A. DEFINISI
Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang
hati. Hampir semua kasus hepatitis virus akut disebakan oleh salah satu dari lima jenis
yaitu: virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV),
virus hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis E (HEV). Jenis virus lain yang ditularkan
pasca tranfusi seperti virus hepatitis G dan virus virus TT
telahdapatdiidentifikasiakantetapitidakmenyebabkan hepatitis. Semuajenis hepatitis
virus yang menyerangmanusiamerupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B, yang
merupakan virus DNA.Walaupun virus- virus tersebutberbedadalamsifat molecular
dan antigen, akantetapisemuajenis virus
tersebutmemperlihatkankesamaandalamperjalananpenyakitnya.
B. ETIOLOGI
Secara umum agen penyebab hepatitis virus dapat diklasifikasikan ke dalam
dua grup yaitu hepatitis dengan transmisi secara enteric dan transmisi melalui darah.
Transmisi secara enterik
Terdiriatas virus hepatits A (HAV) dan virus hepatitis E (HEV):
Virus tanpaselubung
Tahanterhadapcairanempedu
Ditemukan di tinja
Tidakdihubungkandenganpenyakithatikronik
Tidakterjadiviremia yang berkepanjanganataukondisikarier intestinal.
Digolongkandalampiconavirus, subklasifikasisebagaihepatovirus.
Diameter 27-28 nm denganbentukkubussinetrik
Untaitunggal (single stranded), molekul RNA linier 7,5 kb
Padamanusiaterdiriatassatu serotype, tigaataulebih genotype.
Mengandunglokasinetralisasiimunodominantunggal
Mengandungtigaatauempatpolipeptidavirion di kapsomer.
Replikasi di sitoplasmahepatosit yang terinfeksi, tidakterdapatbukti
yang nyataadanyareplikasi di usus
Menyebarpada primate non manusiadangalurselmanusia
Transmisimelaluidarah
Terdiriatas virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis D (HDV), virus hepatitis C
(HCV):
Virus denganselubung (envelope)
Rusakbilaterpajancairanempedu / detergen
Tidakterdapatdalamtinja
Dihubungkandenganpenyakithatikronik
Dihubungkandenganviremia yang peristen.
G. PATOGENESIS
a. HAV
Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran pencernaan,kemudian
masuk kealiran darah menuju hati(vena porta), lalu menginvasi ke sel parenkim
hati. Di sel parenkim hativirus mengalami replikasi yang menyebabkan sel
parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar dan menginvasi sel
parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliarisyang akan dieksresikan
bersama feses. Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi
yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran sel kupfer yang
akan menekan ductus biliaris sehingga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian
terjadi penurunan eksresi bilirubin ke usus. Keadaan ini menimbulkan
ketidakseimbangan antara uptake dan ekskresi bilirubin dari sel hati sehingga
bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi (direk) akan terus menumpuk
dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux (aliran kembali keatas) ke
pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama
pada sklera kadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh pekat akibat
partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan di
eksresikan melalui urin.
Akibat bilirubin direk yang kurang dalam usus mengakibatkan gangguan
dalam produksi asam empedu (produksi sedikit) sehingga proses pencernaan
lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu yang cukup lama)
yang menyebabkan regangan pada lambung sehingga merangsang saraf simpatis
dan saraf parasimpatis mengakibatkan teraktifasi nya pusat muntah yang berada di
medula oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah dan
menurun nya nafsu makan. (Kumar,2007) Menurut IPD (2009), patogenesis
hepatitis A yaitu HAV masuk ke hati dari saluran pencernaan melalui aliran darah,
menuju hepatosit, dan melakukan replikasi di hepatosit yang melibatkan RNA-
dependent polymerase. Dari hepar HAV dieliminasi melalui sinusoid, kanalikuli,
masuk ke dalam usus sebelum timbulnya gejala klinis maupun laboratoris.
b. HBV
Virus hepatitis B (VHB) masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Dari
peredaran darah partikel dan maasuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi
virus. Selanjutnya sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi partikel Dane
utuh, partikel HbsAg bentuk bulat dan tubuler, dan HbsAg yang tidak ikut
membentuk partikel virus. VHB merangsang respons imun tubuh, yang pertama
kali dirangsang adalah respons imun spesifik (innate immune response) karena
dapat terangsang dalam waktu pendek, dalam beberapa menit sampai beberapa
jam. Proses eliminasi nonspesifik ini tejadi tanpa restriksi HLA, yaitu dengan
memanfaatkan sel-sel NK dan NK-T.
Untuk proses eradikasi VHB lebih lanjut diperlukan respons imun spesifik,
yaitu dengan mengaktifasi sel limfosit T dan sel limfosit B. Aktivasi sel T CD8+
terjadi setelah kontak reseptor sel T tersebut dengan kompleks peptida VHB-MHC
kelas I yang ada pada permukaan dinding sel hati dan pada permukaan dinding
APC dan dibantu rangsangan sel T CD4+ yang sebelumnya sudah mengalami
kontak dengan kompleks peptida VHB-MHC kelas II pada dinding APC. Peptida
VHB yang ditampilkan pada permukaan dinding sel hati dan menjadi antigen
sasaran respons imun adalah peptida kapsid yaitu HbcAg atau HbeAg. Sel T
CD8+ selanjutnya akan mengeliminasi virus yang ada didalam sel hati yang
terinfeksi. Proses eliminasi tersebut bisa terjadi dalam bentuk nekrosis sel hati
yang akan menyebabkan meningkatnya ALT atau mekanisme sitolitik. Di
samping itu dapat juga terjadi eliminasi virus intrasel tanpa kerusakan sel hati
yang terinfeksi melalui aktivitas IFNγ dan TNFα yang dihasilkan oleh sel T CD8+
(mekanisme nonsitolitik).
Aktivasi sel limfosit B dengan bantuan sel CD4+ akan menyebabkan produksi
antibodi antara lain anti-HBs, anti-HBc, anti-Hbe. Fungsi anti-HBs adalah
netralisasi partikel VHB bebas dan mencegah masuknya virus kedalam sel.
Dengan demikian anti-HBs akan mencegah penyebaran virus dari sel ke sel.
Infeksi kronik VHB bukan disebabkan gangguan produksi anti-HBs. Buktinya
pada pasien Hepatitis B kronik ternyata dapat ditemkan adanya anti-HBs
bersembunyi dalam kompleks dengan HbsAg.
Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi VHB dapat
diakhiri, sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi VHB
yang menetap. Proses eliminasi VHB oleh respons imun yang tidak efisien dapat
disebabkan oleh faktor virus ataupun faktor pejamu. Faktor Virus, antara lain :
Terjadinya imunotoleransi terhadap produk VHB, hambatan terhadap CTL yang
berfungsi melakukan lisis sel-sel terinfeksi, terjadinya mutan VHB yang tidak
memproduksi HbeAg, integrasi genom VHB dala genom sel hati. Faktor Pejamu,
antara lain : Faktor genetik, kurangnya IFN, adanya antibodi terhadap antigen
nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit, respons antiidiotipe, faktor kelamin atau
hormonal.
Salah satu contoh peran imunoterapi terhadap produk VHB dalam persistensi
VHB adalah mekanisme persistensi infeksi VHB pada neonatus yang dilahirkan
oleh ibu HbsAg dan HbeAg positif. Diduga persistensi tersebut disebabkan
adanya imunotoleransi terhadap HbeAg yang masuk ke dalam tubuh janin
mendahului invasi VHB, sedangkan persistensi pada usia dewasa diduga
disebabkan oleh kelelahan sel T karena tingginya konsentrasi partikel virus.
Persistensi infeksi VHB dapat disebabkan karena mutasi pada daerah precore dari
DNA yang menyebabkan tidak dapat diproduksinya HbeAg. Tidak adanya HbeAg
pada mutan tersebut akan menghambat eliminasi sel yang terinfeksi VHB.
c. HCV
Studi mengenai mekanisme kerusakan sel hati karena VHC masih
sulitdilakukan karena terbatasnya kultur sel untuk VHC dan tidak adanya hewan
model kecuali simpanse yang dilindungi. Kerusakan sel hati akibat VHC
atau partikel virus secara langsung masih belumjelas. Namun beberapa buktimenu
njukan adanya mekanisme imunologis yang menyebabkan kerusakan
selsel hati. Protein core misalnya ditenggarai dapat menimbulkan reaksi pelepasan
radikal oksigen pada mitokondria. Selain itu, protein ini diketahui pula
mempengaruhi proses signaling dalam inti sel terutama berkaitan
dengan penekanan regulasi imunologik dan apoptosis, adanya bukti bukti inimeny
ebabkan kontroversi apakah VHC bersifat sitotoksik atau tidak,
terus berlangsungReaksi cytokine T cell (CTL) spesifik yang kuat diperlukan untu
k terjadinya eliminasi menyeluruh VHC pada infeksi akut. Pada infeksi
kronik,reaksi CTL yang relative lemah masih mampu merusak sel sel hati danmeli
batkan proses inflamasi di hati tetapi tidak bias menghilangkan virusmaupun
menekan evolusi genetic VHC sehingga kerusakan sel hati
berjalanterus menerus. Kemampuan CTL tersebut dihubungkan dengan aktivasili
mfosit sel T helper (TH) spesifik VHC. Adanya pergeseran dominasiaktivitas Th1
menjadi Th2 berakibat pada reaksi toleransi dan melemahnyarespon CTL.Reaksi
yang dilibatkan melaluai sitokin sitokin pro-inflamasi sepertiTNF-α, TGF-β1,
akan menyebabkan reksutmen sel sel inflamasi lainnya danmenyebabkan aktivitas
sel sel Stelata diruang disse hati. Sel-sel yang khas iniyang sebelumnya dalam
keadaan “tenang” (quicent) kemudian berpoliferasidan menjadi aktif menjadi sel-
sel miofibroblast, yang
dapat menghasilkanmatriks kolagen sehingga terjadi fibrosis dan berperan aktif da
lammenghasilkan sitokin-sitokin pro-inflamasi. Mekanisme ini dapat timbul
terusmenerus karena reaksi inflamasi yang terjadi tidak berhenti
sehingga fibrosissemakin lama semakin banyak dan sel sel yang ada semakin
sedikit. Proses inidapat menimbulkan kerusakan hati lanjut dan sirosi hatiPada
gambaran histopatologis hepatitis kronik dapat ditemukan prosesinflamasi berupa
neksosis gergit, maupun lobular, disertai dengan fibrosis didaerah portal yang
lebih lanjut dapat masuk ke lobules hati (fibrosis septal)dan kemudian dapat
menyebabkan nekrosis dan fibrosis jembatan (bridging
fibrosis/nekrosis) gambaran yang khas untuk infeksi VHC adalah agregatlimfosit
di lobules hati namun tidak didapatkan pada semua kasus inflamasiakibat
VHCGambaran histopatologis pada infeksi kronik VHC sangat berperandalam
proses keberhasilan terapi dan prognosis. Secara histopatologis
dapatdilakukan scoring untuk inflamasi dan fibrosis dihati sehingga memudahkan
untuk keputusan terapi, evaluasi pasien maupun komunikasi antara ahli patologi. S
aat ini sistem scoring yang mempunyai variasi intra daninteroobserver yang baik
diantaranya adalah METAVIR dan ISHAK.
H.