net/publication/343126729
CITATIONS
READS
0
16,996
1 author:
Syamaidzar Syamaidzar
University of Indonesia
6 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
All content following this page was uploaded by Syamaidzar Syamaidzar on 22 July 2020.
yang dilemahkan dapat dibuat pengolahan di bawah kondisi sub-optimal atau attenuation
process maupun modifikasi genetic yang memiliki kemampuan untuk mereduksi
kemampuan infeksi. Selain itu dapat pula dilakukan dari keseluruhan organisme yang
terdeaktivasi melalui proses kimia, termal, maupun proses lainnya dan dari toksin yang
telah terdeaktivasi. Vaksin dari komponen mikroorganisme yang menjadi penyebab
penyakit seperti protein spesifik, polisakarida, atau asam nukleat. Serta vaksin yang
dibuat dengan konjugasi polisakarida terhadap protein yang dapat meningkatkan
efektivitas vaksin polisakarida.
mikroba. Namun, tidak semua bahan pengawet ini dapat digunakan pada seluruh vaksin.
Contoh bahan pengawet yang telah digunakan pada vaksin ditunjukkan oleh tabel 2.
Selain bahan pengawet, digunakan pula bahan pembantu yang bertugas untuk
meningkatkan pengaruh imun dari antigen vaksin, namun tidak berperan sebagai antigen.
Adjuvant yang biasa digunakan dalam pembuatan vaksin adalah garam alminium.
Vaksin yang
Tabel 3. Contoh adjuvant dalam vaksin
menggunakan adjuvant memiliki kecepatan yang lebih tinggi dalam mengatasi reaksi
yang merugikan seperti rasa sakit pada sisi injeksi, malaise (tidak enak badan), dan
demam. Contoh adjuvant yang telah digunakan pada vaksin ditunjukkan pada tabel 3
(World Health Organization, 2012).
1.3 Cara Vaksin Bekerja
Mikroorganisme yang telah dilemahkan atau terdeaktivasi masuk ke dalam tubuh
dan akan menginisiasi respon imun dalam tubuh. Respon ini dapat meniru respon natural
jika terjadi infeksi. Namun, tidak seperti organisme yang menyebabkan penyakit, vaksin
yang dibuat tidak memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit lain yang
ditunjukkan
Gambar 2. Perbandingan respon imun yang disebabkan oleh bakteri dan vaksin
pada gambar 2. Komponen organisme yang menyebabkan penyakit atau vaksin yang
memicu respon imun yang dikenal dengan antigen. Antigen ini akan memicu produksi
antibody oleh sistem imun. Antibodi terikat pada antigen dan menginduksi penghancuran
antigen oleh sel imun lainnya (gambar 3) (World Health Organization, 2012).
Gambar 6. Skema vaksin berbasis mRNA ditargetkan kepada protein spike (S) dari Covid-19
Pengembangan vaksin berbasis mRNA ini memiliki tantangan dalam menargetkan
untaian DNA kepada spike protein (S) sehingga dapat menimbulkan aktivitas
selanjutnya. Glikoprotein spike menjadi target kunci untuk perkembangan vaksin, terapi
antibodi, dan diagnosis klinis Covid-19. Proses untuk mencapai situs yang tepat pada
pengembangan vaksin ini diawali dengan masuknya sel inang menggunakan protein
homometrik s terglikolisasi yang tinggi untuk mencapai titik fusi dengan membrane sel
melalui perubahan struktur.Proses ini meliputi pengikatan subunit S1 pada reseptor sel
inang ACE2, yang memicu ketidakstabilan trimetric dan diikuti oleh pemisahan subunit
S1 dari subunit S2 membentuk struktur gabungan yang sangat stabil. Reseptor sel inang
dapat dimasuki dengan cara RBD (Receptor Binding Domain) dalam subunit S1
mengalami perubahan konformasi seperti engsel untuk menyembunyikan atau
menunjukkan situs kunci utuk berikatan dengan reseptor, yang sangat mirip dengan
SARS-CoV. Tingkat homolog yang tinggi dari RBD menunjukkan bahwa virus Covid-
19 disebarkan oleh reseptor inang yang sama seperti SARS-CoV. Meskipun memiliki
kemiripan, Covid-19 tetap memiliki karakteristik tersendiri. Hal yang paling signifikan
adalah pada untai asam amino RRAR (Arginin-Arginin-Alanin-Arginin) dengan situs
pemutusan protease S1/S2 yang konsisten dengan karakteristik dari situs pengenalan
Furin. Hal ini lebih banyak terdapat dalam virus influenza dibandingkan dengan virus
SARS yang hanya memiliki arginin tunggal. Selain itu, terdapat berbagai perbedaan jika
dibandingkan dengan virus influenza lainnya yang menandakan bahwa dasar struktur
biologis untuk mendesain vaksin Covid-19 telah lebih akurat dan dapat digunakan untuk
menemukan obat anti virusnya (Wang F. et al, 2020).
Terdapat empat keunggulan utama dalam keamanan dan efektivitas penggunaan
vaksin berbasis mRNA ini dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Pertama,
vaksin berbasis mRNA meminimalisir potensi risiko infeksi dan induksi insersi
mutagenesis akibat degradasi mRNA dalam sel lingkungan mikro. Kedua, efektivitas
yang tinggi untuk meningkatkan imun karena perancangan modifikasi struktur mRNA
akan meningkatkan kestabilan dan translasi yang baik. Ketiga, potensi yang tinggi dari
vaksin berbasis mRNA dalam imunisasi dosis rendah untuk menetralisir immunoglobulin
sehingga dapat menginduksi respon imun yang kuat dengan mengaktivasi sel T.
Keempat, dapat diproduksi secara massal dengan cepat untuk dapat mengobati populasi
yang terjangkit. Keseluruhan faktor ini membuat penggunaan vaksin berbasis mRNA
lebih cocok dijadikan respon cepat yang dapat dioptimalkan selama pandemi (Wang F. et
al, 2020).
4.2 Vaksin Berbasis Vektor Adenovirus Type-5 SARS-CoV-2 (Ad5-nCoV)
Di tengah kebutuhan vaksin untuk melindungi manusia dari Covid-19 dengan vaksin
yang aman, dapat diterima tubuh, dan berdampak pada imun dengan cepat dan tepat,
maka dikembangkan vaksin menggunakan vektor rekombinan adenovirus jenis 5 (Ad5)
melalui spike glikoprotein dari untai Covid-19. Pengembangan vaksin ini dipimpin oleh
CanSino Biologics bekerja sama dengan berbagai institusi mulai dari pendidikan hingga
professional memulai penelitiannya pada 17 Maret 2020. Uji coba pengembangan vaksin
ini dilakukan di Wuhan, China yang meliputi pemberian dosis yang meningkat secara
berkala, single-center, pasien yang dipilih, hingga fase pertama vaksin vektor Ad5
Covid-
19. Metode pengujian yakni diujikan kepada peserta tidak terinfeksi Covid-19 yang
berusia 18 dan 60 tahun dan dikonfirmasi oleh hasil negative menggunakan serum
spesifik antibodi IgM dan IgG yang diuji dengan rapid test komersial Covid-19, uji asam
nukleat negative pada uji swab pada faring atau sputum dan dubur yang dideteksi dengan
alat PCR (Polymer Chain Reaction), dan hasil CT scan dada yang menunjukkan tidak
adanya tanda infeksi Covid-19. Seluruh relawan diinjeksikan vaksin Ad5-nCoV pada
intermuscular dengan dosis rendah (5 x 1010 partikel virus/0,5 mL), dosis menengah (1 x
1011 partikel virus/ 1 mL), atau dosis tinggi (1,5 x 1011 partikel virus/ 1,5 mL) (Zhu et al,
2020).
Replicating viral vector Non-replicating viral vector
(A) (B)
Gambar 8. (A) Gambar pohon filogenik hasil isolasi. (B) Flowchart preparasi PiCoVacc
Preparasi PiCoVacc dapat dilihat pada gambar 8B. Pemilihan untai CN2 untuk
pemurnian virus SARS-CoV-2 yang dilemahkan, vaksin PiCoVacc dan 10 untai lain
(CN1, CN3-CN5, dan OS1-OS6) secara praklinis dikarenakan memiliki kemiripan
dengan 2019-nCoV-BetaCoV dan EPI_ISL_412973 secara berurutan, yang telah diteliti
dan terbukti menyebabkan gejala klinis termasuk kegagalan pernapasan sehingga
membutuhkan ventilator mekanik. Membuat stok untai virus dengan pertumbuhan yang
efisien dalam sel Vero untuk produksi PiCoVacc, untai CN2 dimurnikan dan satu
passage dalam sel Vero untuk menghasilkan stok P1. Setelah itu, empat passage yang
lain digunakan untuk menghasilkan stok P2-P5. Evaluasi kestabilan genetic dari
PiCoVacc ini, lima passage yag lain digunakan untuk memperoleh stok P10, keseluruhan
genom digambungkan dengan untai P1, P3, dan P5 (Gao et al, 2020). Skema vaksin
berbasis virus terdeaktivasi dapat dilihat pada gambar 9 dalam memicu respon
imun. Vaksin ini
didasarkan pada memicu replikasi virus dan meningkatkan produksi antigen sehingga
imun akan terbentuk dengan baik dan cepat untuk melawan Covid-19.
Weakened Virus Inactivated Virus
Gambar 9. Skema vaksin berbasis virus terdeaktivasi dalam memicu respon imun
Uji imunogenisitas PiCoVacc, kelompok tikus BALB/c diinjeksikan pada hari ke-0
dan ke-7 dengan variasi dosis (0; 1,5; 3; dan 6 µg dalam garam fisiologis. Hasil uji ini
menunjukkan tidak terjadinya inflamasi maupun efek lainnya. Protein spike, RBD, dan
respon antibodi N-spesifik dievaluasi dengan ELISA (Enzyme-linked
Immunosorbent Assays). Kemudian diuji coba kembali pada kera (Macaca mulatta)
dengan perbedaan dosis rendah dan dosis tinggi. Hasil uji imunitas pada vaksin ini
menunjukkan respon yang baik dalam memicu sel T untuk melawan virus, namun tetap
harus dikontrol agar imunitas humoral dapat tetap muncul. Sel T dapat mengiduksi
cytokine storm untuk menekan pathogen Covid-19. Oleh karena itu, respon sel T
dimunculkan oleh vaksin Covid-19 untuk dapat dikontrol dengan baik agar mengindari
terjadinya imunopatologi. Evaluasi keamanan PiCoVacc dilakukan secara sistematis
pada kera dengan mencatat sejumlah pengamatan klinis dan indeks biologis. Dua
kelompok kera (n=10) diimunisasi dengan injeksi intramuskular dengan dosis rendah
(1,5µg) atau tinggi (6µg) dan dua kelompok kera lainnya diimunisasi dengan adjuvant
(sham) dan garam fisiologis (placebo) selama tiga kali pada hari ke-0, 7, dan 14. Hasil
histopatologis pada berbagai organ termasuk paru- paru, jantung limpa, hati, ginjal, dan
otak dari empat kelompo kera pada hari ke-29 ditunjukkan pada gambar 6 dan tidak
menyebabkan dampak yang signifikan pada kera (Gao et al, 2020).
Dampak yang berbahaya dari Covid-19 dan meningkatkan jumlah kematian di dunia,
sehingga membutuhkan vaksin untuk menanggulangi dan mencegah penularan virus
tersebut menggunakan proses dengan paradigma pandemik. Keamanan dan efektivitas
menjadi hal yang sangat penting untuk perkembangan vaksin pada tahap uji coba pra-
klinis dan klinis. Meskipun terlalu cepat untuk mengatakan model yang paling baik untuk
mengetahui infeksi virus Covid-19, penggunaan kera menunjukkan hasil yang
menjanjikan. Pada penelitian terhadap kera, tidak menunjukkan peningkatan infeksi
ataupun imunopatologis yang dapat membahayakan sel inang (Gambar 10). Penelitian
ini juga menunjukkan perlindungan yang baik terhadap virus Covid-19 dengan dosis
6µg
PiCoVacc pada kera. Hasil ini membuka jalan untuk pengembangan klinis atau vaksin
Covid-19 untuk digunakan, serta kandidat vaksin Covid-19 pada manusia. Fase pertama,
kedua, dan ketiga pada uji klinis dengan PiCoVacc dan kandidat vaksin lainnya akan
dilakukan setidaknya akhir tahun 2020 (Gao et al, 2020).
Gambar 10. Hasil histopatologis dalam paru-paru dari seluruh kelompok kera pada hari ke-29
5. PENUTUP
Terdapat banyak perusahaan yang bersifat akademis, non-profit, hingga professional
ikut mengembangkan pembuatan vaksin melalui berbagai macam platform teknologi
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Uji klinis menggunakan obat-obatan yang
berbeda akan secepatnya dirampungkan melalui paradigm pandemik. Meskipun
pengembangan vaksin masih lebih lambat dibandingkan penyebaran virus Covid-19,
diharapkan tetap diperoleh vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah penyebaran
virus ini. Penggunaan hewan sebagai bahan percobaan menunjukkan hasil efektivitas
yang tinggi dari para kandidat vaksin meskipun hanya beberapa vasin yang telah diuji
coba pada manusia. Vaksin Covid-19 mungkin terlambat untuk menekan jumlah korban
pada gelombang pertama di seluruh dunia, namun akan sangat berguna untuk kemudian
hari agar tidak terjadi gelombang-gelombang berikutnya setelah pandemik ini berakhir.
6. DAFTAR PUSTAKA
Corum, J., Denise G., dan Carl Z. (2020). “Corona Virus Tracker”. The New York Times.
https://www.nytimes.com/interactive/2020/science/coronavirus-vaccine-tracker.html
(diakses pada tanggal 20 Juni 2020)
Gao, Q., Linlin B., Haiyan M., Lin W., Kangwei X., Minnan Y., Yajing L., ……… dan Chun
Q. (2020). Rapin Development of an Inactivated Vaccine Candidate for SARS-CoV-2.
Science, 1-10. https://doi.org/10.1126/science.abc1932
Lurie, N., Melanie S., Richard H., dan Jane H. (2020). Developing Covid-19 Vaccines at
Pandemic Speed. The New England Journal of Medicine: Perspective, 1-5.
https://doi.org/10.1056/NEJMp2005630
Thanh Le, T., Zacharias A., Arun K., Raul G. R., Stig T., Melanie S., dan Stephen M. (2020).
The COVID-19 Vaccine Development Landscape. Nature Reviews: Drug Discovery, 10,
305-306. https://doi.org/10.1038/d41573-020-00073-5
Wang, F., Richard M. K., dan George B. S. (2020). An Evidence Based Perspective on
mRNA- SARS-CoV-2 Vaccine Development. Medical Science Monitor, 26, 1-8.
https://doi.org/10.12659/MSM.924700
World Health Organization. (2012). “Basic Concept of Vaccination”. Immunization,
Vaccines and Biologicals: Vaccine Fact Book.
http://www.who.int/immunizaztion/position_papers/en/
Zhu, F.-C., Yu-Hua L., Xu-Hua G., Li-Hua H., Wen-Juan W., Jing-Xin L., ……… dan Wei C.
(2020). Safety, Tolerability, and Immunogenicity of Recombinant Adenovirus Type-5
Vektored COVID-19 Vaccine: A Dose-escalation, Open-label, Non-rendomised, First-in-
human Trial. Elsevier Ltd, 1-10. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)31208-3
15 | S y a m a i d z a r – U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a