Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA
RESEP : D

Disusun oleh :
NAMA : Melinda fitriani
NIM : M19030009
PRODI : Farmasi
TANGGAL PRAKTIKUM : 2 April 2020
DOSEN : Rahma artemisia M, Sc.,Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI


YOGYAKARTA
2020/2021
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA
RESEP : D

A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara penyerahan kefamasian dengan baik kepada pasien dan
mengatasi problem-problem yang ada pada resep

B. Pembahasan
Pada tanggal 2 April 2020 telah dilaksanakan praktikum farmasetika resep “D”. Dalam
resep “D” terdapat beberapa macam obat diantaranya yaitu, pasien dengan nama Nanda (24
tahun) diresepkan obat Microlax, Analsik, Novomix. Adapun resep pasien Andri (4 tahun)
diresepkan obat racikan Phenobarbital, CTM, Bromhexin, Longcef . Setelah melihat daftar
obat yang telah diresepkan oleh dokter kepada masing-masing pasien, maka dapat
disimpulkan bahwa pasien yang bernama Nanda (24 ) menderita penyakit konstipasi dan
diabetes, dan pasien Andri (4 tahun) menderita penyakit panas, batuk berdahak dan pilek.
Setelah mengetahui masing-masing dari penyakit pasien, berikut ini adalah penjelasan
penyakit serta obat pada masing-masing pasien.

Resep pasien Nanda (24 th)

Nanda (24 th) memiliki penyakit konstipasi dan konstipasi dan diabetes. Konstipasi atau
sembelit adalah frekuensi buang air besar yang lebih sedikit dari biasanya. Jarak waktu buang
air besar pada setiap orang berbeda-beda. Namun umumnya dalam satu minggu, manusia
buang air besar setidaknya lebih dari 3 kali. Jika frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali
dalam seminggu, maka seseorang disebut mengalami konstipasi. Akibatnya, tinja menjadi
kering dan keras sehingga lebih sulit dikeluarkan dari anus.

Konstipasi umumnya terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam sistem pencernaan
dan tidak bisa dikeluarkan secara efektif dari rektum, Akibatnya, tinja menjadi keras dan
kering sehingga lebih sulit lagi dikeluarkan dari rektum.
Penyakit ini bisa dipicu oleh berbagai faktor yang meliputi:

 Pola makan yang buruk, misalnya kurang mengonsumsi serat atau kurang minum.
 Kurang aktif bergerak, termasuk juga jarang olahraga.
 Penyakit pada usus atau rektum, contohnya fisura ani, penyumbatan usus, kanker usus
besar, dan kanker rektum.
 Ganguan saraf. Gangguan ini menghambat pergerakan tinja melalui usus, dan
biasanya terjadi pada penderita penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang,
stroke, dan multiple sclerosis.
 Gangguan pada otot yang mengerakkan usus. Kondisi ini dapat ditemui pada kondisi
otot panggul yang melemah atau dyssynergia.
 Gangguan hormon. Beberapa jenis hormon berfungsi menyeimbangkan cairan dalam
tubuh. Gangguan pada hormon ini dapat membuat cairan dalam tubuh tidak stabil
sehingga memicu terjadinya konstipasi. Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan
gangguan ini, antara lain adalah diabetes, hiperparatiroidisme, kehamilan, atau
hipotiroidisme.
 Efek samping konsumsi obat, contohnya obat antasida, antikonvulsan, antagonis
kalsium, diuretik, suplemen besi, obat untuk penyakit Parkinson, dan antidepresan.
 Mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
 Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi.

Sementara pada bayi dan anak-anak, konstipasi biasanya dipicu oleh kurangnya konsumsi
makanan berserat dan kurang minum, pertama kali minum susu formula, serta merasa cemas
atau tertekan saat menjalani latihan buang air besar di kamar mandi. Ketika mengalami
sembelit, disarankan untuk memperbanyak konsumsi makanan kaya serat dan minum air
putih untuk mempercepat penyembuhan.

Penyakit selanjutnya yaitu, Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri


berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel
tubuh manusia. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh
dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak
dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa
penderita.
Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas,
yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak
mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat
menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.

Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan
menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan
peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh.
Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun
ini masih belum diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor
genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini
disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin
yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin).
Selain kedua jenis diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil yang
dinamakan diabetes gestasional. Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan
hormon, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan.
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa
hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa
mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak
spesifik. Beberapa ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi: Sering merasa haus, Sering
buang air kecil, terutama di malam hari, Sering merasa sangat lapar, Turunnya berat badan
tanpa sebab yang jelas, Berkurangnya massa otot, Terdapat keton dalam urine. Keton adalah
produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula
sebagai sumber energi, Lemas, Pandangan kabur, Luka yang sulit sembuh, Sering mengalami
infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.
Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami diabetes,
antara lain: Mulut kering, Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki, Gatal-gatal, Disfungsi
ereksi atau impotensi, Mudah tersinggung, Mengalami hipoglikemia reaktif,
yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang
berlebihan, Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan,
(akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin.
Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa
dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes.
Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani
dengan baik.
Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor risiko,
seperti:

 Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.


 Menderita infeksi virus.
 Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras
lain.
 Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator).
 Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun
diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun.

Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini
jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:

 Kelebihan berat badan.


 Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.
 Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa
sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif
beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2.
 Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
 Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar
kolesterol baik atau HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida
yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2.

Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah
mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit polycystic
ovarian syndrome (PCOS) juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2.
Untuk mengatasi gejala-gejala yang dialami oleh pasien Nanda (24 th) dokter meresepkan
obat Microlax, Analsik, Novomix. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing
obat diantaranya yaitu Microlax adalah obat yang digunakan untuk mengatasi susah buang air
besar atau sembelit. Obat ini tersedia dalam bentuk gel, yang dimasukkan melalui dubur.
Microlax ditempatkan di dalam tabung berukuran 5 ml. Dalam setiap tabungnya, Microlax
mengandung natrium lauril sulfoasetat, natrium sitrat, polyethylene glycol 400, dan sorbitol.

Peringatan, yang perlu di perhatikan diantaranya Segera berkonsultasi dengan dokter


bila konstipasi terjadi lebih dari 2 minggu, atau disertai BAB berdarah. Jangan menggunakan
Microlax bila memiliki alergi terhadap obat ini, atau jika mengalami konstipasi yang
disertai sakit perut, demam, mual dan muntah. Microlax tidak dianjurkan untuk digunakan
oleh penderita wasir atau radang usus. Tidak disarankan menggunakan obat ini lebih dari satu
minggu. Segera ke dokter bila masih terjadi sembelit setelah menggunakan Microlax.
Dosis untuk obat ini yaitu, untuk mengatasi susah air besar atau konstipasi pada
pasien dewasa dan anak di atas 3 tahun, gunakan 1 tabung Microlax sesuai petunjuk pada
kemasan.
Berikut adalah panduan singkat menggunakan microlax dengan benar: Pertama, buka
tutup kemasan Microlax dan remas secara perlahan sampai gel keluar sedikit. Ambil posisi
duduk atau jongkok, kemudian masukkan ujung kemasan Microlax ke dubur. Anda tidak
perlu khawatir, ujung kemasan Microlax aman untuk dubur dan tidak akan menyebabkan
luka. Selanjutnya, tekan kemasan obat secara perlahan sampai seluruh isi kemasan masuk ke
dalam anus. Tetap tekan kemasan obat sambil mengencangkan otot anus (seperti saat
menahan BAB) agar cairan obat tidak mengalir keluar. Setelah semua tahap di atas
dilakukan, tunggu selama sekitar 5 sampai 30 menit sampai tinja melunak. Ketika mengalami
sembelit, disarankan untuk memperbanyak konsumsi makanan kaya serat dan minum air
putih untuk mempercepat penyembuhan. Beberapa efek samping yang mungkin timbul akibat
penggunaan obat ini adalah: BAB berdarah, Iritasi pada anus, Perut kembung, Kram perut,
Mual, Muntah, Diare, Pusing

Kemuadian obat selanjutnya yaitu Analsik adalah obat untuk meredakan nyeri sedang
hingga berat, demam serta kram otot. Obat ini merupakan kombinasi methampyrone dari
jenis obat anti-inflamasi non steroid dan diazepam yang merupakan obat penenang,
antikejang dan bersifat sedatif. Analsik bekerja dengan cara menurunkan ambang rasa sakit
dengan memanfaatkan efek methampyrone yang bersifat analgesik, antipiretik dan
spasmolitik. Sementara diazepam mempengaruhi sistem saraf untuk melemaskan otot dan
memberikan efek menenangkan serta efek kantuk untuk memudahkan penggunanya
beristirahat dan melupakan rasa sakitnya.
Cara kerja obat Analsik pada tubuh dapat dicermati dari bahan aktifnya yang berupa:
Methampyrone (Antalgin), merupakan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) yang cukup
kuat. Obat merupakan prodrug yang dapat segera dicerna setelah dikonsumsi dan berubah
menjadi bentuk yang mirip pyrazolone. Obat ini memiliki efek analgesik (pereda nyeri),
antipiretik (penurun panas) dan spasmolitik (meredakan spasme otot polos organ).
Dizepam, merupakan obat penenang dari jenis benzodiazepine dengan kemampuan
antikejang, melemaskan otot, sedatif, dan sifat amnesik. Benzidiazepine bekerja dengan cara
berikatan dengan reseptor di berbagai bagian otak dan sumsum tulang belakang. Hal ini
menyababkan terhambatnya efek asam gama aminobutirik (GABA) yang memiliki beragam
fungsi seperti kontrol hipnosis, memicu tidur, fungsi memori, kecemasan, epilepsi dan
rangsangan saraf. Indikasi dan Kegunaan Analsik Analsik digunakan untuk mengatasi nyeri
sedang hingga berat, demam, serta spasme otot-otot organ dalam. Analsik juga diindikasikan
pada beberapa kondisi berikut ini: Sakit kepala berat yang dipengaruhi oleh psikis murni.
Neuralgia atau nyeri pada saraf. Sakit pinggang, nyeri rematik, atau nyeri tulang dan sendi.
Mengobati nyeri akibat kolik ginjal atau nyeri pasca operasi.
Kontraindikasi Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang
diketahui memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan: Orang yang diketahui
memiliki riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap kandungan obat ini. Penderita tekanan
darah rendah. Penderita glaukoma sudut sempit. Penderita depresi pernapasan. Wanita hamil
dan menyusui serta bayi umur 1 bulan.
Dosis Analsik dan Aturan Pakai Peringatan! Pastikan dosis yang di gunakan sesuai
dengan instruksi dokter dengan mempertimbangkan keparahan penyakit, usia, berat badan,
dsb. Dosis yang tertera di sini adalah dosis umum. Dosis Analsik untuk meredakan nyeri
sedang hingga berat Dosis dewasa: 1 kaplet sekali sehari, apabila nyeri masih terasa bisa
ditingkatkan dengan mengulangi dosis tiap 6 – 8 jam sekali. Maksimal penggunaan sehari 4
kaplet.
Aturan pakai: Gunakanlah obat ini setelah makan. Mengonsumsinya saat perut
kosong dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk
penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya. Gunakanlah antara
satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti
per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan
untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari. Apabila ada dosis yang terlewat
akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis
berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis Analsik
pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.
Efek Samping Analsik Analsik ditoleransi baik oleh tubuh. Namun demikian,
ada efek samping yang perlu diperhatikan. Efek samping Analsik meliputi: Agranulositosis.
Kantuk dan pusing. Vertigo. Depresi. Sembelit. Hipotensi. Mual. Tremor. Retensi urin. Efek
Overdosis Analsik Penggunaan dosis tinggi melebihi anjuran dapat menyebabkan overdosis.
Gejala overdosis Analsik dapat berupa nyeri perut, kesulitan bernapas, kelemahan otot, dan
koma. Jika kondisi ini terjadi segera melapor ke dokter Anda.
Peringatan dan Perhatian Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap
perhatikan hal-hal dibawah ini: Sampaikan pada dokter atau apoteker Anda jika memiliki
riwayat alergi terhadap diazepam atau metampiron dan jika muncul reaksi alergi selama
menggunakan obat ini segera hentikan penggunaan obat dan kunjungilah dokter. Hati-hati
menggunakan obat ini pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal, menderita kelainan
darah. Hindari penggunaan jangka panjang karena dapat menyebabkan kelemahan otot dan
ketergantungan. Obat ini dapat menyebabkan kantuk, hindari berkendara atau menjalankan
alat berat yang butuh konsentrasi tinggi.

Kemudian obat yang selanjutnya yaitu Konjungktivitis, blefaritis, keratitis dan tukak
pada kornea mata. merupakan sediaan insulin buatan yang digunakan untuk mengurangi
tingkat gula darah tinggi pada orang dewasa, remaja dan anak-anak berusia 10 tahun keatas.
Obat ini akan mulai menurunkan kadar gula darah 10-20 menit setelah penyuntikan, efek
maksimum terjadi antara 1 dan 4 jam setelah injeksi dan efeknya bertahan hingga 24 jam.
Komposisi Per ml : Insulin Aspart 100 IU
Dosis obat ini yaitu, dosis bersifat individual, injeksi SC. Dosis awal 6 U saat sarapan
pagi & 6 U saat makan malam atau 1 x sehari 12 U saat makan malam. Aturan Pakainya,
Segera sebelum atau segera sesudah makan.
Efek sampingnya yaitu, Hipoglikemia (Penurunan glukosa dalam darah) dan Reaksi
anafilaksi (suatu reaksi alergi berat yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan
kematian).
Hindari pemberian pada pasien dengan kondisi anak umur dibawah 6-9 tahun, memiliki
masalah dengan ginjal atau hati, atau dengan adrenal, hipofisis atau kelenjar tiroid dan
mengubah pola diet secara tiba-tiba. Dapat berinteraksi dengan Obat Antidiabetik oral,
MAOI, β-blocker, ACE inhibitor, salisilat, steroid anabolik & sulfonamid dapat mengurangi
kebutuhan insulin.

Pasien Nanda (24 th) memiliki problem, dan sebaga farmasis yang baik harus
memberikan solusi disetiap problem pasien tersebut. Problem pasien Umi yaitu pasien tidak
bisa BAB sudah 2 hari sebelumnya dan BABnya keras, solusinya yaitu pemberian obat
microlak sesuai resep. Kemudian problem selanjutnya pasien mengkonsumsi vegeta herbal
solusinya vegeta herbal tidak masalah apabila di konsumsi bersamaan dengan obat-obat yang
di berikan oleh dokter. Kemudian problem selanjutnya yaitu, pasien memiliki riwayat
diabetes dan mengeluarkan dakah yang berwarna kuning kehijauan solusinya, karena batuk
berdahak itu bukan termasuk dari gejala diabetes maka perlu di konsultasikan kembali ke
dokter, kemungkinan ada penyakit lain yang di derita oleh pasien. Swamedikasi, hindari
mengkonsumsi makanan cepat saji, karena makanan cepat saji memiliki sedikit serat dan
pasien dengan kondisi konstipasi di haruskan mengkonsumsi makanan yang btinggi serat,
kemudian pasien disarankan meminum banyak air putih dan mengkonsumsi buah-buahan.

Resep pasien Andri (4 tahun)

Untuk pasien selanjutnya yaitu pasien Andri (4 tahun) memiliki penyakit batuk pilek,
batuk pilek atau common cold, yang dikenal juga dengan selesma, adalah infeksi virus ringan
pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu hidung dan tenggorokan. Infeksi virus yang
menyebabkan batuk pilek dapat menyebar secara langsung lewat percikan lendir dari saluran
pernapasan penderita, ataupun secara tidak langsung melalui tangan. Masa inkubasi virus
penyebab batuk pilek, atau jangka waktu sejak virus masuk ke dalam tubuh hingga
menimbulkan keluhan, umumnya adalah 2-3 hari. Penderita juga akan merasakan gejala-
gejala batuk pilek yang parah dan sangat mengganggu setelah 2-3 hari kemunculan gejala.
Agar lebih jelas, lihat skema di bawah ini.
Virus masuk→Inkubasi (2-3 hari)→Gejala muncul→Puncak tingkat keparahan gejala (2-3
hari)→Gejala berangsur pulih sampai sembuh total (waktu bervariasi)
Batuk pilek (common cold) dan flu merupakan dua penyakit yang berbeda, namun
sering kali dianggap sama karena kemiripan gejala yang ditimbulkan. Perbedaan dari
keduanya adalah virus yang menjadi penyebabnya serta gejala yang menyertainya.
Gejala Batuk Pilek, Selain pilek dan batuk, seseorang yang sakit batuk pilek (common
cold) dapat mengalami gejala berupa: Bersin-bersin, Hidung tersumbat, Merasa tidak enak
badan atau pegal-pegal, Suara serak, Tenggorokan gatal atau nyeri tenggorokan, Sakit kepala,
Demam, Mata berair, Berkurangnya daya penciuman dan pengecapan, Merasa ada tekanan
pada wajah dan telinga, Nyeri telinga, Hilang nafsu makan.
Penyebab Batuk Pilek Human rhinovirus (HRV) adalah kelompok virus yang paling
banyak menyebabkan batuk pilek. Selain virus tersebut, penyakit ini juga bisa disebabkan
oleh coronavirus, adenovirus, human parainfluenza virus (HPIV), dan respiratory syncytial
virus (RSV).
Virus masuk ke tubuh manusia melalui hidung, mulut, atau bahkan mata, sebelum
menimbulkan gejala. Virus bisa masuk ke dalam tubuh ketika tanpa sengaja menghirup
percikan liur penderita batuk pilek, yang disemburkan ke udara melalui bersin atau batuk.
Selain itu, virus juga bisa masuk ketika seseorang menyentuh permukaan benda yang telah
terkontaminasi percikan liur yang mengandung virus batuk pilek, kemudian menyentuh
hidung, mulut, atau mata sendiri dengan tangan tersebut.
Berikut ini adalah sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena batuk
pilek: Berada di tengah keramaian (pasar, sekolah, kantor, atau kendaraan umum). Memiliki
sistem kekebalan tubuh yang rendah. Memiliki riwayat penyakit kronis. Usia anak-anak.
Merokok. Udara dingin.

Pengobatan Batuk Pilek, Batuk pilek merupakan infeksi virus yang tergolong ringan.
Saat mengalami batuk pilek, seseorang dianjurkan untuk beristirahat dengan cukup,
mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan rendah lemak, serta minum banyak air putih
untuk mengganti cairan yang hilang dari tubuh akibat hidung yang terus-menerus
mengeluarkan ingus atau badan yang sering berkeringat.
Sedangkan, untuk meredakan gejala batuk pilek, ada beberapa cara yang bisa dilakukan,
di antaranya: Mengoleskan balsem. Cara ini dapat meringankan gejala batuk pilek, terutama
pada bayi dan balita. Usapkan balsem pada punggung atau dada, dan jangan sampai masuk ke
lubang hidung karena selain terasa pedih, juga bisa mengganggu jalur napas. Mengonsumsi
permen yang mengandung menthol dan berkumur dengan air garam. Kedua cara ini
dipercaya dapat membantu meredakan gejala hidung tersumbat dan nyeri tenggorokan.
Mengonsumsi suplemen zink dan vitamin C. Kedua cara ini dipercaya dapat menurunkan
tingkat keparahan gejala dan mempercepat penyembuhan batuk pilek. Namun, hal ini masih
memerlukan penelitian lebih lanjut. Mengonsumsi obat yang bisa dibeli bebas di
apotek. Untuk meredakan gejala hidung tersumbat, cobalah untuk mengonsumsi obat yang
mengandung dekongestan. Sedangkan untuk meredakan demam dan nyeri, gunakan
paracetamol.
Tips Tambahan untuk Membantu Meredakan Gejala Batuk Pilek pada Anak
diantaranya, Jagalah suhu kamar agar tetap nyaman untuk anak. Suhu hangat dan lembap
dapat membantu melegakan pernapasan. Bawa anak ke kamar mandi dan hidupkan pancuran
air panas sehingga kamar mandi dipenuhi uap panas. Hal ini ditujukan untuk melegakan
pernapasan. Jika anak mengalami hidung tersumbat, ganjal kepala dengan bantal agar posisi
kepala sedikit lebih tinggi dari badannya. Namun, cara ini tidak boleh diterapkan pada anak
yang usianya masih di bawah satu tahun.

Saat yang Disarankan untuk Menemui Dokter. Sebagian besar gejala batuk pilek
dapat sembuh sendiri dalam jangka waktu 1-2 minggu. Namun, Anda dianjurkan untuk
menemui dokter apabila gejala batuk pilek tidak kunjung sembuh hingga lebih dari tiga
minggu, mengalami sesak napas, atau gejala bertambah buruk. Selain itu, konsultasi kepada
dokter sangat disarankan apabila batuk pilek disertai nyeri dada atau batuk berdarah.
Sedangkan untuk kasus batuk pilek pada anak, penanganan oleh dokter sangat
dianjurkan apabila: Gejala batuk pilek sudah berlangsung lebih dari tiga minggu. Tingkat
keparahan gejala meningkat. Anak merasakan nyeri hebat pada tenggorokan (radang
amandel). Anak merasakan nyeri parah pada telinga. Anak terlihat kesulitan dalam bernapas.
Anak merasakan nyeri pada dada atau terdapat darah pada lendir yang keluar saat batuk. Hal
ini bisa menandakan adanya infeksi bakteri. Muncul gejala lain yang tampak
mengkhawatirkan.

Batuk pilek dapat membaik meskipun tanpa pengobatan khusus dari dokter. Namun pada
penderita gangguan sistem imun, batuk pilek dapat berkembang menjadi parah dan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi batuk pilek dapat muncul jika tidak mereda setelah 10
hari. Segera hubungi dokter jika mengalami komplikasi batuk pilek, seperti:

 Serangan asma. Serangan asma dapat timbul pada penderita batuk pilek yang


memiliki riwayat asma, terutama pada anak-anak. Gejala serangan asma yang dapat
timbul adalah sesak napas dan mengi (bengek). Jika terjadi serangan asma, penderita
disarankan untuk menggunakan obat asma, segera meghubungi dokter, dan
beristirahat.
 Sinusitis. Gejala sinusitis yang muncul adalah nyeri pada bagian wajah, batuk,
demam, sakit kepala, tenggorokan kering, serta kehilangan kemampuan mengecap
dan membau. Sinusitis dapat diobati dengan antibiotik dan dekongestan.
 Bronkitis. Bronkitis muncul akibat iritasi lapisan dari cabang batang tenggorok
(bronkus). Gejala bronkitis yang dapat muncul antara lain adalah sesak napas, batuk
berdahak, demam, menggigil, dan lemas.
 Bronkitis. Bronkiolitis merupakan peradangan pada bronkiolus, yaitu saluran udara
yang merupakan percabangan dari bronkus. Bronkiolitis sering kali terjadi pada anak-
anak berusia kurang dari 2 tahun dan menimbulkan gejala sesak napas, kulit membiru,
sulit menelan makanan dan minuman, serta mengi atau bengek.
 Pneumonia. Pneumonia merupakan peradangan pada paru-paru. Beberapa gejala
pneumonia yang dapat muncul yaitu sesak napas, batuk berdahak, demam tinggi, serta
nyeri dada.
 Infeksi telinga bagian tengah (otitis media). Batuk pilek dapat menyebabkan
penumpukan cairan pada ruang di belakang selaput gendang telinga. Penumpukan
cairan tersebut dapat menjadi sarana terjadinya infeksi bakteri atau virus. Otitis media
sering terjadi pada anak-anak, yang ditandai dengan nyeri telinga, sulit tidur, dan
keluarnya cairan kuning atau hijau dari hidung.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar
terhindar dari batuk pilek (selesma). Di antaranya adalah menjaga jarak dengan penderita
batuk pilek hingga dia sembuh, rutin mencuci tangan dengan sabun sebelum makan,
membersihkan permukaan benda-benda yang dapat ditempeli virus, dan tidak berbagi barang
pribadi dan perlengkapan makan atau minum dengan orang lain. Mengonsumsi probiotik
yang mengandung bakteri baik diduga bermanfaat dalam mencegah batuk pilek, terutama
pada anak-anak. Mengonsumsi vitamin C, vitamin D, atau zinc juga dapat membantu untuk
terhindar dari batuk pilek. Namun, kedua hal tersebut masih memerlukan penelitan lebih
lanjut.

Untuk mengatasi penyakit yang diderita oleh pasien Andri (4 tahun), dokter meresepkan
beberapa obat diantaranya yaitu phenobarbital, Phenobarbital adalah obat untuk
mengendalikan dan mengurangi kejang. Dengan berkurangnya kejang, penderita dapat
menjalani aktivitas sehari-hari secara normal dan terhindar dari cedera yang timbul akibat
kejang. Obat ini juga dapat digunakan sebagai obat penenang dan membantu untuk tidur,
yang biasanya digunakan untuk waktu singkat, yaitu tidak lebih dari 2 minggu. Phenobarbital
bekerja dengan cara mengendalikan aktivitas listrik abnormal di sistem saraf dan bagian otak
tertentu, yang menjadi penyebab kejang.
Peringatan yang perlu diperhatikan sebelum mengkonsumsi phenobarbital diantaranya,
Jangan mengonsumsi obat ini jika memiliki alergi terhadap phenobarbital. Hindari
mengonsumsi obat ini jika memiliki riwayat ketergantungan terhadap phenobarbital atau obat
penenang lainnya, seperti diazepam, alprazolam, dan lorazepam. Beri tahu dokter jika sedang
mengonsumsi obat-obatan pengencer darah, seperti warfarin. Harap berhati-hati dan
konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu jika memiliki kondisi: Menderita gangguan
ginjal dan hati, Menderita asma atau penyakit paru obstruktif kronis, Memiliki
riwayat porfiria, Gangguan kelenjar di otak (kelenjar pituitari atau hipofisis) dan Tumor di
kelenjar adrenal. Disarankan untuk tidak mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan
mesin berat saat dalam pengaruh phenobarbital karena bisa mengurangi tingkat kewaspadaan,
dan jangan mengonsumsi minuman keras karena bisa meningkatkan rasa kantuk. Jika terjadi
reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan phenobarbital, segera temui dokter.
Dosis phenobarbital berbeda-beda untuk setiap pasien. Berikut ini adalah dosis umum
penggunaan phenobarbital:
Kondisi: Obat penenang sebelum operasi: Suntik intramuskular
Dewasa: 100-200 mg, 60-90 menit sebelum operasi. Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.
Anak-anak: 16-100 mg, 60-90 menit sebelum operasi. Suntik intravena atau tablet. Anak-
anak: 1-3 mg/kgBB, sebelum operasi.
Kondisi: Penanganan darurat terhadap kejang akut pada pasien epilepsi: Suntik
Dewasa: 200-600 mg, dilanjutkan dengan phenobarbital tablet 100-300 mg per hari pada
malam hari. Lansia: Kurangi dari dosis dewasa. Anak-anak: 100-400 mg, dilanjutkan dengan
tablet 3-5 mg/kgBB atau 125 mg/m2 per hari.
Kondisi: Obat penenang:Tablet. Dewasa: 30-120 mg yang dibagi ke dalam 2-3 jadwal
konsumsi. Lansia: Kurangi dari dosis dewasa. Anak-anak: 6 mg/kgBB per hari atau 180
mg/m2, yang dapat dibagi menjadi beberapa jadwal konsumsi.
Kondisi: Obat tidur (hipnotik): Tablet Dewasa: 100-320 mg, khusus pengobatan insomnia,
obat tidak boleh dikonsumsi selama lebih dari 2 minggu. Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.
Suntik
Dewasa: 100-320 mg, khusus pengobatan insomnia, obat tidak boleh digunakan selama lebih
dari 2 minggu.
Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.

Menggunakan Phenobarbital dengan Benar diantaranya, Phenobarbital bisa dikonsumsi


sebelum atau sesudah makan, dan gunakan air putih untuk menelan tablet phenobarbital.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Konsumsi
phenobarbital pada malam hari karena obat ini bisa menyebabkan kantuk. Penderita epilepsi
dilarang untuk mengemudi hingga diperbolehkan oleh dokter, atau biasanya setelah pasien
tidak lagi mengalami kejang-kejang selama satu tahun. Untuk mencegah kejang muncul
kembali pada penderita epilepsi, phenobarbital harus dikonsumsi tiap hari. Jangan
menghentikan konsumsi phenobarbital tanpa seizin dokter. Bagi pasien yang lupa
mengonsumsi phenobarbital, disarankan untuk segera melakukannya begitu teringat, jika jeda
dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan
menggandakan dosis. Pasien wanita yang menggunakan kontrasepsi pil KB, disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter tentang pemilihan alat kontrasepsi lain karena phenobarbital bisa
membuat pil kontrasepsi menjadi tidak efektif.
Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan phenobarbital
bersama dengan obat lain: Warfarin. Phenobarbital dapat mengurangi kadar warfarin dalam
darah, sehingga kurang efektif dalam mencegah pembekuan darah.
Kortikosteroid. Phenobarbital dapat mengurangi efektivitas kortikosteroid dalam tubuh,
sehingga tidak dapat bekerja dengan baik. Doxycycline. Phenobarbital dapat mengurangi
kemampuan doxycycline untuk mengobati infeksi, karena tubuh tidak mampu memproses
doxycycline dengan baik. Griseofulvin. Phenobarbital dapat menghambat
penyerapan griseofulvin dalam darah dan menurunkan efektivitasnya.
Progesteron dan estradiol. Phenobarbital dapat menurunkan efek obat-obatan ini.
Efek samping yang dapat timbul setelah menggunakan phenobarbital adalah: Merasa
lelah. Mengantuk. Pusing. Sakit kepala. Sensitif atau mudah marah. Disartria, yaitu
melemahnya otot-otot bicara. Ataksia, yaitu kondisi berkurangnya kendali otot dan
koordinasi gerakan tubuh, seperti berjalan atau mengambil benda. esemutan. Vertigo.
Untuk pasien lansia, efek samping yang mungkin muncul adalah disorientasi dan depresi.
Sementara untuk pasien anak-anak, efek samping yang mungkin muncul adalah anak menjadi
hiperaktif.

Kemudian obat selanjutnya yaitu CTM, Chlorpheniramine atau CTM adalah obat yang
digunakan untuk meredakan gejala alergi yang disebabkan oleh makanan, obat-obatan,
gigitan serangga, paparan debu atau bulu binatang, serta alergi serbuk sari. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat kerja histamin, senyawa di dalam tubuh yang memicu terjadinya
gejala alergi. Saat alergi terjadi, produksi histamin dalam tubuh meningkat secara berlebihan
sehingga memunculkan gejala dari reaksi alergi. Gejala dari reaksi alergi ini dapat
bermacam-macam bentuk, contohnya mata berair, hidung tersumbat, pilek, bersin-bersin,
gatal dan ruam pada kulit, serta pembengkakan di beberapa bagian tubuh, misalnya wajah.

Peringatan yang harus di perhatikan, Jangan memberikan obat ini kepada bayi baru lahir
atau anak usia di bawah satu tahun tanpa anjuran dari dokter. Harap berhati-hati dalam
mengonsumsi obat ini jika memiliki infeksi paru, asma, gangguan pada saluran pernapasan
yang terjadi saat tidur (sleep apnea), glaukoma, tukak lambung, pembesaran kelenjar prostat,
kelainan kandung kemih, atau porfiria. Dalam beberapa kasus, chlorpheniramine
menyebabkan kulit menjadi sensitif terhadap sinar matahari. Apabila hal ini terjadi, maka
gunakanlah payung atau krim tabir surya apabila akan melakukan aktivitas di luar rumah.
hindari mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan mesin saat menjalani pengobatan
dengan chlorpheniramine. Hentikan konsumsi minuman beralkohol selama mengonsumsi
chlorpheniramine. Kunjungi dokter jika gejala alergi tidak kunjung mereda setelah
pemakaian obat lebih dari 5 hari. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui
dokter.

Berikut ini adalah dosis chlorpheniramine yang disarankan berdasarkan usia:


tablet CTM untuk dewasa harus diminum dengan dosis 1/2 hingga 1 tablet sebanyak 3-4 kali
dalam sehari. Obat CTM dalam bentuk sediaan sirup hanya diperuntukkan bagi anak-anak.
Anak-anak usia 2-6 tahun membutuhkan dosis CTM setiap kali minum 1/2 sendok takar
sebanyak 3 kali sehari.

Mengonsumsi Chlorpheniramine dengan Benar diantaranya yaitu, Tablet, sirop,


chlorpheniramine bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan, boleh dibantu dengan air
minum. Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Hentikanlah penggunaan chlorpheniramine setelah gejala alergi mereda karena umumnya
obat ini hanya digunakan untuk jangka pendek.

Interaksi Obat, Hindari penggunaan obat pereda rasa nyeri tingkat sedang hingga berat
(analgesik opioid) seperti morfin, obat anticemas seperti clonazepam, antipsikosis seperti
haloperidol, obat antimuskarinik seperti atropin, dan antidepresan trisiklik
seperti amitriptyline, karena dapat meningkatkan efek dari chlorpheniramin. Hindari juga
pemakaian chlorheniramine bersama dengan phenytoin karena dapat menghambat kinerja
phenytoin.
Efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi chlorpheniramine adalah: Sakit
kepala, Mengantuk, Mual, Muntah, Nafsu makan berkurang, Sembelit atau konstipasi, Mulut,
hidung, dan tenggorokan kering, Gangguan penglihatan dan Sulit buang air kecil.

Kemudian obat selanjutnya yaitu longcef, mengandung zat aktif Cefadroxyl yang
didistribusikan oleh Kalbe Farma. Cefadroxyl merupakan antibiotik semisintetik yang
memiliki spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif mapun gram positif yang
termasuk golongan antibiotik cephalosporin generasi pertama. Longcef diindikasikan untuk
infeksi saluran napas, kulit & jaringan lunak, saluran kemih kelamin, osteomielitis, artritis
septik. Digunakan untuk Infeksi : saluran nafas, THT, tulang dan sendi, kulit dan jaringan
lunak, urogenital, saluran cerna, pasca bedah, septikemia
Dosis dari obat ini yaitu, Dewasa : 1 - 2 g/hari dalam dosis terbagi, anak : 30 mg/kg BB
perhari dalam dosis terbagi. Dikonsumsi bersama makanan. Simpan ditempat sejuk dan
kering, terlindung dari cahaya matahari Perhatian, Hipersensitif terhadap penisilin. Kerusakan
fungsi ginjal. Pengobatan dengan antibiotik nefrotoksik dan diuretik poten Efek Samping
yang dapat di timbulkan, Gangguan Gastro Intestinal, urtikaria, angioedema, kolitis
pseudomembran

Kemudian obat selanjutnya yaitu bromhexin hydrochloride. Bromhexine adalah obat yang


digunakan untuk mengencerkan dahak pada saluran pernapasan atau yang disebut juga
dengan mukolitik. Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja sel yang menghasilkan
dahak atau mukus, sehingga menghasilkan dahak yang tidak kental dan mudah untuk
dikeluarkan.
Peringatan Sebelum Mengonsumsi hati-hati mengonsumsi Bromhexin bila memiliki
riwayat atau sedang mengalami GERD, tukak lambung, gangguan hati, dan gangguan ginjal.
Hati-hati mengonsumsi Bromhexin bila memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, baik
akibat gangguan medis seperti HIV/AIDS, atau karena pengobatan tertentu,
seperti kemoterapi. Konsultasikan penggunaan bromhexin dengan dokter bila sedang
mengalami infeksi pada saluran pernapasan atau gangguan pada paru-paru, termasuk PPOK,
bronkitis, emfisema, dan asma berat.
Dosis bromhexine berbeda-beda untuk setiap pasien. Berikut ini adalah dosis umum
penggunaan bromhexine oral untuk mengencerkan dahak: Dewasa: 8-16 mg, 3 kali sehari.
Anak-anak usia 2-5 tahun: 8 mg per hari, yang dapat dibagi ke dalam 2-3 jadwal konsumsi.
Anak-anak usia 6-11 tahun: 4-8 mg, 3 kali sehari. Anak-anak usia ≥ 12 tahun: Sama dengan
dosis dewasa
Bila digunakan secara bersamaan, Bromhexin dapat meningkatkan efek samping
beberapa jenis obat antibiotik, seperti oxytetracycline, erythromycin, ampicillin,
dan amoxicillin. Kandungan bromhexine dapat menimbulkan sejumlah efek samping, antara
lain: Kembung, Diare, Mual dan muntah, Pusing, Sakit kepala, Berkeringat. Lakukan
pemeriksaan ke dokter bila efek samping tak kunjung menghilang atau dirasa memburuk.
Demikian juga jika Anda mengalami reaksi alergi obat, seperti gatal, muncul ruam di kulit,
bentol-bentol atau bengkak, dan susah bernapas.

Pasien Andri (4 th) memiliki problem, dan sebaga farmasis yang baik harus
memberikan solusi disetiap problem pasien tersebut. Problem pasien Andri diantaranya
pasien mengalami panas, batuk berdahak berwarna kuning disertai dengan pilek, solusinya
yaitu, usul penggantian obat karena banyak obat yang tidak diberikan sesuai gejala pasien,
contoh obat yang dapat diberikan yaitu hufahrip flu dan batuk.
C. Kesimpulan

Telah dilakukan praktikum pelayanan kefarmasian dengan baik dan dapat memberikan
solusi disetiap permasalah atau problem setiap pasien. Di dalam resep ada beberapa problem,
berikut ini permasalahan pada resep Nanda (24 tahun) yaitu kesalahan penulisan pada
microlax seharusnya microlax dalam bentuk sediaan tube buka fls atau syrup. Kemudian
aturan pakai analsik diubah yang awalnya 3 kali sehati 1 tablet menjadi 1 kali sehari 1 tablet.
Kemudian problem pada resep pasien Andri (4 th) yaitu karena pasien mengalami demam,
pilek dan batuk berdahak berwarna kuning maka beberapa obat yang tidak cocok dengan
kondisi pasien diantanya, phenobarbital. Phenobarbital adalah obat dengan indikasi untuk
pasien kejang, dan pasien Andri tidak memiliki gejala tersebut sehingga phenobarbital harus
dihilangkan agar pasien tidak terkena efek samping dari obat tersebut. Pada resep pun tidak
ada obat yang berindikasi sebagai obat demam dan pilek. Karenanya sebagai farmasis di
perbolehkan usul untuk penggantian obat apabila obat tersebut tidak sesuai dengan gejala
yang dialami oleh pasien. Usul penggantian obat disini farmasis dapat memberikan beberapa
pilihan merek obat yang akan di tawarkan kepada pasien. Untuk kasus ini obat hufagrip flu
dan batuk dapat di tawarkan kepada pasien karena obat tersebut masih termasuk obat bebas,
dan dapat di konsumsi dari umur 2 sampai 12 tahun. Komposisi dari obat tersebut
diantaranya, Paracetamol yang berindikasi sebagai pereda demam dan penghilang rasa nyeri,
pseudoephedrine sebagai obat pilek dan hidung tersumbat, glyceryl guaiacolate sebagai obat
batuk berdahak yang dapat mengeluarkan dahak, dan chlorpheniramine sebagai obat dengan
indikasi sebagai anti alergi pada saluran pernafasan.

D. Daftar pustaka
https://www.alodokter.com/konstipasi/penyebab diakses pada tanggal 10 april pukul 11:12
WIB
https://www.alodokter.com/diabetes diakses pada tanggal 10 april pukul 11:35 WIB
https://www.alodokter.com/microlax diakses pada tanggal 10 april pukul 12:21 WIB
https://aladokter.com/obat/analsik/ diakses pada tanggal 10 april pukul 12:37 WIB
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/novomix-30-flexpen-per-pen-cairan-injeksi
diakses pada tanggal 10 april pukul 12:54 WIB
https://www.klikdokter.com/obat/novomix-30 diakses pada tanggal 10 april pukul 12:58 WIB
https://www.alodokter.com/batuk-pilek diakses pada tanggal 10 april pukul 13:29 WIB
https://www.alodokter.com/phenobarbital diakses pada tanggal 10 april pukul 13:43 WIB
https://www.alodokter.com/chlorpheniramine diakses pada tanggal 10 april pukul 14:19 WIB
https://www.k24klik.com/p/longcef-500mg-cap-30s-13418 diakses pada tanggal 10 april
pukul 14:32 WIB
https://www.alodokter.com/bromhexine diakses pada tanggal 10 april pukul 14:45 WIB

Anda mungkin juga menyukai