Anda di halaman 1dari 6

eorang akan lebih berisiko terkena diabetes tipe 1 jika memiliki faktor risiko berikut:

 Berusia 4–7 tahun atau 10–14 tahun


 Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1
 Menderita penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
 Menderita penyakit autoimun, seperti penyakit Grave, penyakit Hashimoto, dan penyakit
Addison
 Mengalami cedera pada pankreas akibat infeksi, tumor, cedera, kecelakaan, atau efek
samping setelah operasi besar

Sementara itu, diabetes tipe 2 lebih berisiko terjadi pada seseorang dengan faktor-
faktor berikut:

 Berusia lebih dari 45 tahun


 Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2
 Jarang beraktivitas fisik atau berolahraga
 Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
 Menderita prediabetes
 Menderita kolesterol tinggi
 Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi)

Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah
mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit polycystic
ovarian syndrome (PCOS) juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2.

Gejala Diabetes
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu atau bahkan
beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak
menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena
gejalanya cenderung tidak spesifik.
Beberapa ciri-ciri penyakit gula atau diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:

 Sering merasa haus atau sangat lapar


 Sering buang air kecil, terutama pada malam hari
 Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
 Penurunan massa otot
 Pandangan kabur
 Urine mengandung keton
 Tubuh mudah lelah dan lemas
 Luka menjadi lebih sulit sembuh
 Mudah mengalami infeksi, seperti di gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih

Selain itu, ada beberapa gejala lain yang juga bisa dialami penderita diabetes, antara
lain:

 Mulut kering
 Gatal-gatal di kulit atau timbul prurigo
 Disfungsi ereksi atau impotensi
 Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki
 Hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat
produksi insulin yang berlebihan
 Bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan, (akantosis nigrikans)
yang menjadi tanda resistensi insulin

Sementara itu, ada juga beberapa orang yang mengalami prediabetes, yaitu kondisi
ketika glukosa dalam darah berada di atas rentang normal tetapi tidak cukup tinggi
untuk didiagnosis sebagai diabetes. Meski demikian, seorang penderita prediabetes
juga dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik.

Kapan harus ke dokter


Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala utama diabetes,
yaitu:

 Sering merasa haus


 Mudah lelah
 Lebih sering buang air kecil daripada biasanya, terutama pada malam hari
 Penurunan berat badan dan kehilangan massa otot
 Gatal di sekitar penis atau vagina
 Penyembuhan luka terasa lambat
 Sering mengalami sariawan
 Penglihatan kabur

Jika Anda memiliki faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena diabetes,
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan gula darah rutin. Tujuannya adalah agar
penyakit ini dapat terdeteksi dan ditangani sejak dini.

Diagnosis Diabetes
Gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang
gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba. Namun, karena diabetes umumnya tidak
terdiagnosis pada awal kemunculannya, orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini
dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin, terutama pada kelompok berikut:

 Orang yang berusia di atas 45 tahun


 Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil
 Orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25
 Orang yang sudah didiagnosis menderita prediabetes

Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak dilakukan untuk mendiagnosis
diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah
seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk
menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu.
Beberapa metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain:

1. Tes gula darah sewaktu


Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak.
Tes ini tidak mengharuskan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu.
Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien
dapat didiagnosis menderita diabetes.

2. Tes gula darah puasa


Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada saat pasien berpuasa.
Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam sebelum menjalani tes.
Hasil tes gula darah puasa dapat dikatakan normal bila kadar gula darah pasien kurang
dari 100 mg/dL. Sedangkan hasil tes gula darah puasa di antara 100–125 mg/dL
menunjukkan pasien menderita prediabetes.
Sementara itu, hasil tes gula darah puasa 126 mg/dL atau lebih menunjukkan bahwa
pasien menderita diabetes.

3. Tes toleransi glukosa


Pasien akan terlebih dahulu diminta untuk berpuasa selama semalam, kemudian
menjalani tes gula darah puasa. Selanjutnya, pasien akan diminta meminum larutan
gula khusus. Sampel gula darah pasien akan diambil kembali 2 jam setelah minum
larutan gula.
Hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal.
Sementara hasil tes tes dengan kadar gula 140–199 mg/dL menandakan kondisi
prediabetes.
Pasien dapat dikatakan menderita diabetes jika tes toleransi glukosa menunjukkan
kadar gula 200 mg/dL atau lebih.

4. Tes HbA1C (glycated haemoglobin test)


Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2–3 bulan
terakhir. Tes ini mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein
yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C, pasien tidak perlu
menjalani puasa terlebih dahulu.
Hasil tes HbA1C di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal, sedangkan hasil tes 5,7–
6,4% menunjukkan kondisi prediabetes. Sementara hasil tes HbA1C di atas 6,5%
menandakan bahwa pasien menderita diabetes.
Di samping tes HbA1C, pemeriksaan estimasi glukosa rata-rata (eAG) juga bisa
dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah dengan lebih akurat. Jika pasien
didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan metode pengobatan yang
akan dijalani.
Khusus pada pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan
menyarankan tes autoantibodi untuk mendeteksi antibodi yang merusak organ dan
jaringan tubuh, termasuk pankreas.

Pengobatan Diabetes
Pengobatan diabetes tergantung pada jenis diabetes yang dialami oleh pasien. Berikut
ini adalah beberapa metode pengobatan diabetes yang dapat dilakukan:

Obat-obatan
Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula
darah sehari-hari. Beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk menjalani
terapi insulin untuk mengatur gula darah.
Insulin tambahan biasanya akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat
oral. Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu
cara menyuntiknya.
Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter akan merekomendasikan prosedur
transplantasi pankreas untuk mengganti pankreas yang rusak. Pasien diabetes tipe 1
yang berhasil menjalani transplantasi tersebut tidak memerlukan lagi terapi insulin,
tetapi harus mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin.
Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya
adalah metformin. Metformin berfungsi menurunkan produksi glukosa dari hati dan
membantu tubuh dalam mengolah insulin secara efektif.
Dokter juga dapat memberikan suplemen atau vitamin guna mengurangi risiko
terjadinya komplikasi. Misalnya, pasien diabetes yang sering mengalami gejala
kesemutan akan diberikan vitamin neurotropik.
Vitamin neurotropik umumnya terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin-vitamin ini
bermanfaat untuk menjaga fungsi dan struktur saraf tepi. Hal ini sangat penting untuk
pasien diabetes tipe 2 agar terhindar dari komplikasi neuropati diabetik yang cukup
sering terjadi.

Perubahan pola hidup


Pasien dianjurkan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah,
sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak. Pilihan makanan
untuk penderita diabetes juga sebaiknya benar-benar diperhatikan.
Bila perlu, pasien juga dapat mengganti asupan gula dengan pemanis yang lebih aman,
seperti sorbitol atau stevia. Pasien dan keluarganya juga dapat melakukan konsultasi
gizi dan pola makan dengan dokter guna mengatur pola makan sehari-hari.
Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas
sel terhadap insulin, pasien dianjurkan untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 150
menit dalam seminggu. Pasien juga dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai
pilihan olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai.
Pasien harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola makan sehat agar
gula darah tidak meningkat hingga di atas normal. Selain itu, pasien juga akan diberikan
jadwal untuk menjalani tes HbA1C secara mandiri guna memantau kadar gula darah
selama 2–3 bulan terakhir.

Tes gula darah mandiri


Tes gula darah mandiri dilakukan sebanyak minimal 4 kali dalam sehari, yaitu pada
setiap sebelum makan dan sebelum tidur, terutama bagi yang menjalani terapi insulin.
Frekuensi tes yang dilakukan tergantung pada anjuran dari dokter. Setelah itu, hasil tes
akan dicatat dan catatan tersebut perlu dibawa ketika kontrol ke dokter.

Komplikasi Diabetes
Diabetes menimbulkan berbagai komplikasi, baik yang terjadi mendadak (akut) maupun
dalam jangka panjang (kronis). Komplikasi akut yang dapat terjadi pada penderita
diabetes adalah ketoasidosis diabetik dan hyperosmolar hyperglycemic
syndrome (HHS).
Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah:

 Stroke
 Penyakit jantung
 Gagal ginjal kronis
 Neuropati diabetik
 Gangguan penglihatan
 Katarak
 Depresi
 Demensia
 Gangguan pendengaran
 Frozen shoulder
 Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh
 Kerusakan kulit atau gangrene akibat infeksi bakteri dan jamur, termasuk bakteri
pemakan daging

Diabetes akibat kehamilan juga dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi,
contohnya adalah preeklamsia. Sementara itu, beberapa komplikasi yang dapat muncul
pada bayi adalah:
 Keguguran
 Kelahiran prematur
 Kelebihan berat badan saat lahir
 Gula darah rendah (hipoglikemia)
 Penyakit kuning
 Peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2 setelah dewasa

Pencegahan Diabetes
Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui. Sementara itu,
diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah diabetes di antaranya:

 Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat


 Rutin berolahraga dan melakukan aktivitas fisik
 Menjaga berat badan ideal
 Beristirahat dan tidur yang cukup
 Berhenti merokok
 Menghindari konsumsi minuman beralkohol
 Mengelola stres dengan baik
 Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya sekali dalam 1 tahun

Anda mungkin juga menyukai