Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH TERAPI REMINISCENCE TERHADAP TINGKAT STRES

PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA


SURABAYA

Aisya, Abdul Muhith, Ike Prafitasari


Program Studi S1Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Majapahit Mojokerto Tahun 2017
aisyasaweri@gmail.com

Abstrak : Stressor yang dihadapi lansia antara lain modernisasi adanya pola
keluarga besar dan keluarga kecil yang dapat menempatkan lansia diluar sistem
keluarga kecil tersebut sehingga lansia merasa diabaikan. pengelolaan stres pada
lansia dapat dilakukan dengan terapi Reminiscence yaitu menggunakan memori
dan kenangan masa lalu untuk melindungi kesehatan mental dan meningkatkan
kualitas hidup pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
terapi Reminiscence terhadap tingkat stres pada lansia. Desain pada penelitian ini
adalah Quasy Eksperimental, Sampel terdiri dari 32 lansia yang dipilih secara
Purposive Sampling, yang dibagi menjadi 16 lansia kelompok perlakuan dan 16
kelompok kontrol dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Stress
Assessment Questionnaire (SAQ). Berdasarkan Hasil analisis uji statistik Mann-
Whitney pada taraf signifikan  = 0,05 didapatkan nilai Asymp.sig sebesar 0,035
dan <α (0.05) yang artinya ada pengaruh terapi reminiscence terhadap tingkat
stres pada lansia di UPTD Griya Wherda Surabaya.Terapi reminiscence
merupakan kegiatan yang menarik bagi lansia, sangat mudah untuk dilakukan dan
memiliki manfaat positif terhadap psikologis lansia sehingga diharapkan terapi ini
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui terapi reminiscence
diharapkan lansia dapat menemukan kelebihan dalam dirinya, membangun rasa
kepercayaan diri lansia, dan mengembangkan pikiran positif dari lansia itu sendiri,
hal tersebut dapat meningkatkan harga diri pada lansia.
Kata Kunci : Lansia, stres, Terapi Reminiscence
Abstract : Stressors faced by the elderly include the modernization of the pattern
of large families and small families who can place the elderly outside the small
family system so thah the elderly feel ignored. Stress management in the elderly
can be done with Reminiscence therapy that uses memory and memories of the
past to protect mental health and improve the quality of life in the elderly. This
study aims to determine the effect of reminiscence therapy on stress levels in the
elderly.The design of this study was Quasy Eksperimental, the sample consisted of
32 elderly selected by Purposive Sampling, divided into 16 elderly group of
treatment and 16 group of control and data collection was done by using Stress
Assessment Questionnaire (SAQ).Based on Manny-Whitney statistical test results
on the level of significant level  = 0,05obtained asymp.sig value of 0,035 and <α
(0.05)which means there is drop Reminiscence therapy to stress levels in the
elderly in UPTD Griya werdha surabaya.Reminiscence therapy is an interesting
activity for the elderly is very easy to do and has positive benefits to the elderly
psychologist so hopefully this therapy can be applied in daily life, through
Reminiscence therapy is expected elderly can find the advantages in him build a
sense of confidence elderly, and develop mind positive of the elderly, it self it can
increase self-esteem in the elderly.
Keywords :elderly, stress, Reminiscencetherapy

PENDAHULUAN
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya,
adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi mengalami
kekurangan-kekurangan yang menyolok atau diskrepansi terjadi pada seluruh
organ tubuh, meliputi organ tubuh dalam seperti jantung, paru-paru, ginjal,
indung telur, otak, dan lain-lainjuga organ terluar dan terluas tubuh yaitu,kulit
Stres dapat diartikan sebagai suatu stimulus yang mengakibatkan
ketidakseimbangan fungsi fisiologi dan psikologis,stres adalah pola reaksi
menghadapi stressor yang berasal dari dalam individu maupun lingkungannya
salah satu tanda penurunan fungsi tubuh untuk beradaptasi dengan stres adalah
lingkungan dan merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia sering
ditandai dengan kondisi kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan, hal ini
merupakan beban berat bagi lansia yang dapat menimbulkan depresi (Muhith &
Siyoto, 2016).
The United National Populations Division pada tahun 2002 memperkirakan
terdapat sekitar 605 juta lansia (> 65 tahun) di dunia, dan sekitar 400 juta
bertempat tinggal di negara sedang berkembang. Pada tahun 2025 jumlah
populasi lanjut usia (lansia) di dunia diperkirakan sebesar 1,2 miliyar dan
sebanyak 840 juta terdapat di negara sedang berkembang. Menurut Undang-
Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, Diperkirakan
mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil
predikdsi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai
9,77 % dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34% pada tahun
2020. Usia harapan hidup perempuan yang lebih panjang dibandingkan laki-laki
menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia perempuan lebih banyak dibandingkan
laki-laki (11,29 juta jiwa berbanding 9,26 juta jiwa). Badan kesehatan duni WHO
menyatakan bahwa penduduk indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang
menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Muhith & Siyoto, 2016).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 20 desember 2016 dengan
menggunakan kuesioner dari 10 lansia di UPTD Griya werdha surabaya rata-rata
banyak mengalami gejala stres didapatkan 6 orang dari 10 lansia mengalami stres
berat 60% , 2 mengalami stres sedang 20% dan 2 mengalami stres ringan 20%.
Stressor yang dihadapi lansia antara lain modernisasi (adanya pola keluarga
besar ke keluarga kecil yang terdiri antara ayah, ibu, dan anak dapat
menempatkan lansia diluar sistem keluarga kecil tersebut sehingga lansia merasa
diabaikan),kesepian (adanya ibu rumah tangga yang bekerja meninggalkan beban
pekerjaan pada lansia), pekerjaan (pensiun sering disamakan dengan kehilangan
kegiatan,penghasilan,kedudukan,berkurangnya harga diri, dan tidak mempunyai
peran.sekitar 70 persen lanjut usia di jawa timur diduga stres, pemicunya adalah
faktor eksternal seperti masalah keuangan dan perhatian keluarga, Masalah yang
muncul tidak semua orang dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan berat
ringannya stressor dalam kehidupan yang dihadapi stressor bagi seseorang belum
tentu stressor bagi orang lain, sebagian lanjut usia tidak dapat menyesuaikan diri
dan menganggap stressor kehidupan yang dialami merupakan beban berat dan
akan mengganggu kehidupan, sehingga lanjut usia tersebut cenderung mengalami
depresi dan gangguan jiwa. (Muhith & Siyoto, 2016).
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh reminiscene dibandingkan dengan
intervensi yang lainnya adalah metode yang menggunakan memori untuk
melindungi kesehatan mental dan meningkatkan kualitas kehidupan. Melalui
terapi reminiscence lansia dapat menemukan kelebihan dalam dirinya,
membangun rasa kepercayaan diri lansia, dan mengembangkan pikiran positif
dari lansia itu sendiri, hal tersebut dapat meningkatkan harga diri lansia.
Pemberian terapi reminiscence untuk mengatasi stres pada lansia memang cukup
penting mengingat efek negatif stres yang dapat menimbulkan tuntutan yang
besar pada seseorang jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasi maka akan
terjadi stress (Rahayuni, Utami, & Swedarma, 2015). Berdasarkan pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi kelompok reminiscane adalah suatu
terapi yang dilakukan pada penderita secara berkelompok dengan cara
memotivasi penderita untuk mengingat kembali kejadian dan pengalaman masa
lalu serta kemampuan penyelesaian masalahnya kemudian disampaikan dengan
keluarga, teman, kelompok, atau Staf (Manurung, 2016).

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah Eksperimen Semu (Quasy Eksperimental). populasi
pada penelitian ini yaitu sebanyak 32 responden. Sampel terdiri dari 32 lansia
yang dipilih secara Purposive Sampling, yang dibagi menjadi 16 lansia kelompok
perlakuan dan 16 kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan uji statistik
Mann-Whitney. Penelitian ini dilakukan di UPTD Griya werdha surabaya.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Stress Assessment
Questionnaire (SAQ).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Karakteristik Responden berdasarkan kelompok intervensi
a. Data Umum
Tabel 1Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis
KelaminResponden di Griya Werdha Surabaya Tahun
2017.

No Jenis Kelamin Jumlah (f ) Prosentase(%)


1 Perempuan 11 68.8
2 Laki-laki 5 31.2
Jumlah 16 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian besar


berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 11 responden (68.8%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di
Griya Werdha Surabaya Tahun 2017

No Umur Jumlah( f ) Prosentase(%)


1 < 60 tahun 0 0
2 60 – 74 tahun 9 56.2
3 75 – 90 tahun 6 37.5
4 > 90 tahun 1 6.2

Jumlah 16 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian besar
berumur 60 – 74 tahun yaitu sebanyak 9 responden (56.2%) dan
sebagian kecil berumur > 90 tahun yaitu sebanyak 1 responden
(6.2%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Tinggal
Responden di Griya Werdha Surabaya Tahun 2017

No Lama Tinggal Jumlah ( f ) Prosentase(%)


1 ≤ 1 tahun 4 25
2 > 1 tahun 12 75
Jumlah 16 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian besar


lama tinggal adalah > 1 tahun yaitu sebanyak 12 responden (75%).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden di Griya Werdha Surabaya Tahun 2017

No Pendidikan Terakhir Jumlah ( f ) Prosentase(%)


1 Pendidikan dasar (tidak 11 68.8
sekolah/SD/SMP)
2 Pendidikan menengah (SMA) 4 25
3 Pendidikan tinggi (S1) 1 6.2
Jumlah 16 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian besar


berpendidikan dasar (tidak sekolah/SD/SMP) yaitu sebanyak 11
responden (68.8%).
2. Karakteristik Responden Kelompok Kontrol
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden di Griya Werdha Surabaya Tahun 2017

No Jenis Kelamin Jumlah ( f ) Prosentase(%)


1 Perempuan 12 75
2 Laki-laki 4 25
Jumlah 16 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian besar


berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 responden (75%).
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di
Griya Werdha Surabaya Tahun 2017

Jumlah ( f ) Prosentase (%)


No Umur
1 < 60 tahun 0 0
2 60 – 74 tahun 9 56.2
3 75 – 90 tahun 7 43.8
4 > 90 tahun 0 0
Jumlah 16 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian besar


berumur 60 – 74 tahun yaitu sebanyak 9 responden (56.2%) dan
sebagian kecil berumur 75 – 90 tahun yaitu sebanyak 7 responden
(43.8%).
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Tinggal
Responden di Griya Werdha Surabaya Tahun 2017

No Lama Tinggal Jumlah ( f ) Prosentase(%)


1 ≤ 1 tahun 10 62.5
2 > 1 tahun 6 37.5
Jumlah 16 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian besar


lama tinggal adalah ≤ 1 tahun yaitu sebanyak 10 responden (62.5%).
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden di Griya Werdha Surabaya Tahun 2017

No Pendidikan Terakhir Jumlah ( f ) Prosentase(%)


1 Pendidikan dasar (tidak 10 62.5
sekolah/SD/SMP)
2 Pendidikan menengah (SMA) 5 31.3
3 Pendidikan tinggi (S1) 1 6.2
Jumlah 16 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian besar


berpendidikan dasar (tidak sekolah/SD/SMP) yaitu sebanyak 10
responden (62.5%).
b. Data Khusus
1. Tingkat Stres Pada Lansia Kelompok Intervensi
Tabel 9 Distribusi Tingkat Stres Pada Lansia Kelompok
Intervensi Sebelum dan Diberikan Terapi
Reminiscene di UPTD Griya Wherda Surabaya
Tahun 2017

Tingkat stres Jumlah (f ) Prosentase (% )


Berat 16 100
Pre Sedang 0 0
Ringan 0 0
Jumlah 16 100
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 16 responden seluruhnya
memiliki tingkat stres berat yaitu sebanyak 16 responden (100%).
Tabel 10Distribusi Tingkat Stres Pada Lansia Kelompok
IntervensiSesudah Diberikan Terapi Reminiscene
di UPTD Griya Wherda Surabaya Tahun 2017

Tingkat Stres Jumlah ( f) Prosentase(%)


Berat 1 6.2
Post Sedang 3 18.8
Ringan 12 75
Jumlah 16 100

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian


besar memiliki tingkat stres ringan yaitu sebanyak 12 responden
(75%).
2. Tingkat Stres Pada Lansia Kelompok Kontrol
Tabel 11 Distribusi Tingkat Stres Pada Lansia Kelompok
KontrolSebelum Diberikan Terapi Reminiscene
di UPTD Griya Wherda Surabaya Tahun 2017

Tingkat Stres Jumlah( f ) Prosentase(%)


Berat 10 62.5
Pre Sedang 5 31.2
Ringan 1 6.2
Jumlah 16 100
Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian
besar memiliki tingkat stres berat yaitu sebanyak 10 responden
(62.5%).
Tabel 12 Distribusi Tingkat Stres Pada Lansia Kelompok
KontrolSesudah Diberikan Terapi Reminiscene di
UPTD Griya Wherda Surabaya Tahun 2017

Tingkat Stres Jumlah( f ) Persentase(%)


Berat 10 62.5
Post Sedang 5 31.2
Ringan 1 6.2
Jumlah 16 100

Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian


besar memiliki tingkat stres berat yaitu sebanyak 10 responden
(62.5%)
3. Pengaruh terapi reminiscence terhadap tingkat stres pada
lansia
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Tingkat Stres pada Lansia
Kelompok intervensi dan kontrol di Griya Wherda
Surabaya Tahun 2017

Post
Total
Berat Sedang Ringan
Pre
f % F % F % F %
Berat 1 6. 2 3 18.8 12 75 16 100
Inter Sedang 0 0 5 31.2 0 0 0 0
vensi Ringan 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 1 6.2 3 18.8 12 75 16 100
Berat 10 62.5 0 0 0 0 10 62.5
Kontr Sedang 0 0 5 31.2 0 0 5 31.2
ol Ringan 0 0 0 0 1 6.2 1 6.2
Jumlah 10 62.5 5 31.2 1 6.2 16 100
n = 16, α = 0.05 sig. 0,035

Tabulasi silang tingkat stres pada lansia kelompok intervensi


sebelum dan sesudah diberikan terapi reminiscence menunjukkan
bahwa dari 16 responden pada kelompok intervensi, sebagian
besar mengalami tingkat stres ringan yaitu sebanyak 12 responden
(75%). Sedangkan dari 16 responden pada kelompok kontrol,
sebagian besar mengalami stres berat yaitu sebanyak 10
responden (62.5%).
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini akan disajikan data penelitian mengenai tingkat

stres lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi Reminiscence pada

kelompok intervensi dan kontrol di UPTD Griya Werdha Surabaya data

tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Tingkat Stres Pada Lansia Kelompok Intervensi sebelum dan sesudah

diberikan terapi Reminiscence.

Hasil penelitian tingkat stres pada lansia kelompok intervensisebelum

diberikan terapi Reminiscence menunjukkan bahwa dari 16 responden

memiliki tingkat stres berat yaitu sebanyak 16 responden (100%)

Sedangkan sesudah diberikan terapi reminiscence sebanyak 7 kali sesi

tingkat stres pada kelompok intervensi mengalami penurunan yaitu

sebanyak 12 responden (75 %) tingkat stres ringan, 3 responden (18,8%)

mengalami tingkat stres sedang hal ini disebabkan karena kurangnya

pemahaman yang baik, responden masih teringat masa terdahulu yang

dialaminya, perubahan status ekonomi yang dahulunya bekerja sekarang

sudah tidak bisa bekerja lagi dan harus hidup sendiri jauh dari rumah dan

tinggal di panti. 1 responden (6,2%) mengalami tingkat stres berat. Hal ini

disebakan karena responden masih teringat masa-masa terdahulu ketika

masih bersama keluarga, hal ini didukung oleh oleh pendapat (Strocklager,

dalam Hilmi 2014). Yakni faktor stres yang dihadapi lansia meliputi

kehilangan dukungan sosial, pensiunan, kehilangan pasangan, kematian

anak usia dewasa, pengasingan dari keluarga dan perubahan citra tubuh.

Stres merupakan perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan,

stresbukan penyakit, tetapi bisa menjadi awal timbulnya penyakit mental


atau fisik jika terlalu lama stress menimpa setiap orang. Masalah nya bisa

memberikan stress dan beban yang berbeda-berbeda. Tidak ada ciri fisik

pada orang stres, tetapi bisa dilihat dari tekanan darah atau jantung

(Muhith & Siyoto, 2016) Ada banyak alasan yang melatarbelakangi

keadaan stres pada lansia, salah satunya adalah adanya masalah atau

konflik dengan keluarga sumber stres yang banyak dirasakan lansia yaitu

kehilangan pasangan , kurangnya perhatian dari anak-anak nya, kesepian,

sehingga lansia merasa diabaikan.

Sebelum diberikan perlakuan sebelumnya peneliti menanyakan apa

yang dilakukan responden ketika stres, dan sebagian responden

mengatakan bahwa ketika banyak pikiran mereka lebih sering menyendiri

lebih mudah merasa lelah dan susah tidur saat ditemui sebagian dari

responden mengalami tanda-tanda stres tinggi, responden mengatakan

bahwa lingkungan UPTD Griya Werdha surabaya kurang nyaman dan

jauh dari keluarga selain itu responden mengatakan lebih nyaman tinggal

di panti sebelumnya dikarenakan panti yang sebelumnya memiliki

kenyamanan untuk melakukan kegiatan.

2. Tingkat Stres Pada Lansia Kelompok Kontrol sebelum dan sesudah

tanpa diberikan terapi Reminiscence

Hasil penelitian tingkat stres pada lansia kelompok kontrolsebelum

dan sesudah menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian besar

memiliki tingkat stres berat yaitu sebanyak 10 responden (62.5%) yang

disebakan karena lansia lebih sering menghabiskan waktu dengan berdiam

diri dan dipikirkan hal ini menyebabkan rasa tidak berguna pada lansia,
sehingga tetap terpelihara dalam diri lansia atau respon yang mal adaptif.

stres sedang 5 responden (31,2%) dan stres ringan 1 responden (6,2%) hal

ini dapat simpulkan bahwa responden yang tidak diberikan terapi

reminiscence mengalami tingkat stres tetap / tidak ada penurunan berbeda

dengan kelompok intervensi.

Stres merupakan suatu sistem pertahanan tubuh dimana ada sesuatu

yang mengusik integritas diri sehingga mengganggu ketentraman yang

dimaknai sebagai tuntutan yang harus diselesaikan. Disamping itu keadaan

stres akan muncul apabila ada tututan yang luar biasa sehingga

mengancam keselamatan atau integritas seseorang (Nasir & Muhith,2011).

Tingkat stres yang mempengaruhi lansia yaitu ketidak mampuan

fisik yang berat seperti kelemahan atau lumpuh, ketidak mampuan tersebut

menyebabkan responden hanya berdiam diri setiap hari di tempat tidur

sehingga responden merasa bosan (jenuh) . Hal ini di dukung oleh

penelitian (Muhith, 2010) dalam jurnal kemampuan fungsuonal lansia.

3. Pengaruh Terapi Reminiscene Terhadap Tingkat Stres pada Lansia

Hasil pemberian terapi reminiscene terhadap tingkat stres pada lansia

menunjukkan bahwa dari 16 responden pada kelompok intervensi,

sebagian besar mengalami tingkat stres ringan yaitu sebanyak 12

responden (75%). Sedangkan dari 16 responden pada kelompok kontrol,

sebagian besar mengalami stres berat yaitu sebanyak 10 responden

(62.5%). Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik Mann-Whitney pada

taraf signifikan  = 0,05 didapatkan nilai Asymp.sig sebesar 0,035 dan


<α(0.05) yang artinya ada pengaruh terapi reminiscene terhadap tingkat

stres pada lansia di Griya Wherda Surabaya.

Terapi reminiscence bukan hanya meningkatkan kejadian masa lalu

atau pengalaman namun sebuah proses terstruktur yang sistemik untuk

merefleksikan sebuah kehidupan dengan fokus pada evaluasi ulang

pemecahan dari masa lalu sehingga menemukan makna sebuah kehidupan

dan akses dalam mengatasi permasalahan, Hasil penelitian ini didukung

oleh penelitian Rahayuni,Utami & Swedrama (2015) yang menyatakan

bahwa Terapi reminiscence berpengaruh terhadap penurunan tingkat stres

lansia. Terapi reminiscence merupakan kegiatan yang menarik bagi lansia,

sangat mudah untuk dilakukan dan memiliki manfaat positif terhadap

psikologis lansia sehingga diharapkan terapi ini dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Melalui terapi reminiscence lansia dapat

menemukan kelebihan dalam dirinya membangun rasa kepercayaaan diri

lansia, dan mengembangkan pikiran positif dari lansia itu sendiri, hal

tersebut dapat meningkatkan harga diri lansia. Pemberian terapi

reminiscence untuk mengatasi stres pada lansia memang cukup penting

mengingat efek negatif stres yang dapat menimbulkan tuntutan yang besar

pada seseorang jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasi maka akan

terjadi stress.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Hasil penelitian tingkat stres pada lansia kelompok


intervensisebelum dan sesudah menunjukkan bahwa sebagian
besar memiliki tingkat stres ringan.
2. Hasil penelitian tingkat stres pada lansia kelompok
kontrolsebelum dan sesudah menunjukkan bahwa sebagian besar
memiliki tingkat stres berat/ tetap.
3. Ada pengaruh terapi Reminiscene terhadap tingkat stres pada
lansia di UPTD Griya Wherda Surabaya.
B. Saran

1. Teoritis

Agar hasil penelitian ini dijadikan sebagai tambahan data tentang

tingkat stres lansia dengan kondisi fisik yang lemah dan cara

penanganannya yaitu melalui pemberian terapi reminiscene.

2. Bagi lansia
Diharapkan lansia tetap menggunakan terapi reminiscence ini
dengan sesama lansia lainnya di panti dalam meningkatkan
kemampuan lansia dalam mencegah maupun menurunkan stress.
3. Bagi Panti
Agar pengelola panti menerapkan terapi reminiscene sebagai
kegiatan rutin, dilakukan sangat mudah dan menarik sebagai upaya
menurunkan stres pada lansia
4. Petugas kesehatan
Agar perawat menggunakan terapi reminiscene sebagai upaya
menurunkan stress pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Adicondro, N. (2015). pengaruh terapi kelompok reminiscence untuk


menurunkan tingkat depresi pada lanjut usia di panti sosial tresna
werdha unit budi luhur kasongan,bantul,daerah istimewa yogyakarta.

Arumsari, N. A. (2014). pengaruh terapi reminiscence therapy terhadap


tingkat stres pada lansia di pstw unit budi
luhur,kasongan,bantul,yogyakarta.

Dahlan, s. (2013). besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam


penelitian kedokteran dan kesehatan. jakarta: Salemba medika.
Nasir, A., Muhith, A., & ideputri. (2011). Buku Ajar Metodelogi
PenelitianKesehatan . Yogyakarta: Nuha Medika.

Manurung, N. (2016). Terapi reminiscence . jakarta: CV Trans Info Media.

Muhith,Abdul. (2014). Jurnal Vol 6 No. 1, Maret . “ Pengaruh terapi


William flexi Exerrrcise terhadap nyeri punggung Bawah pada lansia
Di UPT Werdha Majapahit Mojokerto”. Medica Majapahit.

Muhith, A., & siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. (P.


christian, Ed.) Yogyakarta: CV Andi Offset

Muhith, Abdul. (2010). Kemampuan fungsional lansia di UPT Panti


Werdha Majapahit mojokerto. Jurnal Hospital Majapahit. Poltekkes
Majapahit Mojokerto.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi penelitian kesehatan . jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. (2016). metodelogi penelitian ilmu keperawatan . jakarta:


Salemba Medika.

Nursalam. (2013). Metodelogi penelitian ilmu keperawatan. jakarta:


Salemba Medika.

Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.

Putra, H. (2014). pengaruh terapi reminiscence (mengenang masa lalu yang


menyenangkan) terhadap depresi pada lansia di unit rehabilitasi
sosial pucang gading semarang.

Putri, D. R. (2012). Skripsi Perbedaan tingkat stress pada lansia yang


bertempat tinggal di rumah dan di UPT pelayanan sosial lanjut usia
bondowoso. Universitas Jember

Rahayuni, N. P., Utami, P. A., & Swedarma, K. E. (2015). pengaruh terapi


reminiscence terhadap stres lansia di banjar luwus baturiti tabanan
bali. jurnal keperawatan sriwijaya , 2

Anda mungkin juga menyukai