Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER
KONSEP PRINSIP TERAPI KOMPLEMENTER: BEKAM
DALAM MMENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI

Disusun oleh :

ROSNIATI
NIM. 2210246850

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
DESEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Sang Khalik seluruh
alam, pemberi pertolongan yang tak terkira yang selalu ada untuk hamba-Nya,
sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun penulis untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Terapai Komplementer dengan judul makalah “Konsep Prinsip Terapi
komplementer: Bekam Dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi” di Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Riau.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Agrina, M.Kep.,Sp.Kom.,PhD selaku koordinator dan dosen pengampu
mata kuliah Teraai Komplementer yang telah membimbing dan memberi
masukan
2. Ibu Ns. Yufitriana Amir, S.Kep.,M.Sc., PhD.,FISQua selaku dosen pengampu
mata kuliah Terapi Komplementer.
3. Ibu Dr. Reni Zulfitri, M.Kep., Sp.Kom selaku dosen pengampu dalam mata
Terapai Komplementer.
4. Teman-teman seperjuangan Prodi Magister Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Riau yang telah memberikan semangat, kritikan, dan
saran yang bersifat membangun kepada penulis dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis juga menyadari kekurangan dalam penulisan dan penyelesaian
makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang dapat membantu dan membangun,
menjadi hal yang berharga bagi penulis dalam belajar sehingga tercipta karya
yang lebih baik dimasa mendatang.

Pekanbaru, Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Terapi Komplementer 3
2.1.1 Perkembangan Terapi Komplementer 4
2.1.2. Pendekatan Teori Komplementer 5
2.2 Terapi Komplementer Bekam 6
2.2.1 Prinsip-prinsip Terapi Komplementer Bekam 8
2.2.2 Fungsi Terapi Komplementer Bekam 9
2.2.3 Indikasi Terapi Komplementer Bekam 11
2.2.4 Efek Samping Terapi Komplementer Bekam 12
2.3 Konsep Hipertens 12
2.3.1 Etiologi Hipertensi 12
2.3.2 Tanda dan Gejala Hipertensi 14
2.4 Kerangka Teori Hipertensi 14
2.5 Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Terapi Komplementer 15
Bekam 15
2.6 Tindakan Asuhan Keperawatan pada Penderita Hipertensi 17
2.7 Pandun/ Standar Operasional Prosedur (SPO)Bekam 19
BAB III. PENUTUP 27
A. Kesimpulan 27
B. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum
Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal
tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke,
aneurisma gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Rachman, 2018).
Tekanan darah normal pada istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas)
100-140 mmHg dan diastolik 60-90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila
terus menerus berada pada 140/90 mmHg (Dirgahayu, 2021)
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 jumlah kasus
hipertensi ada 839 juta dan diperkirakan menjadi 1.15 milyar pada tahun 2025,
yaitu sekitar (29%) dari jumlah penduduk didunia. Sedangkan di Indonesia pada
tahun 2019 angka kejadian hipertensi sebesar 185.857 jiwa. Diperkirakan juga
setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi (WHO,
2019). Hasil Riskesdas (2018) menunjukkan angka prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran secara nasional pada penduduk indonesia usia >18 tahun
sebesar 34,11%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), dan terendah di Papua
sebesar (22,2%). sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar
427.218 kematian. (Riskesdas, 2018).
Hipertensi tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup
lama. Tekanan darah tinggi yang tidak mampu terkontrol untuk periode tertentu
dan akan menyebabkan tekanan darah tinggi menjadi permanen yang disebut
dengan hipertensi (Perki, 2015). Hipertensi dapat disebabkan oleh obesitas
(kegemukan), makanan tinggi garam, stress, minuman beralkohol, kopi, factor
genetic, usia ataupun dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti ginjal, jantung,
kelainan hormonal, ataupun efek dari penggunaan obat (Bumi, 2017). Disini perlu
pengawasan yang ketat oleh perawat terhadap kondisi tekanan darah yang tidak
stabil (hipertensi)
Perawat adalah profesi yang bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan yang holistik, aman dan berkualitas. Perawat profesional

1
mengemban peran penting dalam praktik keperawatan baik dalam asuhan yang
berhubungan dengan tindakan medis maupun yang mengenai terapi komplementer.
Menghadapi berbagai perubahan dan tetap mempertahankan pelayanan yang
profesional, maka perawat dituntut untuk ikut berkembang secara ilmu,
ketrampilan dan kemampuan mendasar dalam memberikaan asuhan termasuk
terapi komplementer.
Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali
pada teori-teori yang mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang
memandang manusia sebagai sistem terbuka,kompleks, mempunyai berbagai
dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan pengobatan tradisional yang
menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk praktik
keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari berkembangnya
kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai kemampuan yang dapat
dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil yang lebih baik dalam
pelayanan keperawatan
.
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui teori, konsep dan prinsip dasar terapi komplementer
bekam dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi

2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui defenisi terapi komplementer bekam dalam
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
b. Untuk mengetahui fungsi terapi komplementer bekam dalam
menurunkan tekanan darah padapenderita hipertensi
c. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab perawat dalam terapi
komplementr bekam pada penderita hipertens

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi Komplementer


Terapi komplementer yang saat ini populer dan dipercaya masyarakat
untuk mengobati hipertensi yaitu terapi bekam (Ekawati, 2016). Terapi bekam
merupakan salah satu terapi komplementer yang berfungsi untuk menurunkan
tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi (Putra, 2019). Bekam berefek
terhadap hipertensi dengan memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan
memberikan efek vasodilatasi sehingga tekanan darah turun secara stabil, dan
menenangkan system saraf simpatik. Efek pada sistem saraf simpatik ini
menstimulasi sekresi enzim yang berperan sebagai sistem angiotensin renin.
Setelah sistem itu tenang dan aktivitasnya berkurang maka tekanan darah akan
turun (Sharaf, 2012).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit,
perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan
melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak
bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia. Standar praktek
pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non- konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun temurun pada suatu negara.

3
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Fatimah,2017).
2.1.1 Perkembangan Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah sekelompok metode atau pendekatan
pengobatan yang digunakan bersamaan dengan pengobatan konvensional untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Pendekatan ini disebut
"komplementer" karena digunakan sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti
pengobatan medis konvensional. Tujuan utamanya adalah untuk merangsang
proses penyembuhan alami tubuh dan meningkatkan kualitas hidup.
Perkembangan terapi komplementer mencakup beberapa aspek, dan
faktor-faktor berikut ini dapat memberikan gambaran tentang bagaimana
perkembangannya:
1. Historis dan Tradisional: Banyak terapi komplementer berasal dari tradisi
pengobatan alternatif yang telah ada selama berabad-abad di berbagai budaya
di seluruh dunia. Contohnya termasuk pengobatan tradisional Tiongkok
(seperti akupunktur), pengobatan Ayurveda dari India, dan pengobatan
tradisional di berbagai suku di seluruh dunia.
2. Peningkatan Kesadaran Kesehatan Holistik: Semakin banyak orang yang
menjadi sadar akan pentingnya pendekatan holistik terhadap kesehatan.
Terapi komplementer sering menekankan keseimbangan tubuh, pikiran, dan
jiwa, serta mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan dan gaya hidup.
3. Minat dalam Pengobatan Preventif: Dalam beberapa dekade terakhir, ada
peningkatan minat terhadap pengobatan preventif, di mana terapi
komplementer dapat memainkan peran penting. Orang-orang semakin
mencari cara untuk menjaga kesehatan mereka sebelum munculnya masalah
kesehatan serius.
4. Pengaruh Budaya dan Media: Perkembangan terapi komplementer juga
dipengaruhi oleh tren budaya dan media. Informasi tentang berbagai terapi
sering kali dapat diakses dengan mudah melalui internet, buku, dan media
sosial, yang dapat meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat.
4
5. Pengakuan oleh Institusi Kesehatan: Beberapa terapi komplementer telah
mendapatkan pengakuan dan dukungan dari institusi kesehatan resmi.
Beberapa rumah sakit atau pusat kesehatan sekarang menawarkan terapi
komplementer sebagai bagian dari layanan mereka, seperti terapi akupunktur
atau yoga.
6. Penelitian Ilmiah: Penelitian ilmiah terus dilakukan untuk mengevaluasi
efektivitas dan keamanan terapi komplementer. Meskipun beberapa terapi
memiliki dukungan ilmiah yang kuat, masih ada banyak yang memerlukan
penelitian lebih lanjut.
2.1.2 Pendekatan Teori Komplementer
Pendekatan terapi komplementer mencakup berbagai metode dan teknik
yang digunakan bersamaan dengan pengobatan konvensional untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Berikut adalah beberapa pendekatan terapi
komplementer yang umum:
1. Akupunktur: Teknik pengobatan tradisional Tiongkok yang melibatkan
penempatan jarum-tipis pada titik-titik tertentu di tubuh untuk merangsang
aliran energi atau "chi" dan memperbaiki keseimbangan tubuh.
2. Refleksiologi: Pijatan atau tekanan yang diberikan pada titik-titik tertentu di
kaki, tangan, atau wajah yang diyakini terhubung dengan organ dan sistem
tubuh lainnya.
3. Terapi Gizi: Pemilihan dan pengelolaan pola makan serta suplemen nutrisi
untuk mendukung kesehatan dan mengatasi masalah kesehatan tertentu.
4. Terapi Herbal: Penggunaan tumbuhan obat atau ekstrak tumbuhan untuk
merawat atau mencegah penyakit.
5. Yoga dan Meditasi: Latihan fisik, pernapasan, dan meditasi yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental.
6. Homeopati: Penggunaan zat-zat alami dalam dosis yang sangat rendah untuk
merangsang respons penyembuhan tubuh.
7. Manipulasi Tubuh: Pemijatan, chiropractic, osteopathy, atau manipulasi
tulang dan sendi untuk meningkatkan fungsi tubuh.

5
8. Terapi Musik dan Seni: Penggunaan seni dan musik sebagai alat terapeutik
untuk meningkatkan kesehatan mental dan emosional.
9. Biofeedback: Penggunaan perangkat untuk memberikan umpan balik tentang
fungsi tubuh (seperti detak jantung atau tekanan darah) dan membantu
individu mengendalikan respons fisik mereka.
10. Aromaterapi: Penggunaan minyak esensial dari tumbuhan untuk
mempengaruhi suasana hati atau kesejahteraan fisik.
11. Terapi Energi: Pekerjaan dengan energi tubuh yang diyakini dapat
memengaruhi keseimbangan dan kesehatan fisik dan emosional.
12. Bekam: Metode di mana cangkir ditempatkan di atas kulit dan vakum
diciptakan untuk meningkatkan aliran darah dan memfasilitasi penyembuhan.

2.2 Terapi Komplementer Bekam


Bekam adalah satu teknik pengobatan menggunakan sarana gelas, tabung,
atau bambu yang prosesnya diawali dengan pengekopan (membuat tekanan
negatif dalam gelas, tabung atau bambu) pada titik bekam, sehingga menimbulkan
bendungan lokal di permukaan kulit. Pada teknik bekam basah, setelah terjadi
bendungan lokal, prosesnya silanjutkan dengan penyayatan permukaan kulit
memakai pisau bedah atau penusukan jarum bekam agar darah kotor bisa
dikeluarkan (Fatonah & Rihiantoro, 2015). Lokasi tubuh yang dilakukan
perlukaan terapi bekam dapat menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya
adalah berdasarkan titik bekam, titik akupuntur, lokasi daerah yang sakit, dan
penggunaan ilmu lainnya (Sarkosih, 2017). Titik lokasi yang perlu dihindari saat
terapi bekam diantarnya adalah daerah kelenjar limpa, lubang tubuh yang dekat
dengan pembuluh darah besar, lokasi palpitasi, dan bagian tubuh yang terluka
(Kasmui, 2016). Penentuan titik lokasi bekam yang benar akan menentukan
efektivitas terapi bekam (S. El Sayed, Mahmoud, & Nabo, 2016). Hubungan
harmonis antara organ luar dan dalam dan keseluruhan bagian tubuh manusia
menentukan kondisi kesehatan jiwa raganya. Hubungan ini dikenal sebagai aliran
chi atau meridian. Jika chi terhambat, maka penyakit mudah timbul. Untuk
mengobatinya, salah satunya dengan menstimulasi beberapa titik meridian.
6
Bekam bisa digunakan untuk menstimulasi titik meridian ini. Alasan kenapa kulit
yang dibekam karena dipermukaan tubuh maupun didalam tubuh manusia terdapat
suatu sistem menyerupai saluran atau jala-jala yang disebut meridian atau dalam
bahasa arab disebut khottuz zawaal. Dengan adanya saluran ini, maka bagian
tubuh yang satu dengan yang lainnya akan terhubung (Khoirun Mukhsinin Putra,
2015). Titik-titik tersebut berguna untuk menentukan penyakit atau keluhan yang
dialami pasien. Titik Al-Kahil yang berada di antara dua pundak ini, merupakan
salah satu titik inti bekam yang sangat bermanfaat untuk mengobati hingga 72
macam penyakit, menjaga keseimbangan tubuh, dan juga mengobati sakit kepala
yang sering menjadi keluhan pada penderita hipertensi (Abdullah Almuttaqien,
2018). Selanjutnya yaitu titik bekam Yafukh yang berada di atas kepala tepatnya
berada di ubun-ubun. Titik ini memiliki khasiat yang luar biasa seperti dapat
melancarkan peredaran darah pada hipertensi, dan juga semua penyakit tersebut
berhubungan langsung dengan kepala serta penyakit non medis seperti sihir (PBI,
2020). Selanjutnya yaitu titik Al-Akhda’ain melakukan bekam di titik ini akan
mengobati penyakit disebabkan kelebihan darah atau kerusakan pada jaringan
darah disekitar kepala, selain itu titik bekam al-akhdain ini dapat mencegah sakit
kepala, wajah, telinga, hidung dan kerongkongan (Abdullah Almuttaqien, 2018) .
Jika titik-titik diatas digunakan sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien maka
akan efekif untuk menyembuhkan penyakit yang diderita pasien seperti hipertensi.
Terapi bekam merupakan salah satu bentuk terapi komplementer yang berasal
dari pengobatan tradisional di beberapa budaya, termasuk tradisi pengobatan
Islam. Terapi bekam dilakukan dengan menempatkan cangkir kaca atau plastik
pada permukaan kulit untuk menciptakan vakum yang menarik darah ke
permukaan kulit. Teknik ini dapat diterapkan pada berbagai bagian tubuh,
tergantung pada tujuan pengobatan.
Berikut adalah beberapa poin terkait terapi bekam:
1. Prinsip Dasar:
Terapi bekam didasarkan pada konsep bahwa dengan menciptakan vakum di
bawah cangkir dan menarik darah ke permukaan kulit, dapat membantu

7
meningkatkan aliran darah, menghilangkan racun, dan memperbaiki
keseimbangan energi dalam tubuh.
2. Peralatan:
Pada umumnya, bekam dilakukan dengan menggunakan cangkir kaca atau
plastik yang dipanaskan atau diberi vakum untuk menciptakan daya tarik.
Bekam modern juga dapat menggunakan cangkir yang dilengkapi dengan
pompa untuk menciptakan vakum.
3. Proses:
Bekam dimulai dengan menyiapkan kulit dengan minyak atau gel untuk
memfasilitasi gerakan cangkir. Kemudian, cangkir ditempatkan di atas kulit
dan vakum diciptakan, sehingga kulit dan sebagian kecil jaringan di
bawahnya tertarik ke dalam cangkir. Cangkir tersebut dapat dibiarkan dalam
posisi tertentu atau dipindahkan sepanjang area yang diobati.
4. Indikasi Penggunaan:
Terapi bekam dianggap oleh beberapa praktisi sebagai cara untuk meredakan
nyeri, meningkatkan sirkulasi darah, dan mengatasi berbagai masalah
kesehatan, meskipun bukti ilmiah yang mendukung klaim ini masih terbatas.
5. Efek Samping dan Keamanan:
Bekam umumnya dianggap aman, tetapi seperti halnya dengan semua bentuk
terapi, ada potensi risiko. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi
adalah memar atau bekas luka kecil di area tempat bekam diterapkan.

2.2.1 Prinsip-prinsip Terapi Komplementer Bekam


Terapi bekam adalah salah satu bentuk terapi komplementer yang
melibatkan penggunaan cangkir untuk menciptakan vakum di atas kulit, menarik
darah ke permukaan dan diyakini dapat memberikan sejumlah manfaat kesehatan.
Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip yang terkait dengan terapi bekam:
1. Pemulihan Aliran Energi:
Terapi bekam diyakini dapat membantu memulihkan aliran energi atau "qi"
dalam tubuh. Dalam konsep tradisional Tiongkok, penyakit dianggap sebagai
akibat dari ketidakseimbangan atau terhalangnya aliran energi dalam tubuh.
8
2. Peningkatan Aliran Darah:
Penerapan cangkir dan penciptaan vakum dianggap dapat meningkatkan
aliran darah ke area yang diobati. Peningkatan aliran darah ini diyakini dapat
membantu menyembuhkan jaringan dan merangsang proses penyembuhan
alami tubuh.
3. Pembersihan Toksin:
Terapi bekam dianggap dapat membantu mengeluarkan toksin atau zat-zat
berbahaya dari tubuh melalui darah yang ditarik ke permukaan kulit. Ini
sering dikaitkan dengan konsep pembersihan dan detoksifikasi tubuh.
4. Merangsang Titik-titik Akupunktur:
Beberapa praktisi bekam mengaitkannya dengan prinsip-prinsip akupunktur.
Pemilihan lokasi cangkir mungkin didasarkan pada titik-titik akupunktur
tertentu yang dikaitkan dengan organ atau fungsi tubuh tertentu.
5. Mengatasi Blokade Energi dan Darah:
Terapi bekam juga diyakini dapat membantu mengatasi blokade dalam aliran
energi dan darah. Ini sering dikaitkan dengan pemahaman tradisional bahwa
penyakit atau ketidakseimbangan kesehatan mungkin terjadi ketika aliran
energi atau darah terhambat.
6. Stimulasi Respon Tubuh:
Proses pembentukan vakum dan tekanan yang diterapkan oleh cangkir
dianggap sebagai stimulus yang dapat merangsang respons tubuh, termasuk
respons imun dan pelepasan endorfin yang dapat memberikan rasa nyaman.
2.2.2 Fungsi Terapi Komplementer Bekam
Fungsi terapi komplementer bekam, seperti yang diyakini oleh beberapa
praktisi dan penganutnya, mencakup sejumlah aspek yang berhubungan dengan
keseimbangan energi dan kesehatan tubuh. Meskipun perlu dicatat bahwa
efektivitas terapi ini masih menjadi subjek perdebatan dan penelitian yang lebih
lanjut diperlukan, berikut adalah beberapa fungsi yang diklaim oleh pendukung
terapi bekam:
1. Pemulihan Keseimbangan Energi:

9
Terapi bekam dianggap dapat membantu memulihkan keseimbangan energi
dalam tubuh, terutama dalam konteks konsep energi dalam pengobatan
tradisional Tiongkok.
2. Meningkatkan Aliran Darah:
Melalui pembentukan vakum di atas kulit, terapi bekam diklaim dapat
meningkatkan aliran darah ke area yang diobati. Peningkatan aliran darah ini
diyakini dapat membantu proses penyembuhan dan memperbaiki kondisi
tubuh.
3. Pengurangan Kekakuan Otot:
Beberapa orang percaya bahwa bekam dapat membantu mengurangi
kekakuan otot dengan meningkatkan aliran darah dan merangsang relaksasi
otot.
4. Pengeluaran Toksin:
Fungsi detoksifikasi atau pengeluaran toksin dari tubuh dianggap sebagai
hasil dari terapi bekam. Hal ini diyakini dapat membersihkan tubuh dari zat-
zat berbahaya.
5. Pengurangan Nyeri:
Beberapa orang mencari terapi bekam sebagai cara mengurangi rasa sakit,
terutama pada masalah seperti nyeri punggung, nyeri sendi, atau ketegangan
otot.
6. Stimulasi Respon Imun:
Penggunaan cangkir dan pembentukan vakum dianggap dapat merangsang
respons imun tubuh, yang dapat membantu dalam melawan infeksi atau
penyakit.
7. Relaksasi dan Penurunan Stres:
Seperti terapi komplementer lainnya, terapi bekam juga dihubungkan dengan
potensi untuk memberikan efek relaksasi, mengurangi stres, dan
meningkatkan kesejahteraan emosional.
8. Penyembuhan Luka atau Cedera:

1
Dalam beberapa kasus, bekam mungkin digunakan untuk membantu
penyembuhan luka atau cedera dengan meningkatkan suplai darah ke area
yang terkena.
2.2.3 Indikasi Terapi Komplementer Bekam
Bekam, sebagai terapi komplementer, sering digunakan untuk berbagai
alasan. Namun, perlu dicatat bahwa bukti ilmiah tentang efektivitas bekam
sebagai metode pengobatan masih terbatas. Berikut adalah beberapa indikasi yang
sering dianggap untuk terapi komplementer bekam:
1. Pengurangan Nyeri:
Bekam sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit, terutama pada masalah
muskuloskeletal seperti nyeri punggung atau nyeri sendi. Beberapa orang
percaya bahwa bekam dapat meningkatkan sirkulasi darah dan meredakan
ketegangan otot.
2. Meningkatkan Peredaran Darah:
Terapi bekam dianggap dapat meningkatkan aliran darah ke area tertentu,
memfasilitasi penyembuhan dan mengurangi peradangan.
3. Manajemen Stres dan Kelelahan: Beberapa orang menggunakan bekam
sebagai metode relaksasi atau manajemen stres. Sentuhan fisik dan pengaruh
pada sirkulasi darah dianggap dapat membantu meredakan ketegangan.
4. Pemulihan Cedera:
Bekam dapat digunakan sebagai bagian dari rencana pemulihan untuk cedera
olahraga atau cedera fisik lainnya. Beberapa atlet percaya bahwa bekam
membantu mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi
pembengkakan.
5. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh:
Beberapa orang berpendapat bahwa bekam dapat meningkatkan respons
sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit dan infeksi.
6. Mengurangi Gejala Penyakit Kronis:
Beberapa orang mencari bekam sebagai bagian dari pendekatan holistik untuk
mengurangi gejala penyakit kronis seperti migren, asma, atau arthritis.

1
2.2.4 Efek Samping Terapi Komplementer Bekam
Bekam atau bekam terapi adalah metode pengobatan alternatif yang
melibatkan penggunaan cangkir yang ditempatkan pada kulit untuk menciptakan
tekanan vakum. Meskipun banyak orang percaya bahwa bekam dapat memberikan
beberapa manfaat kesehatan, penting untuk diingat bahwa bukti ilmiah tentang
efektivitasnya masih terbatas. Di sini beberapa efek samping yang mungkin terkait
dengan terapi bekam:
1. Memar dan Lecet:
Setelah bekam, seringkali muncul memar atau lecet di area yang ditempati
cangkir. Ini merupakan hasil dari pembentukan darah di bawah kulit karena
efek tekanan vakum.
2. Rasa Sakit:
Beberapa orang melaporkan merasakan rasa sakit atau ketidaknyamanan
selama atau setelah sesi bekam. Ini bisa terjadi karena tekanan vakum yang
diterapkan pada kulit.
3. Infeksi:
Jika peralatan yang digunakan tidak steril atau jika teknik bekam tidak
dilakukan dengan benar, ada risiko infeksi di area bekam.
4. Reaksi Kulit:
Beberapa orang mungkin mengalami reaksi kulit, seperti kemerahan atau
gatal, setelah sesi bekam.
5. Efek Samping Umum:
Seperti banyak terapi alternatif, bekam mungkin tidak sesuai atau aman bagi
semua orang. Beberapa orang dengan kondisi kesehatan tertentu atau orang
yang mengonsumsi obat-obatan tertentu dapat mengalami efek samping atau
interaksi yang tidak diinginkan.

2.3. Konsep Hipertensi


2.3.1 Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum
dan paling banyak disandang masyarakat (Kemenkes, 2019). Hipertensi
1
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg dalam dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau dalam keadaan tenang
(Scarlet, 2018). Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering dijumpai di
negara maju maupun negara berkembang salah satunya Indonesia, dan termasuk
ke dalam kelompok penyakit penyebab kematian. Bahaya penyakit hipertensi
sangat beragam dan apabila tidak segera ditangani maka akan menyebabkan
komplikasi dan mengganggu fungsi organ lainnya (Irawan H, 2017). Salah satu
upaya yang dapat dilakukan oleh penderita hipertensi agar terhindar dari bahaya
komplikasi yaitu dengan menggunakan terapi bekam (Akbar & Mahati, 2013 ).
Hipertensi tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup
lama. Tekanan darah tinggi yang tidak mampu terkontrol untuk periode tertentu
dan akan menyebabkan tekanan darah tinggi menjadi permanen yang disebut
dengan hipertensi (Perki, 2015). Hipertensi dapat disebabkan oleh obesitas
(kegemukan), makanan tinggi garam, stress, minuman beralkohol, kopi, factor
genetic, usia ataupun dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti ginjal, jantung,
kelainan hormonal, ataupun efek dari penggunaan obat (Bumi, 2017). Faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon vasokonstriksi
pembuluh darah sehingga aliran darah ke ginjal menurun dan berakibat
diproduksinya enzim renin, merupakan enzim yang di produksi di ginjal yang
berfungsi untuk mengatur volume cairan ekstraseluler. Renin dapat merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II dengan
ACE. Angiotensin II sebagai vasokonstrikstor yang kuat yang dapat merangsang
sekresi aldosteron sehingga menyebabkan retensi natrium dan air dapat
mengakibatkan peningkatan volume cairan intravaskular yang menimbulkan
kondisi hipertensi. Jika penderita tidak mendapatkan pengobatan dan
pengontrolan secara teratur akan menyebabkan terjadinya stroke, serangan
jantung, kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, mata bahkan
menyebabkan kematian (Black dan Hawks, 2014). Hipertensi dapat dicegah
melalui pengobatan farmakologis maupun non-farmakologis.

1
Pengobatan farmakologis menggunakan obat-obatan anti hipertensi seperti
Diuretika, Penghambat Adrenergik, dan Calsium Channel Blocker (Putri, 2018).
Sedangkan pengobatan non-farmakologis dapat dilakukan dengan cara
memodifikasi gaya hidup seperti melakukan diet yang dianjurkan, mengurangi
konsumsi garam, olahraga yang cukup, tidak merokok, tidak minum alcohol,
mengatur pola makan, ataupun menjalani terapi komplementer (Adi Trisnawan,
2014)
Berdasarkan penyebab terjadinya, Hipertensi terbagi atas dua bagian
(Arfah, 2021) yaitu :
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer (essensial) Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi
merupakan hipertensi essensial (Hipertensi primer). Literatur lain mengatakan,
Hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus Hipertensi. Beberapa
mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya Hipertensi ini telah
diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis
Hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga,
hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting
pada patogenesis Hipertensi primer (Nur, 2019).
2..Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder Kurang dari 10% penderita HT merupakan sekunder
dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering (Nur, 2019)
2.3. Tanda dan Gejala Hipertensi
Hiperteni sering terjadi tanpa gejala, namun tanda klinis berikut ini dapat
menandakan seseorang terkena Hipertensi:
1. Hasil pengukuran tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua
kali pengukuran secara berurutan sesudah dilakukan pemeriksaan
pendahuluan.
2. Nyeri kepada (yang bisa semakin parah pada saat bangun di pagi hari);
mual, dan muntah dapat pula terjadi.
1
3. Mimisan
4. Perasaan pening, bingung, dan keletihan
5. Penglihatan yang kabur akibat kerusakan retina
6. Buang air kecil yang berlebihan saat malam hari
7. Edema (Kowalak dkk, 2011)

2.4 Kerangka Teori


Hipertensi :
Terapi
1. Pengertian
Komplementer :
2. Klasifikasi Cara Merawat
1. Definisi
3. Etiologi Pasien
4. STanda dan Gejala 2. Perkembangan
Hipertensi/Stroke
5. Cara merawat pasien
3. Tujuan
Hipertensi/stroke non Non Hemoragik
4. Jenis
hemoragik di rumah (Muliati,2018)
(Erlita,2017) 5. Metode
(Prasetyaningati,2019)
Gambar : Kerangka teori

2.5 Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Terapi Komplementer


Perawat memiliki peran dan tanggung jawab yang penting dalam
melibatkan atau mendukung pasien yang memilih terapi komplementer. Meskipun
terapi komplementer tidak selalu menjadi bagian dari pendekatan medis
konvensional, perawat dapat memainkan peran berikut:
1. Edukasi Pasien: Perawat bertanggung jawab untuk memberikan informasi
yang akurat dan seimbang kepada pasien mengenai terapi komplementer yang
mungkin ingin dicoba. Ini termasuk penjelasan tentang potensi manfaat,
risiko, dan interaksi dengan perawatan medis konvensional.
2. Assessment Komprehensif: Sebelum merekomendasikan atau mendukung
penggunaan terapi komplementer, perawat harus melakukan assessment
komprehensif terhadap pasien. Hal ini mencakup pemahaman mendalam
terhadap kondisi kesehatan pasien, sejarah medis, dan terapi lain yang sedang
atau pernah digunakan.

1
3. Kolaborasi dengan Profesional Kesehatan Lain: Perawat bekerja bersama
dengan profesional kesehatan lain, seperti dokter atau terapis lainnya, untuk
memastikan bahwa terapi komplementer yang dipilih tidak bertentangan
dengan perawatan medis konvensional atau obat-obatan yang sedang
digunakan pasien.
4. Monitoring dan Evaluasi: Perawat harus secara terus-menerus memantau
dampak terapi komplementer terhadap kesehatan pasien dan memberikan
evaluasi terkini. Jika terdapat perubahan atau perkembangan yang signifikan,
perawat perlu berkomunikasi dengan pasien dan profesional kesehatan
lainnya.
5. Dukungan Emosional: Pasien mungkin mencari terapi komplementer karena
faktor emosional atau psikologis. Perawat dapat memberikan dukungan
emosional dan menciptakan ruang untuk pasien berbicara tentang pengalaman
mereka, tujuan, dan harapan terkait terapi komplementer.
6. Koordinasi Perawatan: Perawat dapat berperan dalam koordinasi perawatan
secara menyeluruh, termasuk integrasi terapi komplementer dengan
perawatan medis konvensional dan pelayanan lainnya. Ini melibatkan
komunikasi yang baik dengan semua anggota tim perawatan.
7. Pemantauan Keamanan: Meskipun terapi komplementer sering kali dianggap
alami, perawat tetap bertanggung jawab untuk memantau keamanan
penggunaan. Ini termasuk memastikan bahwa terapi tidak menyebabkan efek
samping yang merugikan atau berinteraksi negatif dengan pengobatan lain
yang sedang diterapkan.
8. Promosi Kesehatan Holistik: Perawat dapat mempromosikan pendekatan
kesehatan holistik dengan mendukung pasien dalam menjaga keseimbangan
antara perawatan medis konvensional dan terapi komplementer, serta
mendorong gaya hidup sehat.

1
2.6 Tindakan Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI

1. Pengertian (Definisi) Asuhan keperawatan pada pasien dengan


tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh
faktor lingkungan (stressor) dan gaya hidup
seseorang.
2. Asesmen Keperawatan 1. Nyeri kepala
2. Tengkuk terasa berat
3. Pandangan kabur
4. Gangguan activity daily living/mudah lelah
5. Cemas
6. Pengkajian : bio, psiko, sosial, spiritual,
budaya dan keyakinan

3. Diagnosis Keperawatan 1. Nyeri akut (00132)*


2. Intoleransi aktivitas (00 )*
3. Cemas (00146)*

4. Kriteria Evaluasi/Nursing 1. Nyeri terkontrol : terjadi penurunan skala


Outcome nyeri dari skala nyeri ... ke skala nyeri …
2. Toleransi terhadap aktivitas : mampu
melakukan aktivitas minimal
3. Cemas terkontrol : cemas berkurang

5. Intervensi Keperawatan 1. Manajemen Nyeri


a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif :
lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor
pencetus
b. Lakukan tindakan non farmakologi,
farmakologi dan interpersonal
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan ( tim
pain nurse)

1
2. Toleransi aktivitas
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang diinginkan
b. Monitor kemampuan pasien dalam
beraktivitas
c. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas
secara bertahap mulai dari aktivitas
minimal
3. Mengurangi kecemasan
a. Bantu pasien mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
b. Dukung penggunaan mekanisme koping
yang sesuai
c. Pertimbangkan kemampuan pasien dalam
pengambilan keputusan
d. Jelaskan semua prosedur termasuk efek
selama prosedur (dilakukan)
e. Kaji tanda verbal dan non verbal
kecemasan

6. Informasi dan Edukasi 1. Cara mengontrol nyeri


2. Diit yang tepat
3. Konsumsi obat secara teratur
4. Relaksasi menurunkan kecemasan
7 Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif
setelah dilaksanakan intervensi dan
dibandingkan serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis keperawatan
berdasarkan standar yang telah disepakati
(NOC, Doengoes, dll)

1
2.7. Panduan / SPO Melakukan Bekan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SPO)


BEKAM
1 PENGERTIAN Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara
mengeluarkan darah yang terkontaminasi toksin atau
oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan kulit ari
2 TUJUAN Untuk mengeluarkan oksidan dari dalam tubuh sehingga
penyumbatan aliran darah ke organ-organ tertentu dalam
tubuh dapat diatasi, sehingga fungsi-fungsi fisiologis
tubuh kembali normal
3 INDIKASI Untuk melancarkan peredaran darah.
4 KONTRAINDIKASI Orang yang dalam kondisi lemah
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pasien dijelaskan tentang bekam, efek yang terjadi,
proses kesembuhan dll
2. Pasien disiapkan mentalnya agar tidak gelisah dan takut,
bimbinglah berdoa dan berwudlu
3. Bagi pasien yang belum pernah dibekam cukup dibekam
1 - 2 gelas
4. Pasien dipersiapkan makanan, minuman, kebersihan
tubuh dan kebersihan tempat yang akan dibekam

6 PERSIAPAN ALAT 1. Alat yang dipersiapkan: set kop/tabung penghisap,


skapel, jarum, lancet pen,pisau bedah, duk kain, sarung
tangan, masker, mangkok/cawan, tempat sampah, meja
dan kursi
2. Bahan yang disiapkan: kassa, kapas/tissue, betadin,
detol, sabun, zalf, alkohol, spiritus, minyak zaitun,
minyak habbatussauda, al qusthul hindi, minyak urut
hangat (misalnya: gandapura), minuman hangat, baik
kalau disediakan madu dan susu.
3. Mensterilkan alat agar bebas kuman dan tidak
menyebarkan penyakit, dengan cara: merebus tabung
kop paling sedikit selama 30 menit setelah air
mendidih terus menerus (karet dilepas dulu). Sarung
tangan, karet dan duk kain disterilkan dengan tablet
formalin.
4. Jarum, pinset, pisau, silet, hanya boleh sekali pakai
saja. Selesai satu pasien, langsung buang
5. Ruangan harus bersih, terang dancukup aliran udar dan
tidak pengap

1
7 CARA BEKERJA : IDENTIFIKASI PASIEN

1. Mencatat Identitas Umum: Nama, alamat, usia, jenis


kelamin, status
2. Mencatat Identitas Keluarga: Kedudukan dan
status dalam keluarga

MEWAWANCARAI PASIEN

1. Keluhan pasien, keluhan utama, keluhan


tambahan/lain, riwayat penyakit
2. Keluhan dari masing-masing organ tubuh

8 MEMERIKSA FISIK 1. Pemeriksaan Umum: tekanan darah, nadi, suhu,


PASIEN pernafasan, lidah, iris, telapak tangan, dll
2. Pengamatan, pendengaran, dan penciuman dari daerah
keluhan, dan dari masing-masing organ
3. Perabaan sekitar keluhan dan perabaan pada sekitar
organ lain
4. Pengetukan daerah sekitar keluhan dan pada organ lain

9 PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan khusus: iris mata (iridologi), lidah,


PENUNJANG LAIN telinga, telapak tangan dll
2. Pemeriksaan penunjang: laboratorium, radiologi,
CT- Scan, MRI dll

10 PENYIMPULAN 1. Menentukan jenis keluhan


DAN PENENTUAN 2. Menentukan jenis penyakit
DIAGNOSA 3. Menentukan letak penyakit
PENYAKIT 4. Menentukan penyebab penyakit
5. Menentukan jenis pengobatan

11 MENENTUKAN 1. Titik yang sesuai dengan yang dikeluhkan


DAERAH DAN 2. Titik lain yang satu jurusan/meridian dengan titik
TITIK YANG yang dikeluhkan
DIBEKAM 3. Titik lain yang berlawanan dengan titik
yang dikeluhkan
4. Titik lain yang berpasangan dengan titik
yang dikeluhkan
5. Titik-titik istimewa
6. Titik-titik khusus

2
12 MELAKUKAN 1. Bekam tanpa mengeluarkan darah (hijamah jaffah =
PEMBEKAMAN bekam kering)
2. Bekam dengan mengeluarkan darah (hijamah
damamiyah = bekam basah)
13 MEMBERIKAN 1. Memberikan terapi tindakan, operasi dll
TERAPI LAIN 2. Memberikan "food suplement" obat-obatan dan bahan
berkhasiat
3. Memberikan nasehat, tausiyah dan doa.
1. Siapkan gelas ukuran sedang yang telah dipasang alat
14 CARA MEMBEKAM pemantiknya, dalam keadaan steril yang sebelumnya
dapat direndam dalam alkohol kemudian dikeringkan dan
dibersihkan dengan tissue/kapas.
2. Bersihkan daerah akhda' dengan kapas/kain kassa yang
telah diberi betadine. Juru bekam dan pasien dalam
keadaan suci dari hadas dengan wudlu. Juru bekam dapat
membaca/berdoa (sir atau jahr) dengan bacaan ruqyah
untuk orang sakit yang dicontohkan Nabi SAW. dan
ingatkan pasien untuk selalu berdzikir dengan membaca
minimal: "Allahu huwa asysyifa" atau "Allahu
Huwasysyafi” (Allah Yang Maha Menyembuhkan),
selama proses pembekaman supaya yaqin bahwa hanya
Allah SWT. yang dapat menyembuhkan penyakit. Juru
bekam juga harus selalu membaca dzikir ini.
3. Letakkan alat bekam di daerah akhda' dan ucapkan
Basmalah (dengan sir atau jahr)
4. Kokang secukupnya 2-3 kali, tidak terlalu kuat atau
lemah, kemudian geserkan gelas bekam ke seluruh tubuh
bagian punggung, tanpa melepas penyedotnya. Jika
terlalu lemah sedotannya maka gelas bekam akan lepas,
sedot lagi secukupnya Cara ini disebut "Bekam Luncur",
untuk mendapatkan kelenturan kulit dan daging sebelum
bekam kering, serta memberikan efek nyaman pada
pasien.
5. Setelah bekam luncur selesai, pijat-pijatlah daerah yang
akan dibekam, seperti halnya pijat refleksi. Pijat ini akan
memberikan kelenturan kulit dan daging juga dan
memberikan rasa nyaman.
6. Letakkan lagi alat bekam di daerah akhda' dan ucapkan
Basmalah (dengan sir atau jahr)
7. Kokang atau sedot secukupnya 8-10 kali sehingga gelas
menempel kokoh berada di daerah akhda', kemudian
tunggu 5-7 menit
8. Bukalah penutup gelas bagian atas agar udara dapat

2
masuk, sehingga gelas bekam mudah diambil.
9. Ambil silet/pisau/jarum/lancet pen lalu
sayatkan/tusukkan ke daerah akhda' secukupnya (jangan
terlalu dalam dan banyak sayatan) dan arah sayatan harus
searah dematom kulit (jangan berlawanan karena bisa
terputus syaraf dan pembuluh darahnya)
10. Ambil gelas dan pemantiknya, arahkan ke tempat
semula, lalu kita kokang secukupnya sambil
mengucapkan Basmalah. Kemudian tunggu sampai darah
kotor (rusak) keluar 5-7 menit. Gelas mulai kelihatan
terisi darah kotor akibat adanya tekanan udara dalam
gelas tersebut. Perhatikan betul bagi penderita diabetes
agar waktu bekam tidak terlalu lama untuk menghindari
terkelupasnya kulit yang dapat menimbulkan luka.
11. Ambil tissue dan letakkan di bawah gelas dengan tangan
kiri, lalu perlahan buka penutup udara bagian atas gelas
dan segera buka, ditekan lalu arahkan agar darah masuk
semua ke dalam gelas bekam dengan tangan kanan.
Tahan tissue dengan tangan kiri sampai sisa darah habis
dan bersihkan ke seluruh daerah akhda’ dengan tissue
tersebut sampai bersih.

12. Bersihkan gelas bekam yang berisi darah kotor dengan


tissue. Semakin parah penyakit seseorang, maka
semakin merah kehitaman darah yang ada di gelas.
Bersihkan gelas sampai jernih kembali.
13. Lakukan lagi proses penyedotan sekurang-kurangnya 2
kali maksimal 5 kali. Setelah selesai, gelas bekam
ditaruh di cawan untuk dibersihkan.
14. Tutup luka sayatan/tusukan dengan membersihkan sisa
darah dengan betadine, lalu oleskan minyak
habbatussauda/ zaitun/ al- qisthul hindi, lalu tutup
dengan kapas/tissue agar minyak tidak mengenai
pakaian dan dagu.
15. Dengan pemakain minyak di atas, Insya Allah luka
sayatan akan tertutup kembali/normal seperti semula
HASIL : Bekam dapat berpengaruh terhadap kulit, otot, tulang,
system pencernaan, darah, dan system saraf.

2
HAL-HAL YANG 1. Bekam tidak dianjurkan terhadap:
PERLU
DIPERHATIKAN : a. Penderita diabetes (kencing manis) atau pendarahan,
kecuali juru bekam yang benar-benar ahli.
b. Pasien yang fisiknya sangat lemah
c. Penderita infeksi kulit yang merata
d. Orang tua, jika mereka tidak sangat
membutuhkannya, karena lemahnya fisik mereka
e. Anak-anak penderita dehidrasi (kekurangan cairan)
(bekam basah).
f. Penderita penyakit kanker darah
g. Penderita yang sering mengalami keguguran
kandungan
h. Penderita penyakit gila dan ketidakstabilan emosi
i. Penderita Hepatitis A dan B apabila sedang dalam
kondisi parah. Adapun bila kondisi sudah tidak
parah atau penyakit tersebut merupakan penyakit
menahun, maka tidak mengapa untuk diobati
dengan bekam
j. Pengidap penyakit kuning karena hepatitis
k. Pasien yang melakukan cuci darah
l. Pasien yang mengalami kelainan klep jantng,
kecuali di bawah pengawasan dokter dan orang
yang benar-benar ahli bekam
m.Penderita kedinginan, sementara suhu badannya
sangat tinggi atau penderta flu dan semisalnya,
kecuali setelah ia tidak lagi merasa kedinginan
n. Wanita hamil pada 3 bulan pertama
o. Terhadap orang yang kesurupan, terkena sihir, guna-
guna, dan sebagainya, kecuali juru bekam yang
telah mampu menghadapi kasus-kasus semacam ini
p. Pada orang yang baru pertama kali melakukannya,
kecuali setelah dilakukan persiapan mental baginya.
Yang paling baik adalah hendaknya ia melihat orang
lain yang berbekam di hadapannya. Selain itu, ia
perlu mendengar tentang keutamaan- keutamaan
dan manfaat bekam.
q. Pasien yang masih mengkonsumsi obat pelancar
darah, kecuali dengan sangat hati-hati. Demikian
pula terhadap orang yang kelelahan, sehingga ia
beristirahat
r. Pasien penyakit jantung, tidak boleh dilakukan
terhadap pasien yang menggunakan peralatan bantu
untuk mengatur detak jantung.
s. Terhadap orang yang baru memberikan donor darah
kecuali setelah berlalu beberapa hari, tergantung
2
kondisi kesehatannya. Demikian pula terhadap
penderita vertigo, sampai keadaan dirinya rileks
t. Pengguna obat-obat perangsang tidak dianjurkan
untuk dibekam, kecuali setelah meninggalkannya.
Penderita ketakutan juga sebaiknya menunggu
sampai kondisi kejiwaannya tenang

2. Seyogyanya dihindari pembekaman setelah pasien


mengalami muntah

3. Dianjurkan tidak langsung makan sesudah berbekam,


tetapi boleh minum madu atau minuman yang
memulihkan kebugaran
4. Pada penderita dengan kelainan cairan lutut, dalam
pembekaman jangan sampai gelas bekam dipasang pada
daerah yang sakit,melainkan di sekitarnya.
5. Varises yang terjadi di betis, maka pembekaman
dilakukan di kanan kiri varises secara hati-hati
6. Pembekaman terhadap pasien yang mengidap penyakit
liver (hati) harus dilakukan secara sangat hati-hati
7. Penyakit perdarahan atau diabetes (kencing manis) jika
dilakukan pembekaman, maka tidak dengan sayatan,
melainkan dengan tusukan ringan dengan jarum
akupuntur
8. Untuk penderita tekanan darah rendah hendaklah
daerah punggung bagian bawah tidak dibekam.
Pembekaman hendaknya juga dilakukan satu demi satu,
jangan dilakukan pembekaman sekaligus di dua tempat
atau lebih secara bersamaan
9. Untuk penderita anemia, pembekaman dilakukan satu
demi satu, sesuai dengan kesiapan kondisi tubuhnya.
Jika pasien mengalami pingsan, maka gelas bekam
harus segera dicabut dan pasien diberi minuman yang
mengandung gula (air manis).
10. Jangan melakukan bekam kecuali setelah bertanya
kepada pasien, apakah aliran darahnya deras, apakah ia
mengidap diabetes, penyakit-penyakit hati (hepatitis),
kanker, urat yang robek, dan ada cairan di lututnya
11. Bekam terhadap wanita harus dilakukan oleh sesama
wanita atau laki-laki yang menjadi mahramnya
12. Tidak boleh dilakukan bekam di atas simpul otot, tapi
bisa dilakukan penyedotan dengan gelas, tanpa
penyayatan (bekam Kering)
13. Bagi orang tua dan anak-anak, hanya dilakukan
penyedotan ringan

2
14. Tidak dianjurkan melakukan bekam dalam keadaan
sangat kenyang atau sangat lapar
15. Dianjurkan mandi air hangat dan melakukan pemijatan
setelah berbekam
16. Ditegaskan pada pasien agar sehari sebelum dan
sesudah bekam tidak berhubungan badan (bersetubuh)
dengan istrinya untuk menghindari lemah badan
17. Jika pasien pingsan lantaran bekam, hendaknya
dibaringkan dan diolesi minyak jinten hitam
(habbatussauda) pada bagian tengkuknya dan dipijati
perlahan hingga sadar. Juru bekam tidak perlu kuatir,
sebab hal itu sudah biasa terjadikarena kondisi fisik
pasien yang kurang fit. Juru bekam hendaknya
menenangkan pasien ketika telah sadar dan bekam bisa
dilanjutkan lain ketika keadaan pasien sudah normal.
18. Dapat juga untuk pasien yang pingsan hendaknya
dibaringkan di atas lantai yang tidak dingin dengan
posisi terlentang, kemudian angkat kaki setinggi
mungkin atau telungkup dan angkat kaki dan tekuk
berulang kali.
Gambar:
Titik-titik Area Bekam

2
2
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer bisa disimpulkan sebagai terapi tradisional yang
digunakan sebagai pelengkap terapi medis konvensional. Terapi komplementer
tidak dilakukan dengan tindakan bedah dan obat komersial yang diproduksi secara
masal, namun biasanya menggunakan berbagai jenis terapi dan obat herbal.
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi perhatian banyak
negara. Di Indonesia sendiri, kepopuleran terapi komplementer/alternatif ini, bisa
diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan-iklan terapi non konvensional di
berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Berbagai penelitian menyimpulkan,
penggunaan terapi komplementer sebagai salah satu sarana pengobatan semakin
banyak digunakan setiap tahunnya. Bahkan untuk dunia barat yang menekankan
kepada ke ilmiahan suatu jenis pengobatan, terapi komplementer menjadi semakin
populer dan banyak digunakan. Hal ini karena pemilihan penggunaan terapi jenis
ini juga dipengaruhi oleh tinjauan ekonomis, efek samping yang ditimbulkan dan
sifatnya yang tidak membuat ketergantungan. Perawat adalah profesi yang
bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik, aman
dan berkualitas. Perawat profesional mengemban peran penting dalam praktik
keperawatan baik dalam asuhan yang berhubungan dengan tindakan medis
maupun yang mengenai terapi komplementer. Menghadapi berbagai perubahan
dan tetap mempertahankan pelayanan yang profesional, maka perawat dituntut
untuk ikut berkembang secara ilmu, ketrampilan dan kemampuan mendasar dalam
memberikaan asuhan termasuk terapi komplementer.
B. Saran
1. Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu
kembali pada teori-teori yang mendasari praktik keperawatan. Misalnya
teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem terbuka,
kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat

2
mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi
misalnya tai chi, chikung, dan reiki.

2. Tindakan bekam dapat digunakan sebagai salah satu implementasi dalam


menurunkan rasa sakit/nyeri kepala pada penderita hipertensi.

2
DAFTAR PUSTAKA

Amaliyah, Hanina, and Yeni Koto (2018). "Terapi Bekam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah." Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia 8.01 (2018):
394-400.
Anam, Khairul (2019). "Pengaruh Terapi Bekam Basah Terhadap Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi". Diss. STIKes Insan Cendekia Medika
Jombang.Astuti .,W & Nur Yeti Syarifah(2018). "Pengaruh Terapi Bekam
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Sehat Mugi
Barokah Karakan Godean Sleman
Abdul Rashid AR, Khalid Y, Y. C. (2019). Management of Hypertension. NICE
Pathways, 6(1), 40–43. https://doi.org/10.1080/00325481.1947.11691709
Du, Y., Zhou, N., Zha, W., & Lv, Y. (2021). Hypertension is a clinically
important risk factor for critical illness and mortality in COVID-19: A meta-
analysis. Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases, 31(3), 745–
755. https://doi.org/10.1016/j.numecd.2020.12.009
Fatonah, S., Rihiantoro, T., & Astuti, T. (2017). “Pengaruh Terapi Bekam
Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi”. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Sai Betik, 11(1), 56-62
Gloria M.Bulekchek,Howard K. Butcher,Joanne M. Docterman,Cheryl M.Wagner
Nuring intervention clasification(NIC)edisi keenam
Putra, M. N. (2019). “Pengaruh bekam basah terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi di klinik holistik medical center palembang. Universitas
Muhammadiyah Palembang”
Shukuri, A., Tewelde, T., & Shaweno, T. (2019). Prevalence of old age
hypertension and associated factors among older adults in rural Ethiopia.
Integrated Blood Pressure Control, 12, 23–31.
https://doi.org/10.2147/IBPC.S212821
Sue Moorhead,Marion Johnson,Meridean L.Maas,Elizabeth Swanson edisi 5
Nursing Outcomes Clasification (NOC)

2
Yogyakarta”. MIKKI (Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia)
7.1Departemen Kesehatan Republik Indonesia Laporan Hasil Riset
Kesehatan Indonesia (RisKesDas) (2018).

Anda mungkin juga menyukai