Abstrak : Stressor yang dihadapi lansia antara lain modernisasi adanya pola
keluarga besar dan keluarga kecil yang dapat menempatkan lansia diluar sistem
keluarga kecil tersebut sehingga lansia merasa diabaikan. pengelolaan stres pada
lansia dapat dilakukan dengan terapi Reminiscence yaitu menggunakan memori
dan kenangan masa lalu untuk melindungi kesehatan mental dan meningkatkan
kualitas hidup pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
terapi Reminiscence terhadap tingkat stres pada lansia. Desain pada penelitian ini
adalah Quasy Eksperimental, Sampel terdiri dari 32 lansia yang dipilih secara
Purposive Sampling, yang dibagi menjadi 16 lansia kelompok perlakuan dan 16
kelompok kontrol dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Stress
Assessment Questionnaire (SAQ). Berdasarkan Hasil analisis uji statistik Mann-
Whitney pada taraf signifikan = 0,05 didapatkan nilai Asymp.sig sebesar 0,035
dan <α (0.05) yang artinya ada pengaruh terapi reminiscence terhadap tingkat
stres pada lansia di UPTD Griya Wherda Surabaya.Terapi reminiscence
merupakan kegiatan yang menarik bagi lansia, sangat mudah untuk dilakukan dan
memiliki manfaat positif terhadap psikologis lansia sehingga diharapkan terapi ini
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui terapi reminiscence
diharapkan lansia dapat menemukan kelebihan dalam dirinya, membangun rasa
kepercayaan diri lansia, dan mengembangkan pikiran positif dari lansia itu sendiri,
hal tersebut dapat meningkatkan harga diri pada lansia.
Kata Kunci : Lansia, stres, Terapi Reminiscence
Abstract : Stressors faced by the elderly include the modernization of the pattern
of large families and small families who can place the elderly outside the small
family system so thah the elderly feel ignored. Stress management in the elderly
can be done with Reminiscence therapy that uses memory and memories of the
past to protect mental health and improve the quality of life in the elderly. This
study aims to determine the effect of reminiscence therapy on stress levels in the
elderly.The design of this study was Quasy Eksperimental, the sample consisted of
32 elderly selected by Purposive Sampling, divided into 16 elderly group of
treatment and 16 group of control and data collection was done by using Stress
Assessment Questionnaire (SAQ).Based on Manny-Whitney statistical test results
on the level of significant level = 0,05obtained asymp.sig value of 0,035 and <α
(0.05)which means there is drop Reminiscence therapy to stress levels in the
elderly in UPTD Griya werdha surabaya.Reminiscence therapy is an interesting
activity for the elderly is very easy to do and has positive benefits to the elderly
psychologist so hopefully this therapy can be applied in daily life, through
Reminiscence therapy is expected elderly can find the advantages in him build a
sense of confidence elderly, and develop mind positive of the elderly, it self it can
increase self-esteem in the elderly.
Keywords :elderly, stress, Reminiscencetherapy
PENDAHULUAN
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya,
adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi mengalami
kekurangan-kekurangan yang menyolok atau diskrepansi terjadi pada seluruh
organ tubuh, meliputi organ tubuh dalam seperti jantung, paru-paru, ginjal,
indung telur, otak, dan lain-lainjuga organ terluar dan terluas tubuh yaitu,kulit
Stres dapat diartikan sebagai suatu stimulus yang mengakibatkan
ketidakseimbangan fungsi fisiologi dan psikologis,stres adalah pola reaksi
menghadapi stressor yang berasal dari dalam individu maupun lingkungannya
salah satu tanda penurunan fungsi tubuh untuk beradaptasi dengan stres adalah
lingkungan dan merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia sering
ditandai dengan kondisi kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan, hal ini
merupakan beban berat bagi lansia yang dapat menimbulkan depresi (Muhith &
Siyoto, 2016).
The United National Populations Division pada tahun 2002 memperkirakan
terdapat sekitar 605 juta lansia (> 65 tahun) di dunia, dan sekitar 400 juta
bertempat tinggal di negara sedang berkembang. Pada tahun 2025 jumlah
populasi lanjut usia (lansia) di dunia diperkirakan sebesar 1,2 miliyar dan
sebanyak 840 juta terdapat di negara sedang berkembang. Menurut Undang-
Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, Diperkirakan
mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil
predikdsi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai
9,77 % dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34% pada tahun
2020. Usia harapan hidup perempuan yang lebih panjang dibandingkan laki-laki
menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia perempuan lebih banyak dibandingkan
laki-laki (11,29 juta jiwa berbanding 9,26 juta jiwa). Badan kesehatan duni WHO
menyatakan bahwa penduduk indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang
menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Muhith & Siyoto, 2016).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 20 desember 2016 dengan
menggunakan kuesioner dari 10 lansia di UPTD Griya werdha surabaya rata-rata
banyak mengalami gejala stres didapatkan 6 orang dari 10 lansia mengalami stres
berat 60% , 2 mengalami stres sedang 20% dan 2 mengalami stres ringan 20%.
Stressor yang dihadapi lansia antara lain modernisasi (adanya pola keluarga
besar ke keluarga kecil yang terdiri antara ayah, ibu, dan anak dapat
menempatkan lansia diluar sistem keluarga kecil tersebut sehingga lansia merasa
diabaikan),kesepian (adanya ibu rumah tangga yang bekerja meninggalkan beban
pekerjaan pada lansia), pekerjaan (pensiun sering disamakan dengan kehilangan
kegiatan,penghasilan,kedudukan,berkurangnya harga diri, dan tidak mempunyai
peran.sekitar 70 persen lanjut usia di jawa timur diduga stres, pemicunya adalah
faktor eksternal seperti masalah keuangan dan perhatian keluarga, Masalah yang
muncul tidak semua orang dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan berat
ringannya stressor dalam kehidupan yang dihadapi stressor bagi seseorang belum
tentu stressor bagi orang lain, sebagian lanjut usia tidak dapat menyesuaikan diri
dan menganggap stressor kehidupan yang dialami merupakan beban berat dan
akan mengganggu kehidupan, sehingga lanjut usia tersebut cenderung mengalami
depresi dan gangguan jiwa. (Muhith & Siyoto, 2016).
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh reminiscene dibandingkan dengan
intervensi yang lainnya adalah metode yang menggunakan memori untuk
melindungi kesehatan mental dan meningkatkan kualitas kehidupan. Melalui
terapi reminiscence lansia dapat menemukan kelebihan dalam dirinya,
membangun rasa kepercayaan diri lansia, dan mengembangkan pikiran positif
dari lansia itu sendiri, hal tersebut dapat meningkatkan harga diri lansia.
Pemberian terapi reminiscence untuk mengatasi stres pada lansia memang cukup
penting mengingat efek negatif stres yang dapat menimbulkan tuntutan yang
besar pada seseorang jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasi maka akan
terjadi stress (Rahayuni, Utami, & Swedarma, 2015). Berdasarkan pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi kelompok reminiscane adalah suatu
terapi yang dilakukan pada penderita secara berkelompok dengan cara
memotivasi penderita untuk mengingat kembali kejadian dan pengalaman masa
lalu serta kemampuan penyelesaian masalahnya kemudian disampaikan dengan
keluarga, teman, kelompok, atau Staf (Manurung, 2016).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah Eksperimen Semu (Quasy Eksperimental). populasi
pada penelitian ini yaitu sebanyak 32 responden. Sampel terdiri dari 32 lansia
yang dipilih secara Purposive Sampling, yang dibagi menjadi 16 lansia kelompok
perlakuan dan 16 kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan uji statistik
Mann-Whitney. Penelitian ini dilakukan di UPTD Griya werdha surabaya.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Stress Assessment
Questionnaire (SAQ).
A. HASIL
1. Karakteristik Responden berdasarkan kelompok intervensi
a. Data Umum
Tabel 1Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis
KelaminResponden di Griya Werdha Surabaya Tahun
2017.
Jumlah 16 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 16 responden sebagian besar
berumur 60 – 74 tahun yaitu sebanyak 9 responden (56.2%) dan
sebagian kecil berumur > 90 tahun yaitu sebanyak 1 responden
(6.2%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Tinggal
Responden di Griya Werdha Surabaya Tahun 2017
Post
Total
Berat Sedang Ringan
Pre
f % F % F % F %
Berat 1 6. 2 3 18.8 12 75 16 100
Inter Sedang 0 0 5 31.2 0 0 0 0
vensi Ringan 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 1 6.2 3 18.8 12 75 16 100
Berat 10 62.5 0 0 0 0 10 62.5
Kontr Sedang 0 0 5 31.2 0 0 5 31.2
ol Ringan 0 0 0 0 1 6.2 1 6.2
Jumlah 10 62.5 5 31.2 1 6.2 16 100
n = 16, α = 0.05 sig. 0,035
sudah tidak bisa bekerja lagi dan harus hidup sendiri jauh dari rumah dan
tinggal di panti. 1 responden (6,2%) mengalami tingkat stres berat. Hal ini
masih bersama keluarga, hal ini didukung oleh oleh pendapat (Strocklager,
dalam Hilmi 2014). Yakni faktor stres yang dihadapi lansia meliputi
anak usia dewasa, pengasingan dari keluarga dan perubahan citra tubuh.
memberikan stress dan beban yang berbeda-berbeda. Tidak ada ciri fisik
pada orang stres, tetapi bisa dilihat dari tekanan darah atau jantung
keadaan stres pada lansia, salah satunya adalah adanya masalah atau
konflik dengan keluarga sumber stres yang banyak dirasakan lansia yaitu
lebih mudah merasa lelah dan susah tidur saat ditemui sebagian dari
jauh dari keluarga selain itu responden mengatakan lebih nyaman tinggal
diri dan dipikirkan hal ini menyebabkan rasa tidak berguna pada lansia,
sehingga tetap terpelihara dalam diri lansia atau respon yang mal adaptif.
stres sedang 5 responden (31,2%) dan stres ringan 1 responden (6,2%) hal
stres akan muncul apabila ada tututan yang luar biasa sehingga
fisik yang berat seperti kelemahan atau lumpuh, ketidak mampuan tersebut
lansia, dan mengembangkan pikiran positif dari lansia itu sendiri, hal
mengingat efek negatif stres yang dapat menimbulkan tuntutan yang besar
pada seseorang jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasi maka akan
terjadi stress.
A. Simpulan
1. Teoritis
tingkat stres lansia dengan kondisi fisik yang lemah dan cara
2. Bagi lansia
Diharapkan lansia tetap menggunakan terapi reminiscence ini
dengan sesama lansia lainnya di panti dalam meningkatkan
kemampuan lansia dalam mencegah maupun menurunkan stress.
3. Bagi Panti
Agar pengelola panti menerapkan terapi reminiscene sebagai
kegiatan rutin, dilakukan sangat mudah dan menarik sebagai upaya
menurunkan stres pada lansia
4. Petugas kesehatan
Agar perawat menggunakan terapi reminiscene sebagai upaya
menurunkan stress pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA