Oleh:
Kelompok 1
1. Aditya Recsa
2. Agus Prabowo
3. Ahmad Muttain
4. Almamira Oktarama
5. Ambar Verayani
6. Ananda Muhammad Ilham
7. Annisa Putri
8. Ari Tri Utami
9. Astri Hindarti
10. Bella Agoestina
11. Bunga Aulya
12. Dinda Pratwi
13. Eka Putra
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya serta
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul CL BIOETIKA 1. Shalawat beriringkan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, serta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia
ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Terimakasih kami ucapkan kepada fasilitator yang telah membimbing dan telah
mengarahkan tujuan diskusi sehingga kami dapat mencapai tujuan pembelajaran dan
menyelesaikan makalah hasil diskusi ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah hasil diskusi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan
saran dan masukan dari tutor ataupun dari rekan mahasiswa/i untuk kesempurnaan
pembuatan makalah hasil diskusi ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
SKENARIO SUB MODUL..................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................2
2.1 Prinsip bioetika /basic moral principle beuchamp ,childress.......................2
2.2 Langkah analisis etika klinis dalam pengambilan keputusan......................2
2.3 Permasalahan etika apa saja yang ada pada kasus.......................................2
2.4 Penilaian mengenai langkah analisis etika klinis yang dilakukan dokter....4
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan................................................................................................22
3.2 Saran...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
2
BAB 1 PENDAHULUAN
3
Kasus I
Dokter Bagus bertugas di desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Ia bertugas di sebuah
Puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri. Dokter Bagus bertugas dari pagi sampai
sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari. Suatu hari
ada 2 orang pasien yang sudah mengantri. Seorang Ibu yang datang dengan keluhan demam 2
hari lalu disertai batuk dan pilek mendapat giliran pertama untuk diperiksa oleh Dokter Bagus.
Setelah memeriksa pasien tersebut, Dokter Bagus memberikan beberapa macam obat dan
vitamin serta nasehat agar istirahat cukup.
Saat mempersilahkan pasien ke dua masuk, Dokter Bagus terkejut karena serombongan orang
memaksa masuk sambil menggotong seorang pemuda yang tidak sadarkan diri. Pemuda tersebut
telapak tangan sebelah kananya masuk kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit
kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi.
Dokter Bagus mendapati bahwa telapak tangan pemuda tersebut telah hancur sehingga harus
diamputasi. Ia pun meminta ijin kepada salah seorang perempuan yang ada di dekat si pasien
yang merupakan istrinya, dengan terlebih dahulu memberi penjelasan berkaitan dengan keadaan
telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan. Setelah mendapat
persetujuan, Dokter Bagus melaksanakan proses amputasi. Setelah selesai, ia melihat kondisi
pasien yang baik dan stabil, hingga akhirnya si pasien di perbolehkan pulang dengan diberi
beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol
4
5
(1) setiap orang memiliki hak sama sejauh yang dapat dicakup keseluruhan sistem
kesamaan kemerdekaan fundamental yang setara bagi kemerdekaan semua warga yang
lain
(2) ketidaksamaan-ketidaksamaan sosial dan ekonomi ditata sedemikian sehingga
keduanya:
(a) paling menguntungkan bagi yang paling tertinggal, dan
(b) melekat pada posisi-posisi dan jabatan-jabatan terbuka bagi semua di bawah syarat
kesamaan kesempatan yang fair.
8
Dalam situasi konkret mungkin pertanyaan 1 dan 2 akan relatif lebih mudah diatasi
oleh dokter, akan tetapi bisa juga pertanyaan nomor 3 akan membuat jawaban dan
pertanyaan nomor 2 berubah.
Bagaimana jika dalam langkah-langkah pertanyaan tersebut menimbulkan dilema
bagi dokter untuk mengambil keputusan? Ada empat pendekatan yang dapat digunakan
untuk dapat memecahkan dilema tersebut, yaitu:
● Single-Principle Theories, prinsipnya di sini adalah memilih satu prinsip dengan
mengalahkan prinsip-prinsip yang lain setelah melalui pertimbangan yang matang.
● Ranking (Lexically Ordering) Principles, prinsipnya di sini adalah kita membuat ranking
(leksikal) dari prinsip-prinsip yang ada dan keputusan diambil pada prinsip yang urutannya
terletak paling atas.
● Balancing, prinsipnya adalah keputusan diambil dengan menyeimbangkan prinsip-prinsip
yang ada.
● Combining ranking and balancing, prinsipnya di sini adalah kita berusaha me-ranking
dan sedapat mungkin membuatnya prinsip- prinsip tersebut dalam satu kelompokan.
Akan tetapi pada praktiknya sangat sulit, karena banyaknya nilai yang satu sama lain
saling mengalahkan dan tidak dapat diseimbangkan.
Purwadianto mencoba untuk menerapkan konsep prima facie melalui pendekatan
empat basic moral principle. Dalam konteks beneficence, prinsip prima facie-nya adalah
10
sesuatu yang (berubah menjadi atau dalam keadaan) yang umum. Artinya ketika kondisi
pasien merupakan kondisi yang wajar dan berlaku pada banyak pasien lainnya, sehingga
dokter akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan pasien. Juga dalam hal ini dokter
telah melakukan kalkulasi di mana kebaikan yang akan dialami pasiennya akan lebih
banyak dibandingkan dengan kerugiannya. Dalam konteks non- maleficence, prinsip
prima facie-nya adalah ketika pasien (berubah menjadi atau dalam keadaan) gawat darurat
yang memerlukan suatu intervensi medik dalam rangka penyelamatan nyawanya. Dapat
pula dalam konteks ketika menghadapi pasien yang rentan, mudah dimarjinalisasikan dan
berasal dari kelompok anak-anak atau orang uzur ataupun juga kelompok perempuan
(dalam konteks isu jender). Dalam konteks otonomi, nampak prima facie di sini muncul
(berubah menjadi atau dalam keadaan) pada sosok pasien yang berpendidikan, pencari
nafkah, dewasa dan berkepribadian matang. Sementara justice nampak prima facie-nya
pada (berubah menjadi atau dalam keadaan) konteks membahas hak orang lain selain diri
pasien itu sendiri. Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama atau setara dalam
mengalami gangguan kesehatan. di luar diri pasien, serta membahas hak-hak sosial
masyarakat atau komunitas sekitar pasien.
Dalam kesehariannya seorang dokter senantiasa dihadapkan dalam penilaian moral
untuk membuat suatu keputusan klinis yang etis. Istilah penilaian moral dapat
didefinisikan menjadi 4 hal yang berbeda. Pertama, kegiatan berpikir apakah nilai moral
objek yang memberi (dapat berupa tindakan, personal, institusi atau keadaan) mempunyai
sifat moral secara khusus, dapat berupa yang umum (seperti: kebenaran, kejahatan) atau
yang spesifik (tidak peka, integritas). Kedua, keadaan yang tercipta dari pandangan bahwa
objek tersebut memiliki sifat moral. Ketiga, bahwa ada makna dari keadaan tersebut: apa
yang kita pandang, dari pada apa pandangan kita. Dan yang keempat, istilah tersebut dapat
dibaca sebagai penghargaan atau pujian, mengarah kepada moral yang baik yang juga
biasa disebut “ketajaman moral” atau “kebijaksanaan moral”.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etik (Ethic) berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak. Adat kebiasaan,
watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas dan akhlak. Sedangkan Menurut Kamus
Kedokteran (Ramali dan Pamuncak,1987), etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang
benar dalam satu profesi. Etika adalah ilmu yang mempelajari asas akhlak, sedangkan etik
adalah seperangkat asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti dalam kode etik.
Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika adalah studi interdispliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan dibidang biologi atau ilmu kedokteran baik berskala
mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatatang.
Dalam proses penegakan hukum, peran dokter diperlukan oleh jajaran penegak hukum
untuk memeriksa korban tindak pidana dan melaporkan hasil pemeriksaan dalam bentuk
Visum et Repertum yang berguna sebagai alat bukti dalam penyidikan, penuntutan dan
pemutusan perkara oleh hakim.
3.2 Saran
1. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan prinsip bioetika /basic moral principle
beuchamp ,childress (2001)
2. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan langkah analisis etika klinis dalam
pengambilan keputusan
3. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan permasalahan etika apa saja yang ada
pada kasus
4. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan penilaian mengenai langkah analisis
etika klinis yang dilakukan dokter pada kasus
11
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, dedi. 2017. Kaidah dasar bioetika dalam pengambilan keputusan klinis yang etis.
Majalah Kedokteran Andalas http://jurnalmka.fk.unand.ac.id Vol. 40, No. 2, September
2017, Hal. 111-121
Afandi, dedi. 2017. Kaidah dasar bioetika dalam pengambilan keputusan klinis yang etis.
Majalah Kedokteran Andalas http://jurnalmka.fk.unand.ac.id Vol. 40, No. 2, September
2017, Hal. 111-121
Hanafiah, MJ dan Amir A. 2016. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
EGC
12