Anda di halaman 1dari 121

Vol. 2 No. 1.

April 2018

Dentin. Vol. 2 No. 1. April 2018. E-ISSN 2614-0098


Vol II. No 1. April 2018
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Terbit setiap April, Agustus, Desember

PENGELOLA JURNAL DENTIN

Penanggung Jawab:
Dr. drg. H. Rosihan Adhani, S.Sos, MS
(Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)

Pemimpin Redaksi :
drg. Widodo, M.M., M.Kes
(Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)

Editor:
Dr. Maharani Laillyza Apriasari, drg., Sp.PM
(Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)

Sekretaris :
drg. Amy Nindia Carabelly, M.Si
(Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)

Design Grafis:
Amalia Husna, Am.Kg
(Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)

Foto Grafi:
Rifky Ananda, SE
(Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)

Penyunting :
Dr. Maharani Laillyza Apriasari, drg. Sp.PM (Oral Medicine - Fakultas Kedokteran Gigi
Unlam); drg. Dewi Puspitasari, M.Si (Dental Material - Fakultas Kedokteran Gigi Unlam);
drg. Amy Nindia Carabelly, M.Kes (Biologi Oral - Fakultas Kedokteran Gigi Unlam); drg.
M.Y. Ichrom N., Sp KG (Konservasi - Fakultas Kedokteran Gigi Unlam); drg. Irham
Taufiqurrahman, M.Si.Med., Sp.BM (Bedah Mulut - Fakultas Kedokteran Gigi Unlam); Dr.
drg. H. Rosihan Adhani, S.Sos, MS (Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat - Fakultas Kedokteran
Gigi Unlam); drg. Widodo, MM., M.Kes (Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat - Fakultas
Kedokteran Gigi Unlam); drg. Fajar K.D.K., Sp. Orto (Ortodonsia - Fakultas Kedokteran
Gigi Unlam); drg. Debby Saputera, Sp. Pros (Prostodonsia - Fakultas Kedokteran Gigi
Unlam); drg. Irnamanda D.H., M.Si (Periodonsia - Fakultas Kedokteran Gigi Unlam); drg.
Bayu Indra Sukmana, M.Kes (Radiologi – Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)
Vol II. No 1. April 2018
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI

DAFTAR ISI

1. PERBANDINGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI SUBGINGIVA BERDASARKAN


SIKLUS MENSTRUASI PADA WANITA (Tinjauan Mahasiswi FKG ULM Angkatan
2014)
Sari Rahmita, Widodo, Rosihan Adhani 1–6

2. EFEKTIVITAS SENYAWA FENOL EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK


(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) TERHADAP BAKTERI MIX SALURAN AKAR
Luthfie Haq, M Yanuar Ichrom N, Isyana Erlita 7 – 12

3. PERBANDINGAN INDEKS KARIES BERDASARKAN PARAMETER KIMIAWI


AIR SUNGAI DAN AIR PDAM PADA LAHAN BASAH BANJARMASIN
(Tinjauan pada Murid Kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin dan Kecamatan Kuin Banjarmasin)
Nadia, Widodo, Isnur Hatta 13 - 18

4. PERBANDINGAN EKSTRAK JAHE PUTIH KECIL 70% DAN ALKALINE PEROXIDE


TERHADAP NILAI PERUBAHAN WARNA BASIS AKRILIK
Maulidya Hanifa, Debby Saputera, Titis Fitri Wijayanti 19 – 25

5. DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)


TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Lactobacillus acidophilus
Nadalia Malika Bilqis, Isyana Erlita, Deby Kania Tri Putri 26 – 31

6. HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KESEHATAN GIGI DAN


MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN RONGGA MULUT PEROKOK (Tinjauan
pada Siswa SMA/Sederajat di Kota Banjarbaru)
Jeanyvia Anggreyni Sodri, Rosihan Adhani, Isnur Hatta 32 – 39

7. EFEK EKSTRAK JAHE PUTIH KECIL 70% TERHADAP NILAI KEKERASAN BASIS
RESIN AKRILIK
Aserina Julianti Dwimartha, Debby Saputera, Titis Fitri Wijayanti 40 – 44

8. PERBANDINGAN INDEKS KARIES DMF-T BERDASARKAN JUMLAH


KANDUNGAN FLUOR AIR GUNUNG DI KABUPATEN BALANGAN DENGAN AIR
SUNGAI DI BANJARMASIN
(Tinjauan Pada Siswa Kelas 1 SMPN 2 Awayan di Tebing Tinggi dan Siswa Kelas 1 SMPN
15 Banjarmasin)
9. Fitria Ihsanti, Widodo, Isnur Hatta 45 – 50

HUBUNGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN INDEKS


KARIES DMF-T DAN SIC
(Tinjauan Terhadap Siswa SMP Negeri 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala)
Anshori Rohimi, Widodo, Rosihan Adhani 51 – 57

10. ANALISIS LAJU KOROSI KAWAT ORTODONTIK LEPASAN STAINLESS STEEL


PADA MEDIA AIR KELAPA
Reysa Rosdayanti, Diana Wibowo, Fajar Kusuma D.K. 58 – 62
11. EFEK PERENDAMAN MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP DAYA LENTING
KAWAT ORTODONTIK LEPASAN STAINLESS STEEL
Priska E Siagian, Diana Wibowo, Fajar Kusuma Dwi Kurniawan 63 – 67

12. PERBANDINGAN JARAK PENYINARAN DAN KETEBALAN BAHAN TERHADAP


KUAT TARIK DIAMETRAL RESIN KOMPOSIT TIPE BULK FILL
Astuti Noviyani, M. Y. Ichrom N., Dewi Puspitasari 68 – 72

13. AKTIVITAS DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH DENGAN


KLORHEKSIDIN TERHADAP Candida albicans PADA PLAT AKRILIK
Hafiz Rakhmatullah, Debby Saputera, Lia Yulia Budiarti 73 – 78

14. EFEKTIVITAS DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KERSEN


DIBANDINGKAN KLORHEKSIDIN GLUKONAT 0,2% TERHADAP Staphylococcus
aureus
(Penelitian In Vitro pada Plat Resin Akrilik Tipe Heat Cured)
Moehammad Rezaldi Panesa, Debby Saputera, Lia Yulia Budiarti 79 – 84

15. DAYA HAMBAT EKSTRAK UBI BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans
(Studi In Vitro Dengan Metode Difusi)
Azilita Ananda, Deby Kania Tri Putri, Sherli Diana 85 – 90

16. PERBANDINGAN NILAI INDIKATOR MALOKLUSI RINGAN DENGAN


MALOKLUSI BERAT BERDASARKAN INDEKS HMAR (Handicapping Malocclusion
Assessment Record)
Fitriani, Fajar Kusuma Dwi Kurniawan, Diana Wibowo 91 – 96

17. PERBEDAAN TOTAL FLAVONOID ANTARA METODE PENGERINGAN ALAMI


DAN PENGERINGAN BUATAN PADA EKSTRAK DAUN RAMANIA
(Boueamacrophylla Griffith)
(Studi Pendahuluan Terhadap Proses Pembuatan Sediaan Obat Penyembuhan Luka)
Rezky Muliyawan, Irham Taufiqurrahman, Edyson 97 – 102

18. EFEK PERENDAMAN MINUMAN PROBIOTIK TERHADAP DAYA LENTING


KAWAT ORTODONTIK LEPASAN STAINLESS STEEL
Peniasi, Diana Wibowo, Fajar Kusuma Dwi Kurniawan 103 – 107

19. HUBUNGAN ANTARA ORAL HYGIENE PADA WANITA PASKAMENOPAUSE


DENGAN SKOR GINGIVAL INDEKS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI
SEJAHTERA BANJARBARU
Dayanne Sembiring, Rosihan Adhani, Isnur Hatta 108 – 112

20. PEBANDINGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI ANAEROB PADA SALIVA ANAK


YANG BERKUMUR DENGAN AIR LAHAN GAMBUT DAN AIR PDAM
Eny Febriyanti, Deby Kania T.P, Didit Aspriyanto 113 - 117
1

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

PERBANDINGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI SUBGINGIVA BERDASARKAN


SIKLUS MENSTRUASI PADA WANITA
(Tinjauan Mahasiswi FKG ULM Angkatan 2014)

Sari Rahmita1, Widodo2, Rosihan Adhani2


1
Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
2
Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin

ABSTRAK
Latar belakang: Menstruasi merupakan suatu siklus reproduksi yang normal terjadi pada wanita yang
mengakibatkan perubahan hormonal. Selama menstruasi terdapat hormon seks yang berpengaruh yaitu
estrogen dan progesteron. Perubahan hormon estrogen dan progesteron dapat terjadi peradangan gingiva dan
menjadi lingkungan yang baik bagi mikroorganisme dan diidentifikasi sebagai pemicu terjadinya penyakit
periodontal. Tujuan: Menganalisis perbedaan jumlah koloni bakteri subgingiva berdasarkan siklus menstruasi
pada wanita. Metode dan Bahan: penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional yang dilakukan pada 30 orang sampel dengan menstruasi yang normal. Sampel plak subgingiva
diambil dengan 3 kali pengambilan yaitu pada pra menstruasi, menstruasi, post menstruasi. Hasil penelitian:
Hasil penelitian didapatkan jumlah koloni bakteri plak subgingiva yang tertinggi pada menstruasi yaitu 60,23
cfu, pra menstruasi 56,23 cfu dan pada post menstruasi 34,77 cfu. Hasil penelitian dari struktur dan morfologi
bakteri plak subgingiva pada siklus menstruasi adalah coccus (+), diikuti basil (-). Hasil analisis data pada
pra menstruasi dengan menstruasi tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena didapat nilai sig. yang
dihasilkan, yaitu 0,420 (p>0,05). Sedangkan antara pra menstruasi dengan post menstruasi dan antara
menstruasi dengan post menstruasi didapat nilai 0.000 (p<0,005) yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan. Kesimpulan: Terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri subgingiva berdasarkan siklus menstruasi
pada wanita.

Kata-kata kunci:Jumlah koloni bakteri subgingiva, menstruasi, post menstruasi, pra menstruasi

ABSTRACT
Background: Menstruation is a normal reproductive cycle that occurs in women that cause
hormonal changes. During menstruation there are sex hormones that influence estrogen and
progesterone. Changes in the hormones estrogen and progesterone can occur gingival trade and
become a good environment for microorganisms and identified as triggers of periodontal disease.
Purpose: Compare the amount of subgingival bacterial colonies based on the menstrual cycle in
women. Material and methods: This study was an observational analytic cross-sectional approach
conducted on 30 samples with normal menstruation. Subgingival plaque was performed with 3 times
of menstruation, menstruation, post menstruation. Research result: The results showed that the
highest subgingival plaque colonies in menstruation were 60.23 cfu, pre menstruation 56.23 cfu and
34.77 cfu menstrual post. The results of the structure and morphology of subgingival plaque on the
menstrual cycle were coccus (+), followed by bacillus (-). While between menstrual period with
menstrual post and between menstruation with post menstruasi get value 0.000 (p <0,005) which
mean there is significant difference. Conclusion: There is a difference in the number of subgingival
bacterial colonies based on the menstrual cycle in women.
Rahmita: Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Subgingiva 2

Keywords: Amount of subgingival bacterial colonies, menstruation, post menstruation, pra menstruation.

Korespondensi: Sari Rahmita, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung
Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: rahmita58@gmail.com

PENDAHULUAN periodontal. Penelitian Suminarti mengatakan


Penyakit periodontal merupakan penyakit bahwa pengaruh progesteron menyebabkan
inflamasi yang mengenai jaringan pendukung gigi mudahnya invasi bakteri yang menjadi penyebab
yang diakibatkan oleh aktivitas bakteri dan plak.1 iritasi atau infeksi dalam rongga mulut dan
Penyakit yang paling sering mengenai jaringan akhirnya menyebabkan ulkus setiap periode
periodontal adalah gingivitis dan periodontitis.1 pramenstruasi. Kadar estradiol yang normal serta
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) kadar progesteron yang kurang dari normal
tahun 2013 penyakit periodontal mempunyai berpengaruh terhadap terjadinya ulkus pada
pravalensi yang cukup tinggi di Indonesia yaitu penderita (SAR) stomatitis aftosa rekuren. 7
96,58%.2 Siklus menstruasi merupakan siklus yang
Bakteri Gram negatif anaerob merupakan terjadi berulang-ulang di dalam aksis hipotalamus,
bakteri yang sering ditemukan pada plak gonadotropin hipofisis dan ovarium akibat
subgingiva seperti Actinobacilus, pematangan dan pelepasan gamet dari ovarium.8
Actinomycetemcomitans, Tannerella forysythia, Pada siklus ini terjadi perubahan hormon yang
Campylobacter sp, Porphyromonas gingivalis dan mempengaruhi fungsional dan morfologi di dalam
Prevotella intermedia.3 Bakteri plak subgingiva ovarium dan endometrium. Siklus menstruasi
dapat menyebabkan kerusakan jaringan periodontal terbagi menjadi siklus endometrium dan siklus
yaitu gingivitis dan periodontitis yang diakibatkan ovulasi.9
oleh adanya penetrasi ke dalam sulkus gingiva Keseimbangan hormonal yang terjadi pada
yang menyebabkan bertambahnya kedalaman poket wanita dalam siklus menstruasi menyebabkan
atau junctional epithelium.4 terjadinya respon jaringan gingiva yang berlebihan
Perubahan hormonal diidentifikasi sebagai terhadap iritasi lokal. Tujuan penelitian ini adalah
pemicu terjadinya penyakit periodontal. Selama menganalisis perbedaan jumlah koloni bakteri
menstruasi pada wanita terdapat hormon seks yang subgingiva berdasarkan siklus menstruasi pada
berpengaruh yaitu estrogen dan progesteron.5 wanita.
Progesteron berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas mikrovaskuler yang mengubah kadar BAHAN DAN METODE
dan pola produksi kolagen pada gingiva, Pelaksanaan penelitian diawali dengan
meningkatkan metabolisme folat, dan mengubah mengurus izin penelitian dan ethical clearance
respon imun.1 Pada siklus menstruasi progesteron yang dikeluarkan oleh Komite Etik Fakultas
meningkat pada hari keduapuluh dan secara Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat
dramatis akan menurun sebelum terjadinya No.027/KEPKG-FKGULM/EC/IX/2017.
menstruasi.6 Progesteron berperan dalam Penelitian ini merupakan jenis penelitian
merangsang produksi prostaglandin yang menjadi observasional analitik dengan pendekatan cross-
mediasi respon tubuh terhadap terjadinya inflamasi. sectional. Populasi penelitian adalah seluruh
Berdasarkan penelitian Miko menunjukkan bahwa mahasiswi FKG ULM angkatan 2014 dengan
peradangan pada gingiva sebelum terjadi jumlah 55 orang. Sampel pada penelitian ini
menstruasi paling banyak mengalami peradangan adalah mahasiswi dengan menstruasi normal
yaitu (56,3%), kemudian peradangan paling banyak sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel penelitian
kedua pada saat menstruasi.6 secara purposive sampling sesuai dengan kriteria:
Hasil penelitian Amalina menunjukkan rata-rata 1) Tidak menggunakan alat protesa atau ortodontik
kuantitas A. Actinomycetemcomitans pada 2) Tidak merokok 3) Tidak mengkonsumsi
periodontitis agresif wanita lebih tinggi daripada antibiotik dan tidak menderita penyakit sistemik.
kelompok pria dengan jumlah presentasi wanita Alat yang digunakan dalam penelitian ini
sebesar 73,78% dan pria 26,22%.5 Pengaruh adalah kacamulut, eksavator, nierbeken, kapas
hormon estrogen dan progesteron menyebabkan steril, handscoon, masker, tabung reaksi, colony
adanya perubahan pada lapisan mukosa mulut dan counter, bunsen, mikroskop, ose, kaca objek,
peningkatan jumlah bakteri dalam jaringan inkubator, autoklaf. Bahan yang digunakan dalam
3 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 1 - 6

penelitian ini plak subgingiva, media agar, Gambar 1. Jumlah Rata-Rata Koloni Bakteri
aquadest, cat pewarnaan Gram, media bouilion, Subgingiva Berdasarkan Siklus Menstruasi Pada
NaCl. Wanita.
Penelitian dilakukan di laboraturiom
mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Berdasarkan Gambar 1 didapatkan hasil
Lambung Mangkurat. Persiapan awal dalam jumlah koloni bakteri plak subgingiva tertinggi
penelitian ini adalah menentukan tempat dan waktu pada menstruasi dengan rata-rata jumlah koloni
pelaksanaan penelitian, besar sampel, sesuai bakteri 60,23 cfu, diikuti pra menstruasi dengan
dengan kriteria. Kemudian menjelaskan maksud rata-rata jumlah koloni sebesar 56,23 cfu dan
serta tujuan penelitian yang dilakukan, dan terendah pada post menstruasi dengan rata-rata
memberikan informed consent kepada subjek jumlah koloni bakteri sebesar 34,77 cfu.
penelitian.Pengambilan plak dilakukan sebanyak 3 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dihasilkan
kali yaitu pada pra menstruasi, menstruasi, dan post bahwa seluruh data jumlah koloni bakteri
menstruasi pada bukal m1 rahang atas. Sebelum subgingiva berdasarkan siklus menstruasi pada
pengambilan plak responden diinstruksikan untuk wanita adalah berdistribusi normal. Hasil dari uji
tidak makan, minum dan menggosok gigi selama 2 Shapiro-Wilk menunjukkan angka lebih dari 0,05
jam sebelum pengambilan plak. Selanjutnya (p>0,05). Maka data hasil penelitian tersebut
pengambilan plak menggunakan eksavator dan terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji
diusapkan pada kapas steril. Hasil pengambilan homogenitas dengan uji levene test dihasilkan nilai
plak disimpan di media bouilion ditutup sebesar 0,002 (p<0,05) sehingga data penelitian
menggunakan kapas steril dan disimpan pada dinyatakan tidak memenuhi persyaratan uji
kulkas di Laboraturium Mikrobiologi Fakultas homogenitas, sehingga selanjutnya uji hipotesis
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat penelitian dilakukan dengan menggunakan non
Banjarmasin. parametric statistic mann whitney.
Penanaman dan pembiakan media isolasi
menggunakan media agar lalu diinkubasi pada suhu Tabel 1. Tabel Analisis Perbandingan jumlah
37o selama 18-24 jam. Koloni bakteri yang tumbuh koloni bakteri subgingiva
dihitung menggunakan colony counter selanjutnya
Siklus Mean Rank Sig.
identifikasi dengan melihat struktur bakteri
Pra 28,68 0,420
menggunakan mikroskop pada pembesaran objektif
Mens 32,32
10x100 dengan minyak imersi. Hasil bakteri gram
positif berwarna ungu dan gram negatif berwarna Pra 39,67 0,000*
merah. Post 21,33
Mens 41,60 0,000*
HASIL PENELITIAN Post 19,40
Berdasarkan hasil penelitian yang telah *=Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
dilakukan diperoleh jumlah rata-rata koloni
bakteri subgingiva berdasarkan siklus menstruasi Hasil uji analisis rata-rata didapatkan nilai
pada wanita sebagai berikut: sig. 0,420 (p>0,05) sehingga dapat dinyatakan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah
koloni bakteri subgingiva pada pra menstruasi dan
siklus menstruasi.

Hasil uji analisis rata-rata pra menstruasi dengan


post menstruasi terdapat perbedaan yang
signifikan dapat dilihat berdasarkan nilai sig. yang
dihasilkan, yaitu 0,000 (p<0,05). Demikian pula
antara menstruasi dengan post menstruasi terdapat
perbedaan yang signifikan dapat dilihat
berdasarkan nilai sig. yang dihasilkan, yaitu 0,000
(p<0,05).
Rahmita: Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Subgingiva 4

Tabel 2. Tabel morfologi bakteri subgingiva pada anaerob, peningkatan permeabilitas pembuluh
wanita darah, dan penurunan keratinisasi sel epitel.14
Pada masa pra menstruasi dan menstruasi
Siklus Basil coccus Total
terjadi perubahan hormon estrogen yang dapat
Pra 9 orang 21 orang 30 orang terjadi peningkatan peradangan gingiva, hormon
estrogen dalam darah ini dapat menjadi lingkungan
Mens 9 orang 21 orang 30 orang yang baik bagi mikroorganisme.11 Kenaikan
estrogen dan progesteron pada pra menstruasi dapat
Post 9 orang 21 orang 30 orang
menyebabkan pembuluh darah tepi mengalami
vasodilatasi serta pengurangan resistensi kapiler
oleh karena kenaikan permeabilitas pembuluh
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa darah tersebut. Dengan adanya peningkatan
morfologi tertinggi pada pra menstruasi, permeabilitas epitel gingiva dan pembuluh darah
menstruasi, post menstruasi yaitu bakteri coccus tepi akan mempengaruhi flora didalam subgingiva.
sebanyak 21 orang dan morfologi basil pada pra Sedangkan pada menstruasi terjadi penurunan
menstruasi, menstruasi, post menstruasi sebanyak 9 hormon estrogen, estrogen memiliki reseptor yang
orang. dapat menstrimulasi proliferasi fibroblast gingiva
dan mempengaruhi kolagen yang berisiko
Tabel 3. Tabel sifat bakteri subgingiva pada mengalami kebersihan mulut yang buruk dan aliran
wanita saliva yang rendah yang akan mempercepat
pembentukan plak. Pada wanita memiliki
Siklus Gram (-) Gram (+) Total ketidakseimbangan hormon yang terlibat sebagai
faktor modifikasi dalam patogenesis penyakit
Pra 7 orang 23 orang 30 orang periodontal. Oleh karena itu terdapat hubungan
antara level hormon seks dan variasi dalam derajat
Mens 7 orang 23 orang 30 orang peradangan gingiva. Beberapa kasus menunjukkan
Post 7 orang 23 orang 30 orang peningkatan peradangan gingiva dengan gejala
yang ditunjukkan peradangan, perubahan warna
merah kebiruan, dan edema.6
Pertumbuhan bakteri akan terhenti dan akan
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa
mengalami penurunan jika nutrien yang dibutuhkan
sifat bakteri tertinggi pada pra menstruasi,
habis. Sehingga menyebabkan hanya sedikit
menstruasi, post menstruasi yaitu bakteri gram (+)
jumlah koloni bakteri plak subgingiva yang
dan bakteri gram (-) .
didapatkan pada masa post menstruasi.
PEMBAHASAN Peningkatan hormon dapat meningkatkan jumlah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri subgingiva karena hormon ini
koloni bakteri plak subgingiva tertinggi pada menyediakan keadaan yang cocok untuk
menstruasi, diikuti pada pramenstruasi dan pertumbuhan bakteri dan hormon ini juga dapat
terendah pada post menstruasi. Pada saat meningkatkan aliran cairan krevikuler dan protein
menstruasi terdapat peningkatan jumlah koloni yang digunakan oleh bakteri sebagai nutrisi.12
bakteri plak subgingiva yang diduga disebabkan Pengaruh hormon estrogen yang dapat
oleh karena penurunan kadar hormon estrogen dan merangsang maturasi sel epitel mukosa mulut dan
progesteron.1 Kadar hormon estrogen yang normal progesteron yang menghambatnya. Adanya
yaitu 48-309 pg/ml dan kadar hormon progesteron perubahan pada lapisan mukosa mulut, dan
normal 10-30 ng/ml.14 Perubahan kadar hormon peningkatan jumlah bakteri dalam jaringan yang
estrogen dan progesteron pada wanita menstruasi, dipengaruhi estrogen, sedangkan progesteron
pubertas, kehamilan menyebabkan bertambahnya berperan dalam jaringan periodonsium.7
bakteri plak gigi.10 Selama menstruasi hormon Plak gigi merupakan material lunak yang tidak
estrogen didalam tubuh mempengaruhi beberapa terkalsifikasi yang melekat kuat pada permukaan
organ termasuk jaringan didalam rongga mulut. gigi dan tahan terhadap pembersihan oleh aliran
Hormon estrogen akan mempengaruhi jaringan saliva yang tersusun 70% dari volume plak
gingiva berupa inflamasi, proliferasi bakteri tersusun atas sel-sel bakteri. Bakteri plak
5 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 1 - 6

merupakan faktor etiologi utama dalam 2. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan
menyebabkan karies gigi dan penyakit periodontal. Dasar; RISKESDAS. Jakarta. Balitbang
Hasil penelitian didapatkan bakteri didominasi Kemenkes RI; 2013. Hlm. 111.
oleh bakteri Gram positif kokus pada siklus 3. Louis B.Ric, MD. Antimicrobial Resistance in
menstruasi, hal ini di akibatkan pada individu Gram-positive Bacteria. The American Journal
dengan jaringan periodontal yang sehat pada plak of Oral Medicine. 2011. 6(3): 35-48.
subgingiva didominasi oleh bakteri gram positif
4. Fatimatuzzahro N, Pujiastuti P, Praharani D.
anaerobik fakultatif dan kokus seperti
Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri
Streptococcus dan Actinomyces sp. Pada penderita
Subgingiva Pada Masa Prapubertas, Pubertas,
gingivitis jumlah bakteri akan bertambah dan
Pascapubertas. Jurnal Penelitian Kesehatan
didominasi oleh gram negatif, sedangkan pada
penderita periodontitis komposisi bakteri semakin dan Farmasi. 2009; 4(2): 43-54.
kompleks dan lebih didominasi oleh gram negatif 5. Amalina R. Perbedaan jumlah Actinobacillus
aerob seperti Porphyromonas gingivalis, Actinomycetemcomitans pada Periodontitis
Bacteroides forsythus, A. actinomycetemcomitans.1 Agresif Berdasarkan Jenis Kelamin. Majalah
Bakteri yang secara konstan ditemukan sebagai Sultan Agung.UNNISULA 2011; 49 (124).
kelompok patogen dan nonpatogen atau bahkan 6. Miko H, Nugroho C. Gambaran Gingiva di
termasuk sebagai bakteri menguntungkan dalam Sekitar Gigi Molar Ketiga Bedasarkan Status
sampel plak yaitu kelompok spesies nonpatogen Hormonal Wanita Usia 19-25 Tahun Pada
berisi bakteri Gram positif, anarobik fakultatif Mahasiswa Keperawatan Gigi Poltekkes
filament dan kokus (Actinomyces dan Kemenkes Tasikmalaya. IOHJ (Indonesian
Streptococcus). Sedangkan kelompok spesies Oral Health Journal). 2016; 1(1): 5-9.
patogen bakteri Gram negatif, batang anaerob (P. 7. Sumintarti, Marlina E. Hubungan Antara Level
gingivalis dan Tannerella forsythia) dan spiroseta Estradiol dan Progesteron dengan Stomatitis
(Treponella denticola).5 Aftosa Rekuren. Dentofasial. 2012; 11(3):
Penelitian tentang peningkatan hormon 137-141.
estrogen dan progesteron pada masa pubertas 8. Bobak, Lowdermik, Jensen. Buku Ajar
dikaitkan dengan meningkatnya bakteri subgingiva Keperawatan Meternitas. Jakarta: EGC; 2005.
yaitu Prevotella intermedia dikarenakan Hlm.41-45.
peningkatan kadar hormon dapat menyebabkan 9. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
vasodilatasi sehingga meningkatnya sirkulasi darah Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjo;
pada jaringan gingiva dan kepekaan terhadap iritasi 2005. Hlm.103.
lokal, sehingga biofilm plak bakteri yang 10. Hayati N, Suharyono, Widayati. Status
menyebabkan gingivitis.4 Ariana mengatakan Kesehatan Pada Remaja Putri Sebelum dan
hormon seksual mempunyai peran penting pada Sesudah Menstruasi di Perum BPK Tahun
fisiologi jaringan periodontal, perkembangan 2014. Jurnal Gigi dan Mulut. 2014; 3(1): 50-
penyakit periodontal dan penyembuhan luka. 52.
Estrogen dan progesteron memiliki efek biologik 11. Hidayati, Kuwardani, Gustria R. Pengaruh
yang signifikan sehingga dapat mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut Dengan Status
sistem organ lain termasuk rongga mulut. 13 Gingivitis Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan Kota Padang Tahun 2012. Majalah Kedokteran
jumlah koloni bakteri subgingiva antara siklus pra Andalas. 2012; 2(36): 215-220.
menstruasi, menstruasi dan post menstruasi. Jumlah 12. Pujiastusi P, Praharani D. Pengaruh Status
koloni bakteri terbanyak yaitu pada menstruasi. Sosial Budaya pada Kondisi Jaringan
Periodontal Selama Masa Kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA Indonesian Journal of Dentistry. 2005; 12(3):
171-175.
1. Carranza, FA, MG, Newman, HH Takei,. 13. Arina. Immunoekspresi Reseptor Estrogen a
Carranza’s Clinical periodontology. Pada Periodontal Lebih Banyak daripada
Philadelphia. 11th ed: Elsevier; 2012. Hlm 412- Reseptor Estrogen B. Indonesian Journal of
413
Rahmita: Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Subgingiva 6

Dentistry FKG Universitas Jambi. 2008; 15(1):


50-56.
14. Soetiarto F, Anna M, Sri U. Hubungan Antara
Reccurent Aphthae Stomatitis dan Kadar
Hormon Reproduksi Wanita. Bul. Penelit.
Kesehat. 2009; 31(2): 79-86.
7

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

EFEKTIVITAS SENYAWA FENOL EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK


(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) TERHADAP BAKTERI MIX SALURAN AKAR

Luthfie Haq, M Yanuar Ichrom N, Isyana Erlita.


Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
Bagian Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT
Background: Root canal treatment is a treatment to maintain the health of dental pulp which has been
infected in order to avoid from being re-contaminated by the bacteria. Mix bacteria can be found in the root
canal, and it consists of gram-positive and gram-negative bacteria. Dayak onion bulb has antibacterial nature
because of its phenol content. Phenol compound has been proven to inhibit the growth of gram-positive and
gram-negative bacteria. Purpose: This study aims to find out the effectivity of phenol compounds from Dayak
onion extract (Eleuthherine palmifolia (L) Merr) to the growth of root canal mix bacteria. Method: This study
used a pure experimental study with the design of posy-test only with control design. The number of samples
used was 25, consisting of 5 groups. Result: The inhibit zone produced by phenol compounds of Dayak onion
extract with concentrations of 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, 90 mg/ml and 5.25% NaOCl to the root canal mix
bacteria in sequence had the average of 13,32 mm, 16,55 mm, 21,31 mm, 27,08 mm, 24,55 mm. One Way Anova
test result and Post Hoc LSD test obtained the value p=0,000 (p<0,05). It proves that there are differences of
antibacterial activity of each phenol compound extract of Dayak onion 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, 90 mg/ml
and NaOCl 5.25% against mix bacteria on the root canal. Conclusion: Phenol compounds on the Dayak onion
extract has been proven able to inhibit the growth of root canal mix bacteria.

Keywords : Bawang dayak bulb, phenol, root canal mix bacteria

ABSTRAK
Latar Belakang: Perawatan saluran akar merupakan perawatan untuk mempertahankan kesehatan
pulpa gigi yang telah terinfeksi agar tidak terkontaminasi ulang oleh bakteri. Pada saluran akar dapat
ditemukan bakteri mix yang terdiri dari bakteri gram positif dan gram negatif. Umbi bawang dayak memiliki
sifat antibakteri karena kandungan fenol yang dimilikinya. Fenol telah terbukti mampu menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif maupun gram negatif. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas senyawa fenol
ekstrak umbi bawang dayak (Eleuthherine palmifolia (L) Merr) terhadap pertumbuhan bakteri mix saluran
akar. Metode: Penelitian eksperimental murni dengan rancangan post-test only with control design. Jumlah
sampel yang digunakan sebanyak 25 buah, yang terdiri dari 5 kelompok. Hasil penelitian: Zona hambat yang
dihasilkan oleh senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak dengan konsentrasi 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml,
90 mg/ml dan NaOCl 5,25% terhadap bakteri mix saluran akar secara berurutan memiliki rerata sebesar 13,32
mm, 16,55 mm, 21,31 mm, 27,08 mm, 24,55 mm. Hasil uji One Way Anova dan uji Post Hoc LSD didapatkan
nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan aktivitas antibakteri setiap perlakuan
senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, 90 mg/ml dan NaOCl 5,25%
terhadap bakteri mix saluran akar. Kesimpulan: Senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak terbukti mampu
menghambat pertumbuhan bakteri mix saluran akar.
Haq: Efektivitas Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang Dayak 8

Kata-kata kunci: Bakteri mix saluran akar, fenol, umbi bawang dayak

Korespondensi: Luthfie Haq, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat, Jalan veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: luthfiehaq10@gmail.com

PENDAHULUAN bawang dayak dapat menghambat bakteri


Staphylococcus aureus, sehingga ekstrak umbi
Karies merupakan penyakit pada jaringan keras bawang dayak (Eleuthherine palmifolia (L) Merr)
gigi yang disebabkan oleh metabolisme bakteri dapat digunakan sebagai bahan alternatif irigasi
sehingga menyebabkan demineralisasi pada email saluran akar .7
dan dentin. Karies dapat menyebabkan kerusakan Umbi Bawang Dayak (Eleuthherine palmifolia
lebih lanjut pada pulpa gigi berupa berkurangnya (L) Merr) merupakan tanaman lokal yang sudah
aliran darah hingga kematian saraf pada gigi yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak sebagai
diderita sehingga menjadi nekrosis pulpa. pengobatan alternatif. Khasiat tersebut disebabkan
Perawatan yang dapat dilakukan pada gigi dengan oleh kandungan fitokimia yang ada pada umbi
nekrosis pulpa adalah perawatan saluran akar. bawang dayak seperti tanin, minyak atsiri, alkaloid,
Perawatan saluran akar dikatakan berhasil apabila glikosida, flavonoid, fenolik, kuinon, steroid..
infeksi pada saluran akar yang sudah dirawat tidak Menurut penelitian Purwantiningsih, senyawa fenol
kembali. Keberhasilan perawatan saluran akar terbukti sebagai desinfektan yang dapat
ditentukan oleh tiga tahap, yaitu preparasi menghambat bakteri gram positif dan negatif. 8.,9
biomekanis, sterilisasi dan pengisian saluran Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
akar.1,2 efektivitas senyawa fenol ekstrak umbi bawang
Tindakan irigasi memiliki peran yang penting dayak (Eleuthherine palmifolia (L) Merr) terhadap
dalam keberhasilan perawatan saluran akar. pertumbuhan bakteri mix saluran akar jika
Tindakan irigasi dilakukan untuk membunuh digunakan sebagai alternatif bahan irigasi saluran
mikroorganisme, melarutkan serbuk dentin dan sisa akar.
jaringan pulpa ketika dilakukan preparasi saluran
akar. Irigasi yang tidak dilakukan dengan benar BAHAN DAN METODE
akan meninggalkan mikroorganisme yang dapat Penelitian ini diawali dengan pembuatan surat
menyebabkan terjadinya infeksi pada saluran izin penelitian dan ethical clearance yang
akar.3,4,5 Mikroorganisme yang resisten dari bahan diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
irigasi dapat menyebabkan terjadinya kegagalan Universitas Lambung Mangkurat No. 056/KEPKG-
perawatan saluran akar. Bakteri yang dapat FKGULM/EC/IX/2017. Penelitian ini merupakan
ditemukan di dalam saluran akar yaitu bakteri gram penelitian eksperimental murni (true experimental)
positif cocci dan gram negatif coccobacilli yang dengan rancangan post-test only with control group
berkoloni pada gigi yang nekrosis dan bekerja sama design. Sampel yang digunakan pada penelitian ini
sehingga terjadi infeksi. Bakteri mix saluran akar yaitu senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak
merupakan kumpulan dari berbagai macam bakteri (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dengan
penyebab infeksi pada saluran akar. Bakteri mix konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 40 mg/ml,
saluran akar terdiri lebih dari 700 spesies bakteri 60 mg/ml, 80 mg/ml, 90 mg/ml dan kontrol positif
anaerob berbeda yang didapat dari saluran akar.6 menggunakan NaOCl 5,25%. Jumlah sampel yang
Bahan irigasi yang ideal memiliki beberapa digunakan sebanyak 25 buah, yang terdiri dari 5
syarat yaitu, memiliki spektrum antibakteri yang kelompok dengan jumlah pengulangan untuk setiap
luas terutama terhadap bakteri anaerob, melarutkan kelompok minimal 5 kali.
jaringan nekrotik pulpa, dan mencegah
pembentukan smear layer. Sampai saat ini bahan CARA PENELITIAN
irigasi seperti NaOCl, Klorheksidin dan EDTA Pembuatan ekstrak umbi bawang dayak
tidak mencapai kriteria ideal tersebut, sehingga Metode ekstraksi yang digunakan adalah
perlu dilakukan penelitian untuk menemukan bahan maserasi. Simplisia umbi bawang dayak
alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan dimasukan dalam alat maserasi. Kemudian larutan
irigasi.4 Menurut penelitian yang dilakukan oleh etanol 96% dituangkan secara perlahan lahan
Firdaus didapatkan hasil bahwa ekstrak umbi kedalam alat maserasi yang berisi sampel, lalu di
9 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 7 - 12

aduk aduk hingga merata. Larutan penyaring didiagnosa nekrosis pulpa untuk mendapatkan
dituangkan hingga 1cm diatas permukaan sampel. bakteri mix. Paper point yang mengandung bakteri
Diaduk sekali sekali, setiap 1x24 jam filtrate dimasukkan ke dalam media transport lalu ditutup
disaring dan pelarut diganti dengan yang baru rapat, kemudian media tersebut dimasukkan ke
sambil sekali sekali diaduk. Penggantian pelarut dalam inkubator selama 24 jam.
dilakukan hingga cairan berwarna bening. Setelah
itu ekstrak dikumpulkan dan diuapkan Pembiakan isolat bakteri mix saluran akar
menggunakan rotary evaporator pada tekanan Koloni bakteri mix saluran akar dari
rendah dengan temperatur 40oC sampai didapat pertumbuhan 24 jam pada media agar Muller
ekstrak etanol yang kental kemudian diuapkan di Hinton, disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair,
waterbath sehingga didapatkan bobot tetap. diinkubasikan 5-8 jam pada suhu 37oC. Suspensi
tersebut ditambah aquades steril sampai
Fraksinasi umbi bawang dayak kekeruhannya sebanding dengan standar Mc
Ekstrak kental yang diperoleh kemudian Farland I atau bakteri setara jumlah 3x108 CFU.
dilakukan fraksinasi dengan tingkat kepolaran
pelarut yang berbeda-beda yaitu dari n-heksan, etil
Uji daya antibakteri senyawa fenol umbi
asetat dan n butanol. Fraksinasi dilakukan dengan
bawang dayak terhadap bakteri mix saluran
menggunakan corong pisah. Sebelum dimasukkan
akar
dalam corong pisah, ekstrak kental disuspensikan
Bakteri mix saluran akar yang telah
menggunakan akuades terlebih dahulu dengan
distandarisasikan dengan Mc farland I sebesar
perbandingan ekstrak dan akuades sebanyak 1:2.
3x108 CFU/ml dioleskan dengan lidi kapas steril
Pelarut n-heksan p.a. sebanyak 100 ml kemudian
pada media agar Muller Hinton. Kemudian paper
dimasukkan ke dalam corong pisah. Selanjutnya
disk direndam pada ekstrak umbi bawang dayak
campuran dipisahkan menggunakan corong pisah
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) 40 mg/ml, 60
dengan cara digojok selama beberapa menit dan
mg/ml, 80 mg/ml, dan 90 mg/ml yang mengandung
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan, yaitu
senyawa fenol dan sodium hipoklorit 5,25% selama
lapisan air pada bagian bawah dan lapisan n-heksan
3 jam. Selanjutnya media pengujian diinkubasi
pada bagian atas. Lapisan air yang terbentuk
selama 48 - 72 jam pada suhu 37oC. Setelah itu
dipisahkan dan selanjutnya difraksinasi kembali
dilakukan pembacaan hasil ukuran zona hambat
dengan penambahan pelarut etil asetat p.a.
pertumbuhan bakteri menggunakan caliper.
sebanyak 100 ml di dalam corong pisah. Campuran
kembali di gojok selama beberapa menit dan
HASIL PENELITIAN
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan kemudian
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data
dipisahkan. Lapisan air yang terbentuk difraksinasi
berupa nilai rata-rata zona hambat senyawa fenol
kembali dengan penambahan pelarut n butanol
ekstrak umbi bawang dayak terhadap bakteri mix
sebanyak 100 ml di dalam corong pisah. Lapisan
saluran akar sebagai berikut :
atas yang terbentuk kemudian dipisahkan,
dikumpulkan, dan diuapkan dengan rotary
Tabel 1. Rerata (Mean) Diameter Zona Hambat
evaporator selanjutnya dikeringkan di atas
Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang Terhadap
waterbath hingga bobot tetap sehingga didapatkan
Pertumbuhan Bakteri Mix Saluran Akar.
senyawa fenol dari ekstrak umbi bawang dayak.
Kelompok Rerata ± Standar
Pengambilan bakteri mix saluran akar Deviasi (mm)
Bakteri mix saluran akar diambil pada gigi Senyawa Fenol 13,32±0,44
yang nekrosis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut EUBD 40 mg/ml
Gusti Hasan Aman. Gigi yang terlibat dilakukan
Senyawa Fenol 16,55±0,22
isolasi dengan menggunakan rubber dam, lesi
EUBD60 mg/ml
karies yang masih ada dihilangkan, lalu dibuat
Senyawa Fenol 21,31±0,85
akses ke rongga pulpa menggunakan round bur
EUBD 80 mg/ml
steril. Pengambilan bakteri dilakukan dengan
Senyawa Fenol 27,08±0,83
menggunakan paper point steril yang dimasukan
EUBD 90 mg/ml
kedalam saluran akar selama 1 menit yang
NaOCl 5,25% 24,59±0,27
Haq: Efektivitas Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang Dayak 10

Besar zona hambat setiap perlakuan terhadap Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa terdapat
pertumbuhan bakteri mix saluran akar perbedaan bermakna terhadap semua kelompok
menggambarkan semakin meningkatnya perlakuan. Kelompok senyawa fenol ekstrak umbi
konsentrasi senyawa fenol ekstrak umbi bawang bawang dayak konsentrasi 40 mg/ml memiliki
dayak, maka besar zona hambat terhadap bakteri perbedaan efektivitas antibakteri yang berbeda
mix saluran akar semakin meningkat pula. Hasil bermakna dibandingkan dengan perlakuan senyawa
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat fenol ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi
peningkatan besar zona hambat ekstrak umbi 60 mg/ml, 80 mg/ml, 90 mg/ml, dan NaOCl 5,25%.
bawang dayak dengan konsentrasi 90 mg/ml Perlakuan 60 mg/ml senyawa fenol ekstrak umbi
dibandingkan dengan konsentrasi 80 mg/ml, bawang dayak memiliki perbedaan efektivitas
60 mg/ml, 40 mg/ml, dan kelompok perlakuan antibakteri yang berbeda bermakna dibandingkan
NaOCl 5,25% terhadap pertumbuhan bakteri mix dengan perlakuan senyawa fenol ekstrak umbi
saluran akar. bawang dayak 40 mg/ml 80 mg/ml, 90 mg/ml, dan
Data yang terkumpul ditabulasi, kemudian NaOCl 5,25%. Perlakuan 80 mg/ml senyawa fenol
dilakukan uji normalitas menggunakan Saphiro- ekstrak umbi bawang dayak memiliki perbedaan
Wilk dan uji homogenitas menggunakan Levene’s efektivitas antibakteri yang berbeda bermakna
test. Berdasarkan hasil uji normalitas Saphiro-Wilk dibandingkan dengan perlakuan senyawa fenol
menunjukkan bahwa data masing-masing ekstrak umbi bawang dayak 40 mg/ml 60 mg/ml,
kelompok terdistribusi normal (p > 0,05). Analisis 90 mg/ml, dan NaOCl 5,25%. Perlakuan 90 mg/ml
data dilanjutkan dengan uji homogenitas senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak
menggunakan Levene test untuk mengetahui memiliki perbedaan efektivitas antibakteri yang
varians data. Hasil uji homogenitas menunjukkan berbeda bermakna dibandingkan dengan perlakuan
nilai kemaknaan p=0,274 (p > 0,05) yang artinya senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak
data tersebut memiliki varians yang sama. 40 mg/ml 60 mg/ml, 80 mg/ml, dan NaOCl 5,25%.
Syarat uji parametrik adalah data terdistribusi Perlakuan NaOCl 5,25% memiliki perbedaan
normal dan homogen, sehingga data ini dilanjutkan efektivitas antibakteri yang berbeda bermakna
dengan uji One Way Anova. Berdasarkan hasil uji dibandingkan dengan perlakuan senyawa fenol
One Way Anova didapatkan nilai p=0,000 ekstrak umbi bawang dayak 40 mg/ml 60 mg/ml,
(p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa 80 mg/ml, dan 90 mg/ml.
terdapat perbedaan efektivitas senyawa fenol dari
ekstrak umbi bawang dayak terhadap bakteri mix PEMBAHASAN
saluran akar. Selanjutnya untuk mengetahui Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelompok mana yang memiliki perbedaan efektivitas senyawa fenol ekstrak umbi bawang
bermakna maka dilakukan uji Posthoc LSD. dayak (Eleutherinepalmifolia (L.) Merr) terhadap
Berdasarkan uji tersebut didapatkan hasil seperti bakteri mix saluran akar jika digunakan sebagai
tabel 2. bahan irigasi alternatif untuk menghambat
pertumbuhan bakteri mix saluran akar. Senyawa
Tabel 2. Hasil Uji Posthoc LSD Zona Hambat fenol merupakan salah satu kandungan terbesar
Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang Dayak dan yang dapat ditemukan pada umbi bawang dayak
NaOCl 5,25% Terhadap Pertumbuhan Bakteri Mix dengan konsentrasi 34,32%. Senyawa fenol yang
Saluran Akar terkandung dalam ekstrak umbi bawang dayak
Fenol Fenol Fenol Fenol NaOCl (Eleuthherine palmifolia (L) Merr) bersifat
EUB EUB EUBD EUBD 5,25 %
bakterisidal dan terbukti mampu menghambat
D 40 D 60 80 90
Fenol 0,00* 0,00* 0,00* 0,00* bakteri gram positif dan negatif.10,11,12
EUBD40 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Fenol 0,00* 0,00* 0,00*
EUBD60 menyatakan bahwa senyawa fenol ekstrak umbi
Fenol 0,00* 0,00* bawang dayak pada konsentrasi 40 mg/ml,
EUBD80
Fenol 0,00*
60 mg/ml 80 mg/ml dan 90 mg/ml mampu
EUBD90 menghambat pertumbuhan bakteri mix saluran akar.
NaOCl Hal ini menunjukkan bahwa adanya kemampuan
5,52 %
antibakteri senyawa fenol ekstrak umbi bawang
*=Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
dayak (Eleutherinepalmifolia (L.) Merr) untuk
11 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 7 - 12

menghambat pertumbuhan bakteri mix yang efektif fenol dapat menembus membran sitoplasma dengan
pada konsentrasi 40 mg/ml, 60 mg/ml 80 mg/ml cara transport aktif yang spesifik, yaitu melepas
dan semakin efektif dengan bertambahnya produk dalam bakteri setelah pengikatan terhadap
konsentrasi ekstrak yaitu konsentrasi 90 mg/ml. protein membran.13
Adanya perbedaan rerata zona hambat Bahan irigasi yang digunakan sebagai kontrol
pertumbuhan bakteri mix antara beberapa pada penelitian ini adalah sodium hipoklorit
konsentrasi tersebut karena kandungan bahan aktif (NaOCl) 5,25%. Mekanisme kerja NaOCl yang
senyawa fenol yang dimiliki konsentrasi 40 mg/ml, pertama yaitu merusak dinding sel. Struktur
60 mg/ml 80 mg/ml lebih sedikit dari kandungan dinding sel dirusak dengan cara menghambat
bahan aktif konsentrasi 90 mg/ml. Sehingga, pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai
aktivitas antibakteri dalam konsentrasi yang lebih terbentuk. Perubahan permeabilitas sel dirusak
tinggi semakin efektif dalam menurunkan sehingga pertumbuhan sel terhambat dan sel akan
pertumbuhan bakteri mix pada saluran akar gigi. mati. Kedua, merubah molekul protein dengan
Peningkatan konsentrasi senyawa fenol ekstrak terdenaturasi dan asam-asam nukleat rusak tanpa
umbi bawang dayak (Eleutherinepalmifolia (L.) adanya perbaikan strukturnya kembali seperti
Merr) berbanding lurus dengan peningkatan kadar semula. Terakhir dengan kerja enzim reaksi
total fenol yang terkandung didalam ekstrak umbi biokimia terhambat dan menyebabkan metabolisme
bawang dayak (Eleutherinepalmifolia (L.) Merr), terganggu atau sel akan mati.15,16 Berdasarkan hasil
sehingga meningkatkan daya hambatnya terhadap penelitian didapatkan nilai daya hambat yang
pertumbuhan bakteri. Senyawa fenol yang diperoleh NaOCl 5,25 % tidak lebih baik dari pada
berinteraksi dengan dinding sel mikroorganisme perlakuan senyawa fenol ekstrak umbi bawang
akan mengakibatkan denaturasi protein dan dayak dengan konsentrasi 90 mg/ml terhadap
penurunan permeabilitas mikroorganisme.10,13 bakteri mix saluran akar. Hal ini menunjukkan
Dinding sel bakteri berfungsi memberikan bahwa konsentrasi 90 mg/ml merupakan
kekakuan dan membedakan antara bakteri gram konsentrasi yang maksimal, sehingga kandungan
positif dan gram negatif. Dinding sel bakteri dapat bahan aktif senyawa fenol ekstrak umbi bawang
rusak karena terjadinya penurunan permeabilitas dayak (Eleutherinepalmifolia (L.) Merr) juga
yang disebabkan oleh fenol. Penurunan bekerja maksimal dalam menurunkan pertumbuhan
permeabilitas akan menahan terjadinya bakteri mix pada saluran akar gigi.
perpindahan ion–ion organik ke dalam sel bakteri, Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
sehingga menghambat pertumbuhan bahkan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan zona
menyebabkan kematian sel pada bakteri. Senyawa hambat yang terbentuk dari senyawa fenol ekstrak
fenol mampu bekerja secara spesifik pada membran umbi bawang dayak dengan konsentrasi 40 mg/ml,
sel dan menginaktivasi enzim dengan membentuk 60 mg/ml, 80 mg/ml dan 90 mg/ml dengan hasil
senyawa kompleks yang tidak stabil. 13,14 sebesar 13,32 mm, 16,55mm, 21,31 mm dan 27,08
Bakteri dilindungi oleh membran sel yang mm. Efek perlakuan NaOCl 5,25 % menghasilkan
mengelilinginya, keutuhan membran sel yang rerata zona hambat sebesar 24,59 mm. Hasil
mengelilingi bakteri sangat penting untuk penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
kelangsungan hidup bakteri. Membran sel terdiri peningkatan besar zona hambat ekstrak umbi
dari senyawa dasar seperti fosfolipid dan bawang dayak dengan konsentrasi 90 mg/ml
lipopolisakarida, dan dibuat stabil dengan kation dibandingkan dengan konsentrasi 80 mg/ml,
Mg + + dan Ca + +. Jika molekul ion fenol diserap 60 mg/ml, 40 mg/ml, dan kelompok perlakuan
pada tahap kontak dan penyerapan awal, maka akan NaOCl 5,25% terhadap pertumbuhan bakteri mix
menyebabkan molekul non-polar larut dan masuk saluran akar.
ke dalam supramolekul. Molekul yang berbeda
tersebut akan mengganggu struktur membran dari DAFTAR PUSTAKA
bakteri. Membran sel pada bakteri dapat rusak
karena fenol mampu menguraikan serta 1. Ramayanti S. Peran Makanan terhadap
menghancurkan molekul fosfolipid pada bakteri Kejadian Karies Gigi. Jurnal Kesehatan
dengan cara ion H+ menyerang gugus fosfat Masyarakat. 2013; 7 (2) : 89–93.
sehingga membran sel akan bocor dan 2. Rahaswanti L W A. Evaluasi Keberhasilan
mengakibatkan bakteri menjadi lisis. Molekul aktif Pengisian Saluran Akar dengan Sediaan Zinc
Haq: Efektivitas Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang Dayak 12

Oxide Eugenol dan Campuran Calcium 10. Sari DP. Efektivitas Daya Hambat Ekstrak
Hydroxide dengan Pasta Iodoform. Intisari Umbi Bawang Dayak Terstandarisasi Fenol
Sains Medis. 2017; 8 (1) : 1–17. terhadap Pertumbuhan Enterecoccus faecalis.
3. Bachtiar Z A. Perawatan Saluran Akar pada Jurnal Dentino Kedokteran Gigi. 2017; I (1) :
Gigi Anak Permanen dengan Bahan Gutta 56-61.
Percha. Jurnal PDGI. 2016; 65 (2) : 6-67. 11. Rani V.S dan Nair B.R. GC-MS Analysis of
4. Haapasalo M, Shen Y, Qian W dan Gao Y. Ethyl Acetate Extract of Eleutherine Bulbosa
Irrigation in Endodontics. Dental Clinic (Urban) Miller (Iridaceae). International
Journal. 2010; 54 (2) : 291-300. Journal of Pharmaceutical Sciences and
5. Grossman LI, Oliet S dan Del Rio CE. llmu Research. 2016; 7 (4) : 1729–1733.
Endodontik dalam Praktek (Endodontic 12. Supomo dan Sa’adah H. Uji Aktivitas
Practice). Jakarta: EGC; 2013. Hlm. 47-48, Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bawang
59,205-11. Dayak (Eleutherine palmifolia (L.,) Merr.).
6. Fabris A, Nakano V and Avila-Campos M J. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan; 16
Bacteriological Analysis of Necrotic Pulp and Februari 2014; Samarinda; 2014. Hlm. 99.
Fistulae in Primary Teeth. Journal Appl Oral 13. Sabbineni J. Phenol – an Effective
Science. 2014; 22 (2) : 118-124. Antibacterial Agent. Research & Reviews :
7. Firdaus T. Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak Journal of Medicinal & Organic Chemistry.
(Eleutherine palmifolia (L.) dalam 2016; 3 (2) : 182 -191.
Menghambat Pertumbuhan Mikroorganisme 14. Ghosh S, et al. Are Antiseptics and
Staphylococcus aureus. Skripsi : Fakultas Disinfectants Commonly Used Against
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Methicillin Resistant Staphylococcus aureus
Hidayatullah. Jakarta, 2014. Hlm : 27. Effective? A Study in A Tertiary Care
8. Puspadewi R, Adirestuti P dan Menawati R. Hospital. Indian Journal of Basic and Applied
Khasiat Umbi Bawang Dayak Medical Research. 2016; 5 (4) : 640 - 648
(Eleutherinepalmifolia (L.,) Merr.) Sebagai 15. Tanumihardja M. Larutan Irigasi Saluran
Herbal Antimikroba. Kartika Jurnal Ilmiah Akar. Bagian Konservasi Gigi Fakultas
Farmasi. 2013; 1(1) : 31-37. Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
9. Purwantiningsih T, Suranindyah Y Y dan Makassar. Indonesia Dentofasial. 2010; 9 (2)
Widodo. Aktivitas Senyawa Fenol dalam :108-115.
Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai 16. Abadhia, et al. Uji Antibakteri secara Klinis
Antibakteri Alami untuk Penghambatan Ekstrak Kulit Manggis(Garcinia mangostana
Bakteri Penyebab Mastitis. Buletin L.) dalam Saluran Akar Gigi Tikus (Rattus
Peternakan. 2014; 38 (1) : 59 -64. norvegicus). e-Jurnal Pustaka Kesehatan.
2010; 5 (2) : 356-364.
13

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

PERBANDINGAN INDEKS KARIES BERDASARKAN PARAMETER KIMIAWI


AIR SUNGAI DAN AIR PDAM PADA LAHAN BASAH BANJARMASIN
(Tinjauan pada Murid Kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin dan Kecamatan Kuin Banjarmasin)

Nadia, Widodo, Isnur Hatta


Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT
Background: The people in the wetlands area of Kuin Banjarmasin mostly still use river water to brush
their teeth. Based on water chemical parameters which are pH, fluorine and calcium, wetlands water is not
feasible to be used for toothbrushing, because it can cause dental caries. Purpose: To analyze the comparison
of dental caries index on seventh grade students of SMPN 15 Banjarmasin who brushed their teeth using river
water and PDAM water in Kuin Banjarmasin based on chemical parameters. Methods: This research use
analytic observational method with cross sectional approach. Respondents and samples were taken by simple
random sampling technique, the respondents were 136 students divided into 2 groups: 68 students who brushed
their teeth using river water and 68 students who brushed their teeth using PDAM water. Sample of river water
and PDAM water is taken according to student's address. Results: The Mann-Whitney test in students who
brushed their teeth using river water and PDAM water obtained p = 0,000 (p <0.05), the results showed that
there was a significant difference in students who brushed their teeth using river water and PDAM water.
Conclusion: The caries index of students who brush their teeth using river water is higher than students who
brush their teeth using PDAM water.

Keywords: Chemical parameter, PDAM water, river water, Wetlands.

ABSTRAK
Latar belakang: Masyarakat yang berada di lahan basah Kecamatan Kuin Banjarmasin sebagian besar
masih menggunakan air sungai untuk menyikat gigi. Berdasarkan kandungan parameter kimiawi air yaitu pH,
fluor dan kalsium, karakteristik air sungai lahan basah tidak layak digunakan untuk menyikat gigi, karena dapat
menyebabkan terjadinya karies. Tujuan: Menganalisis perbandingan indeks karies pada murid kelas 1 SMPN
15 Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan air PDAM pada lahan basah di Kecamatan
Kuin Banjarmasin berdasarkan parameter kimiawi. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden dan sampel diambil dengan teknik simple random
sampling, besar responden sebanyak 136 murid yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 68 murid yang menyikat
gigi menggunakan air sungai dan 68 murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM. Sampel air sungai dan
air PDAM diambil sesuai alamat murid tinggal. Hasil: Uji Mann-Whitney pada murid yang menyikat gigi
menggunakan air sungai dan air PDAM didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05), hasil tersebut menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna pada murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan air PDAM.
Kesimpulan: Indeks karies murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai lebih tinggi dibandingkan murid
yang menyikat gigi menggunakan air PDAM.
Nadia: Perbandingan Indeks Karies Berdasarkan Parameter Kimiawi Air Sungai 14

Kata-kata kunci: Air PDAM, air sungai, lahan basah, parameter kimiawi.

Korespondensi: Nadia, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung
Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: nadiasyahjeta@gmail.com

PENDAHULUAN kimiawi, dan persyaratan mikrobiologi. Beberapa


Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian parameter kimiawi yang diduga berpengaruh
dari kesehatan tubuh yang dapat mempengaruhi terhadap kesehatan gigi, antara lain unsur
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Penyakit gigi keasaman (pH), fluor, dan kalsium.6
dan mulut diderita 90% penduduk Indonesia yang Secara letak geografis, SMPN 15 Banjarmasin
mana merupakan sepuluh besar penyakit terbanyak merupakan sekolah yang terletak di Kecamatan
di berbagai wilayah, salah satunya adalah karies.1 Kuin. Murid-murid yang bersekolah di SMPN 15
Indeks DMF-T di Indonesia sebesar 4,6, sedangkan Banjarmasin hampir sebagian besar bertempat
di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 7,2. Angka tinggal di Kecamatan Kuin. Lingkungan tempat
tersebut menunjukan tingkat kerusakan gigi di tinggal murid-murid tersebut dikelilingi oleh air
Provinsi Kalimantan Selatan sangat tinggi.2 sungai, yang disebut sungai Kuin. Sungai tidak
Tinggi rendahnya indeks karies menurut teori dapat dipisahkan dari berbagai aktivitas masyarakat
Blum (1974) ditetntukan oleh 4 faktor utama yaitu yang tinggal di daerah pinggiran sungai Kuin,
perilaku, pelayanan kesehatan, keturunan dan seperti mandi, mencuci, mengonsumsi, berkumur,
lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi indeks karies yaitu sumber air yang termasuk menyikat gigi dengan air sungai.
digunakan untuk menyikat gigi.3 Berangkat dari fenomena tersebut peneliti tertarik
Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai, untuk meneliti perbandingan indeks karies
air sungai yang mengalir di kota Banjarmasin berdasarkan parameter kimiawi air sungai dan air
banyak dialiri oleh air yang berasal dari lahan PDAM pada lahan basah di Banjarmasin.
basah, seperti lahan gambut dan rawa-rawa dari
BAHAN DAN METODE
lingkungan sekitar sungai. Lahan basah merupakan
Penelitian diawali dengan pembuatan surat izin
wilayah-wilayah yang lingkungannya jenuh air,
penelitian dan ethical clearance yang diterbitkan
seperti rawa-rawa dan gambut, baik permanen
oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
maupun temporer. Banyaknya air rawa yang
Lambung Mangkurat No. 055/KEPKG-
mengalir ke sungai menyebabkan air berisifat
FKGULM/EC/IX/2017. Metode penelitian ini yaitu
asam, yaitu dengan tingkat keasaman antara pH
observasional analitik dengan pendekatan cross
3,5-4,5.4
sectional. Sampel diambil dengan teknik simple
Wilayah rawa di sungai yang memiliki sifat
random sampling. Populasi dari penelitian ini
fisik air berwarna bening menunjukkan kandungan
adalah murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang
Fe dan Sulfat yang tinggi, sedangkan apabila air
berjumlah 204 orang. Jumlah responden yaitu
berwarna keruh menunjukkan kandungan asam
sebanyak 136 murid, yang dibagi menjadi 2
humat yang tinggi. Kandungan lahan basah yang
kelompok yaitu 68 murid yang menyikat gigi
terdapat pada lahan gambut akan menghasilkan pH
menggunakan air sungai dan 68 murid yang
yang asam, akibat terdekomposinya bahan organik
menyiakt gigi menggunakan air PDAM. Sampel air
yang membuat terbentuknya senyawa fenolat dan
sungai dan air PDAM di ambil sesuai alamat murid
karboksilat. Lahan gambut memiliki karakteristik
tersebut tinggal.
yaitu intensitas warna yang tinggi (kuning atau
Pemeriksaan indeks karies dilakukan dengan
merah kecoklatan), kandungan zat organik tinggi,
menginstruksikan kepada responden untuk
dan rasanya asam dengan pH yang rendah antara 2-
membuka mulut lalu dilakukan pemeriksaan
5. Kondisi asam inilah yang berperan terhadap
dengan kaca mulut dan sonde dimulai dari sisi
proses kerusakan gigi, menggunakan air yang
kanan gigi posterior rahang atas lalu ke anterior dan
bersifat asam untuk menyikat gigi dapat
posterior kiri rahang atas, gigi posterior kiri rahang
menurunkan kekerasan permukaan enamel gigi.4,5
bawah lalu ke anterior rahang bawah dan ke
Kualitas air yang digunakan untuk menyikat gigi
posterior kanan rahang bawah.
harus memenuhi persyaratan fisika, persyaratan
15 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 13 - 18

Penilaian indeks karies dinilai dengan murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai
menggunakan indeks DMF-T yaitu Decayed (D) dan murid yang menyikat gigi menggunakan air
gigi karies yang masih dapat ditambal, Missing PDAM.
(M), gigi yang dicabut karena karies dan Filled (F) Hasil pemeriksaan kandungan parameter
gigi yang ditambal karena karies. Hasil kimiawi air sungai dan air PDAM dapat dilihat
pemeriksaan indeks DMF-T dicatat pada lembar pada tabel 2.
pemeriksaan karies. Klaisifikasi tingkat keparahan
karies dapat digolongkan menjadi 5 yaitu 0,0 – 1,0 Tabel 2. Rata-rata Kandungan parameter kimiawi
(sangat rendah), 1,2 – 2,6 (rendah), 2,7 – 4,4 (pH, fluor dan kalsium) air sungai dan air PDAM
(sedang), 4,5 – 6,5 (tinggi) dan tingkat keparahan
Rata-rata Air Sungai Air PDAM
sangat tinggi dengan nilai DMF-T > 6,6.
Kandungan
Pengambilan sampel air sungai dan sampel air
Kimiawi Air
PDAM diambil sesuai alamat murid tersebut
tinggal. Sampel air sungai dan sampel air PDAM
pH 6,06 7,05
selanjutnya diperiksa untuk mengetahui pH dengan
alat yaitu pH meter dan fluor, kalsium diperiksa Fluor (mg/L) 0,0846 0,1077
menggunakan alat yaitu spektrofotometer.
Pemeriksaan tersebut dilaksanakan di Laboratotium Kalsium 7,9870 8,2085
BBTKL (Balai Besar Teknik Kesehatan (mg/L)
Lingkungan), Banjarbaru.

HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai


Hasil peneltian indeks karies murid kelas 1 rata-rata kandungan parameter kimiawi pH, fluor,
SMPN 15 Banjarmasin yang menyikat gigi kalsium air sungai lebih rendah daripada air
menggunakan air sungai dan murid yang menyikat PDAM.
gigi menggunakan air PDAM dapat dilihat pada Berdasarkan hasil uji statistik Mann-Whitney,
tabel 1. didapatkan nilai sig pH p=0,000 (p<0,05), yang
berarti terdapat perbedaan bermakna pada pH air
Tabel 1. Hasil pemeriksaan indeks karies murid sungai dan pH air PDAM. Nilai sig fluor
kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin yang menyikat gigi didapatkan p=0,114 (p>0,05), yang berarti fluor air
menggunakan air sungai dan murid yang menyikat sungai dan fluor air PDAM tidak terdapat
gigi menggunakan air PDAM. perbedaan yang bermakna. Nilai sig kalsium p=461
(p>0,05), yang berarti kandungan kalsium air
sungai dan kalsium air PDAM tidak terdapat
Air n Ƹ Ƹ Ƹ Ƹ X perbedaan yang bermakna.
D M F DMF- DMF-
T T
Sungai 68 131 11 0 142 2,0 PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan
didapatkan bahwa indeks DMF-T murid yang
menyikat gigi menggunakan air sungai lebih tinggi
PDAM 68 62 6 12 80 1,1
dibandingkan murid yang menyikat gigi
menggunakan air PDAM, hal ini dikarenakan ada
perbedaan faktor dari kandungan parameter
kimiawi air yang digunakan untuk menyikat gigi.
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa rata- Hasil pH air sungai Kuin didapatkan nilai pH
rata indeks DMF-T murid yang menyikat gigi yaitu 6,06 (<7). Nilai pH tersebut menununjukan
menggunakan air sungai lebih tinggi daripada air tidak berada dalam keadaan netral, sedangkan
murid yang menyikat gigi menggunakan air nilai pH air PDAM adalah 7,05 yang berarti air
PDAM. dalam keadaan netral. Nilai pH air yang berada
Hasil analisis data uji Mann-Whitney, dibawah 7 menunjukan air bersifat asam yang
didapatkan nilai sig 0,000 (p<0,05), yang berarti dapat menurunkan kekerasan permukaan pada
terdapat perbedaan bermakna pada indeks karies email gigi. Semakin rendah pH air yang digunakan
Nadia: Perbandingan Indeks Karies Berdasarkan Parameter Kimiawi Air Sungai 16

untuk menyikat gigi akan semakin tinggi laju reaksi mudah mengalami karies. Fluor akan
pelepasan mineral kalsium dari enamel gigi atau menguntungkan apabila kadarnya sekitar 0,7 mg/L
yang disebut demineralisasi.5 akan cukup untuk memperkuat enamel gigi, namun
Demineralisasi enamel terjadi melalui proses kandungan fluor >1,5 mg/L dapat menyebabkan
difus, yaitu proses perpindahan ion yang larut fluorosis pada gigi.14 Kandungan fluor pada air
dalam air dari dalam saliva, karena ada perbedaan sungai cenderung lebih rendah, hal ini dikarenakan
konsentrasi dari keasaman air dengan di dalam keadaan perbedaan hidrogeologis setempat.13
enamel gigi. Ketika lingkungan menjadi asam atau Kandungan kalsium pada air PDAM lebih baik
di bawah pH kritis yaitu dibawah 5, demineralisasi untuk remineralisasi gigi karena air PDAM berada
menjadi dominan sehingga menyebabkan dalam pH yang netral, hal ini dikarenakan
terlepasnya mineral enamel yang akan remineralisasi baru dapat terjadi apabila pH dalam
menyebabkan gigi mudah mengalami karies.7 keadaan netral (pH 7) Ca2+ akan menghambat
Sepanjang aliran sungai Kuin pH air bersifat asam, proses penguraian hidroksiapatit dan akan
hal ini dikarenakan secara letak geografis sungai merebuilding atau pembangunan kembali sebagian
Kuin bermuara ke sungai Barito yang memiliki pH kristal hidroksiapatit yang terlarut. 15
asam karena rawa gambut.8,9 Berdasarkan studi Indeks DMF-T murid kelas 1 SMPN 15
peneliti pH asam juga dapat disebabkan oleh Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air
aktivitas masyarakat Kuin seperti pembuangan sungai berada dalam kategori rendah, sedangkan
limbah pabrik, karena di pinggiran sungai Kuin indeks DMF-T murid kelas 1 SMPN 15
terdapat beberapa pabrik industri seperti pabrik Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air
besi, kayu dan tali. Limbah buangan industri PDAM berada dalam kategori sangat rendah, hal
organik dan anorganik dapat menaikkan asam ini menunjukkan keadaan gigi murid-murid
karbonat dan asam organik di perairan, sehingga air tersebut dalam keadaan baik. Tinggi rendahnya
memiliki pH yang rendah.10 Indeks DMF-T murid indeks DMF-T dipengaruhi beberapa faktor yaitu
yang menyikat gigi menggunakan air PDAM lebih perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan
rendah, hal ini dikarenakan air PDAM telah keturunan. Pendidikan yang diperoleh setiap orang
dilakukan filtrasi dan koagulasi untuk menetralkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap
pH air.11 kepedulian kesehatan gigi.3 Dari keempat faktor
Fluor berperan terhadap proses remineralisasi tersebut, perilaku memegang peranan yang penting
gigi. Fluor bekerja dengan cara menghambat dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan
metabolisme bakteri plak yang dapat mulut. Selain mempengaruhi status kesehatan gigi
memfermentasi karbohidrat akan dihambat oleh dan mulut secara langsung, perilaku dapat juga
fluor yang bekerja dengan cara menghambat mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan
melalui perubahan hidroksi apatit pada enamel kesehatan.16
menjadi fluor apatit. Reaksi kimianya yaitu Dilihat dari segi pendidikan murid kelas 1
Ca10(PO4)6(OH)2 + F → Ca10(PO4)6(OHF). SMPN 15 Banjarmasin baik murid yang menyikat
Fluor apatit menghasilkan enamel yang lebih tahan gigi menggunakan air sungai maupun murid yang
atau resisten terhadap asam, sehingga dapat menyikat gigi menggunakan air PDAM sudah
menghambat proses demineralisasi dan memiliki tingkat pendidikan dan usia yang cukup
meningkatkan remineralisasi yang merangsang untuk memahami pentingnya menjaga kesehatan
perbaikan dan penghentian lesi karies.12 Kadar gigi dan mulut. Usia 12 tahun merupakan usia
fluor air dikategorikan menjadi empat, yaitu sangat remaja yang sudah mampu menerima dan
rendah (0,0 – 0,3 mg/L), rendah (0,3 – 0,7 mg/L), memahami suatu persoalan yang dihadapkan,
sedang (0,7 – 1,5 mg/L), tinggi (>1,5 mg/L).13 mampu menalarkan permasalahan, dan sudah
Kandungan parameter kimiawi fluor air sungai mengerti atau memahami cara berinteraksi dengan
pada hasil penelitian ini memiliki nilai rata-rata lingkungannya.17
yaitu 0,08 mg/L dan fluor air PDAM memiliki Selain dari tingkat pendidikan yang
nilai rata-rata 0,10 mg/L. Kedua kelompok murid berpengaruh terhadap perilaku seseorang,
yang menyikat gigi menggunakan air sungai pelayanan kesehatan juga berperan dalam
maupun murid yang menyikat gigi menggunakan mendukung derajat kesehatan gigi masyarakat.
air PDAM sama-sama memiliki kandungan fluor Semakin dekat tempat pelayanan kesehatan, maka
dengan kategori sangat rendah, sehingga akan akan semakin mudah akses untuk mendapatkan
17 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 13 - 18

pelayanan kesehatan.3 Berdasarkan studi peneliti, 4. Adhani R, Rachmadi P, Nurdiayana T, dan


akses di Kecamatan Kuin untuk mendapatkan Widodo. Buku Karies Gigi di Masyarakat
pelayanan kesehatan gigi dan mulut sudah Lahan Basah. 2015. Hlm. 7-41.
mencukupi. Sudah terdapat beberapa Puskesmas 5. Prasetyo EA. Keasaman Minuman Ringan
yang mudah di jangkau seperti Puskesmas Kuin Menurunkan Kekerasan Permukaan Gigi.
Raya, Puskesmas Kuin Utara dan beberapa tempat Dent. J. 2005; 38 (2) : 60–63.
praktek dokter gigi, sehingga murid kelas 1 SMPN 6. Sofarini D, Abdur R, dan Ichsan R.
15 Banjarmasin yang tinggal disekitaran Kuin Permodelan Uji Logam Berat Pada Badan
dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan Air, Biota dan Sedimen di Perairan Muara Das
kesehatan gigi dan mulut. Barito. Jurnal Bumi Lestari. 2012; 12 (1) : 32-
Dilihat dari faktor lingkungan yang 44.
berpengaruh terhadap karies adalah sumber air 7. Merida W, Indahyani DE, dan Rahayu YC.
yang digunakan untuk menyikat gigi, pada daerah Hubungan pH dan Kapasitas Buffer Saliva
dengan kandungan fluor yang cukup dalam air (0,7 Terhadap Indeks Karies Siswa SLB-A Bintoro
mg/L sampai 1 mg/L) memiliki prevalensi karies Jember. Jurnal Ilmiah. 2013; 2 (2) : 1-4.
rendah.3,14 Kandungan fluor pada air yang 8. 8. Rochgiyanti. Fungsi Sungai Bagi
digunakan murid kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin Masyarakat di Tepian Sungai Kuin Kota
yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan Banjarmasin. Jurnal Komunitas. 2011; 5 (2) :
murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM 229-235.
sama-sama memiliki kandungan fluor yang sangat 9. Nurdawati S, Husnah, Asyari dan Prianto E.
rendah, namun hal tersebut hanya merupakan salah Fauna Ikan di Perairan Danau Rawa Gambut di
satu faktor yang dapat menyebabkan karies. Barito Selatan Kalimantan Tengah. Jurnal
Perbedaan kandungan pH pada air sungai yaitu pH Iktiologi Indonesia. 2007; 7 (2) : 89-90.
<7 yang digunakan murid kelas 1 SMPN 15 10. Dahruji, Wilianarti PF, dan Hendarto T. Studi
Banjarmasin dengan kategori rendah memiliki Pengolahan Limbah Usaha Mandiri Rumah
peran dalam proses terjadinya karies, dimana hal Tangga dan Dampak Bagi Kesehatan di
tersebut sesuai dengan indeks DMF-T murid kelas Wilayah Kenjeran. Jurnal Pengabdian
1 SMPN 15 Banjarmasin yang menyikat gigi Masyarakat. 2016; 1 (1) : 36.
menggunakan air PDAM dengan pH air netral yaitu 11. Mirwan A. Pemanfaatan Kembali Limbah
7 dan memiliki kategori indeks DMF-T sangat Padat Lumpur PDAM untuk Penjernihan Air
rendah. Dapat diambil kesimpulan bahwa indeks dari Sungai Martapura Kalimantan Selatan.
karies murid yang menyikat gigi menggunakan air Jurnal Bumi Lestari. 2012; 12 (1) : 77-84.
sungai lebih tinggi dibandingkan murid yang 12. Rahayu YC. Peran Agen Remineralisasi Pada
menyikat gigi menggunakan air PDAM. Lesi Karies Dini. Stomatogantic, J. K. G Une.
2013; 10 (1) : 25-30.
13. Leondra A, Gunawan P, dan Wicaksono D.
DAFTAR PUSTAKA Status Karies Dan Kadar Fluor Yang
1. Rosedewi. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dikonsumsi Penduduk Usia 12 – 14 Tahun Di
Siswa Tentang Karies Gigi dan Kebiasaan Desa Wiau Lapi Barat. Fakultas Kedokteran
Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Universitas Sam Ratulangi. 2014; 2 (1) : 3.
Siswa Kelas 3 Dan Kelas 4 SDN Caturtunggal 14. Agtini MD, Sintawati, dan Tjahja I. Fluor dan
4 Depok Sleman Yogyakarta. Jurnal Medika Kesehatan Gigi. Jurnal Media Litbang
Respati. 2015; 10 (2) : l60. Kesehatan. 2005; 15 (2) : 1-6.
2. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan 15. Widyaningtyas V, Yani CR, dan Izzata B.
Dasar; RISKESDAS. Jakarta. 2013. Hlm. 110- Analisis Peningkatan Remineralisasi Enamel
119. Gigi setelah Direndam dalam Susu Kedelai
3. Hapsari D, Sari P, dan Pradono J. Pengaruh Murni (Glycine max (L.) Merill)
Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat Menggunakan Scanning Electron Microscope
Terhadap Status Kesehatan. Jurnal (SEM). Jurnal Pustaka Kesehatan. 2014; 2 (2)
Bul.Supplement. 2009; 1 (1) : 40-49. : 258-261.
Nadia: Perbandingan Indeks Karies Berdasarkan Parameter Kimiawi Air Sungai 18

16. Kidd EAM dan Smith BGN. Manual


konservasi restorative menurut pickartd. Widya
Medika: Jakarta, Indonesia. 2012. Hlm. 12-24.
17. Martani W. Metode Stimulasi dan
Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. Jurnal
Psikologi UGM. 2012; 39 (1) : 112-119.
19

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

PERBANDINGAN EKSTRAK JAHE PUTIH KECIL 70% DAN ALKALINE


PEROXIDE TERHADAP NILAI PERUBAHAN WARNA BASIS AKRILIK

Maulidya Hanifa1, Debby Saputera2, Titis Fitri Wijayanti3


1
Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
2
Bagian Ilmu Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat
3
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Dasar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT
Background: The widely used denture base material is heat cured acrylic resin. The material
disadvantages is absorb fluids that affect color changes. Alkaline peroxide is a denture cleanser that mostly
used in public. Small white ginger 70% ethanol extract can be utilized as a natural cleanser denture. Purpose:
This study aim to know the color change ratio of heat cured acrylic resin base on small white ginger (Zingiber
officinale var amarum) 70% ethanol extract and alkaline peroxide submersion as denture cleanser. Methods:
This study is a pure experimental research with pretest and posttest with control group design, using simple
random sampling. The sample is cylindrical with a diameter of 15 mm and thick of 2 mm. The number of
samples were 18 acrylic heat-treated acrylic resins which divided into 3 groups, ie ethanol extract of small
white ginger 70%, alkaline peroxide and aquadest. The sample color changes were tested with a digital analysis
tool set. Results: The mean value of heat cured acrylic resin color change after submersion in the small white
ginger 70% ethanol extract, alkaline peroxide and aquadest were (14,00), (14,78) and (10,56), respectively.
Data were analyzed using One way ANOVA parametric test and Post Hoc LSD test. Conclusion: There is no
difference of color change between small white ginger ethanol extract 70% with alkaline peroxide solution as
denture cleanser after soaking for 1 day 6 hours 42 minutes.

Keywords: alkaline peroxide, discoloration, heat cured, small white ginger (zingiber officinale var amarum)
extract 70%.

ABSTRAK
Latar belakang: Bahan basis gigi tiruan yang banyak digunakan adalah resin akrilik tipe heat cured.
Kekurangan dari bahan ini dapat menyerap cairan yang mempengaruhi perubahan warna. Alkaline peroxide
merupakan denture cleanser yang beredar dipasaran. Ekstrak etanol jahe putih kecil 70% dapat dimanfaatkan
sebagai denture cleanser alami. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan perubahan
warna basis resin akrilik tipe heat cured pada perendaman ekstrak etanol jahe putih kecil (Zingiber officinale var
amarum) 70% dan alkaline peroxide sebagai denture cleanser. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental murni dengan pretest and posttest with control group design, menggunakan simple random
sampling. Sampel berbentuk silindris dengan diameter 15mm dan tebal 2mm. Jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 18 resin akrilik tipe heat cured yang dibagi menjadi 3 kelompok perendaman, yaitu ekstrak etanol jahe
putih kecil 70%, alkaline peroxide dan akuades. Perubahan warna sampel diuji menggunakan rangkaian alat
digital analysis. Hasil Penelitian: Rerata nilai perubahan warna resin akrilik tipe heat cured setelah direndam
dalam kelompok ekstrak etanol jahe putih kecil, alkaline peroxide dan akuades berturut-turut adalah sebesar
(14,00), (14,78) dan (10,56). Data dianalisis menggunakan uji parametrik One way ANOVA dan uji Post Hoc
LSD. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan perubahan warna antara ekstrak etanol jahe putih kecil 70%
Hanifa: Perbandingan Ekstrak Jahe Putih Kecil 70% Dan Alkaline Peroxide 20

dengan larutan alkaline peroxide sebagai denture cleanser setelah dilakukan perendaman selama 1 hari 6 jam 42
menit.

Kata-kata kunci: alkaline peroxide, ekstrak jahe putih kecil (zingiber officinale var amarum) 70%, perubahan
warna, resin akrilik tipe heat cured.

Korespondensi: Maulidya Hanifa, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Lambung Mangkurat, Jalan veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: maulidyahanifa96@gmail.com.

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil penelitian Saputera et al,


2017 menyatakan bahwa ekstrak etanol jahe putih
Gigi tiruan lepasan merupakan gigi tiruan kecil konsentrasi 70% telah setara dengan CHX
yang dapat dilepas dan dipasang sendiri oleh dalam menghambat pertumbuhan candida albicans
penggunanya. Gigi tiruan berfungsi untuk yang melekat pada plat akrilik heat cured. Hal
menggantikan gigi asli yang hilang sehingga dapat tersebut terjadi karena jahe putih kecil mengandung
memperbaiki fungsi mastikasi dan estetika senyawa fenol yang berperan sebagai antimikroba.8
seseorang.1,2 Bahan basis gigi tiruan yang banyak Fenol apabila berkontak dengan resin akrilik
digunakan dan masih menjadi pilihan hingga saat diketahui dapat menyebabkan perubahan
ini adalah resin akrilik tipe heat cured karena karakteristik pada permukaan resin akrilik, salah
memiliki estetik yang baik, warnanya menyerupai satunya yaitu menyebabkan perubahan stabilitas
gusi, harga yang relatif terjangkau, proses warna.11,12
pembuatannya relatif mudah dan dapat dilakukan Beberapa peneliti berpendapat bahwa
reparasi, namun kerugian dari bahan ini yaitu penggunaan denture cleanser dapat mempengaruhi
memiliki sifat porositas dan kemampuannya sifat fisik basis gigi tiruan resin akrilik, salah
menyerap cairan dalam jangka waktu tertentu yang satunya yaitu perubahan stabilitas warna. 3 Stabilitas
mempengaruhi sifat basis gigi tiruan resin akrilik, warna merupakan kemampuan suatu material untuk
salah satunya yaitu perubahan warna.3,4,5 mempertahankan warna asalnya. Tujuan dari
Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan salah penelitian ini untuk mengetahui perbandingan
satunya dengan metode kimia yaitu perendaman perubahan warna basis resin akrilik tipe heat cured
gigi tiruan dalam larutan denture cleanser. Metode yang direndam dalam ekstrak etanol jahe putih
tersebut merupakan metode sederhana yang efektif kecil (Zingiber officinale var amarum) 70% dan
dan efisien untuk dilakukan terutama oleh alkaline peroxide.
pengguna gigi tiruan yang berusia lanjut.6,7 Bahan
denture cleanser tersedia dalam bentuk tablet BAHAN DAN METODE
(tablet effervescent) dan bubuk. Alkaline peroxide
merupakan salah satu denture cleanser yang sering Pelaksanaan penelitian diawali dengan
digunakan oleh masyarakat untuk membersihkan mengurus izin penelitian dan ethical clearance
gigi tiruan. Bahan denture cleanser ini dapat yang dikeluarkan oleh Komite Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
digunakan selama 5 menit sesuai dengan petunjuk
Lambung Mangkurat No.025/KEPKG-
pemakaian.7 FKGULM/EC/VIII/2017. Penelitian ini merupakan
Sampai saat ini, denture cleanser yang beredar penelitian eksperimental murni (true experimental)
dimasyarakat masih memiliki harga yang relatif dengan rancangan pre-test and post-test with
mahal dan berasal dari import sehingga masih sulit control group design. Sampel pada penelitian ini
untuk diperoleh.3 Rimpang jahe putih kecil menggunakan resin akrilik tipe heat cured
(Zingiber officinale var amarum) dapat berbentuk silindris dengan ukuran yang
berdiameter 15 mm dan tebal 5 mm berdasarkan
dimanfaatkan sebagai alternatif bahan alami
spesifikasi ADA No.17 serta memiliki permukaan
denture cleanser yang lebih ekonomis dan mudah yang rata, tidak porus, halus dan mengkilap.
diperoleh.8 Rimpang jahe telah digunakan secara Sampel yang digunakan berjumlah 6 sampel pada
luas sebagai obat tradisional oleh masyarakat masing-masing kelompok. Total sampel berjumlah
Indonesia. Jahe putih kecil diketahui memiliki 18 sampel dengan teknik pengambilan sampel
aktivitas sebagai antijamur, antibakteri, antivirus menggunakan simple random sampling yang terdiri
dan antioksidan.9,10 dari 3 kelompok perendaman. Kelompok 1 : resin
akrilik tipe heat cured direndam dalam ekstrak
21 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 19 - 25

etanol jahe putih kecil 70%. Kelompok 2 : resin dihaluskan dengan menggunakan bur stone dan
akrilik tipe heat cured direndam dalam larutan dilanjutkan menggunakan kertas abrasive (amplas)
alkaline peroxide sebagai perlakuan sekaligus no. 800, 1000, 1500 dibawah air mengalir.
sebagai kontrol positif. Kelompok 3 : resin akrilik
Dikilapkan menggunakan wool wheel yang diberi
tipe heat cured direndam dalam akuades steril
sebagai kontrol negatif. Lama perendaman yang bubuk pumice supaya dihasilkan permukaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah selama 1 benar-benar rata, halus, tidak porus dan mengkilap.
hari 6 jam 42 menit. Dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak etanol
Penelitian ini diawali dengan pembuatan jahe putih kecil 70% menggunakan metode
sampel resin akrilik yang dilakukan di maserasi di Laboratorium Farmasi Fakultas FMIPA
Laboratorium Basah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Jahe
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin putih kecil (Zingiber officinale var amarum) yang
dengan prosedur sebagai berikut: pembuatan telah dipanen dibersihkan menggunakan air bersih
sampel basis resin akrilik dari malam merah (wax) dan dikeringkan dalam lemari pengering dengan
berbentuk silindris dengan diameter 15 mm dan suhu 45o hingga kering. Jahe putih kecil (Zingiber
tebal 5 mm (spesifikasi ADA no.17) menggunakan officinale var amarum) yang sudah kering,
cetakan putty. Pembuatan mould space dengan cara kemudian dipotong menjadi bagian kecil dan
membuat adonan gips tipe II dan diaduk dalam dikeringkan kembali secara alami, lalu dihaluskan
mangkok karet (bowl) menggunakan spatula, menggunakan blender hingga terbentuk serbuk dan
adonan dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang dilakukan penimbangan. Serbuk kemudian
telah disiapkan kemudian divibrasi agar gelembung dicampurkan dengan etanol 70% diaduk hingga
udara keluar dari dalam kuvet. Malam merah merata dengan perbandingan simplisia dan etanol
diletakkan pada adonan gips dan diamkan gips yaitu 1:5, kemudian dilakukan penyaringan dan
hingga setting. Permukaan gips pada kuvet bawah diganti dengan pelarut baru setiap 1 x 24 jam,
diulasi vaselin dan kuvet atas dipasang yang proses ini diulangi hingga tiga kali penyaringan.
selanjutnya diberi adonan gips kemudian divibrasi Serbuk dikumpulkan dan dimasukkan kedalam
agar gelembung udara keluar. Setelah gips rotary evaporator, kemudian diuapkan dengan
mengeras, pembuangan malam merah dilakukan waterbath hingga kental. Ekstrak jahe putih kecil
dengan cara kuvet direndam dalam air panas yang (Zingiber officinale var amarum) dalam sediaan
telah mendidih, kemudian kuvet dibuka dan malam kental kemudian dilarutkan untuk mendapatkan
merah dibuang sampai bersih lalu diamkan hingga konsentrasi yang diinginkan.8
kering. Setelah bersih, maka didapatkan mould Pengukuran sampel dilakukan di Laboratorium
space dari cetakan malam merah dan dilakukan Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
proses curing. Bahan resin akrilik heat cured Lambung Mangkurat Banjarbaru. Pengukuran
diaduk dalam stelon pot dengan perbandingan 3:1 perubahan warna sampel sebelum dan sesudah
sesuai petunjuk pabrik sampai mencapai dough perendaman dalam ekstrak etanol jahe putih kecil
stage11. Adonan dimasukkan ke dalam cetakan 70%, alkaline peroxide dan akuades dilakukan
mould space yang telah diulasi cold mould seal menggunakan teknik dengan rangkaian alat digital
(CMS) sampai terisi penuh. Letakkan plastik analysis. Tiap pengukuran dilakukan dua kali
selopan diantara kuvet atas dan kuvet bawah, pengambilan gambar oleh satu orang observer dan
kemudian pasang kuvet atas dan tutup, kemudian di uji validitas menggunakan uji T-test berpasangan
lakukan pengepresan dengan press hidrolic dengan untuk mengetahui validitas hasil pengukuran.
tekanan 1000 psi (70 kg/cm2), kemudian kuvet Sampel akrilik dimasukkan dalam kotak gelap
dibuka dan potong kelebihan akrilik, lalu kuvet untuk dilakukan proses foto atau pengambilan
ditutup kembali, kemudian dilakukan pengepresan gambar dengan menggunakan kamera digital
dengan tekanan 2200 psi (154 kg/ cm2). Kuvet yang (webcam) yang berresolusi tinggi. Letak sampel
telah diisi resin akrilik dimasukkan dalam panci akrilik diletakkan ditengah sambil disesuaikan
yang telah diisi dan direbus dalam air mendidih dengan webcam. Untuk menstandarisasi kondisi
selama 30 menit, kuvet didinginkan dan sampel cahaya saat pengambilan foto maka digunakan
dikeluarkan dari kuvet. Sampel yang telah lightning sebagai sumber cahaya. Hasil gambar
dikeluarkan dari kuvet kemudian dirapikan untuk digital kemudian otomatis tersimpan didalam disk
menghilangkan bagian yang tajam dengan dengan format JPG dan dilihat nilai warnanya
menggunakan bur fraser. Permukaan sampel dengan menggunakan software Ekstraksi
Hanifa: Perbandingan Ekstrak Jahe Putih Kecil 70% Dan Alkaline Peroxide 22

Komponen Warna. Perubahan warna dideteksi Berdasarkan diagram diatas menunjukkan


menggunakan standar sistem warna Commission bahwa rerata nilai perubahan warna terendah
Internationale de L’Eclairage (CIELAB) yang terdapat pada perendaman dalam kelompok
direkomendasikan oleh American Dental akuades dan rerata nilai perubahan warna tertinggi
Association (ADA). Perubahan warna setiap terdapat pada perendaman dalam kelompok
sampel dihitung dengan rumus baku sebagai alkaline peroxide.
berikut:13 Uji normalitas data dilakukan dengan uji
Shapiro-Wilk Test. Hasil yang didapatkan dari uji
normalitas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Rerata, Standar Deviasi dan Uji


Normalitas Perbandingan Ekstrak Etanol
Keterangan :
Jahe Putih Kecil (Zingiber officinale var
ΔE : Total Perubahan Warna.
amarum) 70% dan Alkaline Peroxide
L :Koordinat kecerahan (Lightness)
Terhadap Nilai Perubahan Warna Basis
skala mulai 0 (hitam) hingga 100
Akrilik.
(putih).
a :Koordinat kromatik hijau-merah.
b :Koordinat kromatik biru-kuning.
Rerata ± Hasil Uji
Lt, at, bt : Sebelum perendaman. Kelompok
Standar Normalitas
Lo, ao, bo : Setelah perendaman. Perlakuan
Deviasi (Sig.)
HASIL PENELITIAN
Ekstrak Etanol
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Jahe Putih 14,00 ± 1,47 p=0,839
Hasil dari uji validitas menggunakan uji T-test Kecil 70%
berpasangan menunjukkan nilai p>0,05 pada semua
kelompok yang berarti tidak ada perbedaan Alkaline
14,78 ± 0,75 p=0,905
bermakna dari hasil dua kali pengambilan gambar, Peroxide
sehingga pengukuran warna menggunakan teknik
dengan rangkaian alat digital analysis memberikan
hasil yang valid. Akuades 10,56 ± 0,82 p=0,785
Pengukuran perubahan warna (ΔE) diperoleh
melalui rumus baku ΔE. Rerata nilai perubahan
warna masing-masing kelompok yang disajikan
pada gambar diagram sebagai berikut. Dari hasil uji normalitas di atas, semua
kelompok mendapatkan hasil p>0,05 yang berarti
Rerata Nilai Perubahan data berdistribusi normal. Analisis data dilanjutkan
dengan uji Levene’s Test untuk mengetahui varian
Nilai Perubahan

Warna
atau homogenitas kelompok. Hasil uji homogenitas
20
Warna

10 menunjukkan nilai p=0,173 (p>0,05) yang berarti


14 14.78 10.56
0 data homogen. Maka penelitian ini dilakukan uji
parametrik dengan One-way ANOVA didapatkan
hasil p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat
perbedaan, kemudian dilanjutkan dengan
Kelompok Perendaman menggunakan uji Post Hoc LSD. Berdasarkan uji
tersebut didapatkan hasil yang disajikan dalam
tabel 2.
Gambar 1.Diagram Rerata Nilai Perubahan Warna
Resin Akrilik Tipe Heat Cured dalam
Kelompok Perendaman Ekstrak Etanol
Jahe Putih Kecil 70%, Alkaline Peroxide
dan Akuades.
23 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 19 - 25

Tabel 2. Nilai Kemaknaan Uji Post Hoc LSD pudar, intensitas warna a (hijau-merah) menjadi
Kelompok Perendaman Ekstrak jahe lebih merah dan intensitas warna b (biru-kuning)
Putih Kecil 70%, Alkaline Peroxide dan menjadi lebih kuning.
Akuades. Perendaman dalam kelompok akuades terdapat
perubahan yang bermakna pada nilai L dan b
Kelompok Ekstrak (biru-kuning). Hal tersebut berarti bahwa nilai L
Jahe Putih Alkaline mengalami peningkatan dimana intensitas
Akuades
Kecil Peroxide kecerahannya menjadi lebih pudar dan nilai b
70% (biru-kuning) mengalami penurunan dimana
Ekstrak intensitas warnanya lebih biru. Pada nilai a (hijau-
Jahe Putih 0,220 0,000* merah) terdapat perubahan yang tidak bermakna,
Kecil 70% hal tersebut berarti bahwa intensitas warnanya
Alkaline tetap antara sebelum dan sesudah dilakukan
0,220 0,000*
Peroxide perendaman.

Akuades 0,000* 0,000* PEMBAHASAN


Ket * : Adanya perbedaan yang bermakna Hasil pengukuran warna resin akrilik tipe heat
cured yang direndam dalam kelompok ekstrak
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa etanol jahe putih kecil, larutan alkaline peroxide
perendaman menggunakan ekstrak etanol jahe dan akuades mengalami perubahan warna setelah
putih kecil 70% dibandingkan dengan perendaman dilakukan perendaman selama 1 hari 6 jam 42
menggunakan larutan alkaline peroxide tidak menit. Perubahan warna yang terjadi pada resin
terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,220). akrilik tipe heat cured yang direndam dalam
Perendaman menggunakan akuades dibandingkan kelompok ekstrak jahe putih kecil 70% diduga
dengan perendaman menggunakan ekstrak etanol karena jahe mengandung fenol yang bersifat asam
jahe putih kecil 70% dan larutan alkaline peroxide dan terjadinya penyerapan warna dari hasil
terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,000). ekstraksi jahe yang secara visual berwarna kuning
kecokelatan. Kandungan dari jahe yang
Tabel 3. Perubahan Nilai L, a, b Resin Akrilik Tipe menghasilkan warna adalah oleoresin.
Heat Cured dalam Kelompok Perendaman Perubahan warna yang terjadi pada resin akrilik
Menggunakan Akuades, Esktrak Etanol tipe heat cured dalam kelompok perendaman
Jahe Putih Kecil 70% dan Alkaline larutan alkaline peroxide diduga karena terjadinya
Peroxide. penyerapan warna larutan yang menyebabkan
meningkatnya nilai L (kecerahan), a (hijau-merah)
L a b dan b (biru-kuning) setelah perendaman seperti
Kelompok
Sig. Sig. Sig. hasil penelitian pada tabel 3. Reaksi yang terjadi
Ekstrak pada tablet effervescent denture cleanser ketika
Jahe Putih 0,015* 0,000* 0,000* dicampurkan dengan air membentuk senyawa
Kecil 70% alkaline peroxide dan menghasilkan hydrogen
Alkaline peroxide yang bereaksi melepaskan nascent oxygen
0,004* 0,005* 0,000* yaitu gelembung-gelembung oksigen kecil. Nascent
Peroxide
Akuades 0,001* 0,277 -0,000* oxygen inilah yang memiliki efek pembersihan
Ket : - Ada penurunan nilai pada gigi tiruan,14,15 namun ada efek yang
*Ada perbedaan yang bermakna perubahan merugikan yaitu terkait dengan pengoksidasian
sebelum dan sesudah perendaman yang kuat dari larutan sehingga oksigen yang
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dilepaskan menyebabkan oksidasi akselerator
perendaman dalam kelompok ekstrak etanol jahe amina tersier atau ikatan ganda yang tidak bereaksi
putih kecil 70% dan alkaline peroxide terdapat didalam matriks resin akrilik.7,16 Perubahan warna
perubahan yang bermakna pada nilai L, a (hijau- yang terjadi pada resin akrilik tipe heat cured
merah) dan b (biru-kuning) yang berarti bahwa dalam kelompok perendaman akuades diduga
semua nilai tersebut mengalami peningkatan karena terjadinya penyerapan warna dari akuades
dimana intenstitas kecerahannya menjadi lebih yang secara visual berwarna putih kebiruan. Hal
Hanifa: Perbandingan Ekstrak Jahe Putih Kecil 70% Dan Alkaline Peroxide 24

tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan pada warna, karena intensitas nilai b pada kelompok
nilai L (kecerahan) dan a (hijau-merah) serta akuades bernilai negatif yang berarti terjadi
penurunan pada nilai b (biru-kuning) seperti hasil perubahan warna lebih biru dan intensitas nilai a
penelitian pada tabel 3. yang tidak terjadi perubahan warna setelah
Resin akrilik tipe heat cured yang direndam dilakukan perendaman dalam kelompok akuades.
dalam kelompok perendaman ekstrak etanol jahe Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
putih kecil 70% dan akuades steril terdapat didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna seperti pada tabel 2. Hal perbedaan perubahan warna antara ekstrak etanol
tersebut diduga karena kandungan aktif yang jahe putih kecil 70% dengan larutan alkaline
terdapat pada ekstrak etanol jahe putih kecil peroxide sebagai denture cleanser setelah
mengandung fenol dan oleoresin, sedangkan dilakukan perendaman selama 1 hari 6 jam 42
akuades hanya merupakan air murni yang berisi menit.
molekul-molekul H2O tanpa adanya penambahan
unsur lain seperti ion.17,18 Fenol diketahui apabila DAFTAR PUSTAKA
berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan
perubahan karakteristik permukaan, salah satunya 1. Gladwin, M. and Babgy, M. Clinical Aspects
yaitu perubahan warna.3,12 Perendaman basis gigi of Dental Materials. Edisi 4. Wolters Kluwer;
tiruan resin akrilik dalam larutan denture cleanser 2013. p.153-162.
dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna, 2. Pramasanti, N., Adhani, R. dan Sukmana, B.I.
hal tersebut dikarenakan adanya degradasi polimer Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakaian
akibat penyerapan air yang merupakan salah satu Protesa Dengan Pemakaian Protesa di RSUD
sifat dari resin akrilik. Penyerapan resin akrilik Ulin Banjarmasin. Dentino Jurnal Kedokteran
terhadap air melalui mekanisme difusi dapat Gigi. 2014; 2 (2): 196-199.
memberikan efek yang signifikan pada 3. Wulandari, F., Rostiny dan Soekobagiono.
karakteristik dan dimensi dari polimer resin akrilik. Pengaruh Lama Perendaman Resin Akrilik
Air yang diserap oleh resin akrilik tersebut Heat Cured Dalam Eugenol Minyak Kayu
menembus massa poli-metil metakrilat dan Manis Terhadap Kekuatan Transversa.
menempati posisi diantara rantai polimer, akibatnya Journal of prosthodontics. 2012; 3 (1): 1-5.
rantai polimer yang terganggu menjadi lebih mudah 4. Atmaja, W.D. Kulit Buah Kakao (Theobroma
bergerak yang berdampak melemahnya ikatan kakao L) Sebagai Bahan Pembersih Gigi
rantai polimer hingga terlepasnya pigmen dari resin Tiruan dan Mencegah Perlekatan Candida
akrilik. Hal ini yang mempengaruhi kekuatan rantai Albicans Pada Basis Gigi Tiruan.
polimer dan mengubah karakteristik fisik polimer Stomatognatic Jurnal Kedokteran Gigi
sehingga warna resin tersebut menjadi pudar.16,18,19 Unversitas Jember. 2015; 12(2): 46-50.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 5. Porwal, A., Khandelwal, M., Punia, V. and
ekstrak etanol jahe putih kecil 70% dan larutan Sharma, V. Effect Of Denture Cleansers On
alkaline peroxide sebagai denture cleanser Color Stability, Surface Roughness, and
keduanya dapat menyebabkan perubahan warna Hardness Of Different Denture Based Resins.
yang setara. Perubahan warna yang terjadi pada Journal of Indian Prosthodontic Society. 2017;
basis gigi tiruan resin akrilik secara visual memang 17 (1) : 61-67.
tidak terlalu nampak, akan tetapi berdasarkan nilai 6. Naeem, A., Amrit, R., Sumit, M., Nisha, S.,
perubahan warnanya (ΔE) dan berdasarkan Pankaj, K. and Taseer, B. Denture hygiene : A
intensitas nilai L, a, b seperti tabel 3 menunjukkan Short Note On Denture Cleansers. Journal of
perubahan nilai yang signifikan dari warna basis sciences. 2015; 5 (3) : 131-133.
gigi tiruan resin akrilik sebelum dan setelah 7. Kangsudarmanto, Y., Rachmadi, P., dan K.F,
dilakukan perendaman. Warna basis gigi tiruan I Wayan.A. Perbandingan Perubahan Warna
resin akrilik setelah dilakukan perendaman Heat Cured Acrylic Basis Gigi Tiruan Yang
kedalam tiga kelompok terjadi perubahan warna Direndam Dalam Khlorhexidin dan
lebih pudar karena semua nilai L setelah dilakukan Effervescent (Alkaline Peroxide). Dentino
perendaman bernilai positif dan meningkat. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Pada kelompok ekstrak etanol jahe putih kecil Mangkurat. 2014; 2 (2): 205-209.
70% dan akuades terjadi perbedaan perubahan 8. Saputera, D., Nalar, G.A. and Budiarti, L.,Y.
Minimum Inhibitory Concentration Of White
25 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 19 - 25

Ginger and Chlorhexidine Gluconate On 17. Sukarsono K., Marhaendrajaya I., Firdausi S.
Acrylic Plates Toward Candida Albicans. Studi Efek Kerr untuk Pengujian Tingkat
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2017; 2 (1) : Kemurnian Aquades, Air PDAM dan Air
5-11. Sumur. Berkala Fisika.. 2008; 11 (1) ; Hal. 9-
9. Fathona, D. Kandungan Gingerol dan 18.
Shogaol, Intensitas Kepedasan dan 18. Sukma D., Pintadi H. Pengaruh Multi
Penerimaan Panelis Terhadap Oleoresin Jahe Konsentrasi Ekstrak The Hijau (Cammelia
Gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), Jahe Sinesis) Terhadap Perubahan Warna Resin
Emprit (Zingiber officinale var. Amarum), Akrilik Heat Cured Yang Ditambah Dengan
dan Jahe Merah (Zingiber officinale var. Serat Kaca 1%. Skripsi 2012. Yogyakarta,
Rubrum). Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pertanian. Institut Pertanian Bogor; 2011. Hal.1-14.
Hal.3-9. 19. Chandu G.S., Asnani P., Gupta S., Khan M.F.
10. Santoso, H.D., Budiarti, L.Y. dan Carabelly, Comparative Evaluation Of Effect Of Water
A.N. Perbandingan Aktivitas Antijamur Absorption On The Surface Properties Of
Ekstrak Etanol Jahe Putih Kecil (Zingiber Heat Cure Acrylic: An In Vitro Study. Journal
officinale var. amarum) 30% Dengan of international oral health. 2015; 7 (4) : 63-
Chlorhexidine Gluconate 0,2% Terhadap 68.
Candida Albicans In Vitro. Dentino Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat. 2014; 2 (2) : 125-130.
11. Anusavice. Buku Ajar Ilmu Bahan
Kedokteran Gigi. Lilian Juwono (editor).
Edisi 11. Buku Kedokteran EGC. Jakarta;
2004. Hlm.197-226.
12. Puspitasari, D., Saputera, D. and Soraya, I.M.
Color Changes Comparison Of Heat Cured
Type Acrylic Resin In Immersion Of Alkaline
Peroxides Solution And Celery Extract
(Apium Graveolens L.) 75%. Dentino Jurnal
Kedokteran Gigi. 2017; 2 (1) : 29-34.
13. Sagsoz, N.P., Yanikoglu, N., Ulu, H. and
Bayindir, F. Color changes of Polyamid and
Polymethyl Methacrylate Denture Base
Materials. Journal of Stomatology. 2014; 4(1):
489-496.
14. Andrade, I.M., Andrade, K.M., Pisani, M.X.,
Lovato, C.H.S., Souza, R.F. and Paranhos,
H.F.O. Trial Of An Experimental Castor Oil
Solution For Cleaning Dentures. Brazilian
Dental Journal. 2014; 25 (1) : 43-47.
15. Chittaranjan, Taruna, Sudhir and Bharath.
Material and Methods for cleaning the
dentures. Indian Journal of Dental
Advancements. 2011; 3 (1) : 423-426.
16. Puspitasari, D., Saputera, D. dan Anisyah,
R.N. Perbandingan Kekerasan Resin Akrilik
Tipe Heat Cure Pada Perendaman Larutan
Desinfektan Alkalin Peroksida Dengan
Ekstrak Seledri 75%. Odonto Dental Journal.
2016; 3 (1) : 34-41.
26

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)


TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Lactobacillus acidophilus

Nadalia Malika Bilqis, Isyana Erlita, Deby Kania Tri Putri


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT
Background: Lactobacillus acidophilus is bacteria which causes the advanced caries if it is ignored
which will infect another tissue. Bawang dayak is a plant that is used as a traditional medicine which can
inhibit the Lactobacillus acidophilus because it has compounds such as flavonoid, alkaloid, glycoside, phenolic,
quinones, steroid, essential oils, and tannin. Purpose: The purpose of conducting this study is to find out the
resistivity zone from Lactobacillus acidophilus after giving the bawang dayak extract of various concentrations.
Method: This study applies a true experimental with posttest only with control group design with six treatment
groups which are bawang dayak extract with the concentration of 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, K(-
) aquadest, and K(+) 2% of chlorhexidine digluconate. Maceration method is used to extract bawang dayak
while diffusion method is used to test the resistivity and to measure the resistivity zone. Result: The result of the
test that shows bawang dayak extract with the concentration of 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, and 80 mg/ml
are obtained the average number of resistivity zone to 9,36 mm, 11,45 mm, 14,47 mm, 20,30 mm, and
chlorhexidine digluconateis 15,33 mm. The data analysis of one-wayAnova and post-hoc LSD are obtained at
(p<0.05) of bawang dayak extract which means that there is meaningful different to each treatment group.
Conclusion: The resistivity zone of bawang dayak extract is higher than the positive control group which is 2%
of chlorhexidine digluconate towards the growth of Lactobacillus acidophilus.

Keywords: bawang dayak, resistivity, Lactobacillus acidophilus

ABSTRAK
Latar belakang: Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri pencetus karies lanjut yang apabila
dibiarkan akan menginfeksi jaringan lainnya. Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) merupakan
tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional yang dapat menghambat Lactobacillus acidophilus
dikarenakan memiliki senyawa flavonoid, alkaloid, glikosida, fenolik, kuinon, steroid, minyak atsiri dan tannin.
Tujuan: Mengetahui zona hambat dari bakteri Lactobacillus acidophilus setelah diberikan ekstrak bawang
dayak dengan berbagai konsentrasi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan
post test only with control group design dengan 6 kelompok perlakuan, yaitu ekstrak bawang dayak konsentrasi
20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, kontrol K(-) aquadest dan K(+) klorheksidin diglukonat 2%. Metode
maserasi digunakan untuk mengekstraksi bawang dayak sedangkan uji daya hambat menggunakan metode
difusi dan pengukuran zona hambat. Hasil: Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa ekstrak bawang dengan
konsentrasi 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml didapatkan rerata zona hambat 9,36 mm, 11,45 mm,
14,47 mm, 20,30 mm, dan klorheksidin diglukonat sebesar 15,33 mm. Analisis data One Way Anova diperoleh
27 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 26 - 31

(p<0,05) ekstrak bawang dayak memiliki aktivitas antibakteri yang bermakna. Kesimpulan: Bahwa zona
hambat ekstrak bawang dayak lebih tinggi dibandingkan kontrol positif berupa klorheksidin diglukonat 2%
terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus.

Kata kunci: bawang dayak, daya hambat, Lactobacillus acidophilus

Korespondensi: Nadalia Malika Bilqis, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat, Jalan Veteran No 12B, Banjarmasin, KalSel, email: nadalia.malikabilqis@gmail.com

PENDAHULUAN Aktivitas antimikroba dari klorheksidin diglukonat


Suatu penyakit infeksi bakteri kronis yang 2% adalah menghancurkan dinding sel bakteri dan
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, menghambat aktivitas bakteri yang menyebabkan
mikroorganisme, host, makanan dan waktu disebut kematian sel bakteri.8 Kekurangan klorheksidin
karies.1 Patogenesis karies bermula dari agregasi adalah dapat bersifat alergen jika berkontak terus-
bakteri yang melakukan perlekatan di permukaan menerus pada waktu yang panjang dan tidak
email. Sisa makanan dimetabolisme oleh bakteri mampu melarutkan jaringan organik.9 Saat ini
dan bakteri tersebut memfermentasi sukrosa pemanfaatan tanaman sebagai bahan alternatif yang
menjadi asam laktat yang menyebabkan penurunan memiliki daya hambat terhadap bakteri telah
pH kurang dari 5,5, hal tersebut mengakibatkan banyak digunakan.
terjadinya demineralisasi pada email gigi.2 Bakteri Bawang dayak (Eleutherine palmifolia
dominan yang berperan pada karies adalah bakteri (L.) Merr.) merupakan tanaman herbal yang
Streptococcus mutans (S. mutans) dan banyak tumbuh subur di Kalimantan dan
Lactobacillus acidophilus (L. acidophilus).3 digunakan sebagai bahan baku obat yang dipercaya
Lactobacillus acidophilus memiliki memiliki khasiat untuk mencegah dan
kemampuan tumbuh dalam lingkungan asam dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. 10
memetabolisme gula dari makanan dengan cepat Kandungan senyawa kimia yang dimiliki umbi
menjadi asam organik, yaitu asam laktat. Bakteri bawang dayak yang berpotensi sebagai antibakteri
Lactobacillus dipercaya sebagai bakteri perintis adalah flavonoid, alkaloid, glikosida, fenolik,
dalam karies lanjut dikarenakan bakteri tersebut kuinon, steroid, minyak atsiri dan tannin yang
lebih banyak terisolasi pada karies yang dalam memiliki kemampuan menghambat dan mematikan
dibandingkan sebelum perkembangan karies dan aktivitas bakteri.11 Mekanisme antibakteri senyawa
awal kerusakan gigi.2 Penyebab utama dari tersebut adalah dengan mendenaturasi protein
berlanjutnya karies adalah adanya bakteri yang bakteri, merusak membran sel bakteri, dapat
tertinggal di smear layer setelah dilakukannya menghambat proses sintesis asam nukleat yang
preparasi kavitas yang dapat bertahan dalam waktu akan menyebabkan terganggunya transkripsi dan
yang lama.4 Sekarang penggunaan cavity cleanser translasi DNA dan RNA sehingga proses
dengan sifat antibakteri dianjurkan setelah pertumbuhan bakteri terganggu.12,13
melakukan preparasi kavitas untuk mengeliminasi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
bakteri residual.5 Cavity cleanser adalah bahan mengetahui perbandingan zona hambat ekstrak
untuk membersihkan kavitas yang dipreparasi bawang dayak dengan kontrol positif berupa
dengan menghilangkan debris, bakteri, dan klorheksidin diglukonat 2% terhadap pertumbuhan
menurunkan sensitivitas pasca tindakan restoratif.6 Lactobacillus acidophilus.
Salah satu bahan yang efektif sebagai cavity
cleanser adalah klorheksidin.5 BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Klorheksidin adalah bis-biguanide sintetik Sebelum penelitian dilakukan, telah
spektrum luas yang digunakan sebagai bahan diajukan ke komisi etik di Fakultas Kedokteran
desinfektan sintetis spektrum luas terhadap bakteri Gigi Universitas Lambung Mangkurat dan
gram positif-negatif termasuk virus HBV dan HIV, dinyatakan laik berdasarkan surat keterangan
spora jamur dan dermatofit.7 Klorheksidin kelaikan etik nomor: 016/KEPKG-
merupakan suatu bahan yang larut dalam air dan FKGUL/EC/VIII/2017. Pada penelitian ini
dapat menghambat bakteri melalui cara ikatan Ca+ digunakan metode penelitian true experimental
ditingkat pH fisiologis.5 Klorheksidin pada post test only with control group design. Kelompok
konsentrasi tinggi dapat bersifat bakterisidal. perlakuan pada penelitian ini, yaitu ekstrak bawang
Bilqis: Daya Hambat Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L.) Merr.) 28

dayak konsentrasi 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, dilakukan pengukuran zona hambat menggunakan
80 mg/ml, kontrol positif berupa klorheksidin caliper.
diglukonat 2% dan kontrol negatif berupa aquadest.
Berdasarkan hasil rumus Federer diperoleh jumlah HASIL PENELITIAN
minimal pengulangan tiap kelompok adalah 4. Rata-rata zona hambat bakteri
Untuk memperoleh hasil yang tepat maka Lactobacillus acidophilus setelah diberikan ekstrak
dilakukan 5 kali pengulangan pada tiap kelompok. bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) dapat
Prosedur awal penelitian dilakukan dilihat pada tabel 1.
sterilisasi alat-alat yang telah dicuci bersih dan Tabel 1. Tabel Rata-rata Zona Hambat Ekstrak
dilapisi alumunium foil menggunakan autoclave Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia
selama 15 menit pada suhu 121oC kemudian (L.) Merr.)
pembuatan simplisia dengan mencuci bersih umbi N Mean Std.Deviation
bawang dayak dengan air mengalir kemudian EBD20 5 9.36 0.788
ditiriskan dan ditimbang. Umbi bawang dayak EBD40 5 11.45 0.154
dipotong menjadi empat bagian lalu dikeringkan
EBD60 5 14.47 0.829
dengan oven selama 3 hari pada suhu 40oC, setelah
itu dihaluskan menggunakan blender dan diayak EBD80 5 20.30 0.114
hingga menjadi serbuk halus serta ditimbang lagi. CHX 5 15.33 0.116
Ekstrak diperoleh dengan metode maserasi. AQ 5 0.000 0.000
Larutan etanol 96% dituangkan ke dalam bejana Keterangan :
maserasi yang telah berisi serbuk dengan EBD : Ekstrak Bawang Dayak
perbandingan 1:10, 1 bagian serbuk dan 10 bagian CHX : Klorheksidin diglukonat 2%
pelarut. Larutan diaduk hingga merata setiap 6 jam AQ : Aquades
sekali kemudian disaring setiap 1x24 jam dan Dari tabel 1. diketahui bahwa terdapat
dilakukan penggantian pelarut yang baru lalu perbedaan zona hambat dari perlakuan ekstrak
diaduk sesekali. Penggantian pelarut dilakukan bawang dayak pada konsentrasi 20 mg/ml,
remaserasi sebanyak 2 kali. Ekstrak dikumpulkan 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, klorheksidin
dan diuapkan menggunakan rotary evaporator diglukonat 2% dan aquades terhadap pertumbuhan
dengan suhu 50oC hingga ekstrak mengalami bakteri Lactobacillus acidophilus. Zona hambat
penyusutan sepersepuluh bagianya kemudian tertinggi terdapat pada ekstrak bawang dayak
diuapkan kembali dengan waterbath sehingga konsentrasi 80 mg/ml diikuti konsentrasi 60 mg/ ml
didapatkan ekstrak kental. Ekstrak yang didapat dan 40 mg/ml. Sedangkan zona hambat terendah
dilakukan uji bebas etanol dengan penambahan terdapat pada ekstrak bawang dayak konsentrasi
kalium dikromat (K2Cr2O7) dan diamati. Jika 20 mg/ml. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
ekstrak tidak mengalami perubahan warna maka konsentrasi maka semakin tinggi pula zona hambat
ekstrak dinyatakan tidak mengandung alkohol. yang terbentuk.
Pada persiapan bakteri uji, koloni Pada penelitian ini dilakukan analisis data
Lactobacillus acidophilus dari isolat murni pada dengan menggunakan uji normalitas Saphiro wilk
Nutrient Agar (NA) dan diinkubasi pada suhu 37oC dapat dilihat pada tabel 2.
selama 1x24 jam, kemudian bakteri diinokulasokan
kedalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasi pada suhu
37oC selama 2x24 jam kemudian dilakukan
standarisasi Mc Farland I atau bakteri setara jumlah
3x108 CFU dengan memberi aquades steril pada
suspensi tersebut. Bakteri Lactobacillus
acidophilus dioleskan pada media agar Muller
Hinton (MH) menggunakan lidi kapas steril setelah
itu dilakukan perendaman paper disk pada ekstrak
bawang dayak 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml,
80 mg/ml, klorheksidin diglukonat 2%, dan
aquades selama 3 jam. Media pengujian diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam. Selanjutnya
29 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 26 - 31

Tabel 2. Tabel Hasil Uji Normalitas Zona Hambat Tabel 4. Tabel Hasil Uji Post Hoc LSD Zona
Ekstrak Bawang Dayak dan Hambat Ekstrak Bawang Dayak dan Klorheksidin
Klorheksidin diglukonat 2% Terhadap diglukonat 2% Terhadap Pertumbuhan
Pertumbuhan Lactobacillus acidophilus Lactobacillus acidophilus
Perlak A CH EBD EBD EBD EBD
Grup uan Q X 20 40 60 80
Shapiro wilk 2% mg/ mg/ mg/ mg/
Df Sig. ml ml ml ml
AQ - *0,0 *0,0 *0,0 *0,0 *0,0
EBD20 5 0,969 00. 00. 00. 00. 00.
EBD40 5 0,739 CHX - *0,0 *0,0 *0,0 *0,0
EBD60 5 0,921 2% 00. 00. 09. 00.
EBD80 5 0,845 EBD - *0,0 *0,0 *0,0
CHX 5 0,854 20 00. 00. 00.
Keterangan : mg/ml
EBD : Ekstrak Bawang Dayak EBD - *0,0 *0,0
CHX : Klorheksidin diglukonat 2% 40 00. 00.
AQ : Aquades mg/ml
EBD - *0,0
60 00.
Dari hasil uji normalitas ekstrak umbi mg/ml
bawang dayak pada konsentrasi 20 mg/ml, EBD -
40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml dan klorheksidin 80
diglukonat 2% menunjukkan nilai p > 0,05 yang mg/ml
berarti data tersebut terdistribusi normal dan Keterangan:
dilanjutkan uji homogenitas menggunakan Levene EBD : Ekstrak Bawang Dayak
test dan hasil uji homogenitas data perbandingan CHX : Klorheksidin diglukonat 2%
ekstrak umbi bawang dayak dan klorheksidin AQ : Aquades
diglukonat 2% terhadap Lactobacillus acidophilus *significant p<0,05
didapatkan p = 0,10 (p>0,05) sehingga sebaran
data homogen. Pada tabel 4. menunjukkan bahwa
Setelah didapatkan data yang normal dan kelompok ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi
homogen maka analisis selanjutnya menggunakan 20 mg/ml terdapat perbedaan signifikan dengan
uji parametrik dengan uji One Way ANOVA dan ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi 40 mg/ ml,
didapatkan hasil nilai p = 0,000 (p<0,05) yang 60 mg/ml, 80 mg/ml dan klorheksidin diglukonat
berarti terdapat perbedaan bermakna. Analisis data 2%. Kelompok ekstrak umbi bawang dayak
dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD untuk konsentrasi 40 mg/ml terdapat perbedaan
mengetahui kelompok yang memiliki perbedaan signifikan dengan ekstrak umbi bawang dayak
bermakna dan hasil uji menunjukkan masing- konsentrasi 60 mg/ml, 80 mg/ml dan klorheksidin
masing perlakuan uji ekstrak bawang dayak diglukonat 2%. Kelompok ekstrak umbi bawang
dibandingkan klorheksidin diglukonat 2% dan dayak konsentrasi 60 mg/ml terdapat perbedaan
kontrol negatif aquades memiliki perbedaan signifikan dengan ekstrak umbi bawang dayak
bermakna (p<0,05) dapat dilihat pada tabel 4. konsentrasi 80 mg/ml dan klorheksidin diglukonat
2%. Kelompok ekstrak umbi bawang dayak
konsentrasi klorheksidin diglukonat 2%. Hasil ini
menunjukkan bahwa ekstrak umbi bawang dayak
dengan konsentrasi 80 mg/ml paling efektif dalam
menghambat bakteri Lactobacillus acidophilus
dengan rerata zona hambat sebesar 20,30 mm,
dibandingkan dengan klorheksidin diglukonat 2%
dengan rerata zona hambat sebesar 15,33 mm.
Bilqis: Daya Hambat Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L.) Merr.) 30

PEMBAHASAN intraseluler keluar yang dapat menyebabkan


Berdasarkan hasil penelitan ini kerusakan sel atau kematian sel.18
menunjukkan bahwa ekstrak umbi bawang dayak Pada penelitian ini didapatkan bahwa zona
memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak umbi hambat yang terbentuk ekstrak umbi bawang dayak
bawang dayak konsentrasi 80 mg/ml memiliki zona konsentrasi 80 mg/ml lebih tinggi daripada
hambat tertinggi dibandingkan dengan ekstrak konsentrasi dibawahnya dalam menghambat
umbi bawang dayak konsentrasi 20 mg/ml, 40 pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus.
mg/ml, 60 mg/ml, kontrol positif berupa Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya
klorheksidin diglukonat 2% dan kontrol negatif konsentrasi suatu ekstrak maka meningkat pula
berupa aqudes. Hasil pengujian zona hambat pada kemampuan daya hambatnya terhadap bakteri. 19
bakteri Lactobacillus acidophilus cukup tinggi. Hal Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini
ini terjadi salah satunya dipengaruhi oleh jenis adalah ekstrak umbi bawang dayak dengan
bakteri. Lactobacillus acidophilus merupakan jenis konsentrasi 80 mg/ml memiliki zona hambat lebih
bakteri gram positif dengan karakteristik dinding tinggi dibandingkan klorheksidin diglukonat 2%
sel lebih sederhana dibandingkan gram negatif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
sehingga menyebabkan masuknya senyawa Lactobacillus acidophilus.
antibakteri ke dalam sel dan bekerja dengan
mudah.14 Pada ekstrak umbi bawang dayak DAFTAR PUSTAKA
didapatkan senyawa bersifat antibakteri berupa
alkaloid, glikosida, fenolik, kuinon, steroid, tannin, 1. Ramayanti S, Purnakarya I. Peran Makanan
minyak atsiri dan flavonoid.11 Terhadap Kejadian Karies Gigi. Jumal
Pada bawang dayak diketahui bahwa Kesehatan Masyarakat. 2013; 7(2) : 89-93.
senyawa fenol merupakan konsentrasi tertinggi 2. Karpinski T. M, Szkaradkiewicz A. K.
sebesar 34,20%.15 Mekanisme antibakteri fenol Microbiology of Dental Caries. Journal of
membentuk kompleks protein fenol dengan cara Biology and Earth Sciences. 2013; 3(1) : M21
berikatan dengan protein. Ikatan tersebut -M24.
merupakan ikatan yang mudah mengalami 3. Cura F, Palmieri A, Girardi A, Martinelli M,
peruraian dengan cepat. Proses koagulasi protein Scapoli L, Carinci F. Test for Dental Caries
oleh fenol menyebabkan terjadinya lisis pada and Bacteriological Analysis.Dental Research
membran sel yang mengakibatkan sel mengalami Journal. 2012; 9(8) : S139-S141.
kebocoran sehingga keluarnya metabolit esensial 4. Singla M, Aggarwal V, Kumar N. Effect of
yang penting bagi mikroba dari sel. Apabila fenol Chlorhexidine Cavity Disinfection on
di dalam sel akan merusak sistem kerja sel, Microleakage in Cavities Restored with
merusak membran sitoplasma sehingga Composite Using a Self-Etching Single Bottle
pertumbuhan sel terhambat atau terjadi kematian Adhesive . Journal of Conservative Dentistry.
sel.16 2011; 14(4) : 374-377.
Senyawa lain yang memiliki sifat 5. Kimyai S, Pournaghi-Azar F, Naser-Alavi F,
antibakteri yaitu, alkaloid memiliki senyawa Salari A. Effect of Disinfecting The Cavity
nitrogen dari gugus basa yang bereaksi dengan With Chlorhexidine on The Marginal Gaps of
senyawa asam amino penyusun dinding sel bakteri Cl V Giomer Restorations. Journal of Clinical
dan DNA bakteri yang mengakibatkan struktur dan and Experimental Dentistry. 2017; 9(2) :
susunan asam amino berubah. Hal tersebut e202-e206.
menimbulkan perubahan keseimbangan genetik 6. Kusdemir M, Çetin A. R, Özsoy, Alev; Toz,
pada rantai DNA mengakibatkan kerusakan dan Tuğba; Öztürk Bozkurt, Funda; Özcan,
mendorong terjadinya lisis dan kematian sel pada Mutlu. Does 2% chlorhexidine digluconate
bakteri.17 Tannin dapat mengakibatkan transport cavity disinfectant or sodium
protein pada membran sel terganggu menyebabkan fluoride/hydroxyethyl methacrylate affect
aktivitas hidup pada sel tidak dapat dilakukan adhesion of universal adhesive to dentin?.
sehingga pertumbuhannya terhambat dan mati. 12 Journal of Adhesion Science and Technology.
Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri adalah 2016; 30(1) : 13-23.
mendenaturasi membran sel sehingga senyawa 7. Mathur S, Mathur T, Srivastava R, Khatri R.
Chlorhexidine: The Gold Standard in
31 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 26 - 31

Chemical Plaque Control. National Journal of 14. Faridah Anni, Syukri Daimon, Holinesti
Physiology, Pharmacy & Pharmacology. Rahmi. Aktifitas Antibakteri Ekstrak Etanol
2011; 1(2) : 45 – 50. 60% dan Ekstrak Air Kulit Buah Naga Merah
8. Sofiani E, Mareta D. A. Perbedaan Daya Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Antibakteri antara Klorheksidin Diglukonat Eschericia coli. Jurnal Rekapangan. 2015;
2% dan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium 9(1) : 15-18.
Guajava Linn) Bebagai Konsentrasi (Tinjauan 15. Rani VS dan Nair BR. GC-MS Analysis Of
terhadap Enterococus Faecalis. International Ethyl Acetate Extract Of Eleutherine Bulbosa
Dental Journal. 2014; 3(1) : 30-41. (Urban) Miller (Iridacea). International
9. Mohammadi Z, Abbott P. V. The Properties Journal Of Pharmaceutical Sciences and
and Application of Chlorhexidine in Research. 2013; 7(4) : 1729-1731.
Endodontics. International Endodontics 16. Ngazizah F.N, Ekowati N, Septiana A.T.
Journal. 2009; 42(4) : 288-302. Potensi Daun Trembilungan (Begonia hirtella
10. Prapti U, Puspaningtyas D. E. The miracle of Link) sebagai Antibakteri dan Antifungi.
Herbs (Daun, Umbi, Buah dan Batang Jurnal Biosfera. 2016; 33(3) : 126-133.
Tanaman Ajaib Penakluk Aneka Penyakit). 17. Arlofa Nina. Uji Kandungan Senyawa
Jakarta: PT Agromedia Pustaka; 2013. Hal. Fitokimia Kulit Durian sebagai Bahan Aktif
27-31. Pembuatan Sabun. Jurnal Chemtech. 2015;
11. Puspadewi R, Adirestuti P, Menawati R. 1(1) : 18 – 22.
Khasiat Umbi Bawang Dayak (Eleutherine 18. H Anggita Rahmi, Cahyanto T, Sujarwo T,
palmifolia (L.) Merr.) Sebagai Herbal Lestari R. I. Uji Aktivitas Aantibakteri
Antimikroba Kulit.Kartika Jurnal Ilmiah Ekstrak Daun Beluntas ( Pluchea indica (L.)
Farmasi. 2013; 1(1) : 31-37. LESS. ) terhadap Propionibacterium acnes
12. Ngajow M, Abidjulu J , Kamu V. S. Penyebab Jerawat. Jurnal Kajian Islam, Sains
Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang dan Teknologi. 2015; 9(1) : 141-161.
Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri 19. Mufti N, Bahar E, Arisanti D. Uji Daya
Staphylococcus aureus secara In vitro.Jurnal Hambat Ekstrak Daun Sawo terhadap Bakteri
MIPA UNSRAT. 2013; 2(2) : 128-132. Escherichia coli secara In Vitro. Jurnal
13. Charyadie F. L, Adi S, Sari R. P. Daya Kesehatan Andalas. 2017; 6(2) : 289 – 294.
Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea
americana, Mill.) Terhadap Pertumbuhan
Enterococcus faecalis. Denta Jurnal
Kedokteran Gigi. 2014; 8(1) : 1-10.
32

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KESEHATAN GIGI DAN


MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN RONGGA MULUT PEROKOK

(Tinjauan pada Siswa SMA/Sederajat di Kota Banjarbaru)

Jeanyvia Anggreyni Sodri, Rosihan Adhani, Isnur Hatta


Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT
Background: Smoking habits were known to have adverse health effects, but prevalence has continue to
increase each year. Nationally, the average age to start smoking was 17.6 years by education status including
at high school level. The content of the cigarette can interfere with the function of saliva as self cleansing so it
will affect health status and oral hygiene. Smokers behaviors in maintaining oral health tend to be
bad. Purpose: Analyze the relationship between knowledge, attitude and action of dental and oral health with
oral hygiene status in smokers. Method: Observational analytic study with cross sectional approach. Sampling
using cluster sampling, with the number of respondents as many as 120 smokers. Results:Most smokers had
moderate oral hygiene status of 71 persons (59.2%), 51 persons had moderate knowledge, 57 persons (47.5%)
had an attitude with good category, and as many as 59 persons (49,2%) had medium and oral hygiene
measures. Spearman Rho test results showed a significant relationship between knowledge, attitude and action
of dental and oral health with oral hygiene status of smokers.Conclusion: There is a significant relationship
between knowledge, attitude and action of dental and mouth health with hygiene status of oral cavity of smoker.
Keywords:action, attitude, knowledge, OHI-S, oral hygiene,

ABSTRAK
Latar belakang: Kebiasaan merokok diketahui berdampak buruk pada kesehatan, akan tetapi prevalensi
terus meningkat tiap tahunnya. Secara nasional, rata-rata umur mulai merokok adalah 17,6 tahun menurut
status pendidikan termasuk pada tingkat SMA. Kandungan yang ada pada rokok dapat mengganggu fungsi
saliva sebagai self cleansing sehingga akan berpengaruh terhadap status kesehatan dan kebersihan rongga
mulut. Perilaku merokok serta perilaku kesehatan gigi dan mulut perokok yang cenderung buruk dapat
mempengaruhi status kebersihan rongga mulut. Tujuan: Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap
dan tindakan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan rongga mulut pada perokok Metode:
Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan
cluster sampling, dengan jumlah responden sebanyak 120 orang perokok.Hasil penelitian: Jumlah tertinggi
adalah perokok yang memiliki status kebersihan rongga mulut dengan kategori sedang sebanyak 71 orang
(59,2%), sebanyak 51 orang memiliki pengetahuan dengan kategori sedang, sebanyak 57 orang (47,5%)
memiliki sikap dengan kategori baik, dan sebanyak 59 orang (49,2%) memiliki tindakan kesehatan gigi dan
mulut dengan kategori sedang. Hasil uji Spearman Rho menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara
pengetahuan, sikap dan tindakan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan rongga mulut perokok.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan, sikap dan tindakan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan rongga
mulut perokok.
33 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 32 - 39

Kata-kata kunci: kebersihan rongga mulut, OHI-S , pengetahuan , perokok, sikap, tindakan

Korespondensi: Jeanyvia Anggreyni Sodri, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Lambung Mangkurat, Jalan veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email:
jeanyvianggreyni@gmail.com.

PENDAHULUAN higiene indekspada perokok lebih besar yaitu 2,29,


Merokok merupakan suatu kebiasaan yang sedangkan bukan perokok sebesar 1,15.9
sering kita jumpai di setiap tempat di dunia. Hasil penelitian Aritonang pada laki-laki
Konsumsi rokok di Indonesia menempati peringkat perokok di Bekasi mengenai kebiasaan mereka
ke-4 setelah Cina, Amerika Serikat, dan Rusia.1 menyikat gigi setelah merokok, 9 dari 10
Kebiasaan merokok diketahui berdampak buruk responden mengatakan mereka tidak
pada kesehatan, akan tetapi prevalensi terus memperdulikan dan tidak pernah melakukannya. 10
meningkat tiap tahunnya yaitu, 31,5% tahun 2001, Survei yang dilakukan oleh Centers for Disease
34,4% pada tahun 2004 dan 36,3% pada tahun Control and Prevention (CDC) di Amerika, 20%
2014. Penelitian Global Youth Tobbaco Survey dari perokok mengakui dirinya tidak pernah datang
2014 (GYTS 2014) menyatakan bahwa 20,3% anak ke dokter gigi dalam 5 tahun terakhir. 11Tujuan dari
sekolah merokok. Secara nasional, rata-rata umur penelitian ini adalah menganalisis hubungan
mulai merokok adalah 17,6 tahun menurut status pengetahuan, sikap dan tindakan kesehatan gigi dan
pendidikan termasuk pada tingkat SMA dengan mulut pada perokok dengan tinjauan pada siswa
persentase tertinggi orang yang mulai merokok tiap SMA/Sederajat di Kota Banjarbaru.
hari adalah pada umur 15-19 tahun.2 Di Kalimantan
Selatan jumlah orang yang mulai merokok tiap hari BAHAN DAN METODE
pada umur 15-19 tahun sebesar 55,6%, persentase Penelitian ini diawali dengan pembuatan surat
tertinggi di Banjarbaru dengan Prevalensi perokok izin penelitian dan ethical clearance yang yang
10,5%.3 diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
Asap rokok mengandung zat-zat yang bersifat Universitas lambung Mangkurat No.069/KEPKG-
toksik, mengiritasi dan karsinogen. Ada tiga FKGULM/EC/X/2017. Penelitian ini merupakan
kandungan rokok yang utama menyebabkan penelitian observasional analitik dengan
gangguan kesehatan yaitu, nikotin, tar dan pendekatan cross sectional, menggunakan cluster
karbonmonoksida.4 Zat karsinogen pada rokok sampling. Responden pada penelitian ini adalah
menyebabkan penurunan sistem imun, inflamasi perokok yang berstatus siswa SMA/Sederajat di
saluran kelenjar saliva, iritasi serta perubahan Kota Banjarbaru. Jumlah responden dalam
fungsional pada kelenjar saliva. Nikotin merupakan penelitian ini adalah 120 orang dari 5 sekolah.
bahan yang paling berpengaruh terhadap perubahan Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini
laju aliran saliva.5,6 Saliva yang berfungsi sebagai adalah perokok aktif berusia 15-19 tahun saat
self cleansing akan terganggu sehingga akan survey (merokok minimal 1-10 batang tiap
berpengaruh terhadap status kesehatan dan harinya), minimal merokok selama setahun,
kebersihan rongga mulut.7 Tar yang masuk ke merokok dengan jenis rokok filter, intensitas
rongga mulut sebagai uap padat akan mengendap menyikat gigi dalam sehari minimal 2 kali sehari,
dipermukaan gigi hal ini menyebabkan permukaan minimal masih memiliki dua gigi indeks yang
gigi menjadi kasar sehingga plak lebih mudah dapat diperiksa, dan bersedia menandatangani
menempel.2 Gas karbonmonoksida dalam rokok informed consent.
dapat meningkatkan tekanan darah yang akan Penelitian ini dilakukan pada perokok yang
berpengaruh pada sistem pertukaran hemoglobin.6 berstatus sebagai pelajar SMA/Sederajat di Kota
Pada penelitian Alamsyah (2009) di kota Banjarbaru yang telah memenuhi kriteria inklusi.
Medan melaporkan bahwa status kebersihan rongga Responden penelitian terlebih dahulu diberikan
mulut pada perokok lebih buruk yakni sebesar 2,74 informed consent untuk meminta persetujuan
dibandingkan dengan bukan perokok sebesar 2,18.8 dilakukan pemeriksaan kebersihan rongga mulut
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dan pengisian kuesioner tentang pengetahuan,
Modupe (2013) yang menunjukan rerata oral sikap dan tindakan kesehatan gigi dan mulut. Pada
tahap selanjutnya dilakukan pemeriksaan
Sodri: Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Kesehatan Gigi Dan Mulut 34

kebersihan rongga mulut yang kemudian Tabel 2.Kriteria Calculus Indeks


dilanjutkan dengan pengisian kuesioner.
Status kebersihan rongga mulut diukur Skor Kriteria
menggunakan Oral Hygiene Index Simplified
0 Tidak ada kalkulus
(OHI-S) yang merupakan indeks gabungan antara
Debris Indeks (DI) dan Calculus Indeks (CI). 1 Kalkulus supragingiva menutup tidak
Pemeriksaan dilakukan pada gigi 11, 16, 26, 31, 36 lebih dari 1/3 permukaan servikal yang
dan 46. Kriteria untuk menilai Debris Indeks diperiksa
adalah sebagai berikut:
2 Kalkulus Supragingiva menutup lebih
dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan
gigi yang diperiksa, atau terdapat
bercak-bercak kalkulus Subgingiva di
sekeliling servikal gigi
Gambar 1. Kriteria Debris Indeks (DI)
3 Kalkulus Supragingiva menutup lebih
dari 2/3 permukaan atau ada kalkulus
Tabel 1. Kriteria Debris Indeks subgingiva kontinu di sekeliling
servikal gigi.
Skor Kriteria

0 Tidak ada debris atau stain


HASIL PENELITIAN
1 Plak menutup tidak lebih dari 1/3 Berdasarkan hasil pemeriksan kebersihan
permukaan servikal atau terdapat stain rongga mulut yang telah dilakukan diperoleh hasil
ekstrinsik di permukaan yang diperiksa yang ditujukan pada gambar 3.

2 Plak menutup lebih dari 1/3 tapi kurang


dari 2/3 permukaan gigi yang diperiksa

3 Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan


gigi yang diperiksa

Pemeriksaan kalkulus dilakukan pada


permukaan bukal dan palatal/lingual menggunakan
prob periodontal yang ujungnya dimasukan ke
sulkus gingival, bagian tajam ke arah proksimal
Gambar 3. Gambar Diagram Batang Distribusi
diraba dari apical ke koronal, kemudian skor hasil
Frekuensi Nilai OHI-S
pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan.
Kriteria skor kalkulus adalah: Berdasarkan gambar diagram batang tersebut
dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak
adalah OHI-S dengan kategori sedang, yaitu
sebanyak 71 orang (59,2%). Nilai OHI-S dengan
kategori baik adalah sebanyak 29 orang (24,2%)
dan kategori buruk adalah sebanyak 20 orang
(16,7%).

Gambar 2. Kriteria Calculus Indeks (CI)


35 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 32 - 39

Hasil penelitian mengenai pengetahuan sedang adalah sebanyak 53 orang (44,2%) dan
responden terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat kategori buruk adalah sebanyak 10 orang (8,3%).
dilihat pada gambar 4.
Hasil penelitian mengena tindakan responden
terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat
pada gambar 6.

Gambar 4. Gambar Diagram Batang Distribusi


Frekuensi Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut Gambar 6. Gambar Diagram Batang Distribusi
Frekuensi Tindakan Kesehatan Gigi
Berdasarkan gambar diagram batang tersebut dan Mulut
dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak
adalah yang memiliki tingkat pengetahuan tentang Berdasarkan gambar diagram batang tersebut
kesehatan gigi dan mulut dengan kategori sedang, dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak
yaitu sebanyak 51 orang (42,5%). Responden adalah yang memiliki tindakan terhadap kesehatan
dengan pengetahuan berkategori baik adalah gigi dan mulut dengan kategori sedang, yaitu
sebanyak 48 orang (40%) dan kategori buruk sebanyak 59 orang (49,2%). Tindakan kesehatan
adalah sebanyak 21 orang (17,5%). gigi dan mulut responden dengan kategori baik
adalah sebanyak 50 orang (41,7%) dan kategori
Hasil penelitian mengenai sikap responden buruk adalah sebanyak 11 orang (9,2%).
terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat
pada gambar 5. Hasil penelitian mengenai hubungan
pengetahuan, sikap dan tindakan dengan OHI-S
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Tabel Hubungan Pengetahuan Responden


tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan OHI-S

OHI-S
Pengetahuan Total
Baik Sedang Buruk
Baik Jlh 19 25 4
48
39,6%
% 52,1% 8,3%
Sedang Jlh 5 39 7
51
9,8%
% 76,5% 13,7%
Jlh 5 7 9
Buruk 21
23,8%
% 33,3% 42,9%
Gambar 5. Gambar Diagram Batang Distribusi Total Jlh 29 71 20 120
Frekuensi Sikap Terhadap Kesehatan 24,2%
% 59,2% 15,7% 100
Gigi dan Mulut Spearman Rho = 0,311 Sig. 0,001

Berdasarkan gambar diagram batang tersebut


dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji
adalah yang memiliki sikap terhadap kesehatan gigi Spearman Rho didapatkan hasil nilai korelasi
dan mulut dengan kategori baik, yaitu sebanyak 57 sebesar 0,311 dengan nilai signifikan sebesar
orang (47,5%). Sikap responden dengan kategori 0,001. Nilai signifikan yang dihasilkan lebih
Sodri: Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Kesehatan Gigi Dan Mulut 36

rendah dari standar α (0,05) sehingga dapat PEMBAHASAN


dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan
dengan OHI-S. Mulut dengan Status Kebersihan Rongga Mulut
Perokok
Tabel 4. Tabel Hubungan Sikap Responden Pengetahuan seseorang akan menentukan
Kesehatan Gigi dan Mulut dengan OHI-S perilakunya dalam hal kesehatan. Seseorang yang
mempunyai pengetahuan baik akan melakukan
OHI-S tindakan yang tepat terhadap penyakit. Hasil
Sikap Total
Baik Sedang Buruk penelitian mengenai hubungan antara tingkat
Baik Jlh 22 30 5 pengetahuan dengan status kebersihan gigi dan
57
38,6%
% 52,6% 8,8% mulut yang diukur menggunakanOral Hygiene
Sedang Jlh 6 38 9 Index Simplified (OHI-S) diperoleh hasil analisis
53
11,3%
% 71,7% 17,0% dengan menggunakan uji Spearman Rho
Jlh 1 3 6 didapatkan nilai signifikan yang lebih rendah dari
Buruk 10
10,0%
% 30,0% 60,0% standar. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
Total Jlh 29 71 20 120 hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan
24,2%
% 59,2% 15,7% 100 mulut dengan status kebersihan rongga mulut
Spearman Rho = 0,372 Sig. 0,001 perokok. Pengetahuan responden mayoritas masih
berkategori sedang, hal ini seiring dengan status
kebersihan rongga mulut yang sedang pula.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
Spearman Rho didapatkan hasil nilai korelasi dilakukan oleh Basuni dkk (2014) pada masyarakat
sebesar 0,372 dengan nilai signifikan sebesar desa Guntung Ujung yang menyatakan bahwa
0,000. Nilai signifikan yang dihasilkan lebih tingkat pendidikan berpengaruh terhadap status
rendah dari standar α (0,05) sehingga dapat sdiketahui indeks kebersihan mulut yang paling
dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap baik terdapat pada tingkat pendidikan SMA dan
terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan OHI-S. indeks kebersihan mulut yang paling buruk
terdapat pada responden yang tidak sekolah. 12
Tabel 5. Tabel Hubungan Tindakan Responden Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil
terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut dengan OHI-S penelitian Diba (2016) yang dilakukan pada remaja
perokok berusia 15-19 tahun di Aceh menunjukkan
OHI-S
Tindakan Total bahwa tingkat pengetahuan berhubungan dengan
Baik Sedang Buruk
status kebersihan rongga mulut perokok.
Baik Jlh 8 28 4
50 Berdasarkan hasil penelitian diatas memperlihatkan
36,0%
% 56,0% 8,0% bahwa pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan
Sedang Jlh 10 39 10 mulut serta efek rokok terhadap rongga mulut dapat
59
16,9%
% 66,2% 16,9% mempengaruhi perilaku perokok dalam menjaga
Jlh 1 4 6 kesehatan gigi dan mulut sehingga berpengaruh
Buruk 11
9,1%
% 36,4% 54,5% terhadap kebersihan rongga mulut khususnya pada
Total Jlh 29 71 20 120 siswa perokok yang menjadi subyek penelitian. 2
24,2%
% 59,2% 15,7% 100 Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green
Spearman Rho = 0,372 Sig. 0,001 LW and Kreuter (2000) yang menyatakan bahwa
pengetahuan termasuk faktor yang mempermudah
(predisposing factor) untuk terjadinya perubahan
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji perilaku. Pengetahuan kesehatan gigi akan
Spearman Rho didapatkan hasil nilai korelasi mendasari sikap yang mempengaruhi perilaku
sebesar 0,320 dengan nilai signifikan sebesar seseorang dalam memelihara kebersihan gigi dan
0,000. Nilai signifikan yang dihasilkan lebih mulut.13 Keberhasilan pemeliharaan kebersihan
rendah dari standar α (0,05) sehingga dapat gigi dan mulut dapat dicapai salah satunya melalui
dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan menggosok gigi secara baik dan rutin,
tindakan terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan flossing dengan benang gigi dan kunjungan rutin ke
OHI-S. dokter gigi untuk pemeriksaan menyeluruh dan
37 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 32 - 39

pembersihan gigi.14 Penelitian Rahayu dkk (2014) tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap OHI-S.
di Finlandia dan Amerika yang sejalan dengan Pada penelitian tersebut terlihat hubungan yang
penelitian ini, menunjukkan bahwa pengetahuan, berbanding terbalik dengan sikap, semakin besar
sikap dan tindakan berpengaruh terhadap frekuensi nilai sikap maka semakin kecil nilai OHI-S.17
menyikat gigi, kebersihan gigi dan mulut dan Kebersihan gigi dan mulut merupakan tanggung
periodontitis.13 jawab individu terhadap dirinya sendiri. 17
Tanggung jawab merupakan intensitas tertinggi
Hubungan Sikap terhadap Kesehatan Gigi dan dalam tingkatan sikap setelah menerima
Mulut dengan Status Kebersihan Rongga Mulut (receiving), menanggapi (responding), menghargai
Perokok (valuing).15 Adanya tanggung jawab tersebut
Hasil penelitian mengenai hubungan antara menimbulkan perilaku yang baik terhadap
sikap dan status kebersihan rongga mulut perokok kesehatan gigi dan mulutnya yaitu menjaga
diperoleh hasil analisis statistik menggunakan uji kebersihan gigi dan mulut sehingga OHI-S tidak
Spearman Rho didapatkan nilai signifikan yang akan menjadi buruk.18
lebih rendah dari standar. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap Hubungan Tindakan Kesehatan Gigi dan Mulut
kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan dengan Status Kebersihan Rongga Mulut
rongga mulut pada siswa perokok SMA/Sederajat Perokok
di Banjarbaru. Sikap responden terhadap kesehatan Hasil penelitian mengenai hubungan antara
gigi dan mulut paling banyak adalah kategori baik tindakan dan status kebersihan gigi dan mulut
dengan status kebersihan rongga mulut dengan diperoleh hasil analisis statistik dengan
kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap menggunakan uji Spearman Rho didapatkan hasil
yang sedang pada perokok belum tentu disertai nilai signifikan yang dihasilkan lebih rendah dari
dengan perilaku yang baik dalam memelihara standar. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
kebersihan gigi dan mulut. yang bermakna antara tindakan dan status
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang kebersihan gigi dan mulut pada siswa perokok
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau SMA/Sederajat di Banjarbaru. Tindakan
objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi responden yang mayoritas berkategori sedang
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari seiring dengan status kebersihan rongga mulut
perilaku yang tertutup, sikap secara nyata yang sedang pula. Praktik pemeliharaan kesehatan
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi gigi dan mulut yang terdiri dari menggosok gigi,
yang bersifat emosional terhadap stimulus.15 Sikap pemeriksaan serta pembersihan karang gigi
merupakan suatu evaluasi yang positif dan negatif, (calculus) rutin setiap 6 bulan sekali,
serta melibatkan emosional seseorang dalam memperhatikan endapan lengket pada permukaan
menanggapi objek sosial, artinya bila hasilnya gigi dan lain sebagainya sangat dipengaruhi oleh
positif maka seseorang akan cenderung mendekati faktor pengetahuan juga sikap responden untuk
objek, dan sebaliknya bila sikapnya negatif mengurangi pembentukan plak. Usaha untuk
cenderung menjauhi objek. Sikap merupakan mengontrol dan mencegah pembentukan plak dapat
kecenderungan yang belum disertai tindakan nyata dilakukan secara sederhana, efektif dan praktis
terhadap pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.13 yaitu dengan menggosok gigi secara benar dan
Sikap tentang pengaruh kesehatan gigi dan rutin.19 Tindakan mengenai kunjungan rutin ke
mulut dengan status kesehatan secara keseluruhan, dokter gigi perlu dilakukan untuk menciptakan
menggosok gigi yang baik dan benar, serta kontak dan ikatan kepercayaan dengan dokter gigi,
kunjungan rutin ke dokter gigi berhubungan sehingga diharapkan terbentuk kesadaran, sikap
dengan status kebersihan rongga mulut perokok. dan perilaku yang positif.19
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa
oleh Tjahja dan Lely (2012) yang menyatakan tindakan atau praktik adalah realisasi dari
bahwa kebersihan gigi dan mulut ada hubungannya pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan
dengan pengetahuan dan sikap responden di nyata.15 Pengetahuan responden yang baik dan
beberapa Puskesmas Propinsi Jawa Barat.16 Seiring dilandasi sikap yang mendukung terhadap praktik
dengan penelitian tersebut, penelitian yang yang baik maka akan mempunyai kecendrungan
dilakukan oleh Purwoko (2013) di Surakarta dapat lebih baik dalam melakukan tindakan
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap
Sodri: Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Kesehatan Gigi Dan Mulut 38

pencegahan penyakit gigi dan mulut.18 Penelitian without Dentifrice: A Randimize Controlled
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Clinival Trial. 2012;23(3): 235-240.
Yusuf (2012) yang menyatakan bahwa terdapat 8. 8. Alamsyah. Faktor - faktor yang
hubungan antara perilaku kesehatan gigi mempengaruhi kebiasan merokok dan
masyarakat dengan tingkat kebersihan gigi dan hubunganya dengan status penyakit
mulut di Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. 20 periodontal remaja di Kota Medan Tahun
Hal ini disebabkan oleh tingkat kesadaran penuh 2007. Tesis. Medan : Universitas Sumatra
responden menyangkut kesehatan gigi dan mulut Utara; 2009. Hlm.69.
yang berdampak terhadap status kebersihan gigi 9. Modupe OA, Olufunmilayo, Fawole,
dan mulutnya. Tindakan responden menentukan Elizabeth D, and Opeodu. A Comparative
kebiasaan responden dalam menjaga kebersihan Study of the Oral Hygiene Status of Smoker
gigi dan mulut sehari-hari. Semakin positif and non-Smoker in Ibadan, Oyo State.
tindakan responden dalam menjaga kebersihan Nigerian Medical Journal. 2013;56(4):240-
mulutnya maka status kebersihan mulutnya juga 243.
membaik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat 10. Aritonang TR.Hubungan Kebiasaan
hubungan yang signifikan antara pengetahuan, Menyikat Gigi pada Laki-laki Perokok Usia
sikap dan tindakan kesehatan gigi dan mulut 25-45 Tahun terhadap Kejadian Gingivitis di
dengan status kebersihan rongga mulut perokok. RW 013 Aren Jaya Bekasi Timur Tahun
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai 2011. Karya Tulis Ilmiah. Bekasi : Stikes
pengetahuan, sikap dan tindakan, maka status Medistra Indonesia; 2011. Hlm. 9.
kebersihan rongga mulutnya akan semakin baik. 11. Cohen AR, Bloom B, Adam F, Smimile C.
Smoking and Oral Health in Dentate Adult
DAFTAR PUSTAKA aged 18-64. NCHS Data Brief; 2012.p.1-8.
12. Basuni, Cholil, Putri DK. Gambaran indeks
1. Eriksen, M., Mackay, J., & Ross, H. The
kebersihan mulut berdasarkan tingkat
Tobacco Atlas. 4th ed. Atlanta: the American
pendidikan masyarakat di desa Guntung
Cancer Society; 2012. p. 21.
Ujung Kabupaten Banjar. Dentino Jurnal
2. Diba CM, Bany ZU, dan Sunati. Hubungan
Kedokteran Gigi. 2014;11(1): 18-23.
Tingkat Pengetahuan Dampak Merokok
13. Rahayu C, Widiati S, Widyanti N.
Terhadap Kesehatan Ronga Mulut Dengan
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan
Status Kebersihan Ronga Mulut (Remaja
Perilaku terhadap Pemeliharaan Kebersihan
Desa Cot Mesjid Kecamatan Lueng Banda
Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan
Aceh). Jurnal Caninus Dentistry.
Periodontal Pra Lansia di Posbindu
2016;1(2):12-19.
Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
3. Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi
Maj Ked Gigi. 2014;21(1): 27-32.
Kalimantan Selatan. Badan Penelitian dan
14. Ramadhan, AG.Serba Serbi Kesehatan Gigi
Pengembangan Kesehatan Departemen
dan Mulut. Jakarta Selatan : Bukune.
Kesehatan RI;2013. Hlm.153.
2012.Hlm.27.
4. Rizkia A. Pengaruh MerokokTerhadap
15. Notoadmodjo S. Promosi Kesehatan dan
Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut. Majalah
ilmu perilaku. Jakarta: Rinneka Cipta;
Sultan Agung; 2017. Hlm.10.
2007.Hlm.133-148.
5. Singh M, Navin AI., Navpreet K, Pramod Y,
16. N Tjahja I, Ghani L. Status kesehatan gigi
Ekta I. Effect of Long-term Smoking on
dan mulut ditinjau dari faktor individu
Salivary Flow Rate and Salivary pH. Journal
pengunjung Puskesmas DKI Jakarta Tahun
of Indian Associatio of Public Health
2007. Bul. Peneliti Kesehatan. 2010;38(2):
Dentistry. 2015;13(1):11-13.
52-66
6. Warnakulasuriya S., Dietrich T., Bornstein.
17. Purwoko. Hubungan pengetahuan dan sikap
Oral Health Risk of Tobbaco Use and Effect
dengan status kesehatan gigi pada anak usia
of Cessation. International Dental
sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas
Journal.2010;60(3): 7-30.
Sawit I. Tesis. Surakarta: Program
7. Zanatta F, Antoniazzi, Tinto TMP, Rosing
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
C. Supragingival Plaque Removal with and
Surakarta; 2013. Hlm.56-59
39 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 32 - 39

18. Irmania W, Bagoes W, Syamsul H.


Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi terhadap
Plak Gigi Pada Siswa Kelas IV dan V di
SDN Wilayah Kecamatan Gajahmungkur
Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia. 2013;8(1): 59-68.
19. Sihite, Jesica N. Hubungan Perilaku
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut
Dengan Pengalaman Karies Dan Indeks Oral
Higiene Pada Murid SMP Tahun 2011.
Medan:Fakultas dokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara; 2011.Hlm.58-59.
20. Yusuf W. Hubungan perilaku
masyarakatdengan tingkat kebersihan gigi
dan mulut di puskesmas Blang Bintang Aceh
Besar. Karya Tulis Ilmiah: Fakultas
Kedokteran GigiUniversitas Syaih Kuala;
2012.Hlm.5-7.
40

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

EFEK EKSTRAK JAHE PUTIH KECIL 70% TERHADAP NILAI KEKERASAN


BASIS RESIN AKRILIK

Aserina Julianti Dwimartha1, Debby Saputera2, Titis Fitri Wijayanti3.


Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT
Background : The hardness of denture base can be affected by the way a patient cleans the denture, one of
them is the selection of denture cleansers. The alternative using natural ingredients currently developed in
order to minimize side effects arising from synthetic materials. Small ginger is one of the medicinal plants also
known have antifungal activity that can be used as denture cleanser. Purpose: The research purpose is to know
the change of hardness acrylic resin after being immersed in 70% small ginger for 1 day 21 hours and 40
minutes. Method: This research is pure experimental research by pre-test and post-test with control group
design using 21 specimens cylindrical heat cured acrylic resin with 30 mm diameters and 5 mm thickness which
divided into three groups: 70% small ginger extract (experimental), alkaline peroxide (positive control) and
akuades (negative control). Result: The hardness was measured before and after immersion using Vicker
Hardness Tester. The average value of heat cured acrylic hardness change after immersion in the small ginger
extract 70%, alkaline peroxide and aquades were (0,24), (0,24) and (0,15), respectively. Data were statistically
analyzed by parametric test One Way ANOVA and Pos HOC LSD Test. Conclusion: There was no difference of
hardness change between small ginger extract 70% with alkaline peroxide solution as denture cleanser, but
there was difference of hardness change between small ginger extract 70% with aquades for 1 day 21 hours 40
minutes.

Keywords: acrylic resin base, small ginger, hardness.

ABSTRAK
Latar Belakang: Kekerasan basis gigi tiruan dapat dipengaruhi cara pasien membersihkan gigi tiruan salah
satunya pemilihan pembersih gigi tiruan. Alternatif saat ini dikembangkan bahan alami untuk meminimalisir
efek samping yang ditimbulkan dari bahan sintetik. Jahe putih kecil adalah tanaman obat yang memiliki
aktivitas antifungal yang dapat digunakan sebagai pembersih gigi tiruan. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perubahan kekerasan resin akrilik setelah direndam dalam jahe putih kecil 70% selama 1 hari 21
jam 40 menit. Metode dan bahan: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan pretest and
posttest with control group design, menggunakan 21 spesimen resin akrilik heat cured berbentuk silinder
diameter 30 mm dan tebal 5 mm yang dibagi ke dalam 3 kelompok: ekstrak jahe putih kecil 70% (perlakuan),
alkaline peroxide (kontrol positif) dan akuades (kontrol negatif). Hasil penelitian: Uji kekerasan dilakukan
menggunakan Vicker Hardness Tester. Rerata nilai perubahan kekerasan resin akrilik tipe heat cured setelah
direndam dalam kelompok ekstrak jahe putih kecil 70%, alkaline peroxide dan akuades berturut-turut sebesar
(0,24) (0,24) dan (0,15). Data dianalisis secara statistik menggunakan uji parametrik One Way ANOVA dan uji
Post Hoc LSD. Kesimpulan: Hasil penelitian tidak terdapat perbedaan kekerasan antara ekstrak jahe putih kecil
70% dengan larutan alkaline peroxide sebagai denture cleanser setelah dilakukan perendaman selama 1 hari 21
jam 40 menit.
41 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 40 - 44

Kata-kata kunci: resin akrilik, jahe putih kecil, kekerasan.

Korespondensi: Aserina Julianti Dwimartha, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Lambung Mangkurat, Jalan veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: aserinajd@yahoo.co.id.

PENDAHULUAN Nilai dari suatu kekerasan, sering disebut sebagai


Populasi penuaan di dunia menjadi tantangan angka kekerasan tergantung pada metode yang
bagi dokter gigi dalam memberikan perawatan digunakan untuk evaluasi. Umumnya, angka
mulut bagi orang-orang kelompok usia lanjut kekerasan yang rendah menunjukkan kelemahan
terutama bagi pengguna gigi tiruan. Dokter gigi suatu benda dan begitu juga sebaliknya6 .
seringkali mendapat permintaan dari pasien dengan Alternatif saat ini dikembangkan bahan-bahan
finansial yang terbatas untuk membuat gigi tiruan. alami untuk meminimalisir efek samping yang
Basis gigi tiruan yang dianjurkan adalah ditimbulkan dari bahan sintetik dan menekan biaya
Polymethyl methacrylate (PMMA) jenis heat cured, salah satunya yaitu jahe putih kecil. Jahe putih
karena ekonomis, tidak bersifat toksik, tidak kecil merupakan tanaman obat yang memiliki
mengiritasi, tidak larut dalam cairan rongga mulut, aktivitas antifungal yang dapat menghambat
memiliki estetik yang baik, mudah dimanipulasi, pertumbuhan jamur dan mudah ditemui karena jahe
mudah direparasi, sangat kecil kemungkinan terjadi putih kecil dapat tumbuh dengan baik pada iklim di
perubahan dimensi dan dapat berfungsi pada beban Indonesia. Tanaman ini memiliki senyawa fenol
pengunyahan yang besar. Basis gigi tiruan harus yang menyebabkan kerusakan kimia yang dapat
dirawat untuk menjaga kebersihan gigi tiruan1,2. merusak permukaan resin akilik berupa retakan
Cara membersihkan gigi tiruan yang kurang mikro yang tersebar secara acak dan menimbulkan
tepat memicu penumpukan jamur Candida albicans penurunan kekerasan pada permukaan resin
yang menyebabkan penyakit rongga mulut seperti akrilik7,8. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian
denture stomatitis. Solusi membersihkan gigi tiruan ini untuk mengetahui perbedaan kekerasan
agar maksimal dilakukan dengan cara merendam permukaan plat akrilik tipe heat cured pada
gigi tiruan di dalam larutan sintetik. Bahan kimia perendaman ekstrak jahe putih kecil 70% dengan
untuk membersihkan gigi tiruan memiliki alkaline peroxide sebagai denture cleanser.
kelebihan yaitu mudah dan efektif dalam
mengurangi pembentukan biofilm, aman untuk BAHAN DAN METODE
menghapus noda, plak dan debris dari permukaan Penelitan ini diawali dengan pembuatan surat
gigi protesa serta diharapkan tidak menyebabkan izin penelitian dan ethical clearance yang
perubahan dimensi, praktis serta kompatibel diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
terhadap bahan dasar gigi tiruan. Pembersih gigi Universitas Lambung Mangkurat No. 012/KEPKG-
tiruan sintetis yang umum digunakan adalah FKGULM/EC/VIII/2017. Penelitian ini merupakan
alkaline peroxide1,3. penelitian true eksperimental pretest and posttest
Alkaline peroxide tablet yang dicampur dengan with control group design. Penelitian ini Sampel
air akan menghasilkan H2O2 (hydrogen peroxide) pada penelitian ini menggunakan resin akrilik tipe
dan alkali. Resin akrilik memiliki sifat menyerap heat cured dengan ukuran yang berdiameter 30 mm
air melalui proses difusi yang menyebabkan dan tebal 5 mm berdasarkan spesifikasi ISO 1567 :
molekul larutan menempati di antara rantai polimer 1999 serta memiliki permukaan yang rata, tidak
Polymethyl methacrylate (PMMA) yang porus dan halus. Sampel yang digunakan berjumlah
menyebabkan rantai polimer terganggu dan 7 sampel masing-masing perlakuan. Total sampel
terpisah. Pemisahan rantai polimer menyebabkan berjumlah 21 sampel dengan teknik pengambilan
efek terhadap kekerasan resin akrilik1,4,5. sampel menggunakan simple random sampling
Kekerasan adalah indeks kemampuan bahan yang terdiri dari 3 kelompok perlakuan. Pada
untuk menolak abrasi. Resin harus memiliki sifat kelompok I : resin akrilik direndam dalam ekstrak
mekanik yang memadai dan adhesi yang kuat jahe putih kecil 70%; Kelompok II : resin akrilik
sebagai basis gigi tiruan untuk mencegah kerusakan direndam dalam alkaline peroxide; Kelompok III :
yang sering terjadi. Tes yang digunakan untuk resin resin akrilik direndam dalam akuades.
menentukan kekerasan permukaan, sebagian besar Pembuatan sampel basis resin akrilik tipe heat
berdasarkan pada kapasitas permukaan material cured dengan diameter 30 mm dan tebal 5 mm
untuk menahan penetrasi di bawah beban tertentu. sesuai spesifikasi ISO 1567 : 1999 sebanyak 7
Dwimartha: Efek Ekstrak Jahe Putih Kecil 70% Terhadap Nilai Kekerasan Basis Resin Akrilik 42

sampel per kelompok. Basis resin akrilik tipe heat Tabel 1. Tabel nilai rata-rata (mean) dan standar
cured diinkubasi dalam suhu 37° di dalam larutan deviasi kekerasan resin akrilik tipe heat
salin untuk mengkondisikan keadaan di dalam cured
rongga mulut, dengan waktu 24 jam. Kemudian
basis resin akrilik tipe heat cured dikeluarkan dari Kelompok Mean ± SD
inkubator dan dilanjutkan proses indentasi
Ekstrak Jahe Putih
sebanyak 3 kali menggunakan alat Vicker Hardness 0,24 ± 0,06
Kecil 70%
Testing Machine dengan beban 25 gF selama 30
detik tiap sampel dan diambil rata-ratanya. Alkaline Peroxide 0,24 ± 0,05
Selanjutnya basis resin akrilik tipe heat cured
direndam dalam ekstrak jahe putih kecil 70% Akuades 0,15 ± 0,03
(kelompok perlakuan), alkaline peroxide
(kelompok kotrol positif), dan akuades (kelompok
kontrol negatif) selama 1 hari 21 jam 40 menit dan
dibilas menggunakan akuades. Kemudian basis Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-Wilk
resin akrilik tipe heat cured diuji kembali semua kelompok mendapatkan p>0,05 yang berarti
kekerasannya sebanyak 3 kali pada tiap sampel dan data terdistribusi normal. Analisis data dilanjutkan
diambil rata-ratanya. dengan uji homogenitas dengan Levene’s test untuk
mengetahui varian atau homogenitas kelompok.
HASIL PENELITIAN Hasil uji homogenitas menunjukkan nilai p=0,317
Nilai rata-rata penurunan kekerasan resin (p>0,05) yang berarti data bersifat homogen.
akrilik sesudah perendaman pada masing-masing Semua data terdistribusi normal dan homogen,
kelompok dapat dilihat pada gambar 1. sehingga dilanjutkan uji parametrik One Way
Anova.
Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan
nilai p=0,003 (p<0,05) yang artinya terdapat
perbedaan nilai kekerasan resin akrilik tipe heat
cure pada perendaman akuades, jahe putih kecil
70% dan alkalin peroxide. Uji lanjutan dilakukan
dengan menggunakan uji Post Hoc LSD yang
menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok
perlakuan. Hasil uji Post Hoc LSD secara lengkap
dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Post HOC LSD dari nilai


kekerasan resin akrilik tipe heat cured

Gambar 1. Gambar penurunan kekerasan resin Nilai p


akrilik tipe heat cured
Jahe Putih Alkaline
Akuades
Hasil pengukuran didapatkan rerata perubahan Kecil 70% Peroxide
nilai kekerasan resin akrilik dengan perendaman Jahe Putih -
0.957 0.003*
akuades sebagai kontrol (0,15 VHN) lebih rendah Kecil 70%
dibandingkan dengan ekstrak jahe putih kecil 70% Alkaline 0.957
(0,24 VHN) dan alkaline peroxide (0,24 VHN). - 0.002*
Peroxide
Akuades 0.003* 0.002* -
Nilai rata-rata kekerasan resin akrilik pada
Ket: *terdapat perbedaan yang bermakna
masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel
1. Pada tabel 2 didapatkan hasil perendaman
menggunakan ekstrak jahe putih kecil 70%
dibandingkan dengan kelompok perendaman
menggunakan alkaline peroxide tidak terdapat
perbedaan (p=0.957). Kelompok perendaman
43 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 40 - 44

menggunakan ekstrak jahe putih kecil memaksa ikatan polimer berjauhan sehingga
dibandingkan dengan kelompok perendaman menyebabkan ekspansi matriks3,5,10.
menggunakan akuades terdapat perbedaan yang Ekstrak jahe putih kecil memiliki kandungan
bermakna (p=0.003). Kelompok perendaman minyak atsiri, zingiberen, geraniol, farnesen, dan
menggunakan alkaline peroxide dibandingkan oleoresin dari rimpang jahe memiliki kandungan
dengan kelompok perendaman menggunakan aktif gingerol, shogaol dan zingeron yang
akuades terdapat perbedaan yang bermakna merupakan komponen fenolik. Senyawa fenol yang
(p=0.002). berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan
kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik.
Tabel 3. Hasil Uji T-test dari nilai kekerasan resin Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran
akrilik tipe heat cured pada permukaan resin akrilik sehingga dapat
menyebabkan retak atau crazing dan menyebabkan
OHI-S penurunan kekerasan. Senyawa fenol dapat
Kel Sig.
Sebelum Sesudah Diff. berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai
Akuades 19,67 19,52 0,15 0,000* menyebabkan perusakan kimiawi resin akrilik.
Jahe Pada penelitian didapatkan penurunan kekerasan
putih akrilik sebesar 0,24 VHN setelah dilakukan
18,66 18,41 0,24 0,000*
kecil perendaman pada ekstrak jahe putih kecil 70%. Hal
70% ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Alkaline Puspitasari, 2014 yang melakukan perendaman
18, 60 18,36 0,24 0,000*
peroxide akrilik menggunakan ekstrak seledri (Apium
Ket: *terdapat perbedaan yang bermakna Graveolens L.) bahwa kandungan fenol dapat
menyebabkan penurunan kekerasan akrilik9.
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
Menurut Shen, fenol dapat meningkatkan berat
perendaman dalam akuades, ekstrak jahe putih
resin akrilik karena adanya penyerapan air dan
kecil 70% dan Alkaline peroxide mengalami
mempengaruhi struktur permukaan resin akrilik
penurunan kekerasan yang bermakna sesudah
secara kimiawi. Senyawa fenol dapat diserap oleh
dilakukan perendaman.
permukaan resin akrilik dan menyebabkan
PEMBAHASAN permukaan resin akrilik menjadi mengembang dan
Hasil pengujian masing-masing kelompok lunak. Fenol dapat berpenetrasi ke dalam lempeng
perendaman resin akrilik tipe heat cured pada resin akrilik dan terjadi pemutusan rantai panjang
kelompok ekstrak jahe putih kecil 70%, alkaline polimer resin akrilik. Ikatan antar molekul menurun
peroxide dan akuades mengalami penurunan sehingga menurunkan kekerasan resin akrilik
kekerasan setelah dilakukan perendaman. Pada terjadi adalah kelarutan beberapa bahan pengisi.
tabel 2 hasil uji Post Hoc LSD menunjukkan dan menurut Othmer, fenol dapat melarutkan
adanya perbedaan bermakna antara alkaline polimer pada suhu kamar 7,10,11.
peroxide dan ekstrak jahe putih kecil 70% dengan Kekerasan standar resin akrilik adalah sebesar
akuades dan tidak adanya perbedaan antara 20 VHN. Resin akrilik memiliki satu sifat yaitu
perendaman ekstrak jahe putih kecil 70% dan yang mudah menyerap cairan yang didukung oleh
alkaline peroxide. Hal tersebut dihubungkan pernyataan Annusavice bahwa resin akrilik akan
dengan adanya kandungan bahan aktif yang mengalami kejenuhan bila direndam dalam air.
dimiliki alkaline peroxide dan ekstrak jahe putih Penyerapan air oleh resin akrilik polimerisasi panas
kecil 70% dan larutan akuades memiliki kandungan dapat mempengaruhi sifat kekerasan resin akrilik.
murni H2O yang tidak memiliki larutan zat aktif Pada gambar 1 pada perendaman akuades
untuk mempercepat pemutusan rantai polimer5,9. didapatkan penurunan kekerasan resin akrilik
Penurunan kekerasan resin akrilik yang sebesar 0,15 VHN dan memiliki perbedaan
direndam dalam alkaline peroxide selama 1 hari 21 bermakna saat dilakukan uji T-Test. Hal tersebut
jam 40 menit mengalami penurunan kekerasan sejalan dengan hasil penelitian yang telah
sebesar 0,24 VHN dikaitkan dengan penyerapan dilakukan Rini Defika, 2011 yang merendam
desinfektan kimia ke dalam rantai struktur polimer akrilik menggunakan akuades sebagai perendaman
oleh resin akrilik yang memiliki sifat porositas dan kontrol negatif, bahwa setelah dilakukan
menyerap air. Molekul pelarut yang masuk akan perendaman mengalami penurunan kekerasan.
Dwimartha: Efek Ekstrak Jahe Putih Kecil 70% Terhadap Nilai Kekerasan Basis Resin Akrilik 44

Bahan berbahan dasar polimer dapat menyerap air Edisi 10. Jakarta EGC Penerbit Buku
ke dalam matriks melalui suatu proses difusi Kedokteran; 2003. Hlm. 31-216.
terkontrol. Akibatnya, kekuatan dari ikatan 6. Consani R.L.X, Maria G.R. Pucciarelli,
menurun sehingga polimer menjadi lebih lunak, Marcelon F.M, Moises C.F, Nogueira,
pelunakan matriks segera terjadi setelah adanya Valantim A.R.B. Polymerization Cycles On
penyerapan air sehingga kekerasan menurun. Hardness and Surface Gloss of Denture
Menurut Nihei, resin akrilik yang direndam dalam Bases. International Journal of
air dapat menyerap molekul air. Resin mampu Contemporary Dental and Medical Reviews.
menyerap air sebab matriks resin bersifat hidrofilik, 2014. p. 1-6.
gugus fungsional dari matriks resin yaitu gugus 7. Putri R.D, Viona D, Iin S, Pengaruh Kopi
hidroksi, eter dan ester memiliki afinitas tinggi Aceh Ulee Kareng Terhadap Kekerasan
terhadap H2O5,7,10,12,13. Basis Gigitiruan Resin Akrilik. Dentofasial.
Berdasarkan teori degradasi matriks, resin yang 2011; 10(3):135-139.
direndam dalam air akan menyerap molekul air, 8. Santoso H.D, Budiarti L.Y, Carabelly A.N.
dan air akan berpenetrasi ke dalam ruang Perbandingan aktivitas antijamur ekstrak
intermolekuler rantai polimer dan menempati posisi jahe putih kecil (Zingiber officinale var
di antara rantai polimer yang mengakibatkan rantai Amarum) 30% dengan Clorhexidine
polimer terdesak dan memisah sehingga interaksi glukonat 0,2% terhadap Candida albicans in
polar menurun. Hal ini menyebabkan jarak antar vitro. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2014;
rantai polimer meningkat, terjadi ekspansi matriks, 2(2):125-129.
kemudian matriks melunak sehingga terjadi 9. Puspitasari D, Saputera D, Anisyah R.N.
penurunan kekerasan. Pada uji kekerasan resin Perbandingan Kekerasan Resin Akrilik Tipe
akrilik heat cured sebelum perendaman dan Heat Cured Pada Perendaman Larutan
sesudah perendaman pada tabel 3 yang dilakukan Desinfektan Alkalin Peroksida Dengan
dengan uji T-test terdapat perubahan kekerasan. Ekstrak Seledri (Apium Graveolens L.) 75%.
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perubahan ODONTO Dental Journal. 2016; 3(1).
kekerasan resin akrilik setelah direndam dalam jahe 10. Pribadi S.B, Moh. Y, Titien H.A. Perubahan
putih kecil 70% selama 1 hari 21 jam 40 menit. Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Dalam Perendaman Larutan Cuka
DAFTAR PUSTAKA Apel. Dentofasial. 2010; 9(1):13-20.
11. Fathona D. Kandungan Gingerol dan
1. Jain S.G, Dilip M, Amol K, Pooja P.
Shogaol,Intensitas Kepedasan dan
Denture Cleansers: A Review. IOSR Journal
Penerimaan Panelis Terhadap Oleorisin Jahe
of Dental and Medical Sciences (IOSR-
Gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), Jahe
JDMS). 2015; 14(2):94-96.
Emprit (Zingiber officinale var. Amarum),
2. Satriyani H, Lakshmi A.L, Antonia T. Efek
dan Jahe Merah (Zingiber officinale var.
Antijamur Minyak Atsiri Jahe Putih Kecil
Rubrum). Skripsi. Bogor : Institut Pertanian
(Zingiber Officinale Var Amarum Terhadap
Bogor; 2011. Hlm. 3-9.
Candida Albicans). Indonesian Journal of
12. John F.M, Angus W.G.W. Applied Dental
Dentistry. 2007; 14(3):210-215.
Materials. 9th edition. Blackwell Publishing
3. Atmaja W.D. Kulit Buah Kakao (Theobroma
Ltd; 2008. p. 12-14.
kakao L) Sebagai Bahan Pembersih Gigi
13. Manappallil J.J. Basis Dental Material. 4th
Tiruan dan Mencegah Candida Albicans
edition. Jaypee Brothers Medical Publishers;
pada Basis Plat Akrilik. Junal Kedokteran
2016. p. 540-552.
Gigi UNEJ. 2015;12(2):46-50.
4. Chittaranjan B, Taruna, Sudhir, Bharath.
Material and Methods for Cleaning
Dentures. 2011; 3(1) : 423-426.
5. Annusavice KJP. Buku Ajar Bahan
Kedokteran Gigi. Susi purwoko (editor).
45

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

PERBANDINGAN INDEKS KARIES DMF-T BERDASARKAN JUMLAH


KANDUNGAN FLUOR AIR GUNUNG DI KABUPATEN BALANGAN DENGAN
AIR SUNGAI DI BANJARMASIN

(Tinjauan Pada Siswa Kelas 1 SMPN 2 Awayan di Tebing Tinggi dan Siswa Kelas 1 SMPN 15
Banjarmasin)

Fitria Ihsanti1, Widodo2, Isnur Hatta3


1
Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
2
Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin-Indonesia

ABSTRACT
Background: Caries is a disease in the oral cavity that affects the hard tissues of teeth, enamel, dentine
and cementum that occur due to the presence of bacteria. The caries risk factor is one of the less fluorine use.
Fluor is very necessary for the teeth because it can protect the enamel and dentin against the acidic substances
so as to avoid the caries. Fluor is available in considerable quantities in the world. Any place that has a
fluorine content varies. Purpose: Analyze the comparison of caries index DMF-T based on the amount of
airborne fluorine content in Tebing Tinggi and kuin river air in Banjarmasin. Method: The method used
analytic observational with cross-sectional design. The sample of the study chapter 52 respondents in each
region. Result: Mann-Whitney analysis result on DMF-T score shows sig value. ie 0.000 <0.05, which means
the difference between DMF-T grade SMP grade 1 Tebing Tinggi in Balangan Regency with DMF-T score of
grade 1 junior high school students in Banjarmasin. Mann-Whitney analysis results on the amount of fluorine
content showed sig value. ie 0.115> 0.05 which means there is no difference between the amount of fluorine
content of mountain water with the amount of fluorine content of river water. Conclusion: The DMF-T index of
grade 1 students of SMPN 2 Awayan Tebing Tinggi was lower than that of grade 1 students of SMPN 15
Banjarmasin and for the amount of water fluorine content of the mountain is lower than the river water.

Keywords: DMF-T index scores, mountain water, river water, the amount of fluoride content.

ABSTRAK
Latar belakang: Karies merupakan suatu penyakit di dalam rongga mulut yang mengenai jaringan
keras gigi seperti, enamel, dentin dan sementum yang terjadi akibat adanya interaksi bakteri pada permukaan
gigi sehingga mengalami kerusakan jaringan keras. Faktor risiko karies salah satunya adalah penggunaan
fluor yang kurang. Fluor sangat diperlukan untuk gigi karena dapat melindungi enamel dan dentin terhadap
zat asam sehingga terhindar dari karies. Fluor tersedia dengan jumlah cukup besar di dunia. Setiap tempat
secara geografis yang berbeda memiliki kandungan fluor berbeda-beda pula. Tujuan: Menganalisis
perbandingan indeks karies DMF-T berdasarkan jumlah kandungan fluor air gunung di Tebing Tinggi dan air
sungai kuin di Banjarmasin. Metode: Jenis penelitian menggunakan metode penelitian analitik observasional
yang menggunakan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 52 responden pada masing-masing
daerah. Hasil: Hasil analisis Mann-Whitney pada skor DMF-T menunjukkan nilai sig. yaitu 0,000 < 0,05 yang
Ihsanti: Perbandingan Indeks Karies Dmf-T Berdasarkan Jumlah Kandungan Fluor Air Gunung 46

berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor DMF-T siswa SMP kelas 1 Tebing Tinggi di
Kabupaten Balangan dengan skor DMF-T siswa kelas 1 SMP di Banjarmasin. Hasil analisis Mann-Whitney
pada jumlah kandungan fluor menunjukkan nilai sig. yaitu 0,115 > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara jumlah kandungan fluor air gunung dengan jumlah kandungan fluor air
sungai. Kesimpulan: Indeks DMF-T siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan Tebing Tinggi lebih rendah dibandingkan
dengan siswa kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin dan untuk jumlah kandungan fluor air gunung lebih rendah dari
pada air sungai.

Kata-kata kunci: air gunung, air sungai, indeks DMF-T, jumlah kandungan fluor.

Korespondensi: Fitria Ihsanti, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung
Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: Fitriaihsanti20@gmail.com

PENDAHULUAN tahun mempunyai masalah kesehatan yang cukup


Karies gigi umumnya dikenal sebagai tinggi yaitu sebesar 24,8% di Indonesia.5,6
kerusakan gigi yang terjadi jika gigi mengalami Salah satu mikromineral yang sangat
pembusukan yang disebabkan oleh karbohidrat dibutuhkan oleh tubuh manusia adalah fluor,
yang bersumber dari suatu makanan sehingga dapat khususnya tulang dan gigi. Gigi sangat
difermentasikan oleh bakteri menjadi asam.1 memerlukan ion fluor karena fluor dapat
Karies gigi merupakan suatu proses terjadinya melindungi enamel dan dentin terhadap zat asam
kerusakan pada permukaan gigi yang disebabkan sehingga terhindari dari karies. Fluor tersedia
karena adanya sisa-sisa makanan yang menempel dengan jumlah cukup besar di dunia. Setiap tempat
pada gigi sehingga terjadi pengapuran gigi dan gigi secara geografis yang berbeda memiliki kandungan
menjadi keropos hingga berlubang. 2 Karies gigi fluor berbeda-beda pula, hal ini terjadi karena fluor
termasuk penyakit terbanyak diderita oleh anak- dipengaruhi oleh musim, karakteristik geologi, zat
anak dan dewasa. Karies juga juga termasuk kima dan fisik akuifer. Salah satu sumber asupan
sebagai penyakit multifaktorial karena disebabkan fluorida yang tinggi adalah air. Jumlah kandungan
oleh beberapa faktor. Empat faktor utama seperti fluor yang tinggi ditemukan di dataran tinggi
mikroorganisme, substrat, host dan waktu, berperan seperti di pegunungan. Air tanah yang dalam dan
aktif dalam proses terjadinya karies. Faktor risiko pada mata air biasanya memiliki kualitas air yang
karies adalah hubungan sebab akibat terjadinya baik, hampir semua sumber atau persediaan air di
karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai dalam tanah mengandung ion fluorida, meskipun
faktor risiko adalah penggunaan fluor, oral hygiene, dengan jumlah kandungan yang berbeda-beda.3,7,8,9
jumlah bakteri, saliva, kebiasaan makan, kondisi Kabupaten Balangan terletak dibagian utara
kesehatan umum, serta faktor risiko demografi atau Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Balangan
faktor modifikasi karies, seperti umur, jenis terletak pada ketinggian antara 25 hingga 100
kelamin, riwayat sosial.3,4 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Balangan
Masalah kesehatan pada gigi dan mulut telah memiliki banyak kecamatan salah satunya yaitu
mengalami peningkatan pada negara berkembang Kecamatan Tebing Tinggi. Kecamatan Tebing
termasuk di Indonesia yaitu sebesar 25,9%. Tinggi ini terletak di daerah dataran tinggi dengan
Kalimantan Selatan memiliki penduduk dengan luas wilayahnya 257,25 km. Pada Kecamatan
masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 36,1%. Tebing Tinggi ini terdapat SMPN 2 Awayan yang
Banjarmasin merupakan kota dengan penduduk terletak di atas gunung yaitu di Gunung Batu Raya
yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut Desa Sungsum. Banjarmasin merupakan Ibukota
yang cukup tinggi setelah Barito Kuala dengan Provinsi di Kalimantan Selatan yang memiliki
persentase sebesar 38,2%, sedangkan untuk indeks banyak sungai. Sungai di Banjarmasin ini
karies DMF-T di Banjarmasin sebesar 5,54. digunakan sebagai salah satu sumber daya
Penduduk di daerah Kabupaten Balangan alamnya. Kota Banjarmasin terletak pada
menduduki urutan ketiga dengan masalah ketinggian 0,16 m di bawah permukaan laut. Kota
kesehatan gigi dan mulut dengan persentase 35,2%, Banjarmasin pertama kali dibangun di daerah
sedangkan untuk indeks karies DMF-T di daerah muara tepian Sungai Kuin dan Alalak. Sungai Kuin
tersebut sebesar 8,59. Anak - anak dengan umur 12 merupakan sungai yang terletak di daerah Kuin di
47 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 45 - 50

Banjarmasin. Sebagian masyarakat yang tinggal rahang atas lalu ke anterior kiri rahang atas dan ke
dekat dengan sungai Kuin ini biasanya masih posterior kanan rahang atas. Pada penelitian ini
banyak yang menggunakan air sungai sebagai karies klinis merupakan suatu tingkatan dari karies
keperluan sehari-hari. Di daerah Sungai Kuin ini gigi, apabila pada saat dilakukan pemeriksaan
terdapat SMPN 15 Banjarmasin yang memiliki dengan menggunakan sonde, sonde tersebut akan
lokasi dekat dengan sungai yaitu di jalan Kuin tersangkut pada lubang yang terbentuk. Hasil
Utara.10,11 pemeriksaan dicatat pada lembar pengisian DMF-T
Secara geografis penduduk yang letak tempat yang sudah tersedia.
tinggalnya berbeda-beda mempunyai tingkat risiko Pengambilan sampel air gunung dan air sungai
karies yang berbeda pula jika dihubungkan dengan untuk mengukur jumlah kandungan fluor diambil
jumlah kandungan fluor air gunung dan air sungai disekitar lingkungan siswa-siswi tersebut tinggal.
yang digunakan masyarakat sebagai keperluan Pengambilan sampel air ini menggunakan botol
sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut, maka plastik yang baru dan steril. Botol plastik tersebut
tujuan penulis ingin menganalisis perbedaan indeks dibilas sebanyak tiga kali dengan sampel air yang
karies DMF-T berdasarkan jumlah kandungan fluor akan diambil. Sampel air diambil sesuai dengan
air gunung Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan keadaan sumber air. Sampel air diambil sebanyak
dengan air Sungai Kuin di Banjarmasin. 50 ml. Botol plastik yang sudah berisi air ditutup
dengan kuat dan rapat. Pengukuran jumlah
BAHAN DAN METODE kandungan fluor air gunung dan air sungai
Penelitian ini diawali dengan pembuatan surat menggunakan metode analisis spektrofotometer dan
izin penelitian dan ethical clearance yang hasil pengukuran jumlah kandungan fluor ini
diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi dinyatakan dalam satuan per part million (ppm).
Universitas Lambung Mangkurat No.048/KEPKG-
FKGULM/EC/IX/2017. Jenis penelitian ini HASIL PENELITIAN
menggunakan metode penelitian analitik Berdasarkan hasil pemeriksaan indeks karies
observasional yang menggunakan desain potong DMF-T yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-
lintang (cross sectional). Sampel diambil dengan rata DMF-T pada siswa pengguna air gunung dan
menggunakan teknik simple random sampling. siswa pengguna air sungai yang ditujukan pada
Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 52 tabel 1.
responden pada masing-masing daerah.
Langkah-langkah penelitian ini dimulai Tabel 1. Rata-rata DMF-T pada Siswa Pengguna
dengan peneliti membagikan lembar data Air Gunung dan Siswa Pengguna
responden untuk mengetahui responden yang Air Sungai.
menggunakan air sumur dan air sungai, kemudian
membagikan informed consent kepada responden Kelompok N ∑ DMF-T Rata-
yang sudah masuk dalam kriteria dan sebagai D M F Rata
persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan indeks DMF-T
karies DMF-T. Memberikan penyuluhan tentang Air 52 35 7 0 0,81
kesehatan gigi dan mulut kepada siswa kelas 1 Gunung
SMPN 2 Awayan Tebing Tinggi di Kabupaten Air 52 109 11 0 2,31
Balangan dan siswa kelas 1 SMPN 15 Sungai
Banjarmasin. Setelah memberikan penyuluhan
dilakukan kegiatan sikat gigi bersama. Prosedur Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa
penelitian selanjutnya adalah pemeriksaan karies nilai rata-rata indeks DMF-T pada siswa kelas 1
DMF-T yang dilihat keadaan gigi geliginya dan SMPN 2 Awayan Tebing Tinggi yang
karies klinis. Pemeriksaan ineks karies DMF-T ini menggunakan air gunung lebih rendah
dilakukan dengan menginstruksikan kepada dibandingkan dengan siswa kelas 1 SMPN 15
responden untuk membuka mulut kemudian Banjarmasin.
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan kaca Data jumlah kandungan fluor yang telah
mulut dan sonde diawali dari sisi sebelah kiri gigi didapatkan dar hasil pemeriksaan di laboratarium
posterior rahang bawah lalu ke anterior dan BBTKLPP Banjarbaru bahwa diperoleh nilai rata-
posterior kanan rahang bawah, gigi posterior kanan rata jumlah kandungan fluor pada masing-masing
Ihsanti: Perbandingan Indeks Karies Dmf-T Berdasarkan Jumlah Kandungan Fluor Air Gunung 48

kelompok, nilai rata-rata jumlah kandungan fluor melalui pelarutan kristal apatit. Apabila proses
ini disesuaikan pada setiap siswa dan siswi, dan demineralisasi terus menerus terjadi maka akan
tertuang pada tabel 2. mengakibatkan terbentuknya kavitas (lubang) pada
gigi.12,13
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Kandungan Fluor Air Faktor yang mempengaruhi karies salah
Gunung di Tebing Tinggi dengan Air satunya adalah derajat keasaman (pH). Karies dapat
Sungai Kuin Banjarmasin. terjadi apabila keempat faktor seperti
mikroorganisme, diet (substrat), host, dan waktu
Kelompok Rata-rata Jumlah berkerja bersama dan saling mempengaruhi satu
Kandungan fluor sama lain. Bakteri plak akan memfermentasikan
karbohidrat dan menghasilkan asam, sehingga akan
Air Gunung 0,354 ppm
terjadi penurunan pH plak, apabila ini terjadi secara
Air Sungai 0,420 ppm terus menerus maka akan menyebabkan proses
demineralisasi permukaan gigi. Bakteri
lactobacillus sp dan streptococcus mutans yang
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui bahwa terdapat di dalam mulut merupakan bakteri yang
nilai rata-rata jumlah kandungan fluor air gunung menyukai lingkungan yang asam. Kedua bakteri
lebih rendah dibandingkan jumlah kandungan fluor tersebut merupakan bakteri penyebab utama
air sungai. terjadinya karies.14
Hasil uji Mann-Whitney pada skor DMF-T Pengukuran pH air sumur di gunung
menunjukkan nilai sig. yaitu 0,000 < 0,05, yang didapatkan adalah normal yaitu berkisar 7,58 –
berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna 7,73 sehingga memenuhi standar baku yaitu 6,5 -
antara skor DMF-T pada siswa kelas 1 SMPN 2 9,0. Hasil pengukuran pH air sumur ini dapat
Awayan Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan dikatakan layak digunakan sebagai air bersih
dengan skor DMF-T pada siswa kelas 1 SMPN 15 karena bersifat netral. Air yang digunakan untuk
Banjarmasin. Hasil uji Mann-Whitney pada jumlah minum sebaiknya memiliki pH netral (+7). Nilai
kandungan fluor menunjukkan nilai sig. yaitu 0,115 rata-rata kadar pH pada air sungai kuin yaitu 6,06.
> 0,05, yang berarti bahwa tidak terdapat Hasil kedua penelitian tersebut menunjukan bahwa
perbedaan yang bermakna antara jumlah keasaman pada air sungai lebih rendah dari pada air
kandungan fluor air gunung dengan air sungai. sumur di pegunungan. Berdasarkan data yang
diperoleh, terdapat nilai rata-rata indeks karies
PEMBAHASAN DMF-T pada siswa yang menggunakan air sungai
lebih tinggi dibandingkan pada siswa yang
Menurut Teori Blum, derajat kesehatan menggunakan air gunung. Sehingga kemungkinan
dipengaruhi empat macam faktor yaitu perilaku, tingginya tingkat keasaman pH mempengaruhi
lingkungan, pelayanan kesehatan, dan keturunan. terjadinya karies.13,20
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi Pelayanan kesehatan adalah salah satu faktor
terjadinya karies adalah faktor lingkungan. Faktor yang mempengaruhi karies. Berdasarkan hasil
lingkungan yang paling penting pengaruhnya studi peneliti untuk akses pelayanan kesehatan gigi
adalah air yang digunakan sebagai keperluan dan mulut di daerah Tebing Tinggi di Kabupaten
sehari-hari. Pada siswa yang menggunakan air Balangan belum mencukupi, sehingga masyarakat
sungai diperoleh nilai decay lebih banyak di daerah tersebut sulit untuk mendapatkan
dibandingkan pada siswa pengguna air gunung hal pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dapat
ini disebabkan oleh pH karena pH pada air sungai dilihat pada siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan Tebing
lebih asam dibandingkan dengan pH pada air Tinggi di Kabupaten Balangan untuk filling
gunung sehingga pH ini dapat menurunkan (penambalan) tidak ada sama sekali. Akses di
kekerasan permukaan enamel gigi, semakin rendah Kecamatan Kuin untuk pelayanan kesehatan gigi
pH atau semakin asam, maka semakin tinggi laju dan mulut sudah mencukupi, karena di daerah
reaksi pelepasan kalsium dari enamel gigi. tersebut sudah terdapat beberapa puskesmas seperti
Demineralisasi dan remineralisasi di dalam mulut puskesmas Kuin Utara dan Puskesmas Kuin raya,
terjadi secara terus menerus. Ketika lingkungan sehingga siswa kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin
menjadi asam, demineralisasi menjadi dominan yang tinggal di daerah Kuin dapat dengan mudah
sehingga menyebabkan mineral enamel hilang
49 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 45 - 50

mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dari sungai pasang surut ini akan mempunyai debit
akan tetapi pada siwa tersebut didapatkan dari hasil dan kualitas yang sering kali berubah sesuai dengan
pemeriksaan indeks DMF-T untuk nilai filling musim yang berlaku. Saat waktu musim kemarau
adalah 0, berarti tidak ada gigi yang ditambal air laut dapat masuk ke Sungai Kuin, hal ini karena
kemungkinan hal ini terjadi karena kurangnya salinitas air sungai dapat terpengaruh oleh pasang
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan surut air laut. Mineral fluor banyak terdapat di air
pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut laut, hal ini dapat terjadi akibat proses intrusi air
dengan membiarkan gigi yang berlubang hingga laut dan keadaan struktur tanah yang memiliki
rusak parah bahkan hanya bersisa akar tanpa densitas lebih rendah dan permeabilitas tinggi
memeriksanya ke dokter gigi ketika kondisi gigi dibandingkan daerah pegunungan atau dataran
yang rusak masih belum terlalu parah. 15 tinggi, sehingga mineral tertentu dapat terbawa
Terdapat perbedaan nilai rata-rata indeks oleh aliran air dalam jumlah lebih banyak.
karies DMF-T pada siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan Konsentrasi fluor tergantung pada keasaman dari
Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan dengan tanah dan bebatuan, karakteristik geologi, fisik dari
siswa kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin. Data yang akuifer, porositas, suhu, kegiatan unsur kimia lain,
diperoleh menunjukkan bahwa nilai indeks karies dan kedalaman sumur. Konsentrasi fluor dalam
DMF-T pada siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan di sumur di pegunungan sangat bervariasi.10,16,17 Pada
Tebing Tinggi lebih rendah jika dibandingkan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa indeks
siswa kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin. Pada karies DMF-T pada siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan
penelitian ini juga dilakukan pengukuran jumlah Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan lebih rendah
kandungan fluor pada air gunung di Tebing Tinggi dibandingkan dengan siswa kelas 1 SMPN 15
dan air sungai di Sungai Kuin Banjarmasin. Hasil Banjarmasin dan untuk jumlah kandungan fluor air
pengukuran jumlah kandungan fluor pada gunung lebih rendah dari pada jumlah kandungan
penelitian ini didapatkan bahwa jumlah kandungan fluor air sungai.
fluor air sungai lebih tinggi dibandingkan dengan
air gunung. Adanya perbedaan jumlah kandungan DAFTAR PUSTAKA
fluor pada daerah masing-masing ini dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Pada setiap tempat, 1. Featherstone, JDB. Dental Caries: A
air tanah memiliki jumlah kandungan fluor yang Dynamic Disease Process. Australian
berbeda-beda, hal ini dapat dipengaruhi oleh iklim, Dental Journal. 2008; 53: 286–291.
temperature, kelembaban di daerah tersebut serta 2. Widayati, N. Faktor yang Berhubungan
jarak dengan laut. Fluor juga memiliki jumlah yang dengan Karies Gigi pada Anak Usia 4-6
sangat banyak di atmosfir. Fluor dapat ditemukan Tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi.
pada debu-debu tanah, buangan gas industri, batu 2014; 2: 196-197.
bara yang dibakar, dan dari luapan gas yang berasal 3. Putri, Hesrijulianti, dan Nurjannah. Ilmu
dari gunung berapi yang masih aktif. Jumlah Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
kandungan fluor di udara dan beberapa pabrik Jaringan Pendukung Gigi. Lilia. Jakarta.
dapat mencapai 1.4 ppm sedangkan jumlah 2012. Hal. 154-193.
kandungan fluor di daerah non-industri didapatkan 4. Juwita. L. Perilaku Menyikat Gigi dan
antara 0.05-1.9 ppm.7,8 Insiden Karies Gigi. Jurnal Ners
Kondisi air sungai di Kalimantan Selatan telah LENTERA. 2013; 1(1) : 22-26.
tercemar khususnya di Banjarmasin, hal ini 5. Hasil Riset Kesehatan Dasar
dikarenakan adanya penambangan dan kegiatan (RISKESDAS) tahun 2013. Badan
industri, seperti limbah industri yang dibuang ke Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
sungai. Sungai merupakan aliran alami yang Departeman Kesehatan RI. Jakarta,
terbentuk dari siklus hidrologi. Sungai mengalir Indonesia. 2013. Hal:110-111.
secara alami dari tempat yang tinggi menuju ke 6. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan
tempat yang rendah seperti lautan, danau dan Selatan tahun 2007. Hasil Riset Kesehatan
sungai lainnya. Air sungai selalu terjadi pasang Dasar (RISKESDAS) Provinsi Kalimantan
surut, pada saat pasang naik air yang berasal dari Selatan. Badan Penelitian dan
laut akan memasuk ke sungai dan kemudian akan Pengembangan Kesehatan Departeman
mengalir kembali pada saat waktu surut. Bagian
Ihsanti: Perbandingan Indeks Karies Dmf-T Berdasarkan Jumlah Kandungan Fluor Air Gunung 50

Kesehatan RI. Jakarta, Indonesia. 2009. Majalah Kedokteran Gigi. 2005; 38(2) :
Hal:116-127. 60-63.
7. Astriningrum, Y., Suryadi, H., 14. Kusmaningsih. Hubungan antara Indeks
Azizahwati. Analisis Kandungan Ion Keparahan Karies dengan Jumlah
Fluorida pada Sampel Air Tanah dan Air Lactobacillus sp. di dalam Saliva Anak
PAM Secara Spektrofotometri. Majalah Taman Kanak-kanak. Majalah Kedokteran
Ilmu Kefarmasian. 2013; 8 : 86-87. Gigi. 2010; 4(2) : 32.
8. Sunubi, E. Hubungan Kadar Fluor Air 15. Lendrawati. Pengguna Silver Diamina
Minum terhadap Karies Gigi pada Anak Fluorida (SDF) 38% sebagai Arresting
Sekolah Dasar di Kecamatan Landono Caries Treatment (ACT) pada Anak-anak.
Kabupaten Konowe Selatan Provinsi Majalah Kedokteran Andalas. 2011; 35(2)
Sulawesi Tenggara. Jurnal Masyarakat : 100-101.
Epidemiologi Indonesia. 2014; 2(2) : 87- 16. Sumiok, J., Damajanty, H,. Niwayan, M.
90. Gambaran Kadar Fluor Air Sumur dengan
9. Risqi, Z., Rama, P., Muhammad, D. Karies Gigi Anak di Desa Boyongpante
Perbedaan Konsumsi Air Sumur dan Air Dua. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2015; 4(4) :
Sungai terhadap Karies pada Anak Usia 6- 118-119.
8 Tahun. Medali Jurnal Dental Intelektual. 17. Soerahman M, dkk. Perbedaan Kadar
2015; 2(1) : 85-87. Fluor pada Air Sumur Gali Sebelum dan
10. Arisanty, Deasy, Sidharta, A., Nurul, H. Sesudah Proses Koagulasi Flokulasi
Analisis Kandungan Bakteri Fecal Kapur dan Tawas. Jurnal Online Unika
Coliform pada Sungai Kuin Kota Widya Mandala Madiun. 2012; 2(2) : 371-
Banjarmasin. Majalah Geografi Indonesia. 372.
2017; 31(2) : 55.
11. Rochgiyanti. Fungsi Sungai Bagi
Masyarakat di Tepian Sungai Kuin Kota
Banjarmasin. Jurnal Komunitas. 2011;
5(1) : 230-232.
12. Notoadmodjo. Ilmu kesehatan Masyarakat
dan Seni. PT Rineka Cipta. Jakarta. 2007.
13. Prasetyo. Keasaman minuman ringan
menurunkan kekerasan permukaan gigi.
51

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

HUBUNGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN INDEKS


KARIES DMF-T DAN SIC
(Tinjauan Terhadap Siswa SMP Negeri 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala)

Anshori Rohimi, Widodo, Rosihan Adhani


Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRAK
Latar belakang: Rendahnya perilaku kesehatan gigi dan mulut dapat menjadi faktor menurunnya status
kesehatan seseorang. Perilaku kesehatan gigi dan mulut meliputi perilaku menyikat gigi, pola makan, dan
kunjungan ke dokter gigi. Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perilaku kesehatan gigi dan mulut masih
sangat rendah. Tujuan: Menganalisis hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks karies DMF-T
dan SiC siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala . Metode dan bahan: Penelitian ini observasional
analitik dengan pendekatan Cross Sectional pada 100 siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala.
Instrumen kuesioner digunakan untuk mengukur tingkat perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa dan indeks
DMF-T untuk mengukur pengalaman karies siswa. Hasil penelitian: Perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa
SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala sebagian besar (64%) dalam kategori cukup dan paling kecil
kategori baik (1%). Indeks DMF-T siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala berada pada skor 2,8
atau dalam tingkat yang sedang dan skor SiC 4. Hasil analisis statistik diperoleh nilai p= 0,001 (p<0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks karies
DMF-T dan SiC siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala.

Kata-kata kunci: Indeks karies, kesehatan gigi dan mulut, perilaku, sic.

ABSTRACT
Background: Lack of oral and dental health behaviors can be a factor in the decline of one's health
status. Dental and oral behavior include brushing, eating, and dental visits. Epidemiological studies say that the
behavior of dental and oral health is still very low. Purpose: To analysis the relationship of dental and oral
health behavior with caries index DMF-T and SiC of SMPN 5 Marabahan students in Barito Kuala. Methods
and materials: This research is analytic observational with Cross Sectional approach on 100 students of SMPN
5 Marabahan in Barito Kuala. The questionnaire instrument was used to measure the level of dental and oral
health behaviors of students and the DMF-T index to measure the student's caries experience. Research: Dental
and oral health behavior of students of SMPN 5 Marabahan in Regency of Barito Kuala most (64%) in enough
category and smallest good category (1%). The DMF-T index of the students of SMPN 5 Marabahan in Barito
Kuala is at a score of 2.8 or in the medium level and the SiC score 4. Result of statistical analysis obtained p=
0,001 (p <0,05).Conclusion: There is a meaningful relationship between dental and oral health behavior with
caries index DMF-T and SiC students SMPN 5 Marabahan in Barito Kuala District.
Ihsanti: Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Indeks Karies Dmf-T Dan Sic 52

Keywords: Behavior, caries index, dental and oral health, sic.

Korespondensi: Anshori Rohimi, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: anshorirohimi@gmail.com

PENDAHULUAN kelompok umur 12 tahun sebesar 1,8%. Ini


Karies merupakan salah satu penyakit pada membuktikan bahwa perilaku menyikat gigi yang
kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi. baik dan benar sangat kurang pada kelompok usia
Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013, 10-14 tahun. Selain menyikat gigi dengan baik,
Kalimantan Selatan termasuk salah satu dari tiga perilaku untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut
provinsi terbesar di Indonesia yang mempunyai yaitu mengatur pola makan yang baik.1
masalah dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu Pola makan yang salah dapat mempengaruhi
sebesar 36,1% dengan presentase paling tinggi kesehatan gigi dan mulut, seperti kebiasaan
yang dimiliki oleh Kabupaten Barito Kuala yaitu mengkonsumsi makanan manis yang mengandung
sebesar 48,6%. Keadaan ini diperkuat dengan karbohidrat dapat mempengaruhi bakteri dalam
daerah Barito Kuala yang termasuk daerah lahan rongga mulut sehingga mengakibatkan pH
basah, kondisi asam pada lahan basah sangat menurun dan terjadi demineralisasi yang apabila
berperan penting dalam proses kerusakan gigi. tidak diimbangi dengan menjaga kebersihan rongga
Barito kuala dialiri air sungai dengan rata-rata pH mulut bisa mempercepat terjadinya karies.
3,65 sehingga lingkungan di daerah tersebut Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
bersifat asam (pH rendah). Keadaan lingkungan Ningsih dkk (2013) di salah satu sekolah dasar di
yang tidak baik ini diperparah dengan perilaku Kabupaten Karangasem, Bali tentang gambaran
menjaga kesehatan gigi dan mulut yang kurang perilaku menggosok gigi terhadap kejadian karies,
oleh masyarakat.1,2,3,4 dari 58 anak terdapat 37 anak (63,8%) mengalami
Faktor yang dapat mempengaruhi status karies. Hal ini memperlihatkan angka karies yang
kesehatan gigi dan mulut seseorang adalah tinggi pada anak dengan perilaku menggosok gigi
keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan yang salah. Perilaku lain untuk menjaga kesehatan
perilaku. Dari keempat faktor tersebut perilaku gigi dan mulut yaitu melakukan kunjungan ke
merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam dokter gigi, kunjungan ke dokter gigi berfungsi
status kesehatan rongga mulut seseorang. untuk menciptakan rasa percaya sehingga tercipta
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rusdhari perilaku, sikap, dan tanggung jawab terhadap
(2012) di salah satu MTsN di Banjarmasin tentang kesehatan gigi dan mulut. Untuk menghitung
hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut indeks karies bisa dilakukan perhitungan dengan
dengan angka karies, dari 90 anak terdapat 27 anak menggunakan indeks DMF-T dan SiC. DMF-T
(30%) yang kategori perilaku baik dengan rata-rata merupakan indeks yang digunakan untuk menilai
angka karies 0,59 dan 11 anak (12,2%) yang angka pengalaman seseorang terhadap karies, dan
kategori buruk dengan rata-rata angka karies 3,45. Significant Index Caries (SiC) merupakan indeks
Hal ini memperlihatkan perilaku berpengaruh yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 2000
terhadap angka terjadinya karies pada oleh WHO, SiC didapatkan dari 1/3 skor tertinggi
seseorang.4,5,6 DMF-T.6,7,8,9,10
Salah satu perilaku menjaga kesehatan gigi dan Dari data studi pendahuluan diketahui letak
mulut yaitu dengan menyikat gigi dengan baik dan geografis SMP Negeri 5 Marabahan dengan
benar yang berguna untuk mencegah terjadinya fasilitas kesehatan terdekat berjarak ±2 km.
karies gigi. Berdasarkan data RISKESDAS tahun Berdasarkan dari data laporan SMP Negeri 5
2013 menyebutkan di Kalimantan Selatan Marabahan, sekolah ini belum pernah diadakan
masyarakat yang menyikat gigi dengan benar program atau pelayanan kesehatan gigi seperti
sebesar 5,0% dimana kabupaten Barito Kuala UKGS dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan
sebesar 3,4%. Disebutkan juga bahwa perilaku untuk menganalisis hubungan antara perilaku
menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks karies
menyikat gigi yang benar didapatkan pada DMF-T dan SiC pada siswa SMPN 5 Marabahan di
kelompok umur 10-14 sebesar 1,7% sedangkan Kabupaten Barito Kuala.
53 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 51 - 57

BAHAN DAN METODE Berdasarkan Tabel 1, didapatkan data bahwa


Penelitian ini diawali dengan pembuatan surat sebagian besar siswa memiliki tingkat perilaku
izin penelitian dan ethical clearance yang kesehatan gigi dan mulut yang cukup (66%). Siswa
diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki tingkat perilaku kesehatan gigi dan
Universitas Lambung Mangkurat No. 029/KEPKG- mulut yang kurang sebanyak (33%), dan siswa
FKGULM/EC/IX/2017. Penelitian ini merupakan yang memiliki tingkat perilaku kesehatan gigi dan
penelitian observasional analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini Indeks Karies
adalah seluruh siswa SMP Negeri 5 Marabahan di Perilaku
Kabupaten Barito Kuala pada tahun ajaran Kesehatan N
2017/2018 dengan sampel yang diperoleh Gigi dan
Kategori
menggunakan rumus slovin, yaitu sebanyak 100 Mulut DMFT SiC
WHO
sampel.
Prosedur penelitian yaitu sampel penelitian Sangat
Baik 1 0 0
diberikan penjelasan tentang penelitian yang akan rendah
dilakukan dan mengisi lembar informed consent. Cukup 66 2,1 Rendah 3,6
Sampel penelitian mengisi lembar kuesioner
tentang perilaku kesehatan gigi dan mulut yang Kurang 33 4,3 Sedang 6,1
terdiri dari perilaku menyikat gigi, pola makan dan
kunjungan ke dokter gigi. Sebelum dilakukan
Jumlah 100 2,8 Sedang 4
pemeriksaan peneliti memberikan penyuluhan
tentang bagaimana cara menyikat gigi yang benar mulut yang baik hanya (1%).
lalu melakukan kegiatan sikat gigi bersama,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan karies dengan Tabel 2 Tingkat Perilaku Kesehatan Gigi dan
menggunakan lembar DMF-T yang terdiri dari Mulut berdasarkan jenis perilaku di SMPN 5
Decay (D), Missing (M), Filling (F). Hasil Marabahan.
pemeriksaan dicatat pada lembar yang tersedia.
Setelah itu menghitung skor SiC dari nilai DMF-T Jenis Kategori
yang telah didapatkan. Analisis data dilakukan perilaku Baik Cukup Kurang Jumlah
dengan menggunakan uji statistik nonparametik Menyikat
29 67 4 100
yaitu uji korelasi Spearman. Gigi
Pola
10 87 3 100
HASIL PENELITIAN Makan
Hasil penelitian tentang hubungan antara Kunjungan
kesehatan gigi dan mulut dengan indeks karies Ke Dokter 2 24 74 100
Gigi
DMF-T dan SiC di SMP Negeri 5 Marabahan di
Kabupaten Barito Kuala seperti terlihat pada tabel-
Berdasarkan Tabel 2, didapatkan data bahwa
tabel di bawah ini.
sebagian besar siswa memiliki tingkat perilaku
Tabel 1 Tingkat Perilaku Kesehatan Gigi dan menyikat gigi cukup sebanyak (67%). Perilaku pola
Mulut Berdasarkan Kelas di SMP Negeri 5 makan sebagian besar siswa masuk dalam kategori
Marabahan cukup sebanyak (87%) dan untuk perilaku
kunjungan ke dokter gigi sebagian besar siswa
masuk dalam kategori kurang yaitu sebanyak
kategor Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 Total
No
i
(74%).
n % n % n % N %
1. Baik - - 1 2,7 - - 1 1,0
2. Cukup 28 68,3 24 64,8 14 63,6 66 66,0
3. Kurang 13 31,7 12 32,4 8 36,4 33 33,0
Jumlah 41 100 37 100 22 100 100 100
Ihsanti: Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Indeks Karies Dmf-T Dan Sic 54

Tabel 3 Indeks Karies DMF-T dan SiC di SMPN 5 gigi dan mulut dengan indeks karies DMF-T dan
Marabahan. SiC pada siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten
Barito Kuala.
Rata-rata DMF-T
Kategori PEMBAHASAN
Kelas DMF- SiC
D M F T
(WHO)
1. Tingkat perilaku kesehatan gigi dan mulut
7 103 16 8 3,1 Sedang 5,3 siswa SMP Negeri 5 Marabahan
Berdasarkan data pada tabel 1 diperoleh
8 73 10 4 2,4 Rendah 3,7 gambaran perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa
SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala
9 64 8 1 3,3 Sedang 5,5 paling banyak yaitu kategori cukup dan yang paling
sedikit yaitu kategori baik. Kurangnya perilaku
Jumlah 240 34 13 2,8 Sedang 4 siswa terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan, dan sikap. Sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan Azhary
Berdasarkan Tabel 3, didapatkan data bahwa (2016) terdapat hubungan antara pengetahuan
komponen DMF-T yang paling besar yaitu D dengan kesehatan gigi dan mulut. Rendahnya
(decay) sebanyak 240 buah dan paling besar pengetahuan mengenai kesehatan merupakan faktor
terdapat pada siswa kelas 7 sebesar 103 buah dan predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah
terkecil pada siswa kelas 9 sebesar 64 buah. kepada timbulnya penyakit. Hasil penelitian
Komponen yang paling kecil yaitu F (filling) Kamran (2014) juga mengatakan bahwa ada
sebanyak 13 buah dan paling besar terdapat pada hubungan antara sikap dan perilaku yakni bahwa
siswa kelas 7 sebesar 8 buah dan paling kecil peningkatan sikap dapat meningkatkan perilaku
terdapat pada siswa kelas 9 sebesar 1 buah. Untuk kebersihan gigi dan mulut.11,12
skor DMF-T nilai tertinggi terdapat pada kelas 9 Sedikitnya anak yang mempunyai perilaku baik
dengan skor DMF-T 3,3 (sedang) dan skor SiC 5,5 dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut ini
serta yang terendah terdapat pada kelas 8 dengan mungkin disebabkan karena faktor kebiasaan anak
skor DMF-T 2,4 (rendah) dan skor SiC 3,7. Skor seperti menyikat gigi sesudah bangun tidur dan
DMF-T dan SiC siswa SMPN 5 Marabahan pada saat mandi sore. Meskipun anak mengetahui
termasuk dalam kategori sedang yaitu dengan rata- waktu menyikat gigi yang tepat sebelum tidur
rata DMF-T 2,8 dan skor SiC 4. malam, anjuran ini tidak dilakukan karena tidak
terbiasa. Menurut Azwar (2011), sikap merupakan
Tabel 4 Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi dan
faktor yang banyak menentukan bagaimana
Mulut dengan Indeks Karies DMF-T dan SiC
individu bertindak, tetapi sikap dan tindakan nyata
Siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito seringkali jauh berbeda. Ini dikarenakan tindakan
Kuala.
nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata,
Berdasarkan data pada Tabel 4, didapatkan data
tetapi oleh berbagai faktor lainnya antara lain
bahwa siswa yang memiliki perilaku kesehatan gigi
seperti persepsi dan motivasi.13
dan mulut yang baik dengan skor DMF-T 0 (Sangat
Berdasarkan data pada tabel 2 didapatkan
rendah) dan skor SiC 0 hanya 1 siswa (1%). Siswa
sebagian besar siswa kurang dalam melakukan
yang memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut
kunjungan ke dokter gigi. Hasil ini
yang cukup dengan skor DMF-T 2,1 (Rendah) dan
menggambarkan sedikitnya orang tua membawa
skor SiC 3,6 sebanyak 66 siswa (66%). Siswa yang
anaknya ke dokter gigi, ini mungkin disebabkan
memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut yang kurangnya pengetahuan orang tua tentang
kurang dengan skor DMF-T 4,3 (Sedang) dan skor
pentingnya menjaga kesehatan gigi anak. Ini sesuai
SiC 6,1 sebanyak 33 siswa (33%).
dengan hasil penelitian Rizka (2017) yaitu
Hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan
menyebutkan ada hubungan antara pengetahuan
mulut dengan indeks karies DMF-T dan SiC pada
orang tua dengan kejadian karies pada anak. Hasil
uji Spearman diperoleh nilai sig atau nilai p =
ini juga sependapat dengan penelitian Ratnawati
0,001 (<0,05) dengan kekuatan korelasi -0,666
(2001) dimana pengetahuan ibu berpengaruh
(kuat), yang menunjukkan bahwa terdapat
dengan angka karies gigi pada anak. Selain itu
hubungan yang bermakna antara perilaku kesehatan
faktor geografis atau jarak ke tempat praktek dokter
55 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 51 - 57

gigi ataupun tempat pelayanan kesehatan seperti Barito Kuala. Dari penelitian ini didapatkan hasil
puskesmas dari rumah warga juga dapat yang menyatakan ada hubungan bermakna antara
menyebabkan kesulitan orang tua untuk membawa perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks
anaknya mengunjungi dokter gigi, sehingga orang karies. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
tua sulit untuk membawa anaknya ke tempat dokter penelitian Rusdhari (2012) yaitu semakin baik
gigi. Menurut rekomendasi dari The American perilaku seseorang dalam memelihara kesehatan
Academy Of Pediatric Dentistry (AAPD) dan gigi dan mulutnya, maka semakin rendah pula
American Dental Association (ADA), seorang anak angka kariesnya. Semakin buruk perilakunya dalam
harus mulai melakukan kunjungan ke dokter gigi memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, maka
setelah gigi permanen pertamanya erupsi. semakin tinggi pula angka kariesnya.4
Rekomendasi ini ditujukan untuk mendeteksi dan Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa
mengontrol berbagai patologi gigi, terutama karies perilaku memiliki pengaruh terhadap status
gigi yang merupakan penyakit mulut yang paling kesehatan gigi siswa ditunjukan dengan indeks
relevan pada anak-anak.14,15,16 karies DMF-T dan SiC, didukung oleh teori Blum
(1974) yaitu status kesehatan individu atau
2. Indeks DMF-T dan SiC siswa SMP Negeri 5 masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor salah
Marabahan. satunya yang paling berperan adalah perilaku.
Berdasarkan data pada tabel 3 diperoleh Semakin baik perilaku individu terhadap kesehatan
gambaran skor indeks DMF-T dan SiC siswa maka semakin baik pula status kesehatan individu
SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala tersebut.18
yaitu 2,8 yang termasuk dalam kategori sedang Perilaku dari pandangan biologis merupakan
menurut WHO dan skor SiC 4. Dari data tersebut suatu aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi
didapatkan pada komponen DMF-T yang terbesar perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu
yaitu komponen Decay (D) sebesar 240 buah, ini aktivitas dari manusia itu sendiri. Sikap dapat
menggambarkan kondisi sebagian besar siswa dianggap sebagai suatu faktor umum untuk
mengalami gigi berlubang. Banyaknya gigi siswa merespon atau bertindak secara positif atau negatif
yang berlubang bisa dikarenakan perilaku menjaga terhadap suatu objek atau orang disertai emosi
kesehatan gigi dan mulutnya belum baik, seperti positif atau negatif. Sikap mengenai kesehatan gigi
perilaku menyikat gigi dan perilaku pola makannya merupakan hasil dari proses sosialisasi. Seseorang
karena dengan berperilaku menyikat gigi yang baik bereaksi sesuai dengan rangsangan yang berupa
dan mengkonsumsi makanan yang baik dan sehat objek kesehatan gigi yaitu konsep gigi sehat dan
untuk gigi dapat mencegah terjadinya sakit serta upaya pemeliharaannya melalui proses
perkembangan bakteri di rongga mulut yang sosialisasi.19,20
merupakan faktor terjadinya karies. Sedangkan Perilaku kesehatan menurut Skiner adalah suatu
untuk komponen DMF-T yang terkecil yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan
komponen Filling (F) sebesar 13 buah, hasil dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan
tersebut menggambarkan masih sedikitnya gigi kesehatan, makanan dan lingkungan. Perilaku
siswa yang dilakukan restorasi karena dari hasil tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
kuesioner yang didapat sebagian besar siswa sikap, kepercayaan, tradisi, dari orang yang
SMPN 5 Marabahan kurang untuk perilaku bersangkutan itu sendiri.18,20
kunjungan ke dokter gigi. Hasil dari penelitian ini Kesehatan gigi individu atau masyarakat
sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
oleh Donny dkk (2015) yaitu pada siswa SMP terhadap kesehatan individu atau masyarakat
Kristen 67 Manado dimana untuk komponen DMF- tersebut. Misalnya perilaku kesehatan gigi dalam
T yang paling banyak adalah Decay (D) sebesar hal kebiasaan menyikat gigi negatif maka kondisi
117 buah, dan komponen DMF-T yang paling kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan
sedikit adalah Filling (F) sebesar 2 buah.4,17 dampak diantaranya gigi mudah berlubang.15
Perilaku menyikat gigi memiliki hubungan erat
3. Hubungan antara perilaku kesehatan gigi dengan terjadinya karies, misalnya menggosok gigi
dan mulut. setelah mandi pagi dan sore bukan setelah sarapan
Pada penelitian ini menghubungkan perilaku pagi dan malam sebelum tidur merupakan perilaku
kesehatan gigi dan mulut dengan indeks DMF-T yang salah. Perilaku itulah yang bisa menimbulkan
dan SiC siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten
Ihsanti: Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Indeks Karies Dmf-T Dan Sic 56

karies. Menyikat gigi sebelum tidur sangat efektif DAFTAR PUSTAKA


untuk mengurangi resiko terjadinya karies. Hal ini
berhubungan dengan proses terjadinya karies, 1. Kementerian kesehatan Republik Indonesia.
apabila sukrosa mengendap dalam waktu yang Pokok-pokok hasil Riskesdas Provinsi
lama dalam mulut dan tidak segera dibersihkan Kalimantan Selatan. Cetakan Pertama, 2013.
dapat menyebabkan terjadinya karies. Menyikat Hal 148-155.
gigi akan mengurangi terjadinya kontak sukrosa 2. Adhani R. Pengembangan model
dengan bakteri, sehingga dapat menurunkan pemberdayaan masyarakat lahan basah dalam
terjadinya karies.21 penurunan karies gigi di Kalimantan Selatan.
Terbukti bahwa asam pada plak gigi akan turun Laporan Kemajuan Penelitian Unggulan
dari pH normal sampai mencapai pH 5 dalam Perguruan Tinggi. 2014. Hal 30.
rentang waktu 3-5 menit sesudah mengkonsumsi 3. Permatasari PA, Nahzi M. Y. I, Widodo.
makanan, pH saliva kembali normal (pH 6-7) Kekasaran permukaan resin-modified glass
dalam rentang 25 menit setelah makan atau minum. ionomer cement setelah perendaman dalam air
Menyikat gigi dapat mempercepat proses kenaikan sungai. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi.
pH menjadi normal (pH 6-7), itulah mengapa lebih 2016. 1: 1-5.
baik menyikat gigi setelah sarapan pagi sehingga 4. Rachman RM, Widodo, Cholil. Hubungan
dapat mencegah proses pembentukan karies.15 antara perilaku kesehatan gigi dan mulut
Selain perilaku menyikat gigi, karies juga bisa dengan angka karies pada pelajar MTsN
berhubungan dengan kebiasaan pola makan yang Mulawarman Banjarmasin. Dentino Jurnal
salah seperti umumnya anak-anak lebih menyukai Kedokteran Gigi. 2012; (1): 59-64.
jajanan manis, kurang berserat dan lengket. Jenis 5. Ozdemir Dogan. Dental caries and preventive
makanan ada dua yaitu makanan kariogenik strategies. Journal of Educational and
(makanan yang mengandung karbohidrat) dan non- Instructional Studies In The World. 2014; (4):
kariogenik (makanan yang dapat membersihkan 1-5.
keadaaan rongga mulut secara alami seperti buah- 6. Malik I. Kesehatan gigi dan mulut. Ceramah
buahan). Seseorang yang banyak mengkonsumsi badan pengembangan sistem informasi dan
karbohidrat cenderung memiliki lebih banyak telematika Daerah (Bapesitelda) Prov. Jawa
karies. Jenis karbohidrat yang paling kariogenik Barat. 2008. Hal 14-15.
adalah sukrosa karena kemampuan meningkatkan 7. Rezaei SL, Kasraei S, Jazaeri M, Khamverdi
pertumbuhan bakteri dalam mulut.15,21 Z. Dental caries experience in 13-19 year old
Kunjungan ke dokter gigi sangat dibutuhkan Iranian students expressed by DMFT and
untuk menciptakan hubungan kepercayaan pertama Significant Index Caries. DJH. 2011; (3): 1-8.
antara orang tua dengan dokter gigi, sehingga 8. Chatterjee M, Bandyopadhyay AR. A study
diharapkan terbentuk kesadaran, perilaku, dan on nutritional status and dental caries in
sikap yang positif dan bertanggung jawab permanent teeth among school going girl of
mengenai prinsip-prinsip kesehatan gigi Bengalee population India. Department of
anak.Kontrol berkala tiap enam bulan ke dokter Antrophology. 2012; (2): 112-116.
gigi dilakukan meskipun tidak ada keluhan dengan 9. Ningsih Ambari DMD, Hutomo LC,
tujuan untuk memeriksa apakah terdapat gigi yang Rahaswanti LWA. Gambaran perilaku
bermasalah, sehingga dapat dilakukan perawatan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi
sedini mungkin..15 Dapat disimpulkan bahwa ada pada anak usia sekolah dasar di wilayah kerja
hubungan yang signifikan antara tingkat perilaku puskesmas Sidemen Kabupaten Karangasem.
kesehatan gigi dan mulut dengan indeks karies 2013. Hal 1-8.
pada siswa SMPN 5 Marabahan dengan tingkat 10. Polk DE, Geng M, Levy S, Koerber A, Flay
perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa sebagian BR. Frequency of daily tooth brushing:
besar berada dalam kategori cukup dan indeks predictor of change in 9 to 11 year old US
karies DMF-T dan SiC berada dalam kategori children. Community Dental Health. 2014;
sedang. (31): 1-5.
11. Kamran A, Bakhteyar K, Heydari H, Lot A,
Heydari Z. Survey of oral hygiene behaviors,
knowledge and attitude among school
57 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 51 - 57

children: a cross-sectional study from Iran. anak di SDN V Jaten Karanganyar. 2017. Hal
Int. J. of Health Sci; 2014; 2(2): 83 – 95. 4-6.
12. Azhary R, Cholil, Bayu Indra Sukmana. 17. Donny A.A.S, Paulina N.G, Max F.J.M.
Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi Gambaran tingkat pengetahuan dan status
dan mulut terhadap angka karies gigi di karies gigi pada siswa SMP Kristen 67
SMPN 1 Marabahan. Dentino Jurnal Manado. 2015; 3(2): 3-6.
Kedokteran Gigi. 2016. 1( 2) : 173-176. 18. Notoatmodjo Soekidjo. Pendidikan dan
13. Azwar S. Sikap manusia teori dan perilaku kesehatan. Ed. Ke-1. Rineka Cipta,
pengukurannya edisi ke 2. Yogyakarta: Jakarta. 2003. Hal 114-121.
Pustaka Pelajar; 2011. Hal 154 19. Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan
14. Ratnawati. Pengetahuan dan praktek ibu dan pendidikan kesehatan gigi. EGC, Jakarta.
hubungannya dengan frekuensi konsumsi 2013. Hal. 17.
makanan jajanan kariogenik dan status karies 20. Nugroho, Ali RR. Perilaku kesehatan dan
gigi pada anak usia 2-4 tahun di Kelurahan perubahannya. USU, Medan, Indonesia,
Tegalsari Kecamatan Candisari Kota 2011:3: 1-2.
Semarang. 2001. Hal 4-5 21. Asri MB, Oktarima, Agus M. Hubungan pola
15. Sihite JN. Hubungan perilaku kesehatan gigi makan dan kebiasaan menyikat gigi dengan
dan mulut dengan pengalaman karies dan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia.
indeks Oral Hygiene pada murid SMP. USU, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2010.
Medan, Indonesia, 2011. Hal 22-24. 13(1) : 83-97.
16. Rizka PY, Abi M. Hubungan antara
pengatahuan orang tua tentang kesehatan gigi
dan mulut dengan kejadian karies gigi pada
58

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

ANALISIS LAJU KOROSI KAWAT ORTODONTIK LEPASAN STAINLESS STEEL


PADA MEDIA AIR KELAPA

Reysa Rosdayanti, Diana Wibowo, Fajar Kusuma D.K.


Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT
Background: Stainless steel orthodontic wire is a material commonly used in orthodontic treatment, because
its economical price and corrosion resistance. The corrosion-resistant of stainless steel orthodontic wire can be
affected by foods or beverages that have low pH. The coconut water has a low pH. Corrosion that occurs in
orthodontic wire causes roughness on the surface of the wire and fragility, thus affecting duration of treatment.
Purpose: determine corrosion rate of stainless steel orthodontic wire after immersed with coconut water.
Methods: This research is true experimental study with pre-test and post-test control group design using simple
random sampling. Consist of 20 samples divided into 2 groups: immersion in coconut water (experimental
group), and immersion in saline (control group). Corrosion rate used weight loss method. Results: Mean
corrosion rate of stainless steel orthodontic wire after immersion used coconut water and saline that is
1,9484mpy and 0,2587mpy. Wilcoxon test before and after immersion in treatment group obtained result
p=0,005 while in control group obtained result p=0,180. The comparison of corrosion rate between groups
using Mann Whitney U test results obtained p=0.001. The results shows the rate of corrosion in experimental
group used coconut water has a significant difference, the control group used saline there was no significant
difference. Conclusion: The rate of corrosion of stainless steel orthodontic wire immersion with coconut water
is greater than the rate of corrosion in saline solution immersion.

Keywords: coconut water, corrosion rate, stainless steel.

ABSTRAK
Latar Belakang: Kawat ortodontik stainless steel merupakan bahan yang umumnya digunakan pada
perawatan ortodontik, karena harga ekonomis dan ketahanan korosi yang baik. Sifat tahan korosi pada kawat
ortodontik stainless steel dapat dipengaruhi oleh makanan atau minuman yang memiliki pH rendah. Salah satu
minuman yang memiliki pH rendah yaitu air kelapa. Korosi yang terjadi pada kawat ortodontik menyebabkan
kekasaran pada permukaan kawat dan kerapuhan, sehingga mempengaruhi lama waktu perawatan. Tujuan:
mengetahui laju korosi kawat ortodontik stainless steel setelah direndam dengan air kelapa. Metode: Penelitian
ini merupakan penelitian true experimental dengan pre-test and post-test with control group design
menggunakan simple random sampling. Terdiri dari 20 sampel yang terbagi dalam 2 kelompok: yaitu direndam
air kelapa (kelompok perlakuan), dan larutan salin (kelompok kontrol). Perhitungan laju korosi menggunakan
metode weight loss. Hasil: Rerata laju korosi kawat ortodontik stainless steel setelah direndam menggunakan
air kelapa dan larutan salin yaitu 1,9484mpy dan 0,2587mpy. Uji Wilcoxon sebelum dan sesudah perendaman
pada kelompok perlakuan diperoleh hasil p=0,005 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil p=0,180.
Hasil Perbandingan laju korosi antar kelompok menggunakan Uji Mann Whitney U diperoleh hasil p=0,001.
Hal ini menunjukkan laju korosi pada kelompok perlakuan menggunakan air kelapa terdapat perbedaan
bermakna, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan larutan salin tidak terdapat perbedaan bermakna.
Kesimpulan: Laju korosi kawat ortodontik stainless steel yang direndam dengan air kelapa lebih besar
dibandingkan laju korosi pada perendaman larutan salin.

Kata-kata kunci: air kelapa, laju korosi, stainless steel.


Korespondensi: Reysa Rosdayanti, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Lambung Mangkurat, Jalan veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: rosdayantireysa@gmail.com.
59 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 58 - 62

PENDAHULUAN dengan kawat stainless steel dapat memicu


Prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi pada kawat
di Kalimantan Selatan sebesar 36,1%, sedangkan ortodontik stainless steel sehingga dapat
yang menerima perawatan gigi dan mulut dari menimbulkan korosi. Korosi yang terjadi pada
tenaga medis kesehatan gigi sebesar 22,2%. Salah kawat menyebabkan hilangnya kandungan material
satu yang menjadi masalah kesehatan gigi dan dari kawat, perubahan karakteristik struktural, atau
mulut yaitu maloklusi. Maloklusi adalah suatu hilangnya integritas struktural.12,13
bentuk kelainan hubungan oklusi permukaan gigi- Laju korosi merupakan kecepatan rambatan
geligi rahang atas dengan permukaan oklusi gigi- atau kecepatan penurunan kualitas dari material
geligi rahang bawah dari keadaan normal. 1,2 karena terjadinya korosi, dengan mengetahui nilai
Prevalensi terjadinya maloklusi pada kelompok laju korosi dari suatu material yang diletakkan
umur 12-14 tahun sebesar 15,6% dan kelompok dalam suatu lingkungan maka dapat memprediksi
umur 15-24 tahun sebesar 12,0%. Kasus maloklusi usia dari suatu material dan dapat dilakukan
dapat dirawat atau diperbaiki dengan perawatan penghambatan laju korosi.14,15
ortodontik. Perawatan ortodontik bertujuan untuk Terjadinya korosi memicu reaksi
mencapai keseimbangan yang baik antara hubungan hipersensitivitas akibat adanya kandungan material
oklusi gigi geligi, estetika wajah dan stabilitas yang hilang dan berkontak dengan jaringan sekitar,
dalam perawatan.3,4,5,6 kandungan kawat stainless steel yang masuk ke
Alat yang digunakan pada perawatan tubuh menimbulkan efek seperti karsinogenik,
ortodontik secara umum terbagi menjadi 2 yaitu mutagenik, dan sitotoksik. Selain itu, meningkatnya
piranti cekat dan piranti lepasan. Piranti ortodontik korosi juga dapat menyebabkan kekasaran pada
lepasan dipilih karena proses pembuatannya lebih permukaan kawat ortodontik stainless steel dan
mudah, harga lebih murah. Selain itu piranti menyebabkan kawat mudah patah sehingga
ortodontik lepasan ini juga mudah dibersihkan memperpanjang waktu perawatan ortodontik.9,16
karena dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh Salah satu minuman yang memiliki pH rendah
penggunanya sehingga memberikan kebersihan yaitu air kelapa. Pada negara-negara tropis pohon
rongga mulut yang baik. Pada kasus maloklusi kelapa banyak dijumpai. Di Indonesia sendiri
sederhana atau ringan dapat menggunakan piranti kelapa merupakan hasil perkebunan terbanyak
ortodontik lepasan. Piranti ortodontik lepasan kedua setelah kelapa sawit yaitu sebanyak
cenderung menghasilkan gerakan sederhana seperti 3.262.721 ton pada tahun 2014 dan Kalimantan
gerakan tipping, dan selama perawatan diperlukan Selatan merupakan salah satu penyumbang hasil
kooperatif dari pasien.1,4,7,8 kelapa sebanyak 27.937 ton.17,18,19 Kelapa dijuluki
Piranti lepasan menggunakan bahan yang “Tree of life” karena dianggap sebagai tumbuhan
terdiri dari akrilik dan kawat. Kawat yang serbaguna, dan hampir semua bagiannya dapat
umumnya digunakan pada perawatan ortodontik dimanfaatkan oleh manusia untuk keperluan sehari-
lepasan yaitu bahan stainless steel. Stainless steel hari.20 Air kelapa dikonsumsi oleh masyarakat
merupakan paduan kawat yang mempunyai karena rasanya yang menyegarkan dan memiliki
kombinasi yang baik dari sifat mekanik, ketahanan sifat antioksidan yang baik untuk tubuh.21
korosi, dan biaya. Kawat ortodontik stainlees steel Kandungan air kelapa sebagian besar mineral dan
memiliki kandungan 8-12% nikel, 17-22% juga beberapa jenis asam amino. Air kelapa
kromium dan unsur-unsur lain seperti tembaga, besi memiliki pH antara 4,67-6,17.21,22 Tujuan dari
molibdenum, mangan, silikon dan sulfur.9,10,11,12 penelitian ini adalah untuk menganalisis laju korosi
Menurut Castro et al sifat ketahanan korosi kawat ortodontik stainless steel setelah direndam
pada kawat ortodontik stainless steel dapat dengan air kelapa.
dipengaruhi oleh makanan dan minuman yang
memiliki pH rendah. Berkontaknya pH rendah BAHAN DAN METODE
Penelitian ini diawali dengan pembuatan surat pembuatan alat ortodontik. Sampel yang digunakan
izin penelitian dan ethical clearance yang berjumlah 10 sampel pada masing-masing
diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi kelompok. Total sampel berjumlah 20 sampel
Universitas Lambung Mangkurat No. 033/KEPKG- dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
FKULM/EC/IX/2017. Jenis Penelitian ini adalah simple random sampling yang terdiri dari 2
penelitian eksperimental murni (true experimental) kelompok perendaman. Kelompok perlakuan:
dengan rancangan penelitian pre-test and post-test kawat ortodontik stainless steel direndam dalam air
with control group design. Sampel pada penelitian kelapa. Kelompok kontrol: kawat ortodontik
ini menggunakan kawat ortodontik stainless steel stainless steel direndam dalam larutan salin. Lama
tipe hardspring dengan ukuran yang berdiameter perendaman yang digunakan dalam penelitian ini
0,7 mm dan panjang 5 cm. Kawat ortodontik adalah selama 13 jam.
stainless steel diberi perlakuan yang sama dengan Pembuatan sampel kawat ortodontik stainless
diberi goresan sepanjang kawat, hal ini diasumsikan steel dilakukan di Laboratorium Kering Fakultas
sebagai kerusakan kawat yang terjadi pada saat Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat
Rosdayanti: Analisis Laju Korosi Kawat Ortodontik Lepasan Stainless Steel 60

Banjarmasin. Kawat ortodontik stainless steel Tabel 1. Tabel nilai rata-rata (mean), standar
diameter 0,7mm dipotong menggunakan tang deviasi, dan Uji Normalitas laju korosi
potong sepanjang 5cm, kemudian diberi goresan (mpy) kawat ortodontik stainless steel
pada permukaannya sepanjang kawat menggunakan
bur diamond fissure yang dipasangkan pada contra Mean ± SD Hasil Uji
Kelompok
angel low speed handpiece dengan kecepatan Normalitas
Perlakuan
mikromotor 500 rpm. Pengukuran dan pengujian Sebelum Sesudah (Sig.)
sampel dilakukan di Laboratorium Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung 1,9484
Mangkurat Banjarbaru. pH masing-masing larutan Air Kelapa 0 0.001
± 0,7614
diukur menggunakan pH meter. Sebelum
Larutan 0,2587
perendaman, kawat ortodontik stainless steel 0 0.000
Salin ± 0,5461
ditimbang beratnya menggunakan timbangan
digital. Kawat direndam pada masing-masing
larutan selama 13 jam didalam inkubator dengan Data ini dilanjutkan uji non parametrik yaitu
suhu 37ºC. Setelah 13 jam kawat dikeluarkan, uji Wilcoxon untuk melihat adanya perbedaan laju
dibersihkan dengan air mengalir dan dikeringkan, korosi kawat sebelum dan sesudah perendaman dan
kemudian dilakukan penimbangan untuk uji Mann Whitney U untuk melihat adanya
mengetahui berat kawat setelah perendaman. perbedaan laju korosi kawat antar kelompok
Perhitungan laju korosi kawat ortodontik perlakuan.
stainless steel dihitung menggunakan metode
weight loss, dengan rumus23,24: Berdasarkan Uji Wilcoxon didapatkan hasil
yang disajikan dalam tabel 2.
mpy = Tabel 2. Nilai kemaknaan dari nilai laju korosi
kawat ortodontik stainless steel sebelum
Keterangan: dan sesudah perendaman masing-masing
W= selisih berat kawat (g) perlakuan
D = berat jenis (g/cm3)
A = luas permukaan kawat (cm2) Kelompok
Nilai p
t = lama perendaman (jam) Perlakuan
HASIL PENELITIAN Air Kelapa 0,005*
Nilai rata-rata laju korosi kawat ortodontik
lepasan stainless steel pada masing masing Larutan Salin 0,180
kelompok dapat dilihat pada gambar diagram
Ket: *terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05)
sebagai berikut.

Sebelum Sesudah Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa


nilai laju korosi kawat ortodontik stainless steel
sebelum dan sesudah perendaman menggunakan air
kelapa terdapat perbedaan bermakna, sedangkan
laju korosi kawat ortodontik stainless steel sebelum
dan sesudah perendaman menggunakan larutan
salin tidak terdapat perbedaan bermakna. Hasil dari
Gambar 1. Diagram rata-rata nilai laju korosi kawat uji Mann Whitney U terdapat perbedaan bermakna
ortodontik stainless steel dalam nilai laju korosi kawat ortodontik stainless steel
kelompok perendaman air kelapa dan antara kelompok perlakuan menggunakan air
larutan salin. kelapa dan kelompok kontrol menggunakan larutan
salin.
Data tersebut kemudian dilakukan Uji
normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk PEMBAHASAN
Test. Hasil yang didapatkan dari uji normalitas Nilai laju korosi kawat ortodontik stainless
dapat dilihat pada tabel 1. steel yang direndam dalam kelompok perlakuan
menggunakan air kelapa mengalami peningkatan
laju korosi yang bermakna dibandingkan dengan
nilai laju korosi kawat ortodontik stainless steel
yang direndam dalam kelompok kontrol
menggunakan larutan salin. Hal ini dikarenakan air
kelapa memiliki pH 5,27 yang tergolong rendah,
61 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 58 - 62

karena kandungan-kandungan seperti asam lepasan stainless steel. Suhu yang digunakan dalam
askorbat, asam pantotenat, asam nikotinat, dan penelitian adalah suhu normal yaitu 37oC, suhu
beberapa jenis asam amino yang ada dalam air normal tersebut menyebabkan tidak terjadinya
kelapa. Dalam air kelapa juga terkandung ikatan antara ion hidrogen dengan ion logam pada
potassium, sodium, chloride, magnesium, sulfur kawat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
dan gula.21,25,26,27 Hal ini sesuai dengan penelitian Wirasatyawan et al mengatakan bahwa kawat
Loto et al yang menyatakan bahwa laju korosi ortodontik stainless steel dapat mengalami
kawat yang berada dalam lingkungan asam akan perubahan pada suhu yang tinggi. Suhu tinggi
meningkatkan reaksi korosi pada kawat sehingga mengakibatkan difusi oksigen yang tinggi dalam
angka laju korosi meningkat.28,29 larutan sehingga proses korosi menjadi lebih
Hasil perhitungan laju korosi kawat ortodontik cepat.29,33
stainless steel pada perendaman air kelapa dan Korosi menyebabkan hilangnya kandungan
larutan salin menunjukkan bahwa laju korosi kawat material, perubahan karakteristik struktural, atau
meningkat seiring dengan penurunan pH, hilangnya integritas struktural. Terjadinya korosi
dikarenakan pH yang rendah menyebabkan memicu reaksi hipersensitivitas akibat adanya
banyaknya ion H+ yang terkandung, sehingga kandungan material yang hilang dan berkontak
memicu terjadinya reaksi reduksi lain yang dengan jaringan sekitar. Selain itu, meningkatnya
berlangsung juga, yaitu pembentukan hidrogen. korosi juga dapat menyebabkan kekasaran pada
Seperti persamaan reaksi: 2H+ + 2e- → H2. Hal ini permukaan kawat ortodontik stainless steel dan
menyebabkan terjadi oksidasi pada kawat menyebabkan kawat mudah patah sehingga
ortodontik stainless steel. Oksidasi yang terjadi memperpanjang waktu perawatan.12,13 Adapun
pada logam besi menghasilkan ion besi dan keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dapat
elektron. Elektron ini yang akan bergabung dengan mengontrol panjang kawat pada saat pemotongan
oksigen dan air pada katoda membentuk ion OH. kawat ortodontik lepasan stainless steel, sehingga
Kombinasi antara ion OH dengan ion besi akan panjang kawat pada setiap sampel berbeda.
menghasilkan karat dengan rumus kimia Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
Fe2O3.xH2O.29,30,31,32 dapat disimpulkan bahwa laju korosi kawat
Korosi yang terjadi kawat ortodontik stainless ortodontik stainless steel yang direndam dengan air
steel dikarenakan larutan yang digunakan untuk uji kelapa lebih besar dibandingkan laju korosi pada
perendaman memiliki kandungan klorida yang perendaman larutan salin.
termasuk dalam golongan asam kuat. Klorida
mempunyai kemampuan untuk merusak lapisan
oksida pada permukaan logam. Ion klorida DAFTAR PUSTAKA
kebanyakan bertindak sebagai ion triger atau ion
agresif karena kemampuannya yaitu 1. Phulari BS. Orthodontics principles and
menghancurkan lapisan pasif pada permukaan practice. Jaypee Brothers Medical Publisher :
logam, sehingga membentuk celah pada permukaan New Delhi ; 2011. p. 70-4.
logam. Celah kecil yang terbentuk menyebabkan 2. Adhani R, Rizal HK, Widodo, Sapta R.
semakin mudahnya ion Cl- merusak lapisan Perbedaan indeks karies antara maloklusi
terdalam lagi. Ketika proses dimulai, reaksi ringan dan berat pada remaja di ponpes Darul
hidrolisis ion logam dari reaksi anodik Hijrah Martapura. Dentino Jurnal Kedokteran
menyebabkan semakin menurunnya pH, dimana Gigi. 2014; 2(1) : 13-17.
reaksi tersebut dapat menghambat perbaikan 3. Susilowati. Prevalensi maloklusi gigi anterior
lapisan film dan mempercepat serangan korosi yang pada siswa Sekolah Dasar (Penelitian
terjadi pada logam. Semakin besar kandungan pendahuluan di SD 6 Maccora Walihe, Sidrap).
klorida yang terkandung dalam larutan atau Makassar Dent J. 2016; 5(3) : 97-101.
lingkungan maka semakin banyak kandungan dari 4. Wiedel AP, Bondemark L. Fixed versus
kawat yang terlepas, sehingga nilai laju korosi dari removable orthodontic appliances to correct
kawat ortodontik stainless steel juga akan semakin anterior crossbite in the mixed dentition – a
besar.29,31 randomized controlled trial. European Journal
Faktor lain yang menyebabkan korosi yaitu of Orthodontics. 2015; 32(2) : 123-127.
waktu dan suhu. Waktu yang digunakan dalam 5. Premkumar S. Textbook of orthodontics.
penelitian ini yaitu 13 jam, waktu merupakan salah Elsivier : India ; 2015. p. 2.
satu faktor yang dapat mempengaruhi terlepasnya 6. Singh G. 2015. Textbook of Orthodontics. 3th
ion nikel dan kromium yang terkandung pada ed. Jaypee Brothers Medical Publisher : New
kawat, sehingga memicu terjadinya korosi. Delhi ; 2015. p. 4-5.
Semakin lama kawat berkontak dengan lingkungan 7. Ulusoy AT, Bodrumlu, Ebru H. Management
korosif maka semakin berpengaruh terhadap of anterior dental crossbite with removable
terjadinya korosi yang akan menyebabkan appliances. Contemporary Clinical Dentistry.
peningkatan laju korosi pada kawat ortodontik 2013; 4(2) : 223-226.
Rosdayanti: Analisis Laju Korosi Kawat Ortodontik Lepasan Stainless Steel 62

8. Proffit WR., Henry W. Fields Jr, David MS. 14. Anggaretno G, Rochani I, Supomo H. Analisa
Contemporary orthodontics, 5th ed. Elsevier pengaruh jenis elektroda terhadap laju korosi
Mosby : Philadelpia ; 2013. p. 242-5. pada pengelasan pipa API 5L grade X65
9. Oh, Keun-Taek., Kim, Young-Sik., Park, dengan media korosi FeCl3. Jurnal Teknik ITS.
Yong-Soo., Kyoung-Nam. Properties of super 2012; 1(1):124-128.
stainless steel for orthodontic applications. 15. Siregar BM, dan Bintang M. Analisa laju
Journal of Biomedical Materials Research Part korosi mild steel pada lingkungan dengan
B Applied Biomaterials. 2004; 2(69B) : 183- kelembaban tinggi selama 24 jam. Jurnal
194. Sistem Teknik Industri. 2005; 6(5) : 66-70.
10. Kaur, Jasmeen., Mahajan, Neeraj., Jindal, 16. Siwy CJ, Lydia EN, PS Anindita. Uji
Sahil. Orthodontic wires. Journal of Dental pelepasan logam kromium (Cr) dan nikel (Ni)
Herald. 2015; 2(4) : 015-017. beberapa merek braket stainless steel dalam
11. Situmeang, Meri Angelia., P. S. Anindita., cairan saliva artifisial. Jurnal e-GiGi (eG).
Juliatri. Perbedaan pelepasan ion nikel dan 2015; 3(2) : 421-425.
kromium pada beberapa merek kawat stainless 17. Castro SM, et al. Orthodontic wire and its
steel yang direndam dalam asam cuka. corrosion-the specific case of stainless steel
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 2016; 5(4) : and beta-titanium. Journal of Dental Science.
252-258. 2015; 10 : 1-7.
12. Behroozi Z, et al. Evaluation of the corrosion 18. Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan.
of five different bracket-archwire combination: Kalimantan Selatan dalam angka 2015.
an in-vitro analysis using inductively coupled Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Provinsi
plasma mass spectrometry. J Dent Shiraz Univ Kalimantan Selatan. 2015. p. 216-7.
Med Sci. 2016; 17(3) : 262-267. 19. Kementrian Pertanian. Rencana strategis
13. House, Kate., et al. Corrosion of orthodontic kementrian pertanian tahun 2015-2019. 2015.
appliances–should we care?. American Journal Jakarta: Kementrian Pertanian Republik
of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics. Indonesia. p. 24-25.
2008; 133(4) : 584-592.
20. Pratiwi FM, dan Sutara PK. Etnobotani kelapa Journal of Recent Scientific Research. 2014; 5
(Cocos nucifera L.) di wilayah Denpasar dan : 1485-1490.
Badung. Jurnal Simbiosis. 2013; 1(2) : 102-11. 28. Loto RT, Loto CA, Popoola API, Ranyaoa, M.
21. Manjunatha SS. and Raju PS. Modelling the Corrosion resistance of austenitic stainless steel
rheological behaviour of tender coconut (Cocos in sulphuric acid. International Journal of
nucifera L) water and its concentrates. Physical Sciences. 2012; 7(10) : 1677-1688.
International Food Research Journal. 2013; 29. Ornelasari R. Analisa laju korosi pada stainless
20(2) : 731-743. steel 304 menggunakan metode ASTM G31-72
22. Bonde MM, Fatimawali, PS Anindita. Uji pada media air nira aren. JTM. 2015; 1(1) :
pelepasan ion logam nikel (Ni) dan kromium 112-117.
(Cr) kawat ortodontik sstainless steel yang 30. Annusavice KJ. Phillips: Buku Ajar Ilmu
direndam dalam air kelapa. Pharmacon Jurnal Bahan Kedokteran Gigi ed 10. Penerjemah:
Ilmiah Farmasi. 2016; 5(4) : 40-45. Johan Arief Budiman, Susi Purwoko. EGC :
23. Afandi YK, Arief IS, Amiadji. Analisa laju Jakarta ; 2013. p. 201-208.
korosi pada pelat baja karbon dengan variasi 31. Minanga MA, PS Anindita, Juliatri. Pelepasan
ketebalan coating. Jurnal Teknik ITS. 2015; ion nikel dan kromium braket ortodontik
4(1) : 1-5. stainless steel yang direndam dalam obat
24. Rahman LOA, Hasbi M, Aminur. Analisa laju kumur. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2016; 5(1) :
korosi pada baja karbon rendah yang dilapisi 135- 141.
seng dengan metode hot dip galvanizing. 32. Robiati S. Pengaruh konsentrasi asam askorbat
ENTHALPY – Jurnal Ilmiah Mahasiswa (vitamin C) sebagai inhibitor korosi pada baja
Teknik Mesin. 2016; 1(2) : 25-29. karbon dalam lingkungan yang mengandung
25. Majeed Ph.D M, and Prakash Ph.D, L. klorida menggunakan metode immerse.
Nurturing Health & Wellness with Coconut Skripsi. Pekanbaru : Universitas Islam Negeri
Water Solids. Sabinsa Corporation ; 2007. p. 1- Sultan Syarif Kasim Riau; 2011.p. 12-28.
10. 33. Wirastyawan I, Ardhana W, Karunia D.
26. Kriswiyanti E. Keanekaragaman karakter Pengaruh penggunaan air polisher dan jenis
tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) yang kawat terhadap daya lenting kawat busur
digunakan sebagai bahan upacara padudusan ortodontik setelah direndam dalam saliva
agung. Jurnal Biologi. 2013; 2(2) : 15-19. buatan. Jurnal Kedokteran Gigi. 2015; 6(4) :
27. Priya SR, Ramaswamy L. Tender coconut 347-353.
water – natures elixir to mankind. International
63

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

EFEK PERENDAMAN MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP DAYA


LENTING KAWAT ORTODONTIK LEPASAN STAINLESS STEEL

Priska E Siagian1, Diana Wibowo2, Fajar Kusuma Dwi Kurniawan3


1
Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
2,3
Bagian Ilmu Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

ABSTRACT
Background: Carbonated beverage is a daily drinks with carbonic acid and has pH of 2.32. Carbonated
beverage with lower pH may cause the releasing of nickel (Ni) and chromium (Cr) ions on stainless steel
orthodontic wire in oral cavity and result in alteration of resilience. Purpose: The aim of this research is to
know the change of resilience of stainless steel removable orthodontic wire before and after immersion with
carbonated beverages and saline solution. Material and methods: This study is true experimental study using
pre and post test with control group design, consist of 10 treatment groups and 10 control groups were obtained
from preliminary test, each group using stainless steel ortodontic wire with length of 3cm which the diameter is
0.6 mm and given a scratch along the wire then perform the resilience before and after the immersion using a
force meter gauge. Each sample was immersed in an incubator at 37°C for 13 hours. Research result: The
results showed that the average of resilience in the treatment groups before immersion was 17.65 gr/mm and
after immersion of 17.61 gr/mm, while in control groups before and after immersion was 17,64 gr/mm. The
results of Dependent and Independent T-test showed that there was no change of resilience of wire in the
treatment groups and the control groups (p> 0,05). Conclusion: There is no significant change of stainless steel
orthodontic wire resilience because of the release of nickel and chromium ions.

Keywords: Carbonated beverage, Resilience, Stainless steel.

ABSTRAK
Latar belakang: Minuman berkarbonasi merupakan minuman yang mengandung asam karbonat dan
memiliki pH 2,32. pH rendah dalam minuman berkarbonasi dapat menyebabkan pelepasan ion nikel (Ni) dan
kromium (Cr) pada kawat ortodontik lepasan stainless steel yang berada lama di rongga mulut dan
mengakibatkan perubahan daya lenting. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan daya
lenting kawat ortodontik lepasan stainless steel sebelum dan sesudah perendaman dengan minuman
berkarbonasi dan larutan salin. Metode dan bahan: Penelitian bersifat eksperimental murni dengan metode pre
and post test with control group design, terdiri dari 10 kelompok perlakuan dan 10 kelompok kontrol yang
diperoleh dari uji pendahuluan, masing – masing kelompok menggunakan kawat ortodontik stainless steel
dengan panjang 3cm berdiameter 0,6 mm dan diberi goresan sepanjang kawat kemudian melakukan pengukuran
daya lenting sebelum dan sesudah perendaman dengan menggunakan gauge force meter. Masing - masing
sampel direndam didalam inkubator dengan suhu 370C selama 13 jam. Hasil penelitian: Hasil penelitian
menunjukkan rerata perubahan daya lenting pada kelompok perlakuan sebelum perendaman sebesar 17,65
gr/mm dan sesudah perendaman sebesar 17,61 gr/mm, sedangkan rerata pada kelompok kontrol sebelum dan
sesudah perendaman sebesar 17,64 gr/mm. Hasil uji parametrik Dependen dan Independen T-test menunjukkan
bahwa tidak terjadi perubahan daya lenting kawat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p > 0,05).
Kesimpulan: Perendaman kawat ortodontik stainless steel mengalami perubahan daya lenting namun tidak
signifikan dikarenakan pelepasan ion nikel dan kromium tidak terlalu banyak.

Kata-kata kunci:, Daya lenting, Minuman berkarbonasi, Stainless steel.

Korespondensi: Priska E Siagian, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, 70232, Indonesia, email: elisabethpriska@gmail.com
Siagian: Efek Perendaman Minuman Berkarbonasi Terhadap Daya Lenting Kawat 64

PENDAHULUAN Universitas Lambung Mangkurat No. 014/KEPKG-


Minuman berkarbonasi atau dikenal dengan soft FKGULM/EC/VIII/2017. Metode penelitian yang
drink merupakan minuman yang melewati digunakan adalah true experimental dengan
carbonated process dan banyak dikonsumsi oleh rancangan pre and post test with control group
masyarakat di Indonesia. Pada tahun 1997 sebanyak design. Penelitian ini menggunakan simple random
11 botol kecil minuman berkarbonasi dibeli setiap sampling yang terdiri dari kelompok perlakuan
bulannya dan meningkat menjadi 13 botol pada dengan minuman berkarbonasi dan kelompok
tahun 2001. Rata – rata pengkonsumian minuman kontrol dengan larutan salin.
berkarbonasi dalam sehari sebanyak dua sampai Penelitian ini diawali dengan membuat sampel
tiga kali sehari.1 Asosiasi Industri Minuman Ringan dengan memotong kawat ortodontik stainless steel
Indonesia (ASRIM) pada tahun 2005 menyatakan tipe hard spring AISI 304 dengan diameter 0,6 mm
bahwa minuman berkarbonasi menduduki peringkat sepanjang 3 cm sebanyak 20 buah. Kemudian
ketiga sebesar 13 porsi saji seukuran 236 ml per membuat papan penyangga dari kayu. Pada bagian
orang per tahun.2 Minuman berkarbonasi memiliki tengah papan kayu diberi dinding berukuran 3x3
pH sekitar 2,0 – 3,5.3 Menurut The Coca cola cm sebagai penyangga agar kawat ortodontik
Company, (2018) minuman berkarbonasi stainless steel tidak bergerak saat dilakukan
mengandung air berkarbonasi, gula, pewarna pengukuran, kemudian membuat penanda defleksi
caramel (kelas IV), konsentrat kola, asam fosfat, dengan jarak 3 mm yang diukur dengan
kafein.4 Menurut Asosiasi Industri Minuman menggunakan penggaris.
Ringan Indonesia (ASRIM) 72% minuman Setelah sampel selesai dibuat, sampel diberi
berkarbonasi yang digemari adalah coca cola dan goresan sepanjang kawat dengan menggunakan bur
48% diantaranya adalah kemasan botol. 5 diamond fissure kemudian kawat diukur daya
Masyarakat yang menggunakan perawatan lenting awal sebelum dilakukan perendaman.
ortodontik sebagian mengkonsumsi minuman Pengukuran daya lenting menggunakan alat gauge
berkarbonasi. Perawatan ortodontik bertujuan untuk force meter. Gauge force meter diletakkan pada
memperbaiki estetik wajah, susunan gigi dan papan penyangga. Kemudian papan penyangga
mencegah terjadinya keabnormalan bentuk wajah.6 didorong kearah yang telah ditentukan.
Perawatan ortodontik yang digunakan dokter gigi Setelah itu masing – masing larutan dimasukkan
salah satunya adalah piranti ortodontik lepasan. kedalam dalam tabung, 10 tabung berisi minuman
Piranti ortodontik lepasan merupakan alat yang berkarbonasi dan 10 tabung lagi berisi larutan salin.
dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien. 7 Kemudian dilakukan pengukuran pH pada
Piranti ortodontik lepasan memiliki tiga komponen minuman berkarbonasi dan didapat rata – rata pH
utama yaitu plat dasar, komponen retentif dan minuman berkarbonasi sebesar 2,32. Sampel
komponen aktif. Komponen aktif menggunakan dimasukkan kedalam tabung yang berisi larutan dan
kawat stainless steel dengan diameter 0,5 mm dan dimasukkan ke dalam inkubator dan didiamkan
0,6 mm.8 Kawat ortodontik stainless steel memiliki selama 13 jam dengan suhu 370C. Setelah 13 jam
keunggulan yaitu kombinasi sifat mekanik yang sampel dikeluarkan dan dilakukan pengkuran daya
baik, tahan korosi, harga ekonomis dan daya lenting akhir dengan cara yang sama.
lenting.9 Sifat daya lenting dapat memberikan gaya
konstan selama pergesaran gigi.10 Kawat ortodontik HASIL PENELITIAN
stainless steel terdiri dari 18 – 20% Kromium, 8 – Berdasarkan penelitian mengenai efek
12% Nikel dan 0,08% Karbo.11 perendaman minuman berkarbonasi terhadap daya
Masyarakat yang menggunakan kawat lenting kawat ortodontik lepasan stainless steel
ortodontik dan mengkonsumsi minuman diperoleh rata – rata daya lenting kawat ortodontik
berkarbonasi dapat menimbulkan perubahan daya stainless steel dengan diameter 0,6 mm sebelum
lenting kawat yang diakibatkan oleh lingkungan dan sesudah perendaman dengan kelompok
dengan pH yang rendah dapat menyebabkan perlakuan dan kelompok kontrol dapat dilihat
pelepasan ion Nikel dan Kromium pada kawat yang sebagai berikut.
berada di dalam rongga mulut. 12 Pelepasan ion
Nikel dan Kromium didalam rongga mulut disebut
biodegradasi logam karena suhu dan pH saliva
mempengaruhi kestabilan ion logam13. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui efek perendaman
minuman berkarbonasi terhadap perubahan daya
lenting kawat ortodontik lepasan stainless steel.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini diawali dengan pembuatan surat
izin penelitian dan ethical clearance yang
diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
65 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 63 - 67

homogenitas menunjukkan pada kelompok


perlakuan data terdistribusi normal dan homogen
sedangkan pada kelompok perlakuan data
terdistribusi normal namun tidak homogen atau
tidak ada variasi.
Setelah data terdistribusi normal dan homogen
dilanjutkan dengan uji parametrik dengan
menggunakan uji hipotesis Dependen T Test (T-test
berpasangan) didapatkan hasil p = 0,104 (p = >
0,05), hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan antar kelompok perlakuan sebelum dan
sesudah perendaman. Analisis data dilanjutkan
dengan uji Independen T Test (T-test tidak
berpasangan) hal ini untuk membandingkan hasil
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
dan didapatkan hasil p = 0,545 (p = > 0,05)
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Gambar 1. Rata – rata daya lenting kawat
ortodontik stainless steel antara kelompok PEMBAHASAN
perlakuan dan kelompok kontrol. Kawat ortodontik stainless steel dapat
mengalami penurunan sifat mekanik dan kimia
Pada gambar 1 yang menunjukkan bahwa akibat kontak dengan lingkungan rongga mulut.
jumlah rata – rata daya lenting kawat ortodontik Penurunan sifat pada kawat secara simultan dapat
stainless steel pada kelompok perlakuan dan terjadi karena proses kimia, mekanik dan
kontrol tidak mengalami perubahan yang elektrokimia yang mengakibatkan terjadinya
signifikan. Pada kelompok perlakuan sebelum korosi.14,15 Penelitian mengenai perendaman kawat
dilakukan perendaman kawat ortodontik stainless ortodontik stainless steel dengan larutan salin
steel dengan minuman berkarbonasi sebesar 17,65 sebagai kelompok kontrol berfungsi untuk
gr/mm dan sesudah dilakukan perendaman sebesar menstimulasikan adanya proses kimia di dalam
17,61 gr/mm. Pada kelompok kontrol sebelum rongga mulut dan pengkonsumsian minuman
dilakukan perendaman kawat ortodontik stainless berkarbonasi sebagai kelompok perlakuan
steel dengan larutan salin sebesar 17,64 gr/mm dan berfungsi menjadi faktor elektrokimia yang dapat
sesudah dilakukan perendaman tidak mengalami memicu terjadinya korosi. Kombinasi perlakuan
perubahan daya lenting. antara waktu perendaman dan pH setiap larutan
menggambarkan pemakaian ortodontik lepasan
Pada uji normalitas shapiro-wilk didapatkan berdasarkan pengkonsumsian minuman
hasil sebagai berikut. berkarbonasi.
Perubahan daya lenting dapat terjadi karena
Sig. faktor lingkungan yaitu kadar pH, suhu dan
Kelompok waktu.15 Kawat ortodontik stainless steel yang
Pre test Post test
Karbonasi 0,258 0,152 digores kemudian direndam dengan minuman
Salin 0,124 0,124 berkarbonasi selama 13 jam mengalami
Gambar 2. Tabel uji normalitas Shapiro-wilk. penambahan konsentrasi ion H+ dari asam karbonat
(H2CO3) dan pelepasan ion nikel dan kromium
Pada gambar 2 didapatkan hasil dari uji terlepas sebagian sehingga daya lenting pada kawat
normalitas pada kawat ortodontik stainless steel ortodontik stainless steel mengalami perubahan
sebelum direndam dengan minuman berkarbonasi namun tidak signifikan. Perubahan yang tidak
terdistribusi normal dengan p = 0,258 (p > 0,05), signifikan disebabkan oleh kandungan kromium
setelah direndam kawat ortodontik stainless steel pada kawat stainless steel sangat tinggi sehingga
terdistribusi normal dengan p = 0,152 (p > 0,05). memiliki ketahanan terhadap goresan.
Hasil yang didapat dari uji normalitas pada kawat Perendaman kawat stainless steel selama 13 jam
ortodontik stainless steel sebelum direndam dengan mengakibatkan terbentuknya lapisan oksida yang
larutan salin terdistribusi normal dengan p = 0,124 berasal dari kromium sehingga dapat mencegah
(p = > 0,05) dan setelah direndam kawat ortodontik korosi. Menurut penelitian Wirasetyawan (2015)
stainless steel tersebut tidak mengalami perubahan. menyatakan bahwa besar daya lenting kawat
Dilanjutkan dengan uji homogenitas levene’s test stainless steel yang disemprot dengan air polisher
dan didapatkan hasil p = 0,132 (p = > 0,05). Pada kemudian direndam selama 15 dan 30 hari tidak
kelompok kontrol uji homogenitas didapatkan hasil menunjukkan hal yang bermakna atau perubahan
p = 0,0001 (p = < 0,05). Uji normalitas dan uji daya lenting tidak signifikan. Hal ini disebabkan
Siagian: Efek Perendaman Minuman Berkarbonasi Terhadap Daya Lenting Kawat 66

karena waktu merupakan salah satu faktor yang DAFTAR PUSTAKA


dapat mempengaruhi terlepasnya ion nikel dan 1. Sumolang, Steven. Studi Budaya Konsumen
kromium dan memicu terjadinya korosi. Semakin Masyarakat Kota Menado dalam
lama waktu yang digunakan untuk kawat terpapar Mengonsumsi Minuman Ringan Coca Cola.
dengan pH rendah maka semakin berpengaruh Manado. 2010: hal: 53.
terhadap terjadinya korosi yang menyebabkan 2. Triyono. Analisis Perubahan Kurs Rupiah
perubahan daya lenting.15 terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi
Menurut Jura dkk (2015) menyatakan kawat Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas
ortodontik stainless steel yang direndam dengan Muhammadiyah Surakarta. 2008; 9(2): 156-
saliva buatan dalam temperatur 370C selama 30 hari 167.
menunjukkan bahwa terjadi pelepasan ion nikel dan 3. Bardal, E. Corrosion and Protection.United
kromium dalam saliva buatan.16 Pada penelitian States of America : Spinger Verlag London
Rey Kristianingsih dkk (2014) menyatakan bahwa Limited. 2004: p . 75 – 77.
pelepasan ion nikel dan kromium yang berlebihan 4. Hutapea, Gabriella Carolina, dkk.
atau korosi yang terjadi dalam rongga mulut dengan Perbandingan Kadar Glukosa Darah Setelah
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan Mengonsumsi Coca-Cola Reguler dan Coca-
perubahan dimensi kawat dan mempengaruhi Cola Zero Pada Populasi Non-Diabetes. Jurnal
kekuatan kawat.17 Kedokteran Diponegoro. 2016; 5(4) : 892 –
Kawat ortodontik stainless steel terbentuk dari 902.
lapisan tipis kromium yang menjadi pelindung 5. Puspitasari, Nia Budi, Afina Hasya. Analisis
kawat dari korosi.17 Pada penelitian yang dilakukan Preferensi Konsumen Terhadap Produk Coca-
oleh William dkk (2001) dan Sumarji (2011) cola, Pepsi dan Big Cola di Kota Semarang
menyatakan bahwa kandungan kromium pada Dengan Analisis Konjoin. Seminar Nasional
kawat ortodontik stainless steel cukup tinggi IENACO. Program Studi Teknik Industri
sehingga dapat menghambat terjadinya korosi.15 Fakultas Teknik – Universitas Diponegoro.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan ISSN. 2014: hal : 2337-4349.
oleh Hera Kim et al (1999) bahwa kawat ortodontik 6. Singh G. Textbook of orthodontics. 2 nd ed.
stainless steel tidak mengalami perubahan sifat New Delhi. Jaypee. 2007: p. 159-63, 175-7.
fisik dan mekanik karena lapisan oksida yang 7. Isaacson, K. G., dkk., Removable Orthodontic
terbentuk pada permukaan kawat ortodontik Appliances. Wright, Oxford. 2002: p. 33-35.
stainless steel masih dalam keadaan utuh.15 8. Phulari BS. Orthodontics Principles and
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Practice. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
diketahui bahwa terjadi perubahan daya lenting Publishers. 2011; 1(15) : 63,66,70-74.
pada perendaman kawat ortodontik stainless steel 9. Oh,Keun-Taek, Young-Sik Kim, Yong-Soo
namun tidak signifikan dikarenakan pelepasan ion Park, Kyoung-Nam Kim. Properties of Super
Ni dan Cr pada kawat tidak terlalu banyak selama Stainless Steels for Orthodontic Applications.
perendaman 13 jam. Hal tersebut terjadi karena Article in Journal of Biomedical Materials
kandungan kromium pada kawat ortodontik Research Part B Applied Biomaterials, 2004 ;
stainless steel membentuk lapisan tipis transparan 2(69B) : 183–194.
yang disebut kromium oksida (Cr 2O3) sehingga 10. Maulida, A.L. Pengaruh Temperature 450
memiliki ketahanan terhadap korosi. Lapisan ini Terhadap Daya Lenting Kawat Busur
terbentuk akibat reaksi kromium bertemu dengan Ortodontik Cekat Nikel Titanium. Fakultas
oksigen yang berfungi untuk mencegah terjadinya Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah
korosi pada seluruh permukaan kawat, sepanjang Yogyakarta. 2015: hal: 1 – 36.
struktur kawat stainless steel, dan meningkatkan 11. Graber M, Vanarshdall RL. Orthodontics
ketahanan korosi. Lapisan oksidasi yang terbentuk Current Principles And Techniques. 3rd ed.
bersifat self repairing sehingga apabila terjadi Missouri: Mosby. 2000; 79(3) : 394-413.
kerusakan akibat goresan maka lapisan pelindung 12. Wasono, N. Pelepasan Ion Nikel dan
logam yang kaya akan kromium dapat dengan cepat Cromium Breket Stainless Steel yang
terlapisi kembali. Selain itu, kandungan nikel juga Direndam Dalam Minuman Isotonik. Unsrat.
mampu menambah kekerasan, ketahanan terhadap 2016; 5(1) : 158 – 163.
panas dan memberikan kelenturan pada kawat 13. Aryani I. Perbandingan Tingkat Ketahanan
berlebihan dapat menyebabkan perubahan dimensi Korosi Beberapa Bracket Stainless Steel
bentuk kawat dan mempengaruhi kekuatan kawat Ditinjau dari Lepasan ION Cr dan Ni. Tesis.
ortodontik stainless steel yang mengakibatkan Jakarta: Universitas Indonesia. 2012: hal: 6
kawat menjadi luruh.17 Hal ini dapat disimpulkan 14. Gunaatmaja, Anggi. Pengaruh Waktu
bahwa perendaman kawat ortodontik stainless steel Perendaman Terhadap Laju Korosi pada Baja
mengalami perubahan daya lenting namun tidak Karbo Rendah dengan Penambahan Ekstrak
signifikan. Ubi Ungu sebagai Inhibitor Organik di
67 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 63 - 67

Lingkungan NaCl 3,5 %. Universitas 17. Kristianingsih, Rey, Rudy Joelijanto, Depi
Indonesia: Fakultas Teknik. 2011: hal: 1 Praharani. Analisis Pelepasan Ion Ni dan Cr
15. Wirasetyawan, Iwan, Wayan Ardhana, Dyah Kawat Ortodontik Stainless Steel yang
Karunia. Pengaruh Penggunaan Air Polisher Direndam dalam Minuman Berkarbonasi.
dan Jenis Kawat Terhadap Daya Lenting Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa
Kawat Busur Ortodontik Setelah Direndam Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Dalam Saliva Buatan. J. Ked Gi. Oktober (UNEJ). 2014. p. 1 – 3.
2015; 6(4) : 347 – 353.
16. Jura, Ciendy O, dkk. Jumlah Ion Kromium
(Cr) dan Nikel (Ni) Kawat Ortodontik
Stainless Steel yang Terlepas Dalam
Perendaman Saliva. Jurnal e-Gigi. 2015; 3(2) :
1 – 4.
68

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

PERBANDINGAN JARAK PENYINARAN DAN KETEBALAN BAHAN TERHADAP


KUAT TARIK DIAMETRAL RESIN KOMPOSIT TIPE BULK FILL

Astuti Noviyani, M. Y. Ichrom N., Dewi Puspitasari


Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT
Background: Bulk-fill composite resin is a composite resin that can be applied at once into tooth cavity
approximately 4 mm. The process of polymerization on resin composite resin is a vital part which requires
special attention during filling. Factors that affect the polymerization of composite resin is irradiation distance
and material thickness. This is due to the incomplete polymerization, which affect the diametral tensile strength
of bulk-fill composite resin. This research with observe the difference of material thickness and irradiation
distance of bulk-fill composite resin to know the effect on diametral tensile strength. Purpose: The aim of this
research is to compare the diametric tensile strength of bulk-fill composite resin with different material thickness
(2.4 and 6 mm) and irradiation distance (0.2 and 5 mm). Methods: The method of this research is true
experimental with post-test only with control group design. Sampling technique used was simple random
sampling with 45 samples divided into 9 groups with different thickness and irradiation distance. Results:
Analysis of data using parametric test One Way Anova with significant value 0.000 (p<0.05) and LSD Post Hoc
test showed there are significant differences between the thickness group of 6 mm with irradiation distance 0.2
and 5 mm with a value of p = 0,000 (p<0,05). Conclusion: Based on this research, there is difference of
thickness material and irradiation distance on diametral tensile strength of bulk-fill composite resin.

Keywords: diametral tensile strength, bulk-fill composite resin, irradiation distance, material thickness.

ABSTRAK
Latar Belakang: Resin komposit tipe bulk fill merupakan resin komposit yang dapat diaplikasikan secara
sekaligus ke dalam kavitas gigi kurang lebih 4 mm. Proses polimerisasi pada resin komposit merupakan hal
yang penting pada proses penumpatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi polimerisasi resin komposit adalah
jarak penyinaran dan ketebalan bahan. Hal ini dikarenakan proses polimerisasi yang tidak sempurna dapat
mempengaruhi kuat tarik diametral resin komposit tipe bulk fill. Penelitian ini dilakukan dengan melihat
perbedaan ketebalan bahan dan jarak penyinaran pada resin komposit tipe bulk fill untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kuat tarik diametral. Tujuan: Penelitian ini adalah untuk membandingkan nilai kuat
tarik diametral resin komposit tipe bulk fill dengan ketebalan (2, 4 dan 6 mm) dan jarak penyinaran (0, 2 dan 5
mm) yang berbeda. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni dengan post-
test only with control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 45 yang dibagi menjadi 9 kelompok dengan ketebalan dan jarak penyinaran yang
berbeda-beda. Hasil: Analisis data menggunakan uji parametrik One Way Anova dengan nilai signifikansi 0.000
(p<0.05) dan uji post hoc LSD didapatkan hasil perbedaan bermakna pada kelompok ketebalan 6 mm dengan
jarak penyinaran 0, 2 dan 5 mm dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini
terdapat perbandingan ketebalan bahan dan jarak penyinaran terhadap kuat tarik diametral resin komposit tipe
bulk fill.

Kata-kata kunci: kuat tarik diametral, resin komposit tipe bulk fill, jarak penyinaran, ketebalan bahan.

Korespondensi: Astuti Noviyani, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Lambung Mangkurat, Jalan Veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: astutinoviyani11@gmail.com.

PENDAHULUAN bentuk dan fungsi gigi, karena memiliki estetik yang


Resin komposit pertama kali diperkenalkan baik, kemampuan bahan untuk berikatan dengan
dalam bidang kedokteran gigi oleh Bowen pada struktur jaringan keras gigi, dan warnanya yang
tahun 1962. Resin komposit adalah salah satu bahan menyerupai dengan gigi asli. Kegunaan utama resin
restorasi yang digunakan untuk mengembalikan
69 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 68 - 72

komposit adalah bahan restorasi gigi anterior unit dengan permukaan restorasi, warna resin
maupun posterior.1,2 komposit dan komposisi bahan resin komposit itu
Penelitian di bidang kedokteran gigi terus sendiri. Intensitas cahaya light curing unit
dikembangkan untuk memperbaiki sifat fisik resin dipengaruhi oleh jarak ujung light curing unit
komposit. Salah satunya dengan penambahan bahan dengan permukaan resin komposit. Semakin besar
pengisi dan inisiator pada resin komposit yaitu resin jarak penyinaran, maka dispersi cahaya light curing
komposit tipe bulk fill untuk restorasi gigi posterior. unit akan meningkat sehingga akan sulit untuk
Pengaplikasian resin komposit tipe bulk fill adalah memperoleh polimerisasi yang efektif. 8 Semakin
penumpatan resin komposit secara sekaligus ke jauh jarak ujung light curing unit dengan permukaan
dalam kavitas atau satu tahap pengaplikasian resin resin komposit menyebabkan semakin berkurangnya
komposit kemudian disinar.4,5 kekerasan permukaan resin komposit.9 Jarak
Resin komposit tipe bulk fill lebih penyinaran yang paling ideal untuk mendapatkan
menguntungkan bagi dokter gigi maupun pasien polimerisasi yang optimal adalah 2 mm, sedangkan
karena pengaplikasian dalam satu tahap sehingga jarak penyinaran yang distandarisasi adalah 5 mm. 11
dapat mengoptimalkan waktu yang diperlukan untuk Faktor lain yang berperan dalam
perawatan gigi, serta tidak membentuk ruang kosong mempengaruhi kualitas resin komposit yaitu
antar kavitas dan tumpatan.4 Resin komposit tipe ketebalan bahan resin komposit. Ketebalan bahan
bulk fill mempunyai komposisi sebagai berikut: resin komposit dalam kavitas juga mempengaruhi
matriks resin, bahan pengisi anorganik terdiri dari kuat tarik diametral. Restorasi kavitas dengan
barium glass, ytterbium triflouride, mixed oxide dan ketebalan yang dalam akan mengakibatkan
propolymer, inisiator untuk mengaktifkan penyebaran dari energi light curing atau sinar
mekanisme pengerasan resin komposit, inhibitor dan mengalami divergen terhadap permukaan resin
pigmen. Resin komposit tipe bulk fill mengandung komposit.2 Hal ini mengakibatkan menurunnya
modifiers seperti shrinkage stress reliever yang polimerisasi resin komposit. Bahan resin komposit
mengurangi tingkat pengerutan polimerisasi, konvensional yang digunakan pada restorasi
sehingga dapat mengurangi kebocoran mikro yang posterior tidak akan terpolimerisasi dengan baik jika
dapat menimbulkan karies sekunder.5 Resin ketebalan resin lebih dari 2 mm, oleh karena itu
komposit tipe bulk fill dapat disinar hingga rekomendasi ketebalan lapisan resin komposit yang
kedalaman kurang lebih 4 mm, karena warnanya dapat terpolimerisasi secara maksimal adalah 2 mm.
15% lebih translusen sehingga cahaya dapat Kuat tarik diametral adalah salah satu cara untuk
mencapai lapisan yang lebih dalam.6 Kekurangan mengukur kemampuan suatu bahan, khususnya yang
dari resin komposit tipe bulk fill adalah efek akibat bersifat rapuh pada saat menerima beban tarikan
shrinkage stress akan lebih besar ketika secara tidak langsung.7 Lempengan dari bahan
menggunakan teknik bulk fill, karena seluruh bahan dikompresi secara diametral dalam mesin uji sampai
resin komposit berpolimerisasi pada satu waktu terjadi fraktur menjadi dua bagian. Tujuan penelitian
dibandingkan dengan teknik layer by layer atau ini adalah untuk menganalisis perbandingan nilai
inkremental.7 kuat tarik diametral resin komposit tipe bulk fill
Komponen lain yang terdapat pada resin dengan jarak penyinaran dan ketebalan bahan yang
komposit tipe bulk fill adalah kandungan berbeda.
polymerization booster (ivocerin) yang digabungkan
ke dalam sistem inisiator resin komposit. BAHAN DAN METODE
Polimerisasi resin komposit tipe bulk fill dengan Penelitian ini merupakan penelitian
ketebalan 4 mm dalam sekali pengaplikasian terjadi eksperimental murni (true experimental) dengan
karena ivocerin dapat menyerap sinar tampak lebih rancangan post-test only with control group design.
besar daripada champorquinon dan lucirin. Inisiator Pengambilan sampel menggunakan tipe simple
ini memiliki absorbsi panjang gelombang dengan random sampling sebanyak 5 sampel, terdiri dari 9
rasio yang lebih luas dibandingkan camphorquinone, kelompok yaitu kelompok A tebal 2 mm jarak
sehingga bahan bulk fill dapat diaplikasikan sampai penyinaran 0 mm, kelompok B tebal 2 mm jarak
kedalaman 4 mm dengan penyinaran selama 10 detik penyinaran 2 mm, kelompok C tebal 2 mm jarak
menggunakan Light Curing Unit (LCU) dengan penyinaran 5 mm, kelompok D tebal 4 mm jarak
output cahaya minimal 1000 mW/cm3.7 Resin penyinaran 0 mm, kelompok E tebal 4 mm jarak
komposit tipe bulk fill memiliki light-sensitivity penyinaran 2 mm, kelompok F tebal 4 mm jarak
filter, sehingga bahan resin komposit tidak cepat penyinaran 5 mm, kelompok G tebal 4 mm jarak
terpolimerisasi dan lebih mudah untuk membentuk penyinaran 0 mm, kelompok H tebal 4 mm jarak
kontur seperti gigi asli. 8 penyinaran 2 mm, dan kelompok I tebal 4 mm jarak
Faktor yang mempengaruhi kualitas penyinaran 5 mm.
polimerisasi resin komposit yaitu intensitas cahaya, Alat yang digunakan dalam penelitian ini
lama penyinaran, panjang gelombang cahaya, adalah cetakan spesimen berbentuk silinder dengan
ketebalan resin komposit, jarak ujung light curing diameter 5 mm dan tebal 2, 4, dan 6 mm, celluloid
Noviyani: Perbandingan Jarak Penyinaran Dan Ketebalan Bahan 70

strip, kuas, plastic filling instrument, alat penyinaran memiliki rata-rata nilai kuat tarik diametral resin
LED light curing unit, pinset, gelas beker, inkubator, komposit tipe bulk fill paling rendah. Rata-rata nilai
alat fiksasi LED light curing unit, dan alat uji kuat kuat tarik diametral berkisar antara 34-44 MPa. Nilai
tarik diametral Universal Testing Machine. Bahan tersebut masih berada di dalam nilai toleransi kuat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin tarik diametral resin komposit untuk restorasi yaitu
komposit tipe bulk fill merek Tetric N-Ceram Bulk 30-55 MPa.3
Fill Ivoclar Vivadent, vaselin, dan larutan saline. Data hasil kuat tarik diametral resin komposit
Prosedur penelitian diawali dengan tipe bulk fill kemudian dianalisis statistik
pembuatan 45 sampel menggunakan resin komposit menggunakan SPSS 21.0. Hasil uji normalitas pada
tipe bulk fill yang diaplikasikan secara sekaligus ke kelompok resin komposit tipe bulk fill sebesar p =
dalam cetakan berbentuk silinder sedalam 4 mm 0,219 (p>0,05). Uji homogenitas menunjukan varian
menggunakan plastic filling instrument. Cetakan data yang homogen dengan nilai p = 0,925 (p >0,05).
yang telah terisi resin komposit tipe bulk fill Hasil perhitungan didapatkan semua data
dilakukan penyinaran selama 20 detik. Resin kelompok terdistribusi normal dan homogen, dan
komposit tipe bulk fill yang telah mengeras dilepas dilanjutkan uji parametrik One Way ANOVA. Hasil
dari cetakan. Seluruh sampel disimpan dalam gelas uji statistik One Way ANOVA menunjukan nilai
beker berisi larutan saline yang diletakkan dalam p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat
inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam untuk perbedaan bermakna pada jarak penyinaran dan
mengkondisikan suhu fisiologis rongga mulut. ketebalan terhadap kuat tarik diametral resin
Seluruh sampel pada semua kelompok dilakukan uji komposit tipe bulk fill. Uji lanjutan dilakukan
kuat tarik diametral menggunakan alat Universal dengan menggunakan uji Post Hoc. Hasil uji Post
Testing Machine dan didapatkan hasil kekuatan resin Hoc LSD secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.
komposit tipe bulk fill dalam satuan kgf (kilogram Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat perbedaan
force) yang kemudian di konversikan menjadi MPa bermakna pada kelompok E (tebal 4 mm, jarak
(Mega Pascal). peninaran 2 mm), F (tebal 4 mm, jarak peninaran 5
mm), G (tebal 6 mm, jarak peninaran 0 mm), H
HASIL PENELITIAN (tebal 6 mm, jarak peninaran 2 mm) dan I (tebal 6
Hasil uji kuat tarik diametral pada semua mm, jarak peninaran 5 mm). Hasil ini menunjukkan
kelompok perlakuan diperoleh nilai rata-rata nilai bahwa ketebalan maksimal yang dapat dilakukan
kuat tarik diametral pada masing-masing kelompok untuk mendapatkan nilai kuat tarik diametral resin
seperti pada Tabel 1. komposit tipe bulk fill yang optimal adalah 2-4 mm
dan jarak penyinaran 0-2 mm.
Tabel 1. Tabel Rata-Rata (Mean) Nilai Kuat Tarik
Diametral Resin Komposit Tipe Bulk Fill Tabel 2. Tabel Hasil Uji Post Hoc LSD Nilai Kuat
Tarik Diametral Resin Komposit Tipe
Mean ± Standar Deviasi Bulk Fill
Kelompok A B C D E F G H I

(MPa) 0,35 0,08 0,51 0,049 0,024 0,000 0,000 0,000


A -
4 9 2 * * * * *
Kelompok A 44,58 ± 2,82
0,42 0,78 0,000 0,000 0,000
B - 0,278 0,166
2 4 * * *
Kelompok B 43,22 ± 2,81
0,28 0,002 0,001 0,000
C - 0,773 0,551
4 * * *
Kelompok C 42,05 ± 1,99
0,000 0,000 0,000
D - 0,177 0,099
* * *
Kelompok D 43,62 ± 2,09
0,005 0,001 0,001
E - 0,757
Kelompok E 41,63 ± 1,40 * * *

0,011 0,003 0,000


F -
Kelompok F 41,18 ± 2,24 * * *

G - 0,639 0,051
Kelompok G 37,31 ± 2,54
H - 0,131
Kelompok H 36,64 ± 1,88
I -

Kelompok I 34,41 ± 2,36


Ket :
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat kelompok * = terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)
A memiliki rata-rata nilai kuat tarik diametral resin
komposit tipe bulk fill paling tinggi dan kelompok I
71 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 68 - 72

PEMBAHASAN pengunyahan, maka resin komposit akan pecah atau


Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan retak. Uji kuat tarik diametral adalah untuk
bahwa pada setiap penambahan ketebalan bahan mengetahui salah satu sifat mekanis resin komposit
resin komposit tipe bulk fill terjadi penurunan kuat sebagai bahan restorasi yang kuat menerima daya
tarik diametral. Ketebalan maksimal yang dapat kunyah dalam rongga mulut dan estetis sebagai
dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat tarik bahan restorasi, khususnya pada kasus restorasi
diametral resin komposit tipe bulk fill yang optimal geligi posterior dengan jarak penyinaran dan
adalah 2-4 mm.11 Polimerisasi resin komposit tipe ketebalan bahan yang berbeda.1,7
bulk fill dapat dilakukan sampai ketebalan lapisan 4 Kuat tarik diametral resin komposit tipe bulk
mm dikarenakan peningkatan derajat polimerisasi fill dipengaruhi oleh penambahan filler prepolymer
resin komposit tipe bulk fill dilakukan dengan yaitu issofillers untuk mengurangi penyusutan dan
memodifikasi filler.7 menyerap tekanan yang dihasilkan pada saat proses
Peningkatan ukuran filler resin komposit tipe polimerisasi, sehingga kekuatan mekanis dari resin
bulk fill akan menurunkan penyebaran cahaya antar komposit tipe bulk fill meningkat dan mampu
filler dan matriks sehingga penetrasi cahaya dapat menahan tekanan dari pengunyahan. Adanya
lebih dalam. Komponen lain yang terdapat pada partikel filler ini menghasilkan gaya penyusutan
resin komposit tipe bulk fill adalah kandungan yang sama dengan resin komposit yang ditumpat
polymerization booster (ivocerin) pengganti secara inkremental.17 Dapat disimpulkan bahwa
fotoinisiator camphorquinone. Inisiator ini memiliki terdapat perbandingan ketebalan bahan dan jarak
absorbsi panjang gelombang dengan rasio yang lebih penyinaran terhadap kuat tarik diametral resin
luas dibandingkan camphorquinone, sehingga resin komposit tipe bulk fill dengan ketebalan bahan 0
komposit tipe bulk fill dapat diaplikasikan sampai mm, 2 mm, 5 mm dan jarak penyinaran 0 mm dan 2
kedalaman 4 mm.12 mm. Kuat tarik diametral maksimum didapatkan
Resin komposit tipe bulk fill dengan pada sampel resin komposit tipe bulk fill dengan
ketebalan 6 mm membuat proses polimerisasi tidak ketebalan 2-4 mm dengan jarak penyinaran 0-2 mm.
sempurna dan nilai kuat tarik diametralnya semakin
menurun. Restorasi kavitas dengan ketebalan yang DAFTAR PUSTAKA
dalam akan mengakibatkan penyebaran dari energi 1. Anusavice, Kenneth J. Fhilip’s Science of
light curing atau sinar mengalami divergen terhadap Dental Materials. 11th ed. Pennysylvania:
permukaan resin komposit. Hal ini menyebabkan Saunders Company. 2003. p.197-223.
terjadinya penurunan polimerisasi resin komposit 2. Van Noort R. Introduction Dental Materials.
tipe bulk fill.6 2nd ed. Edhinburg: Mosby Elsevier. 2007.
Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa p.130-159.
terjadi penurunan kuat tarik diametral resin 3. Craig RG, Powers J, Wataha JC. Dental
komposit tipe bulk fill pada kelompok yang memiliki Materials Properties and Manipulation. 9th ed.
jarak penyinaran yang berbeda pada kelompok Missouri: Mosby Elsevier. 2004. p.43-45.
ketebalan yang sama. Menurut beberapa penelitian, 4. Flury S, Hayoz Stefani. Depth of Cure of Resin
jarak penyinaran 0-6 mm pada resin komposit Composite: Is the ISO 4049 Method Suitable
nanohybrid memiliki kekerasan yang cukup untuk for Bulk Fill Materials? Journal Dental
menahan tekanan kunyah maksimal. Polimerisasi Materials. 2012; 28(1): 521-528.
resin komposit tipe bulk filll sangat tergantung pada 5. Kwong, W. How to Complete Bulk Fill
jarak ujung light curing dan kenaikan ketebalan resin Restoration. Dental Product Report. 2012;
komposit.14,15 (12)1: 134-156.
Jarak penyinaran terhadap nilai kuat tarik 6. Flury S, Anne Peutzfeldt, Adrian Lussi.
diametral mengalami penurunan kekuatan apabila Influence of Increment Thickness on
jarak penyinaran semakin jauh. Hal ini disebabkan Microhardness and Dentin Bond Strength of
apabila jarak penyinaran jauh maka semakin Bulk Fill Resin Composites. Academy of
menurunkan intensitas cahaya dan sinar light curing Dental Materials Switzerland. 2014; 3(1): 32-
tidak terfokus atau menyebar sehingga 34.
mengakibatkan beberapa monomer yang teraktifasi 7. Esterina, Hernari. Perbedaan Kekuatan Tarik
dan menjadi sisa monomer. Hal ini menyebabkan Diametra Resin Komposit Nanofiller dan Resin
panjang gelombang dari light curing menurun Komposit Nanoceramic. Conservative Dental
sehingga sinar tidak sampai menembus ke Journal. 2012;2(1): 23-26.
bawah.12,16 8. Illiyana, Himma. Perbedaan Kekerasan Mikro
Restorasi resin komposit gigi posterior di Resin Komposit Bulk Fill Viskositas Tinggi
dalam rongga mulut pada saat mastikasi dapat pada Sudut Penyinaran 45 Derajat, 60 Derajat
mengalami gaya tekan dan tarikan kearah horisontal dan 90 Derajat. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
secara bersamaan. Jika resin komposit tidak Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
memiliki kekuatan untuk menahan tekanan dari 2015. Hal: 28-50.
Noviyani: Perbandingan Jarak Penyinaran Dan Ketebalan Bahan 72

9. Lima AF, Andrade KM, Cruz Alvez, Soares Viskositas Tinggi pada Ketebalan 2 mm dan 4
GP, Marchi GM, Aguiar FH, et al. Influence of mm. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Light Source and Extended time of Curing on Gigi Universitas Gadjah Mada. 2013. Hal: 27-
Microhardness and Degree of Conversion of 56.
Different Regions of A Nanofilled Composite 14. Allolerung J, Anidita PS, Paulina NG. Uji
Resin. European Journal of Dentistry. 2012; Kekerasan Resin Komposit Aktivasi Sinar
6(2): 153-157. dengan Berbagai Jarak Penyinaran. Skripsi.
10. Ersoz E, Guler E, Yilmaz F, Aytac F, Yucel Manado: Program Studi Pendidikan Dokter
AC. Effects of curing tip distance on Vickers Gigi Universitas Sam Ratulangi. 2015. Hal: 15-
hardness value of different composite resin. 75.
Journal Clinical Oral Investment. 2009; 13(1): 15. Malik AH, Luma M, Baban M. The Effect of
49-67. Light Curing Tip Distance on the Curing Depth
11. Radzi Z, Kasim Abu NH, Yahya NA, Osman of Bulk Fill Resin Based Composites. Journal
Abu NA, Kassim NA. Standardization of of Baghdad College of Dentistry. 2014; 4(26):
Distance and Angulation of Light Curing Unit 78-89.
Tip Using Distometer. IFMBE Proceedings. 16. Aguiar FHB, Bracairo A, Lima DANL,
Kuala Lumpur; 2006; 15(1). p.141-143. Ambrosano GMB, Lovadino JR. Effect of
12. Farahat F, Daneshkazemi A, Hajiahmadi Z. Light Curing Modes and Light Curing time on
The Effect of Bulk Depth and Irradiation Time the Microhardness of a Hybrid Composite
on the Surface Hardness and Degree of Cure of Resin. Journal Contemporary Dental Practice.
Bulk-Fill Composites. Journal of Dental 2007; 8(1): 1-8.
Biomaterials. 2016; 3(3): 45-80. 17. Medina, Dela. Pengaruh Warna Terhadap
13. Afiati, Sania Dara. Perbedaan Rasio Kekerasan Kekuatan Tarik Diametral Resin Komosit Tipe
Mikro Resin Komposit Bulkfill Viskositas Bulk Fill. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Rendah dan Resin Komposit Bulkfill Gigi Universitas Indonesia. 2015. Hal: 13-15.
73

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

AKTIVITAS DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH DENGAN


KLORHEKSIDIN TERHADAP Candida albicans
PADA PLAT AKRILIK

Hafiz Rakhmatullah, Debby Saputera, Lia Yulia Budiarti


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT
Background: Denture stomatitis is inflammation disease the denture wearer characterized by
erythema and edema under the denture. Buildup of food residue on denture acrylic-based resins are not cleaned
can cause halitosis, bad for health of oral tissues and can increase number of microorganisms in oral cavity
such as the fungus Candida albicans and can be treated with the use of mouthwash chlorhexidine gluconate
0.2%. Leaves starfruit (Avverhoa blimbi L.) has tannin, flavonoids and saponins which have antifungal effect
against Candida albicans. Purpose: To determine the inhibitory activity of the methanol extract of leaves of
starfruit with chlorhexidine against Candida albicans in heat cure acrylic plate. Methods: This experimental
research using post test only control group design with 6 treatment groups, namely methanol extract of leaves of
starfruit 20%, 40%, 60%, 80%, 100% and 0.2% chlorhexidine gluconate and carried out 5 times repetition.
Testing antifungal effect diffusion method. Data analysis using Kruskal-Wallis and Mann Whitney test at 95%
confidence level. Results: In this study showed that methanol extract of leaves starfruit 20%, 40%, 60%, 80%,
100%, and 0.2% chlorhexidine gluconate has an average of radical zone sequentially by 10.48 mm, 13 31 mm,
15.27 mm, 17.29 mm, 20.26 mm, 22.22 mm. Conclusion:Based on the results of this study concluded that the
methanol extract of leaves of starfruit concentration of 100% have a zone of inhibition greater than the
concentration underneath but did not exceed the effects of chlorhexidine against Candida albicans in heat cure
acrylic plate.

Keywords: Leaf Extract Belimbing Wuluh, Candida albicans, chlorhexidine gluconate 0.2%, Plat Acrylic.

ABSTRAK
Latar Belakang: Denture stomatitis adalah keradangan yang terjadi pada pemakai gigi tiruan ditandai
dengan adanya eritema dan edema di bawah gigi tiruan. Penumpukan sisa makanan pada gigi tiruan berbasis
resin akrilik yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan halitosis, berdampak buruk bagi kesehatan jaringan
rongga mulut dan dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam rongga mulut seperti jamur Candida
albicans dapat diobati dengan penggunaan obat kumur chlorhexidine gluconate 0,2%. Daun belimbing wuluh
(Avverhoa blimbi L.) memiliki senyawa tanin, flavonoid, dan saponin yang memiliki efek antijamur terhadap
Candida albicans. Tujuan: Untuk mengetahui aktivitas daya hambat ekstrak metanol daun belimbing wuluh
dengan chlorhexidine terhadap Candida albicans pada plat akrilik heat cure. Metode: Penelitian eksperimental
ini menggunakan rancangan post test only with control group design dengan 6 kelompok perlakuan, yaitu
ekstrak metanol daun belimbing wuluh 20%, 40%, 60%, 80%, 100% dan chlorhexidine gluconate 0,2% dan
dilakukan 5 kali pengulangan. Pengujian efek antijamur menggunakan metode difusi. Analisis data
menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann Whitney pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil: Pada penelitian
ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun belimbing wuluh 20%, 40%, 60%, 80%, 100%, dan chlorhexidine
gluconate 0,2% memiliki rata-rata zona radikal secara berurutan sebesar 10,48 mm, 13,31 mm, 15,27 mm,
17,29 mm, 20,26 mm, 22,22 mm. Kesimpulan: Bahwa ekstrak metanol daun belimbing wuluh konsentrasi 100%
memiliki zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi di bawahnya, tetapi tidak melebihi
efek dari chlorhexidine terhadap Candida albicans pada plat akrilik heat cure.

Kata-kata kunci:Ekstrak Daun Belimbing Wuluh, Candida albicans, chlorhexidine gluconate 0,2%, Plat Akrilik.

Korespondensi: Hafiz Rakhmatullah, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Jalan
Veteran No 128 B, Banjarmasin, Kalsel, email: hapeacez@gmail.com
Rakhmatullah: Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh 74

PENDAHULUAN Hasil uji skrining fitokimia terhadap ekstrak kental


Gigi tiruan merupakan salah satu perawatan metanol buah belimbing wuluh (Avverhoa blimbi
yang digunakan untuk menggantikan gigi yang Linn) diketahui positif mengandung senyawa
hilang pada pasien.1 Basis gigi tiruan merupakan golongan flavonoid, alkaloid, tanin dan minyak
bagian dari gigi tiruan yang berkontak dengan atsiri yang bersifat fungistatik atau antijamur. 8 Hasil
mukosa mulut, tempat menempel dan mendukung penelitian menyebutkan bahwa perasan daun
anasir gigi tiruan, menyalurkan tekanan oklusal ke belimbing wuluh 100% memiliki koloni
jaringan pendukung serta memberi retensi juga Lactobacillus sporogenes paling sedikit. Hasil
stabilitas pada gigi tiruan.2 Saat ini jenis gigi tiruan penelitian lain menyebutkan bahwa sari daun
paling umum digunakan adalah gigi tiruan lepasan belimbing wuluh 10% efektif dalam menghambat
berbasis akrilik.1 Resin akrilik merupakan bahan pertumbuhan Candida albicans.2 Penelitian ini
yang saat ini masih digunakan di bidang kedokteran bertujuan untuk mengetahui aktivitas daya hambat
gigi, lebih dari 95% plat gigi tiruan dibuat dari ekstrak metanol daun belimbing wuluh dengan
bahan resin akrilik. Resin akrilik heat cure chlorhexidine terhadap Candida albicans pada plat
memenuhi persyaratan sebagai bahan plat gigi akrilik heat cure.
tiruan karena tidak bersifat toksik, tidak mengiritasi
jaringan, sifat fisik dan estetik baik, harga relatif BAHAN DAN METODE
murah, dapat dipreparasi, mudah cara manipulasi Rancangan penelitian yang digunakan dalam
dan pembuatannya.3 penelitian ini adalah metode true experimental
Penumpukan sisa makanan pada gigi tiruan dengan post test only with control group design
berbasis resin akrilik yang tidak dibersihkan dapat dengan menggunakan sampel plat akrilik heat
menyebabkan halitosis, berdampak buruk bagi cureyang dipulas dengan kertas gosok nomor 600
kesehatan jaringan rongga mulut dan dapat dan 1200 sebanyak tiga kali pulasan pada bagian
meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam tepi dan permukaan. Sampel penelitian
rongga mulut serta dapat meningkatkan jumlah dikelompokkan dalam 6 kelompok perlakuan yaitu
mikroorganisme dalam rongga mulut seperti jamur sebagai berikut (ekstrak metanol daun belimbing
Candida albicans.1 Peningkatan jumlah Candida wuluh 20%, 40%, 60%, 80%, 100% dan
albicans dapat mengubah sifat komensal menjadi klorheksidin glukonat 0,2%). Dalam penelitian ini
parasit yaitu bentuk yeast menjadi hypae. Bentuk klorheksidin glukonat 0,2% digunakan sebagai
hypae merupakan inisiator invasi ke dalam jaringan kontrol postitif. Jumlah minimal pengulangan untuk
sehingga dapat menimbulkan denture stomatitis.4 setiap kelompok perlakuan adalah 5 kali. Penelitian
Denture stomatitis adalah keradangan yang ini dilaksanakandi Labolatorium Mikrobiologi
terjadi pada pemakai gigi tiruan ditandai dengan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
adanya eritema dan edema di bawah gigi tiruan.5 Mangkurat Banjarbaru pada bulan Juni-November
Hasil penelitian menurut Viny Eline pada tahun 2016.
2013 di kota Jember menunjukkan total jumlah Alat yang digunakan dalam penelitian ini
subjek penelitian yang menderita denture stomatitis adalah bowl, spatula, pinset, pisau model, kuvet,
adalah 18 orang. Hal ini terjadi pada 6 orang (50%) tabung reaksi, gelas ukur, vibrator, hydraulic
adalah pemakai gigi tiruan buatan dokter gigi dan brench press, kompor, panci, autoclave, inkubator,
12 orang (100%) lainnya adalah pemakai gigi tiruan cawan petri, ose, lampu bunsen, kapas lidi steril,
buatan tukang gigi.6 calliper, labu erlenmeyer, kertas saring witmann
Dalam menjaga kebersihan gigi tiruan berbasis no.1, aluminium foil, laminary flow, amplas nomor
resin akrilik dan kebersihan rongga mulut dari 600 dan 1200. Bahan yang digunakan dalam
kontaminasi jamur Candida albicans, pengguna penelitian ini adalah plat akrilik heat cure, gips
gigi tiruan dapat merendam gigi tiruan dalam bahan putih, gips biru, malam merah, kertas gosok nomor
pembersih gigi tiruan pada malam hari. 1 Bahan 600 dan 1200, aquades steril, larutan saline,
desinfektan seperti klorheksidin glukonat sebagai ekstrak metanol daun belimbing wuluh dengan
bahan pembersih dapat mengurangi konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100% dan
mikroorganisme yang melekat pada gigi tiruan. klorheksidin glukonat 0,2%, Saboraud Dextrose
Perendaman gigi tiruan dalam klorheksidin Agar (SDA), suspensi Candida albicans dan
glukonat 0,2% dianjurkan 15 menit tiap hari. 7 mediaBrain Heart Infusion (BHI), paper disk
Saat ini harga bahan pembersih yang beredar di kosong-steril, deretan larutan McFarland dan Could
pasaran relatif mahal, diperlukan adanya bahan Mould Seal (CMS).
alternatif alami sebagai pengganti bahan pembersih Pembuatan lempeng resin akrilik heat cure
gigi tiruan yang lebih murah.1 Salah satu bahan dengan cara adonan gips dibuat dengan
yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan alternatif perbandingan air dan gips sebesar 75 ml : 250
pembersih gigi tiruan yang ada di Indonesia adalah gram, diaduk dalam mangkok karet dengan spatula
daun belimbing wuluh (Avverhoa blimbi Linn). selama 60 detik dan dimasukkan ke dalam kuvet
Belimbing wuluh memiliki aktivitas sebagai bawah yang telah disiapkan kemudian divibrasi.
antijamur salah satunya pada Candida albicans. Lempeng malam merah diletakkan pada adonan dan
75 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 73 - 78

didiamkan selama 15 menit. Permukaan gips pada akrilik heat cure diambil dengan menggunakan
kuvet bawah diulasi dengan vaselinedan kuvet atas pinset steril direndam dalam 10 ml suspensi
dipasang selanjutnya diberi adonan gips (dilakukan Candida albicans selama 24 jam pada suhu 37oC
sambil divibrasi). Setelah gips mengeras, kuvet dalam tabung reaksi pada media BHI disesuaikan
dibuka dan cetakan diambil atau malam dituangi air dengan standar McFarland yaitu (3 x 108).
panas sampai bersih. Setelah bersih didapatkan Sebanyak enam resin akrilik dibagi dalam enam
mould space dari cetakan malam merah. Bahan plat kelompok perlakuan. Enam kelompok perlakuan
akrilik heat cure diaduk dalam vibrator dengan yaitu ekstrak metanol daun belimbing wuluh 20%,
perbandingan bubuk dan cairan sebesar 6 gram : 3 40%, 60%, 80%, dan 100% dan kontrol positif
ml pada suhu kamar (28ºC). Setelah 4 menit adonan (klorheksidin glukonat 0,2%) direndam selama 15
akan mencapai dough stage dan dimasukkan ke menit. Resin akrilik dikeluarkan pada setiap
dalam cetakan (mould space) yang bagian kelompok perlakuan dan dibilas dengan saline
permukaannya telah diulasi could mold seal (CMS) kemudian di masukkan ke dalam tabung reaksi dan
selanjutnya kuvet atas dipasang dan dilakukan vibrasi selama 30 detik dan diinkubasi selama 8
pengepresan dengan hydraulic bench press dengan jam. Siapkan paper disk dan perlakuan ekstrak
tekanan 22 kg/cm Hg. Kuvet yang telah diisi metanol daun belimbing wuluh 20%, 40%, 60%,
dengan resin akrilik heat cure dimasukkan dalam 80%, 100% dan klorheksidin glukonat 0,2%
panci aluminium yang berisi 15 liter air mendidih kemudian masukkan paper disk kedalam enam
(100ºC) selama 20 menit. Plat akrilik heat cure kelompok perlakuan selama 3 jam. Usapkan isolat
dikeluarkan dari kuvet sehingga diperoleh ukuran Candida albicans pada setiap media SDA kedalam
plat akrilik heat cure dengan ukuran 10 mm x 10 cawan petri kemudian masukkan paper disk dan
mm x 2 mm kemudian pada bagian tepi dan direndam pada kelompok perlakuan kedalam
permukaan digosok dengan kertas gosok nomor media SDA diinkubasi selama 24 jam, mengukur
600, dan 1200 sebanyak tiga kali pulasan. zona hambat yang terbentuk dengan calliper dalam
Pembuatan ekstrak metanol daun belimbing satuan milimeter.
wuluh dengan cara sebanyak 500 gram sampel
serbuk daun belimbing wuluh dimasukkan dalam HASIL PENELITIAN
alat maserasi kemudian larutan metanol dituangkan Hasil penelitian “Aktivitas Daya Hambat
secara perlahan-lahan ke dalam alat maserasi yang Ekstrak Daun Belimbing Wuluh dengan
berisi sampel lalu diaduk-aduk hingga merata. Klorheksidin terhadap Candida albicans pada Plat
Larutan penyaring dituangkan hingga 1 cm di atas Akrilik” Berdasarkan hasil pengukuran zona
permukaan sampel, diaduk sekali-sekali setiap 1x24 hambat dari perlakuan terhadap pertumbuhan
jam filtrat disaring dan pelarut diganti dengan yang Candida albicans pada media uji didapatkan rata-
baru sambil sesekali diaduk. Penggantian pelarut rata sebagai berikut :
dilakukan hingga cairan berwarna bening, ekstrak
dikumpulkan dan diuapkan dengan rotary
evaporator pada tekanan rendah dengan temperatur
40ºC sampai didapatkan ekstrak metanol yang
kental kemudian diuapkan di waterbath sehingga
didapatkan bobot tetap.
Isolat Candida albicans diperoleh dari biakan
yang telah tersedia di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin. Isolat jamur Candida
albicans hasil biakan di laboratorium diambil
dengan ose steril dan dimasukkan dengan cara
dilarutkan kedalam 10 ml media BHI cair kemudian
diinkubasi selama 8 jam pada suhu 37oC sehingga
diperoleh suspensi Candida albicans. Suspensi
Candida albicans diencerkan dengan
menambahkan aquades steril sehingga mencapai
kekeruhan tertentu sesuai dengan standar
McFarland 3x108.
Gambar 5.1 Diagram zona hambat dari setiap
Pengujian daya antijamur Candida albicansini
perlakuan terhadap pertumbuhan
menggunakan metode difusi dilakukan dengan cara Candida albicans.
plat akrilik heat cure dengan ukuran 10 mm x 10
mm x 2 mm, sebanyak enam sampel direndam
dengan aquades selama 48 jam kemudian diambil
dengan pinset steril, kemudian direndam dengan
larutan saline selama kurang lebih satu jam. Plat
Rakhmatullah: Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh 76

Tabel 1. Hasil uji statistik deskriptif Hasil uji normalitas efek antijamur terhadap
Candida albicans didapatkan empat buah data yang
Kelompok Pengulangan Rata-rata (mm) ± terdistribusi normal sedangkan dua data lainnya
(n) SD terdistribusi tidak normal dengan syarat nilai
p>0,05, kemudian dilakukan uji data menggunakan
levene’s test. Levene’s test digunakan untuk
EDBW 20% 5 10,48 ± 0,46030 mengetahui varians atau homogenitas dari semua
kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil uji
EDBW 40% 5 13,31 ± 0,41065 homogenitas dari berbagai konsentrasi ekstrak daun
belimbing wuluh dan klorheksidin glukonat adalah
EDBW 60% 5 15,27 ± 0,48226
sebesar 0,998 (sig. 0,998) yang berarti bahwa data
17,29 ± 0,47585 tersebut mempunyai varians yang sama. Uji
EDBW 80% 5
Kruskall Wallis dilakukan untuk mengetahui
EDBW 100% 5 20,26 ± 0,51708 apakah terdapat perbedaan bermakna antar
perlakuan yang diuji dengan tingkat kepercayaan
CG 0,2% 5 22,22 ± 0,52166 95%. Hasil uji Kruskall Wallis diperoleh nilai
p=0,000 (p<0,05) sehingga hipotesis H0 ditolak
Keterangan : yang artinya Ha diterima bahwa terdapat perbedaan
EDBW :. Ekstrak Daun Belimbing ... bermakna dari aktivitas perlakuan ekstrak daun
Wuluh belimbing wuluh dan klorheksidin glukonat
CG : Klorheksidin Glukonat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis
Berdasarkan gambar 5.1 terdapat variasi zona menggunakan Mann Whitney untuk mengetahui
hambat yang terbentuk dari setiap perlakuan. Efek perlakuan mana saja yang mempunyai perbedaan
perlakuan ekstrak daun belimbing wuluh dengan efektivitas dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan
berturut turut menghasilkan rata-rata zona hambat bermakna dari semua kelompok perlakuan ekstrak
sebesar 10,48 mm, 13,31 mm, 15,27 mm, 17,29 daun belimbing wuluh 20%, 40%, 60%, 80%,
mm dan 20,26 mm. Efek perlakuan klorheksidin 100% dan klorheksidin glukonat. Ekstrak daun
glukonat menghasilkan rata-rata zona hambat belimbing wuluh 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
sebesar 22,22 mm. Hasil diatas sesuai dengan memiliki efektivitas antifungi terhadap Candida
gambar 5.1, yang menjelaskan bahwa semakin albicans. Hasil perbandingan zona hambat antara
meningkatnya konsentrasi ekstrak daun belimbing klorheksidin glukonat dan ekstrak daun belimbing
wuluh maka semakin meningkat juga zona wuluh menyatakan semakin meningkatnya
hambatnya tapi masih belum bisa melebihi efek konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh maka
zona hambat dari klorheksidin glukonat 0,2% semakin meningkat juga zona hambatnya tapi
dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans masih belum bisa melebihi efek zona hambat dari
Data yang sudah didapat pada masing-masing klorheksidin glukonat 0,2% dalam menghambat
perlakuan selanjutnya dianalisis statistik pertumbuhan Candida albicans.
menggunakan SPSS.23 untuk mengetahui sebaran
normalitas, homogenitas data dan adanya perbedaan
bermakna dari setiap konsentrasi pada penelitian PEMBAHASAN
ini. Uji normalitas Shaphiro-wilk dilakukan untuk Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui
mengetahui apakah data mempunyai sebaran yang bahwa Ekstrak daun belimbing wuluh 20%, 40%,
normal dan homogen. Hasil data yang didapatkan 60%, 80% dan 100% memiliki efektivitas antifungi
dari uji normalitas adalah sebagai berikut : terhadap Candida albicans. Menurut Melia Sari
(2014), terdapat beberapa kandungan senyawa aktif
Kelompok Shapiro-Wilk dari daun belimbing wuluh antara lain tanin,
flavonoid, dan saponin yang merupakan senyawa
Statistic df Sig. polar yang mempunyai sejumlah gugus hidroksil,
EDBW 20% ,995 5 ,994 sehingga akan mudah larut dalam pelarut metanol.
Metanol memiliki struktur molekul kecil yang
EDBW 40% ,807 5 ,092 mampu menembus semua jaringan tanaman untuk
EDBW 60% ,776 5 ,051 menarik senyawa aktif keluar. Metanol dapat
melarutkan hampir semua senyawa organik,
EDBW 80% ,814 5 ,105 terutama senyawa polar.2
EDBW 100% ,731 5 ,019 Tanin merupakan senyawa kompleks berupa
polifenol yang mampu bereaksi dengan dinding sel
CG 0,2% ,676 5 ,005 dan mampu menghambat sintesis sel kitin yang
merupakan komponen penting pada Candida
77 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 73 - 78

albicans. Flavonoid merupakan golongan fenol meningkatnya konsentrasi dari ekstrak metanol
terbesar yang berasal dari tumbuhan yang memiliki daun belimbing wuluh maka akan semakin
sifat antimikroba terhadap jamur. Mekanisme kerja meningkatkan efek daya hambat terhadap Candida
flavonoid sebagai antijamur bekerja dengan albicans pada plat akrilik heat cure yang dimana
merusak permeabilitas membran dinding sel dan pada penelitian ini konsentrasi yang tertinggi adalah
protein ekstraseluler jamur Candida albicans.9 pada konsentrasi 100%.2
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks Penggunaan klorheksidin untuk jangka panjang
yang bersifat aktif sehingga dapat membentuk akan menyebabkan beberapa efek samping
miselium yang tampak seperti busa. Mekanisme meskipun klorheksidin glukonat 0,2% dianggap
kerja saponin sebagai antijamur dengan sebagai agen antiseptik oral yang paling efektif,
menurunkan tegangan permukaan membran sterol seperti berubahnya warna gigi dan lidah, rasa
yang berperan dalam sintesis dinding sel Candida kurang nyaman, dan menurunkan sensasi rasa. Efek
albicans. Senyawa tanin, flavonoid, dan saponin ini akan timbul jika dilakukan pemakaian rutin
yang terkandung pada daun belimbing wuluh akan secara terus-menerus selama lebih dari 2 minggu
berinteraksi dengan permukaan sel jamur melalui dalam waktu dua kali sehari dan dalam jangka
ikatan hidrogen yang mana pada konsentrasi dan panjang lebih dari 2 tahun atau bila pemakaian
suhu tertentu dapat menyebabkan ikatan hidrogen tidak mengikuti aturan yang benar.14,15 Dapat
melemah.10,11 disimpulkan bahwa ekstrak metanol daun
Penelitian ini menggunakan klorheksidin belimbing wuluh konsentrasi 100% memiliki zona
glukonat 0,2% sebagai kontrol positif dan hambat yang lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan. Formulasi klorheksidin dianggap konsentrasi di bawahnya tetapi tidak melebihi efek
sebagai "gold standard", tersusun oleh N1, N5 yang dari chlorhexidine terhadap Candida albicans pada
merupakan subtitusi biguanida yang berikatan plat akrilik heat cure.
dengan hexametilen dan dua cincin chlorofenol di
kedua ujungnya. Klorheksidin pada dosis rendah DAFTAR PUSTAKA
akan mengganggu transport seluler, sehingga sel
jamur mengalami kerusakan dengan terbentuknya 1. Dama C, Soeliongan S, Tumewu E. Pengaruh
pori-pori pada membran seluler.12 Klorheksidin Perendaman Plat Resin Akrilik dalam Ekstrak
glukonat 0,2% adalah antiseptik yang aktif Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)
melawan bakteri dan jamur. Klorheksidin glukonat terhadap Jumlah Blastopora Candida albicans.
0,2% terbukti dapat mengurangi pertumbuhan Ejournal Unsrat. 2013; 1(2): 1-5.
mikroorganisme secara signifikan dan mempunyai 2. Sari M, Suryani C. Pengaruh Ekstrak Daun
zona hambat yang sangat kuat terhadap beberapa Belimbing Wuluh (Avverhoa blimbi L.) dalam
spesies jamur terutama Candida albicans.26 Hasil Menghambat Pertumbuhan Jamur Candida
penelitian ini hampir sama dengan hasil Aneja et al albicans Secara in vitro. Prosiding Seminar
(2010) yang meneliti tentang efek klorheksidin Nasional Biologi dan Pembelajarannya.
glukonat 0,2% terhadap Candida albicans dengan Universitas Negeri Medan. 2014.Hal:3-4.
zona hambat sebesar 22,9 mm. 3. Rahayu P. Konsentrasi Hambat Minimum
Klorheksidin glukonat 0,2% berikatan dengan (KHM) Buah Belimbing Wuluh (Avverhoa
permukaan sel jamur melalui ikatan ion. blimbi L) terhadap pertumbuhan Candida
Klorheksidin glukonat 0,2% memiliki derajat albicans. Skripsi. Makassar: Fakultas
aktivitas antimikroba tinggi yang apabila berikatan Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin;
dengan komponen membran sel jamur 2013.Hal:11.
menyebabkan perubahan integritas dinding sel 4. Gaib Z. Faktor-Faktor yang Berpengaruh
jamur yang terdiri dari lipid. Adanya perubahan terhadap Terjadinya Kandidiasis Eritematosa
integritas dinding sel tersebut menyebabkan fungsi pada Pengguna Gigi Tiruan Lengkap. Ejournal
dari membran sel jamur akan hilang. Cincin Unsrat. 2013; 1(2): 1-14.
chlorofenol dalam struktur formula klorheksidin 5. Hadjieva H, Dimova M, Todorov S. Stomatitis
glukonat 0,2% bersifat lipofitik bekerja dengan cara Prosthetica-a polyetiologic disorder. Journal
meresap ke dalam dinding sel sehingga mudah of IMAB. 2006; 12(2): 38-4.
diterima oleh membran sel jamur yang terdiri dari 6. Aulia VE. Frekuensi Denture Stomatitis pada
lipid dan menyebabkan kebocoran komponen Pemakai Gigi Tiruan Buatan Dokter Gigi
intraseluler.12,13 dibanding Pemakai Gigi Tiruan Buatan
Pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100% Tukang Gigi. Skripsi. Jember: Fakultas
terjadi peningkatan daya hambat. Sesuai dengan Kedokteran Gigi Universitas Jember;
penelitian yang dilakukan oleh Melia Sari dkk 2008.Hal:14
(2014) Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun 7. David, Munadziroh E. Perubahan Warna
belimbing wuluh maka efek antijamur meningkat Lempeng Resin Akrilik yang Direndam dalam
menyebabkan diameter daya hambatnya semakin Larutan Desinfektan Sodium Hipoklorit dan
besar. Hal ini disebabkan karena semakin
Rakhmatullah: Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh 78

Khlorhexidin. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.) 2006;


38(1): 36-40.
8. Wahyuningtyas E. Pengaruh Ekstrak
Graptophyllum pictum terhadap Pertumbuhan
Candida albicans pada Plat Gigi Tiruan Resin
Akrilik. Indonesian Journal of Dentistry 2008,
15(3): 187-191.
9. Apriasari ML, Iskandar, dan Suhartono E.
Bioactive Compunds and Antioxidant Activity
of Methanol Extract Mauli bananas (Musa
sp) stem. International Journal of Bioscience,
Biochemistry and Bioinformatics 2014; 4(2):
110-115.
10. Septianoor MH, Apriasari ML, dan Carabelly
AN. Uji efektivitas antifungiekstrak metanol
batang pisang mauli (Musa sp) terhadap
Candida albicans. Skripsi. Banjarmasin:
Fakultas Kedokteran Gigi UNLAM,
2013.Hal:31-32
11. Azkiya NUI, Puspitasri D, dan Apriasari ML.
Perbandingan efek fungisidal dekok rimpang
lengkuas (Alpinia galanga L.) 25% dan
chlorhexidine gluconate 0,2% terhadap
Candida albicans. Dentino Jurnal Kedokteran
Gigi UNLAM 2013; 1(2): 194-199.
12. Marthur S, Mathur T, Srivastava R, and Khatri
R. Chlorhexidine: The Gold Standard in
Chemical Plaque Control. National Journal of
Physiology, Pharmacy and Pharmacology
2011; 1 (Issue 2): 45-50.
13. Komljenovi I, Marquardt D, Harroun TA, and
Sternin E. Location of Chlorhexidine in
DMPC Model Membranes: A Neutron
Diffraction Study. Chemistry and Physics of
Lipids 2010; 163(3): 480-487.
14. Mangundjaja S, Nisa RK, Lasaryna Selwy,
Fauziah Eva,dan Mutya. Pengaruh Obat
Kumur Khlorheksidin Terhadap Populasi
Kuman Streptococcus Mutans di Dalam Air
Liur. Bagian Biologi Mulut. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia, 2000.Hal:34-35.
15. Sari DN. Perbandingan Efektivitas Obat
Kumur Bebas Alkohol yang Mengandung
Cetylpyridinium Chloride dengan
Chlorhexidine terhadap Penurunan Plak.
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi 2014; 2(2):
179-183.
79

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

EFEKTIVITAS DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KERSEN


DIBANDINGKAN KLORHEKSIDIN GLUKONAT 0,2% TERHADAP Staphylococcus
aureus

Penelitian In Vitro pada Plat Resin Akrilik Tipe Heat Cured

Moehammad Rezaldi Panesa, Debby Saputera, Lia Yulia Budiarti


Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACK
Bakcground: Cherry leaf (Muntingia calabura linn) has an active substance that can inhibit
Staphylococcus aureus growth and can use alternative to denture cleanser on a plate heat cured type of acrylic
resine. 0,2% chlorhexidine gluconate is often used for denture cleanser but causes tooth discolorition. Purpose:
This research is to analyze inhibition effectivity of cherry leaf extract with concentration 5%, 7,5% and 0,2%
chlorhexidine gluconate to Staphylococcus aureus growth on acrylic resine plate type of heat cured. Methods:
Experimental research use post-test only with control group design. 27 acrylic resine plate type of heat cured
samples were divided into 3 groups (cherry leaf extract 5%, 7,5% and 0,2% chlorhexidine gluconate). Data
analyse use One Way ANOVA test and continued with Post Hoc Benferroni test in confidence level of 95%
(P<0,05). Result: This result showed inhibition zone of cherry leaf extract 5%, 7,5% and 0,2% chlorhexidine
gluconate are 13,34 mm, 16,35 mm and 27,32 mm. One Way ANOVA test showed that there are significant
differences between the effectivity of the inhibition zona of cherry leaf extract with concentration 5%, 7,5% and
0,2% chlorhexidine gluconate. Conclusion: There are differences in the effectivity of cherry leaf compared with
0,2% chlorhexidine gluconate to Staphylococcus aureus on resine acrylic type of heat cured. Inhibition
effectivity of cherry leaf extract with concentration 7,5% greater than 5%, but ts still smaller than 0,2%
chlorhexidine gluconate.

Key words: Cherry leaf, 0,2% chlorhexidine gluconate, Staphylococcus aureus, plate acrylic resine type of heat
cured, diffusion method.

ABSTRACK
Latar Belakang: Daun kersen (Muntingia Calabura linn) memiliki zat aktif yang mampu menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan dapat digunakan sebagai alternatif pembersih gigi tiruan.
Klorheksidin glukonat 0,2% sering digunakan untuk pembersihan gigi tiruan dapat menyebabkan perubahan
warna pada gigi asli maupun buatan. Tujuan: penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas daya hambat
ekstrak daun kersen konsentrasi 5%, 7,5%, dengan klorheksidin glukonat 0,2% terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus dalam perendaman plat resin akrilik tipe heat cured. Metode: Penelitian eksperimental
menggunakan rancangan post-test only with control group design. Sampel berjumlah 27 plat akrilik heat cured
dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan (ekstrak daun kersen 5%, ekstrak daun kersen 7,5%, dan klorheksidin
glukonat 0,2%). Analisis data menggunakan uji One Way ANOVA dan dilanjutkan uji Post Hoc Benferroni
dengan tingkat kepercayaan 95% (P<0,05). Hasil: perlakuan ekstrak daun kersen konsentrasi 5% dan 7,5% ini
menunjukkan zona hambat secara berurutan 13,34mm dan 16,35mm dan zona hambat klorheksidin glukonat
0,2% sebesar 27,32mm. Uji One Way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara
efektivitas daya hambat ekstrak daun kersen konsentrasi 5%, 7,5%, dan klorheksidin glukonat 0,2%.
Kesimpulan: terdapat perbedaan efektivitas daun kersen dibandingkan klorheksidin glukonat 0,2% terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus dalam perendaman plat resin akrilik tipe heat cured. Efektivitas daya
hambat ekstrak daun kersen 7,5% lebih besar dibandingkan 5% tetapi masih lebih kecil dibandingkan
klorheksidin glukonat 0,2%.

Kata kunci: Ekstrak daun kersen, Klorheksidin glukonat 0,2%, Staphylococcus aureus, plat resin akrilik tipe
heat cured, metode difusi
Panesa: Efektivitas Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Kersen 80

Korespondensi: Moehammad Rezaldi Panesa, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Veteran 12B, Banjarmasin, Kal-Sel, email: moerezaldipanesa

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE


Basis gigi tiruan umumnya menggunakan bahan Rancangan penelitian yang digunakan dalam
resin akrilik tipe heat cured, karena kestabilan penelitian ini adalah metode eksperimental
dimensi dan warna yang sesuai dengan mukosa laboratoris murni (true experimental) dengan post
rongga mulut.1 Plat resin akrilik tipe heat cured test only with control group design dengan tiga
mengalami porositas sekitar 11%. Porositas plat kelompok perlakuan. Penelitian dilaksanakan di
resin akrilik tipe heat cured dapat mengakibatkan FMIPA, Fakultas Kedokteran Gigi dan
akumulasi plak. Plak inilah yang merupakan tempat Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
yang baik bagi pertumbuhan bakteri.2 Plat resin Universitas Lambung Mangkurat.
akrilik tipe heat cured juga rentan terhadap Bahan-bahan penelitian yang digunakan dalam
pewarnaan, deposisi kalkulus, dan substansi yang penelitian ini adalah resin akrilik tipe heat cured,
melekat.3 gips putih, gips biru, malam merah, aquadest steril,
Bakteri yang terdapat di rongga mulut adalah larutan saline, ekstrak daun kersen konsentrasi 5%,
Staphylococcus aureus sekitar 24% pada kondisi 7,5%, dan klorheksidin glukonat 0,2%, Muller
rongga mulut normal, kemudian meningkat 65% Hilton Agar, suspensi Staphylococcus aureus,
pada pemakai gigi tiruan lepasan. Staphylococcus Media Brain Heart Infusion (BHI), paper disk
aureus dapat melepaskan fragmen biofilm dari kosong steril, deretan larutan Mc Farland dan
permukaan gigi tiruan lepasan yang mengakibatkan Could Mould Seal (CMS). Alat yang digunakan
infeksi sistemik seperti aspirasi pneumoni. 4 adalah Bowl, Spatula, Pinset, pisau, kuvet, tabung
Pencegahan infeksi bakteri ini dapat dilakukan reaksi, gelas ukur, vibrator, Hydraulic Brench
dengan cara membersihkan gigi tiruan setiap setelah Press, kompor, panci, autoclave, inkubator, cawan
makan, dan pada malam hari gigi tiruan harus petri, bunsen, ose, kapas lidi steril, calliper,
dilepas, dan direndam dalam larutan pembersih penggaris, kertas saring witmann no.1, labu
gigi tiruan.5 erlenmeyer, aluminium foil, amplas nomor 60,
Perendaman gigi tiruan dengan klorheksidin 1200, dan 2000, bur stone dan straight handpiece.14,
15, 16
glukonat 0,2% sebagai desinfektan dan dianjurkan
selama 15 menit setiap hari. Klorheksidin glukonat Prosedur penelitian diawali dengan pembuatan
0,2% mempunyai zat antibakteri spektrum luas plat resin akrilik tipe heat cured yang dibuat dengan
yang mempunyai efektivitas kuat pada ukuran 10mm x 10mm x 2mm sebanyak 27
Staphylococcus aureus.6,7 Perendaman gigi tiruan lempeng plat resin akrilik tipe heat cured. Model
menggunakan klorheksidin glukonat 0,2% dapat cetakan dibuat dengan menggunakan base plate
menyebabkan perubahan warna gigi asli dan tiruan, wax. Adonan gips dibuat dengan perbandingan air
adanya noda di lidah serta rasa tidak nyaman. Rasa dan gips sebesar 75ml : 250gram, diaduk dalam
tidak nyaman tersebut dapat disebabkan adanya mangkok karet dengan spatula selama 60 detik dan
iritasi mukosa, ulserasi, dan perubahan indra dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang telah
perasa.8,9 Klorheksidin glukonat 0,2% terhadap disiapkan kemudian vibrasi.14,15
Staphylococcus aureus mempunyai zona hambat Lempeng base plate wax diletakkan pada
23mm.10 adonan dan didiamkan selama 15 menit. Permukaan
Bahan pembersih gigi tiruan yang alami salah gips pada kuvet bawah, diulasi dengan vaseline dan
satunya adalah ekstrak daun kersen. Daun kersen kuvet atas dipasang, yang selanjutnya diberi adonan
mengandung banyak senyawa turunan flavonoid gips (dilakukan sambil vibrasi). Gips mengeras,
yaitu flavon, flavanon, dan flavan. 11 Daun kersen kuvet dibuka dan base plate wax dituangi air panas
memiliki aktivitas antiinflamasi, antipiretik, sampai bersih dan didapatkan mould space dari
antibakteri dan aktivitas antistaphyloccocal.12 cetakan base plate wax. Bahan plat resin akrilik tipe
Efektivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun heat cured diaduk dalam mixing jar dengan
kersen konsentrasi 5% mampu menghambat bakteri perbandingan bubuk dan cairan sebesar 6gram : 3ml
Staphylococcus aureus dengan luas zona hambat pada suhu kamar (28oC). Adonan resin akrilik
pertumbuhan bakteri sebesar 23mm.13 Tujuan ditunggu selama 4 menit sampai mencapai dough
penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas stage dan adonan dimasukkan ke dalam cetakan
daya hambat ekstrak daun kersen konsentrasi 5%, (mould space) yang bagian permukaannya telah
7,5%, dengan klorheksidin glukonat 0,2% terhadap diulasi Could Mould Seal (CMS).15,16
pertumbuhan Staphylococcus aureus dalam Kuvet atas dipasang dan dilakukan pengepresan
perendaman plat resin akrilik tipe heat cured. dengan hydraulic bench press dengan tekanan
22kg/cmHg. Kuvet yang telah diisi dengan plat
resin akrilik tipe heat cured dimasukkan dalam
panci aluminium yang berisi 15 liter air mendidih
81 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 79 - 84

(100oC) selama 20 menit. Lempeng plat resin 30 detik dan diinkubasi selama 8 jam. Paper disk
akrilik tipe heat cured dikeluarkan dari kuvet. dimasukkan kedalam tiga kelompok perlakuan
Sampel dihaluskan dengan kertas amplas nomer selama 3 jam.11
600-2000 di bawah air mengalir dengan gerakan Isolat Staphylococcus aureus pada tabung reaksi
memutar selama 90 detik per nomer kertas amplas. diambil dengan lidi steril, kemudian di usapkan
Plat resin akrilik tipe heat cured dipotong dengan pada setiap media MHA kedalam cawan petri dan
bur corburundum sampai berukuran 10mm x 10mm paper disk direndam pada kelompok perlakuan serta
x 2mm dan dirapikan dengan bur stone.15 diinkubasi selama 24 jam. Diameter zona hambat
Daun kersen yang telah dipetik kemudian diukur dengan calliper dalam satuan milimeter. 11,16
dicuci sampai bersih dan dikeringkan. Daun kersen
menjadi layu, kemudian daun dipotong menjadi HASIL PENELITIAN
ukuran yang lebih kecil. Proses selanjutnya adalah Penelitian eksperimental labolatorium murni
pengeringan daun kersen. Pengeringan daun kersen terdiri dari perlakuan ekstrak daun kersen (EDK)
dengan cara memasukkan potongan daun kersen ke 5%, 7,5% dan klorheksidin glukonat 0,2% dengan
dalam oven dengan suhu 50oC selama 3 jam.14,15 pengulangan dari setiap perlakuan sebanyak
Serbuk daun kersen kemudian dicampur dengan sembilan kali. Hasil perhitungan rerata zona hambat
etanol 95% diaduk selama 30 menit dan didiamkan dilihat pada tabel 1.
24 jam kemudian disaring dan diulang tiga kali.
Proses tersebut akan menghasilkan filtrat dan Tabel 1. Rerata dan standar deviasi efektivitas daya
ampas. Filtrat diuapkan dengan vacuum rotary hambat ekstrak etanol daun kersen 5%,
evaporator pemanas waterbath suhu 70οC. 7,5% dengan klorheksidin glukonat 0,2%
Penguapan akan menghasilkan ekstrak kental. terhadap Staphylococcus aureus.
Ekstrak kental kemudian dituang dalam cawan
porselin dan dipanaskan dengan waterbath suhu Jumlah MIH (mm)
70οC sambil terus diaduk dan didapatkan ekstrak Kelompok Sampel/Pengulangan
Rata-
daun kersen.14,15 (n)
rata±SD
Koloni Staphylococcus aureus diperoleh dari
EDK 5% 9 13.34 ±1.21
pembiakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat EDK 7,5% 9 16.35±1.34
Banjarmasin. Koloni bakteri Staphylococcus aureus
hasil biakan diambil dengan ose steril dan KG 0,2% 9 27.32±1.74
dimasukkan dengan cara dilarutkan kedalam 0,5ml Keterangan:
media BHI, kemudian diinkubasi selama 48 jam EDK : Ekstrak daun kersen
pada suhu 37oC. Suspensi Staphylococcus aureus KG : Klorheksidin glkukonat
diencerkan dengan menambahkan aquadest steril
sehingga mencapai kekuruhan tertentu sesuai Tabel 1 memperlihatkan bahwa terdapat variasi
dengan standar Mc Farland I yaitu 3x108 zona hambat masing-masing perlakuan terhadap
CFU/ml4.14,15 Staphylococcus aureus pada perendaman plat resin
Penelitian ini menggunakan metode difusi, akrilik tipe heat cured. Nilai perlakuan ekstrak daun
dengan cara plat resin akrilik tipe heat cured kersen konsentrasi 5% dan 7,5% berturut turut
dengan ukuran 10mm x 10mm x 2mm, sebanyak menghasilkan rerata zona hambat sebesar
tiga plat resin akrilik tipe heat cured disterilkan 13,34±1.21mm dan 16,35±1.34mm. Efek perlakuan
dengan alkohol. Destilasi plat resin akrilik tipe heat klorheksdin glukonat 0,2% menghasilkan rerata
cured menggunakan aquadest steril kemudian sebesar 27,32±1.74mm. Hasil uji normalitas
diambil dengan pinset steril. Plat resin akrilik tipe menggunakan Spahiro-Wilk dengan sig 0,122
heat cured direndam dengan larutan saline selama (klorheksidin glukonat 0,2%), sig 0,576 (daun
kurang lebih satu jam. Plat resin akrilik tipe heat kersen konsentrasi 5%) dan sig 0,148 (daun kersen
cured diambil dengan menggunakan pinset steril konsentrasi 7,5%) didapatkan bahwa semua data
dan direndam dalam 10ml suspensi Staphylococcus terdistribusi normal. Uji homogenitas didapatkan
aureus selama 24 jam pada suhu 37oC dalam tabung nilai p>0,05 yang artinya data homogen. Hasil
reaksi pada media BHI disesuaikan dengan standar analisis data didapatkan semua data terdistribusi
Mc Farland yaitu (3 x 108).11,15` normal dan homogen, sehingga uji parametrik dapat
Tiga plat resin akrilik tipe heat cured dibagi dilakukan. Analisis selanjutnya menggunakan Uji
dalam tiga kelompok. Tiga kelompok perlakuan One Way ANOVA. Data hasil uji One Way ANOVA
yaitu ekstrak daun kersen konsentrasi 5%, 7,5%, dapat dilihat pada tabel 2.
dan kontrol positif (klorheksidin glukonat 0,2%)
direndam selama 15 menit. Plat resin akrilik tipe
heat cured dikeluarkan dari setiap kelompok
perlakuan dan dibilas dengan saline, kemudian di
masukkan kedalam tabung reaksi. Vibrasi selama
Panesa: Efektivitas Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Kersen 82

Tabel 2. Uji parametrik One Way ANOVA yang mengikat ke dinding sel bakteri yang
efektivitas daya hambat ekstrak Etanol bermuatan negatif dan dapat menganggu kestabilan
daun kersen 5%, 7,5% dengan dinding sel bakteri serta osmosis. Klorheksidin
klorheksidin glukonat 0,2% terhadap glukonat 0,2% membuat dinding sel bakteri rusak,
Staphylococcus aureus. kemudian melintasi ke dalam sel dan menyerang
membran sitoplasma bakteri. Membran sitoplasma
Sum of Mean rusak membuat senyawa intraseluler keluar.17,18 Sel
Squares Df Square F Sig. bakteri akan mengalami plasmiptisa yaitu pecahnya
Between sel bakteri, karena air masuk ke dalam sel bakteri.
975.363 2 487.682 1435.965 .000
Groups Klorheksidin glukonat 0,2% dapat menghambat
Within Staphylococcus aureus dan menghilangkan plak
8.151 24 .340
Groups yang sudah terbentuk.20 Klorheksidin glukonat
Total 983.514 26 0,2% mampu berpenetrasi keseluruh lapisan plak,
membunuh bakteri gram positif maupun gram
Tabel 2 menunjukkan hasil uji One Way
negatif, dan menghasilkan proliferasi organisme
ANOVA diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) bahwa
baru, sehingga plak tersebut dapat dilarutkan oleh
terdapat perbedaan signifikan efektivitas daya
saliva atau mengalami otolisis.17
hambat ekstrak etanol daun kersen konsentrasi dan
Daun kersen memiliki kandungan flavonoid
Klorheksidin glukonat terhadap pertumbuhan
lebih banyak daripada senyawa aktif yang lain
Staphylococcus aureus, kemudian data dilanjutkan
seperti saponin, tanin dan streoid. Zat aktif yang
dengan Post Hoc Bonferroni untuk mengetahui
terkandung dalam tanaman obat alami tidak selalu
perlakuan yang mempunyai perbedaan efektivitas
sama. Hal ini disebabkan berbedanya tempat
dengan tingkat kepercayaaan 95%. Ekstrak etanol
pengambilan bahan ekstrak, kadar air bahan ekstrak
daun kersen memiliki efektivitas daya hambat
dan proses pengolahan ekstraksi.27
terhadap Staphylococcus aureus. Hasil uji Post Hoc
Flavanoid dapat menghambat Staphylococcus
Bonferroni dapat dilihat pada tabel 3.
aureus.20 Senyawa flavonoid disintesis sebagai
sistem pertahanan dan responnya terhadap infeksi
Tabel 3. Uji Post Hoc Bonferroni efektivitas daya
mikroorganisme.21 Mekanisme flavanoid sebagai
hambat ekstrak etanol daun kersen 5%,
antibakteri dengan membentuk ikatan kompleks
7,5% dengan klorheksidin glukonat 0,2%
dengan protein ekstraseluler. Protein ekstraseluler
terhadap Staphylococcus aureus.
dilarutkan dan membentuk ikatan kompleks pada
dinding sel bakteri.22 Membran sel bakteri akan
Konsentrasi P
terganggu karena adanya ikatan kompleks di
CH 0,2% EDK 5% 0,0000*
dinding sel bakteri dan senyawa intraseluler bakteri
EDK 7,5% 0,0000*
akan keluar.23
EDK 5% CH 0,2% 0,0000* Saponin menghambat sintesis dinding sel bakteri
EDK 7,5% 0,0000* dengan berikatan pada reseptor sel. Senyawa
EDK 7,5% CH 0,2% 0,0000* saponin melekat pada satu atau beberapa reseptor
EDK 5% 0,0000* bakteri, maka reaksi transpeptidase terhambat dan
Keterangan: sintesis peptidoglikan terhenti. Enzim tranpeptidase
EDK : Ekstrak daun kersen dihambat akan menyebabkan hilangnya D-aline
KG : Klorheksidin glukonat dari rantai pentapeptida dalam reaksi
trasnpeptidase. Dinding sel bakteri mengalami
Tabel 3 menunjukkan hasil uji Post Hoc inaktivasi inhibitor enzim otolitik sehingga sel
Bonferroni bahwa terdapat perbedaan yang bakteri lisis.24,25
bermakna efek daya hambat bakteri Staphylococcus Tanin adalah senyawa turunan polifenol yang
aureus terhadap klorheksidin gluconat 0,2%. mampu merusak komponen dari protein dan
Efektivitas daya hambat daun kersen 7,5% lebih memiliki kamampuan menghambat pertumbuhan
tinggi dibandingkan dengan daun kersen 5% dan bakteri dengan cara menginaktivasi enzim. Tanin
klorheksidin glukonat 0,2%. mampu masuk ke dalam sel bakteri dan
mengkoagulasi protoplasma sel bakteri, karena
PEMBAHASAN senyawa flavonoid dan saponin melisiskan sel
Klorheksidin glukonat 0,2% merupakan gold bakteri. Tanin menyebabkan sel bakteri tidak bisa
standart sebagai denture cleanser. Klorheksidin melakukan aktivitas proteolitik Staphylococcus
glukonat 0,2% adalah agen antibakteri yang aureus. Tanin dapat merusak membran sel dan
bereaksi pada bagian dalam membran sitoplasma. mengkerutkan dinding sel, sehingga permeabilitas
Klorheksidin glukonat 0,2% dapat mempengaruhi sel terganggu. Permeabilitas sel terganggu dapat
integritas dinding sel. Integritas dinding sel menyebabkan lisisnya sel bakteri. 23,25
dipengaruhi peptidoglikan bakteri. Klorheksidin Ekstrak daun kersen konsentrasi 5% dan 7,5%
glukonat 0,2% adalah molekul bermuatan positif mampu menghambat bakteri dengan luas zona
83 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 79 - 84

hambat sebesar 13,34mm dan 16,35mm yang immunocompromised patients . J Bagh


termasuk kategori sensitif dalam menghambat College Dentistry. 2012; 24(2): 166-169.
pertumbuhan bakteri, karena luas zona hambatnya 8. Pellizzaro D, Gregory P, Ana LM, Eunice TG,
lebih dari 10mm. Semakin besar konsentrasi, maka Paula VS, Carlos EV. Effectiveness of
akan semakin banyak senyawa aktif antibakteri mechanical brushing with different denture
yang terkandung didalam ekstrak daun kersen. 26 cleansing agents in reducing in vitro Candida
Ada tiga kategori aktivitas antibakteri berdasarkan albicans biofilm viability. Brazilia Dental
diameter zona hambat yaitu resisten (<7mm), Journal. 2012; 23(5): 547-554.
sedang (7-10mm) dan sensitif (>10 mm).27 9. Meechan JG and Seymour RA. Drug
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat Dictionary for Dentistry. Oxford University
perbedaan efektivitas daun kersen dibandingkan Press, Oxford, USA, 2002. p. 77.
klorheksidin glukonat 0,2% terhadap pertumbuhan 10. Aneja KR, Joshi R, Sharma C. The
Staphylococcus aureus dalam perendaman plat Antimicrobial Potential of Ten Often Used
resin akrilik tipe heat cured. Efektivitas daya Mouthwashes againts Four Dental Caries
hambat ekstrak daun kersen 7,5% lebih besar Pathogens. Jundusapur Journal of
dibandingkan 5% tetapi masih lebih kecil Microbiology 2010; 3(1): 15-27.
dibandingkan klorheksidin glukonat 0,2%. Perlu 11. Manik DF, Triana H, Hady A. Analisis
penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi yang Korelasi Antara Kadar Flavonoid Dengan
lebih besar pada daun kersen untuk mendapatkan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan
efektivitas daya hambat yang optimal untuk Fraksi-fraksi Daun Kersen (Muntingia
mencegah akumulasi plak pada pemakai gigi tiruan. calabura L.) terhadap Staphylococcus aureus.
UII &UGM; Hal: 2014. 2-3.
DAFTAR PUSTAKA 12. Mahmud YP, Sarwiyono, Puguh S. Daya
Hambat Dekok daun kersen (Muntingia
1. Anusavice, Kenneth J. Phillips’ Science of Calabura L.) terhadap Pertumbuhan
Dental Materials, 12th ed, Elsevier Saunders, Staphylococcus aureus Penyebab Penyakit
Missouri, 2013. p. 484. Mastitis pada Sapi Perah, 2013. Hal: 2-4.
2. Rahman EF. Efektivitas ekstrak daun dewa 13. Chuah EL, Zakaria ZA, Suhail, Abu Bakar,
(Gynura pseudichina Lour) terhadap Desa MNM. Antimicrobial Activities of Plant
pertumbuhan Candida albicans pada plat Extract against Methilcillin-Susceptible and
dasar gigi tiruan resin akrilik. Jurnal Ilmiah Methichillin-Reistant Staphylococcus aureus.
Universitas Sultan Agung. 2010; 28(123): 1- Journalof Microbiology Research. 2014; 4(1):
13. 6-13.
3. Nallaswamy. Textbook of Prosthodontics. 14. Majed MM, Gharaibeh SF, Alzoubi KH, Al-
Jaypee Brothers Publishers, 2008. p. 51-52. Azzam SI, Obeidat WM. Antimicrobial
4. Lewis N, Parmar N, Hussain Z, Baker G, Activity of Common Mouthwas Solutions On
Green I, Howlett J, Kearns A, Cookson B, Multidrug-Resistance Bacterial Biofilms.
McDonald A, Wilson M, Ready D. Journal Clin Med Res. 2013;5(5): 389-394.
Colonisation of dentures by Staphylococcus 15. Wulandari Feni , Rostiny , Soekobagiono.
aureus and MRSA in out-patientand in- Pengaruh Lama Perendaman Resin Akrilik
patient populations. Springer-Verlag Berlin Heat Cured Dalam Eugenol Minyak Kayu
Heidelberg. 2015; 34(9): 1823-1826. Manis Terhadap Kekuatan Transversa. Journal
5. Lengkong, Pingkan EO, Damajanti HC. of Prosthodontics. 2012; 3(1): 1-5.
Pangemanan, Ni Wayan Mariati, Gambaran 16. Santoso HD. Budiarti LY, Carabelly
Perilaku dan Cara Merawat Gigi Tiruan AN.Perbandingan aktivitas antijamur ekstrak
Sebagian Lepasan Pada Lansia di Panti Werda etanol Jahe putih kecil (Zingiber Offinalle Var.
Minhasa Induk. 2014. Hal: 2-3. Amarum) 30% dengan klorheksidin glukonat
6. Pristianingrum N, Soebagio, Elly M, 2013. Uji 0,2% terhadap Candida albicans In Vitro.
stabilitas mikrobiologis pembersih gigi tiruan Jurnal Dentino. 2012; 2(2): 125-9.
dengan bahan minyak atsiri kulit batang kayu 17. Ristianti Nina, Jaka Kusnanta W, Marsono.
manis (Cinnamomum burmannii) Perbedaan Efektifitas Obat Kumur Herbal Dan
(Microbiological stability test on denture Non Herbal Terhadap Akumulasi Plak Di
cleanser with ingredients of essential oil of Dalam Rongga Mulut. Jurnal Media Dental
Cinnamon Bark (Cinnamomum burmanni). Intelektual. 2013; 2(1): 31-36.
Jurnal PDGI. 2013; 60(3): 89-94. 18. Premakumari KB, Siddiqua A, Banu S, Josep
7. Qanbar FH. Antibacterial efficiency of h J. Comparative Antimicrobial Studies Of
chlorhexidine digluconate 0.2% against oral β- Methanolic Extract Of Muntingia Calabura,
hemolytic streptococci and oral Basella Alba and Basella Rubra Leaves.
Staphylococcus aureus in Research Journal Of Pharmacognosy And
Phytochemistry. 2010; 2(3) : 246- 248.
Panesa: Efektivitas Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Kersen 84

19. Balagopal S, Radhika A. Chlorhexidine: The


Gold Standard Antiplaque Agent. Journal
Pharmarcy Science & Resesearch. 2013;
5(12): 270-274.
20. Gupta SM, Gupta AK, Ahmed Z, Anil K.
Seabuckthorn (Hippophae salicifolia D. Don)
Plant Extracts Show Potential Antimicrobial
Activity. 2014; 4(1): 394-400.
21. William P, Cruiz B, Raquel OR. Bioactive
metabolite profiles and antimicrobial activity
of ethanolic extracts from Muntingia calabura
L. leaves and stems. Asian Pac Journal Trop
Biomed. 2016; 6(8): 682–685.
22. Yaqin A, Rima M, Ika T. Potensi Antibakteri
Ekstrak Etanol, Fraksi Etanol Aquadest steril
dan Fraksi N-Heksan Ekstrak Etanol Daun
Anggur (Vitis vinifera L) terhadap
Staphylococcus aureus dan Pseodomonas
aeruginosa Multiresistent. UMS, 2014 Hal: 1-
12.
23. Maatalah B, Kambuche B, Bellahouel S,
Fortas Z, Souliman R, Saldi R, Derdour A.
Antimicrobial activity of the Alkoloids and
Saponin extract of Anabasis articulata.
Journal of Biotechonology and Pharmaticular
research. 2012; 3(3): 54-57.
24. Godstime O, Enwa F, Jewo A, Eze C.
Mechanisme of Antimicrobial Actions of
Phytochemicals againts Enteric Pathogens. J
Pharm Chem Bio Sci. 2014; 2(2): 77-85.
25. Luddin N, Hany MA. The Antibacterial
Activity Of Sodium Hypochlorite And
Chlorhexidine Against Enterococcus faecalis:
A Review On Agar Diffusion And Direct
Contact Methods. J Conserv Dent. 2013;
16(1): 9–16.
26. Sajjan P, Nagesh L, Prem PK, Mangala S.
Chlorhexidine as an Antimicrobial Agent in
Dentistry A Review. 2016; 15(2): 93-100.
27. Tiwari P, Bimlesh K, Mandeep K, Gurpreet K,
Harleen K. Phytochemical screening and
Extraction: A Review. Internationale
Pharmaceuticasciencia. 2011; 1(11): 99-105.
85

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

DAYA HAMBAT EKSTRAK UBI BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.)


Merr) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans

(Studi In Vitro Dengan Metode Difusi)

Azilita Ananda, Deby Kania Tri Putri, Sherli Diana


Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRAK
Latar belakang: Karies merupakan penyakit kronis jaringan keras gigi yang salah satunya disebabkan
oleh faktor mikroorganisme yaitu bakteri Streptococcus mutans, pertumbuhan bakteri ini dapat dihambat
dengan memberikan ekstrak umbi bawang dayak. Umbi bawang dayak merupakan tumbuhan herbal khas
Kalimantan yang berpotensi sebagai alternatif obat kumur. Ekstrak umbi bawang dayak memiliki kandungan
yang bersifat antibakteri salah satunya adalah fenol sebagai kandungan terbesar dengan konsentrasi 34,20%
yang dapat merusak sel bakteri sehingga pertumbuhan Streptococcus mutans menurun dan lisis. Tujuan: Untuk
mengetahui perbedaan daya hambat ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi 80mg/ml dengan kontrol positif
klorheksidin glukonat 0,2% terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Metode dan bahan: Rancangan
penelitian ini adalah true experimental design dengan post test only with control group. Penelitian ini
menggunakan 6 kelompok perlakuan menggunakan sampel bawang dayak dengan metode maserasi dan
pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi. Hasil penelitian: Nilai rata-rata zona hambat ekstrak
umbi bawang dayak konsentrasi 20mg/ml sebesar 11,59 mm, konsentrasi 40mg/ml sebesar 14,39 mm,
konsentrasi 60mg/ml sebesar 18,53 mm, konsentrasi 80mg/ml sebesar 23,55 mm, kontrol positif klorheksidin
glukonat 0,2% sebesar 21,39. Uji one-way Anova dan uji Post Hoc LSD menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara setiap kelompok perlakuan. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan daya hambat ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi 80mg/ml terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans dengan zona hambat sebesar 23,55 mm dan klorheksidin glukonat 0,2%
yang hanya memiliki zona hambat sebesar 21,39 mm.

Kata-kata kunci: antibakteri, daya hambat, ekstrak umbi bawang dayak, Streptococcusmutans.

ABSTRACT
Background: Caries is a chronical disease of hard teeth tissue. It is caused by microorganism factor
which is Streptococcus mutans bacterium, this bacterai can be inhibited with umbi bawang dayak extract . Umbi
bawang dayak is Borneo particular herbal plant which has potential as an alternative to mouthwash. Umbi
bawang dayak extracts contain antibacterial which have phenol as the largest content with 34.20%
concentration. Purpose: To figure out the resistivity effect of umbi bawang Dayak extract with 20mg/ml,
40mg/ml, 60mg/ml and 80mg/ml concentration towards the growth of Streptococcus mutans. Method and
Materials: This study applies a true experimental design with posttest-only with control group. This study takes
six groups with 1 kg sampel of umbi bawang dayak using maserasi method and isolate of Streptococcus mutans
using diffusion method. The Result of Research: The average number of inhibition zone of umbi bawang dayak
extract with 20mg/ml concentration is 11.59mm, 40mg/ml concentration is 14.39mm, 60mg/ml concentration is
18.53mm, 80mg/ml concentration is 23.55mm. The average number of inhibition zone of umbi bawang dayak of
chlorhexidine gluconate 0,2% is 21.39, and aquadest is 0.00mm. One-way Anova and Post-Hoc LSD show that
there is significant difference between each of the treatment groups. Conclusion: Based on the result of the
research, it can be concluded that there is different inhibition effect of umbi bawang dayak extract in 80mg/ml
concentration with inhibition zone 23,55 mm and chlorhexidine gluconate 0,2% with inhibition zone 21,39 mm
towards the growth of Streptococcus mutans.
Ananda: Daya Hambat Ekstrak Ubi Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L.) 86

Keyword: antibacterial, inhibition zone, streptococcus mutans, umbi bawang dayak extract.

Korespondensi: Azilita Ananda, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: azilitananda1996@gmail.com

PENDAHULUAN Masyarakat Kalimantan telah lama


Karies merupakan penyakit kronis pada jaringan menggunakan tumbuhan herbal sebagai alternatif
keras gigi yang salah satunya disebabkan oleh pengobatan tradisional yang dipercaya dapat
bakteri Streptococcus mutans. Proses karies gigi menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit. 12
diawali dengan adanya perlekatan S.mutans Supardi dkk, 2011 menyatakan bahwa masyarakat
terhadap acquired pellicle saliva yaitu lapisan tipis Kalimantan, khususnya Provinsi Kalimantan
transparan pada permukaan enamel yang terdiri dari Selatan sebesar 32,8% menggunakan tumbuhan
mukoprotein dan glukoprotein.1 Streptococcus herbal sebagai pengobatan tradisional.13 Salah satu
mutans yang telah melekat pada acquired pellicle tumbuhan herbal yang sering digunakan dan
saliva memiliki enzim glucosyltransferase (gtf) dan ditemukan di pulau Kalimantan adalah bawang
enzim fructosyltransferase (ftf) yang dapat dayak. Bawang dayak memiliki umbi berwarna
mensintetis sukrosa dan fruktosa sehingga merah.14 Umbi bawang dayak memiliki efek
menghasilkan dekstran dan levan yang sangat antibakteri karena mengandung senyawa fenol,
lengket dan dapat memudahkan bakteri lainnya flavonoid, saponin dan tanin yang dapat merusak
melekat dan berakumulasi pada permukaan integritas dinding sel bakteri, merusak membran sel
enamel.2,3,4 Bakteri yang telah berakumulasi pada bakteri sehingga terjadi kebocoran sel, dan
permukaan gigi akan terus melakukan fermentasi mengganggu metabolisme sel bakteri.15 Ekstrak
karbohidrat yang menghasilkan asam laktat umbi bawang dayak yang dapat menghambat
sehingga dapat menurunkan pH rongga mulut.5,6,7 pertumbuhan bakteri memiliki kelebihan berupa
Keadaan asam ini dapat menyebabkan sifat alami dari tumbuhan herbal yang relatif aman
demineralisasi enamel yaitu luruhnya kristal apatit bagi tubuh.16 Hasil penelitian Armanda, 2017
sebagai komponen anorganik gigi.8 menyatakan ekstrak umbi bawang dayak dapat
Pertumbuhan S. mutans dapat dicegah dengan menghambat pertumbuhan Enterococcus Faecalis
memberikan obat kumur yang mengandung pada konsentrasi 20mg/ml.17 Firdaus, 2014
senyawa antibakteri. Salah satu obat kumur yang menyatakan ekstrak umbi bawang dayak dapat
digunakan adalah klorheksidin glukonat 0,2%.9 menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus
Klorheksidin glukonat 0,2% merupakan obat kumur pada konsentrasi 40mg/ml.18
gold standart bersifat antibakteri yang dapat Berdasarkan pada uraian yang telah dijabarkan
digunakan untuk menurunkan pertumbuhan bakteri diatas, diketahui bahwa ekstrak umbi bawang dayak
di rongga mulut.9 Penelitian Mathur, 2011 dapat menghambat pertumbuhan bakteri, namun
menyatakan bahwa klorheksidin glukonat 0,2% belum diketahui apakah terdapat daya hambat
dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram ekstrak umbi bawang dayak terhadap pertumbuhan
positif maupun bakteri gram negatif’. 10 Mekanisme Streptococcus mutans sehingga peneliti tertarik
klorheksidin glukonat sebagai senyawa antibakteri melakukan penelitian untuk mengetahui daya
yaitu dengan merusak permeabilitas dinding sel hambat ekstrak umbi bawang dayak pada
sehingga terjadi kebocoran pada sel bakteri.11 konsentrasi 20mg/ml, 40mg/ml, 60mg/ml dan
Kekurangan dari klorheksidin glukonat 0,2% adalah 80mg/ml terhadap pertumbuhan Streptococcus
dapat memberikan rasa yang kurang nyaman dan mutans.
pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi
perubahan warna pada gigi, sehingga, perlunya obat BAHAN DAN METODE
kumur alternatif berbahan dasar alami agar dapat Sebelum penelitian dilakukan, telah diajukan ke
mengurangi efek samping penggunaan obat kumur komisi etik di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
kimia. Salah satu tumbuhan herbal alami yang Lambung Mangkurat dan dinyatakan laik
memiliki mekanisme antibakteri adalah ekstrak berdasarkan surat keterangan kelaikan etik nomor:
umbi bawang dayak.11 015/KEPKG-FKGUL/EC/VIII/2017. Penelitian ini
87 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 85 - 90

merupakan penelitian eksperimental murni (true ekstrak kental umbi bawang dayak dinyatakan
experimental) dengan rancangan post test only with bebas alkohol. Ekstrak kental umbi bawang dayak
control group design dengan 6 kelompok yang sudah jadi memiliki warna merah kecoklatan.
perlakuan. Sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah ekstak umbi bawang dayak konsentrasi Pembiakan isolat bakteri Streptococcus mutans
20mg/ml, 40mg/ml, 60mg/ml dan 80mg/ml. Isolat murni bakteri Streptococcus mutans
Kontrol positif yang digunakan adalah klorheksidin dilakukan inokulasi pada media BHI (brain heart
0,2% dan kontrol negatif yang digunakan adalah infusion) dengan menggunakan tabung reaksi dan
aquades. Jumlah sampel didapatkan dari rumus diinkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 37ºC.
federer dengan hasil pada setiap kelompok adalah 5 Sebelumnya, isolat bakteri dilakukan penjernihan
pengulangan. dengan standar mac farland 1 (3 x 108). Proses
selanjutnya, dilakukan replikasi S. mutans pada
CARA PENELITIAN media MHA (Muller Hinton agar) dengan
Pembuatan ekstrak kental umbi bawang dayak dioleskan menggunakan swab steril pada media
Umbi bawang dayak yang berusia 3 bulan MHA.
didapatkan dari salah satu pedagang di pasar
tradisional KM 7 kota Banjarmasin. Pengekstrakan
dilakukan di Fakultas MIPA Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru. Sampel umbi bawang dayak
sebanyak 1 Kg dibuat ekstrak dengan cara dicuci
dengan menggunakan air mengalir serta dipotong
kecil-kecil, kemudian dikeringkan di dalam oven
dengan suhu 40ºC selama 3 hari. Selanjutnya
dilakukan proses penghalusan dengan blender dan
diayak dengan pengayak hingga sampai menjadi
serbuk halus dan menghasilkan simplisa umbi
bawang dayak, selanjutnya dilakukan penimbangan
kembali didapatkan 325 gram simplisa umbi Gambar 1. Biakkan Bakteri Streptococcus Mutans
bawang dayak dan dilanjutkan dengan proses
ekstraksi. Proses selanjutnya, dilakukan perendaman
Metode ekstraksi yang digunakan adalah papper disk dengan ekstak umbi bawang dayak
maserasi, yaitu dengan merendam simplisa umbi konsentrasi 20mg/ml, 40mg/ml, 60mg/ml,
bawang dayak dengan pelarut etanol 96%. Simplisa 80mg/ml, klorheksidin 0,2% dan akuades dilakukan
umbi bawang dayak dimasukkan kedalam bejana selama 3 jam dan media diinkubasi selama 1 x 24
maserasi dan kemudian ditambahkan pelarut etanol jam dengan suhu 37 ºC.
96% dengan perbandingan 1 : 10. Selama
perendaman sampel, dilakukan pengadukan Pengukuran Zona Hambat Ekstrak Umbi
sebanyak 6 jam sekali dan dilakukan penggantian Bawang Dayak Terhadap Streptococcus mutans.
pelarut setiap 1 x 24 jam. Penggantian pelarut Pengukuran zona hambat menggunakan kaliper
dilakukan re-mserasi sebanyak 2 kali. Selanjutnya skala milimeter (mm) dengan mengukur zona
akan diuapkan dengan vacum rotary evaporator bening yang terbentuk diskeitar papper disk dan
pada tekanan rendah dengan suhu pemanasan 50oC dicatat. Selanjutnya, dilakukan analisis data.
sampai didapatkan ekstrak cair umbi bawang dayak
dan selanjutnya dipindahkan ke waterbath dengan
suhu 60ºC sehingga diperoleh ekstrak kental umbi
bawang dayak. Selanjutnya ditimbang dan HASIL PENELITIAN
didapatkan ekstrak kental umbi bawang dayak
dengan berat 15,5 gram. Tahap selanjutnya Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan
dilakukan uji free etanol dengan larutan Kalium nilai rata-rata zona hambat ekstrak umbi bawang
dikromat (K2Cr2O7). Apabila tidak terjadi dayak terhadap S.mutans sebagai berikut :
perubahan warna ketika diberikan pereaksi, maka
Ananda: Daya Hambat Ekstrak Ubi Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L.) 88

Tabel 1. Tabel Hasil Uji One-Way Anova, Rata -


rata dan Standar Deviasi Ekstrak Umbi Bawang
Dayak dan Klorheksidin Glukonat 0,2% terhadap
Pertumbuhan S. mutans
No. kelompok Sig Mean ± SD
1. EUBD 20 11,59 ± 0,38
2. EUBD 40 14,39 ± 0,19
3. EUBD 60 0,00 18,53 ± 0,74
4. EUBD 80 23,55 ± 0,72
5. CHX 21,39 ± 0,23
Keterangan :
EUBD 20 : Ekstrak umbi bawang dayak
konsentrasi 20mg/ml
EUBD 40 : Ekstrak umbi bawang dayak
konsentrasi 40mg/ml
Gambar 2. Grafik Zona Hambat Ekstrak Umbi EUBD 60 : Ekstrak umbi bawang dayak
Bawang Dayak Konsentrasi 20mg/ml, 40mg/ml, konsentrasi 60mg/ml
60mg/ml, 80mg/ml, Klorheksidin Glukonat 0,2% EUBD 80 : Ekstrak umbi bawang dayak
(CHX) dan Akuades (AQ) Terhadap Pertumbuhan konsentrasi 80mg/ml
S.mutans. CHX : Klorheksidin glukonat 0,2%

Berdasarkan Gambar 1 dapat disimpulkan Tabel 2. Tabel Uji Post-Hoc LSD Ekstrak Umbi
bahwa nilai rata-rata zona hambat ekstrak umbi Bawang Dayak terhadap Pertumbuhan S. mutans
bawang dayak terhadap S.mutans dengan EU EU EU EU CH AQ
konsentrasi 20mg/ml sebesar 11,59 mm, BD BD BD BD X
konsentrasi 40mg/ml sebesar 14,39, konsentrasi 20 40 60 80
60mg/ml sebesar 18,53 mm, konsentrasi 80mg/ml UE 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00*
sebesar 23,55 mm, kontrol positif klorheksidin BD * * * *
glukonat 0,2% sebesar 21,39 dan kontrol negatif 20
akuades sebesar 0,00 mm. EU 0,00 0,00 0,00 0,00*
Analisis data pada penelitian ini menggunakan BD * * *
uji normalitas Shapiro-Wilk dan mendapatkan hasil 40
yaitu data penelitian ini terdistribusi normal dengan EU 0,00 0,00 0,00*
nilai signifikansi (p>0,05). Selanjutnya, dilakukan BD * *
uji homogenitas data menggunakan Levene’s Test, 60
didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,643 (p>0,05) EU 0,00 0,00*
yang menunjukkan bahwa sebaran data tersebut
BD *
homogen.
80
CH 0,00*
X
AQ
.
*=Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)

Berdasarkan hasil uji Post Hoc LSD pada tabel


diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok ekstrak umbi
bawang dayak konsentrasi 20mg/ml dengan
konsentrasi 40mg/ml, 60mg/ml, 80mg/ml,
klorheksidin 0,2% dan akuades. Kelompok ekstrak
89 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 85 - 90

umbi bawang dayak konsentrasi 40mg/ml sehingga bakteri ini tida k dapat melekat pada
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan permukaan enamel gigi.21
dengan kelompok ekstrak umbi bawang dayak Fenol juga dapat merusak sitoplasma dan
konsentrasi 60mg/ml, 80mg/ml, klorheksidin 0,2% nukelus sel bakteri sehingga mengakibatkan
dan akuades. Kelompok ekstrak umbi bawang metabolisme S.mutans terganggu hingga terjadi
dayak konsentrasi 60mg/ml menunjukkan adanya lisis.22
perbedaan yang signifikan dengan kelompok Terhambatnya pertumbuhan bakteri S.mutans
ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi 80mg/ml, oleh mekanisme antibakteri dari senyawa fenol
klorheksidin 0,2% dan akuades. Kelompok ekstrak dapat terjadi karena S.mutans merupakan jenis
umbi bawang dayak konsentrasi 80mg/ml bakteri gram positif yang memiliki struktur lebih
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sederhana sehingga memudahkan fenol dalam
dengan kelompok perlakuan klorheksidin 0,2% dan merusak sel bakteri. 16 Mekanisme klorheksidin
akuades. Kelompok perlakuan klorheksidin 0,2% glukonat 0,2% sebagai antibakteri adalah Senyawa
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan ini mampu mengendapkan protein asam sitoplasmik
dengan kelompok perlakuan akuades (p<0,05). sehingga terjadi perubahan permeabilitas dinding
sel dan terjadi kebocoran sel S.mutans 11 Penelitian
PEMBAHASAN ini menyatakan bahwa terdapat daya hambat
Penelitian ekstrak umbi bawang dayak terhadap ekstrak umbi bawang dayak pada konsentrasi
pertumbuhan streptococcus mutans bertujuan untuk 20mg/ml, 40mg/ml, 60mg/ml dan 80mg/ml
mengetahui daya hambat ekstrak umbi bawang terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Hal
dayak dengan konsentrasi 20mg/ml, 40mg/ml, ini dikarenakan tingginya senyawa fenol yang
60mg/ml dan 40mg/ml terhadap pertumbuhan terdapat pada ekstrak umbi bawang dayak yang
S.mutans. Hasil penelitian yang telah dilakukan bersifat antibakteri.19
diketahui bahwa terdapat daya hambat ekstrak umbi Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan
bawang dayak pada varian konsentrasi tersebut bahwa terdapat perbedaan daya hambat ekstrak
sehingga dapat menurunkan pertumbuhan S.mutans. umbi bawang dengan konsentrasi 80mg/ml
Ekstrak umbi bawang dayak bersifat antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
karena mengandung senyawa aktif seperti fenol dan dengan zona hambat sebesar 23,55mm dan
flavonoid sebagai senyawa antibakteri.14 Senyawa klorheksidin glukonat 0,2% yang hanya memiliki
terbesar yang terkandung pada ekstrak umbi zona hambat sebesar 21,39mm.
bawang dayak adalah fenol dengan konsentrasi
sebesar 34,20%.19 Fenol merupakan senyawa yang DAFTAR PUSTAKA
bersifat antibakteri dengan mekanisme dapat 1. Buzalaf MAR, Hannas AR, dan Kato MT.
merusak susunan ikatan peptidoglikan pada dinding Saliva and dental erosion. Journal of applied
sel S.mutan sehingga integritas dinding sel rusak oral science. 2012; 20(5) : 493-496.
dan lapisan sel tersebut tidak terbentuk sempurna. 2. Nahak MM. Ekstrak etanol daun beluntas
Rusaknya dinding sel S.mutan dapat menyebabkan (Plucea indica L.) dapat menghambat
fenol dan senyawa antibakteri lainnya menembus pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
lebih dalam pada sel sehingga dapat merusak Jurnal kesehatan gigi. 2013; 1(1) : 41-41.
membran sel S.mutans. Membran sel S.mutans yang 3. Sandi IM. Bachtiar H dan Hidayati.
rusak dapat terjadi karena senyawa fenol dapat Perbandingan efektifitas daya hambat dadih
membentuk kompleks protein melalui ikatan dengan yogurth terhadap pertumbuhan bakteri
hidrogen ion H+ yang menyerang gugus fosfat Streptococcus Mutans. Jurnal b-dent. 2016; 2(2)
sehingga zat yang terdapat pada membran sel : 89-90.
S.mutans seperti ion organik enzim, asam amino 4. Putri HM, Herijulianti E dan Nurjannah N. Ilmu
mengalami kebocoran dan metabolime S.mutans Pencehagan Penyakit Jaringan Keras dan
terganggu sehingga S.mutan mengalami lisis.20 Jaringan Pendukung Gigi. Ed. Ke-2. Jakarta;
Senyawa fenol dan turunannya memiliki zat anti 2012. Hlm. 55-62.
glucosyltransferase sehingga dapat menekan enzim 5. Fatmawati DWA. Hubungan biofilm
glucosyltransferase yang diekskresika S.mutans dan Streptococcus mutans terhadap resiko terjadinya
dapat mencegah pertumbuhan matriks S.mutans
Ananda: Daya Hambat Ekstrak Ubi Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L.) 90

karies gigi. Stomatognatik (J.K.G. Unej). 2011; Bawang Dayak Terstandarisasi Flavonoid
8(3) : 127-129 Terhadap Enterococcus Facialis (In Vitro).
6. Nishimura J. Saito T. Yoneyama H. Bai L. Dentino (Jur. Ked. Gigi). 2017; 11(2) : 183 –
Okumura K. Isogai E. Biofilm formation by 187.
Streptococcus mutans and related bacteria. 18. Firdaus T. Efektifitas ekstrak bawang dayak
Advance of microbiology journal. 2012; 2 : 208- (Eleutherine palmifolia (L) Merr). dalam
210. menghambat pertumbuhan bakteri
7. Yadav K dan Prakash S. Dental Caries:Review. Staphylococcus aureus. Jakarta; 2014.
Asian Journal of Biomedical and Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.
Pharmaceutical Science. 2016; 6(53) : 1-7. Hlm. 23-24
8. Quock Ryan L. Dental caries: a current 19. Rani VS dan Nair BR. GC-MS Analysis Of
understanding and implication. Journal of Ethyl Acetate Extract Of Eleutherine Bulbosa
nature and science. 2015; 1 : 1-2. (Urban) Miller (Iridaceae). International
9. Anggayanti NA, Adiatmika IPG dan Adiputra Journal Of Pharmaceutical Sciences and
N. Berkumur Dengan Teh Hitam Lebih Efektif Research. 2016; 7(4) : 1729-1731
daripada Chlorhexidine gluconate 0,2% untuk 20. Dewi MK, Ratnasari E, Trimulyono G.
menurunkan akumulasi plak gigi. Jurnal PDGI Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Majapahit
2013; 62(2) : 35-40 (Crescentia cujete) Terhadap Pertumbuhan
10. Mathur S, Mathur T, Srivastava R, Khatri R. Bakteri Ralstonia solanacearum Penyebab
Chlorexidine: The Gold Standard in Chemical Penyakit Layu. LentaBio. 2014; 3(1): 51-57.
Plaque Control. National Journal of Physiology. 21. Majidah D, Fatmawati DWA dan Gunadi A.
Pharmacy & Pharmacology. 2011; 1(2): 45-50. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Seledri (Apium
11. Gupta R, Chandavarkar V, Galgali SR, dan graviolens L.) terhadap Pertumbuhan
Mishra M. Chlorhexidine, A Medicine for all Streptococcus mutans sebagai Alternatif Obat
the Oral Diseases. Global Journal of Medicine Kumur (Antibacterial Activity of Celery Leaves
and Public Health. 2012; 1(2) : 43-45 Extract [Apium graveolens L.] againts
12. Mulyani H, Widyastuti SH dan Ekowati VI. Streptococcus mutans as an Alternative
Tumbuhan Herbal Sebagai Jamu Pengobatan mouthwash); 2014. Artikel Ilmiah Universitas
Tradisional Terhadap Penyakit Dalam Serat Jember. Hlm. 4-5
Primbon Jampi Jawi Jilid 1. Jurnal Penelitian 22. Sabbineni Joshita. Phenol-An Effective
Humainiora. 2016; 21(2) : 73-91 Antibacterial Agent. Journal of Medicinal &
13. Supardi S, Herman MJ dan Yuniar Y. Organic Chemistry. 2016; 3(2) : 182-186.
Penggunaan Jamu Buatan Sendiri di Indonesia
(Analisis Data Riset Kesehatan Dasar Tahun
2010). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
2011; 14 (2) 375-381.
14. Galingging RY. Bawang dayak (Eleutherine
palmifolia (L) sebagai tanaman obat multiungsi.
Jurnal warta penelitian tanaman industri. 2009;
15(3) : 1-2.
15. Sari DP, NM. YI, Budiarti LY. Efektivitas Daya
Hambat Ekstrak Umbi Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
Terstandarisasi Fenol Terhadap Pertumbuhan
Enterococcus faecalis. Dentin (Jur. Ked. Gigi)
2017; 1(1): 56-61
16. Noor AM dan Apriasari ML. Efektivitas
Antibakteri Ekstrak Metanol Batang Pisang
Mauli. Jurnal PDGI. 2014; 63(3) : 78-83.
17. Armanda F, N Ichrom MY dan Budiarty LY.
Efektivitas Daya Hambat Bakteri Ekstrak
91

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

PERBANDINGAN NILAI INDIKATOR MALOKLUSI RINGAN DENGAN


MALOKLUSI BERAT BERDASARKAN INDEKS HMAR (Handicapping Malocclusion
Assessment Record)

Fitriani1, Fajar Kusuma Dwi Kurniawan2, Diana Wibowo3


1
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
2,3
Bagian Ilmu Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

ABSTRACT

Background: Malocclusions areithe third major problem in dental health after dental caries and
periodontal disease in Indonesia. HMAR (Handicapping Malocclusion Assessment Record) are an index that
can be use totmeasure security of malocclusion, introduced by Salzmann in 1986. The HMAR indexrcan be used
directly into patients and using a study model. Objective: To analyze the comparison of mild
malocclusionaindicator values with severe malocclusion based on HMAR index (Handicapping Malocclusion
Assessment Record) in triage patient on RSGM Gusti Hasan Aman. Method: This study use observational
analytic withncross sectional approach in October-November 2017. The sample of the research is patient who
cameifirst to RSGM Gusti Hasan Aman in triage stages with the range around 12-18 years old and all the oldest
teeth have been dated and never do the orthodontic treatment. The sample wasfselected by using simple random
sampling method as much as 82 respondents which is consisted of 41 respondents with malocclusion light and
41 respondents with mild malocclusion. Results: The results showedithat the most influential indicator for the
occurrence of mild malocclusion was the lower jaw anterior teeth and severe malocclusion was the maxillary
anterior teeth jointed on the (Intra Arch Deviation). Statistical analysis with Mann-Whitney test obtained
significancetvalue of p=0,000 (p<0.05). Conclusion: Based on the comparison of Handicapping Malocclusion
Assessment Record (HMAR) index value, it can be concluded that the mild malocclusion indicator is bigger than
the severe malocclusion indicator

Keywords: Handicapping Malocclusion Assessment Record (HMAR), Malocclusion

ABSTRAK

Latar Belakang: Maloklusi berada pada urutan ketiga yang cukup besar dalam masalah kesehatan gigi
dan mulut setelahikaries gigi dan penyakit periodontal di Indonesia. Indeks Handicapping Malocclusion
Assessment Record (HMAR) adalah indeks yang dapat mengukur tingkat keparahan maloklusi, yang
diperkenalkan oleh Salzmann pada tahun 1986. Indeks HMAR dapat digunakan secararlangsung pada pasien
dan ada juga menggunakan model studi. Tujuan: Menganalisis perbandingananilai indikator maloklusi ringan
dengan maloklusi berat berdasarkan indeks Handicapping Malocclusion Assessment Record (HMAR) pada
pasien triage RSGM Gusti Hasan Aman. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik
dengan pendekatanncross sectional pada bulan Oktober-November 2017. Sampel penelitian ini adalah pasien
yangipertama kali datang ke stase triage RSGM Gusti Hasan Aman dengan rentang usia 12-18 tahun dan gigi
sulung sudah tanggal semua serta belum pernah melakukan perawatan ortodonti. Sampel dipilih menggunakan
metodefsimple random sampling berjumlah 82 responden yang terdiri dari 41 responden maloklusi ringan dan
41 responden maloklusi berat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan nilai indikator yang berpengaruh terhadap
terjadinya maloklusi ringaniadalah gigi berdesakan anterior rahang bawah dan maloklusi beratiadalah gigi
berdesakan anterior rahang atas pada indikator penyimpangan gigi dalam satu rahang (Intra Arch Deviation).
Analisis statistik dengan uji Mann-Whitney diperoleh nilai signifikasi sebesar p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan:
Berdasarkan hasil perbandingan nilai indeks Handicapping Malocclusion Assessment Record (HMAR) dapat
disimpulkan bahwa indikator maloklusi berat lebih besar daripada indikator maloklusi ringan.

Kata kunci: Handicapping Malocclusion Assessment Record (HMAR), Maloklusi

Korespondensi: Fitriani, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat, Jalan Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: fifitrianii@gmail.com
Fitriani: Perbandingan Nilai Indikator Maloklusi Ringan Dengan Maloklusi Berat 92

PENDAHULUAN dalam menangani masalah gigi dan mulut disertai


berbagai macam spesialistik. Studi pendahuluan
Dalam perkembangan kehidupan modern yang telah kami lakukan pada bulan Januari tahun
kebutuhan aspek fungsional oklusifgigi semakin 2017 dari 10 pasien yang dirujuk ke bagian
kurang berkembang. Rendahnya tingkat ortodonti terdapati9 orang mengalami kondisi gigi
pengetahuan mengenai oklusi membuat masyarakat berdesakan dan 1 orang mengalami gigitan silang.
kurang memperdulikan kondisi ronggaimulutnya. Kasus maloklusi seperti gigitan silang dan gigi
Oklusi merupakan hubungan antara permukaan berdesakantsering dilakukan rujukan pada bidang
oklusal gigi geligitrahang atas dan rahang ortodonti.
bawah.rPenyimpangan terhadap oklusi normal Perawatan ortodonti diperlukan bagi
disebut maloklusi.1,2 Maloklusi penderitafmaloklusi sedangkan untuk mengetahui
adalahipenyimpangan letak gigi atau malrelasi kondisi maloklusi seseorang digunakan indeks
lengkung rahang di luar rentang kewajaran yang maloklusi. Salah satu indeks yang digunakan untuk
dapat diterima.3 Maloklusi merupakan mengukur keadaan dari keparahan maloklusi adalah
masalahakesehatan gigi dan mulut yang cukup indeks Handicapping Malocclusion Assessment
besar di Indonesia, maloklusi berada pada urutan Record (HMAR) yang diperkenalkan
ketiga setelah karies gigi dan penyakit periodontal. 4 olehiSalzmann pada tahun 1986. Indeks HMAR
Penelitian maloklusi sudah banyak di dapat digunakan langsung pada pasien dan ada juga
lakukan di beberapa Kota di Indonesia dan menggunakan model studi.10 Indeks HMAR secara
menunjukan angkafyang terus meningkat. kuantitatif dan objektif memberikan penilaian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh terhadap ciri – ciri oklusi dan menentukan
Hariyanti (2011) pada pasieniRSGM-P FKG Unair kebutuhan perawatan ortodonti menurut keparahan
menunjukan maloklusi sebesar 40%.5 Penelitian maloklusi yangrdilihat dari besarnya nilai yang
yang dilakukan oleh Loblobly dkk (2015) tercatat, selain itu penilaiannya tidak memerlukan
padatsiswa SMAN 9 Manado menunjukan alatiyang khusus atau rumit seperti indeks lain.
prevalensi maloklusi sebesar 43%.6 Penelitian yang PenilaiannIndeks HMAR dilihat berdasarkan
dilakukan oleh Anggriani dkk (2017) tentang penyimpangan gigi dalam satu rahang, kelainan
hubunganrtingkat keparahan maloklusi dengan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusal
resiko karies remaja di SMPN 2 Marga Bali dan kelainan dentofasial.11 Tujuan penelitian ini
menunjukan maloklusi sebesar 48,9%. 7 Data adalah untuk menganalisis perbandingan nilai
tersebut menunjukan angka maloklusi masihicukup indikator antara maloklusi ringan dengan maloklusi
tinggi. berat berdasarkan indeks Handicapping
Salah satufwilayah yang mempunyai Malocclusion Assessment Record (HMAR)ipada
masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup pasien RSGM Gusti Hasan Aman.
tinggi adalah Provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan hasil data riskesdasitahun 2013 di BAHAN DAN METODE
wilayah Kalimantan Selatam terdapat prevalensi
kasus maloklusi gigi berdesakan pada usia 12-14 Penelitian ini diawali dengan pembuatan
tahun sebesar 15,6%.8 Pada kelompok usiattersebut surat izin penelitian dan ethical clearance yang
merupakan usia tertinggi dibandingkan usia >15 diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
tahun. Menurut Adzimah (2011) dalam Universitas Lambung Mangkurat No. 059/KEPKG-
penelitiannya tentang prevalensi maloklusi pada FKGULM/EC/IX/ 2017. Penelitian ini
siswa SMP Negeri 1 Paciran kabupaten Lamongan menggunakan metode penelitian observasional
menyatakan tingkat keparahan maloklusi yang analitik dengan pendekatan crossfsectional.
lebihrtinggi terjadi pada maloklusi ringan.4 Populasi yang dapat diambil untuk penelitian ini
Bertentangan dengan pernyataan dari Adzimah, adalah pasienfyang pertama kali datang dengan usia
berdasarkan penelitian oleh Kusuma (2014) 11-18 tahun dan gigi sulung sudah tanggal semua
menyatakan tingkatimaloklusi yang lebih tinggi serta belum pernah melakukan perawatan ortodonti
adalah maloklusi berat dengan kasus yang lebih di RSGM Gusti Hasan Aman pada bulan oktober
banyak terjadi pada usia 13-14 tahun.1 Data ini sampai november 2017. Populasi dipilih
sesuai dengan penelitian Feroza (2017) yang menggunakan metode simple random sampling.
menunjukan maloklusi beratalebih banyak terjadi Berdasarkan perhitungan rumus Slovin didapatkan
pada usia 13-14 tahun karena penderita merasa hasil minimal besar sampel adalah yang
tidak ada keluhan secara langsung terhadap kasus dibulatkan menjadi 81 orang. Agar bisa dibagi dua
maloklusi dan kurangnya tingkat pengetahuan kelompok maka ditetapkan besar sampel 82 orang
bahwa penderita memerlukan perawatan dengan rincian 41 orang pada kategori maloklusi
ortodonti.8,9 ringan dan 41 orang pada ketegori maloklusi berat.
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Gusti Hasan Subjek penelitian yang memenuhi kriteria
Aman Banjarmasin merupakanfsalah satu sarana diberikanfpenjelasan, Selanjutnya sampel diminta
yang memadai dan merupakan tempat khusus untuk mengisi lembar informed consent beserta
93 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 91 - 96

pencatatan identitas sampel dalam formulir status Tabel 2. Nilai indikator anterior rahang atas
yang dibimbing oleh peneliti. Kemudiantpeneliti Penyimpangan Gigi Dalam Satu Rahang (Intra Arch Deviation)
memakai jas lab, masker dan handscoon untuk
proteksi diri melakukan pencetakan gigi geligi Anterior Rahang Atas
rahang atas dan rahang bawah perorangan dengan Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat
sendok cetak dan bahan alginat yang telah Gigi missing 0 2,44
dicampur dengan air. Tatarcara mencetak gigi
Berdesakan 187,8 304,9
geligi harus dikuasai oleh peneliti karena pada
Rotasi 14,7 41,5
proses pencetakan dapat terjadi reaksi muntah.
Renggang terbuka 19,5 65,9
Pasien yang telah selesai dicetakIrongga mulutnya
Renggang tertutup 0 0
diberikan doorprize dan dipersilahkan untuk
melanjutkan perawatan ke stase berikutnya. Hasil
Tabel 3. Nilai indikator posterior rahang atas
cetakan akanadilakukan pengisian dengan air Penyimpangan Gigi Dalam Satu Rahang (Intra Arch
PDAM dan gips tipe IV dengan segera. Model gigi Deviation)
geligi sampel diukur tingkat keparahan Posterior Rahang Atas
maloklusinya secaranobservasional dengan sliding Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat
caliver. Hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir, Gigi missing 9,8 17,1
kemudian data dikumpulkan dan akan dilakukan
Berdesakan 56,1 153,7
perbandingan nilai indikatorIantara kategori
Rotasi 17,1 36,6
maloklusi ringan dengan maloklusi berat.
Renggang terbuka 7,3 19,5
Renggang tertutup 0 0
HASIL PENELITIAN

Rata–rata nilai indikator indeks HMAR Tabel 4. Nilai indikator anterior rahang bawah
Penyimpangan Gigi Dalam Satu Rahang (Intra Arch
(Handicapping Malocclusion Assessment Record) Deviation)
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Anterior Rahang Bawah

Tabel 1. Rata–rata nilai indikator indeks HMAR Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat
Indikator M. ringan M. berat Gigi missing 0 4,9
Penyimpangan gigi dalam Berdesakan 243,9 390,2
satu rahang (Intra Arch 9, 488 17,76 Rotasi 24,4 43,9
Deviation) Renggang terbuka 24,4 24,4
Kelainan hubungan gigi Renggang tertutup 0 0
kedua rahang dalam keadaan
0,488 0,732
oklusi (Inter Arch Deviation)
a. segmen anterior Tabel 5. Nilai indikator posterior rahang bawah
Penyimpangan Gigi Dalam Satu Rahang (Intra Arch
b. segmen posterior 0 0
Deviation)
0 0 Posterior Rahang Bawah
Kelainan dentofacial
Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat
9,976 18,392 Gigi missing 21,95 51,2
Jumlah nilai indikator
Berdesakan 60,97 129,3
Rotasi 17,1 36,6
Berdasarkan tabel 1.fNilai indikator Renggang terbuka 4,9 14,6
Penyimpangan gigi dalam satu rahang (Intra Arch
Renggang tertutup 0 0
Deviation) kategori maloklusi ringan lebih rendah
daripada kategori maloklusi berat. Nilai kelainan
hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi Berdasarkan tabel 2. tabel 3. tabel 4. dan
(Inter Arch Deviation) segmen anterior tabel 5. diatas menunjukan nilai indikator pada gigi
kategoriImaloklusi ringan juga lebih rendah missing, gigi rotasi, gigi renggang terbuka dan gigi
daripada kategori maloklusi berat. Nilai indikator renggang tertutup tidak terdapat nilai yang
kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam signifikan sedangkan pada gigi berdesakan
keadaantoklusi (Inter Arch Deviation) segmen mempunyaitnilai yang signifikan antara maloklusi
posterior dan nilai kelainanrdentofacial kategori ringan dan maloklusi berat.
maloklusi ringan dengan kategori maloklusi berat Nilai indikator kelainan hubungan gigi
tidak memiliki perbedaan nilai yang dapat kedua rahang dalam keadaan oklusi (inter arch
mempengaruhi maloklusi. deviation) segmen anterior dan posterior dapat
dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.
Fitriani: Perbandingan Nilai Indikator Maloklusi Ringan Dengan Maloklusi Berat 94

Tabel 6. Nilai indikator segmen anterior anterior rahang bawah dan posterior rahang
Kelainan Hubungan Gigi Kedua Rahang Dalam Keadaan bawahrpada penyimpangan gigi dalam satu rahang
Oklusi (Inter Arch Deviation) (Intra Arch Deviation) menunjukkan gigi missing,
Segmen Anterior
gigi rotasi, gigi renggang terbuka dan gigi renggang
Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat
tertutup tidak terdapat perbedaan bermakna antara
Jarak gigit 7,3 2,4 maloklusi ringan dengannmalokusi berat. Hanya
Tumpang gigit 17,1 34,1
pada gigi berdesakan anterior rahang atas, posterior
Gigitan silang 0 0
Gigitang terbuka 0 0
rahang atas, anterior rahang bawah dan posterior
rahang bawah yang terdapat perbedaan bermakna
Tabel 7. Nilai indikator segmen posterior antara maloklusi ringan dengan malokusi berat.
Kelainan Hubungan Gigi Kedua Rahang Dalam Keadaan Perbandingan nilai indikator segmen anterior dan
Oklusi (Intra Arch Deviation) segmen posterior pada kelainan hubungan gigi
Segmen Posterior kedua rahang dalam keadaan oklusi (Inter Arch
Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat Deviation) menunjukkan tidak terdapatkperbedaan
Hubungan antero- yang bermakna antara maloklusi ringan
0 0
posterior denganimalokusi berat. Perbandingan nilai
Gigitan silang 0 0 indikator kelainan dentofacial menunjukkan juga
Gigitan terbuka 0 0 tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
maloklusi ringan dengan malokusi berat.
Berdasarkan tabel 6. dan tabel 7. diatas
menunjukan nilai indikator kelainan hubungan gigi PEMBAHASAN
kedua rahang dalam keadaan oklusi (inter arch Maloklusi pada gigi dapat diakibatkan oleh
deviation) segmen anterior dan segmen posterior beberapa faktor yaitubfaktor secara langsung
tidak memiliki perbedaan nilai yang signifikan ataupun tidak langsung. Kedua faktor ini sangat
antara maloklusi ringan dan maloklusi berat. berpengaruh dalamoterjadinya kelainan susunan
gigi. Berdasarkan dari nilai indikator pada gigi
Tabel 8. Nilai indikator kelainan dentofacial anterior rahang atas ternyata ditemukan
lebihbbanyak pada gigi berdesakan. Indikator gigi
Kelainan Dentofacial berdesakan anterior rahang atas ini adalah sebagai
Maloklusi Maloklusi penyebabeutama dalam menentukan maloklusi
Indikator
Ringan Berat ringan dan maloklusi berat. Berdasarkan dari hasil
Celah bibir 0 0 penelitian, indikator gigitberdesakan anterior
Bibir bawah terletak dipalatal rahang atas yang paling seringeterjadi pada
0 0
insisivus atas
Gangguang sendi rahang 0 0
maloklusi berat karena indikator ini memiliki nilai
Asimetris wajah 0 0
yang paling tinggi dibandingkan nilai indikator
Gangguan bicara 0 0
anterior rahang atas yang lain. Kondisi tersebut
akan menimbulkan terjadinyaBtumpang tindih yang
Tabel 8. diatas menunjukan nilai indikator diakibatkan karena adanya kebiasaan buruk.
kelainan dentofacial tidak memiliki perbedaan nilai Bernafas melalui mulutAmerupakan kebiasaan
yang signifikan antara maloklusi ringan dan yang paling sering menimbulkan kelainan pada
maloklusi berat. struktur wajah dan oklusi gigi geligi. Kebiasaan
Data yang sudah didapat akan dianalisis bernafas melalui mulut yang berlangsung selama
secara statistik tetapi sebelumnya, terlebih dahulu masa tumbuh kembangNdapat mempengaruhi
dilakukaniuji normalitas data. Uji normalitas pertumbuhan dentokraniofacial.9 Menurut
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- penelitian yang dilakukan oleh Jefferson Y tahun
Smirnov pada perbandingan nilai indikator 2010, seseorang yang memiliki kebiasaan
penyimpangan gigi dalam satu rahang (Intra Arch bernafasamelalui mulut pertumbuhan maksila
Deviation) menunjukkan data tidak terdistribusi menjadi terhambat yang menyebabkan langit-langit
normal. Perbandingan nilai indikator pada kelainan menjadi lebih sempit sehingga pada orang
hubungan gigi kedua rahangndalam keadaan oklusi denganrkebiasaan bernafas melalui mulut
(Inter Arch Deviation) menunjukkan data juga tidak cenderung memiliki susunan gigi anterior rahang
terdistribusiInormal. Perbandingan nilai indikator atas yang berdesakan.9,12 Nilai indikator gigi
kelainan dentofacial antara data juga tidak missing, gigi rotasi, gigi renggang terbuka dan gigi
terdistribusi normal. renggang tertutup anterior rahang atasItidak
Data dari hasil penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan sehinggahtidak
tidakaterdistribusi normal sehingga uji analisis menjadi penentu maloklusi ringan atau maloklusi
selanjutnya dilakukan uji non-parametrik yaitu uji berat.
Mann-Whitney. Data hasil uji analisis pada Nilai indikator gigi posterior rahang atas
penelitian ini didapatkan perbandingan nilai terdapat perbedaan yangSsangat besar pada
indikator anterior rahang atas, posterior rahang atas, indikator gigi berdesakan. Indikator gigi
95 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 91 - 96

berdesakan posterior rahang atas juga menjadi gigi rotasi, gigi renggangaterbuka dan gigi
penyebab utamaUdalam menentukan maloklusi renggang tertutup posterior rahang bawah tidak
ringan dan maloklusi berat. Etiologi indikator ini terdapat perbedaan yang signifikan sehingga tidak
masih belumNdiketahui secara pasti. Peneliti menjadiapenentu maloklusi ringan atau maloklusi
menyatakan bahwa penyebab gigi berdesakan berat.
adalahtfaktor genetik (keturunan). Faktor genetik Hasil penelitian tentangKnilai indikator
yang diturunkan dariuorang tua karena tidak ada antara malokusi ringan dengan maloklusi berat
keharmonisan ukuran mesial-distal gigi yang lebih pada kelainan hubungan kedua rahang dalam
besar warisankdari ayah dan ukuran rahang yang keadaan oklusi segmen anteriorAdan segmen
kecil warisan oleh ibu atau sebaliknya. 6,13 Pada posterior menunjukkan nilainya sama tidak terdapat
indikator giginmissing, gigi rotasi, gigi renggang perbedaan yang signifikan sehingga tidak
terbukaydan gigi renggang tertutup posterior rahang menentukan antara maloklusi ringan dan maloklusi
atas tidak terdapat perbedaan yang signifikan berat. Hasil penelitian nilai indikator kelainan
sehingga tidak menjadi penentu maloklusi ringan dentofacial nilainya juga samadtidak terdapat
atauamaloklusi berat. perbedaan yang signifikan sehingga tidak
Hasil dari penelitian tentang nilai indikator menentukanasebagai pembeda antara maloklusi
gigi anterior rahangPbawah juga lebih banyak ringan dan maloklusi berat.
ditemukan pada indikator gigi berdesakan. Hasil Indikator yang lebih banyak mempengaruhi
penelitian ini serupaAdengan penelitian yang maloklusi ringan adalah gigi berdesakannanterior
dilakukan oleh Isnaniah di Klinik terpadu Fakultas rahang bawah dan indikator yang lebih banyak
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran tahun mempengaruhi maloklusi berat adalahtgigi
2013 yang menunjukanrgigi berdesakan lebih berdesakan anterior rahang atas. Berdasarkan
banyak terjadi pada anterior rahang bawah.14 penjelasan diatas hasil perbandingan nilai indeks
Berdasarkan dari hasil penelitian, IndikatorAgigi Handicapping Malocclusion Assessment Record
berdesakan anterior rahang bawah yangkpaling (HMAR) dapat disimpulkan bahwa indikator
sering terjadi adalah maloklusi ringan karena maloklusi berat lebih besar daripada indikator
indikator ini mempunyai nilai paling banyak maloklusi ringan.
diantara nilai indikator indeks HMAR yang lain dan
juga memiliki nilai rata rata yang cukupGtinggi. DAFTAR PUSTAKA
keadaan tersebut akan menimbulkan terjadinya
tumpangItindih yang diakibatkan karena gigi 1. Kusuma R.H. Perbedaan Indeks Karies antara
desiduiLyang terlambat dicabut padahal gigi Maloklusi Ringan dan Berat Pada Remaja di
permanennya sudah tumbuh atau bisa juga karena Ponpes Darul Hijrah Martapura. Dentino
gigi desidui dicabut sebelum waktunya akibatnya (Jurnal Kedokteran Gigi). 2014; 2(1):13-17.
rahang kurang berkembang dan gigi 2. Koesoemahardja H. Tumbuh kembang
permanenAyang tumbuh kemudian kekurangan kraniodentofasial. Tesis. Jakarta : Fakultas
tempat untuk tumbuh dalam oklusi normal. 15 Nilai Kedokteran Gigi Trisakti; 2009. p.29-39.
indikator gigi missing, gigi rotasi, gigiBrenggang 3. Rahardjo P. Ortodonti dasar edisi 2. Surabaya:
terbuka dan gigi renggang tertutup anterior rahang Airlangga University Press. 2013. p.45-53.
bawah tidak terdapat perbedaan yang 4. Adzimah FS. Gambaran derajat keparahan
signifikanusehingga tidak menjadi penentu maloklusi menggunakan handiccaping
maloklusi ringanJatau maloklusi berat. malocclusion assesment record pada siswa
Nilai indikator gigi posterior rahang bawah SMPN 1 Paciran Kabupaten Lamongan.
juga banyakSditemukan pada gigi berdesakan. Orthodontic Dental Journal. 2011; 2(2): 19-
Indikator gigi berdesakanIposterior rahang bawah 24.
juga menjadi penyebab utama dalam menentukan 5. Hariyanti S.R.J. Gambaran Tingkat Keparahan
maloklusi ringan dan maloklusi berat. Kondisi gigi Maloklusi dan Keberhasilan Perawatan
tersebut akanNmenimbulkan terjadinya tumpang Menggunakan Index Of Complexity, Outcome
tindih gigi yang diakibatkan oleh gigi desidui yang and Need (ICON) di RSGM-P FKG Unair.
terlaluTdini mengalami karies. Secara alami gigi Orthodontic Dental Journal. 2011; 2(1):26-32.
desidui akanItanggal sebelum gigi permanen 6. Loblobly M. Gambaran Maloklusi
tumbuh, tetapi karenangigi desidui yang mengalami Berdasarkan Indeks Handiccaping
karies berpengaruh terhadap perkembangan Malocclusion Assessment Record (HMAR)
oklusiGdan penutupan ruang sehingga dapat pada siswa SMAN 9 Manado. Jurnal e-Gigi
menyebabkan gigi saling tumpang tindih atau (eG). 2015; 3(2):625-633.
berdesakan. Gigi desidui merupakan petunjuk bagi 7. Anggriani N.L.P.M. Hubungan Tingkat
erupsiNatau tumbuhnya gigi permanen sehingga Keparahan Maloklusi Berdasarkan ICON
apabila gigi sulung sudah dicabut (Index of Complexity, Outcome and Need)
sebelumYwaktunya maka dapat memperlambat dengan Resiko Karies Ditinjau Dari Lama
tumbuhnya gigi permanen.16 Indikator gigi missing, Perlekatan Plak Pada Remaja di SMPN 2
Fitriani: Perbandingan Nilai Indikator Maloklusi Ringan Dengan Maloklusi Berat 96

Marga. Bali Dental Journal (BDJ). 2017;


1(2):63-75.
8. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Pokok-
pokok hasil Riskesdas dalam angka Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2013. Jakarta; 2013.
p.115-131.
9. Feroza N.A. Hubungan Kebiasaan Buruk
Bernafas Melalui Mulut Terhadap Tingkat
keparahan Maloklusi. Dentino (Jurnal
Kedokteran Gigi). 2017; 2(1):13-17.
10. Rahardjo P. Ortodonti dasar edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press. 2013. p.198-204.
11. Salzmann J.A. The Dental Plan For Husky
Health. Guidelines for the Scoring of
Orthodontic Cases September 2015.
Connecticut Dental Health Partnership. 2015.
p.1-9.
12. Jefferson Y. Mouth Breathing: adverse effect
on facial groeth, health, academy, and
behavior. East Hanover: Academy of General
Dentistry. 2010. p.18-23.
13. Iswary HS. Gigi supernumery dan perawatan
ortodonsi. Dental Jurnal FKG Prof DR
Moestopo. 2013; 1(1):27-38.
14. Isnaniah M. Distribusi Maloklusi di Klinik
Terpadu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjajaran. Dentika Dental Journal. 2013;
2(1):67-68.
15. Asmawati, Adriana H., Nurhamidah. Indeks
Plak Antara Gigi berjejal dengan gigi tidak
berjejal setelah menyikat gigi pada siswa-
siswi SMP PAB 5 Patumbak tahun 2014.
Jurnal Ilmiah Pannmed. 2014; 9(2):103-106.
16. Suarniti L.P. Pencabutan dini gigi sulung
akibat karies gigi dapat menyebabkan gigi
crowding. Jurnal Kesehatan Gigi. 2014;
2(2):35-40.
97

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

PERBEDAAN TOTAL FLAVONOID ANTARA METODE PENGERINGAN ALAMI


DAN PENGERINGAN BUATAN PADA EKSTRAK DAUN RAMANIA
(Boueamacrophylla Griffith)

(Studi Pendahuluan Terhadap Proses Pembuatan Sediaan Obat Penyembuhan Luka)

Rezky Muliyawan, Irham Taufiqurrahman, Edyson


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT

Background: Wound healing process can be accelerated by use of drugs. Use of herbal medicinal plants
considered to be more effective and have minimal side effects compared with modern drugs. Ramania have
secondary metabolites such as flavonoids. Pharmacological research on flavonoids showed that flavonoid
compounds show activity as antiradical, antioxidant, antibacterial, antiviral and anti-inflammatory. The drying
process is one of the factors that affect the content of total flavonoid compounds in a crude drug that may affect
its antioxidant activity. Purpose: To analyze differences in the content of total flavonoid ramania leaves extract
against drying method is used as a preliminary study of the process of preparation of a wound healing drug.
Methods: Type of research conducted a pure experimental study (true experimental) with only post-test design
with control group design, manufacture simplisia performed with dry the leaves in the 3 treatment groups, that
is natural drying, artificial drying and without drying as a negative control. The simplicia then extracted by
maceration method for 3 days to obtain a thick extract. Then conducted to determine the maximum wavelength
and manufacture standard curve with a quercetin solution, after the results obtained, the calculation of
flavonoid ramania leaf extract can be performed using Spectrophotometry UV-Vis. Results: The results of the
determination of total flavonoids in this study overall showed significantly different results, the highest total
flavonoid on group oven drying is 167.13 µg/mg, drying room is 103.48 µg/mg and the lowest group without
drying is 30.47 µg/mg. Conclusion: This proves that the drying oven is more effective binding flavonoid
ramania leaf extract compared to the method of drying room and the group without drying.

Keyword : ramania, flavonoid, drying, total flavonoids.

ABSTRAK

Latar belakang: Proses penyembuhan luka dapat dipercepat dengan penggunaan obat obatan.
Penggunaan tanaman obat dianggap lebih efektif dan memiliki efek samping yang minimal dibandingkan
dengan obat modern. Ramania mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid. Penelitian
farmakologi terhadap senyawa flavonoid menunjukkan bahwa senyawa flavonoid memperlihatkan aktivitas
seperti antiradikal, antioksidan, antibakteri, antiinflamasi dan antivirus. Proses pengeringan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kandungan total flavonoid dalam suatu simplisia sehingga mempengaruhi
aktivitas antioksidannya. Tujuan: Menganalisis perbedaan kandungan total flavonoid ekstrak daun ramania
terhadap metode pengeringan yang digunakan sebagai studi pendahuluan terhadap proses pembuatan sediaan
obat penyembuhan luka. Metode: Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni
(true experimental) dengan rancangan post-test only with control group design, pembuatan simplisia dilakukan
dengan mengeringkan daun pada 3 kelompok perlakuan, yaitu pengeringan alami, pengeringan buatan dan
tanpa pengeringan sebagai kontrol. Simplisia tersebut kemudian diekstraksi metode maserasi selama 3 hari
sampai diperoleh ekstrak kental. Kemudian dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum dan
pembuatan kurva baku dengan larutan kuersetin, setelah didapatkan hasil panjang gelombang maksimum dan
kurva baku, maka perhitungan ekstrak flavonoid daun ramania dapat dilakukan dengan menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis. Hasil: Penentuan total flavonoid pada penelitian ini keseluruhan menunjukkan hasil
Muliyawan: Perbedaan Total Flavonoid Antara Metode Pengeringan Alami Dan Pengeringan Buatan 98

yang berbeda bermakna, total flavonoid tertinggi pada kelompok pengeringan oven yaitu 167,13 µg/mg,
pengeringan ruangan yaitu 103,48 µg/mg dan yang terendah kelompok tanpa pengeringan yaitu 30,47 µg/mg.
Kesimpulan: Hal ini membuktikan bahwa pengeringan oven lebih efektif mengikat flavonoid ekstrak daun
ramania dibandingkan metode pengeringan ruangan dan kelompok tanpa pengeringan.

Kata-kata Kunci: ramania, flavonoid, pengeringan, total flavonoid.

Korespondensasi : Rezky Muliyawan, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Jalan
Veteran No 12B, Banjarmasin, Kalsel, email: rezkycbr77@gmail.com

PENDAHULUAN yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan.


Luka merupakan suatu keadaan yang ditandai Pengeringan alami adalah misalnya pengeringan
dengan rusaknya berbagai jaringan tubuh. dengan udara (air drying), pada pengeringan ini
Terkoyaknya jaringan berbagai ikat, otot, serta kulit dilakukan dengan cara menempatkan bahan di
akibat suatu seuat se.ing aiikriti dengan rusaknya tempat udara kering berhembus pada suhu ruangan
jaringan syaraf dan robeknya pembuluh darah.1 kurang lebih 270C, Pengeringan dengan metode ini
Tahapan penyembuhan luka terbagi atas fase memerlukan waktu 3-4 hari. Sedangkan
inflamasi, fase proliferasi dan fase remodeling.2 pengeringan buatan, yaitu menggunakan panas
Proses penyembuhan luka dapat dipercepat dengan selain sinar matahari, yaitu menggunakan oven
penggunaan obat obatan. Obat-obatan yang dengan suhu 50°C selama 4 jam yang merupakan
digunakan dalam penyembuhan luka dapat perlakuan terbaik pada oven untuk mendapatkan
diberikan dalam berbagai metode dan jenis.3 kadar total senyawa fenol tertinggi dan aktivitas
Penggunaan tanaman obat atau herbal dianggap antioksidan yang maksimal.9,10 Kandungan bahan
lebih efektif dan memiliki efek samping yang aktif yang terdapat pada tanaman sangat
minimal dibandingkan dengan obat modern.4 dipengaruhi oleh proses pengeringan. Pengeringan
Tanaman obat menghasilkan senyawa- yang kurang tepat akan mengakibatkan beberapa
senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik kerugian, yaitu sifat bahan asal yang dikeringkan
dan dapat digunakan untuk mengobati berbagai dapat berubah, seperti bentuk, kenampakan dan
jenis penyakit pada manusia. Golongan senyawa mutu simplisia terjadi perubahan bahan aktif yang
metabolit sekunder adalah alkaloid, flavonoid, dikandungnya.11 Kegiatan penarikan kandungan
saponin, tanin, steroid dan triterpenoid. Hal ini kimia sehingga terpisah dari bahan tanaman dapat
sangat potensial untuk diteliti dan dikembangkan dilakukan dengan metode ekstraksi.12
oleh para peneliti Indonesia dalam rangka Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat
pencarian obat atau bahan baku obat.5 Salah satu atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan
tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Tujuan
sekunder yaitu tanaman ramania. Berdasarkan ekstraksi pada tanaman adalah untuk menarik
penelitian yang telah melakukan pengujian pada komponen kimia yang terdapat pada tanaman alam
daun ramania dari Sumatera, Jawa, Ambon dan itu sendiri.12 Berdasarkan penelitian Harliany D
Kalimantan mengatakan bahwa kandungan (2015) yang telah melakukan pengujian terhadap
senyawa metabolit sekunder yang paling banyak perbedaan konsentrasi kadar pelarut mengatakan
terdapat pada daun ramania salah satunya adalah bahwa pelarut ekstrak etanol 95% paling optimal
flavonoid.6 dalam menghasilkan kadar total flavonoid tertinggi
Salah satu senyawa metabolit sekunder aktif pada daun ramania.13 Berdasarkan latar belakang
yaitu flavonoid merupakan kandungan khas diatas, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan
tumbuhan hijau yang banyak menjadi penelitian kandungan total flavonoid ekstrak daun ramania
dalam mengembangkan obat tradisional Indonesia. terhadap metode pengeringan yang digunakan,
Penelitian farmakologi terhadap senyawa flavonoid yaitu pengeringan alami dengan kering angin
menunjukkan bahwa beberapa senyawa golongan (pengeringan di tempat teduh) dan pengeringan
flavonoid memperlihatkan aktivitas seperti buatan dengan lemari pengering (oven).
antifungi, diuretik, antihistamin, antihipertensi,
insektisida, antivirus, antiradikal, antioksidan, BAHAN DAN METODE
antibakteri, antiinflamasi dan menghambat kerja Penelitian ini bersifat eksperimental murni
enzim.7 Proses pengeringan merupakan salah satu (true experimental) dengan rancangan posttest-only
faktor yang mempengaruhi kandungan senyawa with control design. Teknik pengambilan sampel
fenolik dan flavonoid total dalam suatu simplisia daun ramania dilakukan dengan cara simple
sehingga dapat mempengaruhi aktivitas random sampling dengan 2 kelompok perlakuan
antioksidannya.8 dan 1 kelompok kontrol, yaitu P0 metode tanpa
Terdapat dua metode pengeringan yang dapat pengeringan (kontrol negatif), P1 metode
digunakan untuk mengeringkan pangan/makanan, pengeringan alami dan P2 metode pengeringan
99 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 97 - 102

buatan. Jumlah sampel dalam penelitian ini gelombang maksimum tersebut dipakai untuk
didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan pembuatan kurva baku dan pengujian kandungan
rumus Federer yaitu sebanyak 27 sampel larutan total flavonoid.
ekstrak daun ramania. Daun ramania yang
digunakan diperoleh dari Desa Mandiangin, Pembuatan Kurva Baku
Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Standar kuersetin dibuat dengan cara
Martapura, Kalimantan Selatan. menyiapkan 5 labu ukur 10 ml, kemudian pada
labu dimasukan larutan baku masing-masing
Preparasi dan Ekstraksi Sampel sebanyak 0,2 ml, 0,4 ml, 0,6 ml, 0,8 ml dan 1,0 ml,
Sampel yang akan dilakukan pengujian kemudian pada masing-masing labu ukur
dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir hingga ditambahkan akuades sampai volume labu ukur
bersih, kemudian sampel dipotong-potong dengan mencapai 10 ml. Larutan pada labu ukur diukur
menggunakan pisau. Sampel dibagi menjadi tiga absorbansinya pada panjang gelombang maksimum
bagian. Sampel yang pertama dikeringkan dengan seperti prosedur sebelumnya. Selanjutnya dibuat
menggunakan pengeringan kering angin dengan kurva antara absorbansi (A) dengan konsentrasi
suhu ±270C selama ±72 jam. Sampel yang kedua kuersetin (Q). Hasil dari pembuatan kurva baku
dikeringkan dengan menggunakan pengeringan standar kuersetin inilah nantinya yang akan dipakai
lemari kering (oven) dengan suhu 500C selama 4 sebagai pembanding kandungan total flavonoid.
jam. Sampel yang ketiga tidak dilakukan
pengeringan. Sampel pertama dan kedua yang telah Penentuan Kadar Total Flavonoid
dilakukan pengeringan serta sampel ketiga yang Sampel ditimbang sebanyak 20 mg kemudian
tidak dilakukan pengeringan kemudian masing- dilarutkan dengan pelarut etanol p.a sampai 10 ml
masing dilakukan penetapan kadar air. Setelah labu ukur sehingga diperoleh konsentrasi 2000
didapatkan nilai kadar air maka masing-masing ppm. Masing-masing sampel dipisahkan
sampel dihaluskan dengan menggunakan blender. berdasarkan kelompok metode pengeringan, yaitu
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pengeringan alami, pengeringan buatan dan
metode maserasi dengan cara merendam simplisia kelompok tanpa pengeringan sebagai kontrol.
dengan pelarut etanol 95%. Daun yang tidak Sebanyak 0,5 ml dari tiap larutan ekstrak
dilakukan pengeringan juga di ekstraksi direaksikan dengan 0,5 ml AlCl3 10% dan
menggunakan metode maserasi dengan cara ditambahkan 4 ml asam asetat 5% kemudian
merendam daun dengan pelarut etanol 95%. didiamkan selama 20 menit, pada sampel larutan
Simplisia dan daun tanpa pengeringan diambil ekstrak daun ramania dilakukan replikasi dengan
sebanyak 50 g masing-masing kemudian dilarutkan masing-masing kelompok minimal terdiri dari 9
dengan menggunakan pelarut etanol 95% di dalam sampel. Absorbansi dari larutan ekstrak diukur
tabung erlenmeyer dengan perbandingan 1:10 dengan panjang gelombang maksimum larutan
berat/volume (b/v) atau 1 cm diatas simplisia dan kuersetin yang sudah didapatkan pada prosedur
daun. Campuran ini diaduk hingga rata kemudian sebelumnya, menggunakan spektrofotometer UV-
ditutup rapat dan didiamkan selama 72 jam. Setiap Vis. Kandungan flavonoid total ditentukan
24 jam sekali dilakukan pengadukan dengan berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan
menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan regresi kurva kalibrasi kuersetin.
50 rotations per minute (rpm) selama 15 menit.
Setelah 72 jam, campuran tersebut kemudian HASIL PENELITIAN
dilakukan penyaringan kemudian dipekatkan Penetapan kadar air
dengan rotary vacum evaporator menggunakan
suhu 500C serta dikeringkan menggunakan
waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.
52.9
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Menimbang 2 mg kuersetin kemudian
34
dilarutkan dengan etanol p.a (pro-analisis) sampai
100 ml sehingga diperoleh konsentrasi 20 ppm.
14.6
Sebanyak 0,4 ml larutan diambil kemudian
direaksikan dengan 0,5 ml AlCl3. Setelah itu
ditambahkan 4 ml asam asetat 5% ke dalam larutan
dan didiamkan selama 20 menit (operating time).
Setelah itu larutan diabsorbansi dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
Gambar 1. Diagram Penetapan Kadar Air
panjang gelombang 400-499 nm dengan interval 3.
Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum
Dari hasil pada gambar 1, dapat dilihat bahwa
dengan nilai absorbansi tertinggi, maka panjang
kadar air terendah yaitu adalah dengan pengeringan
Muliyawan: Perbedaan Total Flavonoid Antara Metode Pengeringan Alami Dan Pengeringan Buatan 100

buatan yaitu 14.6%, pengeringan alami yaitu 34% Dari hasil pada gambar 3, maka dapat
dan kadar air tertinggi adalah pada kelompok tanpa disimpulkan bahwa nilai absorbansi kurva baku ini
pengeringan yaitu 52.9%. Kandungan kadar air sebagai standar untuk penentuan nilai absorbansi
pada simplisia sangat mempengaruhi kualitas total flavonoid ekstrak daun ramania nantinya harus
metabolit sekunder, jika kadar air masih tinggi pada rentang nilai absorbansi antara 0.131 sampai
aktivitas enzim juga akan tinggi, enzim tersebut 0.693, jika ada sampel beberapa data hasil
akan mengubah kandungan kimia yang telah penghitungan flavonoid yang tidak pada rentang
terbentuk menjadi bentuk lain. Semakin rendah itu, maka perlu dilakukan pengenceran.
kandungan kadar air pada simplisia semakin tinggi
kandungan metabolit sekundernya.14 Penentuan Kadar Total Flavonoid
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
rata kadar total flavonoid ekstrak daun ramania.

167.13

103.48

30.47

Gambar 4. Rata-rata total flavonoid daun ramania


Gambar 2. Panjang Gelombang Maksimum
Hasil analisis data pada penelitian ini secara
Dari hasil pada gambar 2, maka didapatkan keseluruhan menunjukkan hasil yang berbeda
panjang gelombang maksimum adalah 418 nm bermakna, sesuai dengan gambar 4 yang
karena memiliki nilai absorbansi tertinggi yaitu menunjukkan total flavonoid tertinggi pada
0.270, sehingga dalam penghitungan kurva baku kelompok pengeringan oven dengan rata-rata
dan penghitungan kandungan total flavonoid 167,13 µg/mg, pengeringan ruangan dengan rata-
ekstrak daun ramania digunakan panjang rata 103,48 µg/mg dan yang terendah kelompok
gelombang maksimum yaitu 418 nm. tanpa pengeringan sebagai kontrol negatif dengan
Pembuatan Kurva Baku rata-rata 30,47 µg/mg.
Berdasarkan hasil perhitungan absorbansi Analisis data dilakukan dengan uji normalitas
larutan standar kuersetin pada berbagai konsentrasi shapiro-wilk dan uji homogenitas varian levene’s
maka dapat dibuat kurva baku kuersetin kemudian test. Hasil uji normalitas shapiro-wilk dan uji
diperoleh persamaan regresi linear yaitu homogenitas levene-s test adalah sebagai berikut:
y = 0.006415X + (-0.0075). Persamaan tersebut Tabel 1. Hasil uji normalitas dan homogenitas
digunakan sebagai pembanding dalam analisis varians data perbandingan kadar total
kuantitatif pada pengukuran kandungan senyawa flavonoid ekstrak daun ramania
flavonoid dalam ekstrak daun ramania. Kurva baku Nilai Nilai
larutan standar kuersetin dapat dilihat pada gambar Kelompok Normalitas Homogenitas
3. (p) (p)
P0 0.598
P1 0.301 0.001
P2 0.102
Pada tabel 1 diketahui bahwa semua data
penelitian ini terdistribusi normal karena nilai
p>0,05. Hasil uji homogenitas varian Levene’s test
didapatkan nilai p = 0,001 (p > 0,05) yang berarti
data penelitian ini memiliki sebaran data yang
tidak homogen atau terdapat perbedaan varians
pada data penelitian ini. Dilakukan uji alternative
non-parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis dan uji
lanjutan Post Hoc Mann-Whitney. Hasil uji
Gambar 3. Kurva Baku Larutan Standar Kuersetin Kruskal-Wallis didapatkan nilai p = 0,000 (p <
0,05). Terdapat perbedaan bermakna antar
101 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 97 - 102

perlakuan sehingga dilanjutkan dengan uji Post pada metode pengeringan alami lebih rendah
Hoc Mann-whitney. Hasil uji Post Hoc Mann- daripada pengeringan buatan. Diantaranya
whitney pada kelompok perlakuan dan kontrol disebabkan waktu pengeringan yang lama, keadaan
memberikan hasil bahwa terdapat perbedaan tempat pengeringan dan sanitasi serta kebersihanya
bermakna antara setiap kelompok yang kurang terjamin, karena dilakukan di tempat
menunjukkan bahwa pengeringan alami, terbuka sehingga kemungkinan terjadi kerusakan
pengeringan buatan dan kelompok tanpa kandungan senyawanya selama penjemuran besar. 19
pengeringan daun ramania memiliki kandungan Selain itu juga dikarenakan suhu, kelembaban
total flavonoid yang berbeda. udara dan kecepatan udara tidak dapat diatur,
sehingga kecepatan pengeringan tidak seragam.
PEMBAHASAN Menurut rachmawan (2001) Kecepatan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan pengeringan alami serta kualitas hasil yang
bahwa pengeringan buatan (oven) adalah metode diperoleh dengan cara penjemuran sangat
pengeringan yang tepat dan efektif dibandingkan dipengaruhi oleh suhu udara dan kelembaban serta
dengan metode pengeringan alami (kering angin) cara penjemuran.
dan metode tanpa pengeringan dalam menghasilkan Suhu udara akan mempengaruhi kecepatan
total flavonoid optimal pada ekstrak daun ramania penjemuran. Pada suhu yang tinggi, kelembaban
yaitu sebesar 167,13 µg/mg. Hal tersebut udara akan semakin rendah. Akibatnya kemampuan
disebabkan karena pengeringan buatan (oven) udara tersebut untuk menangkap uap air dari bahan
menggunakan temperatur, kelembaban udara, yang dijemur akan semakin meningkat dan juga
kecepatan udara dan waktu yang dapat diatur sebaliknya.20 Dalam penelitian ini pada metode
sehingga dapat lebih baik mencegah oksidasi dan pengeringan alami (kering angin) dilakukan suhu
degradasi senyawa aktif didalamnya. 15 Pada ruangan sehingga kemampuan udara untuk
penelitian tanaman obat lain menunjukkan bahwa menangkap uap air dari bahan yang dijemur akan
pengeringan menggunakan oven pada suhu 50oC sedikit berjalan lambat. Ketebalan tumpukan bahan
memiliki kadar air paling rendah jika dibandingkan dan frekuensi pembalikan bahan akan sangat
dengan pengeringan sinar matahari langsung dan berpengaruh pada kecepatan pengeringan.20 Selama
kering angin, juga disebutkan bahwa nilai IC50 proses pengeringan alami (kering angin)
antioksidan dengan perlakuan pengeringan oven berlangsung, ketidakseragaman ketebalan lapisan
menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling bahan mempengaruhi proses pengeringan itu
tinggi dibandingkan dengan perlakuan metode sendiri. Udara yang lewat dari bahan lebih banyak
pengeringan lainnya.16 Pengeringan dengan oven pada lapisan yang tipis daripada lapisan yang
dianggap lebih menguntungkan karena akan terjadi tebal.21
pengurangan kadar air dalam jumlah besar dalam Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
waktu yang singkat17, sedang metode kering angin kandungan total flavonoid masing-masing memiliki
dianggap murah tetapi kurang efisien waktu dalam perbedaan yang bermakna antar setiap metode
pengeringan simplisia.18 pengeringan, yaitu pengeringan oven, pengeringan
Suhu pengeringan yang digunakan ruangan dan kelompok tanpa pengeringan sebagai
mempengaruhi lama pengeringan, semakin tinggi kelompok kontrol negatif daun ramania. Ini sesuai
suhu pengeringan semakin cepat proses transpirasi dengan teori yang menyatakan bahwa proses
didalamnya. Hal ini ditunjukkan pada pengeringan pengeringan merupakan salah satu faktor yang
menggunakan oven dimana suhu yang digunakan mempengaruhi kandungan senyawa fenolik dan
lebih tinggi sehingga mempengaruhi air dalam flavonoid total dalam suatu simplisia sehingga
bahan, dan semakin singkat waktu yang dibutuhkan dapat mempengaruhi aktivitas antioksidannya.8
untuk menjadikan kadar air paling rendah, sehingga Suhu pengeringan sangat berpengaruh
pengeringan oven lebih efektif menghilangkan terhadap kualitas, terutama pada perubahan kadar
aktivitas enzim yang bisa menguraikan kandungan fitokimia atau senyawa aktif. Pengeringan harus
zat aktif nya.18 Kandungan kadar air pada simplisia disesuaikan dengan bagian tanaman yang akan
sangat mempengaruhi kualitas metabolit sekunder, dikeringkan. Jika bahan berasal dari akar, daun,
jika kadar air masih tinggi aktivitas enzim juga bunga dan buah, maka suhu dan metode
akan tinggi, enzim tersebut akan mengubah pengeringan perlu diperhatikan. Apabila tidak
kandungan kimia yang telah terbentuk menjadi ditangani secara benar akan mengakibatkan
bentuk lain. Semakin rendah kandungan kadar air berkurangnya kadar zat yang terkandung dalam
pada simplisia semakin tinggi kandungan metabolit bahan.19 Berdasarkan hasil penelitian dapat
sekundernya.16 Hal ini sesuai dengan hasil disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna
penetapan kadar air pada penelitian ini yang juga total flavonoid pada ekstrak daun ramania terhadap
mendapatkan bahwa kadar air terendah adalah pada setiap metode pengeringan, serta pengeringan
pengeringan buatan menggunakan oven. buatan (oven) adalah metode pengeringan yang
Ada beberapa faktor yang membuat tepat dan efektif dalam menghasilkan total
kandungan total flavonoid ekstrak daun ramania flavonoid optimal pada ekstrak daun ramania.
Muliyawan: Perbedaan Total Flavonoid Antara Metode Pengeringan Alami Dan Pengeringan Buatan 102

12. Mukhriani. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa


DAFTAR PUSTAKA dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
Kesehatan. 2014; 7(2): 361-367.
1. Abdurrahmat AS. Luka, Peradangan dan 13. Harliany D, Taufiqurrahman I, Dewi N. Uji
Pemulihan. Jurnal Entropi. 2014; 9(1): 729- Konsentrasi Pelarut Bertingkat Pada Kadar
738. Total Flavonoid Ekstrak Etanol Tumbuhan
2. Setyarini EA, Barus LS dan Dwitari A. Ramania (Bouea Macrophylla Griffith)
Perbedaan Alat Ganti Verband Antara [Skripsi]. Banjarmasin: Fakultas Kedokteran
Dressing Set dan Dressing Trolley Terhadap Gigi Universitas Lambung Mangkurat. 2015.
Resiko Infeksi Nosokomial Dalam Perawatan Hal: 35-40.
Luka Post Operasi. Jurnal Kesehatan Stikes 14. Ketaren, S dalam Munawaroh S. Ekstraksi
Santo Borromeus. 2013; 1(1): 11-23. Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix
3. Falah F, T Sayektiningsih dan Noorcahyati. D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana.
Keragaman Jenis dan Pemanfaatan Tumbuhan Jurnal Kompetensi Teknik. 2010; 2(1): 73-78.
Berkhasiat Obat oleh Masyarakat Sekitar 15. Susanti RF, Kurnia K dan Vania A. Pengaruh
Hutan Lindung Gunung Beratus, Kalimantan Jenis, Konsentrasi Bahan Pengisi dan Suhu
Timur. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. Pengeringan Terhadap Kualitas Ekstrak Buah
2013; 10(1): 1-18. Physalis Angulata Yang Diperoleh Dengan
4. Katno. Tingkat Manfaat, Keamanan dan Ekstraksi Menggunakan Air Subkritik.
Efektifitas Tanaman Obat Dan Obat Modern Applied Science Journal. 2015;
Tradisional. Badan Penelitian Dan 9(7):190-198.
Pengembangan Kesehatan. Departemen 16. Winangsih, Prihastanti E dan Parman S.
Kesehatan RI. Karanganyar. 2008. Hal: 5. Pengaruh Metode Pengeringan Terhadap
5. Fitrya, Anwar L dan Novitasari E. Isolasi Kualitas Simplisia Lempuyang Wangi
Senyawa Fenolat dari Fraksi Etil Asetat Kulit (Zingiber aromaticum L.). Jurnal Buletin
Batang Tumbuhan Gandaria. Jurnal Penelitian Anatomi dan Fisiologi. 2013; 11(1): 19-25.
Sains. Universitas Sriwijaya. 2010; 13(1): 10- 17. Muller J and Heindl A. Drying Of Medical
14. Plants. Journal of Medical and Aromatic
6. Arwita D, Harsono T. Analisis Kandungan Plant. 2006; 17(1): 237-252.
Metabolit Sekunder Pada Beberapa Koleksi 18. Pramono S. Penanganan Pasca Panen Dan
Gandaria (Bouea Sp.) Yang Berasal Dari Pengaruhnya Terhadap Efek Terapi Obat
Sumatera, Jawa, Ambon Dan Kalimantan Alami. Prosiding Seminar Nasional
[Skripsi]. Medan: Fakultas Matematika dan Tumbuhan Obat Indonesia. 2006; 28(1): 1-6.
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri 19. Hugo Setyo Wirojati. Pengaruh Drying
Medan, 2013. Hal: 27-31 Agents Terhadap Karakteristik Fisikokimia
7. Rahmawan SL. Isolasi Dan Identifikasi Serbuk Bit Merah (Beta Vulgaris L) Yang
Flavonoid Dari Daun Dewandaru (Eugenia
Dikeringkan Dengan Solar Tunnel Dryer.
Uniflora L.) [Skripsi]. Surakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Fakultas Teknologi Pangan [Skripsi].
Surakarta, 2008. Hal: 30-35. Semarang: Universitas Katolik Sogijapranata.
8. Hernani dan Nurdjanah R. Aspek Pengeringan 2014. Hal: 5-11, 32-33.
dalam Mempertahankan Kandungan 20. Rachmawan, O dalam Sribudiani E et al.
Metabolit Sekunder pada Tanaman Obat. Kajian Suhu Dan Lama Pengeringan
Jurnal Perkembangan Teknologi TRO. 2009; Terhadap Kualitas Organoleptic The Herbal
21(2): 33-39.
Rosella (Hibiscus safdariffa Linn). Jurnal
9. Utami M, Widiawati Y dan Hidayah HA.
Keragaman Dan Pemanfaatan Simplisia Sagu. 2011; 10(2): 9-15.
Nabati. Biology Journal Unsoed. 2013; 30(1): 21. Matondang, S. dalam Nusa MI et al. Studi
1-10. Pembuatan Manisan Kering Kulit Buah
10. Husni A, Putra DR dan Lelana IYB. Aktivitas Semangka (Citrullus Lanatus). Jurnal Agrium.
Antioksidan Padina sp. Pada Berbagai Suhu 2014; 18(3): 243-249.
dan Lama Pengeringan. JPB Perikanan. 2014;
9(2): 165–173.
11. Masduqi AF, Izzati M dan Prihastanti E. Efek
Metode Pengeringan Terhadap Kandungan
Bahan Kimia Dalam Rumput Laut
(Sargassum Polycystum). Jurnal buletin
anatomi dan fisiologi. 2014; 22(1): 1-9.
103

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

EFEK PERENDAMAN MINUMAN PROBIOTIK TERHADAP DAYA LENTING


KAWAT ORTODONTIK LEPASAN STAINLESS STEEL

Peniasi1, Diana Wibowo2, Fajar Kusuma Dwi Kurniawan3


Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT
Background: Stainless steel orthodontic wire is widely used because have a relatively high durability
and ease of use. Resilience is the ability of a wire to move in the direction specified after activation. Factors that
can affect the resilience of orthodontic wire in the oral cavity is acid content from probiotic drinks. Probiotic
drinks are beverages containing lactic acid bacteria (C3H6O3) that can live in stomach acid. Consuming
probiotic drinks can cause the release of nickel ions (Ni) and chromium (Cr) on the wire. Purpose: This study
aims to determine changes in resistance of orthodontic stainless steel orthodontic resilience to immersion in
probiotic drinks for 13 hours at 37 ° C. Method: The research type was the correct experimental study with pre
and post test with control group design consisting of 2 groups, that group of probiotic drinking treatment and
saline solution control group. The sample in this study 20 samples divided into 2 groups, and the measurement
of resilience using gauge force meter. Result: Research data then analyzed by Independent parametric test (t-
test) and Independent test (t-tes) result obtained showed value (p> 0,05). Conclusions: there is no alteration of
resilience on stainless steel removable orthodontic wire soaked in probiotic drink after immersion for 13 hours
with temperature 37˚C.

Keywords: Probiotic drinks, Resilience, Stainless steel.

ABSTRAK
Latar belakang: Kawat ortodontik stainless steel merupakan kawat yang banyak digunakan karena
memiliki daya lenting relatif tinggi serta pemakaian yang nyaman. Daya lenting merupakan kemampuan suatu
kawat untuk bergerak kearah yang ditentukan setelah dilakukannya aktivasi. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi daya lenting kawat ortodontik dalam rongga mulut yaitu kandungan asam dalam minuman
probiotik. Minuman probiotik merupakan minuman yang mengandung bakteri asam laktat (C 3H6O3) yang
mampu hidup dalam asam lambung. Banyaknya mengkonsumsi minuman probiotik dapat menyebabkan
pelepasan ion nikel (Ni) dan kromiun (Cr) pada kawat. Tujuan penelitian: Mengetahui adanya perubahan daya
lenting pada kawat ortodontik lepasan stainless steel terhadap perendaman dalam minuman probiotik selama 13
jam dengan suhu 37˚C. Metode dan Bahan: Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian true
eksperimental dengan rancangan pre and post test with control group design yang terdiri dari 2 kelompok, yaitu
kelompok perlakuan minuman probiotik dan kelompok kontrol larutan salin. Jumlah sampel dalam penelitian ini
20 sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok, dan pengukuran daya lenting menggunakan alat gauge force meter.
Hasil penelitian: Data penelitian kemudian dianalisis dengan uji parametrik Dependent (t-tes) dan uji
Independent (t-tes) hasil yang didapatkan menunjukan nilai (p>0,05 ). Kesimpulan: Tidak terdapat perubahan
daya lenting pada kawat ortodontik lepasan stainless steel yang direndam dalam minuman probiotik setelah
dilakukan perendaman selama 13 jam dengan suhu 37º C.

Kata-kata kunci : Daya lenting, Minuman probiotik, Stainless steel.

Korespondensi: Peniasi, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung
Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: peniasi17@gmail.com
Peniasi: Efek Perendaman Minuman Probiotik Terhadap Daya Lenting Kawat 104

PENDAHULUAN dikarenakan dapat menjaga keseimbangan


Perawatan ortodontik merupakan perawatan ekosistem mikroba usus, karena meningkatkan
dengan menggunakan piranti ortodontik yang resistensi terhadap penyakit seperti diare,
bertujuan memperbaiki susunan dari gigi-geligi dan menurunkan tekanan darah, kolestrol serta baik
lengkung gigi yang tidak normal sehingga dalam meningkatkan sistem imun tubuh.5
tercapainya oklusi yang normal. Berdasarkan Berdasarkan survei penelitian yang dilakukan
piranti yang digunakan untuk perawatan ortodontik oleh Dwyer dkk, (2007) menyatakan bahwa
secara umum digolongkan dalam 2 golongan yaitu sebanyak 199.000 anak usia 18 tahun di Amerika
piranti lepasan dan piranti cekat. Piranti lepasan Serikat mengkonsumsi suplemen harian seperti
adalah piranti yang dapat dipasang dan dilepas minuman probiotik. Food Beverage Market
sendiri oleh pasien. Komponen piranti lepasan Research Reports and Consulting menyatakan
adalah komponen aktif dan komponen pasif, penjualan probiotik pada tahun 2015 sebanyak
perawatan ortodontik lepasan dapat memberikan 33,19 juta dollar dan diperkirakan meningkat pada
hasil yang maksimal jika dipakai secara terus tahun 2020 yakni dapat mencapai 46,55 juta dollar.
menerus. Salah satu faktor penting dari Minuman probiotik populer dalam bahan makanan
keberhasilan perawatan ortodontik lepasan adalah internasional, dikarenakan dapat mengurangi
kepatuhan atau ketaatan dari pasien dalam kondisi penyakit pencernaan dan kerentanan
pemakaian piranti lepasan ini.1 terhadap infeksi maupun penurunan dari sistem
Perawatan ortodontik lepasan biasanya imun yang dapat disebabkan oleh faktor usia
menggunakan piranti ortodontik dengan bahan maupun diet makanan yang buruk.6
stainless steel. Kawat stainless steel banyak Mengkonsumsi minuman probiotik secara
digunakan karena memiliki resistensi terhadap terus menerus diduga dapat menimbulkan dampak
lingkungan mulut, ekonomis, daya lenting yang yang merugikan bagi pengguna kawat ortodontik,
relatif tinggi serta pemakaian yang nyaman. Kawat salah satunya adalah perubahan daya lenting yang
stainless steel yang banyak digunakan adalah diakibatkan oleh lingkungan pH yang rendah dalam
stainless steel alloy 18/8 yang mengandung 71% rongga mulut. Minuman probiotik diduga dapat
Ferrum atau Besi (Fe), 18% Kromium (Cr), 8% menyebabkan pelepasan ion nikel (Ni) dan
Nikel (Ni) dan 0,2% Karbon (C). 2 kromium (Cr) pada kawat ortodontik stainless steel
Kawat ortodontik stainless steel memiliki didalam rongga mulut, hal ini diakibatkan karena
salah satu keuntungan yaitu daya lenting yang adanya kandungan asam laktat (C3H6O3) yang
relatif tinggi. Daya lenting adalah kemampuan dihasilkan oleh bakteri pada minuman pribiotik.
kawat untuk dapat kembali ke posisi semula apabila Rongga mulut sendiri memiliki kondisi lingkungan
digerakkan atau didefleksikan ke arah tertentu, yang mengalami perubahan karena temparatur serta
dalam perawatan ortodontik daya lenting sangat kualitas pH saliva yang dapat mempengaruhi
diperlukan karena dapat memberikan gaya selama kestabilan ion logam.7
pergesaran gigi. Besar daya lenting ditentukan oleh
besar kawat, panjang kawat dan suhu. Selama BAHAN DAN METODE
pemakaian kawat ortodontik stainless steel akan
Penelitian ini diawali dengan pembuatan surat
berinteraksi dengan lingkungan didalam rongga
izin penelitian dan etchial clearance yang
mulut, keadaan asam dalam rongga mulut dapat
diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
dipengaruhi akibat makanan atau minuman yang
Universitas Lambung Mangkurat No.018/KEPKG-
dikonsumsi salah satunya adalah minuman
FKG/EC/VIII/2017. Jenis penelitian yang akan
probiotik.3
dilakukan merupakan penelitian true eksperimental.
Minuman probiotik merupakan istilah lain
Desain penelitian dengan menggunakan metode pre
untuk menyebut minuman fermentasi asam laktat.
and post test with control group design. Penelitian
Probiotik adalah minuman kesehatan yang
ini menggunakan simple random sampling terdiri
mengandung bakteri asam laktat dan mampu
dari 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan
bertahan hidup dalam keasaman lambung. Produk
kelompok perlakuan. Kelompok kontrol direndam
susu fermentasi yang umumnya banyak dikonsumsi
pada larutan salin dan kelompok perlakuan
oleh masyarakat diantaranya ada Yakult, Yogurt,
direndam pada minuman probiotik. Cara
dan Kefir.4 Menurut World Health Organization
menentukan jumlah sampel masing-masing
(WHO, 2011) minuman probiotik banyak
kelompok dalam penelitian ini menggunakan rumus
dikonsumsi setiap hari sebagai suplemen makanan
105 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 103 - 107

lameshow dan didapat jumlah 10 sampel pada Diagram menunjukan rata-rata daya lenting
masing-masing kelompok. kawat ortodontik stainless steel pada kelompok
Alat-alat penelitian yang digunakan dalam perlakuan dan kontrol tidak mengalami perubahan
yang signifikan. Pada kelompok perlakuan
penelitian ini adalah penggaris, tang potong, bur
mengalami perubahan daya lenting sebesar 0,02
diamond fissure, gauge force meter, papan Gpa. Kelompok kontrol tidak mengalami
penyangga, pH meter, gelas ukur, pipet, tabung perubahan sebelum maupun sesudah dilakukan
sampel dan inkubator. Bahan yang digunakan perendaman dengan larutan salin.
dalam penelitian ini adalah minuman probiotik, Analisis data dalam penelitian ini
larutan salin dan kawat ortodontik stainless steel menggunakan Uji normalitas Shapiro wilk. Hasil
berdiameter 0,6 mm. yang didapatkan dari uji normalitas shappiro wilk
pada seluruh kelompok adalah (p>0,05) yang
Prosedur penelitian diawali dengan pembuatan
berarti semua data terdistribusi normal, maka
papan penyangga gauge force meter dan sampel analisis data dilanjutkan menggunakan uji
kawat. Kawat ortodontik dengan diameter 0,6 mm Dependen T test. Hasil analisis data Dependent T
dipotong sepanjang 3 cm dilakukan penggoresan test bertujuan untuk mengetahui besar daya lenting
sepanjang permukaan kawat menggunakan bur pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah
diamond fissure dengan tekanan yang sama. perendaman. Analisis dilakukan pada kelompok
Sebelum kawat ortodontik stainless steel dilakukan larutan probiotik, yaitu kawat ortodontik stainless
steel yang dilakukan pengukuran sebelum dan
perendaman, seluruh sampel dilakukan pengukuran
sesudah perlakuan.
daya lenting menggunakan gauge force meter.
Masing-masing kawat yang direndam dalam Tabel 1. Hasil uji dependent T test
minuman probiotik dan larutan salin dimasukan Kelompok Rerata Nilai p
kedalam inkubator dengan suhu 37˚C selama 13 (Standar
jam. Setelah 13 jam dilakukan pengukuran daya
Deviasi)
lenting kawat untuk mengetahui besar daya lenting
sesudah dilakukan perendaman. Daya lenting kawat
diukur kembali dengan menggunakan gauge force Sebelum 17,64
Perendaman (0,10750)
meter. 0,168
Minuman
Probiotik
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian, besar daya lenting Sesudah 17,66
kawat ortodontik stainless steel sebelum dan Perendaman (0,12293)
sesudah dilakukan perendaman didapatkan rata-rata
sebagai berikut: Minuman
. Probiotik

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai


p=0,168 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat
perbedaan daya lenting yang bermakna sebelum
dan sesudah dilakukan perendaman dengan
minuman probiotik. Uji independen T test untuk
membandingkan hasil besar daya lenting antara
kelompok I dan kelompok II. Dalam hal ini
analisis dilakukan pada kawat ortodontik stainless
steel yang direndam pada larutan salin dan
minuman probiotik.

Keterangan :
Kelompok I : Sebelum Perendaman
Kelompok II : Sesudah Perendaman

Gambar 1. Diagram Batang Rata- rata Daya


Lenting Kawat Ortodontik Stainless Steel Antara
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol.
Peniasi: Efek Perendaman Minuman Probiotik Terhadap Daya Lenting Kawat 106

Tabel 2. Hasil uji independent T test dengan lingkungan yang asam maka semakin
Kelompok Rerata ± Nilai p berpengaruh terhadap terjadinya korosi yang dapat
menyebabkan perubahan daya lenting pada kawat.9
(Standar Pelepasan ion nikel (Ni) dan kromium (Cr)
Deviasi) pada kawat ortodontik stainless steel didalam
rongga mulut dapat terjadi dikarenakan adanya
Perendaman 17,64
kandungan asam laktat (C3H6O3) yang dihasilkan
larutan salin (0.09189)
oleh bakteri pada minuman pribiotik. Rongga mulut
0,682 memiliki kondisi lingkungan yang dapat mengalami
perubahan temparatur serta kualitas pH saliva yang
Perendaman 17,66 dapat mempengarui kestabilan ion logam.10 Korosi
Minuman (0,10750) yang terjadi akibat pelepasan ion Ni dan Cr yang
Probiotik berlebihan dalam jangka waktu yang lama didalam
mulut dapat memberikan dampak negatif pada
kawat ortodontik stainless steel. Pelepasan ion Ni
Hasil menunjukkan anatara kelompok larutan dan Cr yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan
salin dan minuman probiotik didapatkan nilai
perubahan dimensi bentuk kawat dan
p=0,682 (p>0,05), yang berarti tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kawat yang mempengaruhi kekuatan kawat ortodontik stainless
direndam dengan larutan salin dan minuman steel. Ion Ni dan Cr merupakan kelompok logam
probiotik. Berdasarkan hal itu maka hipotesis yang berat yang dapat memberikan dampak negatif bagi
menyatakan adanya perbedaan daya lenting antara kesehatan tubuh karena dapat menyebabkan alergi,
kawat ortodontik stainless steel yang direndam sintoksik bahkan karsinogenik bagi tubuh
dalam larutan salin dan minuman probiotik ditolak.
manusia.11
Proses terjadinya korosi juga dipengaruhi oleh
PEMBAHASAN
waktu. Waktu merupakan salah satu faktor yang
Hasil penelitian perbandingan daya lenting dapat mempengaruhi laju korosi. Semakin lama
pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah kawat yang digunakan terpapar dengan lingkungan
perendaman pada minuman probiotik menunjukkan yang mempunyai pH rendah, maka semakin
berpengaruh terhadap terjadinya korosi. Suhu yang
tidak ada perbedaan yang bermakna. Pada digunakan dalam penelitian adalah suhu normal
kelompok kontrol menunjukkan bahwa perendaman yaitu 37oC. Suhu normal tersebut tidak
kawat ortodontik stainless steel pada larutan salin menyebabkan perubahan daya lenting, dalam
tidak mengalami perubahan daya lenting, ini penelitian yang dilakukan oleh Wirasatyawan dkk,
disebabkan karena kandungan larutan salin terdiri (2015) bahwa kawat ortodontik stainless steel dapat
dari sebagian besar air, komponen anorganik dan mengalami perubahan daya lenting pada suhu yang
cukup tinggi.12
organik seperti bikarbonat, fosfat, natrium, kalium,
Kandungan kromium yang terdapat pada kawat
potassium, klorida, magnesium, enzim dan
ortodontik stainless steel cukup tinggi sehingga
memiliki pH 7 sesuai kondisi normal rongga mulut,
dapat menahan terjadinya proses korosi, kandungan
sehingga tidak memicu terjadinya proses korosi .8 kromium (Cr) yang terdapat pada kawat ortodontik
Hasil penelitian pada minuman probiotik stainless steel bertujuan untuk membentuk lapisan
sebelum dan sesudah perendaman menunjukan tipis transparan yang disebut kromium oksida
hasil tidak ada perbedaan yang bermakna. Tidak (Cr2O3) sehingga kawat tidak mudah mengalami
adanya perbedaan yang bermakna dalam penelitian korosi. Lapisan ini terbentuk akibat reaksi kromium
diakibatkan karena kandungan kromium (Cr) pada bertemu dengan oksigen yang berfungsi untuk
kawat ortodontik stainless steel cukup tinggi dan mencegah terjadinya korosi pada seluruh
memberikan perlindungan yang baik terhadap permukaan kawat, dan sepanjang struktur kawat
terjadinya korosi. Korosi yang terjadi pada kawat stainless steel serta bertujuan untuk meningkatkan
stainless steel diakibatkan karena adanya proses ketahanan korosi.13
kimia, mekanik, dan elektrokimia yang terjadi Berdasarkan pembahasan diatas dapat
secara terus-menerus di dalam rongga mulut. disimpulkan bahwa hasil penelitian mengenai efek
Makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat perendaman pada minuman probiotik terhadap daya
mempengaruhi keasaman dalam rongga mulut, lenting kawat ortodontik lepasan stainless steel
semakin lama kawat yang digunakan terpapar tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
107 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 103 - 107

larutan salin dengan minuman probiotik terhadap 9. Wirasatyawan I, Wayan A, Dyah K. Pengaruh
daya lenting kawat ortodontik stainless steel. Hal penggunaan air polisher dan jenis kawat busur
ini disebabkan karna kandungan kromium (Cr) ortodontik setelah direndam dalam saliva
pada kawat ortodontik stainless steel cukup tinggi buatan. Jurnal Kedokteran Gigi UGM. 2015.
dan memberikan perlindungan yang baik terhadap 6(4): 347-353.
terjadinya korosi, serta suhu yang digunakan dalam 10. Situmeang, M.A. Perbedaan pelepasan ion nikel
penelitian adalah suhu normal yaitu 37oC. dan kromium pada beberapa merek kawat
Keterbatasan waktu juga merupakan salah satu stainless steel yang direndam dalam asam cuka.
faktor yang dapat mempengaruhi laju korosi. Jurnal Ilmiah Farmasi. UNSRAT. 2016. 5(4):
Semakin lama kawat yang digunakan terpapar 253.
dengan lingkungan yang mempunyai pH rendah, 11. Eliades T, Athanasiou AE. In vivo aging of
maka semakin berpengaruh terhadap terjadinya ortodontic alloys: implications for corrosion
korosi. potential, nickel release and biocompatibility.
Angle Ortodontics. 2002. 72(3): 222-237.
12. Hedberg, Y.S. et al. Metal release from stainless
DAFTAR PUSTAKA
steel in biological environments: A review.
Bionterphases. 2015. 11(1): 2-15.
1. Rahardjo P. Ortodonsi dasar. Ed.2. Surabaya.
13. Bassioni, G. et.al. Stainless steel as souceof
Airlangga University Press. 2012. Hal. 6.
potential hazard due to metal leaching into
2. Kristianingsih R, Rudy J, Depi P. Analisis
beverages. International Journal Electrochem.
pelepasan ion Ni dan Cr kawat ortodontik
2015. 10(1): 3792-3793.
stainless steel yang direndam dalam minuman
berkarbonasi. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Mahasiswa. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember (UNEJ). 2014. Hal. 3.
3. Iflah DM. Perbandingan daya lenting pegas jari
dengan diameter kawat 0,5 mm dan 0,6 mm
pada alat ortodonti lepasan. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat. 2014. Hal. 17.
4. Khimkmah N. Uji antibakteri susu fermentasi
komersial pada bakteri patogen. Jurnal
Penelitian Saintek. 2015. 20(10): 45-51.
5. Rusprina, Devi. Kosumsi dan persepsi manfaat
minuman probiotik pada remaja putri (Studi
Kasus di SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 3
Kota Bogor). Program Studi Gizi Masyarakat
Dan Sumber daya Keluarga. Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. 2008. Hal. 2-4.
6. Dwyer J, Richard LN, Gail TR, PatriciaMB,
Paul MJ, Christopher TS. Prevalance and
predictors of children’s dietary supplements use.
2007. 97(6): 1331-1337.
7. Rontis M. Kinetika dan variabel optimum
fermentasi asam laktat dengan media campuran
tepung tapioka dan limbah cairan tahu oleh
rhizopus oryzae. Fakultas Teknik Universitas
Dipenegoro. Semarang. Indonesia. 2010. Hal. 7-
9.
8. Sumarji. Studi perbandingan ketahanan korosi
stainless steel tipe SS 304 dan SS 201
menggunakan metode U-Bend test secara siklik
dengan variasi suhu dan pH. Jurnal ROTOR.
2011. 4(1): 1-7.
108

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

HUBUNGAN ANTARA ORAL HYGIENE PADA WANITA PASKAMENOPAUSE


DENGAN SKOR GINGIVAL INDEKS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI
SEJAHTERA BANJARBARU

Dayanne Sembiring, Rosihan Adhani, Isnur Hatta


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRAK
Latar belakang: Menopause adalah bagian dari kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan
berakhirnya menstruasi sebagai salah satu tanda penuaan. Pada wanita paska menopause terjadi penurunan
hormon estrogen. Penurunan hormon estrogen berpengaruh pada memburuknya kondisi oral hygiene yang
dapat menyebabkan atau memperparah penyakit gingivitis. Tujuan: Mengetahui hubungan antara oral hygiene
pada wanita paskamenopause dengan skor gingival indeks di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional, menggunakan simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada 46 wanita paska menopause di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru pada bulan Desember 2017. Pengumpulan data
dilakukan dengan pemeriksaan indeks OHI-S dan Gingival Indeks, dilanjutkan analisa data dengan Shapiro-
Wilk. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar wanita paskamenopause di Panti
Sosial Tresna Werdha memiliki oral hygiene dalam kategori sedang sebanyak 28 orang (60,5%) dan sebanyak
22 orang (47,8%) mengalami gingivitis ringan. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara oral hygiene pada
wanita paskamenopause dengan skor gingival indeks di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru.

Kata-kata kunci: estrogen, gingivitis, oral hygiene, paska menopause.

ABSTRACT
Background: Menopause is part of a woman's life marked by the end of menstruation as one sign of
aging. In postmenopausal women there is a decrease in estrogen hormone. Decreased estrogen hormone affects
the deterioration of oral hygiene conditions that can cause or aggravate gingivitis. Purpose: This study aims to
determine the relationship between oral hygiene in postmenopausal women with a score of gingival index in
Social Institution Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru. Method: This was an observational analytic study
with cross sectional approach, using simple random sampling. The study was conducted on 46 postmenopausal
women at Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru Social Institution in December 2017. Data collection was
done by examining OHI-S index and Gingival Index, followed by data analysis with Shapiro-Wilk. Results: The
results showed that most postmenopausal women in the Tresna Werdha Social Institution had oral hygiene in
the moderate category of 28 people (60.5%) and 22 (47.8%) had mild gingivitis. Conclusion: There is a
relationship between oral hygiene in postmenopausal women with a gingival index score in social home Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.

Keywords: postmenopause, estrogen, oral hygiene, gingivitis..

Korespondensi: Dayanne Sembiring, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: dayannemeliala@gmail.com
109 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 108 - 112

PENDAHULUAN antara oral hygiene pada wanita paska menopause


Menopause adalah bagian dari kehidupan dengan skor gingival indeks di Panti Sosial Tresna
seorang wanita yang ditandai dengan berakhirnya Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru. Dengan
demikian kesehatan perempuan paska menopause
menstruasi sebagai salah satu tanda penuaan. Mc
harus mendapat banyak perhatian untuk
Kinley et al mendefinisikan menopause sebagai meningkatkan kulitas kehidupan.
berhentinya menstruasi secara spontan selama 12
bulan berturut-turut pada usia 45-55 tahun.1 BAHAN DAN METODE
Menurut Depkes RI pada tahun 2005, Penelitian dimulai dengan pembuatan surat izin
diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada penelitian dan ethical clearance yang diterbitkan
tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan
oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause
sekitar 30,3 juta jiwa.2 Sensus yang dilakukan oleh Lambung Mangkurat Banjarmasin Kalimantan
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005 Selatan No. 070/KEPKG-FKGULM/EC/1/2018.
menunjukan jumlah wanita menopause di Jenis penelitian ini adalah observasional analitik
Kalimantan Selatan sebanyak 34.063 orang dengan dengan pendekatan cross sectional untuk
jumlah terbanyak pada usia 50-54 tahun yaitu mengetahui pengaruh oral hygiene pada wanita
18.388 orang.3
paska menopause terhadap gingival indeks. Sampel
Pada wanita paska menopause terjadi
penurunan hormon terutama hormon estrogen. diambil dengan teknik simple random sampling,
Kadar estrogen pada wanita premenopause berkisar karena subyek penelitian dianggap mendekati
40-400 pg/ml dan terus menurun sampai pada masa homogen. Berdasarkan perhitungan menggunakan
paska menopause menjadi hanya 10-20 pg/ml. rumus Slovin didapatkan jumlah sampel pada
Akibat menurunnya kadar estrogen pada wanita penelitian ini berjumlah 46 responden wanita paska
paska menopause secara fisiologis rongga mulutnya menopause. Instrumen yang digunakan pada
akan mengalami perubahan-perubahan yang
penelitian ini adalah diagnostic set (dental mirror,
mengakibatkan rasa tidak nyaman. Akibatnya
perempuan menopause sering mengalami mulut dental pinset, excavator), periodontal probe,
kering dikarenakan volume saliva yang berkurang nierbekken, masker, handscoon, alkohol 70%,
(xerostomia). Rata-rata kecepatan sekresi saliva tissue atau lap bersih, air putih dan alat tulis.
pada kelompok paska menopause 0,32 ml/menit Langkah-langkah penelitian ini dimulai dengan
lebih rendah dari kelompok premenopause 0,39 peneliti membagikan informed consent kepada
ml/menit. Dengan demikian apabila kebersihan responden sebagai persetujuan untuk dilakukan
mulut tidak terjaga dan diperberat oleh aliran saliva
yang rendah maka akan mempercepat pembentukan pemeriksaan indeks OHI-S dan Gingival Indeks.
plak yang merupakan penyebab utama terjadinya Memberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi
gingivitis.1 dan mulut kepada wanita paska menopause di Panti
Gingivitis merupakan proses peradangan pada Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva, Prosedur penelitian selanjutnya adalah pemeriksaan
disebabkan oleh mikroorganisme yang membentuk dilakukan pemeriksaan OHI-S dan GI pada subjek
suatu koloni serta membentuk plak gigi yang penelitian. Sebelumnya subjek penelitian diminta
melekat pada tepi gingival.4 Menurut penelitian berkumur. Subjek didudukkan dengan posisi kepala
yang dilakukan oleh Ursarescu et al pada tahun tegak dan posisi peneliti disebelah kanan subjek.
2012 penyakit periodontal dan prevalensi gingivitis Peneliti memakai masker dan handscoon, subjek
pada wanita paska menopause tinggi.5 diminta membuka mulut untuk dilakukan
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera pengukuran Gingival Indeks. Ke empat area gusi
Banjarbaru adalah panti sosial untuk lansia yang pada masing-masing gigi (fasial, mesial, distal dan
berada dibawah naungan pemerintah Provinsi lingual) dinilai tingkat peradangannya. Dilakukan
Kalimantan Selatan. Sampai saat ini belum ada
inspeksi visual pada gingiva subjek untuk melihat
penelitian tentang pengaruh oral hygiene pada
wanita paska menopause terhadap gingival indeks ada tidaknya perubahan warna, edema, ulserasi, dan
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera peradangan. Peradangan dapat dinilai dengan cara
Banjarbaru. Berdasarkan studi pendahuluan yang menelusuri margin gingiva untuk melihat ada
telah dilakukan, seminggu sekali para lansia di tidaknya perdarahan pada gingiva subjek.
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Kemudian catat hasil pengukuran Gingival Indeks
Banjarbaru hanya diperiksa kesehatannya saja dalam lembar pemeriksaan Gingival Indeks.
bukan kesehatan gigi dan mulut.
Kemudian total skor gingiva dibagi jumlah gigi
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan
penelitian ini untuk meneliti bagaimana hubungan indeks dikali jumlah permukaan gigi yang diperiksa
Sembiring: Hubungan Antara Oral Hygiene Pada Wanita Paskamenopause Dengan Skor Gingival Indeks 110

untuk mendapatkan skor Gingival Indeks. Setelah


itu dilakukan pemeriksaan OHI-S. Subjek diminta
membuka mulut untuk dilakukan penilaian debris
dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi. Untuk
pengukuran debris, setiap permukaan gigi dibagi
secara horizontal atas sepertiga gingival, sepertiga
tengah, dan sepertiga insisal. Sonde diletakkan pada
sepertiga insisal lalu gerakkan ke arah sepertiga
gingival. Kemudian catat hasil pengukuran debris
dalam lembar pemeriksaan OHI-S. Setelah itu
dilakukan pemeriksaan Kalkulus dengan
menggunakan periodontal probe gerakkan pada
permukaan gigi bagian bukal, supragingival,
subgingival dan seluruh bagian servikal gigi. Hasil
kalkulus dicatat dalam lembar pemeriksaan OHI-S.
Kemudian skor debris dan skor kalkulus
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai OHI-S.
Setelah mendapatkan hasil OHI-S serta GI Gambar 1. Diagram distribusi frekuensi skor
responden, kemudian data diolah dan dianalisis Gingival indeks.
untuk mendapatkan hasil penelitian.
Tabel diatas menunjukan bahwa semua wanita
HASIL PENELITIAN paska menopause yang menjadi responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penelitian ini mengalami gingivitis, dimana
dilakukan diperoleh nilai skor DI, CI, dan OHI-S kebanyakan wanita paska menopause mengalami
pada wanita paska menopause ditunjukan pada gingiviitis dalam kategori ringan.
tabel dibawah sebagai berikut : Pengukuran hubungan antara oral hygiene
pada wanita paskamenopause dengan gingival
Tabel 1. Distribusi frekuensi skor debris indeks, indeks dapat dilihat berdasarkan tabulasi silang
kalkulus indeks dan OHI-S. berikut:
DI CI OHI-S
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan hasil uji Spearman
No Kategori n % n % n % Rho pada seluruh responden wanita paska
menopause di Panti Sosial Tresna Werdha
19,6 15,2 6,5
% % %
Budi Sejahtera Banjarbaru
1 Baik 9 7 3 OHI-S Gingival Indeks Total

69,5 65,2 60,9 Ringan Moderat Parah


% % %
2 Sedang 32 30 28 Baik 3 0 0 3

10,9 19,6 32,6 Sedang 16 12 0 28


% % %
3 Buruk 5 9 15 Buruk 3 8 4 15

Total 46 100 46 100 46 100 Total 22 20 4 46

Tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar


responden wanita paska menopause di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru memiliki
oral hygiene dalam kategori sedang yaitu sebanyak
28 orang (60,9%), yang terdiri dari 16 orang
responden mengalami gingivitis ringan dan 12
orang responden mengalami gingivitis moderat.
111 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 108 - 112

Selanjutnya sebanyak 22 orang (47,8%) Gingival Indeks pada Wanita Paskamenopause


responden mengalami gingivitis ringan, dimana 3 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
orang diantaranya memiliki oral hygiene baik, 16 didapatkan hasil bahwa sebagian besar wanita
orang memiliki oral hygiene sedang dan 3 orang paskamenopause di Panti Sosial Tresna Werdha
lainnya memiliki oral hygiene buruk. Budi Sejahtera Banjarbaru memiliki skor Gingival
Indeks dalam kategori ringan sebanyak 22 orang
PEMBAHASAN (47,8%). Dilanjutkan dengan skor Gingival Indeks
Oral Hygiene pada Wanita Paska menopause dalan kategori sedang sebanyak 20 orang (45,5%)
Kebersihan gigi dan mulut bagi wanita paska dan kategori parah sebanyak 4 orang (8,7%). Hasil
menopause sangat perlu diperhatikan, karena penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
adanya perubahan hormonal yang berupa dilakukan oleh Setyohadi (2012) dimana tingkat
penurunan hormon estrogen yang mengakibatkan gingivitis ringan banyak dialami oleh wanita pada
penurunan aliran saliva pada wanita paska masa paska menopause yaitu sebanyak 30 orang
menopause.6 (76,9%) dari total keseluruhan responden sebanyak
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan 40 orang.9
menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan Pada wanita paska menopause perubahan pada
paska menopause di Panti Sosial Tresna Werdha gingiva terkait penurunan hormon estrogen adalah
Budi Sejahtera Banjarbaru memiliki oral hygiene menurunnya keratinisasi, epitel yang atropi, respon
dalam kategori sedang yaitu sebanyak 28 orang berlebihan terhadap plak bakterial, penurunan
(60,9%). Dilanjutkan dengan oral hygiene yang cairan gingiva di sulkus gingiva, ataupun timbulnya
baik sebanyak 3 orang (6,5%) dan oral hygiene menopausal gingivostomatitis yang ditandai dengan
buruk sebanyak 15 orang (32,6%). gingiva menjadi kering, mudah berdarah, dan
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil warnanya bervariasi dari pucat sampai merah.10
penelitian yang dilakukan oleh Hidayanti, dkk
(2013) pada wanita paska menopause yang Hubungan Oral Hygiene Wanita Paska
menunjukan bahwa sebanyak 23 orang (43,4%) menopause Terhadap Gingival Indeks
wanita paskamenopause memiliki oral hygiene Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
sedang. Dilanjutkan dengan oral hygiene baik didapatkan bahwa kejadian gingivitis terbanyak
sebanyak 16 orang (30,2%) dan oral hygiene buruk yaitu gingivitis ringan sebanyak 22 orang (47,8%),
sebanyak 14 orang (26,4%).1 dimana dari 22 orang tersebut 16 orang memiliki
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang oral hygiene sedang, 3 orang memiliki oral hygiene
menyatakan bahwa pada wanita paska menopause baik, dan 3 orang memiliki oral hygiene buruk.
akumulasi kalkulus gigi yang terjadi disebabkan Sedangkan status oral hygiene terbanyak pada
oleh perubahan hormonal yang menyebabkan perempuan paska menopause yaitu sebanyak 28
penurunan ketahanan rongga mulut dalam orang (60,9%) memiliki oral hygiene sedang,
merespon terjadinya plak dan kalkulus gigi. dimana 16 orang diantaranya mengalami gingivitis
Akumulasi kalkulus gigi juga dapat dipengaruhi ringan, dan 12 orang lainnya mengalami gingivitis
oleh laju aliran saliva.7 moderat.
Menurut Streckfus, dkk dalam disertasi Perubahan gingiva yang berhubungan dengan
Tarkkila (2011) yang berjudul Oral Health And menopause biasanya menggambarkan respons yang
Menopause menunjukkan bahwa perempuan berlebihan terhadap dental biofilm. Gejala dari
premenopause mempunyai aliran saliva yang lebih gingivitis akibat hormon termasuk akumulasi plak
tinggi dibandingkan dengan perempuan paska dan kalkulus pada gigi, adanya inflamasi pada
menopause. Padahal aliran dan komposisi saliva gingiva, gingiva yang memerah, dan adanya
berperan penting dalam mengontrol pembentukan perdarahan pada gingiva. Perubahan ini bervariasi
plak, kalkulus, stain, karies gigi, dan penyakit tergantung respon masing-masing individual
periodonsium. Jika terjadi penurunan kualitas dan terhadap berbagai iritan di rongga mulutnya. 11
kuantitas saliva maka mekanisme pembersihan Hasil ini sesuai dengan yang disebutkan Arina
alami pada rongga mulut menjadi tidak efektif, (2008) dalam penelitiannya bahwa keberadaan
sehingga debris dan stain semakin mudah reseptor estrogen pada jaringan rongga mulut
terbentuk, meningkatnya akumulasi plak gigi, dan menunjukkan bahwa jaringan rongga mulut juga
pada akhirnya keadaan oral hygiene semakin menjadi organ target estrogen. Pada jaringan
memburuk.8 periodontal, berkurangnya kadar estrogen pada
Sembiring: Hubungan Antara Oral Hygiene Pada Wanita Paskamenopause Dengan Skor Gingival Indeks 112

masa menopause dihubungkan dengan peningkatan 7. Utami MW. Tingkat Akumulasi Plak Gigi
keparahan penyakit periodontal. Keparahan Pada Perempuan Paskamenopause. Skripsi.
penyakit periodontal itu sendiri juga dipengaruhi Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
oleh status kebersihan mulut yang berarti semakin Indonesia; 2008. Hal. 1-2.
banyak kalkulus semakin parah penyakit 8. Tarkkila L. Oral Health And Menopause.
periodontalnya.6 Dissertation. Finland : Faculty of Medicine of
Wanita paska menopause sangat rentan untuk the University Of Helsinki; 2011.p.37-8.
mengalami gingivitis, dimana perubahan hormonal 9. Setyohadi R, Ranny R, Hartati S. Perbedaan
yang terjadi selama menopause dapat menyebabkan Tingkat Kerentanan Terjadinya Gingivitis
terjadinya gingivitis yang diperberat oleh oral Antara Wanita menopause Dengan Wanita
hygiene wanita paska menopause itu sendiri. Pascamenopause. Jurnal Fakultas Kedokteran
Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan Universitas Brawijaya. 2013: 1(1): 1-8.
antara oral hygiene dengan skor gingival indeks di 10. Priananto FR, Gus PS, Titiek S, Ali B.
Ketidaknyamanan Di Rongga Mulut Pada
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Wanita Menopause Dan Faktor-faktor
Banjarbaru Intraoral Yang Berperan (Studi Pustaka).
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA 2003: 10(1): 983-988.
11. Andriani TC. Status Keradangan Gingiva
1. Hidayanti, Rima S, Winerli S. Pengaruh Oral Pada Perempuan Paskamenopause. Skripsi.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hygiene Pada Wanita Paskamenopause
Indonesia; 2008. Hal. 28.
Dengan Kejadian Gingivitis Pada Kelompok
Wanita Tani (KWT) Di Kecamatan Lubuk
Alung Kabupaten Pariaman. Andalas Dental
Journal. 2013; 1(1): 14-28.
2. Departemen Kesehatan RI 2005. Terjadi
Pergeseran Umur Menopause. Available from
http:www.depkes.go.id/index.php?option=arti
cle&task+vieawticle&artid=280. Accessed
May, 12 2017.
3. Statistik Indonesia 2005. Wanita Berumur 10-
54 tahun yang Berstatus Kawin Menurut
Alasan utama Tidak Menggunakan Alat/Cara
KB dan Golongan Umur, kalimantan Selatan
2005. Available from
http://www.datastatistikindonesia.com/portal/i
ndex.php?option=com_supas&task=&itemid=
954. Accessed May, 12 2017.
4. Nirmaladewi A, Handajani, Tandelilin RTC.
Status Saliva dan Gingivitis Pada Penderita
Gingivitis Setelah Kumur Epigaloca
Techingallate (EGCG) Dari Ekstrak Teh Hijau
(Camellia Sinensis). Jurnal FKG UGM. 2010;
1(1): 1-6.
5. Urserascu I, Solomon S, Potarnichie O,
Rudnic I, Martu S. Evaluation of the Effects
of Hormonal Substitution Theraphy Upon the
Periodontal Status in Female Patients During
Pre- And Post-Menopause. International
Journal of Medical Dentistry. 2012: 2(4): 300-
304.
6. Arina YMD. Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Keparahan Penyakit
Periodontal Wanita Menopause. Dentika
Dental Journal. 2008: 13(1): 74-82.
113

DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018

PEBANDINGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI ANAEROB PADA SALIVA ANAK


YANG BERKUMUR DENGAN AIR LAHAN GAMBUT DAN AIR PDAM

Eny Febriyanti, Deby Kania T.P, Didit Aspriyanto


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT

Background: Peatland water has an acid pH. The acidicity of peat water supports the growth of bacteria that
are asidogenic and asidurik, so can increase the acid conditions in the oral cavity that affect the tooth decay process.
Water PDAM comes from river water, which passes through filtration and disinfection steps to become clean water,
but these stages do not guarantee the loss of pathogenic bacteria in water. Purpose: Investigate the comparison of
anaerobic bacterial colonies on the saliva of a child who rinsed with peat water and PDAM water. Method: This
study used quasi experimental method with post test only with control group design. The sample of research consisted
of 60 respondents. The research material is saliva from the saliva of children who rinse with peat water and tap water
at about 2 ml each. The number of anaerobic bacterial colonies was calculated by TPC
(Total Plate Count) method. Results: This study showed the number of anaerobic bacterial colonies in peatland
water as much as 217 CFU / ml while the number of anaerobic bacterial colonies in the water of the PDAM is
133 CFU / ml. Based on independent t-test (0.000) (p <0,05), there was a significant difference between the
number of colonies of anaerobic bacteria that rinsed with peat water and PDAM water. Conclusion: The
number of colonies of anaerobic bacteria in the saliva of children rinsing with peatland water more than the
number of anaerobic bacterial colonies in the saliva of children rinsing with PDAM water.

Keywords: Anaerobic bacteria, bacterial colonies, peat water, tap water

ABSTRAK

Latar Belakang: Air lahan gambut memiliki pH asam. Sifat asam air gambut mendukung pertumbuhan
bakteri-bakteri yang bersifat asidogenik dan asidurik, sehingga mampu meningkatkan kondisi asam pada rongga
mulut yang berpengaruh terhadap proses kerusakan gigi. Air PDAM berasal dari air sungai, yang melalui tahapan-
tahapan filtrasi dan desinfeksi untuk menjadi air bersih, akan tetapi tahapan tersebut tidak menjamin hilangnya
bakteri-bakteri patogen dalam air. Tujuan: Mengetahui perbandingan jumlah koloni bakteri anaerob pada saliva
anak yang berkumur dengan air lahan gambut dan air PDAM. Metode: Penelitian ini menggunakan metode quasi
eksperimental dengan rancangan post test only with control group design. Sampel penelitian terdiri dari masing-
masing 60 responden. Bahan penelitian diambil dari saliva anak yang berkumur dengan air lahan gambut dan air
PDAM masing-masing sebanyak 2 ml kemudian jumlah koloni bakteri anaerob dihitung dengan metode TPC (Total
Plate Count). Hasil: Penelitian ini menunjukkan jumlah koloni bakteri anaerob pada air lahan gambut sebanyak 217
CFU/ml sedangkan jumlah koloni bakteri anaerob pada air PDAM sebanyak 133 CFU/ml. Berdasarkan hasil uji
independent t-test (0,000)(p<0,05) menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara jumlah koloni bakteri
anaerob yang berkumur dengan air lahan gambut dan air PDAM. Kesimpulan: Jumlah koloni bakteri anaerob pada
saliva anak yang berkumur dengan air lahan gambut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah koloni bakteri
anaerob pada saliva anak yang berkumur dengan air PDAM.

Kata-kata kunci: Air gambut, air PDAM, bakteri anaerob, jumlah koloni bakteri

Korespondensi: Eny Febriyanti, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Lambung Mangkurat, Jl. Veteran 128B, Banjarmasin 70249, Kalimantan Selatan,
email:enyfebriyanti.ef@gmail.com
Febriyanti: Pebandingan Jumlah Koloni Bakteri Anaerob Pada Saliva Anak 114

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

Karies gigi merupakan suatu penyakit pada Penelitian ini diawali dengan pembuatan surat
jaringan keras gigi akibat luruhnya komponen izin penelitian dan ethical clearance yang
anorganik pada email yang disebabkan karena diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
adanya aktivitas metabolisme oleh bakteri di dalam Universitas Lambung Mangkurat No.004/KEPKG-
1
plak. Karies gigi terjadi karena bakteri yang berada FKGULM/EC/VIII/2017. Penelitian ini dilakukan
pada plak menghasilkan asam. Asam tersebut dengan menggunakan metode quasi eksperimental
menempel pada permukaan gigi yang dapat dengan rancangan post test only with control
menurunkan pH sampai 5,5-5,2 (pH kritis) dalam group design. Sampel diambil dengan teknik
waktu 5-10 menit sehingga apabila terjadi terus- random sampling. Populasi dalam penelitian ini
menerus dapat menyebabkan terjadinya adalah siswa SDN Puntik Luar 1 Kabupaten Barito
2
demineralisasi. Kuala dan SDN Melayu 5 kota Banjarmasin yang
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Adapun
(RISKESDAS) tahun 2013, menyebutkan untuk kriteria inklusi yaitu bersedia untuk
prevalensi nasional masalah kesehatan gigi dan berpartisipasi dalam penelitian (informed consent),
mulut di Indonesia adalah 25,9%. Kalimantan usia 8-10 tahun, terdapat karies dentin, dan kriteria
Selatan mempunyai prevalensi yang cukup tinggi ekslusi yaitu mengkonsumsi obat-obatan oral,
yaitu sebesar 36,1%, di Banjarmasin sebanyak memiliki penyakit gigi dan mulut seperti ulser dan
38,2% dan di daerah Barito Kuala sebesar
3,4 menggunakan kawat gigi. Jumlah sampel pada
39,2%. Kalimantan Selatan memiliki sekitar tiga penelitian ini adalah 60 orang dengan tiap
perempat wilayahnya kurang dari 100 meter diatas kelompok masing-masing berjumlah 30 orang.
permukaan laut, dan rawa gambut sebesar 8000
2 Sampel diidentifikasi sesuai dengan kriteria
km . Air gambut biasa digunakan masyarakat
inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Seluruh
untuk mandi, sikat gigi, dan berkumur-kumur.
Karakteristik air gambut yaitu intensitas warna sampel dibagi menjadi 2 kelompok. Setiap
yang cukup tinggi (kecoklatan merah), kekeruhan kelompok terdiri dari 30 orang dengan 2 perlakuan
dan mempunyai pH yang rendah sekitar 3-5. Air yang berbeda yaitu kelompok 1 berkumur dengan
lahan gambut dengan kadar pH yang rendah dapat air lahan gambut dan kelompok 2 berkumur
4,5 dengan air PDAM, masing-masing sebanyak 20
berpengaruh terhadap kerusakan gigi.
Sifat asam yang dimiliki oleh air lahan gambut ml selama 30 detik. Setelah itu air kumuran
tersebut dapat mendukung pertumbuhan bakteri dibuang dan saliva ditampung dalam tabung
yang bersifat asidogenik dan asidurik sehingga penampang steril kemudian diambil sebanyak 2
dapat menurunkan pH pada rongga mulut yang ml, 1 ml diratakan diatas nutrient agar plate.
berpengaruh terhadap proses terjadinya kerusakan Diletakkan pada alat anaerob jar (desikator) dan
gigi. Berdasarkan penelitian Purwandari (2015) diinkubasi pada suhu 37 C selama 2x24 jam
mengatakan bahwa terdapat koloni bakteri aerob selanjutnya dilihat secara makroskopis dan
pada kumuran air lahan gambut sebesar 656 koloni dilakukan perhitungan kuantitas koloni bakteri
bakteri. Bakteri yang paling berperan dalam anaerob dengan alat colony counter. Kemudian 1
kerusakan gigi adalah bakteri golongan ml lagi diratakan diatas blood agar plate setelah
Streptococcus yang merupakan bakteri anaerob itu letakkan pada alat anaerob jar (desikator) dan
kariogenik. Bakteri ini memiliki aktivitas paling diinkubasi pada suhu 37 C selama 2x24
tinggi, karena mampu bertahan hidup dan selanjutnya ambil 1 koloni letakkan di kaca
menghasilkan asam secara terus menerus pada pH preparat dan di beri pewarnaan gram kemudian
4,5. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa pada lakukan pemeriksaan struktur morfologi dengan
air lahan gambut terdapat bakteri Clostridium sp menggunakan mikroskop, setelah itu lakukan uji
2,4,6,7 katalase dengan cara ambil 1 koloni lagi letakkan
dan Bacillus sp.
Air PDAM berasal dari air sungai yang pada kaca preparat dan diberi cairan H2O2 dan
dilakukan pengolahan menjadi air bersih. Tahapan diamati jenis bakteri.
pengolahan air bersih seperti filtrasi, sedimentasi,
dan koagulasi-flokulasi, proses ini hanya HASIL PENELITIAN
menurunkan kekeruhan dalam air baku dan tidak
menjamin bakteri patogen hilang pada air bersih, Hasil pembiakkan dan perhitungan jumlah
sehingga untuk menghilangkan bakteri patogen koloni bakteri anaerob pada saliva avak yang
tersebut diberikan bahan desinfeksi, akan tetapi berkumur dengan air lahan gambut dan air PDAM
desinfeksi dipengaruhi adanya reaksi dari pipa yang yang telah dilakukan terdapat pada gambar 1.
kotor sehingga bakteri patogen dalam air tersebut
masih ada. Penelitian sebelumnya mengatakan
bahwa pada air PDAM terdapat bakteri
8,9
Pseudomonas.
115 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 113 - 117

bahwa koloni bakteri tersebut adalah bakteri


Streptococcus sp dan Lactobacillus sp.

217
500 133
CFU/ml
CFU/ml

Air Lahan Air PDAM


Gambut
Gambar 1. Biakan Bakteri Anaerob pada Saliva
Anak yang Berkumur dengan Air Gambar 4. Diagram Rerata Jumlah Koloni
Lahan Gambut dan Air PDAM. Bakteri Anaerob pada Air Lahan
Gambut dan Air PDAM.
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan pada
biakan bakteri anaerob pada saliva anak yang Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan hasil
berkumur dengan air lahan gambut dan air PDAM data di atas dapat di lihat bahwa perhitungan
didapatkan bakteri berbentuk bulat seperti rantai, jumlah koloni bakteri anaerob pada saliva anak
diameter 1-2 mm, dan permukaan halus yang di yang berkumur dengan menggunakan air lahan
duga sebagai bakteri Streptococcus sp, dan bakteri gambut sebesar 217 CFU/ml dan air PDAM
dengan bentukan batang, diameter 2-5 mm, dan sebesar 133 CFU/ml.
warna putih yang di duga sebagai bakteri
Lactobacillus sp. PEMBAHASAN

Sifat asam yang terdapat pada air lahan


gambut dikarenakan hasil dari dekomposisi bahan
organik pada kondisi anaerob oleh bakteri anaerob
seperti Clostridium sp dan Basillus sp yang
menyebabkan terbentuknya senyawa fenolat dan
karboksilat sehingga keasaman air lahan gambut
mengalami peningkatan. Penelitian Rustanti
(2009) juga menyatakan bahwa bakteri
Gambar 2. Gambaran Koloni Bakteri Berbentuk Clostridium sp dan Bacillus sp ada pada air lahan
Coccus dan Basil dilihat dengan gambut, sehingga semakin dalam air lahan
Menggunkan Mikroskop Cahaya gambut maka semakin asam pH dari air gambut
4,7
Perbesaran 100 kali. tersebut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan hasil didapatkan bakteri Streptococcus sp dan
pengamatan melalui mikroskop dengan Lactobacillus sp pada saliva anak yang berkumur
menggunakan perbesaran 100 kali terlihat koloni dengan air lahan gambut. Streptococcus dan
bakteri anaerob yang berbentuk coccus, dan Lactobacillus sp merupakan bakteri flora normal
tersusun seperti rantai, selain itu sebagian sampel pada rongga mulut. Bakteri tersebut dapat berubah
terlihat koloni bakteri yang berbentuk basil dengan menjadi bakteri patogen apabila terdapat faktor
rantai pendek. predisposisi salah satunya yaitu kebersihan rongga
mulut, seperti menggunakan air lahan gambut untuk
berkumur.
Sifat asam pada air lahan gambut dapat
berpengaruh terhadap proses kerusakan gigi
karena sifat asam yang dimiliki air lahan gambut
dapat mempengaruhi jumlah koloni bakteri
4
anaerob pada rongga mulut. Hal ini dikarenakan
saat rongga mulut terpapar oleh air lahan gambut
Gambar 3. Hasil Uji Katalase mempengaruhi derajat keasaman pada rongga
mulut mencapai pH kritis yaitu pH 5,5,
Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan pada uji + 3-
menyebabkan ion H bereaksi dengan ion PO4
katalase tidak terdapat gelembung pada kaca 3-
dalam saliva, yang akan merubah PO4 menjadi
preparat yang diambil dari media BAP saat 3-
HPO4 sehingga tidak dapat menyeimbangkan
diberikan cairan H2O2, sehingga dapat disimpulkan 2,4
kondisi saliva pada rongga mulut.
Febriyanti: Pebandingan Jumlah Koloni Bakteri Anaerob Pada Saliva Anak 116

Bakteri yang memiliki aktivitas paling tinggi jumlah koloni bakteri anaerob pada saliva anak
adalah bakteri Streptococcus karena bakteri ini yang berkumur dengan air PDAM.
mampu menghasilkan asam sampai dengan pH 4,5
sehingga mengakibatkan peningkatan metabolisme
bakteri Streptococcus. Hasil dari metabolisme DAFTAR PUSTAKA
bakteri Streptococcus seperti asam laktat, asam asetat, 1. Sri Ramayanti, Idral Purnakarya. Peran
asam piruvat, dan asam propinate, digunakan bakteri Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi.
2
Streptococcus dan bakteri lainnya sebagai energi. Jumal Kesehatan Masyarakat. 2013; 2 (7) :
Selain itu bakteri anaerob fakultatif seperti 89-93.
Lactobacillus juga berperan penting dalam patogenesis 2. Hiranya., M.P., Herijulianti., E., dkk. Ilmu
10
karies gigi terutama pada perkembangan karies. Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Lactobacillus juga memiliki sifat asidogenik dan
Jaringan Pendukung Gigi. Buku Kedokteran.
asidurik sama seperti Streptococcus, sehingga pada saat
terpapar air lahan gambut yang bersifat asam bakteri ini Jakarta. EGC. 2013. Hal. 56-63.
masih tetap dapat bertahan hidup dan menghasilkan 3. Badan Penelitian dan Pengembangan
asam. Hal ini dibuktikan dari pernyataan Hiranya Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. Riset
(2013) bahwa Lactobacillus dapat bertahan di Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
lingkungan asam dan menghasilkan asam sampai pH
Kementerian Republik Indonesia. 2013.
4. Asam yang terbentuk tersebut menempel pada
email sehingga menyebabkan demineralisasi akibat Hal.110.
peningkatan bakteri dan terjadi karies gigi, 4. Adhani Rosihan, Rachmadi Priyawa,
sedangkan asam laktat yang merupakan hasil akhir Nurdiyana Tutung, Widodo. Karies Gigi di
metabolik dari pertumbuhan bakteri dapat Masyarakat Lahan Basah. Yusuf Hidayat
mengakibatkan erosi hidroksiapatit seperti mineral (editor). Ed.1. Lembaga Penelitian
2,11,12
dari enamel oleh asam laktat tersebut. Universitas Lambung Mangkurat. 2015. Hal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh 9-23.
peneliti, ditemukan bakteri Streptococcus sp dan
5. Tim Sintetis Kebijakan. Pemanfaatan dan
Lactobacillus sp pada biakan jumlah koloni bakteri
lebih sedikit dari hasil saliva anak yang bekumur Konservasi Ekosistem Lahan Rawa Gambut
dengan air PDAM dibandingkan dengan saliva di Kalimantan. Pengembangan Inovasi
anak yang berkumur dengan air lahan gambut. Hal Pertanian. 2008. Hal. 149-156.
ini dikarenakan pada proses pemberian zat 6. Peni Purwandari. Pengaruh Air Gambut
desinfeksi berupa zat kaporit (Ca(OCl)2) dengan Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Aerob
kandungan chlor aktif sebesar 60% tidak optimal Rongga Mulut. Banjarmasin: Program Studi
yang dapat meningkatkan jumlah bakteri patogen.
Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
Chlor sendiri sering dipakai karena harganya
murah, dan masih mempunyai daya desinfeksi Universitas Lambung Mangkurat. Karya
sampai beberapa jam setelah pembubuhan. Zat Tulis Ilmiah. 2015. Hal. 27-34.
tersebut dapat membasmi bakteri dan 7. Rustanti, E, I., Hadi, W. Kajian Pengolahan
8,13
mikrooganisme. Air Gambut Menjadi Air Bersih dengan
Pada proses klorinasi air meninggalkan residu Kombinasi Proses Upflow Anaerobic Filter
klor bebas. Hal ini dikarenakan konsentrasi klor dan Slow Sand Filter. Jurnal Teknik
bebas pada air dalam distribusi jaringan yang Lingkungan. 2009. Hal. 1-11.
diperbolehkan adalah 0,2-0,5 mg/l, sehingga 8. Sofia, E., Riduan, R., dkk. Evaluasi
apabila kurang dari 0,2 mg/l maka menyebabkan
kemampuan desinfektan berkurang dan jumlah Keberadaan Sisa Klor Bebas di Jaringan
bakteri patogen meningkat. Sedangkan jika klor Distribusi Pipa Sungai Lulut PDAM
bebas di dalam jaringan distribusi lebih dari 0,5 Bandarmasih. Jurnal teknik lingkungan.
mg/l maka air baku akan bersifat karsinogenik dan 2015; 1 (1) : 33-52.
toksik terhadap host yang mengkonsumsi air 9. Ervan Arditya K., Roslaili R., Endrinaldi.
tersebut. Adanya bakteri di air PDAM juga Identifikasi Bakteri Coliform pada Air
mempengaruhi penurunan konsentrasi klor bebas
Kobokan di Rumah Makan Kelurahan
oleh pipe wall reaction, dimana pipa wall reaction
mengakibatan turunnya konsentrasi klor bebas Andalas Kecamatan Padang Timur. Artikel
dengan dinding pipa yang disalurkan dari PDAM Penelitian. Fakultas Kedokteran
ke masyarakat, sehingga penurunan tersebut
8
menyebabkan adanya bakteri patogen pada air.
Dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni bakteri
anaerob pada saliva anak yang berkumur dengan air
lahan gambut lebih banyak dibandingkan dengan
117 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 113 - 117

10. Kusumaningsari, V., Handajani, J. Efek


Penngunyahan Permen Karet Gula dan Xylitol
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Sterptococcus
Mutans pada Plak gigi. Jurnal Mad Ked GI.
2011; 18 (1) : 30-34.
11. Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. Medical
Microbiology, Mc Graw-Hill Companies Inc.
2012. Hal. 327-9.
12. Duta Andhika J.D., Ir. Trijoko, M.Si., Yusniar
Hanani D,STP, M.Kes. Kadar Sisa Chlor dan
Kandungan Bakteri E.coli Perusahaan Air
Minum Tirta Moedal Semarang Sebelum dan
Sesudah Pengolahan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2013; 2 (2) : 31-35.

Anda mungkin juga menyukai