Anda di halaman 1dari 12

1

Skenario 4
Seorang pasien berusia 63 tahun dibawa ke unit gawat darurat RS , setelah diperiksa
ternyata pasien tersebut mengalami stroke perdarahan. Dokter segera memutuskan agar
pasien dirawat diruang itu. Namun ternyata ruang ICU sudah penuh karena hanya terdapat 4
tempat tidur, satu ditempat tidur diantaranya telah diisi pasien dengan mati batang otak
dimana sangat membutuhkan ventilator untuk bantuan hidupnya. Pihak rumah sakit sudah
menghubungi rumah sakit lain juga penuh. Mengetahui keadaan tersebut, keluarga pasien
pasrah dan meminta dan meminta agar dokter memberikan pengobatan yang minimum saja.
Step 1
1. ICU
2.
3.
4.
5.
6.

: ruang rawat rumah akit yang dilengkapi dengan staf


keperawatan khusus untuk pasien
Ventilator
: Alat bantu pernafasan paru-paru
UGD
: Salah satu bagian dirumah sakit yang menyediakan penangan
awal bagi pasien
Mati batang otak
: Hilangnya fungsi batang otak secara ireeversible
Stoke pendarahan
: Pecah / tersumbatnya pembuluh darah yang ada di otak
Pengobatan yang minimal : Pengobatan yang dilakukan dengan perakitan seadanya

Step 2
1. Apa etika kedokteran yang berhubungan dengan etika pelayanan pasien di ICU ?
2. Bagaimana sikap dokter ketika ada keluarga yang meminta mendapatkan pengobatan
yang minimal ?
3. Sebutkan upaya seorang dokter terhadap pasien jika ruang ICU sudah penuh ?
4. Apakah dengan membiarkan pasien gawat darurat dengan pelayanan yang minimal
dapat melanggar kode etik dan pancasila sebagai sila ke 2 ?
5. Apakah tindakan RS melanggar hak pasien pada UU no 44 pasal 32 tahun 2009
tentang RS ?
6. Upaya pemerintah mengatasi ruang ICU di RS yang terbatas ?
Step 3
1. Justice
Autonomy
Non maleficience
Beneficience
2. Memberika sran yang terbaik bagi keluarga pasien
Memberikan peayanan yang maksimal
Menghormati keputusan keluarga pasien
3. Memberikan pelayanan minimal dan terbaik sesuai prosedur
Rujukan ke rumah sakit daerah lain
4. Melanggar
Tidak melanggar

5. Melanggar
Tidak melanggar
6. Menyediakan gedung-gedung dan bangunan baru yang lebih banyak
Memberikan bantuan dana lebih & mengawasi dana tersebut
Step 4
1. a. Justice : Kewajiban memberikan pelayanan yang sama bagi pasien
b. Autonomy : Hak dan pasien untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya
c. Non Maleficience : Tidak melakukan hal-hal yang membahayakan pasien
d. Beneficience : Kewajiban dokter untuk memberikan apa yang terbaik dan
bermanfaat bagi pasien
2. Memberikan pelayanan yang terbaik & maksimal seusai dengan prosedur serta
memberikan saran yang baik. Jika keluarga pasien menolak dokter harus
menghormati keputusan keluarga pasien
3. Memberikan pelayanan yang maksimal meskipun fasilitas dokter dan berkonsultasi
dengan pihak rumah sakit
4. Tidak melanggar, karena pihak rumah sakit sudah memberikan saran terbaik untuk
keluarga pasien sedangkan pihak keluarga itu sendiri meminta pengobatan minimal
5. a. Memberikan anggaran untuk pembangunan gedung
b. Mempermudah izin rumah sakit

Kode Etik

Dasar Bioetik

Masalah yang Timbul

Hukum Kesehatan

Upaya dan prinsip

yang berkaitan

pemecahan pelayanan

keselamatan pasien

kesehatan dan
masalah mengenai
dasar Bioetik

Step 5
1.
2.
3.
4.

Sebutkan dan jelaskan kaidah bioetik kedokteran?


Pelayanan terhadap dasar bioetik?
Aspek hukum kesehatan yang berkaitan dengan keselamatan pasien?
Bagaimana upaya prinsip yang dapat digunakan pemecahan keselamatan pasien?

Step 6
Belajar Mandiri

Step 7
1. Pengertian bioetik ada beberapa macam definisi mengenai bioetik.
a. Bioetik adalah Semacam ilmu pengetahuan yang menawarkan pemecahan
masalah bagi konflik moral yang timbul dalam tindakan,praktik kedokteran dan
ilmu hayati (Sahin, Aksoy, 2002 dalam Muchtadi,2007)
b. Bioetika adalah suatu disiplin baru yang menggabungkan pengetahun biologi
dengan pengetahuan mengenai system nilai manusia, yang akan menjadi jembatan
antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan,membantu menyelamatkan
kemanuasiaan,mempertaakan dan memperbaiki dunia beradab (Van Potter,1970
dalam Muchtadi,2007)
c. Bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral dan sosial dari tekhnik-tekhnik
yang dihasilan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati (Honderich Oxford,1995 dalam
Muchtadi,2007)
d. Bioetika bukanlah suatu disiplin. Bioetika telah menjadi tempat bertemunya
sejumlah disiplin,dikursus,dan organisasi yang terlibat dan peduli pada persoalan
etika,hokum,sosial yang di timbulkan kemajuan dalam kedokteran,ilmu
pengetahuan,dan biotekhnologi (Onara ONeill,2002 dalam Muchtadi,2007)
e. Bioetik mengacu pada kajian sistematis,plural dan interdisiplin dan penyelesaian
masalah etik yang timbul dari ilmu-ilmu kedokteran,hayati,dan sosial,
sebagaimana yang diterapkan pada manusia dan hubungannya dengan
biosfera,termasuk masalah yang terkait dengan ketersediaan dan keterjangkauan
perkembangan keilmuan dan keteknologian dan penerapaannya (UNESCO,2005
dalam Muchtadi,2007)
f. Berdasarkan Kepmen MERISTEK No.112 tahun 2009,menyatakan bahwa
bioetika adalah ilmu hubungan timbal balik sosial (Quasi social science) yang
menawarkan pemecahan terhadap konflik moral yang muncul dalam
penelitian,pengembangan,dan pemanfaatan sumber daya hayati. Di perlukan
rambu-rambu berperilaku (etika) bagi para pengelola ilmu pengetahuan,ilmuan
dan ahli teknologi yang bergerak di bidang biologi molekuler dan teknologi
rekayasa genetika.

SEJARAH BIOETIK
Istilah bioetik pertama kali muncul pada tahun 1974,dan diperkenalkan oleh Van
Rensselaer Potter dalam bukunya bioetehics: Bridge to the future (1971). Yang
mendefinisikan bioetika sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengkombinisikan pengetahuan
biologi dengan pengetahuan system nilai manusiawi. Perkembangan bioetik selanjutnya
tidak terbatas pada masalah kesehatan dan kedokteran saja. L. Feito mengatakan bahwa
bioetik adalah ilmu baru yang mempelajari ilmu manusia dan ilmu yang berkaitan dengan
hidup.

TUJUAN BIOETIK
a. Bioetik sangat diperlukan sebagai pengawal riset biologi dan bioteknologi modern.
b. Pembelajaran boetik diarahkan untuk mencegah dampak negative yang muncul dan
teknologi.
c. Pembelajaran bioetik menunjukkan pada mahasiswa untuk menjadi ilmuwan yang
memiliki tanggung jawab sosial.
d. Pembelajaran bioetik di butuhkan karena menekankan pada pengembangan berpikir
kritis untuk menentukan sisi baik dan buruk atau dimensi etis dari biologi modern dan
teknologi yang terkait dengan kehidupan.
e. Pembelajaran bioetika dapat melatih mahasiswa menjadi ilmuwan biologi yang dapat
mempertimbangkan tindakan-tindakan yang akan di lakukan sebagaimana
pengembangan pola berpikir yang di kemukakan Rasulullah SAW yaitu pola berpikir
menggunakan akal.
LANDASAN ETIK : Sumpah Hipocrates, Deklarasi Jenewa 1948, International Code
of Medical Ethics 1949,Lafal sumpah dokter Indonesia (PP No.26 Tahun
1960),Deklarasi yang dikeluarkan oleh Medical World Association 1949-1975),
KODEKI disahkan berdasarkan Keputusan Menkes 434 tahun 1983.
1.Medical Ethics : etik jabatan, yaitu sikap dan tindakan terhadap sejawat,bawahan,
masyarakat dan pemerintah
2.Ethics of Medical Care : etik asuhan,sikap dan tindakan terhadap pasien dibawah
tanggungjawabnya

LANDASAN ETIK DALAM BIDANG PELAYANAN KESEHATAN


Deklarasi World Medical Association:
1.Deklarasi Genewa 1948
: Lafal Sumpah Dokter.
2.Deklarasi Helsinski 1964 : Riset Klinik
3.Deklarasi Sidney 1968
: Saat Kematian
4.Deklarasi Oslo 1970
:Pengguguran Kandungan atas
indikasi medik.
5.Deklarasi Tokyo 1975
:Penyiksaan

Prinsip-prinsip Dasar Bioetika


Prinsip-prinsip bioetika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik.
Prinsip-prinsip itu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya,atau yang disebut
spesifik. Tetapi pada beberapa kasus satu prinsip menjadi lebih penting dan sah digunakan
dengan mengorbankan prinsip yang lain. Praktek kedokteran Indonesia mengacu kepada
empat dasar kasidah moral yang sering juga disebut kaidah dasar etik kedokteran atau
bioetik,antara lain
a. Beneficence
Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik,menghormati martabat
manusia,dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam
keadaan sehat. Dalam prinsip ini di katakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik
bagi pasien. Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan
kepada pasien dan mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik
daripada hal yang buruk.
ketika kondisi pasien merupakan kondisi yang wajar dan berlaku pada banyak pasien
lainnya, sehingga dokter akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan pasien
dokter telah melakukan kalkulasi dimana kebaikan yang akan dialami pasiennya akan
lebih banyak dibandingkan dengan kerugiannya.
prinsip prima facienya adalah sesuatu yang berubah menjadi atau dalam keadaan yang
umum
Ciri- ciri Beneficence
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang
lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle

b. Non- Malficance
Non- Malficance adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak
melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang
paling kecil resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno Fist , do no harm, tetap
berlaku dan harus diikuti
Dalam konteks, prinsip prima-facienya adalah ketika pasien (berubah menjadi atau
dalam keadaan) gawat darurat dimana diperlukan suatu intervensi medik dalam
rangka penyelamatan nyawanya.
Atau konteks ketika menghadapi pasien yang rentan, mudah dimarjinalisasikan dan
berasal dari kelompok anak-anak atau orang uzur ataupun juga kelompok perempuan
(dalam konteks isu jender).
Ciri ciri :
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko kehilangan sesuatu
yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan

c. Justice
Keadilan ( justice) adalah suatu prisip dimana seorang dokter memperlakukan
sama rata dan adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut.
Perbedaan
tingkat
ekonomi,pandangan
polotik,
agama,
kebangsaan,
perbedaankedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah
sikap dokter terhadap pasiennya

Prima facienya pada (berubah menjadi atau dalam keadaan) konteks membahas hak
orang lain selain diri pasien itu sendiri.
Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama atau setara dalam mengalami
gangguan kesehatan di luar diri pasien, serta membahas hak-hak sosial masyarakat
atau komunitas sekitar pasien.
ciri ciri:
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb

d. Autonomy
Daam prinsip ini seoran dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu harus
diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri.
Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan
sendiri. Autonomy bermaksud menghendaki , menyetujui, membenarkan,
membela,dan membiarkan pasien demi dirinya sendiriDalam konteks autonomy,
prima facie disini muncul (berubah menjadi atau dalam keadaan) pada sosok pasien
yang berpendidikan, pencari nafkah, dewasa dan berkepribadian matang.
ciri ciri:
a. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
b. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
c. Berterus terang
d. Menghargai privasi
e. Menjaga rahasia pasien
f. Menghargai rasionalitas pasien
g. Melaksanakan informed consent
h. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
i. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
j. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk
k. keluarga pasien sendiri

l. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
m. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
n. Menjaga hubungan (kontrak)

2. Pelanggaran yang terdapat pada scenario adalah pelanggaran autonomy vs


beneficence
a. Pelanggaran autonomy : Merahasiakan diagnose penyakit pasien dai pasien itu
sendiri,membocorkan rahasia pasien,tidak melaksanakan inform consent.
Didalam scenario pasien pasrah dan meminta pengobatan yang minim saja
b. Pelanggaran beneficence adalah tidak bertanggung jawab terhadap
pasien,memandang pasien hanya sebagai objek
Didalam sekenario dokter sudah melakukan yang terbaik,dan tugas dokter melakukan
yang terbaik bagi pasien
3. Aspek hokum terhadap keselamatan pasien
a. Pasal 53(3) no.36/2009
pelaksanan pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa
pasien
b. Pasal 32n UU no.44/2009.
pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
c. Pasal 58 UU No.36/2009
1. Setiap orang berhak menuntut G.R (ganti rugi) terhadap ,tenaga
kesehatan, dan/atau peyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanaan kesehaan
yang diterimanya.
2. .tidak berlakunya bagi tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang
dalam keadaan darurat.
Tanggung jawab hukum Rumah Sakit
a. Pasal 29b UU no.44/2009
memberikan pelayanan keselamatan yang aman,bermutu,antikridisminasi,
dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
pelayanan rumah sakit.
b. Pasal 46 (2) UU No.44/2009
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009
Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.

Hak Pasien
a. Pasal 32d UU No.44/2009
Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
b. Pasal 32e UU No.44/2009
Setiap pasien berhak mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan
efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
c. Pasal 32q UU No.44/2009
Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis,alternative
tindakan,risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

ETIKA KEDOKTERAN & HUKUM


Etik Kedokteran
1.Etik berlaku untuk lingkungan
profesi.
2. Etik disusun berdasarkan
kesepakatan anggota profesi
3. Sanksi terhadap pelanggaran etik
umumnya berupa tuntunan
4. Pelanggaran etik diselesaikan oleh
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
(MKEK) yang dibentuk oleh Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), Majelis
Kehormatan Disiplin Etik Kedokteran
Indonesia/MKDKI (KKI) dan kalau
perlu diteruskan kepada Panitia
Pertimbangan dan Pembinaan Etika
Kedokteran (P3EK), yang dibentuk oleh
departemen kesehatan

Hukum
1. Hukum berlaku untuk umum.
2. Hukum dibuat oleh suatu kekuasaan
atau adat.
3. Sanksi terhadap pelanggaran
hukum berupa tuntutan
4. Pelanggaran hukum diselesaikan
melalui pengadilan atau di luar
pengadilan (Alternatif Penyelesaian
Sengketa).

4. Pengertian Dilema Etik


Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral
suatu tindakan terapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan kondisi dimana setiap
alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menetukan
yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul
akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul

10

pertentangan dalam mengambil keputusan.


Menurut Thompson dan Thompson (1985), dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar tidak ada yang salah. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional
bukan emosional (Wulan, 2011).
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan
stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan
tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
Menurut Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan
atau tidak memuaskan sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh
para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan
masalah secara ilmiah, antara lain:
Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )

Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.


1. Mengkaji situasi
2.Mendiagnosa masalah etik moral
3.Membuat tujuan dan rencana pemecahan
4.Melaksanakan rencana
5.Mengevaluasi hasil
Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin
meliputi :
1.Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2.Apa tindakan yang diusulkan
3.Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4.Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
5.Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
6.Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
7.Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan
yang tepat
8.Mengidentifikasi kewajiban perawat
9.Membuat keputusan
10.Model Murphy dan Murphy
11.Mengidentifikasi masalah kesehatan
12.Mengidentifikasi masalah etik
13.Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
14.Mengidentifikasi peran perawat

11

15.Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan


16.Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
17.Memberi keputusan
18.Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum
untuk perawatan klien
19.Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.

Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)


Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
1.Mengumpulkan data yang relevan
2.Mengidentifikasi dilema
3.Memutuskan apa yang harus dilakukan
4.Melengkapi tindakan

Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)


1.Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan,
komponen etis dan petunjuk individual.
2.Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
3. Mengidentifikasi Issue etik
4.Menentukan posisi moral pribadi dan professional
5.Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
6.Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

12

Daftar Pustaka
Dalami, Ermawati, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Cv. Jakarta: Trans Info Media.

Ismani, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Potter dan Perry, 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek. Jakarta:
EGC.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan, lambing dan
Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI
Wulan dan Hastuti.2011. Pengantar Etika Keperawatan Panduan Lengakap Menjadi Perawat
Profesional Berwawasan etis. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Thompson J.B dan Thopson H.O. 1981. Ethics in Nursing. Macmian Publ. Co
Sumber: Naldi,Aumas (2014). Etika Kedokteran.Yogyakarta
http.google cendekia.com

Anda mungkin juga menyukai