mengetahui tekanan darah sistolik dan distolik setelah diberikan

intervensi pijat refleksi kaki

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah dilakukan

penelitian adalah :

1. Bagi institusi

Hasil dari penelitian ini digunakan sebagai bahan pembelajaran

serta dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dan pengembangan

pengetahuan diinstitusi pendidikan khususnya pada jurusan keperawatan

yang selanjutnya akan melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pijat

Refleksi Kaki Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Bulukunyi Kabupaten

Takalar”.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya jumlah penelitian

tentang “Pengaruh Pijat Refleksi Kaki terhadap Penurunan Tekanan Darah

pada Pasien Hipertensi”. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar

untuk melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat

khususnya pada penderita hipertensi yang belum mengetahui terapi

komplementer ini.
6

F. Defenisi Operasional

Tabel 1.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif Alat Ukur Skala


1. Variabel Pijat refleksi kaki - Dilakukan SOP -
Independen: dilakukan dengan memijat pemijatan pada
Pijat Refleksi titik refleksi pada kaki. titik hipertensi
Kaki Pijat refleksi kaki dapat ditelapak kaki
merilekskan tubuh dan yaitu pada titik
membuat tubuh lebih 7 bahu, yang
nyaman. Pijat refleksi kaki titik pijat
diberikan dalam posisi terletak
duduk dan memijat titik ditelapak kaki
hipertensi yang ada di pada pangkal
telapak kaki. Sebelum ibu jari,
diberikan terapi pijat kemudian titik
refleksi kaki, terlebih 10 bahu, titik
dahulu mengukur tekanan pijat terletak di
darah responden, setelah bawah jari
itu di bimbing dengan kelingking,
dzikir kemudian kemudian titik
membersihkan dan 11 otot
merendam kaki responden trapezius area
kurang lebih 15 menit, pijat terletakdi
kemudian dilakukan telapak kaki
pemijatan dititik hipertensi. dibawah
Dengan frekuensi gerakan pangkal jari
pijat 15 kali dalam semenit telunjuk
selama kurang lebih 30 - Responden
menit. setelah diberikan diberikan pijat
terapi pijat refleksi kaki 5- refleksi kaki 3x
10 menit tekanan darah dalam
responden di ukur kembali. seminggu
Terapi pijat refleksi ini selama 3
dilakukan selama 9 kali minggu.
pertemuan dengan setiap
responden diberikan pijat
refleksi kaki 3 kali dalam
seminggu selama 3
minggu.
2. Variabel Tekanan darah sistolik - Menurun jika Tensimeter Interval
Dependen : adalah tekanan darah pada TD Pre > TD aneroid,
Tekanan waktu jantung menguncup post Stetoskop
Darah sedangkan tekanan darah - Pengukuran
diastolik adalah tekanan tekanan darah
darah pada saat jantung 5-10 menit
mengendor kembali. Hasil sebelum di
pengukuran tekanan darah lakukan pijat
di ukur sebelum pijat refleksi kaki
refleksi kaki dan 5-10 dan diukur
menit setelah diberikan kembali setelah
pijat refleksi kaki tekanan dilakukan pijat
darah di ukur kembali. refleksi kaki
7

G. Kajian Pustaka

Tabel 1.2 Kajian Pustaka

Judul Tujuan Metode Hasil Perbedaan


Penelitian dengan riset
Pengaruh Tujuan penelitian Penelitian ini Hasil penelitian Perbedaan pada
terapi pijat ini adalah menggunakan ini penelitian ini
refleksi kaki mengetahui desain menunjukkan yaitu pada
Terhadap pengaruh terapi penelitian quasy terdapat penelitian,
tekanan darah pijat refleksi kaki eksperiment perbedaan antara (Rezky, R 2015),
pada Penderita terhadap tekanan dengan mean tekanan jumlah sampel
hipertensi darah pada pendekatan non- darah sistolik 30 responden
primer (Rezky, penderita hipertensi equivalent dan diastolik dengan batas usia
R 2015). primer. control group pada kelompok 30-65 tahun dan
yang melibatkan eksperimen. Pada fokus pada
dua kelompok, kelompok hipertensi
yaitu eksperimen primer.
kelompok terjadi penurunan Sedangkan
eksperimen dan mean tekanan jumlah
kelompok darah sistolik responden
kontrol. yaitu dari 158,66 peneliti yaitu 20
Penelitian mmHg menjadi dengan batas
dilakukan di 152,37 mmHg umur 18-59
Wilayah Kerja dengan selisih tahun. Dan fokus
Puskesmas Lima sebesar 6,29 pada pasien
Puluh Pekanbaru mmHg. Tekanan dengan hipertensi
dengan darah diastolik secra umum
jumlah sampel pada kelompok
sebanyak 30 eksperimen juga
responden. mengalami
Pengambilan penurunan yaitu
sampel sebesar 3,44
menggunakan mmHg.
purposive Berdasarkan uji
sampling sesuai Dependent T Test
dengan kriteria pada
inklusi, yaitu kelompok
pasien yang eksperimen
menderita diperoleh p value
hipertensi 0,000
primer, (p<α), hasil ini
berusia 30-65 berarti bahwa
tahun, ada perbedaan
mempunyai yang signifikan
tekanan antara mean
darah ≥ 140/90 tekanan darah
mmHg, sistolik dan
mengonsumsi diastolik sebelum
obat dan sesudah
hipertensi, tidak intervensi.
8

memiliki luka
pada telapak
kaki misalnya
luka bakar, luka
gangren, dan
tumor.
Efektifitas Tujuan dari Desain Penelitian Hasil penelitian Perbedaan pada
Terapi Pijat penelitian ini Desain yang Dengan penelitian ini
Refleksi Kaki adalah untuk digunakan dalam menggunakan uji yaitu pada
Terhadap menganalisis penelitian ini pair t-test penelitian,
Tekanan Darah efektivitas pijat adalah ”Quasi didapatkan p (Chanif, 2016),
Pada Pasien refleksi kaki terapi experimental value 0.00, hal jumlah sampel
Hipertensi tekanan darah pada pre-post test ini berarti bahwa sebanyak 11
(Chanif, 2016). pasien hipertensi di design ” dengan terjadi perbedaan responden serta
semarang. perlakuan terapi yang signifikan tidak membatasi
pijat refleksi. tekanan darah umur responden.
Populasi dalam sebelum dan Sedangkan
penelitian ini setelah perlakuan jumlah
adalah terapi responden
seluruh pasien pijat refleksi kaki peneliti yaitu 20
hipertensi selama 30 menit. dengan batas
berjenis kelamin Rata-rata terjadi umur 18-59
laki penurunan tahun.
laki dewasa di tekanan darah
kota Semarang sistolik sebesar
dengan sampel 14.63 mmhg,
sebanyak 11 tekanan darah
pasien yang diastolik
mendapatkan sebesar 12.55
perlakuan terapi mmhg dan
pijat refleksi kaki tekana darah
selama 30 MAP
menit. sebesar 13.36
mmhg. Hal ini
menunjukkan
bahwa terapi
pijat refleksi
terbukti efektif
bisa menurunkan
tekanan darah
pada pasien
hipertensi.
Pengaruh Tujuan penelitian Jenis penelitian Hasil penelitian Perbedaan pada
Terapi Pijat ini adalah ini adalah Quasy Hasil penelitian ini
Refleksi Kaki diharapkan mampu Eskperiment perhitungan uji yaitu pada
Terhadap untuk diaplikasikan dengan desain Mann Whitney penelitian,
Tekanan Darah perawat dalam penelitian yang untuk pengaruh (Hartutik S,
Pada Penderita menurunkan digunakan adalah terapi pijat 2017) jumlah
Hipertensi tekanan darah pada pre- refleksi kaki sampel sebanyak
Primer penderita postestcontrol terhadap tekanan 22 responden
(Hartutik S, hipertensi. one group darah pada yang fokus
2017) design. Desain penderita populasinya pada
ini digunakan hipertensi primer lansia dan
untuk sesudah hipertensi primer
membandingkan diberikan Sedangkan
9

hasil intervensi perlakuan (post jumlah


dua kelompok test) diperoleh responden
yaitu kelompok nilai hitungz peneliti yaitu 20
intervensi dan sebesar 4.101, dengan batas
kelompok sedangkan umur 18-59
kontrol, tetapi hitungz sebesar tahun.
pemilihan kedua 1,96 serta p value
kelompok ini (0,000 < 0,05),
tidak karena hitungz
menggunakan (4,101) >hitungz
teknik acak. (1,96) maka Ho
ditolak Ha
diterima, artinya
ada perbedaan
tekanan darah
(diastole) pada
kelompok
perlakuan dan
kelompok
kontrol sesudah
diberikan
perlakuanterapi
pijat refleksi
kaki.

Pengaruh Tujuan penelitian Desain penelitian Hasil penelitian Perbedaan pada


Terapi Pijat ini untuk mengunakan dengan uji paired penelitian ini
Refleksi mengetahui Quasi t test untuk yaitu pada
Telapak Kaki pengaruh Experimental tekanan darah penelitian,
Terhadap pemberian terapi dengan sistolik dan uji (Arianto A,
Perubahan pijat refleksi pendekatan Wilcoxon untuk 2018), jumlah
Tekanan Darah telapak kaki nonrandomized tekanan darah sampel sebanyak
Pada Penderita terhadap perubahan pretest and diastolik 34 responden
Hipertensi tekanan darah pada posttest with diperoleh nilai serta pada
(Arianto A, penderita control group signifikansi 0,00 penelitian ini
2018) hipertensi. design. Sampel (sig<0,05), batas usianya 50
dalam penelitian artinya pijat ke atas.
ini berjumlah 34 refleksi telapak Sedangkan
responden, kaki berpengaruh jumlah
dibagi menjadi 2 terhadap responden
kelompok yaitu perubahan peneliti yaitu 20
17 orang sebagai tekanan darah dengan batas
kelompok pada penderita umur 18-59
eksperimen dan hipertensi. tahun.
17 orang sebagai
kelompok
kontrol. Metode
analisa data
dengan paired t
test untuk
menilai tekanan
darah sistolik
pre-post test dan
untuk menguji
tekanan darah
10

diastolik
mengunakan uji
Wilcoxon.
Efektivitas Penelitian ini Metode Berdasarkan Perbedaan pada
Terapi Pijat bertujuan untuk penelitian hasil uji analisa penelitian ini
Refleksi Dan mengetahui menggunakan pengaruh terapi yaitu pada
Terapi Benson perbedaan Quasi pijat refleksi dan penelitian,
Terhadap efektivitas terapi Experiment terapi Benson (Ratnawati,
Penurunan pijat refleksi dan dengan terhadap 2019), batas usia
Tekanan Darah terapi Benson rancangan “Pre penurunan 20-60 tahun.
Pada Penderita terhadap penurunan Test and Post tekanan darah Sedangkan
Hipertensi tekanan darah pada Test menggunakan uji jumlah
(Ratnawati, penderita hipertensi Nonequivalent wilcoxon dengan responden
2019) di Puskesmas Control Group”. derajat peneliti yaitu 20
Hulonthalangi. sampel yang kemaknaan dengan batas usia
didapatkan sebesar α=5% 18-59 tahun.
dalam penelitian didapatkan
ini sebanyak 48 pValue 0.00
responden yang maka Ho ditolak
ditetapkan secara dan uji analisa
purposive perbedaan
sampling. efektivitas antara
terapi pijat
refleksi dan
terapi Benson
menggunakan uji
mann withney
dengan derajat
kemaknaan
sebesar α=5%
didapatkan
pValue tekanan
darah sistolik
0.330 dan
tekanan darah
diastolic 0.885
maka Ho
diterima dengan
demikian dapat
disimpulkan
terdapat
pengaruh terapi
pijat refleksi dan
terapi Benson
terhadap
penurunan
tekanan darah,
dan tidak ada
perbedaan
efektivitas antara
terapi pijat
refleksi dan
terapi Benson
terhadap
penurunan
11

tekanan darah
pada penderita
hipertensi di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Hulonthalangi
Pijat Refleksi Penelitian ini Pada penelitian Hasil yang Perbedaan pada
Berpengaruh bertujuan untuk ini menggunakan diperoleh adalah penelitian ini
Terhadap mengetahui desain penelitian rata-rata usia yaitu pada
Tekanan Darah pengaruh pijat ini adalah pre- sampel 54,22 penelitian,
Pada Pasien refleksi terhadap experiment tahun (± 7,216), (Lukman, 2020)
Hipertensi Di tekanan darah pada dengan tekanan darah jumlah sampel
Klinik Atgf 8 pasien menggunakan sistolik sebelum sebanyak 20
Palembang hipertensi di Klinik one group pre- 148,44 responden
(Lukman, ATFG-8 test post-test mmHg (± 4,527) Sedangkan
2020) Palembang. design. Sampel dan setelah pijat jumlah
dalam penelitian refleksi 143,78 responden
ini adalah semua mmHg (± 8,633). peneliti yaitu 20
pasien hipertensi Hasil paired dengan batas
yang tidak sample T test umur 18-59
mengkonsumsi menunjukkan tahun.
obat penurun efek pijat refleksi
tekanan darah pada tekanan
dan berkunjung darah sistolik (p
untuk terapi pijat = 0,026) dan
refleksi dari diastolik (p =
tanggal 17 April 0,001)
sampai dengan
17 Mei 2018.
Sampel
ditentukan
dengan
menggunakan
metode
purposive
sampling
sebanyak 18
subjek penelitian
.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensis

1. Pengertian hipertensi

Hipertensi atau yang biasa disebut dengan tekanan darah tinggi

adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan

darah pada dinding pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut

mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah ke

seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal tersebut dapat mengganggu

aliran darah, pembuluh darah, bahkan sampai dapat menyebabkan

penyakit degenerative, hingga menyebabkan kematian. (Nur, 2017).

Jantung atau biasa disebut dengan hati merupakan organ yang sangat

vital keberadaanya, tak ada satu pun orang yang bisa bertahan hidup tanpa

jantung dan merupakan penyebab kematian secara tiba-tiba. Fungsi

jantung secara umum adalah mengambil atau mengumpulkan darah dari

seluruh tubuh kemudian di bawa ke paru-paru untuk di isi dengan oksigen

kemudian di kembalikan lagi keseluruh tubuh. Pada saat sekarang ada

beberapa orang yang berpendapat bahwa jantung (Qalb) merupakan pusat

akal dan pikiran, Hal ini dapat dibuktikan secara ilmiah maka semakin

terbuktilah nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam QS. Al-Hajj ayat :

46 dinyatakan:

‫ان يَّ ْس َمعُىْ نَ بِهَ ۚا فَاِوَّهَا َْل‬


ٌ ‫ض فَتَ ُكىْ نَ لَهُ ْم قُلُىْ بٌ يَّ ْعقِلُىْ نَ بِهَآ اَوْ ٰا َذ‬
ِ ْ‫اَفَلَ ْم يَ ِس ْيسُوْ ا فًِ ْاْلَز‬

‫ْصا ُز َو ٰل ِك ْه تَ ْع َمً ْالقُلُىْ بُ الَّتِ ْي فًِ الصُّ ُدوْ ِز‬


َ ‫تَ ْع َمً ْاْلَب‬

12
13

Terjemahannya :”Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu

mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat mendengar?

Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah

hati yang di dalam dada”. Maka apakah mereka tidak berjalan di muka

bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat

memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat

mendengar? Karena sesungguh-nya bukanlah mata itu yang buta, tetapi

yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.

Penyakit jantung atau hati seperti iri, dengki, dan pemarah apabila

berlangsung dengan lama dapat membuat jantung bekerja lebih ekstra

dalam memompa darah yang banyak dan jika berlangsung lama dapat

menyebabkan seseorang tekanan darah tinggi atau biasa disebut dengan

hipertensi. Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat : 10 dinyatakan :

ّ ٰ ‫ضٌ فَزَ ا َدهُ ُم‬


َ‫ّللاُ َم َسض ًۚا َولَهُ ْم َع َرابٌ اَلِ ْي ٌم ۢ ەٌۙ بِ َما َكاوُىْ ا يَ ْك ِربُىْ ن‬ ٌۙ ‫فِ ْي قُلُىْ بِ ِه ْم َّم َس‬

Terjemahannya : “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah

penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka

berdusta”.

Hipertesni didefinisikan sebagai tekanan darah persistem dengan

tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90

mmHg. Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik

≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg (Aspiani, 2016).

Menurut Udjianti (2010) batasan hipertensi dengan memperhatikan

usia dan jenis kelamin adalah :


14

a. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya >

145/95 mmHg.

b. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada

waktu berbaring ≥ 130/90 mmHg.

c. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.

Menurut American Heart Association atau (AHA, 2013) dalam

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018), hipertensi adalah silent

killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan

hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut diantaranya sakit

kepala atau rasa berat di tengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar mudah

lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.

2. Etiologi hipertensi

Menurut (Irianto, 2014) penyebab hipertensi dibagi menjadi dua

golongan yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer, merupakan 90% dari

seluruh kasus hipertensi merupakan hipertensi esensial yang

didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui

penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:

1) Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita

menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia

bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat


15

dikendalikan serta jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada

perempuan.

2) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, beresiko tinggi terkena penyakit hipertensi. Faktor

genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat

keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.

3) Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana dapat menjaga

berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25%

diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan

tekanan darah atau hipertensi.

4) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

5) Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien dengan

pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi

terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah

rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan

berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan

tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau

berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah

pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta

untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas

stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari

komplikasi yang bisa terjadi.


16

b. Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi

adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti

penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi

renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi dari

penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal

disebut hipertensi ginjal (renal hypertension). Gangguan ginjal yang

paling banyak menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya

penyempitan pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah

utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila pasokan darah

menurun maka ginjal akan memproduksi berbagai zat yang

meningkatkan tekanan darah serta ganguuan yang terjadi pada tiroid

juga merangsang aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah yang

mengakibtkan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga

mengakibtkan hipertensi.

3. Klasifikasi hipertensi

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) hipertensi di bedakan menjadi dua

berdasarkan etiloginya yaitu :

a. Hipertensi esensial (primer)

Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hipertensi esensial

diantaranya faktor genetik, stres dan psikologi serta faktor lingkungan

dan aktivitas fisik. Hipertensi esensial pada umumnya belum diketahui

secara pasti penyebabnya.


17

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi bila seseorang mempunyai penyakit

lain yang diderita. Beberapa penyakit yang mampu menyebabkan

tekanan darah meningkat yaitu penyakit gagal jantung, kerusakan

sistem hormon tubuh dan gagal jantung. Klasifikasi hipertensi Menurut

Join National Comitten on Detection Evolution and Treatment of High

Blood Pressure VIII dalam Bell, Twiggs, & Olin (2015) adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi Tekanan Darah

Sistole Diastole (mmHg)


(mmHg)
Normal <120 <80

Pre hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99


Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100

4. Patofisiologi hipertensi

Pembuluh darah awalnya mengalami fase konstriksi serta mengalami

relaksasi dimana mekanisme ini dikendalikan mulai dari jalur saraf simpatis

di pusat vasomotor medula spinalis. Dari jalur saraf simpatis dari medula

spinalis kemudian ke medula spinalis dan keluar dari medula spinalis yang

kemudian menuju ganglia simpatis di thorax dan abdomen (Price & Wilson,

2005). Rangsangan yang dari pusat vasomotor disampaikan dalam bentuk


18

impuls yang kemudian dihantarkan melalui sistem saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik tersebut neuron preganglionik melepaskan asetilkolin

yang dapat merangsang serabut saraf postganglionik ke pembuluh darah.

Pelepasan norepinefrin dapat menyebabkan kontraksi pada pembuluh darah

(Brunner & Suddarth 2013).

Ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respons terhdap rangsangan emosional dan kelenjar adrenal juga

dirangsang, hal ini dapat mengakibatkan aktivitas vasokonstriksi tambahan.

Aktivitas vasokonstriksi tambahan terjadi karena medula adrenal

mensekresi epinefrin dan korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid

yang dapat memperkuat respon vasokonstriksi pada pembuluh darah.

Vasokonstriksi mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dan

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin

I yang selanjutnya diubah menjadi angiotensin II, jika merupakan

vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormon ini dapat menyebabkan retensi natrium dan

air oleh tubulus ginjal, yang menyebabkan peningkatan volume

intravaskular. Dari semua faktor tersebut cenderung memicu keadaan

hipertensi (Brunner & Suddarth, 2013).

5. Manifestasi klinis hipertensi

Menurut Ardiansyah (2012) tanda dan gejala hipertensi di ketahui

setelah menderita hipertensi jangka panjang. Gejala yang sering muncul

diantaranya nyeri kepala yang di serta dengan mual dan muntah karena
19

terjadinya peningkatan tekanan darah interkranium, penglihatan kabur

karena terjadi kerusakan pada retina sebagai salah satu dampak dari

hipertensi. Kemudian terjadi nokturia dimana sering berkemih di malam

hari karena terjadinya peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi pada

glomerulus. Untuk penderita hipertensi berat, gejala yang biasa muncul

yaitu sakit kepala, muntah-muntah, kegugupan, keringat berlebihan tremor

otot, nyeri dada, pandangan kabur dan kesulitan tidur.

6. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis dibagi menjadi pengobatan secara

farmakologi dan nonfarmakologi, dimana pengobatan secara farmakologi

sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh dokter berupa obat-obatan

untuk membantu mengontrol dan juga mengurangi tekanan darah tinggi,

sedangkan nonfarmakologi lebih menekankan kepada kemampuan

individu untuk melakukan pola hidup sehat atau menggunakan cara

tradisional. Pengobatan nonfarmakologi bagi individu yang mempunyai

tekanan darah tinggi terkontrol (rutin minum obat) tidak bermaksud untuk

menggantikan pengobatan farmakologi tetapi untuk membantu obat

tersebut bekerja lebih efektif dengan melakukan pola hidup sehat. Menurut

Ardiansyah (2012) penatalaksanaan medis dari hipertensi adalah sebagai

berikut :

a. Pengobatan secara farmakologi

Obat-obatan yang dapat diberikan kepada penderita hipertensi yaitu

hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg per hari, reserpin 0,1-0,25 mg


20

sehari sebagai dosis tunggal, propanolol mulai dari 10 mg dua kali

sehari yang dapat dinaikkan 20 mg dua kali sehari, kaptopril 12,5-25

mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari, nifedipin mulai dari 5 mg

dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg dua kali sehari.

b. Pengobatan secara non farmakologi

Pengobatan secara non farmakologi mencakup pola hidup sehat,

penurunan berat badan, pembatasan alkohol dan natrium, olahraga

teratur dan relaksasi untuk mengurangi stres seperti terapi pijat refleksi

kaki. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi

buah, sayuran dan produk susu rendah lemak telah terbukti dapat

menurunkan tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013).

7. Komplikasi hipertensi

Menurut Ardiansyah (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :

a. Infark Miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai oksigen yang cukup ke

miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran

darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan

hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin

tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat

menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi


21

ventrikel sehingga dapat terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan (Triyanto, 2014)

b. Stroke

Angka kejadian stroke akibat hipertensi di Indonesia cukup tinggi

yaitu mencapai 36% pada lansia diatas 60 tahun. Stroke adalah kondisi

ketika terjadi kematian sel pada suatu area di otak. Hal ini terjadi

akibat terputusnya pasokan darah ke otak yang disebabkan oleh

penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah dimana hal tersebut

diakibatkan oleh berbagai hal seperti arterosklerosis dan hipertensi

yang tidak terkontrol. Stroke biasanya terjadi secara mendadak dan

menyebabkan kerusakan otak (Sari, 2017)

c. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Hipertensi

membuat ginjal harus bekerja lebih keras, yang mengakibatkan sel-sel

pada ginjal akan lebih cepat rusak (Susilo & Wulandari, 2011)

d. Ketidakmampuan Jantung

Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang

kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul

diparu, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam

paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai

menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefalopati

dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang


22

cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan

peningkatan tekanan dan mendorong kedalam ruang intertisium di

seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan

terjadi koma (Triyanto, 2014).

B. Konsep Dasar Pijat Refleksi

1. Pengertian pijat refleksi

Terapi pijat refleksi adalah terapi sentuhan tradisional yang dapat

memberikan efek relaksasi dan melemaskan otot-otot yang tegang, dan

juga bermanfaat bagi kesehatan. Pijat melancarkan peredaran darah

dengan memberikan efek langsung yang bersifat mekanis dari tekanan dan

gerakan secara berirama sehingga menimbulkan rangsangan yang

ditimbulkan terhadap reseptor saraf juga mengakibatkan pembuluh darah

melebar secara refleks sehingga melancarkan aliran darah (Alviani, 2015).

Pijat refleksi merupakan suatu praktik memijat titik-titik tertentu

pada tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak

perlu diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang paling populer adalah

untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya yaitu mencegah

berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi

stress, meringankan gejala migrain, membantu penyembuhan penyakit

kronis, dan mengurangi ketergantungan terhadap obatobatan (Wahyuni,

2014).
23

2. Manfaat pijat refleksi kaki

Menurut Wahyuni (2014) pijat refleksi mempunyai manfaat yang

sangat berkhasiat yaitu bisa mengurangi rasa sakit yang ada pada tubuh.

Dari salah satu manfaat pijat refleksi tersebut, maka pijat refleksi ini

banyak di terapkan. Beberapa manfaat pijat refleksi adalah sebagai berikut

a. Membantu mengatasi stress

Pijat refleksi dapat membantu mengurangi stress karena dengan

memijat salah satu titik di zona terapi, hal tersebut dapat melepaskan

hormon endorfin, yang merupakan suatu zat kimia tubuh yang mampu

memberikan perasaan yang nyaman. Dengan pengeluaran zat tersebut

merupakan salah satu cara alami untuk mengurangi stress.

b. Meningkatkan daya tahan tubuh

Ketika daya tahan tubuh kuat, maka hal tersebut dapat mencegah

terjadinya penyakit, sistem daya tahan tubuh manusia kadang baik dan

kadang pula turun hal tersebut disebut dengan flutuatif. Dengan

melakukan pijat refleksi maka dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Melakukan pemijatan dengan berbagai teknik dapat membuat aliran

darah dalam tubuh menjadi lancar sehingga energi tubuh dapat

ditingkatkan. Pijat refleksi dapat membuat saraf dan otot tubuh

menjadi terlatih.
24

c. Mencegah berbagai penyakit

Pijat refleksi dapat membuat tubuh menjadi bugar atau mencegah

penyakit serta pijat refleksi juga dapat menyembuhkan suatu penyakit,

hal tersebut karena didalam tubuh mempunyai titik meridian. Karena

titik tersebut menyambungkan anatara organ luar dan organ dalam.

Rangsangan yang diberikan pada organ luar, maka akan berpengaruh

pada organ dalam. Dunia refleksiologi percaya bahwa ketika tubuh

seseorang sakit, maka peredaran darahnya mempunyai masalah. Maka

dari itu untuk menyembuhkannya adalah dengan memperlancar aliran

darah dengan cara pijat refleksi.

d. Membantu meringankan gejala migrain

Nyeri kepala atau migrain seringkali disertai dengan mual dan

muntah. Seseorang yang nyeri kepala sensitif terhadap bau-bauan

ataupun bahkan suara. Pijat refleksi ini banyak digunakan sebagai

metode dalam mengatasi sakit kepala. Terjadinya ketegangan otot

merupakan salah satu penyebab dari sakit kepala. Dengan melakukan

pijat refleksi dapat mengurangi rasa sakit kepala serta dapat

menghilangkan ketegangan pada otot.

e. Membantu awet muda

Pijat refleksi ketika dilakukan secara rutin dapat membuat kulit

menjadi lebih awet muda. Melakukan pemijatan pada titik refleksi

dapat memperbaiki aliran darah termasuk pada bagian wajah.


25

f. Melepaskan racun

Pijat refleksi dapat meningkatkan fungsi kandung kemih serta

dapat mengatasi masalah pada saluran kemih. Sistem pengeluaran

racun dari dalam tubuh bisa menjadi lebih efisien.

g. Meringankan Sindrom Pramenstruasi (PMS)

Ketika seseorang mengalami menstruasi, biasanya terjadi nyeri dan

keram perut. Pijat refleksi dapat dilakukan untuk meredakan nyeri,

menghilangkan stress dan juga meringankan kram perut.

h. Mengurangi Ketergantungan Terhadap Obat - Obatan

Tekanan yang diberikan pada titik-titik saraf untuk proses

pemijatan dapat melancarkan sirkulasi darah serta dapat membuat

tubuh menangkal penyakit. pijat refleksi kaki dapat dikatakan sebagai

teknik yang baik untuk mengurangi kebutuhan terhadap obat.

3. Titik atau area pijat refleksi kaki

Menurut Hendro & Ariyani (2015) ada beberapa titik yang dapat

diaplikasikan untuk tekanan darah tinggi diantaranya titik :

a. Titik 7. Leher Lokasi titik pijat terletak ditelapak kaki pada pangkal

ibu jari. Titik ini digunakan apabila memiliki gangguan atau keluhan

pada leher, batuk, radang tenggorokan dan juga dapat membantu

mengendurkan ketegangan leher pada kasus hipertensi.

b. Titik 10. Bahu. Lokasi titik terletak ditelapak kaki dibawah jari

kelingking. Titik ini digunakan untuk mengatasi nyeri sendi bahu,


26

kaku kuduk, nyeri saat mengangkat tangan juga dapat digunakan

sebagai titik bantu pada gangguan hipertensi.

c. Titik 11. Otot trapezius. Area pijat terletak ditelapak kaki di bawah

pangkal jari telunjuk, tengah dan manis. Titik ini dapat mengatasi nyeri

sendi bahu, kaku kuduk, nyeri saat mengangkat tangan juga dapat

melepaskan ketegangan otot bahu saat menderita batuk atau hipertensi.

d. Titik 33. Jantung. Area pijat terletak ditelapak kaki kiri, longitudinal 2-

3 4, transversal 2. Titik ini dapat mengurangi vertigo, migrain serta

tekanan darah tinggi karena kelainan ginjal, jantung, stres, kelainan

hormon, makanan atau minuman, keturunan dan lain-lain

4. Faktor-Faktor Pertimbangan

Menurut Price (1997), berbagai jenis gerakan bukan hanya bagian

dari pijat, yang sama pentingnya adalah cara bagaimana gerakan tersebut

dilakukan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah tekanan,

kecepatan, irama, durasi, frekuensi.

a. Kecepatan

Sampai taraf tertentu kecepatan gerakan pijat bergantung pada efek

yang ingin dicapai. Umumnya, pijat dilakukan untuk menghasilkan

relaksasi pada orang yang dipijat dan frekuensi gerakan pijat kurang

lebih 15 kali dalam semenit (Price, 1997).

b. Tekanan

Ketika menggunakan keseluruhan tangan untuk mengurut suatu

daerah yang luas, tekanan harus selalu dipusatkan dibagian telapak


27

tangan. Jari-jari tangan harus dilemaskan sepenuhnya karena tekanan

jari tangan pada saat ini tidak menghasilkan relaksasi yang diperlukan.

Tekanan telapak tangan hanya boleh diberikan ketika melakukan

gerakan mengurut ke arah jantung dan harus dihilangkan ketika

melakukan gerakan balik.

c. Durasi

Durasi atau lamanya suatu terapi pijat bergantung pada luasnya

tubuh yang akan dipijat. Rangkaian pijat yang dianjurkan berlangsung

antara 5 sampai 15 menit dengan mempertimbangkan luas daerah yang

dipijat.

d. Irama

Gerakan yang tersentak-sentak tidak akan menghasilkan relaksasi

sehingga kita harus berhati-hati untuk mempertahankan irama yang

tidak terputus-putus.

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan

Menurut Hendro & Ariyani (2015) Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pemijatan adalah sebagai berikut :

a. Kondisi klien

Pada kondisi ini pemijatan tidak dapat dilkaukan apabila klien

dalam keadaan lapar atau kenyang, dalam keadaan lelah, terlalu lemah,

menderita penyakit yang sangat berat, baru saja selesai bekerja berat

atau perjalanan jauh, dalam keadaan marah, baru saja melakukan

hubungan seks, sedang demam, setelah menjalani transplantasi,


28

menderita osteoporosis berat terutama jika mengenai bagian kaki dan

tangan, wanita dengan hamil muda atau yang kehamilannya tidak

stabil, menderita penyakit menular serta kondisi klien yang telah parah.

b. Tenaga tekanan saat memijat

Pemijatan didaerah-daerah yang menjadi hipersensitif karena

adanya gangguan pada organ biasanya akan terasa lebih sakit namun

kadar sakit ini harus berada dibawah kemampuan klien menerima rasa

sakit.

c. Posisi klien dan pemijat

Posisi klien saat dipijat harus disesuaikan, misalnya duduk atau

berbaring. Sedangkan posisi pemijat berada dalam keadaan yang bebas

dan nyaman untuk melakukan pemijatan

d. Kondisi ruangan dan peralatan

Suhu dalam kamar jangan terlalu panas atau terlalu dingin,

sirkulasi udara hendaknya lancar dan udara dalam kamar segar serta

alat bahan yang digunakan harus bersih, steril dan dalam keadaan baik.

6. Cara dan Syarat Melakukan Pijat Refleksi

Menurut Hendro & Ariyani (2015) cara melakukan pijat refleksi kaki

yaitu cara dan syarat yang perlu dilakukan adalah:

a. Menggunakan minyak yang baik agar tidak merusak kulit dan tidak

menimbulkan lecet di kulit

b. Cara memijat harus dengan sentakan-sentakan yang irama

kecepatannya teratur, hal ini untuk mempercepat jalan aliran darah


29

c. Dibagian kulit yang luar sebaiknya pemijatan dilakukan dengan ujung

ibu jari, tapi hindari penusukan oleh kuku. Pada bagian telapak kaki

yang kulitnya tebal dapat menggunakan tongkat kayu yang keras

d. Pijatan harus cukup keras (kecuali pada titik sentrarefleks tertentu)

e. Bila penerima pijat merasa sakit, tidak perlu khawatir. Sebab, bila

memijat tepat didaerah refleksi organ yang sakit, penerima pijat akan

merasa sangat kesakitan

f. Lama waktu pemijatan pada pijat refleksi sebaiknya dipijat paling lama

10 menit. Bila penerima pijat mengalami sakit parah, daerah

refleksinya paling lama 20 menit. Ini dilakukan bila rasa sakitnya

masih bisa ditahan. Bila tidak, pemijatan dihentikan

g. Setelah pemijatan, penderita jangan langsung mandi sebab badan akan

menjadi gemetar kedinginan

h. Dalam melakukan terapi pijat refleksi ini, sebaiknya menghentikan

dahulu berbagai obat kimia. Sebab kimia akan menghambat proses

kesembuhan karena pijat

C. Pengaruh Pijat Refleksi Kaki terhadap Penurunan Tekanan Darah pada

Pasien Hipertensi

Faktor penyebab tekanan darah tinggi antara lain faktor genetik, usia, jenis

kelamin, dan gaya hidup. Stimulasi aktivitas saraf simpatis dan pelepasan

adrenalin, kortisol dan steroid lainnya dapat menyebabkan vasokontriksi yang

dapat meningkatkan tekanan darah. Berdasarkan penelitian sebelumnya dalam

hipertensi tingkat 1 sering di jadikan sebagai sampel dalam melakukan


30

penelitian yaitu hipertensi (tekanan darah sistol >140 mmHg dan tekanan

darah diastol > 90 mmHg) oleh dokter, tidak minum obat penurun tekanan

darah dan mampu berkomunikasi dengan baik (Widyanto, 2013) dalam

(Lukman et al., 2020).

Terapi pijat refleksi yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan

tekanan darah sistolik dan diastolik, mekanisme neural, menurunkan sumber

depresi dan kecemasan, sehingga tekanan darah akan terus turun dan fungsi

tubuh semakin membaik. Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Umamah & Paraswati, 2019) menunjukkan bahwa terjadinya perubahan

tekanan darah pada pasien hipertensi Setelah dilakukan pijat refleksi kaki

selama 1 minggu 3 kali selama 21.

Pijat refleksi adalah metode membuat tubuh nyaman dan rileks, sehingga

mengontrol tekanan darah sekaligus meminimalkan efek samping. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh (Zunaidi, Susi & Prihatin, 2014) menunjukkan

bahwa hampir semua responden mengatakan merasa lebih rileks setelah

melakukan pijat kaki karena peredaran darahnya lancar, pijat refleksi kaki

dapat memberikan relaksasi dan menyegarkan seluruh anggota tubuh.

Penurunan tekanan darah dengan cara pijat refleksi kaki akan memberikan

efek relaksasi dalam tubuh dan membuat pembuluh darah yg awalnya

mengalami vasokontriksi menjadi dilatasi (Brewer, 2018). sebagaimana dalam

QS Ar-Ra‟ad ayat : 28 yang dinyatakan

ّ ٰ ‫ّللاِ ۗ اَ ََل ِب ِذ ْك ِر‬


ۗ ُ‫ّللاِ َت ْطم َِىنُّ ا ْلقُل ُ ْوب‬ ّ ٰ ‫الَّ ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْوا َو َت ْطم َِىنُّ قُل ُ ْو ُب ُه ْم ِب ِذ ْك ِر‬
31

Terjemahannya : “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah

hati menjadi tenteram”.

Tafsir QS. Ar Ra‟d (13) : 28. Oleh Kementrian Agama RI dalam ayat ini,

Allah menjelaskan orang-orang yang mendapat tuntunan-Nya, yaitu orang-

orang beriman dan hatinya menjadi tenteram karena selalu mengingat Allah.

Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang,

tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir. Mereka melakukan hal-hal yang

baik, dan merasa bahagia dengan kebajikan yang dilakukannya.

Pada sistem kardiovaskular, kortisol diperlukan untuk mempertahankan

keseimbangan tekanan darah dengan pemeliharaan fungsi jantung dan respon

pembuluh darah. Kortisol merupakan hormon steroid yang umumnya

diproduksi oleh kelenjar adrenal. Hormon ini mempengaruhi berbagai organ

tubuh seperti jantung, sistem saraf pusat, ginjal dan kehamilan. Sekresi

kortisol oleh korteks adrenal diatur oleh hipotalamus dan hipofisis anterior.

Hormon adrenokortikotropik (ACTH) dari hipofisis anterior merangsang

korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol. Kortisol bukanlah hormon yang

tidak baik bagi tubuh karena tubuh membutuhkan hormon ini untuk berfungsi

normal, tetapi kelebihan kortisol dapat berakibat buruk untuk kesehatan, maka

dari itu menjaga tubuh agar tetap relaks dapat membantu kadar kortisol tubuh

tetap terkendali (Akmaliyah, 2016)


32

D. Kerangka Teori

Merangsang aktivitas saraf Etiologi Hipertensi


simpatik dan melepaskan
adrenalin, kortisol, dan steroid

1. Jenis kelamin dan usia


Vasokontriksi pembuluh darah
2. Genetik
3. Berat badan
4. Diet
Peningkatan tekanan darah
5. Gaya hidup

Pijat refleksi Hipertensi

Latihan pasif dengan memijat


bagian titik refleksi di kaki
yang dapat memberikan
rangsangan relaksasi

Memperlancar aliran darah, nutrisi


dan oksigen ke sel-sel tubuh

Penurunan kadar hormon kortisol

Vasodilatasi pembuluh darah

Perubahan tekanan darah

Sumber : (Brunner & Suddarth, 2013) (Brewer, 2018) & (Akmaliyah, 2016)
33

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan untuk membantu peneliti

menjelaskan keterkaitan antara variabel dengan hasil penelitian dengan teori.

(Nursalam, 2016).

Pijat refleksi kaki Tekanan darah

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan :

= Variabel Independen

Tekanan darah = Variabel Dependen

F. Alur Penelitian

Populasi :
Pasien hipertensi yang tidak rutin minum
obat anti hipertensi di PKM Bulukunyi Kab.
Takalar

Teknik sampling
Memilih sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
peneliti
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Sampel :
Mendatangi rumah warga satu per satu yang dataNya sudah di dapatkan
bahwa menderita penyakit hipertensi kemudian dipilih yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi dan bersedia menjadi responden

Melakukan pengukuran tekanan darah pada responden sebelum


diberikan pijat refleksi kaki
34

Memberikan pijat refleksi kaki kepada responden sesuai dengan titik


hipertensi yang ada ditelapak kaki dengan frekuensi gerakan pemijatan
15 kali dalam permenit selama 30 menit dan dilakukan selama 3 kali
dalam satu minggu selama 3 minggu

Setelah dilakukan pemijatan responden diistirahatkan 5-10 menit


kemudian tekanan darah diukur kembali setelah perlakuan pijat refleksi
kaki kemudian hasil pengukuran tekanan darah di catat dalam lembar
observasi

Setelah semua data responden rampung, kemudian melakukan


pengolahan data dengan membuat master tabel penelitian

Melakukan Pengolahan data di Spss untuk mengetahui karakteristik


responden dan rata-rata hasil tekanan darah baik sebelum maupun
setelah pijat refleksi kaki

Hasil dari analisa data di dapatkan data berdistribusi normal, sehingga


untuk melakukan uji hipotesa di lakukan uji paired sample t test untuk
mengetahui pengaruh pijat refleksi kaki terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi di puskesmas bulukunyi kab takalar
BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakaan angka

dan menganalisis dengan statistik dalam hasil datanya dengan menggunakan

jenis penelitian pre-eksperimental, dimana jenis penelitian ini digunakan

karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap

terbentuknya variable dependen dan tidak ada variabel kontrol dan sampel

tidak dipilih secara random dengan One Group Pretest-Postest Design

(Sugiyono, 2011). Pada penelitian kali ini tekanan darah diukur sepuluh menit

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (pijat refleksi kaki) pada waktu

penelitian.

Subjek Pre Test Perlakuan Post Test


O1 X O2

Keterangan :
O1 = Pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan perlakuan
X = Intervensi pijat refleksi kaki
O2 = Pengukuran tekanan darah setelah dilakukan perlakuan
B. Tempat dan Waktu Dalam Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Bulukunyi

kabupaten takalar dimulai pada bulan maret dari tanggal 15 sampai dengan 4

bulan april tahun 2021. Di laksanakan selama 3 minggu setiap minggu di

adakan 3 kali pertemuan.

35
36

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien hipertensi yang berada

diwilayah kerja Puskesmas Bulukunyi Kabupaten Takalar yang tidak rutin

minum obat antihipertensi.

2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini yaitu responden yang menderita penyakit

hipertensi yang berjumlah 20 responden yang telah memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan

purposive sampling. Yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan cara

memilih responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi peneliti untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Ketika tekanan darah responden masuk dalam

kategori hipertensi dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi peneliti, maka

dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Adapun Kriteria inklusi dan

eksklusi peneliti adalah :

a. Kriteria inklusi

1) Penderita hipertensi yang bersedia menjadi responden

2) Penderita hipertensi yang tidak rutin minum obat hipertensi

3) Penderita hipertensi dari umur 45 sampai 60 tahun

4) Penderita dengan hipertensi dengan pengukuran ≥ 140/90 mmHg dan

dibawah 200/120 mmHg


37

b. Kriteria eksklusi

1) Penderita hipertensi yang tidak hadir tiga kali berturut-turut

2) Penderita hipertensi yang rutin mengkonsumsi obat antihipertensi

3) Wanita hamil

Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini dapat dihitung

dengan menggunakan rumus Pocock (2008), yaitu :

Keterangan :

n = besar sampel

σ = standar deviasi

α = tingkat kesalahan I ditetapkan 5% (0,05)

β = tingkat kesalahan II ditetapkan 10% (0,1)

μ1 = rerata tekanan darah sebelum perlakuan

μ2 = rerata tekanan darah yang diestimasi

ƒ(α,β) = konstanta

Berdasarkan studi pendahuluan yang melibatkan lima pasien hipertensi

didapatkan rerata tekanan darah sistole 159,2 mmHg dengan standar deviasi

sebesar 8,093893. Pada penelitian ini kali ini diestimasikan penurunan tekanan

darah menjadi 150,9 mmHg sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya

(Zunaidi dkk., 2014), maka :


38

Berdasarkan rumus diatas maka didapatkan jumlah responden sebesar n = 20

E. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer pada penelitian ini yaitu dengan melakukan observasi ke

setiap responden serta melakukan informed consent terlebih dahulu, dan

memberikan beberapa pertanyaan kepada responden untuk menisi data

dari responden seperti nama, alamat, pekerjaan serta usia responden.

Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah setiap kali pertemuan baik

sebelum maupun setelah pemberian pijat refleksi kaki, kemudian hasil dari

pengukuran tekanan darah tersebut dicatat dalam lembar pengumpulan

tekanan darah setiap responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini yaitu sebelum melakukan

penelitian mencari data di puskesmas untuk di jadikan sebagi populasi

penelitian dan angka kejadian hipertensi yang ada wiliyah kerja puskesmas
39

bulukunyi kabupaten takalar. Mengambil sampel responden terlebih

dahulu sebanyak 5 responden untuk menghitung rata-rata tekanan darah

untuk melengkapi data dalam menggunakan besarsampel menggunakan

rumus.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

tensimeter aneroid dan stetoskop observasi serta wawancara serta

membagikan lembar persetujuan menjadi responden. Tensimeter aneroid ini

digunakan untuk mengukur tekanan darah responden sebelum dan setelah

diberikan pijat refleksi kaki. Tensimeter aneroid dalam penelitian ini

digunakan dari awal sampai akhir penelitian sehingga didapatkan hasil

pengukuran tekanan darah yang valid. Hasil pengukuran tekanan darah

sebelum dan sesudah diberikan pijat refleksi kaki akan dicatat dalam bentuk

lembar master table. Langkah-langkah pengukuran tekanan darah dan pijat

refleksi kaki dilakukan sesuai dengan prosedur terlampir.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data dengan menggunakan microsoft exel, kemudian membuat

master tabel dan diolah dan menganalisis data di SPSS. Adapun berbagai

kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan data yakni :

a. Editing

Editing dalam penelitin ini yaitu mengumpulkan semua hasil

pengukuran tekanan darah responden baik sebelum maupun setelah


40

diberikan pijat refleksi kaki, kemudian dimasukkan dalam master tabel dan

mengecek kembali kelengkapan data.

b. Coding

Coding Dalam penelitian ini yang di-coding adalah jenis kelamin

dengan kode 1 untuk perempuan kemudian Usia juga di-coding dengan

kode 1 dewasa awal (26-35 th), kode 2 dewasa akhir (36-45 th), kode 3

lansia awal (46-55 th) dan kode 4 lansia akhir (56-65 th). Kemudian

pekerjaan juga akan di-coding dengan kode 1 (tidak bekerja/IRT), kode 2

(petani/pekebun),

c. Entry

Entry data dalam penelitian ini adalah memasukkan data dari lembar

pengumpulan data tadi ke dalam komputer. Kemudian setelah data

lengkap dilakukan analisis data.

d. Cleaning

Semua data yang diperoleh dari responden akan di cek kembali saat

di-entry di dalam program untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

terjadinya kesalahan atau ketidaklengkapan data.

H. Analisa Data

Setelah data terkumpul dan sudah diolah maka tahap selanjutnya adalah

menganalisis data. Dalam analisa data dapat digunakan analisa data univariat

dan bivariat yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian (Notoatmojo, 2010).

a. Analisis univariat
41

Analisis univariat Karaketristik responden dalam penelitian ini

meliputi usia, jenis kelamin dan pekerjaan yang dianalisis menggunakan

statistik deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan pijat

refleksi kaki dianalisis dengan menggunakan uji deskriptif kemudian

dibuat tabel yang meliputi nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai

maksimum dan standar deviasi.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis

perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan pijat refleksi

kaki. Sebelum melakukan uji hipotesa, data diuji normalitas terlebih

dahulu untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal mengikuti

distribusi teori atau tidak. Selanjutnya, uji hipotesa menggunakan uji

paired sample t test

I. Etika Penelitian

Pada penelitian ini sudah mendapatkan layak etik dengan No etik

C42/KEPK/FKIK/2021.

1. Informed Consent

Informed Consent dalam penelitian ini yaitu menjelaskan kepada

responden maksud dan tujuan peneliti menayakan keadaan responden serta

memberikan penjelasan terkait dengan pijat refleksi kaki serta menejlaskan

tindakan yang akan dilakukan selanjutnya kepada responden. Serta

memberikan lembar persetujuan menjadi responden.


42

2. Autonomy or human dignity

Dalam penelitian ini, peneliti tidak memkasakan kehendak dari calon

responden. Apabila calon responden bersedia untuk di ambil datanya maka

peneliti menjadikan sebagai responden, tetapi jika calon responden tidak

bersedia untuk di ambil datanya maka peneliti tidak mengambil data dari

calon responden.

3. Confidentiality

Dalam penelitian ini semua informasi yang di berikan oleh

responden kerahasiannya di jamin oleh peneliti. Seperti dengan nama

responden tidak di cantumkan nama lengkap responden dalam master tabel

ataupun lembar pengumpulan data. Nama responden hanya diberi inisial

saja dan dengan kode responden.

4. Justice

Pada penelitian ini peneliti tidak membeda-bedakan responden baik

dari segala aspek manapun. Pemberian intervensi dilakukan secara merata

serta adil.

5. Beneficience and non maleficience

Dalam penelitian ini manfaat yang dapat diberikan adalah apakah

pijat refleksi kaki berpengaruh terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi. Penelitian ini juga tidak memberikan kerugian atau bahaya bagi

responden karena dilakukan dengan mimjat titik-titik yang sudah

ditentukan melalui tangan sehingga tidak akan melukai responden.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Bulukunyi merupakan salah satu diantara 15 Puskesmas di

Kabupaten Takalar, terletak di wilayah Kecamatan Polongbangkeng Selatan,

Kelurahan Bulukunyi, kira-kira 12 km dari ibu kota Kabupaten Takalar dan

mempunyai wilayah kerja 5 Kelurahan / Desa : Kelurahan Bulukunyi, Desa

Surulangi, Desa Cakura, Desa Lantang dan Desa Moncongkomba. Adapun

Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Bulukunyi, sebagai berikut : Sebelah

Utara Kelurahan Patte‟ne (Kec. Polongbangkeng Selatan), Sebelah Barat

Kelurahan Bontokadatto (Kec. Polongbangkeng Selatan), Sebelah Selatan

Kecamatan Bangkala Barat (Kab. Jeneponto) dan Sebelah timur Desa

Ko‟mara (Kec. Polongbangkeng Utara).

Luas wilayah kerja 60,05 dengan kepadatan penduduk 237 jiwa.

Secara umum situasi wilayah kerja Puskesmas Bulukunyi adalah daerah

pedesaan, berpenduduk cukup padat dengan jumlah penduduk menurut data

dari profil Puskesmas Bulukunyi pada tahun 2019 berjumlah 14.212 jiwa

yang masuk dalam 4.276 KK dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak

6960 jiwa dan perempuan sebanyak 7575 jiwa dan dengan mobilitas

penduduk sedang.

Puskesmas Bulukunyi memiliki beberapa fasilitas antara lain : Poliklinik

Umum, Poliklinik KIA-KB, Poliklinik Lansia, Poliklinik Gigi dan Mulut,

Ruang Gawat Darurat, Ruang Farmasi. Gedung Puskesmas Gedung

43
44

Perawatan, Rumah Dokter, Rumah Paramedis, Rumah Bidan, Gedung Pustu,

Gedung Poskesdes, Mobil Puskesmas, Mobil Keliling, Sepeda Motor dan

posyandu. Jumlah tenaga kerja di Puskesmas Bulukunyi sebanyak 80 orang

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah pasien hipertensi yang lokasi

tempat tinggalnya berada dalam wilayah kerja Puskesmas Bulukunyi

Adapun karakteristik responden yang diteliti dapat dilihat berdasarkan

usia, jenis kelamin serta pekerjaan.

a. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan pekerjaan

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia pada Pasien
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bulukunyi Kab.
Takalar

Rentang Usia (Th) Frekuensi Presentase (%)

Dewasa Akhir (36-45) 6 30.0

Lansia Awal (46-55) 6 30.0

Lansia Akhir (56-65) 8 40.0

Total 20 100.0

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Perempuan 20 100.0

Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

IRT 9 45.0

Petani 11 55.0
45

Total 20 100.0

Pada tabel 4.1 terdapat 20 responden yang diteliti, dapat dilihat

bahwa sebagian besar responden yang mengalami hipertensi berada pada

rentang usia lansia akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak 8 responden (40 %).

Untuk jenis kelamin, semuanya perempuan karena yang diteliti

hanya perempuan valid 100 %.

Untuk pekerjaan, sebnaykan 11 responden atau 55 % yang bekerja

sebagai petani.

2. Hasil Tekanan darah sebelum pemberian pijat reflleksi kaki

Tabel 4.2
Tekanan Darah Pre Test pada Penderita hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Bulukunyi Kab. Takalar

Variabel N Mean SD Min – Max

Tekanan Darah sistole pre 20 156.65 6.683 142 - 166

Tekanan darah diastole pre 20 95.35 3.498 88 - 100

Sumber : Hasil penelitian

Berdasarkan tabel 4.4 dari 20 responden yang telah diteliti,

didapatkan hasil rata-rata tekanan darah sistole sebelum diberikan pijat

refleksi kaki yaitu 156,65 mmHg dan tekanan darah diastol 95,35 mmHg.

Dengan tekanan darah terendah 142 dan tertinggi yaitu 166 mmHg.

Sehingga melebihi dari tekanan darah normal. Hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa sebanyak 20 responden menderita hipertensi atau

tekanan darah tinggi dan masuk dalam kategori hipertensi stadium 1.


46

3. Hasil tekanan darah setelah pemberian pijat refleksi kaki

Tabel 4.3
Tekanan Darah Post Test pada Penderita hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Bulukunyi Kab. Takalar

Variabel N Mean SD Min – Max

Tekanan Darah sistole post 20 149.95 6.386 136 – 159

Tekanan darah diastole post 20 92.05 3.236 87 – 97

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 4.5 dari 20 responden yang telah diteliti, maka

didapatkan hasil rata-rata tekanan darah sistole setelah pemberian pijat

refleksi kaki yaitu 149,95 mmHg dan tekanan darah diastole 92,05 mmHg,

tekanan darah sistole terendah yaitu 136 dan tertinggi 159 mmHg. Hal

tersebut melebihi dari angka normal sedangkan rata-rata tekanan darah

diastol setelah pemberian pijat refleksi kaki yaitu 92,05 mmHg. Sudah

menunjukkan angka normal walaupun masih mendekati kategori

hipertensi.

4. Hasil Tekanan Darah Pre Test dan Post Test

Dari hasil uji normalitas data dengan melihat nilai shapiro-wilk.

Hasil nilai signifikasi pada tekanan darah sistole dan diastole baik sebelum

dan sesudah diberikan pijat refleksi kaki menghasilkan angka > 0,05

sehingga data dari reponden berdistribusi normal. sehingga uji hipotesis

untuk menganalisis data tekanan darah pre test dan post test menggunakan

statistik parametrik yaitu Paired Sampel T Test . Tabel hasil uji normalitas

terlampir.
47

Tabel 4.4
Hasil uji statistik Paired Sample T Test pengaruh pijat refleksi kaki terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja
puskesmas bulukunyi Kab. Takalar

Indikator N Selisih SD SE p-
Tekanan Darah Mean Mean Mean value
Pre Test Post Test
Sistole 156.65 149.95 20 6,7 1,12 0,25 0,000

Diastole 95.35 92.05 20 3,3 1,17 0,26 0,000

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 4.6 dari 20 responden yang telah diteliti,

Berdasarkan tabel 9 dari 20 responden yang diteliti, dapat diketahui bahwa

terjadi penurunan tekanan darah pada rata-rata selisih tekanan darah

sisitolik dan diastolik setelah diberikan intervensi. Rata-rata tekanan darah

sistole sebelum di lakukan pijat refleksi kaki yaitu 156,65 mmHg dan

setelah diberikan intervensi pijat refleksi kaki yaitu sebesar 149,95 mmHg

dan mengalami penurunan dengan rata-rata selisih 6,7 mmHg dengan

standar deviasi 1,12. Sedangkan tekanan darah diastole sebelum dilakukan

pijat refleksi kaki yaitu 95,35 mmHg dan setelah diberikan intervensi pijat

refleksi kaki yaitu 92,05 dan mengalami penurunan dengan rata-rata 3,3

mmHg dengan standar deviasi 1,17. Hasil uji statistik baik sistole maupun

diastole menunjukkan nilai p-value = 0,000 (<0,05) sehingga dapat

disimpulkan bahwa H0 di tolak dan Ha di terima. Artinya ada pengaruh

intervensi pijat refleksi kaki terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas Bulukunyi Kab Takalar.


48

C. Pembahasan

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin Dan

Pekerjaan

Usia, jenis kelamin dan pekerjaan merupakan karakteristik responden

pada penelitian kali ini. Tekanan darah khususnya tekanan darah sistolik

pada orang dewasa cenderung mengalami peningkatan karena penurunan

elastisitas terjadi pada pembuluh darah (Potter & Perry 2005). Dalam

penelitian kali ini umur responden yang paling terkecil atau yang paling

mudah yaitu 45 tahun dan yang paling terbesar atau paling tua berumur

60 tahun. Jumlah responden terbanyak berada pada rentang usia 56-65

dari 20 responden dan berdasarkan kategori umur menurut Depkes RI

(2009) yang berdasarkan usia tersebut termasuk ke dalam kategori lansia

akhir.

Usia berkaitan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi). Semakin tua

seseorang maka semakin besar resiko terserang hipertensi (Khomsan,

2003). Pada usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya dan

menjadi kaku karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk

melalui pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan darah (Sigarlaki, 2006).

Secara fisiologi, terjadinya peningkatan usia akan meningkatkan

risiko hipertensi terhadap seseorang. Hipertensi lebih sering terjadi pada

kelompok lansia dan risiko hipertensi meningkat seiring dengan

pertambahan usia (Guyton & Hall, 2006). Hal ini terjadi karena pada
49

lansia akan mengalami suatu proses yang disebut proses penuaan, dimana

pada proses ini ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai

fungsi organ tubuh, semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan

penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem

kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin

dan lain sebagainya karena terjadinya perubahan dalam struktur dan

fungsi sel, jaringan, serta sistem organ (Fatimah, 2010). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Kurniasih and Setiawan (2013) di Puskesmas

Srondol Semarang pada 30 responden penderita hipertensi, usia terbanyak

penderita hipertensi yang berobat adalah usia ≥55 tahun (53,3%)

dibandingkan dengan usia <55 tahun (46,7%).

Menurut asumsi dari peneliti, lansia kahir yang berada pada rentang

usia 56-65 tahun lebih banyak menderetia hipertensi karena pada

umumnya lansia akan mengalami tahapan proses penuaan sehingga ada

berbagai fungsi organ tubuh yang sudah tidak berfungsi sebagaimana

mestinya. Lansia yang diberikan pijat refleksi kaki di tempat penelitian

menyadari bahwa semenjak usianya beranjak tua jarang melakukan

olahraga, hal tersebut bisa membuat aliran darah tidak lancar serta pola

makan yang tidak teratur terutama dalam makanan yang bisa

menyebabkan hipertensi. Pada lansia, elastisitas dari pembuluh darah

semakin berkurang dan dinding ateri pada lansia akan mengalami

penebalan yang mengakibatkan penumpukan zat kolagen pada lapisan

otot sehingga pembuluh darah lambat laun menyempit dan menjadi kaku
50

sehingga tekanan darah tidak akan terkontrol dengan baik. apabila tidak

rutin meminum obat hipertensi dan melakukan aktivitas yang rutin.

Jenis kelamin pada penelitian ini, berdasarkan hasil dari penelitian

didapatkan jenis kelamin 100 % berjenis kelamin sebagai perempuan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lasianjayani & Martini (2014) pada

45 responden yang mempunyai riwayat hipertensi, sebanyak 29

responden (64,4%) diantaranya berjenis kelamin perempuan dan 16 orang

(35,6%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa penderita

hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan, namun jenis kelamin

bukanlah sebagai faktor utama dari terjadinya hipertensinya karena

setelah dianalisis ternyata hasilnya tidak ada hubungan yang signifikan

antara jenis kelamin dengan hipertensi, ini berarti bahwa faktor risiko lain

yang lebih menunjang terjadinya hipertensi apabila dikombinasikan

dengan jenis kelamin.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Sundari & Bangsawan, 2015)

yang mengemukakan bahwa orang yang berjenis kelamin perempuan

lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan laki-laki terutama pada

penderita hipertensi dewasa tua dan lansia. Sebelum memasuki masa

menopouse, perempuan mulai kehilangan hormon estrogen sedikit demi

sedikit dan sampai masanya hormon estrogen harus mengalami

perubahan sesuai dengan umur perempuan, yaitu dimulai sekitar umur

45-55 tahun.
51

Hasil dari penelitian ini yang diteliti semua berjenis kelamin

perempuan. Dimana ketika perempuan sudah berumur 45-55 tahun maka

terjadi perubahan kuantitas pada hormon secara alami. Pada saat

perempuan berumur 45-55 tahun sudah memasuki masa menapouse masa

menopause menyebabkan kontrol aliran darah menjadi tidak stabil yang

mengakibatkan penurunan HDL dan peningkatan LDL. telah mengalami

menopause memiliki kadar esterogen yang rendah. Padahal esterogen ini

berfungsi meningkatkan kadar HDL yang sangat berperan dalam menjaga

kesehatan pembuluh darah. Sehingga pada wanita menopause, kadar

esterogen yang menurun juga akan diikuti dengan penurunan kadar HDL

jika tidak diikuti dengan gaya hidup yang baik pula.

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah

pekerjaan seseorang. Pada saat melakukan pekerjaan yang mengerahkan

kekuatan fisik, jantung akan memompa lebih banyak darah sehingga

dapat memenuhi kebutuhan kerja otot yang mengakibatkan meningkatnya

tekanan darah (Guyton & Hall, 2006). Teori ini sesuai dengan hasil

penelitian yaitu sebagian besar responden sebagai Ibu Rumah Tangga

(IRT). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pangaribuan (2007) pada

populasi wanita menikah usia 30 sampai 65 tahun dari Riskesdas 2007

dengan jumlah sampel 173.780, diperoleh hasil prevalensi hipertensi pada

wanita menikah 40,1% dan prevalensi hipertensi pada wanita menikah

yang tidak bekerja sebesar 40,8%. Pada kelompok umur 50-65 tahun,

wanita menikah yang tidak bekerja berisiko 1,068 kali untuk terkena
52

hipertensi dibandingkan wanita yang bekerja, sedangkan wanita menikah

yang tidak bekerja pada kelompok umur 30-49 tahun berisiko terkena

hipertensi sebanyak 1,017 kali dibandingkan wanita yang bekerja.

Pekerjaan IRT tidak bisa dianggap remeh karena mempunyai peran

yang penting dalam mengurus rumah seperti harus bangun pagi-pagi

untuk membuat sarapan, mempersiapkan perlengkapan kerja suami,

mempersiapkan perlengkapan sekolah untuk anak-anak, mencuci pakaian,

membersihkan rumah, mempersiapkan makan siang dan malam yang

dilakukan setiap hari, belum lagi apabila mempunyai anak yang masih

bayi atau balita bahkan apabila sudah mempunyai cucu dan dipastikan

mempunyai pola tidur yang tidak baik dan bisa mengakibatkan stres.

Stres karena pekerjaan dapat menyebabkan stimulasi simpatik yang

meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskular perifer

yang memberikan efek peningkatan tekanan darah (Potter & Perry 2005).

Menurut asumsi peneliti pekerjaan tidak bisa di anggap remeh

karena semakin banyak aktivitas maka jantung juga bekerja lebih keras

unntuk memopa darah ke tubuh tetapi ketika kurang aktivitas fisik juga

seseoorang cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih

tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada setiap kali

kontraksi. Semakin keras dan sering otot jantung harus memompa maka

semakin besar pula tekanan yang dibebankan pada arteri.


53

2. Tekanan darah sebelum di lakukan pijat refleksi kaki

Hipertensi dapat menyebabkan kematian seseorang secara tiba-tiba

karena orang yang menderita hipertensi tidak menunjukkan gejala.

Menurut Dalimartha (2009) adapun faktor yang menyebabkan seorang

terkena hipertensi diantaranya usia, jenis kelamin, keturunan, konsumsi

garam yang berlebih, kurang olahraga, kebiasaan merokok, stress serta

kegemukan atau kelebihan berat badan (Umamah & Paraswati, 2019).

Tekanan darah tinggi atau yang biasa disebut dengan hipertensi dapat

diatasi dengan cara nonfarmakologi maupun dengan nonfarmakologi.

Salah satu pengobatan yang bisa dilakukan dengan nonfarmakologi yaitu

dengan pijat refleksi kaki, Karena dengann melakukan pijat refleksi kaki

dapat meningkatkan aliran darah. Dengan adanya Kompresi pada otot

dapat merangsang. aliran darah vena dalam jaringan subkutan dan

mengakibatkan retensi darah menurun dalam pembuluh perifer dan

peningkatan drainase getah bening. Selain dari itu pijat refleksi juga dapat

menyebabkan pelebaran arteri yang meningkatkan suplai darah ke daerah

yang sedang dipijat, juga. dapat meningkatkan pasokan darah dan

meningkatkan efektivitas kontraksi otot serta membuang sisa

metabolisme dari otot-otot sehingga membantu mengurangi ketegangan

pada otot, merangsang relaksasi dan kenyamanan. Terapi pijat refleksi

kaki ini sangat bagus diterapkan. di puskesmas ataupun bisa. dilakukan di

rumah sendiri ketika sudah mengetahui titik yang bermasalah pada

penderita hipertensi. Karena Pijat refleksi kaki mempunyai manfaat bagi


54

pelayanan kesehatan yaitu dapat menurunkan dan mengontrol tekanan

darah.

Pengukuran tekanan darah pre test dilakukan dengan melihat hasil

tekanan darah sistole dan diastole yang diukur menggunakan alat

tensimeter dalam posisi duduk sepuluh menit sebelum diberikan

perlakuan (pijat refleksi kaki) pada pertemuan pertama. Tekanan darah

sistole adalah tekanan puncak yang terjadi saat ventrikel berkontraksi,

sedangkan tekanan darah diastole adalah tekanan terendah yang terjadi

saat jantung beristirahat (Smeltzer & Bare, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan hasil penelitian dari peneliti

sebelumnya yang sudah dipaparkan diatas, didapatkan hasil bahwa rata-

rata penderita hipertensi masuk ke dalam kategori lansia akhir dengan

rentang usia 56-65 tahun dan masuk ke dalam Hipertensi Stadium 1.

Sebanyak 20 responden yang peneliti ambil sebagai sampel responden

sebenarnya sudah mendapatkan terapi farmakologi di tempat pelayanan

kesehatan, namun pada kenyatannya sebagian besar responden ada yang

tidak teratur dalam mengkonsumsi obat yang sudah dianjurkan. Sebagian

besar responden mengatakan bahwa tidak sempat untuk datang ke

pelayanan kesehatan sekedar untuk membeli obat kembali dengan alasan

tidak ada yang mengantar, sudah minum obat teratur tetapi tekanan darah

tidak mengalami perubahan yang berarti. Padahal sebenarnya terapi

farmakologi ini harus diimbangi dengan pola hidup yang baik juga,

seperti mengurangi garam, mengurangi makan daging-daging merah,


55

perbanyak sayuran, dan rajin berolahraga serta menjaga pikiran. Tetapi

pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang belum

menerapkan pola hidup tersebut sehingga pengontrolan tekanan darah

belum mendapatkan hasil yang maksimal apabila hanya dilakukan dengan

terapi farmakologi tanpa mengimbangi dengan pola hidup yang sehat.

Selain itu faktor usia juga mempengaruhi pada tekanan darah, seperti

pada hasil penelitian ini yang sebagian besar responden berada pada

kelompok umur lansia akhir. Bertambahnya usia akan mengakibatkan

beberapa perubahan pada sistem organ tubuh, salah satunya adalah akan

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

3. Tekanan Darah Setelah Dilakukan Pijat Refleksi Kaki

Menurut asumsi peneliti tekanan darah arteri dipengaruhi oleh dua

variabel hemodinamik yaitu curah jantung (dihasilkan oleh kecepatan

denyut jantung dan isi sekuncup jantung) dan tahanan vaskular terhadap

aliran darah (disebabkan akibat terjadinya perangsangan adrenergik,

meningktanya aktivitas renopresor, substansi hormonal atau humoral

dalam sirkulasi). Hipertensi sistolik ditandai dengan penurunan

kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang tinggi pengisian

diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri. Penurunan volume

darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan

penurunan diastolik. Pada lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan

diastolik menyebabkan output jantung, volume intravaskular, aliran darah

ke ginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah dan resistensi perifer.
56

Perubahan aktivitas sistem saraf simpatik dengan bertambahnya

norepinefrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor

beta adrenergik sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot

pembuluh darah (Junaedi, 2017).

Ransangan relaksasi yang mampu memperlancar tekanan darah dan

cairan tubuh pada bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan titik

saraf kaki yang sedang dipijat di sebut dengan pijat refleksi kaki. Ketika

sirkulasi darah lancar, maka akan memberikan efek relaksasi terhadap

tubuh sehingga tubuh bisa seimbang. Pijat yang diberikan pada penderita

hipertensi berguna untuk memperlancar aliran darah seseorang, sehingga

gangguan penyakit lainnya dapat di cegah dengan melakukan pijat

refleksi. Karena pada dasarnya ketika semua jalur energi terbuka dan

aliran energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lainnya

maka risiko terjadinya hipertensi dapat ditekan (Umamah & Paraswati,

2019)

Menurut Dalimartha dkk (2008) penanganan hipertensi secara

nonfarmakologi salah satunya dengan terapi pijat refleksi kaki, Dalam hal

ini, terapi pijat refleksi kaki dapat memberikan relaksasi oleh stimulasi

taktil jaringan tubuh menyebabkan respon neuro humoral yang komplek

dalam The Hypothalamic-Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui jalur

sistem saraf. Hal tersebut membuat kerja jantung tidak membutuhkan

tekanan kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh akan maksimal.

Ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang
57

oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka resiko terjadinya hipertensi

dapat ditekan, penurunan tekanan darah untuk mengurangi kegiatan

jantung memompa, serta mengurangi mengerutnya dinding-dinding

pembuluh nadi halus sehingga tekanan pada dinding pembuluh darah

berkurang dan aliran darah menjadi lancar sehingga tekanan darah bisa

menurun.

Hasil penelitian oleh Hartutik dan Suratih (2017) menunjukkan

bahwa ada perubahan yang terjadi setelah diberikan perlakuan dengan

rata-rata nilai tekanan darah pada 22 responden lansia yang menderita

hipertensi primer setelah diberikan intervensi sebesar 128,6 mmHg pada

rata-rata tekanan darah sistole dan 80,0 mmHg pada rata-rata tekanan

darah diastole. Setelah diberikan perlakuan rata-rata tekanan darah sistole

dan diastole masuk ke dalam kategori Pre Hipertensi.

4. Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulukunyi

Pijat refleksi dilakukan dengan memijat dititik atau area refleksi

untuk merangsang aliran serta pergerakan energi di sepanjang saluran

zona akan membantu mengembalikan homeostasis (keseimbangan) energi

dalam tubuh. Rangsangan dari pijat refleksi bekerja dari dalam ke luar,

memanipulasi energi tubuh agar tubuh memperbaiki gangguan dan

merangsang sistem saraf untuk melepas ketegangan. Terori Endorphin

Pommeranz menyatakan bahwa tubuh akan bereaksi mengeluarkan

endorphin karena pemijatan, endorphin adalah zat yang diproduksi secara


58

alamiah oleh tubuh yang bekerja dengan memiliki efek seperti morphin.

Endorphin bersifat menenangkan, memberikan efek nyaman dan sangat

berperan dalam regeneras sel-sel guna memperbaiki bagian tubuh yang

sudah usang atau rusak (Hendro dan Ariyani, 2015).

Sebagaimana dalam hadis riwayat Abu Dawud

Terjemahannya : “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan

obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada

obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang

haram.” (HR. Abu Dawud)

Hadits ini menunjukkah bahwa seorang Muslim boleh mengobati

penyakitnya. Sebab, diturunkannya penyakit oleh Allah SWT. disertai

dengan diturunkan obatnya menunjukkan bahwa seorang Muslim

diizinkan untuk mengobati penyakit yang dideritanya.

Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur‟an juga berfungsi

sebagai obat. Sebagaimana tertera dalam QS. Al-Isra‟ ayat 82:


َّٰ
‫ارا‬
ً ‫س‬َ ‫ان َما ه َُو شِ َفا ٓ ٌء َو َر ْح َم ٌة لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ ۙ َو ََل َي ِزي ُد ٱل اظلِمِينَ إِ اَل َخ‬
ِ ‫َو ُن َن ِّزل ُ مِنَ ٱ ْلقُ ْر َء‬

Terjemahannya : “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi

penawar dan rahmat bagi orang- orang yang beriman dan Al-Quran itu

tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.

Al-Baghawii dalam Ma‟âlim al-Tanzîl melihat bahwa kata syifâ‟

(obat) adalah obat hati. Menurutnya, Allah menurunkan al-Qur‟an sebagai


59

obat, dalam arti sebagai penjelasan atas kekeliruan (adh-dhalâlah) dan

ketidaktahuan (al-jahâlah). Untuk itu, al-Qur‟an adalah obat hati untuk

menghilangkan kebodohan dan sebagai bukti kasih sayang Allah kepada

orang-orang yang beriman (rahmatan lil mu‟minîn). Sementara al-

Baidhawi dalam Anwâr al- Tanzîl wa Asrâr al-Ta‟wîl justru melihat

bahwa kata “syifâ‟” hanya penyerupaan. Dalam artian, al-Qur‟an berfungsi

untuk meluruskan paham keagamaan dan memperbaiki diri sebagaimana

obat yang berfungsi untuk menyembuhkan penyakit.

Mufassir yang melihat bahwa al-Qur‟an adalah obat bagi segala

penyakit di antaranya adalah Ibnu „Abbas. Baginya, maksud ayat ini

adalah dengan barokah al-Qur‟an Allah mengangkat penyakit. Bahkan

Ibnu „Abbas mendasarkan diri pada sebuah hadis yang menyatakan;

ّ ُ‫َشف بِالقُسآ ِن فَ ََل َشفَاي‬


ُ‫ّللا‬ ِ ‫َمه لَم يَست‬

Terjemahannya : “Siapapun yang tidak (mencari) kesembuhan dengan al-

Qur‟an, maka Allah tidak akan menyembuhkannya”.

Penafsiran Fakhruddin ar-Razi terkait ayat ini memiliki kesimpulan

yang sama dengan pendapat Ibnu „Abbas. Ar-Razi lebih spesifik membagi

bahwa al-Qur‟an adalah obat bagi penyakit-penyakit hati (syifâ‟ min

amradh ar-ruhaniyyah) dan obat bagi penyakit-penyakit jasmani (syifâ‟

min amradh al-jasmâniyyah). Namun, ar-Razi tidak menjelaskan secara

detail maksud dan bagaimana al-Qur‟an berperan sebagai obat bagi

penyakit-penyakit jasmani.
60

Pijat refleksi adalah suatu metode yang dilakukan untuk membuat

tubuh nyaman dan rileks sehingga tekanan darah dapat terkontrol dengan

efek samping yang kecil. Penurunan tekanan darah dengan cara pijat

refleksi kaki akan mendapatkan relaksasi kepada tubuh di mana pembuluh

darah yang awalnya mengalami vasokontriksi menjadi dilatasi (Brewer,

2018).

System renin angiotensin (RA) adalah system berawal dari

angiotensinogen yang oleh renin dirubah menjadi angiotensin-I.

Angiotensin-I selanjutnya dirubah oleh ACE menjadi Angiotensin-II.

Berdasarkan efek biologis pada vascular maupun jaringan, Angiotensin-II

dimediasi oleh dua subtype reseptor yaitu Angiotensin-II type 1 reseptor

(AT1R) dan Angiotensin-II reseptor type 2 (AT2R). Angiotensin-II bila

berikatan dengan AT1R akan menimbulkan efek biologis seperti

vasokontrikasi, retensi natrium, hipertrofi dan proliferasi (Kaplan,2002;

Harjianti. T. 2013) dalam (Hafid Anwar, 2015)

Angiotensin-II menimbulkan efek penyempitan arteriol menurunkan

aliran darah hilir ke dalam kapiler dan vena yang disuplai oleh arteriol

tersebut, dan meningkatkan aliran ke hulu, sebaliknya, apabila arteriol

mengalami dilatasi, aliran akan meningkat, menyebabkan tekanan ke hilir

meningkat dan tekanan ke hulu menurun. Kontrol diameter arteriol

merupakan keseimbangan yang rumit antara efek lokal dari rangsangan

saraf dan hormone. Pengendalian tekanan darah bergantung pada sensor

yang disebut baroreseptor, sensor ini secara terus menerus mengukur


61

tekanan darah dan mengirim informasinya ke otak. Otak

menginterpretasikan semua informasi yang masuk dan berespon dengan

mengirim rangsangan eferen ke jantung dan system pembuluh darah

melalui saraf-saraf atonom. (Corbin, et al, 2006). Menurut Arsdiani S.

(2006), bahwa efisiensi kerja jantung ataupun kemampuan jantung akan

meningkat sesuai dengan perubahan yang terjadi pada frekuensi jantung,

isi sekuncup curah jantung (Hafid Anwar, 2015).

Menurut asumsi peneliti sependapat bahwa dengan melakukan pijat

refleksi kaki secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi. Ini dikarenakan efek dari relaksasi yang terjadi pada

saat dilakukan pijat refleksi kaki dapat menyebabkan pembuluh darah

yang awalnya menyempit menjadi lebar sehingga sirkulasi darah, oksigen

dan nutrisi dapat berjalan dengan baik di dalam tubuh. Pemberian pijat

refleksi kaki juga akan memberikan efek nyaman sehingga hormon

endorphin akan terproduksi. Selain itu, pijat refleksi juga mempunyai

manfaat bagi sistem dalam tubuh seperti dapat meringankan ketegangan

pada saraf, meningkatkan aktivitas sistem vegetasi tubuh yang dikontrol

oleh otak dan sistem saraf. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Qur‟an

Surah Yunus ayat 57 :

َ‫ُوز َوهُدًي َو َزحْ َمةٌ لِ ْل ُم ْؤ ِمىِيه‬


ِ ‫يَا أَيُّهَا الىَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم َمىْ ِعظَةٌ ِم ْه َزبِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِ َما فِي الصُّ د‬

Terjemahannya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu

pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang


62

berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang

beriman.

Wahai umat manusia, telah datang kepada kalian kitab Allah yang

disampaikan melalui rasul-Nya, Muhammad. Didalamnya terdapat

peringatan untuk taat dan beriman serta nasihat untuk melakukan

kebajikan dan menjauhi kejahatan. Didalamnya juga terdapat kisah-kisah

orang sebelum kalian agar dapat dijadikan bahan renungan dan juga

terdapat anjuran untuk melakukan pengamatan terhadap rahasia- rahasia

alam raya, sehingga kalian dapat menyadari keagungan ciptaan-Nya.

Selain itu, kitab ini pun mengandung terapi penyakit hati, semisal

kemusyrikan dan kemunafikan. Kitab yang diturunkan ini (al-Qur'ân)

merupakan pedoman untuk mendapatkan jalan kebenaran. Semua itu

adalah rahmat bagi orang-orang Mukmin yang menerimanya dengan baik.

D. Keterbatasan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah pada saat melakukan pengumpulan

data. Waktu pertemuan yang sebelumnya sudah disetujui oleh responden

harus dipindahkan ke hari lain karena ada beberapa keperluan responden yang

secara mendadak. Sehingga membuat jadwal kembali untuk pertemuan

selanjutnya. hal tersebut menyebabkan kurang efektifnya pemberian pijat

refleksi kaki yang seharusnya diberikan tiga kali dalam seminggu secara

berturut-turut tetapi ada beberapa responden yang memiliki jeda dalam

seminggu untuk diberikan pijat refleksi kaki.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat di tarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar responden termasuk ke dalam lansia akhir (56-65 tahun)

berjumlah 8 orang, dari 20 responden semuanya berjenis kelamin

perempuan. Mayoritas pekerjaan responden adalah sebagai seorang petani.

2. Rata-rata tekanan darah sistole sebelum di lakukan pijat refleksi kaki yaitu

156,65 mmHg dan setelah diberikan intervensi pijat refleksi kaki yaitu

sebesar 149,95 mmHg dan mengalami penurunan dengan rata-rata selisih

6,7 mmHg dengan standar deviasi 1,12.

3. Tekanan darah daistole sebelum dilakukan pijat refleksi kaki yaitu 95,35

mmHg dan setelah diberikan intervensi pijat refleksi kaki yaitu 92,05 dan

mengalami penurunan dengan rata-rata 3,3 mmHg dengan standar deviasi

1,17.

4. Hasil uji statistik pada sistole dan diastole didapatkan nilai Sig. 0,000 ≤

0,05, maka H0 ditolak dan Ha di terima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh pijat refleksi kaki terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi. Dengan dilakukan pijat refleksi kaki secara rutin

dapat menurunkan tekanan darah.

B. Saran

1. Bagi tenaga perawat puskesmas

63
64

Penelitian ini dapat diterapkan sebagai terapi nonfarmakologi pijat

refleksi kaki pada penderita hipertensi diwilayah kerja puskesmas

bulukunyi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan

penelitian ini karena memeiliki beberapa keterbatasan seperti tidak

rutinnya pemberian pijat refleksi kaki karena ketidaksamaan waktu antara

jadwal yang sudah ditetapkan dengan kegiatan pribadi responden,

diharapkan penelitian selanjutnya bisa menggunakan kelompok kontrol

dalam penelitian sehingga dapat membandingkan hasil untuk mengetahui

apakah ada perubahan yang signifikan antara kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟anul Karim

Akmaliyah, N. (2016) "Efek Hormon Stress, Health and Nutrition Service.


Available at. Available at: http://lagizi.com/efek-hormon-stres/.
Hafid Anwar, M. (2015) "Peranan Gen Angiotensin Converting Enzyme terhadap
Tingkat Kebugaran dan Dinamika Respon Denyut Jantung dan Tekanan
Darah selama Tes Pembebanan pada Atlet". Makassar.

Alviani, P. (2015) Pijat Refleksi. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

Anwar, N., Irwan, A. M. & Saleh, A. (2019) „Pengaruh Intervensi Pijat Kaki
Terhadap Penurunan Tekanan Darah : Systematic Review‟, p. 8.
Ardiansyah, M. (2012) Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA
PressBaradero.
Arianto, A., Prastiwi, S. & Sutriningsih, A. (2018) „Pengaruh Terapi Pijat Refleksi
Telapak Kaki Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi‟, Nursing News, 3, p. 11.
Arum, Y. T. G. (2019) „"Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64
Tahun)‟, Higeia Journal Of Public Health Research and Development, Vol
3 No 3.
Aspiani, R. (2016) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler.
Jakarta: EGC.
Bell, K., Twiggs, J. & Olin B, R. (2015) „Hypertension: The Sillent Killer: Update
JNC-8 Guideline Recomendattions. Alobama Pharmacy Association‟, pp. 1–
8.
Brewer, S. (2018) Lower Your Blood Pressure Fast. Available at. Available at:
https://mylowerbloodpressure.com/.
Brunner & Suddarth (2013) "Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC.
Carlson, W. (2016) Mengatasi Hipertensi Cetakan 1. Bandung: Penerbit Buku
Nuansa Cendekia.
DINKES SULSEL (2016) „Profil Kesehatan Sulawesi Selatan 2008. Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan‟.
Guyton, A. & Hall, J. (2006) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
Kedokteran EGC.

65
66

Hartutik, S. & Suratih, K. (2017) „Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer‟, (2), p. 15.
Hendro & Ariyani, Y. (2015) "Bahan Ajar Kursus dan Pelatihan Pengobatan
Pijat Refleksi Level II- Ilmu Pijat Pengobatan Refleksi Relaksasi. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jendral Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Hidayat, A. A. (2007) "Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Irianto, K. (2014) Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan
Klinis. Bandung: Alfabeta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018)
„http/www.p2ptm.kemkes.go.id Data dan informasi profil kesehatan‟.
Lukman, L. et al. (2020) „Pijat Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah
pada Pasien Hipertensi Di Klinik Atgf 8 Palembang‟, Jurnal Bahana
Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health), 4(1), pp. 5–9.
doi: 10.35910/jbkm.v4i1.238.
Manurung, W. (2016) „Konsumsi Semangka Untuk Menurunkan Tekanan Darah
pada Penderita Hipertensi‟, Vol 5 No 5.
Marliani (2007) 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media.
Martha, K. (2012) Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Araska.
Medika, T. B. (2017) Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.
Musyawirah (2019) Profil Kesehatan PKM Bulukunyi Kabupaten Takalar.
Muttaqin, A. (2012) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, A. I., Asrin and Sarwono (2012) „Efektifitas Pijat Refleksi Kaki dan
Hipnoterapi Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi‟,
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol 8. No. 2.

Notoatmojo (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rineka Cipta.


Nur, Y. (2017) Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2013) "Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction Publishing.
67

Nursalam (2011) Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian ILmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam (2016) Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter, P. A. & Perry (2010) Buku Ajar Fundamental Keperawatan . Jakarta:
EGC.
Potter & Perry (2005) "Buku Ajar Fundamental KeperawatanKonsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Rahayu, S. M., Hayati, N. I. & Asih, S. L. (2020) „Pengaruh Teknik Relaksasi
Otot Progresif terhadap Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi‟, 3(1), p.
8.
Ratna, R. & Aswad, A. (2019) „Efektivitas Terapi Pijat Refleksi dan Terapi
Benson Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi‟,
Jambura Health and Sport Journal, 1(1), pp. 33–40. doi:
10.37311/jhsj.v1i1.2052.
Rezky, R. A., Hasneli, Y. & Hasanah, O. (2015) „Pengaruh Terapi Pijat Refleksi
Kaki Terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer‟, 2(2), p. 9.
Riskesdas (2018) Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Sari (2017) "Berdamai dengan Hipertensi‟. Jakarta: Bumi Medika.
Setiadi (2013) Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siregar, P. A. (2020) „Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Asin dan Kejadian
Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota Medan‟, 2(1), p. 8.
SIRKESNAS (2016) Survei Indikator Kesehatan Nasional. Jakarta: Baadan
Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Smeltzer, B. (2013) Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sugiyono (2011) "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sundari, L. & Bangsawan, M. (2015) "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi", Volume XI, No. 2,.

Sumartini, S. & Bachtiar, H. H. (2016) „"Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan


Sesudah Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Pada Lansia
yang menderita Hipertensi‟, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 2 No. 1.
68

Susilo, Y. & Wulandari, A. (2011) Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:


Penerbit Andi.
Sutoni, A. & Cahyati, A. Y. (2021) „Penyuluhan Pengaturan Pola Hidup Sehat
dalam Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Hipertensi, Serta
Penanggulangan Covid-19 di Desa Ciranjang, Kecamatan Ciranjang,
Kabupaten Cianjur‟, 4(1), p. 11.
Tim Bumi Medika (2017) Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.
Triyanto, E. (2014) "Pelayanan Keperawatan bagi penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Udjianti, W. J. (2010) Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Umamah, F. & Paraswati, S. (2019) „Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki dengan
Metode Manual Terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Karangrejo Timur Wonokromo Surabaya‟, 7(2), p. 10.
Wahyuni, S. (2014) Pijat Refleksi untuk Kesehatan. Jakarta Timur: Dunia Sehat.
WHO (2016) „Cardiovascular Disease‟.
WHO (2018) Global Health Estimates 2016: Deaths by Cause, Age, Sex, by
Country and by Region, 2000-2016. Geneva.
WHO (2020) „"Hypertension, WHO‟, Avalaible at. Available at:
https://www.who.int/health-topics/hypertension/#tab=tab_1.
Widharto (2009) Bahaya Hipertensi. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Widyanto (2013) "Trend Disease (Trend Penyakit Saat Ini). Jakarta: Trans Info
Media.
Wijaya, A. S. & Putri, Y. M. (2013) "Keperawatan Medikal Bedah 2,
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijaya, I. (2020) „Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan terhadap Kejadian
Hipertensi diwilayah Kerja Puskesmas Towata Kabupaten Takalar‟, 3(1), p.
7.
Zunaidi, A., Susi, N. & Prihatin, T. W. (2014) „"Pengaruh Massage Kaki
Terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Klinik Sehat Hasta
Therapetika Tugerojo Semarang‟.
69

N
70

Lampiran I

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Ibu calon responden
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulukunyi

Dengan hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Alauddin Makassar :
Nama : Sri windayanti
NIM : 70300117013
Alamat : Jukukang Desa Moncongkomba
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pijat Refleksi Kaki
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Wilayah Kerja
Puskesmas Bulukunyi”
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk kepentingan pendidikan saya dan
segala informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan saya
bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan akan merugikan responden.
Atas perhatian dan kesediaan bagi responden, saya ucapkan terima kasih.

Takalar, 3 Maret 2021

Peneliti

Sri Windayanti
71

Lampiran II

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama / Inisial :
Umur :
Alamat :
Menyatakan untuk turut berpartisipasi menjadi responden penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Alauddin
Makassar “Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bulukunyi”
Tanda tangan saya menunjukan bahwa diberi informasi dan memutuskan
berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa paksaan dari siapa pun.

Takalar, Maret 2021


Peneliti Responden

(Sri Windayanti) ( )
72

Lampiran III

PROSEDUR PIJAT REFLEKSI KAKI

PERSIAPAN
Persiapan Klien 1. Memberitahu Klien tujuan pijat refleksi kaki
2. Melakukan kontrak waktu dengan klien
PROSEDUR 1. Tahap pra interaksi
PELAKSANAAN 2. Melakukan kontrak waktu
3. Mengecek kesiapan pasien
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam serta menyapa klien
2. Memperkenalkan diri pada klien
3. Menjelaskan tujuan serta prosedur pelaksanaan pijat
refleksi kaki
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum pijat refleksi kaki
Tahap Kerja
1. Duduk dalam posisi tegak dan rileks
2. Sebelum masuk ke tahap selanjutnya, terlebih dahulu
klien di bimbing untuk berdzikir, yaitu yang pertama
mengucapkan Astaghfirullaah (3x) kemudian
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar (3x)
selanjutnya mengucapkan La ilaaha illallaahu
wahdaahu laasyariikalah, lahul mulku walahul hamdu
wahuwa „alaa kullisyain qadiir (1x)
3. Kemudian setelah itu Bersihkan dan rendam kaki klien
ke dalam wadah yang sudah berisi air hangat selama
10-15 menit. Setelah itu keringkan kaki menggunakan
handuk
4. Setelah kering, olesi kaki klien menggunakan minyak
pijat
5. Rilekskan kaki klien dengan memijat titik peregangan
73

selama lima menit


6. Kemudian pijat di area bermasalah (titik 7, 10, 11 dan
33, dengan frekuensi gerakan pijat ± 15 kali dalam
semenit selama 30 menit
7. Setelah area bermasalah dipijat, melakukan pendinginan
dengan menggosok serta mengelus kaki klien agar
menjadi lebih elastis dan melancarkan peredaran darah
selama lima menit
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi dari hasil kegiatan
2. Memberikan reinforcement positif pada pasien
3. Memberikan Ucapkan terimakasih kepada pasien
Tahap Dokumentasi
Catat hasil kegiatan dan respon klien serta melakukan
pengukuran tekanan darah 5-10 menit setelah melakukan
pijat refleksi
Sumber: Alviani, Puput (2015) dan Hendro dan Ariyani
(2015) Bukhari & Muslim
74

Lampiran IV

LEMBAR PENGUMPULAN DATA PADA PENDERITA HIPERTENSI

Judul penelitian : Pengaruh Pijat Refleksi Kaki terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas

Bulukunyi

Kode responden :

Tanggal pengisian :

A. Data Umum

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

B. Apakah ada kebiasaan mengkonsumsi obat herbal/ramuan

Daun belimbing : 1. Ya 2. Tidak

Daun pepaya : 1. Ya 2. Tidak

Daun sirsak : 1. Ya 2. Tidak

Penyakit kronis lainnya :..................................................................................

C. Hasil Pengukuran Tekanan Darah

1. Pretest = S : .......... mmHg D : .......... mmHg

2. Postest = S : .......... mmHg D : .......... mmHg


75

Lampiran V

Hasil uji statistik data pengaruh pijat refleksi kaki terhadap penurunan

teknan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas bulukunyi

1. Hasil Karakteristik Responden

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dewasa Akhir (36-45) 6 30.0 30.0 30.0
Lansia Awal (46-55) 6 30.0 30.0 60.0
Lansia Akhir (56-65) 8 40.0 40.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Perempuan 20 100.0 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid IRT 9 45.0 45.0 45.0
Petani 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
76

2. Hasil Uji Normalitas


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Tekanan Darah Sistole
.161 20 .184 .925 20 .122
Pre
Tekanan Darah Diastole
.190 20 .057 .925 20 .123
Pre
Tekanan Darah Sistole
.165 20 .155 .933 20 .175
Post
Tekanan Darah Diastole
.156 20 .200* .920 20 .100
Post
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

3. Hasil Uji Paired Sampel T Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Tekanan Darah Sistole Pre 156.65 20 6.683 1.494

Tekanan Darah Sistole Post 149.95 20 6.386 1.428

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Tekanan Darah Sistole Pre &


20 .986 .000
Tekanan Darah Sistole Post
77

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)

Pair 1 Tekanan
Darah Sistole
Pre - Tekanan 6.700 1.129 .252 6.172 7.228 26.550 19 .000
Darah Sistole
Post

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Tekanan Darah Diastole Pre 95.35 20 3.498 .782

Tekanan Darah Diastole


92.05 20 3.236 .724
Post

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Tekanan Darah Diastole Pre


& Tekanan Darah Diastole 20 .942 .000
Post

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)

Pair 1 Tekanan Darah


Diastole Pre -
3.300 1.174 .263 2.750 3.850 12.568 19 .000
Tekanan Darah
Diastole Post
78
79
80

Lampiran VI
Surat Keterangan Layak Etik
81

Lampiran VII
Permohonan Pengajuan Kode Etik
82

Lampiran VIII
Permohonan Izin Penelitian
83

Lampiran IX

Surat Izin Penelitian dari Penanaman Modal


84

Lampiran X

Master Tabel Penelitian


85
86
87

RIWAYAT HIDUP

Sri Windayanti, lahir di Takalar 28 Agustus


2000. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara yang dilahirkan dari
pasangan Bapak Syafaruddin Dg Taba dan
Ibu Hawani Dg Layu. Penulis yang akrab
dipanggil winda ini mengawali pendidikan
Sekolah Dasar di SDN No. 136 INP.
La’nyara pada Tahun 2005 dan tamat pada
tahun 2011, pada tahun yang sama pula
melanjutkan pendidikan sekolah menengah
pertama di SMP Negeri 4 Takalar dan
tamat pada tahun 2014, kemudian
melanjutkan pendidikan di SMAN 8
Takalar pada tahun 2014 dan selesai pada
tahun 2017.

Setelah itu di tahun yang sama penulis memasuki bangku kuliah di Perguruan
Tinggi Negeri melalui jalur SPAN-PTKIN di Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar, tepatnya di Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan. Penulis lumayan aktif dalam organisasi, pada masa SMP penulis
bergabung di organisasi Pramuka. Selanjutnya pada masa SMA penulis bergabung
menjadi pengurus OSIS pada tahun 2015-2016. Saat di Perguruan Tinggi penulis
bergabung di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Keperawatan UIN Alauddin
Makassar sebagai anggota dari Divisi Akhlak dan Moral Klinik Ilmiah pada tahun
2018-2019, kemudian setelah itu menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum pada
tahun 2018-2019. Kemudian penulis juga menjabat sebagai Bendahara Himpunan
Pelajar Mahasiswa Takalar (HIPERMATA) pada tahun 2019-2020.

Anda mungkin juga menyukai