Anda di halaman 1dari 7

Available online at https://stikesmu-sidrap.e-journal.

id/JIKP 140
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 140-146
DOI:https:// doi.org/10.12345/jikp.v9i02.187

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dengan Risiko


Kejadian Stroke Berulang

Trio Gustin Rahayu


Jurusan DIII Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Faletehan Serang Banten
triogustin@gmail.com
*corresponding author
Tanggal Pengiriman: 18 Agustus 2020, Tanggal Penerimaan: 17 Desember 2020

Abstrak
Pengetahuan keluarga akan mempengaruhi sikap keluarga dalam merawat keluarga yang menderita
stroke. Pengetahuan dan sikap yang baik pada saat merawat keluarga dengan stroke diharapkan akan
terhindar dari kejadian stroke berulang. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap dengan risiko kejadian stroke berulang. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional di
Rumah Sakit dr. Dradjat Prawiranegara Serang Banten dengan sampel 45 menggunakan purposive
sampling. Alat ukur menggunakan kuesioner pengetahuan berjumlah 24 pernyataan dan kuesioner sikap
berjumlah 18 pernyataan yang sudah dilakukan validitas dan reabilitas oleh peneliti sebelumnya. Analisis
data menggunakan uji chi square. Dari 26 (58%) responden mempunyai pengetahuan tinggi dan 19
responden (42%) pengetahuan rendah serta 22 (49%) responden mempunyai sikap negatif dan sisanya 23
(51%) responden bersikap positif. Dari ketiga karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia dan
pendidikan yang mempunyai hubungan bermakna (P value <0,05) terhadap sikap adalah pendidikan. Ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap keluarga terhadap kejadian stroke berulang
(p=0,047). Diharapkan petugas kesehatan mampu memberikan pengetahuan tentang stroke pada keluarga
sehingga keluarga mampu memberikan perawatan yang baik dan kejadian stroke berulang dapat dihindari

Kata Kunci: pengetahuan; sikap; stroke berulang

Abstract

Family knowledge will affect the family's attitude in caring for families suffering from strokes.
Knowledge and good attitude when caring for families with strokes are expected to be avoided the
occurrence of repeated strokes. The purpose of the study was to know the relationship of knowledge and
attitude with the risk of recurrent stroke events. This study used cross sectional methods at Dr. Dradjat
Prawiranegara Serang Banten Hospital with a sample of 45 using purposive sampling. The measuring
instrument used a knowledge questionnaire of 24 statements and an attitude questionnaire of 18
statements that had been made validity and reability by previous researchers. Analyze data using the Chi
Square test. From 26 (58%) respondents had high knowledge and 19 respondents (42%) knowledge and
22 (49%) respondents had negative attitudes and the remaining 23 (51%) respondents are positive. Of
the three characteristics of respondents, namely gender, age and education that have a meaningful
relationship (P value <0.05) to attitude is education. There is a meaningful relationship between family
knowledge and attitude to the occurrence of repeated strokes (p=0.047). It is hoped that health officials
will be able to provide knowledge about stroke to the family so that the family is able to provide good
care and the occurrence of repeated strokes can be avoided.

Keywords: knowledge; attitude; recurent stroke

This is an open access article under the CC–BY-SA license.


Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 140-146 141
Trio Gustin Rahayu

PENDAHULUAN
Stroke merupakan istilah umum yang berkenaan dengan abnormalitas fungsi dari sistem
saraf pusat yang terjadi ketika pasokan aliran darah normal ke otak terganggu (Smeltzer,
Suzanne, & Brenda, 2002). Stroke adalah salah satu masalah kesehatan yang serius. WHO
(2016) menyatakan bahwa stroke merupakan penyebab 6,7 juta kematian setiap tahun di seluruh
dunia. Stroke menyebabkan 6 kematian setiap 60 detik dan dalam setiap 60 detik dapat terjadi 30
insiden stroke yang baru diseluruh dunia (WHO, 2016).
Proporsi kematian stroke adalah 15,4% pada tahun 2007. Setiap 7 orang yang meninggal
di Indonesia satu diantaranya disebabkan karena stroke (Kemenkes, 2012). Stroke semakin
penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak dan
menduduki urutan pertama di Asia dan keempat di dunia, setelah India, Cina, dan Amerika.
Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Dasar, 2013). Stroke
merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis
oleh tenaga kesehatan. Prevalensi Stroke di Banten menurut (Riskesdas 2018) sebanyak 11,0%
atau sejumlah 33.587 orang meningkat dari tahun sebelum nya Banten 5,1 %.
Hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah adanya kejadian stroke berulang meliputi
pengetahuan faktor risiko dan melakukan upaya-upaya, baik dalam memodifikasi gaya hidup,
menjalani terapi yang diperlukan dan yang tidak kalah penting adalah melakukan pemeriksaan
yang dapat memberikan informasi optimal faktor risiko yang dimiliki seseorang untuk terjadinya
stroke ataupun stroke berulang. Serangan stroke ulang masih sangat mungkin terjadi dalam
kurun waktu 6 bulan pasca serangan stroke yang pertama. Seorang yang menderita stroke
umumnya akan kehilangan sebagian atau seluruh fungsi tubuh tertentu. Suplai darah yang
sempat terhenti inilah yang menyebabkan tubuh tidak lagi berfungsi dengan baik. Sehingga
pasien stroke sangat bergantung pada orang-orang disekitarnya, khususnya keluarga yang
merupakan orang terdekat mereka.
Pengetahuan dan sikap keluarga meliputi pemahaman tentang hal-hal yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh pasien. Sehingga peran keluarga sangat diperlukan
terutama terhadap pengetahuan dan sikap yang benar tentang penyakit stroke dan
penanganannya (Sonatha, 2012). Keluarga merupakan orang terdekat yang dapat mencegah
perilaku hipertensi/stroke melalui modifikasi gaya hidup. Keluarga dapat berfungsi sebagai peer
educator untuk mempromosikan deteksi stroke dan modifikasi gaya hidup seperti mengontrol
hipertensi, DM, penyakit jantung dan aterosklerosis dengan obat dan diit, stop merokok dan
minum alkohol, turunkan berat badan dan rajin olahraga, serta mengurangi stress (Amila, Sinaga
Janno, Sembiring Evarina, 2018)
Keluarga merupakan komponen penting dalam proses pemulihan seorang pasien karena
keluargalah yang paling mengetahui kondisi kesehatan pasien dan menjadi bagian penting dalam
proses pemulihan (Videbeck, 2001). Pengetahuan dan sikap yang baik pada saat merawat
keluarga dengan stroke diharapkan akan terhindar dari kejadian stroke berulang. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan risiko kejadian
stroke berulang

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 140-146 142
Trio Gustin Rahayu

METODE
Penelitian menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua pasien stroke yang dirawat di Ruang Tulip RS dr Dradjat Prawiranegara Serang
dengan jumlah sampel 45 responden yang diperoleh menggunakan teknik porposive sampling
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
semua keluarga pasien stroke yang dirawat di ruang Tulip, pasien merupakan penderita stroke
pertama kali, responden merupakan keluarga (suami, isteri, anak, menantu, ayah, ibu, usia
responden minimal 17 tahun, dan dapat berkomunikasi dengan baik.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 3
kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan yang sudah dilakukan validitas dan reabilitas oleh
peneliti sebelumnya. Kuesioner A berisikan tentang identitas dan karakteristik responden,
kuesioner B berisikan tentang pengetahuan sebanyak 24 pertanyaan, dan kuesioner C berisikan
pernyataan tentang sikap keluarga dalam memberi perawatan pasien. Pada kuesioner
pengetahuan pernyataan dengan jawaban Benar diberi skor 1, jawaban salah skor 0 dan jawaban
tidak tahu skor 0. Sedangkan pada pernyataan sikap dilakukan terlebih dahulu dilakukan
pengklasifikasian terhadap pernyataan sikap favorable dan unfavorable. Pada penyataan sikap
favorable jawaban Sangat Setuju (SS) diberikan skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju
(TS) diberi skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Pernyataan favorable yaitu
pernyataan nomor 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,13,15,16 dan 17. Sedangkan pada pernyataan sikap
unfavorable jawaban Sangat Setuju (SS) diberikan skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Tidak Setuju
(TS) diberi skor 3 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4. Pernyataan unfavorable yaitu
pernyataan nomor 6,12,14 dan 18. Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi
frekuensi masing-masing variable dan analisa bivariat menggunakan menentukan hubungan dua
gejala yang kedua-duanya merupakan skala ordinal yaitu teknis analisis uji chi square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia


dan Pendidikan (n=45)
Karakteristik f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 24 53.3
Perempuan 21 46.7
Usia (tahun)
<30 tahun 13 28.9
> 30 tahun 32 71.1
Pendidikan
Rendah (≤ SMA) 26 57.8
Tinggi (>SMA) 19 42.2

Tabel 1 dapat dilihatmengenai karakteristik dari responden yaitu jenis kelamin, usia dan
pendidikan. Jenis kelamin laki laki sebanyak 24 responden (53.3%) dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 21 responden (46.7%).Responden yang berusia < 30 tahun sebanyak 13
(28.9%) dan responden yang berusia > 30 tahun sebanyak 32 (71.1%). Sedangkan responden

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 140-146 143
Trio Gustin Rahayu

yang mempunya pendidikan rendah (≤ SMA) sebanyak 26 (57.8%) dan responden yang
mempunyai pendidikan tinggi (>SMA) sebanyak 19 (42.2%)

Gambar 1. Gambaran Pengetahuan Keluarga terhadap Kejadian Stroke Berulang

Berdasarkan Gamabar 1 menunjukan bahwa 26 (58%) responden mempunyai


pengetahuan tinggi dan sisanya 19 responden (42%) mempunyai pengetahuan rendah terhadap
kejadian stroke berulang. Hal ini sesuai dengan (Muswanti, 2016) dalam penelitian nya dimana
pengetahuan responden sebagian besar dalam kategori baik yakni sebanyak 31 responden (47%).
Dari hasil penelitian lain oleh Semet, Kembuah, & Karema (2016) disimpulkan bahwa
responden yang terdiri dari 19 pasien dan 27 keluarga pasien memiliki tingkat pengetahuan yang
tinggi mengenai stroke dan pengetahuan pasien stroke lebih tinggi dari pada keluarganya.
Pengetahuan stroke dari sebagian besar keluarga pasien tergolong baik. Pada beberapa anggota
keluarga dan anak remaja belum mempunyai pengetahuan baik mengenai stroke. Keluarga yang
mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang masalah kesehatan memberikan
dampak yang baik pula terhadap meningkatnya status kesehatan anggota keluarga
(Ratnawardani, Utomo, & Safri, 2018)
Sebagian besar responden mendapatkan pengetahuan mereka tentang stroke dari tenaga
medis. Responden dan keluarga sebelumnya kurang mendapatkan pengetahuan di lingkungan
mereka sehingga ketika anggota keluarga mederita stroke tenaga medis yang memberikan
pengetahuan tentang stroke. Menurut (Amila, Sinaga, & Sembiring, 2018) peningkatan
pengetahuan pasien dan keluarga dalam deteksi tanda pencegahan faktor risiko stroke
ditargetkan terjadi perubahan perilaku dan meningkatkan pola hidup sehat untuk mencegah
stroke berulang
Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa 22 (49%) responden mempunyai sikap negatif
dan sisanya 23 (51%) responden mempunyai sikap positif terhadap kejadian stroke berulang. Hal
ini terjadi karena sikap merupakan cerminan dari pengetahuan responden, sehingga pengetahuan
yang baik akan memberikan kemungkinan responden untuk memiliki sikap yang baik pula
(Notoatmodjo, 2005).
Hasil ini sesuai dengan penelitian (Muswanti, 2016) bahwa antara sikap positif dan sikap
negatif memiliki jumlah yang sama yakni masing-masing 33 responden (50%). Perilaku
responden sebagian besar kurang baik yakni sebanyak 49 responden (74,2%). Namun penelitian

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 140-146 144
Trio Gustin Rahayu

ini tidak sesuai dengan penelitian (Safitri, 2012) bahwa sebagian besar responden memiliki sikap
yang tidak mendukung (55,93) dalam melakukan perawatan di rumah untuk pasien stroke.

Gambar 2. Gambaran Sikap Keluarga terhadap Kejadian Stroke Berulang

Tabel 2. Hubungan Karakteristik Responden dengan Sikap (n=45)


Sikap
Variabel Negatif Positif Total X² P-Value

Jenis kelamin
Laki-laki 10 14 24
1,074 0,300
Perempuan 12 9 21
Usia
<30 tahun 9 4 13
3,027 0,082
> 30 tahun 13 19 32
Pendidikan
Rendah (≤ SMA) 16 10 26 3,856 0,047 *
Tinggi (>SMA) 6 13 19

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari karakteristik jenis kelamin responden yang mempunyai
sikap postif dari keluarga berdsarkan jenis kelamin laki-laki yaitu 24 responden (53%).
Sedangkan dari segi usia keluarga yang berusia > 30 tahun mempunya segi positif yang lebih
besar yaitu 32 responden (71%) dan dari segi pendidikan keluarga yang berpendidikan rendah
(≤ SMA) mempunyai sikap postitif sebanyak 26 responden (57%)
Dari ketiga karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia dan pendidikan yang
mempunyai hubungan bermakna (P value <0,05) adalah pendidikan. Hal ini sesuai dengan
(Notoatmodjo, 2014) bahwa Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat
erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas
pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah
pula.Peningkatan pengetahuan tidakmutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga
dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang.
Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin
positif terhadap objek tertentu.

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 140-146 145
Trio Gustin Rahayu

Selain itu semakin tinggitingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, Peran dan Dokumenasi
keperawatan, konsep dan praktek, 2011). Sedangkan dari segi usia menurut (Nursalam, Peran
dan Dokumenasi keperawatan, konsep dan praktek, 2011) semakin cukup usia tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikirdan bekerja dari segi
kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum
cukup tinggi kedewasaannya.

Tabel 3 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Keluarga terhadap


Kejadian Stroke Berulang (n=45)
Sikap
Pengetahuan Negatif Positif Total X² P-Value

Rendah 6 13 19
3,943 0,047
Tinggi 16 10 26

Tabel 4 dapat diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap keluarga
terhadap kejadian stroke berulang (p = 0,047). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
(Sonatha, 2012)bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden
dengan sikap responden dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke (p=0,027).
Sedangkan menurut penelitian (Sari, 2015) kejadian stroke berulang pada umumnya dapat
terjadi pada penderita yang kontrol diri, dan tingkat kesadarannya yang rendah
Menurut hasil penelitian (Amila, Sinaga, & Sembiring, 2018)menunjukkan mayoritas
responden memiliki jumlah serangan stroke 1 kali (60%), mayoritas keluarga memiliki
pengetahuan cukup (60%) tentang pencegahan stroke berulang, mayoritas responden memiliki
resiko rendah (50%). Peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga dalam deteksi tanda
pencegahan faktor risiko stroke ditargetkan terjadi perubahan perilaku dan meningkatkan pola
hidup sehat untuk mencegah stroke berulang.
Stroke berulang (sekunder) merupakan salah satu komplikasi yang sering timbul setelah
pasien pulang dari perawatan di rumah sakit.Pasien yang pernah menderita stroke memiliki
risiko untuk terkena serangan stroke sekunder. Serangan stroke sekunder ini bisa lebih fatal dari
stroke pertama, karena bertambah luasnya kerusakan otak yang terjadi akibat serangan stroke
sebelumnya (Mulyatsih & Ahmad, 2010)

SIMPULAN
Responden yang mempunyai pengetahuan tinggi adalah 58 % sedangkan responden yang
mempunyai sikap positif sebesar 51%. Pendidikan mempunyai hubungan yang bemakna
terhadap sikap keluarga dalam pencegahan stroke berulang. Ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap kejadian stroke berulang. Bagi petugas
kesehatan di Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara Serang diharapkan meningkatkan
pengetahuan pada keluarga yang dirawat dengan stroke pertama kali dengan memberikan
discharge planning sehingga kejadian stroke berulang dapat dihindari.

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 140-146 146
Trio Gustin Rahayu

DAFTAR PUSTAKA
Amila, Sinaga, J., & Sembiring, E. (2018). Pencegahan Stroke Brulang Melalui Pemberdayaan
Keluarga dan Modifikasi Gaya Hidup. ABDIMAS vol 22 no 2.
Azwar, S. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dasar, R. K. (2013). Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan.
Gerungan, W. (2004). Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.
Irdawati, & Ambarwati, W. N. (2009). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Keluarga
dengan Perilaku dalam Meningkatkan Kapasitas Fungsional Pasien Pasca Stroke di
Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura. Berita Ilmu Keperawatan Vol 2, No 2.
Joel, M. (2003). Patient knowledge and expectations for fubctional recovery after stroke.
American Journal of physical medicine & rehabilitation.
Mulyatsih, E., & Ahmad, A. A. (2010). Stroke: Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di
Rumah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Muswanti, I. J. (2016). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan
komplikasi stroe pada penderita hipertensi usia < 45 tahun di puskesmas Ngemplak
Simongan Kota Semarang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Muttaqin, A. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Notoatmodjo. (2014). Imlu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2011). Peran dan Dokumenasi keperawatan, konsep dan praktek. Jakarta: Salemba
Medika.
Ratnawardani, D., Utomo, W., & Safri. (2018). PENGALAMAN KELUARGA DALAM
PENANGANAN SERANGAN PERTAMA PADA PASIEN STROKE. JOM FKp, vol 5
no 2.
Safitri, F. N. (2012). Resiko Stroke Berulang dan Hubungannya dengan Pengetahuan dan Sikap
Keluarga. Jurnal unpad, Vol 1 No 1.
Sari, I. P. (2015). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Stroke Berulang pada
Penderita Pasca Stroke.
Semet, G. R., Kembuah, M. A., & Karema, W. (2016). Gambaran Pengetahuan stroke pada
penderita dan keluarga di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCI),
Volume 4, Nomor 2.
Smeltzer, Suzanne, C., & Brenda, G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Ed 8, vol.
1,2). Jakarta: EGC.
Sonatha, B. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Keluarga dalam Pemberian
Perawatan Pasien Pasca Stroke.
Videbeck, S. (2001). Psychiatric Mental Health Nursing. America: Lippincott Williams &
Wilkins.

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Anda mungkin juga menyukai