April 2018
Penanggung Jawab:
Dr. drg. H. Rosihan Adhani, S.Sos, MS
(Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)
Pemimpin Redaksi :
drg. Widodo, M.M., M.Kes
(Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)
Editor:
Dr. Maharani Laillyza Apriasari, drg., Sp.PM
(Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)
Sekretaris :
drg. Amy Nindia Carabelly, M.Si
(Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)
Design Grafis:
Amalia Husna, Am.Kg
(Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)
Foto Grafi:
Rifky Ananda, SE
(Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)
Penyunting :
Dr. Maharani Laillyza Apriasari, drg. Sp.PM (Oral Medicine - Fakultas Kedokteran Gigi
Unlam); drg. Dewi Puspitasari, M.Si (Dental Material - Fakultas Kedokteran Gigi Unlam);
drg. Amy Nindia Carabelly, M.Kes (Biologi Oral - Fakultas Kedokteran Gigi Unlam); drg.
M.Y. Ichrom N., Sp KG (Konservasi - Fakultas Kedokteran Gigi Unlam); drg. Irham
Taufiqurrahman, M.Si.Med., Sp.BM (Bedah Mulut - Fakultas Kedokteran Gigi Unlam); Dr.
drg. H. Rosihan Adhani, S.Sos, MS (Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat - Fakultas Kedokteran
Gigi Unlam); drg. Widodo, MM., M.Kes (Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat - Fakultas
Kedokteran Gigi Unlam); drg. Fajar K.D.K., Sp. Orto (Ortodonsia - Fakultas Kedokteran
Gigi Unlam); drg. Debby Saputera, Sp. Pros (Prostodonsia - Fakultas Kedokteran Gigi
Unlam); drg. Irnamanda D.H., M.Si (Periodonsia - Fakultas Kedokteran Gigi Unlam); drg.
Bayu Indra Sukmana, M.Kes (Radiologi – Fakultas Kedokteran Gigi Unlam)
Vol II. No 1. April 2018
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
DAFTAR ISI
7. EFEK EKSTRAK JAHE PUTIH KECIL 70% TERHADAP NILAI KEKERASAN BASIS
RESIN AKRILIK
Aserina Julianti Dwimartha, Debby Saputera, Titis Fitri Wijayanti 40 – 44
15. DAYA HAMBAT EKSTRAK UBI BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans
(Studi In Vitro Dengan Metode Difusi)
Azilita Ananda, Deby Kania Tri Putri, Sherli Diana 85 – 90
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRAK
Latar belakang: Menstruasi merupakan suatu siklus reproduksi yang normal terjadi pada wanita yang
mengakibatkan perubahan hormonal. Selama menstruasi terdapat hormon seks yang berpengaruh yaitu
estrogen dan progesteron. Perubahan hormon estrogen dan progesteron dapat terjadi peradangan gingiva dan
menjadi lingkungan yang baik bagi mikroorganisme dan diidentifikasi sebagai pemicu terjadinya penyakit
periodontal. Tujuan: Menganalisis perbedaan jumlah koloni bakteri subgingiva berdasarkan siklus menstruasi
pada wanita. Metode dan Bahan: penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional yang dilakukan pada 30 orang sampel dengan menstruasi yang normal. Sampel plak subgingiva
diambil dengan 3 kali pengambilan yaitu pada pra menstruasi, menstruasi, post menstruasi. Hasil penelitian:
Hasil penelitian didapatkan jumlah koloni bakteri plak subgingiva yang tertinggi pada menstruasi yaitu 60,23
cfu, pra menstruasi 56,23 cfu dan pada post menstruasi 34,77 cfu. Hasil penelitian dari struktur dan morfologi
bakteri plak subgingiva pada siklus menstruasi adalah coccus (+), diikuti basil (-). Hasil analisis data pada
pra menstruasi dengan menstruasi tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena didapat nilai sig. yang
dihasilkan, yaitu 0,420 (p>0,05). Sedangkan antara pra menstruasi dengan post menstruasi dan antara
menstruasi dengan post menstruasi didapat nilai 0.000 (p<0,005) yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan. Kesimpulan: Terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri subgingiva berdasarkan siklus menstruasi
pada wanita.
Kata-kata kunci:Jumlah koloni bakteri subgingiva, menstruasi, post menstruasi, pra menstruasi
ABSTRACT
Background: Menstruation is a normal reproductive cycle that occurs in women that cause
hormonal changes. During menstruation there are sex hormones that influence estrogen and
progesterone. Changes in the hormones estrogen and progesterone can occur gingival trade and
become a good environment for microorganisms and identified as triggers of periodontal disease.
Purpose: Compare the amount of subgingival bacterial colonies based on the menstrual cycle in
women. Material and methods: This study was an observational analytic cross-sectional approach
conducted on 30 samples with normal menstruation. Subgingival plaque was performed with 3 times
of menstruation, menstruation, post menstruation. Research result: The results showed that the
highest subgingival plaque colonies in menstruation were 60.23 cfu, pre menstruation 56.23 cfu and
34.77 cfu menstrual post. The results of the structure and morphology of subgingival plaque on the
menstrual cycle were coccus (+), followed by bacillus (-). While between menstrual period with
menstrual post and between menstruation with post menstruasi get value 0.000 (p <0,005) which
mean there is significant difference. Conclusion: There is a difference in the number of subgingival
bacterial colonies based on the menstrual cycle in women.
Rahmita: Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Subgingiva 2
Keywords: Amount of subgingival bacterial colonies, menstruation, post menstruation, pra menstruation.
Korespondensi: Sari Rahmita, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung
Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: rahmita58@gmail.com
penelitian ini plak subgingiva, media agar, Gambar 1. Jumlah Rata-Rata Koloni Bakteri
aquadest, cat pewarnaan Gram, media bouilion, Subgingiva Berdasarkan Siklus Menstruasi Pada
NaCl. Wanita.
Penelitian dilakukan di laboraturiom
mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Berdasarkan Gambar 1 didapatkan hasil
Lambung Mangkurat. Persiapan awal dalam jumlah koloni bakteri plak subgingiva tertinggi
penelitian ini adalah menentukan tempat dan waktu pada menstruasi dengan rata-rata jumlah koloni
pelaksanaan penelitian, besar sampel, sesuai bakteri 60,23 cfu, diikuti pra menstruasi dengan
dengan kriteria. Kemudian menjelaskan maksud rata-rata jumlah koloni sebesar 56,23 cfu dan
serta tujuan penelitian yang dilakukan, dan terendah pada post menstruasi dengan rata-rata
memberikan informed consent kepada subjek jumlah koloni bakteri sebesar 34,77 cfu.
penelitian.Pengambilan plak dilakukan sebanyak 3 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dihasilkan
kali yaitu pada pra menstruasi, menstruasi, dan post bahwa seluruh data jumlah koloni bakteri
menstruasi pada bukal m1 rahang atas. Sebelum subgingiva berdasarkan siklus menstruasi pada
pengambilan plak responden diinstruksikan untuk wanita adalah berdistribusi normal. Hasil dari uji
tidak makan, minum dan menggosok gigi selama 2 Shapiro-Wilk menunjukkan angka lebih dari 0,05
jam sebelum pengambilan plak. Selanjutnya (p>0,05). Maka data hasil penelitian tersebut
pengambilan plak menggunakan eksavator dan terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji
diusapkan pada kapas steril. Hasil pengambilan homogenitas dengan uji levene test dihasilkan nilai
plak disimpan di media bouilion ditutup sebesar 0,002 (p<0,05) sehingga data penelitian
menggunakan kapas steril dan disimpan pada dinyatakan tidak memenuhi persyaratan uji
kulkas di Laboraturium Mikrobiologi Fakultas homogenitas, sehingga selanjutnya uji hipotesis
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat penelitian dilakukan dengan menggunakan non
Banjarmasin. parametric statistic mann whitney.
Penanaman dan pembiakan media isolasi
menggunakan media agar lalu diinkubasi pada suhu Tabel 1. Tabel Analisis Perbandingan jumlah
37o selama 18-24 jam. Koloni bakteri yang tumbuh koloni bakteri subgingiva
dihitung menggunakan colony counter selanjutnya
Siklus Mean Rank Sig.
identifikasi dengan melihat struktur bakteri
Pra 28,68 0,420
menggunakan mikroskop pada pembesaran objektif
Mens 32,32
10x100 dengan minyak imersi. Hasil bakteri gram
positif berwarna ungu dan gram negatif berwarna Pra 39,67 0,000*
merah. Post 21,33
Mens 41,60 0,000*
HASIL PENELITIAN Post 19,40
Berdasarkan hasil penelitian yang telah *=Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
dilakukan diperoleh jumlah rata-rata koloni
bakteri subgingiva berdasarkan siklus menstruasi Hasil uji analisis rata-rata didapatkan nilai
pada wanita sebagai berikut: sig. 0,420 (p>0,05) sehingga dapat dinyatakan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah
koloni bakteri subgingiva pada pra menstruasi dan
siklus menstruasi.
Tabel 2. Tabel morfologi bakteri subgingiva pada anaerob, peningkatan permeabilitas pembuluh
wanita darah, dan penurunan keratinisasi sel epitel.14
Pada masa pra menstruasi dan menstruasi
Siklus Basil coccus Total
terjadi perubahan hormon estrogen yang dapat
Pra 9 orang 21 orang 30 orang terjadi peningkatan peradangan gingiva, hormon
estrogen dalam darah ini dapat menjadi lingkungan
Mens 9 orang 21 orang 30 orang yang baik bagi mikroorganisme.11 Kenaikan
estrogen dan progesteron pada pra menstruasi dapat
Post 9 orang 21 orang 30 orang
menyebabkan pembuluh darah tepi mengalami
vasodilatasi serta pengurangan resistensi kapiler
oleh karena kenaikan permeabilitas pembuluh
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa darah tersebut. Dengan adanya peningkatan
morfologi tertinggi pada pra menstruasi, permeabilitas epitel gingiva dan pembuluh darah
menstruasi, post menstruasi yaitu bakteri coccus tepi akan mempengaruhi flora didalam subgingiva.
sebanyak 21 orang dan morfologi basil pada pra Sedangkan pada menstruasi terjadi penurunan
menstruasi, menstruasi, post menstruasi sebanyak 9 hormon estrogen, estrogen memiliki reseptor yang
orang. dapat menstrimulasi proliferasi fibroblast gingiva
dan mempengaruhi kolagen yang berisiko
Tabel 3. Tabel sifat bakteri subgingiva pada mengalami kebersihan mulut yang buruk dan aliran
wanita saliva yang rendah yang akan mempercepat
pembentukan plak. Pada wanita memiliki
Siklus Gram (-) Gram (+) Total ketidakseimbangan hormon yang terlibat sebagai
faktor modifikasi dalam patogenesis penyakit
Pra 7 orang 23 orang 30 orang periodontal. Oleh karena itu terdapat hubungan
antara level hormon seks dan variasi dalam derajat
Mens 7 orang 23 orang 30 orang peradangan gingiva. Beberapa kasus menunjukkan
Post 7 orang 23 orang 30 orang peningkatan peradangan gingiva dengan gejala
yang ditunjukkan peradangan, perubahan warna
merah kebiruan, dan edema.6
Pertumbuhan bakteri akan terhenti dan akan
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa
mengalami penurunan jika nutrien yang dibutuhkan
sifat bakteri tertinggi pada pra menstruasi,
habis. Sehingga menyebabkan hanya sedikit
menstruasi, post menstruasi yaitu bakteri gram (+)
jumlah koloni bakteri plak subgingiva yang
dan bakteri gram (-) .
didapatkan pada masa post menstruasi.
PEMBAHASAN Peningkatan hormon dapat meningkatkan jumlah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri subgingiva karena hormon ini
koloni bakteri plak subgingiva tertinggi pada menyediakan keadaan yang cocok untuk
menstruasi, diikuti pada pramenstruasi dan pertumbuhan bakteri dan hormon ini juga dapat
terendah pada post menstruasi. Pada saat meningkatkan aliran cairan krevikuler dan protein
menstruasi terdapat peningkatan jumlah koloni yang digunakan oleh bakteri sebagai nutrisi.12
bakteri plak subgingiva yang diduga disebabkan Pengaruh hormon estrogen yang dapat
oleh karena penurunan kadar hormon estrogen dan merangsang maturasi sel epitel mukosa mulut dan
progesteron.1 Kadar hormon estrogen yang normal progesteron yang menghambatnya. Adanya
yaitu 48-309 pg/ml dan kadar hormon progesteron perubahan pada lapisan mukosa mulut, dan
normal 10-30 ng/ml.14 Perubahan kadar hormon peningkatan jumlah bakteri dalam jaringan yang
estrogen dan progesteron pada wanita menstruasi, dipengaruhi estrogen, sedangkan progesteron
pubertas, kehamilan menyebabkan bertambahnya berperan dalam jaringan periodonsium.7
bakteri plak gigi.10 Selama menstruasi hormon Plak gigi merupakan material lunak yang tidak
estrogen didalam tubuh mempengaruhi beberapa terkalsifikasi yang melekat kuat pada permukaan
organ termasuk jaringan didalam rongga mulut. gigi dan tahan terhadap pembersihan oleh aliran
Hormon estrogen akan mempengaruhi jaringan saliva yang tersusun 70% dari volume plak
gingiva berupa inflamasi, proliferasi bakteri tersusun atas sel-sel bakteri. Bakteri plak
5 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 1 - 6
merupakan faktor etiologi utama dalam 2. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan
menyebabkan karies gigi dan penyakit periodontal. Dasar; RISKESDAS. Jakarta. Balitbang
Hasil penelitian didapatkan bakteri didominasi Kemenkes RI; 2013. Hlm. 111.
oleh bakteri Gram positif kokus pada siklus 3. Louis B.Ric, MD. Antimicrobial Resistance in
menstruasi, hal ini di akibatkan pada individu Gram-positive Bacteria. The American Journal
dengan jaringan periodontal yang sehat pada plak of Oral Medicine. 2011. 6(3): 35-48.
subgingiva didominasi oleh bakteri gram positif
4. Fatimatuzzahro N, Pujiastuti P, Praharani D.
anaerobik fakultatif dan kokus seperti
Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri
Streptococcus dan Actinomyces sp. Pada penderita
Subgingiva Pada Masa Prapubertas, Pubertas,
gingivitis jumlah bakteri akan bertambah dan
Pascapubertas. Jurnal Penelitian Kesehatan
didominasi oleh gram negatif, sedangkan pada
penderita periodontitis komposisi bakteri semakin dan Farmasi. 2009; 4(2): 43-54.
kompleks dan lebih didominasi oleh gram negatif 5. Amalina R. Perbedaan jumlah Actinobacillus
aerob seperti Porphyromonas gingivalis, Actinomycetemcomitans pada Periodontitis
Bacteroides forsythus, A. actinomycetemcomitans.1 Agresif Berdasarkan Jenis Kelamin. Majalah
Bakteri yang secara konstan ditemukan sebagai Sultan Agung.UNNISULA 2011; 49 (124).
kelompok patogen dan nonpatogen atau bahkan 6. Miko H, Nugroho C. Gambaran Gingiva di
termasuk sebagai bakteri menguntungkan dalam Sekitar Gigi Molar Ketiga Bedasarkan Status
sampel plak yaitu kelompok spesies nonpatogen Hormonal Wanita Usia 19-25 Tahun Pada
berisi bakteri Gram positif, anarobik fakultatif Mahasiswa Keperawatan Gigi Poltekkes
filament dan kokus (Actinomyces dan Kemenkes Tasikmalaya. IOHJ (Indonesian
Streptococcus). Sedangkan kelompok spesies Oral Health Journal). 2016; 1(1): 5-9.
patogen bakteri Gram negatif, batang anaerob (P. 7. Sumintarti, Marlina E. Hubungan Antara Level
gingivalis dan Tannerella forsythia) dan spiroseta Estradiol dan Progesteron dengan Stomatitis
(Treponella denticola).5 Aftosa Rekuren. Dentofasial. 2012; 11(3):
Penelitian tentang peningkatan hormon 137-141.
estrogen dan progesteron pada masa pubertas 8. Bobak, Lowdermik, Jensen. Buku Ajar
dikaitkan dengan meningkatnya bakteri subgingiva Keperawatan Meternitas. Jakarta: EGC; 2005.
yaitu Prevotella intermedia dikarenakan Hlm.41-45.
peningkatan kadar hormon dapat menyebabkan 9. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
vasodilatasi sehingga meningkatnya sirkulasi darah Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjo;
pada jaringan gingiva dan kepekaan terhadap iritasi 2005. Hlm.103.
lokal, sehingga biofilm plak bakteri yang 10. Hayati N, Suharyono, Widayati. Status
menyebabkan gingivitis.4 Ariana mengatakan Kesehatan Pada Remaja Putri Sebelum dan
hormon seksual mempunyai peran penting pada Sesudah Menstruasi di Perum BPK Tahun
fisiologi jaringan periodontal, perkembangan 2014. Jurnal Gigi dan Mulut. 2014; 3(1): 50-
penyakit periodontal dan penyembuhan luka. 52.
Estrogen dan progesteron memiliki efek biologik 11. Hidayati, Kuwardani, Gustria R. Pengaruh
yang signifikan sehingga dapat mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut Dengan Status
sistem organ lain termasuk rongga mulut. 13 Gingivitis Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan Kota Padang Tahun 2012. Majalah Kedokteran
jumlah koloni bakteri subgingiva antara siklus pra Andalas. 2012; 2(36): 215-220.
menstruasi, menstruasi dan post menstruasi. Jumlah 12. Pujiastusi P, Praharani D. Pengaruh Status
koloni bakteri terbanyak yaitu pada menstruasi. Sosial Budaya pada Kondisi Jaringan
Periodontal Selama Masa Kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA Indonesian Journal of Dentistry. 2005; 12(3):
171-175.
1. Carranza, FA, MG, Newman, HH Takei,. 13. Arina. Immunoekspresi Reseptor Estrogen a
Carranza’s Clinical periodontology. Pada Periodontal Lebih Banyak daripada
Philadelphia. 11th ed: Elsevier; 2012. Hlm 412- Reseptor Estrogen B. Indonesian Journal of
413
Rahmita: Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Subgingiva 6
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Root canal treatment is a treatment to maintain the health of dental pulp which has been
infected in order to avoid from being re-contaminated by the bacteria. Mix bacteria can be found in the root
canal, and it consists of gram-positive and gram-negative bacteria. Dayak onion bulb has antibacterial nature
because of its phenol content. Phenol compound has been proven to inhibit the growth of gram-positive and
gram-negative bacteria. Purpose: This study aims to find out the effectivity of phenol compounds from Dayak
onion extract (Eleuthherine palmifolia (L) Merr) to the growth of root canal mix bacteria. Method: This study
used a pure experimental study with the design of posy-test only with control design. The number of samples
used was 25, consisting of 5 groups. Result: The inhibit zone produced by phenol compounds of Dayak onion
extract with concentrations of 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, 90 mg/ml and 5.25% NaOCl to the root canal mix
bacteria in sequence had the average of 13,32 mm, 16,55 mm, 21,31 mm, 27,08 mm, 24,55 mm. One Way Anova
test result and Post Hoc LSD test obtained the value p=0,000 (p<0,05). It proves that there are differences of
antibacterial activity of each phenol compound extract of Dayak onion 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, 90 mg/ml
and NaOCl 5.25% against mix bacteria on the root canal. Conclusion: Phenol compounds on the Dayak onion
extract has been proven able to inhibit the growth of root canal mix bacteria.
ABSTRAK
Latar Belakang: Perawatan saluran akar merupakan perawatan untuk mempertahankan kesehatan
pulpa gigi yang telah terinfeksi agar tidak terkontaminasi ulang oleh bakteri. Pada saluran akar dapat
ditemukan bakteri mix yang terdiri dari bakteri gram positif dan gram negatif. Umbi bawang dayak memiliki
sifat antibakteri karena kandungan fenol yang dimilikinya. Fenol telah terbukti mampu menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif maupun gram negatif. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas senyawa fenol
ekstrak umbi bawang dayak (Eleuthherine palmifolia (L) Merr) terhadap pertumbuhan bakteri mix saluran
akar. Metode: Penelitian eksperimental murni dengan rancangan post-test only with control design. Jumlah
sampel yang digunakan sebanyak 25 buah, yang terdiri dari 5 kelompok. Hasil penelitian: Zona hambat yang
dihasilkan oleh senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak dengan konsentrasi 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml,
90 mg/ml dan NaOCl 5,25% terhadap bakteri mix saluran akar secara berurutan memiliki rerata sebesar 13,32
mm, 16,55 mm, 21,31 mm, 27,08 mm, 24,55 mm. Hasil uji One Way Anova dan uji Post Hoc LSD didapatkan
nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan aktivitas antibakteri setiap perlakuan
senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, 90 mg/ml dan NaOCl 5,25%
terhadap bakteri mix saluran akar. Kesimpulan: Senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak terbukti mampu
menghambat pertumbuhan bakteri mix saluran akar.
Haq: Efektivitas Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang Dayak 8
Kata-kata kunci: Bakteri mix saluran akar, fenol, umbi bawang dayak
Korespondensi: Luthfie Haq, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat, Jalan veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: luthfiehaq10@gmail.com
aduk aduk hingga merata. Larutan penyaring didiagnosa nekrosis pulpa untuk mendapatkan
dituangkan hingga 1cm diatas permukaan sampel. bakteri mix. Paper point yang mengandung bakteri
Diaduk sekali sekali, setiap 1x24 jam filtrate dimasukkan ke dalam media transport lalu ditutup
disaring dan pelarut diganti dengan yang baru rapat, kemudian media tersebut dimasukkan ke
sambil sekali sekali diaduk. Penggantian pelarut dalam inkubator selama 24 jam.
dilakukan hingga cairan berwarna bening. Setelah
itu ekstrak dikumpulkan dan diuapkan Pembiakan isolat bakteri mix saluran akar
menggunakan rotary evaporator pada tekanan Koloni bakteri mix saluran akar dari
rendah dengan temperatur 40oC sampai didapat pertumbuhan 24 jam pada media agar Muller
ekstrak etanol yang kental kemudian diuapkan di Hinton, disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair,
waterbath sehingga didapatkan bobot tetap. diinkubasikan 5-8 jam pada suhu 37oC. Suspensi
tersebut ditambah aquades steril sampai
Fraksinasi umbi bawang dayak kekeruhannya sebanding dengan standar Mc
Ekstrak kental yang diperoleh kemudian Farland I atau bakteri setara jumlah 3x108 CFU.
dilakukan fraksinasi dengan tingkat kepolaran
pelarut yang berbeda-beda yaitu dari n-heksan, etil
Uji daya antibakteri senyawa fenol umbi
asetat dan n butanol. Fraksinasi dilakukan dengan
bawang dayak terhadap bakteri mix saluran
menggunakan corong pisah. Sebelum dimasukkan
akar
dalam corong pisah, ekstrak kental disuspensikan
Bakteri mix saluran akar yang telah
menggunakan akuades terlebih dahulu dengan
distandarisasikan dengan Mc farland I sebesar
perbandingan ekstrak dan akuades sebanyak 1:2.
3x108 CFU/ml dioleskan dengan lidi kapas steril
Pelarut n-heksan p.a. sebanyak 100 ml kemudian
pada media agar Muller Hinton. Kemudian paper
dimasukkan ke dalam corong pisah. Selanjutnya
disk direndam pada ekstrak umbi bawang dayak
campuran dipisahkan menggunakan corong pisah
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) 40 mg/ml, 60
dengan cara digojok selama beberapa menit dan
mg/ml, 80 mg/ml, dan 90 mg/ml yang mengandung
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan, yaitu
senyawa fenol dan sodium hipoklorit 5,25% selama
lapisan air pada bagian bawah dan lapisan n-heksan
3 jam. Selanjutnya media pengujian diinkubasi
pada bagian atas. Lapisan air yang terbentuk
selama 48 - 72 jam pada suhu 37oC. Setelah itu
dipisahkan dan selanjutnya difraksinasi kembali
dilakukan pembacaan hasil ukuran zona hambat
dengan penambahan pelarut etil asetat p.a.
pertumbuhan bakteri menggunakan caliper.
sebanyak 100 ml di dalam corong pisah. Campuran
kembali di gojok selama beberapa menit dan
HASIL PENELITIAN
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan kemudian
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data
dipisahkan. Lapisan air yang terbentuk difraksinasi
berupa nilai rata-rata zona hambat senyawa fenol
kembali dengan penambahan pelarut n butanol
ekstrak umbi bawang dayak terhadap bakteri mix
sebanyak 100 ml di dalam corong pisah. Lapisan
saluran akar sebagai berikut :
atas yang terbentuk kemudian dipisahkan,
dikumpulkan, dan diuapkan dengan rotary
Tabel 1. Rerata (Mean) Diameter Zona Hambat
evaporator selanjutnya dikeringkan di atas
Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang Terhadap
waterbath hingga bobot tetap sehingga didapatkan
Pertumbuhan Bakteri Mix Saluran Akar.
senyawa fenol dari ekstrak umbi bawang dayak.
Kelompok Rerata ± Standar
Pengambilan bakteri mix saluran akar Deviasi (mm)
Bakteri mix saluran akar diambil pada gigi Senyawa Fenol 13,32±0,44
yang nekrosis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut EUBD 40 mg/ml
Gusti Hasan Aman. Gigi yang terlibat dilakukan
Senyawa Fenol 16,55±0,22
isolasi dengan menggunakan rubber dam, lesi
EUBD60 mg/ml
karies yang masih ada dihilangkan, lalu dibuat
Senyawa Fenol 21,31±0,85
akses ke rongga pulpa menggunakan round bur
EUBD 80 mg/ml
steril. Pengambilan bakteri dilakukan dengan
Senyawa Fenol 27,08±0,83
menggunakan paper point steril yang dimasukan
EUBD 90 mg/ml
kedalam saluran akar selama 1 menit yang
NaOCl 5,25% 24,59±0,27
Haq: Efektivitas Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang Dayak 10
Besar zona hambat setiap perlakuan terhadap Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa terdapat
pertumbuhan bakteri mix saluran akar perbedaan bermakna terhadap semua kelompok
menggambarkan semakin meningkatnya perlakuan. Kelompok senyawa fenol ekstrak umbi
konsentrasi senyawa fenol ekstrak umbi bawang bawang dayak konsentrasi 40 mg/ml memiliki
dayak, maka besar zona hambat terhadap bakteri perbedaan efektivitas antibakteri yang berbeda
mix saluran akar semakin meningkat pula. Hasil bermakna dibandingkan dengan perlakuan senyawa
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat fenol ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi
peningkatan besar zona hambat ekstrak umbi 60 mg/ml, 80 mg/ml, 90 mg/ml, dan NaOCl 5,25%.
bawang dayak dengan konsentrasi 90 mg/ml Perlakuan 60 mg/ml senyawa fenol ekstrak umbi
dibandingkan dengan konsentrasi 80 mg/ml, bawang dayak memiliki perbedaan efektivitas
60 mg/ml, 40 mg/ml, dan kelompok perlakuan antibakteri yang berbeda bermakna dibandingkan
NaOCl 5,25% terhadap pertumbuhan bakteri mix dengan perlakuan senyawa fenol ekstrak umbi
saluran akar. bawang dayak 40 mg/ml 80 mg/ml, 90 mg/ml, dan
Data yang terkumpul ditabulasi, kemudian NaOCl 5,25%. Perlakuan 80 mg/ml senyawa fenol
dilakukan uji normalitas menggunakan Saphiro- ekstrak umbi bawang dayak memiliki perbedaan
Wilk dan uji homogenitas menggunakan Levene’s efektivitas antibakteri yang berbeda bermakna
test. Berdasarkan hasil uji normalitas Saphiro-Wilk dibandingkan dengan perlakuan senyawa fenol
menunjukkan bahwa data masing-masing ekstrak umbi bawang dayak 40 mg/ml 60 mg/ml,
kelompok terdistribusi normal (p > 0,05). Analisis 90 mg/ml, dan NaOCl 5,25%. Perlakuan 90 mg/ml
data dilanjutkan dengan uji homogenitas senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak
menggunakan Levene test untuk mengetahui memiliki perbedaan efektivitas antibakteri yang
varians data. Hasil uji homogenitas menunjukkan berbeda bermakna dibandingkan dengan perlakuan
nilai kemaknaan p=0,274 (p > 0,05) yang artinya senyawa fenol ekstrak umbi bawang dayak
data tersebut memiliki varians yang sama. 40 mg/ml 60 mg/ml, 80 mg/ml, dan NaOCl 5,25%.
Syarat uji parametrik adalah data terdistribusi Perlakuan NaOCl 5,25% memiliki perbedaan
normal dan homogen, sehingga data ini dilanjutkan efektivitas antibakteri yang berbeda bermakna
dengan uji One Way Anova. Berdasarkan hasil uji dibandingkan dengan perlakuan senyawa fenol
One Way Anova didapatkan nilai p=0,000 ekstrak umbi bawang dayak 40 mg/ml 60 mg/ml,
(p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa 80 mg/ml, dan 90 mg/ml.
terdapat perbedaan efektivitas senyawa fenol dari
ekstrak umbi bawang dayak terhadap bakteri mix PEMBAHASAN
saluran akar. Selanjutnya untuk mengetahui Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelompok mana yang memiliki perbedaan efektivitas senyawa fenol ekstrak umbi bawang
bermakna maka dilakukan uji Posthoc LSD. dayak (Eleutherinepalmifolia (L.) Merr) terhadap
Berdasarkan uji tersebut didapatkan hasil seperti bakteri mix saluran akar jika digunakan sebagai
tabel 2. bahan irigasi alternatif untuk menghambat
pertumbuhan bakteri mix saluran akar. Senyawa
Tabel 2. Hasil Uji Posthoc LSD Zona Hambat fenol merupakan salah satu kandungan terbesar
Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang Dayak dan yang dapat ditemukan pada umbi bawang dayak
NaOCl 5,25% Terhadap Pertumbuhan Bakteri Mix dengan konsentrasi 34,32%. Senyawa fenol yang
Saluran Akar terkandung dalam ekstrak umbi bawang dayak
Fenol Fenol Fenol Fenol NaOCl (Eleuthherine palmifolia (L) Merr) bersifat
EUB EUB EUBD EUBD 5,25 %
bakterisidal dan terbukti mampu menghambat
D 40 D 60 80 90
Fenol 0,00* 0,00* 0,00* 0,00* bakteri gram positif dan negatif.10,11,12
EUBD40 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Fenol 0,00* 0,00* 0,00*
EUBD60 menyatakan bahwa senyawa fenol ekstrak umbi
Fenol 0,00* 0,00* bawang dayak pada konsentrasi 40 mg/ml,
EUBD80
Fenol 0,00*
60 mg/ml 80 mg/ml dan 90 mg/ml mampu
EUBD90 menghambat pertumbuhan bakteri mix saluran akar.
NaOCl Hal ini menunjukkan bahwa adanya kemampuan
5,52 %
antibakteri senyawa fenol ekstrak umbi bawang
*=Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
dayak (Eleutherinepalmifolia (L.) Merr) untuk
11 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 7 - 12
menghambat pertumbuhan bakteri mix yang efektif fenol dapat menembus membran sitoplasma dengan
pada konsentrasi 40 mg/ml, 60 mg/ml 80 mg/ml cara transport aktif yang spesifik, yaitu melepas
dan semakin efektif dengan bertambahnya produk dalam bakteri setelah pengikatan terhadap
konsentrasi ekstrak yaitu konsentrasi 90 mg/ml. protein membran.13
Adanya perbedaan rerata zona hambat Bahan irigasi yang digunakan sebagai kontrol
pertumbuhan bakteri mix antara beberapa pada penelitian ini adalah sodium hipoklorit
konsentrasi tersebut karena kandungan bahan aktif (NaOCl) 5,25%. Mekanisme kerja NaOCl yang
senyawa fenol yang dimiliki konsentrasi 40 mg/ml, pertama yaitu merusak dinding sel. Struktur
60 mg/ml 80 mg/ml lebih sedikit dari kandungan dinding sel dirusak dengan cara menghambat
bahan aktif konsentrasi 90 mg/ml. Sehingga, pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai
aktivitas antibakteri dalam konsentrasi yang lebih terbentuk. Perubahan permeabilitas sel dirusak
tinggi semakin efektif dalam menurunkan sehingga pertumbuhan sel terhambat dan sel akan
pertumbuhan bakteri mix pada saluran akar gigi. mati. Kedua, merubah molekul protein dengan
Peningkatan konsentrasi senyawa fenol ekstrak terdenaturasi dan asam-asam nukleat rusak tanpa
umbi bawang dayak (Eleutherinepalmifolia (L.) adanya perbaikan strukturnya kembali seperti
Merr) berbanding lurus dengan peningkatan kadar semula. Terakhir dengan kerja enzim reaksi
total fenol yang terkandung didalam ekstrak umbi biokimia terhambat dan menyebabkan metabolisme
bawang dayak (Eleutherinepalmifolia (L.) Merr), terganggu atau sel akan mati.15,16 Berdasarkan hasil
sehingga meningkatkan daya hambatnya terhadap penelitian didapatkan nilai daya hambat yang
pertumbuhan bakteri. Senyawa fenol yang diperoleh NaOCl 5,25 % tidak lebih baik dari pada
berinteraksi dengan dinding sel mikroorganisme perlakuan senyawa fenol ekstrak umbi bawang
akan mengakibatkan denaturasi protein dan dayak dengan konsentrasi 90 mg/ml terhadap
penurunan permeabilitas mikroorganisme.10,13 bakteri mix saluran akar. Hal ini menunjukkan
Dinding sel bakteri berfungsi memberikan bahwa konsentrasi 90 mg/ml merupakan
kekakuan dan membedakan antara bakteri gram konsentrasi yang maksimal, sehingga kandungan
positif dan gram negatif. Dinding sel bakteri dapat bahan aktif senyawa fenol ekstrak umbi bawang
rusak karena terjadinya penurunan permeabilitas dayak (Eleutherinepalmifolia (L.) Merr) juga
yang disebabkan oleh fenol. Penurunan bekerja maksimal dalam menurunkan pertumbuhan
permeabilitas akan menahan terjadinya bakteri mix pada saluran akar gigi.
perpindahan ion–ion organik ke dalam sel bakteri, Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
sehingga menghambat pertumbuhan bahkan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan zona
menyebabkan kematian sel pada bakteri. Senyawa hambat yang terbentuk dari senyawa fenol ekstrak
fenol mampu bekerja secara spesifik pada membran umbi bawang dayak dengan konsentrasi 40 mg/ml,
sel dan menginaktivasi enzim dengan membentuk 60 mg/ml, 80 mg/ml dan 90 mg/ml dengan hasil
senyawa kompleks yang tidak stabil. 13,14 sebesar 13,32 mm, 16,55mm, 21,31 mm dan 27,08
Bakteri dilindungi oleh membran sel yang mm. Efek perlakuan NaOCl 5,25 % menghasilkan
mengelilinginya, keutuhan membran sel yang rerata zona hambat sebesar 24,59 mm. Hasil
mengelilingi bakteri sangat penting untuk penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
kelangsungan hidup bakteri. Membran sel terdiri peningkatan besar zona hambat ekstrak umbi
dari senyawa dasar seperti fosfolipid dan bawang dayak dengan konsentrasi 90 mg/ml
lipopolisakarida, dan dibuat stabil dengan kation dibandingkan dengan konsentrasi 80 mg/ml,
Mg + + dan Ca + +. Jika molekul ion fenol diserap 60 mg/ml, 40 mg/ml, dan kelompok perlakuan
pada tahap kontak dan penyerapan awal, maka akan NaOCl 5,25% terhadap pertumbuhan bakteri mix
menyebabkan molekul non-polar larut dan masuk saluran akar.
ke dalam supramolekul. Molekul yang berbeda
tersebut akan mengganggu struktur membran dari DAFTAR PUSTAKA
bakteri. Membran sel pada bakteri dapat rusak
karena fenol mampu menguraikan serta 1. Ramayanti S. Peran Makanan terhadap
menghancurkan molekul fosfolipid pada bakteri Kejadian Karies Gigi. Jurnal Kesehatan
dengan cara ion H+ menyerang gugus fosfat Masyarakat. 2013; 7 (2) : 89–93.
sehingga membran sel akan bocor dan 2. Rahaswanti L W A. Evaluasi Keberhasilan
mengakibatkan bakteri menjadi lisis. Molekul aktif Pengisian Saluran Akar dengan Sediaan Zinc
Haq: Efektivitas Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang Dayak 12
Oxide Eugenol dan Campuran Calcium 10. Sari DP. Efektivitas Daya Hambat Ekstrak
Hydroxide dengan Pasta Iodoform. Intisari Umbi Bawang Dayak Terstandarisasi Fenol
Sains Medis. 2017; 8 (1) : 1–17. terhadap Pertumbuhan Enterecoccus faecalis.
3. Bachtiar Z A. Perawatan Saluran Akar pada Jurnal Dentino Kedokteran Gigi. 2017; I (1) :
Gigi Anak Permanen dengan Bahan Gutta 56-61.
Percha. Jurnal PDGI. 2016; 65 (2) : 6-67. 11. Rani V.S dan Nair B.R. GC-MS Analysis of
4. Haapasalo M, Shen Y, Qian W dan Gao Y. Ethyl Acetate Extract of Eleutherine Bulbosa
Irrigation in Endodontics. Dental Clinic (Urban) Miller (Iridaceae). International
Journal. 2010; 54 (2) : 291-300. Journal of Pharmaceutical Sciences and
5. Grossman LI, Oliet S dan Del Rio CE. llmu Research. 2016; 7 (4) : 1729–1733.
Endodontik dalam Praktek (Endodontic 12. Supomo dan Sa’adah H. Uji Aktivitas
Practice). Jakarta: EGC; 2013. Hlm. 47-48, Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bawang
59,205-11. Dayak (Eleutherine palmifolia (L.,) Merr.).
6. Fabris A, Nakano V and Avila-Campos M J. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan; 16
Bacteriological Analysis of Necrotic Pulp and Februari 2014; Samarinda; 2014. Hlm. 99.
Fistulae in Primary Teeth. Journal Appl Oral 13. Sabbineni J. Phenol – an Effective
Science. 2014; 22 (2) : 118-124. Antibacterial Agent. Research & Reviews :
7. Firdaus T. Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak Journal of Medicinal & Organic Chemistry.
(Eleutherine palmifolia (L.) dalam 2016; 3 (2) : 182 -191.
Menghambat Pertumbuhan Mikroorganisme 14. Ghosh S, et al. Are Antiseptics and
Staphylococcus aureus. Skripsi : Fakultas Disinfectants Commonly Used Against
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Methicillin Resistant Staphylococcus aureus
Hidayatullah. Jakarta, 2014. Hlm : 27. Effective? A Study in A Tertiary Care
8. Puspadewi R, Adirestuti P dan Menawati R. Hospital. Indian Journal of Basic and Applied
Khasiat Umbi Bawang Dayak Medical Research. 2016; 5 (4) : 640 - 648
(Eleutherinepalmifolia (L.,) Merr.) Sebagai 15. Tanumihardja M. Larutan Irigasi Saluran
Herbal Antimikroba. Kartika Jurnal Ilmiah Akar. Bagian Konservasi Gigi Fakultas
Farmasi. 2013; 1(1) : 31-37. Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
9. Purwantiningsih T, Suranindyah Y Y dan Makassar. Indonesia Dentofasial. 2010; 9 (2)
Widodo. Aktivitas Senyawa Fenol dalam :108-115.
Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai 16. Abadhia, et al. Uji Antibakteri secara Klinis
Antibakteri Alami untuk Penghambatan Ekstrak Kulit Manggis(Garcinia mangostana
Bakteri Penyebab Mastitis. Buletin L.) dalam Saluran Akar Gigi Tikus (Rattus
Peternakan. 2014; 38 (1) : 59 -64. norvegicus). e-Jurnal Pustaka Kesehatan.
2010; 5 (2) : 356-364.
13
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: The people in the wetlands area of Kuin Banjarmasin mostly still use river water to brush
their teeth. Based on water chemical parameters which are pH, fluorine and calcium, wetlands water is not
feasible to be used for toothbrushing, because it can cause dental caries. Purpose: To analyze the comparison
of dental caries index on seventh grade students of SMPN 15 Banjarmasin who brushed their teeth using river
water and PDAM water in Kuin Banjarmasin based on chemical parameters. Methods: This research use
analytic observational method with cross sectional approach. Respondents and samples were taken by simple
random sampling technique, the respondents were 136 students divided into 2 groups: 68 students who brushed
their teeth using river water and 68 students who brushed their teeth using PDAM water. Sample of river water
and PDAM water is taken according to student's address. Results: The Mann-Whitney test in students who
brushed their teeth using river water and PDAM water obtained p = 0,000 (p <0.05), the results showed that
there was a significant difference in students who brushed their teeth using river water and PDAM water.
Conclusion: The caries index of students who brush their teeth using river water is higher than students who
brush their teeth using PDAM water.
ABSTRAK
Latar belakang: Masyarakat yang berada di lahan basah Kecamatan Kuin Banjarmasin sebagian besar
masih menggunakan air sungai untuk menyikat gigi. Berdasarkan kandungan parameter kimiawi air yaitu pH,
fluor dan kalsium, karakteristik air sungai lahan basah tidak layak digunakan untuk menyikat gigi, karena dapat
menyebabkan terjadinya karies. Tujuan: Menganalisis perbandingan indeks karies pada murid kelas 1 SMPN
15 Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan air PDAM pada lahan basah di Kecamatan
Kuin Banjarmasin berdasarkan parameter kimiawi. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden dan sampel diambil dengan teknik simple random
sampling, besar responden sebanyak 136 murid yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 68 murid yang menyikat
gigi menggunakan air sungai dan 68 murid yang menyikat gigi menggunakan air PDAM. Sampel air sungai dan
air PDAM diambil sesuai alamat murid tinggal. Hasil: Uji Mann-Whitney pada murid yang menyikat gigi
menggunakan air sungai dan air PDAM didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05), hasil tersebut menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna pada murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai dan air PDAM.
Kesimpulan: Indeks karies murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai lebih tinggi dibandingkan murid
yang menyikat gigi menggunakan air PDAM.
Nadia: Perbandingan Indeks Karies Berdasarkan Parameter Kimiawi Air Sungai 14
Kata-kata kunci: Air PDAM, air sungai, lahan basah, parameter kimiawi.
Korespondensi: Nadia, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung
Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: nadiasyahjeta@gmail.com
Penilaian indeks karies dinilai dengan murid yang menyikat gigi menggunakan air sungai
menggunakan indeks DMF-T yaitu Decayed (D) dan murid yang menyikat gigi menggunakan air
gigi karies yang masih dapat ditambal, Missing PDAM.
(M), gigi yang dicabut karena karies dan Filled (F) Hasil pemeriksaan kandungan parameter
gigi yang ditambal karena karies. Hasil kimiawi air sungai dan air PDAM dapat dilihat
pemeriksaan indeks DMF-T dicatat pada lembar pada tabel 2.
pemeriksaan karies. Klaisifikasi tingkat keparahan
karies dapat digolongkan menjadi 5 yaitu 0,0 – 1,0 Tabel 2. Rata-rata Kandungan parameter kimiawi
(sangat rendah), 1,2 – 2,6 (rendah), 2,7 – 4,4 (pH, fluor dan kalsium) air sungai dan air PDAM
(sedang), 4,5 – 6,5 (tinggi) dan tingkat keparahan
Rata-rata Air Sungai Air PDAM
sangat tinggi dengan nilai DMF-T > 6,6.
Kandungan
Pengambilan sampel air sungai dan sampel air
Kimiawi Air
PDAM diambil sesuai alamat murid tersebut
tinggal. Sampel air sungai dan sampel air PDAM
pH 6,06 7,05
selanjutnya diperiksa untuk mengetahui pH dengan
alat yaitu pH meter dan fluor, kalsium diperiksa Fluor (mg/L) 0,0846 0,1077
menggunakan alat yaitu spektrofotometer.
Pemeriksaan tersebut dilaksanakan di Laboratotium Kalsium 7,9870 8,2085
BBTKL (Balai Besar Teknik Kesehatan (mg/L)
Lingkungan), Banjarbaru.
untuk menyikat gigi akan semakin tinggi laju reaksi mudah mengalami karies. Fluor akan
pelepasan mineral kalsium dari enamel gigi atau menguntungkan apabila kadarnya sekitar 0,7 mg/L
yang disebut demineralisasi.5 akan cukup untuk memperkuat enamel gigi, namun
Demineralisasi enamel terjadi melalui proses kandungan fluor >1,5 mg/L dapat menyebabkan
difus, yaitu proses perpindahan ion yang larut fluorosis pada gigi.14 Kandungan fluor pada air
dalam air dari dalam saliva, karena ada perbedaan sungai cenderung lebih rendah, hal ini dikarenakan
konsentrasi dari keasaman air dengan di dalam keadaan perbedaan hidrogeologis setempat.13
enamel gigi. Ketika lingkungan menjadi asam atau Kandungan kalsium pada air PDAM lebih baik
di bawah pH kritis yaitu dibawah 5, demineralisasi untuk remineralisasi gigi karena air PDAM berada
menjadi dominan sehingga menyebabkan dalam pH yang netral, hal ini dikarenakan
terlepasnya mineral enamel yang akan remineralisasi baru dapat terjadi apabila pH dalam
menyebabkan gigi mudah mengalami karies.7 keadaan netral (pH 7) Ca2+ akan menghambat
Sepanjang aliran sungai Kuin pH air bersifat asam, proses penguraian hidroksiapatit dan akan
hal ini dikarenakan secara letak geografis sungai merebuilding atau pembangunan kembali sebagian
Kuin bermuara ke sungai Barito yang memiliki pH kristal hidroksiapatit yang terlarut. 15
asam karena rawa gambut.8,9 Berdasarkan studi Indeks DMF-T murid kelas 1 SMPN 15
peneliti pH asam juga dapat disebabkan oleh Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air
aktivitas masyarakat Kuin seperti pembuangan sungai berada dalam kategori rendah, sedangkan
limbah pabrik, karena di pinggiran sungai Kuin indeks DMF-T murid kelas 1 SMPN 15
terdapat beberapa pabrik industri seperti pabrik Banjarmasin yang menyikat gigi menggunakan air
besi, kayu dan tali. Limbah buangan industri PDAM berada dalam kategori sangat rendah, hal
organik dan anorganik dapat menaikkan asam ini menunjukkan keadaan gigi murid-murid
karbonat dan asam organik di perairan, sehingga air tersebut dalam keadaan baik. Tinggi rendahnya
memiliki pH yang rendah.10 Indeks DMF-T murid indeks DMF-T dipengaruhi beberapa faktor yaitu
yang menyikat gigi menggunakan air PDAM lebih perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan
rendah, hal ini dikarenakan air PDAM telah keturunan. Pendidikan yang diperoleh setiap orang
dilakukan filtrasi dan koagulasi untuk menetralkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap
pH air.11 kepedulian kesehatan gigi.3 Dari keempat faktor
Fluor berperan terhadap proses remineralisasi tersebut, perilaku memegang peranan yang penting
gigi. Fluor bekerja dengan cara menghambat dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan
metabolisme bakteri plak yang dapat mulut. Selain mempengaruhi status kesehatan gigi
memfermentasi karbohidrat akan dihambat oleh dan mulut secara langsung, perilaku dapat juga
fluor yang bekerja dengan cara menghambat mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan
melalui perubahan hidroksi apatit pada enamel kesehatan.16
menjadi fluor apatit. Reaksi kimianya yaitu Dilihat dari segi pendidikan murid kelas 1
Ca10(PO4)6(OH)2 + F → Ca10(PO4)6(OHF). SMPN 15 Banjarmasin baik murid yang menyikat
Fluor apatit menghasilkan enamel yang lebih tahan gigi menggunakan air sungai maupun murid yang
atau resisten terhadap asam, sehingga dapat menyikat gigi menggunakan air PDAM sudah
menghambat proses demineralisasi dan memiliki tingkat pendidikan dan usia yang cukup
meningkatkan remineralisasi yang merangsang untuk memahami pentingnya menjaga kesehatan
perbaikan dan penghentian lesi karies.12 Kadar gigi dan mulut. Usia 12 tahun merupakan usia
fluor air dikategorikan menjadi empat, yaitu sangat remaja yang sudah mampu menerima dan
rendah (0,0 – 0,3 mg/L), rendah (0,3 – 0,7 mg/L), memahami suatu persoalan yang dihadapkan,
sedang (0,7 – 1,5 mg/L), tinggi (>1,5 mg/L).13 mampu menalarkan permasalahan, dan sudah
Kandungan parameter kimiawi fluor air sungai mengerti atau memahami cara berinteraksi dengan
pada hasil penelitian ini memiliki nilai rata-rata lingkungannya.17
yaitu 0,08 mg/L dan fluor air PDAM memiliki Selain dari tingkat pendidikan yang
nilai rata-rata 0,10 mg/L. Kedua kelompok murid berpengaruh terhadap perilaku seseorang,
yang menyikat gigi menggunakan air sungai pelayanan kesehatan juga berperan dalam
maupun murid yang menyikat gigi menggunakan mendukung derajat kesehatan gigi masyarakat.
air PDAM sama-sama memiliki kandungan fluor Semakin dekat tempat pelayanan kesehatan, maka
dengan kategori sangat rendah, sehingga akan akan semakin mudah akses untuk mendapatkan
17 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 13 - 18
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: The widely used denture base material is heat cured acrylic resin. The material
disadvantages is absorb fluids that affect color changes. Alkaline peroxide is a denture cleanser that mostly
used in public. Small white ginger 70% ethanol extract can be utilized as a natural cleanser denture. Purpose:
This study aim to know the color change ratio of heat cured acrylic resin base on small white ginger (Zingiber
officinale var amarum) 70% ethanol extract and alkaline peroxide submersion as denture cleanser. Methods:
This study is a pure experimental research with pretest and posttest with control group design, using simple
random sampling. The sample is cylindrical with a diameter of 15 mm and thick of 2 mm. The number of
samples were 18 acrylic heat-treated acrylic resins which divided into 3 groups, ie ethanol extract of small
white ginger 70%, alkaline peroxide and aquadest. The sample color changes were tested with a digital analysis
tool set. Results: The mean value of heat cured acrylic resin color change after submersion in the small white
ginger 70% ethanol extract, alkaline peroxide and aquadest were (14,00), (14,78) and (10,56), respectively.
Data were analyzed using One way ANOVA parametric test and Post Hoc LSD test. Conclusion: There is no
difference of color change between small white ginger ethanol extract 70% with alkaline peroxide solution as
denture cleanser after soaking for 1 day 6 hours 42 minutes.
Keywords: alkaline peroxide, discoloration, heat cured, small white ginger (zingiber officinale var amarum)
extract 70%.
ABSTRAK
Latar belakang: Bahan basis gigi tiruan yang banyak digunakan adalah resin akrilik tipe heat cured.
Kekurangan dari bahan ini dapat menyerap cairan yang mempengaruhi perubahan warna. Alkaline peroxide
merupakan denture cleanser yang beredar dipasaran. Ekstrak etanol jahe putih kecil 70% dapat dimanfaatkan
sebagai denture cleanser alami. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan perubahan
warna basis resin akrilik tipe heat cured pada perendaman ekstrak etanol jahe putih kecil (Zingiber officinale var
amarum) 70% dan alkaline peroxide sebagai denture cleanser. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental murni dengan pretest and posttest with control group design, menggunakan simple random
sampling. Sampel berbentuk silindris dengan diameter 15mm dan tebal 2mm. Jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 18 resin akrilik tipe heat cured yang dibagi menjadi 3 kelompok perendaman, yaitu ekstrak etanol jahe
putih kecil 70%, alkaline peroxide dan akuades. Perubahan warna sampel diuji menggunakan rangkaian alat
digital analysis. Hasil Penelitian: Rerata nilai perubahan warna resin akrilik tipe heat cured setelah direndam
dalam kelompok ekstrak etanol jahe putih kecil, alkaline peroxide dan akuades berturut-turut adalah sebesar
(14,00), (14,78) dan (10,56). Data dianalisis menggunakan uji parametrik One way ANOVA dan uji Post Hoc
LSD. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan perubahan warna antara ekstrak etanol jahe putih kecil 70%
Hanifa: Perbandingan Ekstrak Jahe Putih Kecil 70% Dan Alkaline Peroxide 20
dengan larutan alkaline peroxide sebagai denture cleanser setelah dilakukan perendaman selama 1 hari 6 jam 42
menit.
Kata-kata kunci: alkaline peroxide, ekstrak jahe putih kecil (zingiber officinale var amarum) 70%, perubahan
warna, resin akrilik tipe heat cured.
Korespondensi: Maulidya Hanifa, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Lambung Mangkurat, Jalan veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: maulidyahanifa96@gmail.com.
etanol jahe putih kecil 70%. Kelompok 2 : resin dihaluskan dengan menggunakan bur stone dan
akrilik tipe heat cured direndam dalam larutan dilanjutkan menggunakan kertas abrasive (amplas)
alkaline peroxide sebagai perlakuan sekaligus no. 800, 1000, 1500 dibawah air mengalir.
sebagai kontrol positif. Kelompok 3 : resin akrilik
Dikilapkan menggunakan wool wheel yang diberi
tipe heat cured direndam dalam akuades steril
sebagai kontrol negatif. Lama perendaman yang bubuk pumice supaya dihasilkan permukaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah selama 1 benar-benar rata, halus, tidak porus dan mengkilap.
hari 6 jam 42 menit. Dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak etanol
Penelitian ini diawali dengan pembuatan jahe putih kecil 70% menggunakan metode
sampel resin akrilik yang dilakukan di maserasi di Laboratorium Farmasi Fakultas FMIPA
Laboratorium Basah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Jahe
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin putih kecil (Zingiber officinale var amarum) yang
dengan prosedur sebagai berikut: pembuatan telah dipanen dibersihkan menggunakan air bersih
sampel basis resin akrilik dari malam merah (wax) dan dikeringkan dalam lemari pengering dengan
berbentuk silindris dengan diameter 15 mm dan suhu 45o hingga kering. Jahe putih kecil (Zingiber
tebal 5 mm (spesifikasi ADA no.17) menggunakan officinale var amarum) yang sudah kering,
cetakan putty. Pembuatan mould space dengan cara kemudian dipotong menjadi bagian kecil dan
membuat adonan gips tipe II dan diaduk dalam dikeringkan kembali secara alami, lalu dihaluskan
mangkok karet (bowl) menggunakan spatula, menggunakan blender hingga terbentuk serbuk dan
adonan dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang dilakukan penimbangan. Serbuk kemudian
telah disiapkan kemudian divibrasi agar gelembung dicampurkan dengan etanol 70% diaduk hingga
udara keluar dari dalam kuvet. Malam merah merata dengan perbandingan simplisia dan etanol
diletakkan pada adonan gips dan diamkan gips yaitu 1:5, kemudian dilakukan penyaringan dan
hingga setting. Permukaan gips pada kuvet bawah diganti dengan pelarut baru setiap 1 x 24 jam,
diulasi vaselin dan kuvet atas dipasang yang proses ini diulangi hingga tiga kali penyaringan.
selanjutnya diberi adonan gips kemudian divibrasi Serbuk dikumpulkan dan dimasukkan kedalam
agar gelembung udara keluar. Setelah gips rotary evaporator, kemudian diuapkan dengan
mengeras, pembuangan malam merah dilakukan waterbath hingga kental. Ekstrak jahe putih kecil
dengan cara kuvet direndam dalam air panas yang (Zingiber officinale var amarum) dalam sediaan
telah mendidih, kemudian kuvet dibuka dan malam kental kemudian dilarutkan untuk mendapatkan
merah dibuang sampai bersih lalu diamkan hingga konsentrasi yang diinginkan.8
kering. Setelah bersih, maka didapatkan mould Pengukuran sampel dilakukan di Laboratorium
space dari cetakan malam merah dan dilakukan Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
proses curing. Bahan resin akrilik heat cured Lambung Mangkurat Banjarbaru. Pengukuran
diaduk dalam stelon pot dengan perbandingan 3:1 perubahan warna sampel sebelum dan sesudah
sesuai petunjuk pabrik sampai mencapai dough perendaman dalam ekstrak etanol jahe putih kecil
stage11. Adonan dimasukkan ke dalam cetakan 70%, alkaline peroxide dan akuades dilakukan
mould space yang telah diulasi cold mould seal menggunakan teknik dengan rangkaian alat digital
(CMS) sampai terisi penuh. Letakkan plastik analysis. Tiap pengukuran dilakukan dua kali
selopan diantara kuvet atas dan kuvet bawah, pengambilan gambar oleh satu orang observer dan
kemudian pasang kuvet atas dan tutup, kemudian di uji validitas menggunakan uji T-test berpasangan
lakukan pengepresan dengan press hidrolic dengan untuk mengetahui validitas hasil pengukuran.
tekanan 1000 psi (70 kg/cm2), kemudian kuvet Sampel akrilik dimasukkan dalam kotak gelap
dibuka dan potong kelebihan akrilik, lalu kuvet untuk dilakukan proses foto atau pengambilan
ditutup kembali, kemudian dilakukan pengepresan gambar dengan menggunakan kamera digital
dengan tekanan 2200 psi (154 kg/ cm2). Kuvet yang (webcam) yang berresolusi tinggi. Letak sampel
telah diisi resin akrilik dimasukkan dalam panci akrilik diletakkan ditengah sambil disesuaikan
yang telah diisi dan direbus dalam air mendidih dengan webcam. Untuk menstandarisasi kondisi
selama 30 menit, kuvet didinginkan dan sampel cahaya saat pengambilan foto maka digunakan
dikeluarkan dari kuvet. Sampel yang telah lightning sebagai sumber cahaya. Hasil gambar
dikeluarkan dari kuvet kemudian dirapikan untuk digital kemudian otomatis tersimpan didalam disk
menghilangkan bagian yang tajam dengan dengan format JPG dan dilihat nilai warnanya
menggunakan bur fraser. Permukaan sampel dengan menggunakan software Ekstraksi
Hanifa: Perbandingan Ekstrak Jahe Putih Kecil 70% Dan Alkaline Peroxide 22
Warna
atau homogenitas kelompok. Hasil uji homogenitas
20
Warna
Tabel 2. Nilai Kemaknaan Uji Post Hoc LSD pudar, intensitas warna a (hijau-merah) menjadi
Kelompok Perendaman Ekstrak jahe lebih merah dan intensitas warna b (biru-kuning)
Putih Kecil 70%, Alkaline Peroxide dan menjadi lebih kuning.
Akuades. Perendaman dalam kelompok akuades terdapat
perubahan yang bermakna pada nilai L dan b
Kelompok Ekstrak (biru-kuning). Hal tersebut berarti bahwa nilai L
Jahe Putih Alkaline mengalami peningkatan dimana intensitas
Akuades
Kecil Peroxide kecerahannya menjadi lebih pudar dan nilai b
70% (biru-kuning) mengalami penurunan dimana
Ekstrak intensitas warnanya lebih biru. Pada nilai a (hijau-
Jahe Putih 0,220 0,000* merah) terdapat perubahan yang tidak bermakna,
Kecil 70% hal tersebut berarti bahwa intensitas warnanya
Alkaline tetap antara sebelum dan sesudah dilakukan
0,220 0,000*
Peroxide perendaman.
tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan pada warna, karena intensitas nilai b pada kelompok
nilai L (kecerahan) dan a (hijau-merah) serta akuades bernilai negatif yang berarti terjadi
penurunan pada nilai b (biru-kuning) seperti hasil perubahan warna lebih biru dan intensitas nilai a
penelitian pada tabel 3. yang tidak terjadi perubahan warna setelah
Resin akrilik tipe heat cured yang direndam dilakukan perendaman dalam kelompok akuades.
dalam kelompok perendaman ekstrak etanol jahe Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
putih kecil 70% dan akuades steril terdapat didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna seperti pada tabel 2. Hal perbedaan perubahan warna antara ekstrak etanol
tersebut diduga karena kandungan aktif yang jahe putih kecil 70% dengan larutan alkaline
terdapat pada ekstrak etanol jahe putih kecil peroxide sebagai denture cleanser setelah
mengandung fenol dan oleoresin, sedangkan dilakukan perendaman selama 1 hari 6 jam 42
akuades hanya merupakan air murni yang berisi menit.
molekul-molekul H2O tanpa adanya penambahan
unsur lain seperti ion.17,18 Fenol diketahui apabila DAFTAR PUSTAKA
berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan
perubahan karakteristik permukaan, salah satunya 1. Gladwin, M. and Babgy, M. Clinical Aspects
yaitu perubahan warna.3,12 Perendaman basis gigi of Dental Materials. Edisi 4. Wolters Kluwer;
tiruan resin akrilik dalam larutan denture cleanser 2013. p.153-162.
dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna, 2. Pramasanti, N., Adhani, R. dan Sukmana, B.I.
hal tersebut dikarenakan adanya degradasi polimer Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakaian
akibat penyerapan air yang merupakan salah satu Protesa Dengan Pemakaian Protesa di RSUD
sifat dari resin akrilik. Penyerapan resin akrilik Ulin Banjarmasin. Dentino Jurnal Kedokteran
terhadap air melalui mekanisme difusi dapat Gigi. 2014; 2 (2): 196-199.
memberikan efek yang signifikan pada 3. Wulandari, F., Rostiny dan Soekobagiono.
karakteristik dan dimensi dari polimer resin akrilik. Pengaruh Lama Perendaman Resin Akrilik
Air yang diserap oleh resin akrilik tersebut Heat Cured Dalam Eugenol Minyak Kayu
menembus massa poli-metil metakrilat dan Manis Terhadap Kekuatan Transversa.
menempati posisi diantara rantai polimer, akibatnya Journal of prosthodontics. 2012; 3 (1): 1-5.
rantai polimer yang terganggu menjadi lebih mudah 4. Atmaja, W.D. Kulit Buah Kakao (Theobroma
bergerak yang berdampak melemahnya ikatan kakao L) Sebagai Bahan Pembersih Gigi
rantai polimer hingga terlepasnya pigmen dari resin Tiruan dan Mencegah Perlekatan Candida
akrilik. Hal ini yang mempengaruhi kekuatan rantai Albicans Pada Basis Gigi Tiruan.
polimer dan mengubah karakteristik fisik polimer Stomatognatic Jurnal Kedokteran Gigi
sehingga warna resin tersebut menjadi pudar.16,18,19 Unversitas Jember. 2015; 12(2): 46-50.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 5. Porwal, A., Khandelwal, M., Punia, V. and
ekstrak etanol jahe putih kecil 70% dan larutan Sharma, V. Effect Of Denture Cleansers On
alkaline peroxide sebagai denture cleanser Color Stability, Surface Roughness, and
keduanya dapat menyebabkan perubahan warna Hardness Of Different Denture Based Resins.
yang setara. Perubahan warna yang terjadi pada Journal of Indian Prosthodontic Society. 2017;
basis gigi tiruan resin akrilik secara visual memang 17 (1) : 61-67.
tidak terlalu nampak, akan tetapi berdasarkan nilai 6. Naeem, A., Amrit, R., Sumit, M., Nisha, S.,
perubahan warnanya (ΔE) dan berdasarkan Pankaj, K. and Taseer, B. Denture hygiene : A
intensitas nilai L, a, b seperti tabel 3 menunjukkan Short Note On Denture Cleansers. Journal of
perubahan nilai yang signifikan dari warna basis sciences. 2015; 5 (3) : 131-133.
gigi tiruan resin akrilik sebelum dan setelah 7. Kangsudarmanto, Y., Rachmadi, P., dan K.F,
dilakukan perendaman. Warna basis gigi tiruan I Wayan.A. Perbandingan Perubahan Warna
resin akrilik setelah dilakukan perendaman Heat Cured Acrylic Basis Gigi Tiruan Yang
kedalam tiga kelompok terjadi perubahan warna Direndam Dalam Khlorhexidin dan
lebih pudar karena semua nilai L setelah dilakukan Effervescent (Alkaline Peroxide). Dentino
perendaman bernilai positif dan meningkat. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Pada kelompok ekstrak etanol jahe putih kecil Mangkurat. 2014; 2 (2): 205-209.
70% dan akuades terjadi perbedaan perubahan 8. Saputera, D., Nalar, G.A. and Budiarti, L.,Y.
Minimum Inhibitory Concentration Of White
25 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 19 - 25
Ginger and Chlorhexidine Gluconate On 17. Sukarsono K., Marhaendrajaya I., Firdausi S.
Acrylic Plates Toward Candida Albicans. Studi Efek Kerr untuk Pengujian Tingkat
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2017; 2 (1) : Kemurnian Aquades, Air PDAM dan Air
5-11. Sumur. Berkala Fisika.. 2008; 11 (1) ; Hal. 9-
9. Fathona, D. Kandungan Gingerol dan 18.
Shogaol, Intensitas Kepedasan dan 18. Sukma D., Pintadi H. Pengaruh Multi
Penerimaan Panelis Terhadap Oleoresin Jahe Konsentrasi Ekstrak The Hijau (Cammelia
Gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), Jahe Sinesis) Terhadap Perubahan Warna Resin
Emprit (Zingiber officinale var. Amarum), Akrilik Heat Cured Yang Ditambah Dengan
dan Jahe Merah (Zingiber officinale var. Serat Kaca 1%. Skripsi 2012. Yogyakarta,
Rubrum). Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pertanian. Institut Pertanian Bogor; 2011. Hal.1-14.
Hal.3-9. 19. Chandu G.S., Asnani P., Gupta S., Khan M.F.
10. Santoso, H.D., Budiarti, L.Y. dan Carabelly, Comparative Evaluation Of Effect Of Water
A.N. Perbandingan Aktivitas Antijamur Absorption On The Surface Properties Of
Ekstrak Etanol Jahe Putih Kecil (Zingiber Heat Cure Acrylic: An In Vitro Study. Journal
officinale var. amarum) 30% Dengan of international oral health. 2015; 7 (4) : 63-
Chlorhexidine Gluconate 0,2% Terhadap 68.
Candida Albicans In Vitro. Dentino Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat. 2014; 2 (2) : 125-130.
11. Anusavice. Buku Ajar Ilmu Bahan
Kedokteran Gigi. Lilian Juwono (editor).
Edisi 11. Buku Kedokteran EGC. Jakarta;
2004. Hlm.197-226.
12. Puspitasari, D., Saputera, D. and Soraya, I.M.
Color Changes Comparison Of Heat Cured
Type Acrylic Resin In Immersion Of Alkaline
Peroxides Solution And Celery Extract
(Apium Graveolens L.) 75%. Dentino Jurnal
Kedokteran Gigi. 2017; 2 (1) : 29-34.
13. Sagsoz, N.P., Yanikoglu, N., Ulu, H. and
Bayindir, F. Color changes of Polyamid and
Polymethyl Methacrylate Denture Base
Materials. Journal of Stomatology. 2014; 4(1):
489-496.
14. Andrade, I.M., Andrade, K.M., Pisani, M.X.,
Lovato, C.H.S., Souza, R.F. and Paranhos,
H.F.O. Trial Of An Experimental Castor Oil
Solution For Cleaning Dentures. Brazilian
Dental Journal. 2014; 25 (1) : 43-47.
15. Chittaranjan, Taruna, Sudhir and Bharath.
Material and Methods for cleaning the
dentures. Indian Journal of Dental
Advancements. 2011; 3 (1) : 423-426.
16. Puspitasari, D., Saputera, D. dan Anisyah,
R.N. Perbandingan Kekerasan Resin Akrilik
Tipe Heat Cure Pada Perendaman Larutan
Desinfektan Alkalin Peroksida Dengan
Ekstrak Seledri 75%. Odonto Dental Journal.
2016; 3 (1) : 34-41.
26
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Lactobacillus acidophilus is bacteria which causes the advanced caries if it is ignored
which will infect another tissue. Bawang dayak is a plant that is used as a traditional medicine which can
inhibit the Lactobacillus acidophilus because it has compounds such as flavonoid, alkaloid, glycoside, phenolic,
quinones, steroid, essential oils, and tannin. Purpose: The purpose of conducting this study is to find out the
resistivity zone from Lactobacillus acidophilus after giving the bawang dayak extract of various concentrations.
Method: This study applies a true experimental with posttest only with control group design with six treatment
groups which are bawang dayak extract with the concentration of 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, K(-
) aquadest, and K(+) 2% of chlorhexidine digluconate. Maceration method is used to extract bawang dayak
while diffusion method is used to test the resistivity and to measure the resistivity zone. Result: The result of the
test that shows bawang dayak extract with the concentration of 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, and 80 mg/ml
are obtained the average number of resistivity zone to 9,36 mm, 11,45 mm, 14,47 mm, 20,30 mm, and
chlorhexidine digluconateis 15,33 mm. The data analysis of one-wayAnova and post-hoc LSD are obtained at
(p<0.05) of bawang dayak extract which means that there is meaningful different to each treatment group.
Conclusion: The resistivity zone of bawang dayak extract is higher than the positive control group which is 2%
of chlorhexidine digluconate towards the growth of Lactobacillus acidophilus.
ABSTRAK
Latar belakang: Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri pencetus karies lanjut yang apabila
dibiarkan akan menginfeksi jaringan lainnya. Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) merupakan
tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional yang dapat menghambat Lactobacillus acidophilus
dikarenakan memiliki senyawa flavonoid, alkaloid, glikosida, fenolik, kuinon, steroid, minyak atsiri dan tannin.
Tujuan: Mengetahui zona hambat dari bakteri Lactobacillus acidophilus setelah diberikan ekstrak bawang
dayak dengan berbagai konsentrasi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan
post test only with control group design dengan 6 kelompok perlakuan, yaitu ekstrak bawang dayak konsentrasi
20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, kontrol K(-) aquadest dan K(+) klorheksidin diglukonat 2%. Metode
maserasi digunakan untuk mengekstraksi bawang dayak sedangkan uji daya hambat menggunakan metode
difusi dan pengukuran zona hambat. Hasil: Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa ekstrak bawang dengan
konsentrasi 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml didapatkan rerata zona hambat 9,36 mm, 11,45 mm,
14,47 mm, 20,30 mm, dan klorheksidin diglukonat sebesar 15,33 mm. Analisis data One Way Anova diperoleh
27 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 26 - 31
(p<0,05) ekstrak bawang dayak memiliki aktivitas antibakteri yang bermakna. Kesimpulan: Bahwa zona
hambat ekstrak bawang dayak lebih tinggi dibandingkan kontrol positif berupa klorheksidin diglukonat 2%
terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus.
Korespondensi: Nadalia Malika Bilqis, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat, Jalan Veteran No 12B, Banjarmasin, KalSel, email: nadalia.malikabilqis@gmail.com
dayak konsentrasi 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, dilakukan pengukuran zona hambat menggunakan
80 mg/ml, kontrol positif berupa klorheksidin caliper.
diglukonat 2% dan kontrol negatif berupa aquadest.
Berdasarkan hasil rumus Federer diperoleh jumlah HASIL PENELITIAN
minimal pengulangan tiap kelompok adalah 4. Rata-rata zona hambat bakteri
Untuk memperoleh hasil yang tepat maka Lactobacillus acidophilus setelah diberikan ekstrak
dilakukan 5 kali pengulangan pada tiap kelompok. bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) dapat
Prosedur awal penelitian dilakukan dilihat pada tabel 1.
sterilisasi alat-alat yang telah dicuci bersih dan Tabel 1. Tabel Rata-rata Zona Hambat Ekstrak
dilapisi alumunium foil menggunakan autoclave Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia
selama 15 menit pada suhu 121oC kemudian (L.) Merr.)
pembuatan simplisia dengan mencuci bersih umbi N Mean Std.Deviation
bawang dayak dengan air mengalir kemudian EBD20 5 9.36 0.788
ditiriskan dan ditimbang. Umbi bawang dayak EBD40 5 11.45 0.154
dipotong menjadi empat bagian lalu dikeringkan
EBD60 5 14.47 0.829
dengan oven selama 3 hari pada suhu 40oC, setelah
itu dihaluskan menggunakan blender dan diayak EBD80 5 20.30 0.114
hingga menjadi serbuk halus serta ditimbang lagi. CHX 5 15.33 0.116
Ekstrak diperoleh dengan metode maserasi. AQ 5 0.000 0.000
Larutan etanol 96% dituangkan ke dalam bejana Keterangan :
maserasi yang telah berisi serbuk dengan EBD : Ekstrak Bawang Dayak
perbandingan 1:10, 1 bagian serbuk dan 10 bagian CHX : Klorheksidin diglukonat 2%
pelarut. Larutan diaduk hingga merata setiap 6 jam AQ : Aquades
sekali kemudian disaring setiap 1x24 jam dan Dari tabel 1. diketahui bahwa terdapat
dilakukan penggantian pelarut yang baru lalu perbedaan zona hambat dari perlakuan ekstrak
diaduk sesekali. Penggantian pelarut dilakukan bawang dayak pada konsentrasi 20 mg/ml,
remaserasi sebanyak 2 kali. Ekstrak dikumpulkan 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, klorheksidin
dan diuapkan menggunakan rotary evaporator diglukonat 2% dan aquades terhadap pertumbuhan
dengan suhu 50oC hingga ekstrak mengalami bakteri Lactobacillus acidophilus. Zona hambat
penyusutan sepersepuluh bagianya kemudian tertinggi terdapat pada ekstrak bawang dayak
diuapkan kembali dengan waterbath sehingga konsentrasi 80 mg/ml diikuti konsentrasi 60 mg/ ml
didapatkan ekstrak kental. Ekstrak yang didapat dan 40 mg/ml. Sedangkan zona hambat terendah
dilakukan uji bebas etanol dengan penambahan terdapat pada ekstrak bawang dayak konsentrasi
kalium dikromat (K2Cr2O7) dan diamati. Jika 20 mg/ml. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
ekstrak tidak mengalami perubahan warna maka konsentrasi maka semakin tinggi pula zona hambat
ekstrak dinyatakan tidak mengandung alkohol. yang terbentuk.
Pada persiapan bakteri uji, koloni Pada penelitian ini dilakukan analisis data
Lactobacillus acidophilus dari isolat murni pada dengan menggunakan uji normalitas Saphiro wilk
Nutrient Agar (NA) dan diinkubasi pada suhu 37oC dapat dilihat pada tabel 2.
selama 1x24 jam, kemudian bakteri diinokulasokan
kedalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasi pada suhu
37oC selama 2x24 jam kemudian dilakukan
standarisasi Mc Farland I atau bakteri setara jumlah
3x108 CFU dengan memberi aquades steril pada
suspensi tersebut. Bakteri Lactobacillus
acidophilus dioleskan pada media agar Muller
Hinton (MH) menggunakan lidi kapas steril setelah
itu dilakukan perendaman paper disk pada ekstrak
bawang dayak 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml,
80 mg/ml, klorheksidin diglukonat 2%, dan
aquades selama 3 jam. Media pengujian diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam. Selanjutnya
29 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 26 - 31
Tabel 2. Tabel Hasil Uji Normalitas Zona Hambat Tabel 4. Tabel Hasil Uji Post Hoc LSD Zona
Ekstrak Bawang Dayak dan Hambat Ekstrak Bawang Dayak dan Klorheksidin
Klorheksidin diglukonat 2% Terhadap diglukonat 2% Terhadap Pertumbuhan
Pertumbuhan Lactobacillus acidophilus Lactobacillus acidophilus
Perlak A CH EBD EBD EBD EBD
Grup uan Q X 20 40 60 80
Shapiro wilk 2% mg/ mg/ mg/ mg/
Df Sig. ml ml ml ml
AQ - *0,0 *0,0 *0,0 *0,0 *0,0
EBD20 5 0,969 00. 00. 00. 00. 00.
EBD40 5 0,739 CHX - *0,0 *0,0 *0,0 *0,0
EBD60 5 0,921 2% 00. 00. 09. 00.
EBD80 5 0,845 EBD - *0,0 *0,0 *0,0
CHX 5 0,854 20 00. 00. 00.
Keterangan : mg/ml
EBD : Ekstrak Bawang Dayak EBD - *0,0 *0,0
CHX : Klorheksidin diglukonat 2% 40 00. 00.
AQ : Aquades mg/ml
EBD - *0,0
60 00.
Dari hasil uji normalitas ekstrak umbi mg/ml
bawang dayak pada konsentrasi 20 mg/ml, EBD -
40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml dan klorheksidin 80
diglukonat 2% menunjukkan nilai p > 0,05 yang mg/ml
berarti data tersebut terdistribusi normal dan Keterangan:
dilanjutkan uji homogenitas menggunakan Levene EBD : Ekstrak Bawang Dayak
test dan hasil uji homogenitas data perbandingan CHX : Klorheksidin diglukonat 2%
ekstrak umbi bawang dayak dan klorheksidin AQ : Aquades
diglukonat 2% terhadap Lactobacillus acidophilus *significant p<0,05
didapatkan p = 0,10 (p>0,05) sehingga sebaran
data homogen. Pada tabel 4. menunjukkan bahwa
Setelah didapatkan data yang normal dan kelompok ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi
homogen maka analisis selanjutnya menggunakan 20 mg/ml terdapat perbedaan signifikan dengan
uji parametrik dengan uji One Way ANOVA dan ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi 40 mg/ ml,
didapatkan hasil nilai p = 0,000 (p<0,05) yang 60 mg/ml, 80 mg/ml dan klorheksidin diglukonat
berarti terdapat perbedaan bermakna. Analisis data 2%. Kelompok ekstrak umbi bawang dayak
dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD untuk konsentrasi 40 mg/ml terdapat perbedaan
mengetahui kelompok yang memiliki perbedaan signifikan dengan ekstrak umbi bawang dayak
bermakna dan hasil uji menunjukkan masing- konsentrasi 60 mg/ml, 80 mg/ml dan klorheksidin
masing perlakuan uji ekstrak bawang dayak diglukonat 2%. Kelompok ekstrak umbi bawang
dibandingkan klorheksidin diglukonat 2% dan dayak konsentrasi 60 mg/ml terdapat perbedaan
kontrol negatif aquades memiliki perbedaan signifikan dengan ekstrak umbi bawang dayak
bermakna (p<0,05) dapat dilihat pada tabel 4. konsentrasi 80 mg/ml dan klorheksidin diglukonat
2%. Kelompok ekstrak umbi bawang dayak
konsentrasi klorheksidin diglukonat 2%. Hasil ini
menunjukkan bahwa ekstrak umbi bawang dayak
dengan konsentrasi 80 mg/ml paling efektif dalam
menghambat bakteri Lactobacillus acidophilus
dengan rerata zona hambat sebesar 20,30 mm,
dibandingkan dengan klorheksidin diglukonat 2%
dengan rerata zona hambat sebesar 15,33 mm.
Bilqis: Daya Hambat Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L.) Merr.) 30
Chemical Plaque Control. National Journal of 14. Faridah Anni, Syukri Daimon, Holinesti
Physiology, Pharmacy & Pharmacology. Rahmi. Aktifitas Antibakteri Ekstrak Etanol
2011; 1(2) : 45 – 50. 60% dan Ekstrak Air Kulit Buah Naga Merah
8. Sofiani E, Mareta D. A. Perbedaan Daya Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Antibakteri antara Klorheksidin Diglukonat Eschericia coli. Jurnal Rekapangan. 2015;
2% dan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium 9(1) : 15-18.
Guajava Linn) Bebagai Konsentrasi (Tinjauan 15. Rani VS dan Nair BR. GC-MS Analysis Of
terhadap Enterococus Faecalis. International Ethyl Acetate Extract Of Eleutherine Bulbosa
Dental Journal. 2014; 3(1) : 30-41. (Urban) Miller (Iridacea). International
9. Mohammadi Z, Abbott P. V. The Properties Journal Of Pharmaceutical Sciences and
and Application of Chlorhexidine in Research. 2013; 7(4) : 1729-1731.
Endodontics. International Endodontics 16. Ngazizah F.N, Ekowati N, Septiana A.T.
Journal. 2009; 42(4) : 288-302. Potensi Daun Trembilungan (Begonia hirtella
10. Prapti U, Puspaningtyas D. E. The miracle of Link) sebagai Antibakteri dan Antifungi.
Herbs (Daun, Umbi, Buah dan Batang Jurnal Biosfera. 2016; 33(3) : 126-133.
Tanaman Ajaib Penakluk Aneka Penyakit). 17. Arlofa Nina. Uji Kandungan Senyawa
Jakarta: PT Agromedia Pustaka; 2013. Hal. Fitokimia Kulit Durian sebagai Bahan Aktif
27-31. Pembuatan Sabun. Jurnal Chemtech. 2015;
11. Puspadewi R, Adirestuti P, Menawati R. 1(1) : 18 – 22.
Khasiat Umbi Bawang Dayak (Eleutherine 18. H Anggita Rahmi, Cahyanto T, Sujarwo T,
palmifolia (L.) Merr.) Sebagai Herbal Lestari R. I. Uji Aktivitas Aantibakteri
Antimikroba Kulit.Kartika Jurnal Ilmiah Ekstrak Daun Beluntas ( Pluchea indica (L.)
Farmasi. 2013; 1(1) : 31-37. LESS. ) terhadap Propionibacterium acnes
12. Ngajow M, Abidjulu J , Kamu V. S. Penyebab Jerawat. Jurnal Kajian Islam, Sains
Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang dan Teknologi. 2015; 9(1) : 141-161.
Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri 19. Mufti N, Bahar E, Arisanti D. Uji Daya
Staphylococcus aureus secara In vitro.Jurnal Hambat Ekstrak Daun Sawo terhadap Bakteri
MIPA UNSRAT. 2013; 2(2) : 128-132. Escherichia coli secara In Vitro. Jurnal
13. Charyadie F. L, Adi S, Sari R. P. Daya Kesehatan Andalas. 2017; 6(2) : 289 – 294.
Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea
americana, Mill.) Terhadap Pertumbuhan
Enterococcus faecalis. Denta Jurnal
Kedokteran Gigi. 2014; 8(1) : 1-10.
32
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Smoking habits were known to have adverse health effects, but prevalence has continue to
increase each year. Nationally, the average age to start smoking was 17.6 years by education status including
at high school level. The content of the cigarette can interfere with the function of saliva as self cleansing so it
will affect health status and oral hygiene. Smokers behaviors in maintaining oral health tend to be
bad. Purpose: Analyze the relationship between knowledge, attitude and action of dental and oral health with
oral hygiene status in smokers. Method: Observational analytic study with cross sectional approach. Sampling
using cluster sampling, with the number of respondents as many as 120 smokers. Results:Most smokers had
moderate oral hygiene status of 71 persons (59.2%), 51 persons had moderate knowledge, 57 persons (47.5%)
had an attitude with good category, and as many as 59 persons (49,2%) had medium and oral hygiene
measures. Spearman Rho test results showed a significant relationship between knowledge, attitude and action
of dental and oral health with oral hygiene status of smokers.Conclusion: There is a significant relationship
between knowledge, attitude and action of dental and mouth health with hygiene status of oral cavity of smoker.
Keywords:action, attitude, knowledge, OHI-S, oral hygiene,
ABSTRAK
Latar belakang: Kebiasaan merokok diketahui berdampak buruk pada kesehatan, akan tetapi prevalensi
terus meningkat tiap tahunnya. Secara nasional, rata-rata umur mulai merokok adalah 17,6 tahun menurut
status pendidikan termasuk pada tingkat SMA. Kandungan yang ada pada rokok dapat mengganggu fungsi
saliva sebagai self cleansing sehingga akan berpengaruh terhadap status kesehatan dan kebersihan rongga
mulut. Perilaku merokok serta perilaku kesehatan gigi dan mulut perokok yang cenderung buruk dapat
mempengaruhi status kebersihan rongga mulut. Tujuan: Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap
dan tindakan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan rongga mulut pada perokok Metode:
Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan
cluster sampling, dengan jumlah responden sebanyak 120 orang perokok.Hasil penelitian: Jumlah tertinggi
adalah perokok yang memiliki status kebersihan rongga mulut dengan kategori sedang sebanyak 71 orang
(59,2%), sebanyak 51 orang memiliki pengetahuan dengan kategori sedang, sebanyak 57 orang (47,5%)
memiliki sikap dengan kategori baik, dan sebanyak 59 orang (49,2%) memiliki tindakan kesehatan gigi dan
mulut dengan kategori sedang. Hasil uji Spearman Rho menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara
pengetahuan, sikap dan tindakan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan rongga mulut perokok.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan, sikap dan tindakan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan rongga
mulut perokok.
33 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 32 - 39
Kata-kata kunci: kebersihan rongga mulut, OHI-S , pengetahuan , perokok, sikap, tindakan
Korespondensi: Jeanyvia Anggreyni Sodri, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Lambung Mangkurat, Jalan veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email:
jeanyvianggreyni@gmail.com.
Hasil penelitian mengenai pengetahuan sedang adalah sebanyak 53 orang (44,2%) dan
responden terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat kategori buruk adalah sebanyak 10 orang (8,3%).
dilihat pada gambar 4.
Hasil penelitian mengena tindakan responden
terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat
pada gambar 6.
OHI-S
Pengetahuan Total
Baik Sedang Buruk
Baik Jlh 19 25 4
48
39,6%
% 52,1% 8,3%
Sedang Jlh 5 39 7
51
9,8%
% 76,5% 13,7%
Jlh 5 7 9
Buruk 21
23,8%
% 33,3% 42,9%
Gambar 5. Gambar Diagram Batang Distribusi Total Jlh 29 71 20 120
Frekuensi Sikap Terhadap Kesehatan 24,2%
% 59,2% 15,7% 100
Gigi dan Mulut Spearman Rho = 0,311 Sig. 0,001
pembersihan gigi.14 Penelitian Rahayu dkk (2014) tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap OHI-S.
di Finlandia dan Amerika yang sejalan dengan Pada penelitian tersebut terlihat hubungan yang
penelitian ini, menunjukkan bahwa pengetahuan, berbanding terbalik dengan sikap, semakin besar
sikap dan tindakan berpengaruh terhadap frekuensi nilai sikap maka semakin kecil nilai OHI-S.17
menyikat gigi, kebersihan gigi dan mulut dan Kebersihan gigi dan mulut merupakan tanggung
periodontitis.13 jawab individu terhadap dirinya sendiri. 17
Tanggung jawab merupakan intensitas tertinggi
Hubungan Sikap terhadap Kesehatan Gigi dan dalam tingkatan sikap setelah menerima
Mulut dengan Status Kebersihan Rongga Mulut (receiving), menanggapi (responding), menghargai
Perokok (valuing).15 Adanya tanggung jawab tersebut
Hasil penelitian mengenai hubungan antara menimbulkan perilaku yang baik terhadap
sikap dan status kebersihan rongga mulut perokok kesehatan gigi dan mulutnya yaitu menjaga
diperoleh hasil analisis statistik menggunakan uji kebersihan gigi dan mulut sehingga OHI-S tidak
Spearman Rho didapatkan nilai signifikan yang akan menjadi buruk.18
lebih rendah dari standar. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap Hubungan Tindakan Kesehatan Gigi dan Mulut
kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan dengan Status Kebersihan Rongga Mulut
rongga mulut pada siswa perokok SMA/Sederajat Perokok
di Banjarbaru. Sikap responden terhadap kesehatan Hasil penelitian mengenai hubungan antara
gigi dan mulut paling banyak adalah kategori baik tindakan dan status kebersihan gigi dan mulut
dengan status kebersihan rongga mulut dengan diperoleh hasil analisis statistik dengan
kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap menggunakan uji Spearman Rho didapatkan hasil
yang sedang pada perokok belum tentu disertai nilai signifikan yang dihasilkan lebih rendah dari
dengan perilaku yang baik dalam memelihara standar. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
kebersihan gigi dan mulut. yang bermakna antara tindakan dan status
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang kebersihan gigi dan mulut pada siswa perokok
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau SMA/Sederajat di Banjarbaru. Tindakan
objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi responden yang mayoritas berkategori sedang
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari seiring dengan status kebersihan rongga mulut
perilaku yang tertutup, sikap secara nyata yang sedang pula. Praktik pemeliharaan kesehatan
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi gigi dan mulut yang terdiri dari menggosok gigi,
yang bersifat emosional terhadap stimulus.15 Sikap pemeriksaan serta pembersihan karang gigi
merupakan suatu evaluasi yang positif dan negatif, (calculus) rutin setiap 6 bulan sekali,
serta melibatkan emosional seseorang dalam memperhatikan endapan lengket pada permukaan
menanggapi objek sosial, artinya bila hasilnya gigi dan lain sebagainya sangat dipengaruhi oleh
positif maka seseorang akan cenderung mendekati faktor pengetahuan juga sikap responden untuk
objek, dan sebaliknya bila sikapnya negatif mengurangi pembentukan plak. Usaha untuk
cenderung menjauhi objek. Sikap merupakan mengontrol dan mencegah pembentukan plak dapat
kecenderungan yang belum disertai tindakan nyata dilakukan secara sederhana, efektif dan praktis
terhadap pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.13 yaitu dengan menggosok gigi secara benar dan
Sikap tentang pengaruh kesehatan gigi dan rutin.19 Tindakan mengenai kunjungan rutin ke
mulut dengan status kesehatan secara keseluruhan, dokter gigi perlu dilakukan untuk menciptakan
menggosok gigi yang baik dan benar, serta kontak dan ikatan kepercayaan dengan dokter gigi,
kunjungan rutin ke dokter gigi berhubungan sehingga diharapkan terbentuk kesadaran, sikap
dengan status kebersihan rongga mulut perokok. dan perilaku yang positif.19
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa
oleh Tjahja dan Lely (2012) yang menyatakan tindakan atau praktik adalah realisasi dari
bahwa kebersihan gigi dan mulut ada hubungannya pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan
dengan pengetahuan dan sikap responden di nyata.15 Pengetahuan responden yang baik dan
beberapa Puskesmas Propinsi Jawa Barat.16 Seiring dilandasi sikap yang mendukung terhadap praktik
dengan penelitian tersebut, penelitian yang yang baik maka akan mempunyai kecendrungan
dilakukan oleh Purwoko (2013) di Surakarta dapat lebih baik dalam melakukan tindakan
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap
Sodri: Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Kesehatan Gigi Dan Mulut 38
pencegahan penyakit gigi dan mulut.18 Penelitian without Dentifrice: A Randimize Controlled
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Clinival Trial. 2012;23(3): 235-240.
Yusuf (2012) yang menyatakan bahwa terdapat 8. 8. Alamsyah. Faktor - faktor yang
hubungan antara perilaku kesehatan gigi mempengaruhi kebiasan merokok dan
masyarakat dengan tingkat kebersihan gigi dan hubunganya dengan status penyakit
mulut di Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. 20 periodontal remaja di Kota Medan Tahun
Hal ini disebabkan oleh tingkat kesadaran penuh 2007. Tesis. Medan : Universitas Sumatra
responden menyangkut kesehatan gigi dan mulut Utara; 2009. Hlm.69.
yang berdampak terhadap status kebersihan gigi 9. Modupe OA, Olufunmilayo, Fawole,
dan mulutnya. Tindakan responden menentukan Elizabeth D, and Opeodu. A Comparative
kebiasaan responden dalam menjaga kebersihan Study of the Oral Hygiene Status of Smoker
gigi dan mulut sehari-hari. Semakin positif and non-Smoker in Ibadan, Oyo State.
tindakan responden dalam menjaga kebersihan Nigerian Medical Journal. 2013;56(4):240-
mulutnya maka status kebersihan mulutnya juga 243.
membaik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat 10. Aritonang TR.Hubungan Kebiasaan
hubungan yang signifikan antara pengetahuan, Menyikat Gigi pada Laki-laki Perokok Usia
sikap dan tindakan kesehatan gigi dan mulut 25-45 Tahun terhadap Kejadian Gingivitis di
dengan status kebersihan rongga mulut perokok. RW 013 Aren Jaya Bekasi Timur Tahun
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai 2011. Karya Tulis Ilmiah. Bekasi : Stikes
pengetahuan, sikap dan tindakan, maka status Medistra Indonesia; 2011. Hlm. 9.
kebersihan rongga mulutnya akan semakin baik. 11. Cohen AR, Bloom B, Adam F, Smimile C.
Smoking and Oral Health in Dentate Adult
DAFTAR PUSTAKA aged 18-64. NCHS Data Brief; 2012.p.1-8.
12. Basuni, Cholil, Putri DK. Gambaran indeks
1. Eriksen, M., Mackay, J., & Ross, H. The
kebersihan mulut berdasarkan tingkat
Tobacco Atlas. 4th ed. Atlanta: the American
pendidikan masyarakat di desa Guntung
Cancer Society; 2012. p. 21.
Ujung Kabupaten Banjar. Dentino Jurnal
2. Diba CM, Bany ZU, dan Sunati. Hubungan
Kedokteran Gigi. 2014;11(1): 18-23.
Tingkat Pengetahuan Dampak Merokok
13. Rahayu C, Widiati S, Widyanti N.
Terhadap Kesehatan Ronga Mulut Dengan
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan
Status Kebersihan Ronga Mulut (Remaja
Perilaku terhadap Pemeliharaan Kebersihan
Desa Cot Mesjid Kecamatan Lueng Banda
Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan
Aceh). Jurnal Caninus Dentistry.
Periodontal Pra Lansia di Posbindu
2016;1(2):12-19.
Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
3. Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi
Maj Ked Gigi. 2014;21(1): 27-32.
Kalimantan Selatan. Badan Penelitian dan
14. Ramadhan, AG.Serba Serbi Kesehatan Gigi
Pengembangan Kesehatan Departemen
dan Mulut. Jakarta Selatan : Bukune.
Kesehatan RI;2013. Hlm.153.
2012.Hlm.27.
4. Rizkia A. Pengaruh MerokokTerhadap
15. Notoadmodjo S. Promosi Kesehatan dan
Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut. Majalah
ilmu perilaku. Jakarta: Rinneka Cipta;
Sultan Agung; 2017. Hlm.10.
2007.Hlm.133-148.
5. Singh M, Navin AI., Navpreet K, Pramod Y,
16. N Tjahja I, Ghani L. Status kesehatan gigi
Ekta I. Effect of Long-term Smoking on
dan mulut ditinjau dari faktor individu
Salivary Flow Rate and Salivary pH. Journal
pengunjung Puskesmas DKI Jakarta Tahun
of Indian Associatio of Public Health
2007. Bul. Peneliti Kesehatan. 2010;38(2):
Dentistry. 2015;13(1):11-13.
52-66
6. Warnakulasuriya S., Dietrich T., Bornstein.
17. Purwoko. Hubungan pengetahuan dan sikap
Oral Health Risk of Tobbaco Use and Effect
dengan status kesehatan gigi pada anak usia
of Cessation. International Dental
sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas
Journal.2010;60(3): 7-30.
Sawit I. Tesis. Surakarta: Program
7. Zanatta F, Antoniazzi, Tinto TMP, Rosing
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
C. Supragingival Plaque Removal with and
Surakarta; 2013. Hlm.56-59
39 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 32 - 39
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background : The hardness of denture base can be affected by the way a patient cleans the denture, one of
them is the selection of denture cleansers. The alternative using natural ingredients currently developed in
order to minimize side effects arising from synthetic materials. Small ginger is one of the medicinal plants also
known have antifungal activity that can be used as denture cleanser. Purpose: The research purpose is to know
the change of hardness acrylic resin after being immersed in 70% small ginger for 1 day 21 hours and 40
minutes. Method: This research is pure experimental research by pre-test and post-test with control group
design using 21 specimens cylindrical heat cured acrylic resin with 30 mm diameters and 5 mm thickness which
divided into three groups: 70% small ginger extract (experimental), alkaline peroxide (positive control) and
akuades (negative control). Result: The hardness was measured before and after immersion using Vicker
Hardness Tester. The average value of heat cured acrylic hardness change after immersion in the small ginger
extract 70%, alkaline peroxide and aquades were (0,24), (0,24) and (0,15), respectively. Data were statistically
analyzed by parametric test One Way ANOVA and Pos HOC LSD Test. Conclusion: There was no difference of
hardness change between small ginger extract 70% with alkaline peroxide solution as denture cleanser, but
there was difference of hardness change between small ginger extract 70% with aquades for 1 day 21 hours 40
minutes.
ABSTRAK
Latar Belakang: Kekerasan basis gigi tiruan dapat dipengaruhi cara pasien membersihkan gigi tiruan salah
satunya pemilihan pembersih gigi tiruan. Alternatif saat ini dikembangkan bahan alami untuk meminimalisir
efek samping yang ditimbulkan dari bahan sintetik. Jahe putih kecil adalah tanaman obat yang memiliki
aktivitas antifungal yang dapat digunakan sebagai pembersih gigi tiruan. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perubahan kekerasan resin akrilik setelah direndam dalam jahe putih kecil 70% selama 1 hari 21
jam 40 menit. Metode dan bahan: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan pretest and
posttest with control group design, menggunakan 21 spesimen resin akrilik heat cured berbentuk silinder
diameter 30 mm dan tebal 5 mm yang dibagi ke dalam 3 kelompok: ekstrak jahe putih kecil 70% (perlakuan),
alkaline peroxide (kontrol positif) dan akuades (kontrol negatif). Hasil penelitian: Uji kekerasan dilakukan
menggunakan Vicker Hardness Tester. Rerata nilai perubahan kekerasan resin akrilik tipe heat cured setelah
direndam dalam kelompok ekstrak jahe putih kecil 70%, alkaline peroxide dan akuades berturut-turut sebesar
(0,24) (0,24) dan (0,15). Data dianalisis secara statistik menggunakan uji parametrik One Way ANOVA dan uji
Post Hoc LSD. Kesimpulan: Hasil penelitian tidak terdapat perbedaan kekerasan antara ekstrak jahe putih kecil
70% dengan larutan alkaline peroxide sebagai denture cleanser setelah dilakukan perendaman selama 1 hari 21
jam 40 menit.
41 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 40 - 44
Korespondensi: Aserina Julianti Dwimartha, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Lambung Mangkurat, Jalan veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: aserinajd@yahoo.co.id.
sampel per kelompok. Basis resin akrilik tipe heat Tabel 1. Tabel nilai rata-rata (mean) dan standar
cured diinkubasi dalam suhu 37° di dalam larutan deviasi kekerasan resin akrilik tipe heat
salin untuk mengkondisikan keadaan di dalam cured
rongga mulut, dengan waktu 24 jam. Kemudian
basis resin akrilik tipe heat cured dikeluarkan dari Kelompok Mean ± SD
inkubator dan dilanjutkan proses indentasi
Ekstrak Jahe Putih
sebanyak 3 kali menggunakan alat Vicker Hardness 0,24 ± 0,06
Kecil 70%
Testing Machine dengan beban 25 gF selama 30
detik tiap sampel dan diambil rata-ratanya. Alkaline Peroxide 0,24 ± 0,05
Selanjutnya basis resin akrilik tipe heat cured
direndam dalam ekstrak jahe putih kecil 70% Akuades 0,15 ± 0,03
(kelompok perlakuan), alkaline peroxide
(kelompok kotrol positif), dan akuades (kelompok
kontrol negatif) selama 1 hari 21 jam 40 menit dan
dibilas menggunakan akuades. Kemudian basis Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-Wilk
resin akrilik tipe heat cured diuji kembali semua kelompok mendapatkan p>0,05 yang berarti
kekerasannya sebanyak 3 kali pada tiap sampel dan data terdistribusi normal. Analisis data dilanjutkan
diambil rata-ratanya. dengan uji homogenitas dengan Levene’s test untuk
mengetahui varian atau homogenitas kelompok.
HASIL PENELITIAN Hasil uji homogenitas menunjukkan nilai p=0,317
Nilai rata-rata penurunan kekerasan resin (p>0,05) yang berarti data bersifat homogen.
akrilik sesudah perendaman pada masing-masing Semua data terdistribusi normal dan homogen,
kelompok dapat dilihat pada gambar 1. sehingga dilanjutkan uji parametrik One Way
Anova.
Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan
nilai p=0,003 (p<0,05) yang artinya terdapat
perbedaan nilai kekerasan resin akrilik tipe heat
cure pada perendaman akuades, jahe putih kecil
70% dan alkalin peroxide. Uji lanjutan dilakukan
dengan menggunakan uji Post Hoc LSD yang
menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok
perlakuan. Hasil uji Post Hoc LSD secara lengkap
dapat dilihat pada tabel 2.
menggunakan ekstrak jahe putih kecil memaksa ikatan polimer berjauhan sehingga
dibandingkan dengan kelompok perendaman menyebabkan ekspansi matriks3,5,10.
menggunakan akuades terdapat perbedaan yang Ekstrak jahe putih kecil memiliki kandungan
bermakna (p=0.003). Kelompok perendaman minyak atsiri, zingiberen, geraniol, farnesen, dan
menggunakan alkaline peroxide dibandingkan oleoresin dari rimpang jahe memiliki kandungan
dengan kelompok perendaman menggunakan aktif gingerol, shogaol dan zingeron yang
akuades terdapat perbedaan yang bermakna merupakan komponen fenolik. Senyawa fenol yang
(p=0.002). berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan
kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik.
Tabel 3. Hasil Uji T-test dari nilai kekerasan resin Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran
akrilik tipe heat cured pada permukaan resin akrilik sehingga dapat
menyebabkan retak atau crazing dan menyebabkan
OHI-S penurunan kekerasan. Senyawa fenol dapat
Kel Sig.
Sebelum Sesudah Diff. berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai
Akuades 19,67 19,52 0,15 0,000* menyebabkan perusakan kimiawi resin akrilik.
Jahe Pada penelitian didapatkan penurunan kekerasan
putih akrilik sebesar 0,24 VHN setelah dilakukan
18,66 18,41 0,24 0,000*
kecil perendaman pada ekstrak jahe putih kecil 70%. Hal
70% ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Alkaline Puspitasari, 2014 yang melakukan perendaman
18, 60 18,36 0,24 0,000*
peroxide akrilik menggunakan ekstrak seledri (Apium
Ket: *terdapat perbedaan yang bermakna Graveolens L.) bahwa kandungan fenol dapat
menyebabkan penurunan kekerasan akrilik9.
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
Menurut Shen, fenol dapat meningkatkan berat
perendaman dalam akuades, ekstrak jahe putih
resin akrilik karena adanya penyerapan air dan
kecil 70% dan Alkaline peroxide mengalami
mempengaruhi struktur permukaan resin akrilik
penurunan kekerasan yang bermakna sesudah
secara kimiawi. Senyawa fenol dapat diserap oleh
dilakukan perendaman.
permukaan resin akrilik dan menyebabkan
PEMBAHASAN permukaan resin akrilik menjadi mengembang dan
Hasil pengujian masing-masing kelompok lunak. Fenol dapat berpenetrasi ke dalam lempeng
perendaman resin akrilik tipe heat cured pada resin akrilik dan terjadi pemutusan rantai panjang
kelompok ekstrak jahe putih kecil 70%, alkaline polimer resin akrilik. Ikatan antar molekul menurun
peroxide dan akuades mengalami penurunan sehingga menurunkan kekerasan resin akrilik
kekerasan setelah dilakukan perendaman. Pada terjadi adalah kelarutan beberapa bahan pengisi.
tabel 2 hasil uji Post Hoc LSD menunjukkan dan menurut Othmer, fenol dapat melarutkan
adanya perbedaan bermakna antara alkaline polimer pada suhu kamar 7,10,11.
peroxide dan ekstrak jahe putih kecil 70% dengan Kekerasan standar resin akrilik adalah sebesar
akuades dan tidak adanya perbedaan antara 20 VHN. Resin akrilik memiliki satu sifat yaitu
perendaman ekstrak jahe putih kecil 70% dan yang mudah menyerap cairan yang didukung oleh
alkaline peroxide. Hal tersebut dihubungkan pernyataan Annusavice bahwa resin akrilik akan
dengan adanya kandungan bahan aktif yang mengalami kejenuhan bila direndam dalam air.
dimiliki alkaline peroxide dan ekstrak jahe putih Penyerapan air oleh resin akrilik polimerisasi panas
kecil 70% dan larutan akuades memiliki kandungan dapat mempengaruhi sifat kekerasan resin akrilik.
murni H2O yang tidak memiliki larutan zat aktif Pada gambar 1 pada perendaman akuades
untuk mempercepat pemutusan rantai polimer5,9. didapatkan penurunan kekerasan resin akrilik
Penurunan kekerasan resin akrilik yang sebesar 0,15 VHN dan memiliki perbedaan
direndam dalam alkaline peroxide selama 1 hari 21 bermakna saat dilakukan uji T-Test. Hal tersebut
jam 40 menit mengalami penurunan kekerasan sejalan dengan hasil penelitian yang telah
sebesar 0,24 VHN dikaitkan dengan penyerapan dilakukan Rini Defika, 2011 yang merendam
desinfektan kimia ke dalam rantai struktur polimer akrilik menggunakan akuades sebagai perendaman
oleh resin akrilik yang memiliki sifat porositas dan kontrol negatif, bahwa setelah dilakukan
menyerap air. Molekul pelarut yang masuk akan perendaman mengalami penurunan kekerasan.
Dwimartha: Efek Ekstrak Jahe Putih Kecil 70% Terhadap Nilai Kekerasan Basis Resin Akrilik 44
Bahan berbahan dasar polimer dapat menyerap air Edisi 10. Jakarta EGC Penerbit Buku
ke dalam matriks melalui suatu proses difusi Kedokteran; 2003. Hlm. 31-216.
terkontrol. Akibatnya, kekuatan dari ikatan 6. Consani R.L.X, Maria G.R. Pucciarelli,
menurun sehingga polimer menjadi lebih lunak, Marcelon F.M, Moises C.F, Nogueira,
pelunakan matriks segera terjadi setelah adanya Valantim A.R.B. Polymerization Cycles On
penyerapan air sehingga kekerasan menurun. Hardness and Surface Gloss of Denture
Menurut Nihei, resin akrilik yang direndam dalam Bases. International Journal of
air dapat menyerap molekul air. Resin mampu Contemporary Dental and Medical Reviews.
menyerap air sebab matriks resin bersifat hidrofilik, 2014. p. 1-6.
gugus fungsional dari matriks resin yaitu gugus 7. Putri R.D, Viona D, Iin S, Pengaruh Kopi
hidroksi, eter dan ester memiliki afinitas tinggi Aceh Ulee Kareng Terhadap Kekerasan
terhadap H2O5,7,10,12,13. Basis Gigitiruan Resin Akrilik. Dentofasial.
Berdasarkan teori degradasi matriks, resin yang 2011; 10(3):135-139.
direndam dalam air akan menyerap molekul air, 8. Santoso H.D, Budiarti L.Y, Carabelly A.N.
dan air akan berpenetrasi ke dalam ruang Perbandingan aktivitas antijamur ekstrak
intermolekuler rantai polimer dan menempati posisi jahe putih kecil (Zingiber officinale var
di antara rantai polimer yang mengakibatkan rantai Amarum) 30% dengan Clorhexidine
polimer terdesak dan memisah sehingga interaksi glukonat 0,2% terhadap Candida albicans in
polar menurun. Hal ini menyebabkan jarak antar vitro. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2014;
rantai polimer meningkat, terjadi ekspansi matriks, 2(2):125-129.
kemudian matriks melunak sehingga terjadi 9. Puspitasari D, Saputera D, Anisyah R.N.
penurunan kekerasan. Pada uji kekerasan resin Perbandingan Kekerasan Resin Akrilik Tipe
akrilik heat cured sebelum perendaman dan Heat Cured Pada Perendaman Larutan
sesudah perendaman pada tabel 3 yang dilakukan Desinfektan Alkalin Peroksida Dengan
dengan uji T-test terdapat perubahan kekerasan. Ekstrak Seledri (Apium Graveolens L.) 75%.
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perubahan ODONTO Dental Journal. 2016; 3(1).
kekerasan resin akrilik setelah direndam dalam jahe 10. Pribadi S.B, Moh. Y, Titien H.A. Perubahan
putih kecil 70% selama 1 hari 21 jam 40 menit. Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Dalam Perendaman Larutan Cuka
DAFTAR PUSTAKA Apel. Dentofasial. 2010; 9(1):13-20.
11. Fathona D. Kandungan Gingerol dan
1. Jain S.G, Dilip M, Amol K, Pooja P.
Shogaol,Intensitas Kepedasan dan
Denture Cleansers: A Review. IOSR Journal
Penerimaan Panelis Terhadap Oleorisin Jahe
of Dental and Medical Sciences (IOSR-
Gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), Jahe
JDMS). 2015; 14(2):94-96.
Emprit (Zingiber officinale var. Amarum),
2. Satriyani H, Lakshmi A.L, Antonia T. Efek
dan Jahe Merah (Zingiber officinale var.
Antijamur Minyak Atsiri Jahe Putih Kecil
Rubrum). Skripsi. Bogor : Institut Pertanian
(Zingiber Officinale Var Amarum Terhadap
Bogor; 2011. Hlm. 3-9.
Candida Albicans). Indonesian Journal of
12. John F.M, Angus W.G.W. Applied Dental
Dentistry. 2007; 14(3):210-215.
Materials. 9th edition. Blackwell Publishing
3. Atmaja W.D. Kulit Buah Kakao (Theobroma
Ltd; 2008. p. 12-14.
kakao L) Sebagai Bahan Pembersih Gigi
13. Manappallil J.J. Basis Dental Material. 4th
Tiruan dan Mencegah Candida Albicans
edition. Jaypee Brothers Medical Publishers;
pada Basis Plat Akrilik. Junal Kedokteran
2016. p. 540-552.
Gigi UNEJ. 2015;12(2):46-50.
4. Chittaranjan B, Taruna, Sudhir, Bharath.
Material and Methods for Cleaning
Dentures. 2011; 3(1) : 423-426.
5. Annusavice KJP. Buku Ajar Bahan
Kedokteran Gigi. Susi purwoko (editor).
45
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
(Tinjauan Pada Siswa Kelas 1 SMPN 2 Awayan di Tebing Tinggi dan Siswa Kelas 1 SMPN 15
Banjarmasin)
ABSTRACT
Background: Caries is a disease in the oral cavity that affects the hard tissues of teeth, enamel, dentine
and cementum that occur due to the presence of bacteria. The caries risk factor is one of the less fluorine use.
Fluor is very necessary for the teeth because it can protect the enamel and dentin against the acidic substances
so as to avoid the caries. Fluor is available in considerable quantities in the world. Any place that has a
fluorine content varies. Purpose: Analyze the comparison of caries index DMF-T based on the amount of
airborne fluorine content in Tebing Tinggi and kuin river air in Banjarmasin. Method: The method used
analytic observational with cross-sectional design. The sample of the study chapter 52 respondents in each
region. Result: Mann-Whitney analysis result on DMF-T score shows sig value. ie 0.000 <0.05, which means
the difference between DMF-T grade SMP grade 1 Tebing Tinggi in Balangan Regency with DMF-T score of
grade 1 junior high school students in Banjarmasin. Mann-Whitney analysis results on the amount of fluorine
content showed sig value. ie 0.115> 0.05 which means there is no difference between the amount of fluorine
content of mountain water with the amount of fluorine content of river water. Conclusion: The DMF-T index of
grade 1 students of SMPN 2 Awayan Tebing Tinggi was lower than that of grade 1 students of SMPN 15
Banjarmasin and for the amount of water fluorine content of the mountain is lower than the river water.
Keywords: DMF-T index scores, mountain water, river water, the amount of fluoride content.
ABSTRAK
Latar belakang: Karies merupakan suatu penyakit di dalam rongga mulut yang mengenai jaringan
keras gigi seperti, enamel, dentin dan sementum yang terjadi akibat adanya interaksi bakteri pada permukaan
gigi sehingga mengalami kerusakan jaringan keras. Faktor risiko karies salah satunya adalah penggunaan
fluor yang kurang. Fluor sangat diperlukan untuk gigi karena dapat melindungi enamel dan dentin terhadap
zat asam sehingga terhindar dari karies. Fluor tersedia dengan jumlah cukup besar di dunia. Setiap tempat
secara geografis yang berbeda memiliki kandungan fluor berbeda-beda pula. Tujuan: Menganalisis
perbandingan indeks karies DMF-T berdasarkan jumlah kandungan fluor air gunung di Tebing Tinggi dan air
sungai kuin di Banjarmasin. Metode: Jenis penelitian menggunakan metode penelitian analitik observasional
yang menggunakan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 52 responden pada masing-masing
daerah. Hasil: Hasil analisis Mann-Whitney pada skor DMF-T menunjukkan nilai sig. yaitu 0,000 < 0,05 yang
Ihsanti: Perbandingan Indeks Karies Dmf-T Berdasarkan Jumlah Kandungan Fluor Air Gunung 46
berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor DMF-T siswa SMP kelas 1 Tebing Tinggi di
Kabupaten Balangan dengan skor DMF-T siswa kelas 1 SMP di Banjarmasin. Hasil analisis Mann-Whitney
pada jumlah kandungan fluor menunjukkan nilai sig. yaitu 0,115 > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara jumlah kandungan fluor air gunung dengan jumlah kandungan fluor air
sungai. Kesimpulan: Indeks DMF-T siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan Tebing Tinggi lebih rendah dibandingkan
dengan siswa kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin dan untuk jumlah kandungan fluor air gunung lebih rendah dari
pada air sungai.
Kata-kata kunci: air gunung, air sungai, indeks DMF-T, jumlah kandungan fluor.
Korespondensi: Fitria Ihsanti, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung
Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: Fitriaihsanti20@gmail.com
Banjarmasin. Sebagian masyarakat yang tinggal rahang atas lalu ke anterior kiri rahang atas dan ke
dekat dengan sungai Kuin ini biasanya masih posterior kanan rahang atas. Pada penelitian ini
banyak yang menggunakan air sungai sebagai karies klinis merupakan suatu tingkatan dari karies
keperluan sehari-hari. Di daerah Sungai Kuin ini gigi, apabila pada saat dilakukan pemeriksaan
terdapat SMPN 15 Banjarmasin yang memiliki dengan menggunakan sonde, sonde tersebut akan
lokasi dekat dengan sungai yaitu di jalan Kuin tersangkut pada lubang yang terbentuk. Hasil
Utara.10,11 pemeriksaan dicatat pada lembar pengisian DMF-T
Secara geografis penduduk yang letak tempat yang sudah tersedia.
tinggalnya berbeda-beda mempunyai tingkat risiko Pengambilan sampel air gunung dan air sungai
karies yang berbeda pula jika dihubungkan dengan untuk mengukur jumlah kandungan fluor diambil
jumlah kandungan fluor air gunung dan air sungai disekitar lingkungan siswa-siswi tersebut tinggal.
yang digunakan masyarakat sebagai keperluan Pengambilan sampel air ini menggunakan botol
sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut, maka plastik yang baru dan steril. Botol plastik tersebut
tujuan penulis ingin menganalisis perbedaan indeks dibilas sebanyak tiga kali dengan sampel air yang
karies DMF-T berdasarkan jumlah kandungan fluor akan diambil. Sampel air diambil sesuai dengan
air gunung Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan keadaan sumber air. Sampel air diambil sebanyak
dengan air Sungai Kuin di Banjarmasin. 50 ml. Botol plastik yang sudah berisi air ditutup
dengan kuat dan rapat. Pengukuran jumlah
BAHAN DAN METODE kandungan fluor air gunung dan air sungai
Penelitian ini diawali dengan pembuatan surat menggunakan metode analisis spektrofotometer dan
izin penelitian dan ethical clearance yang hasil pengukuran jumlah kandungan fluor ini
diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi dinyatakan dalam satuan per part million (ppm).
Universitas Lambung Mangkurat No.048/KEPKG-
FKGULM/EC/IX/2017. Jenis penelitian ini HASIL PENELITIAN
menggunakan metode penelitian analitik Berdasarkan hasil pemeriksaan indeks karies
observasional yang menggunakan desain potong DMF-T yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-
lintang (cross sectional). Sampel diambil dengan rata DMF-T pada siswa pengguna air gunung dan
menggunakan teknik simple random sampling. siswa pengguna air sungai yang ditujukan pada
Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 52 tabel 1.
responden pada masing-masing daerah.
Langkah-langkah penelitian ini dimulai Tabel 1. Rata-rata DMF-T pada Siswa Pengguna
dengan peneliti membagikan lembar data Air Gunung dan Siswa Pengguna
responden untuk mengetahui responden yang Air Sungai.
menggunakan air sumur dan air sungai, kemudian
membagikan informed consent kepada responden Kelompok N ∑ DMF-T Rata-
yang sudah masuk dalam kriteria dan sebagai D M F Rata
persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan indeks DMF-T
karies DMF-T. Memberikan penyuluhan tentang Air 52 35 7 0 0,81
kesehatan gigi dan mulut kepada siswa kelas 1 Gunung
SMPN 2 Awayan Tebing Tinggi di Kabupaten Air 52 109 11 0 2,31
Balangan dan siswa kelas 1 SMPN 15 Sungai
Banjarmasin. Setelah memberikan penyuluhan
dilakukan kegiatan sikat gigi bersama. Prosedur Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa
penelitian selanjutnya adalah pemeriksaan karies nilai rata-rata indeks DMF-T pada siswa kelas 1
DMF-T yang dilihat keadaan gigi geliginya dan SMPN 2 Awayan Tebing Tinggi yang
karies klinis. Pemeriksaan ineks karies DMF-T ini menggunakan air gunung lebih rendah
dilakukan dengan menginstruksikan kepada dibandingkan dengan siswa kelas 1 SMPN 15
responden untuk membuka mulut kemudian Banjarmasin.
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan kaca Data jumlah kandungan fluor yang telah
mulut dan sonde diawali dari sisi sebelah kiri gigi didapatkan dar hasil pemeriksaan di laboratarium
posterior rahang bawah lalu ke anterior dan BBTKLPP Banjarbaru bahwa diperoleh nilai rata-
posterior kanan rahang bawah, gigi posterior kanan rata jumlah kandungan fluor pada masing-masing
Ihsanti: Perbandingan Indeks Karies Dmf-T Berdasarkan Jumlah Kandungan Fluor Air Gunung 48
kelompok, nilai rata-rata jumlah kandungan fluor melalui pelarutan kristal apatit. Apabila proses
ini disesuaikan pada setiap siswa dan siswi, dan demineralisasi terus menerus terjadi maka akan
tertuang pada tabel 2. mengakibatkan terbentuknya kavitas (lubang) pada
gigi.12,13
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Kandungan Fluor Air Faktor yang mempengaruhi karies salah
Gunung di Tebing Tinggi dengan Air satunya adalah derajat keasaman (pH). Karies dapat
Sungai Kuin Banjarmasin. terjadi apabila keempat faktor seperti
mikroorganisme, diet (substrat), host, dan waktu
Kelompok Rata-rata Jumlah berkerja bersama dan saling mempengaruhi satu
Kandungan fluor sama lain. Bakteri plak akan memfermentasikan
karbohidrat dan menghasilkan asam, sehingga akan
Air Gunung 0,354 ppm
terjadi penurunan pH plak, apabila ini terjadi secara
Air Sungai 0,420 ppm terus menerus maka akan menyebabkan proses
demineralisasi permukaan gigi. Bakteri
lactobacillus sp dan streptococcus mutans yang
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui bahwa terdapat di dalam mulut merupakan bakteri yang
nilai rata-rata jumlah kandungan fluor air gunung menyukai lingkungan yang asam. Kedua bakteri
lebih rendah dibandingkan jumlah kandungan fluor tersebut merupakan bakteri penyebab utama
air sungai. terjadinya karies.14
Hasil uji Mann-Whitney pada skor DMF-T Pengukuran pH air sumur di gunung
menunjukkan nilai sig. yaitu 0,000 < 0,05, yang didapatkan adalah normal yaitu berkisar 7,58 –
berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna 7,73 sehingga memenuhi standar baku yaitu 6,5 -
antara skor DMF-T pada siswa kelas 1 SMPN 2 9,0. Hasil pengukuran pH air sumur ini dapat
Awayan Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan dikatakan layak digunakan sebagai air bersih
dengan skor DMF-T pada siswa kelas 1 SMPN 15 karena bersifat netral. Air yang digunakan untuk
Banjarmasin. Hasil uji Mann-Whitney pada jumlah minum sebaiknya memiliki pH netral (+7). Nilai
kandungan fluor menunjukkan nilai sig. yaitu 0,115 rata-rata kadar pH pada air sungai kuin yaitu 6,06.
> 0,05, yang berarti bahwa tidak terdapat Hasil kedua penelitian tersebut menunjukan bahwa
perbedaan yang bermakna antara jumlah keasaman pada air sungai lebih rendah dari pada air
kandungan fluor air gunung dengan air sungai. sumur di pegunungan. Berdasarkan data yang
diperoleh, terdapat nilai rata-rata indeks karies
PEMBAHASAN DMF-T pada siswa yang menggunakan air sungai
lebih tinggi dibandingkan pada siswa yang
Menurut Teori Blum, derajat kesehatan menggunakan air gunung. Sehingga kemungkinan
dipengaruhi empat macam faktor yaitu perilaku, tingginya tingkat keasaman pH mempengaruhi
lingkungan, pelayanan kesehatan, dan keturunan. terjadinya karies.13,20
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi Pelayanan kesehatan adalah salah satu faktor
terjadinya karies adalah faktor lingkungan. Faktor yang mempengaruhi karies. Berdasarkan hasil
lingkungan yang paling penting pengaruhnya studi peneliti untuk akses pelayanan kesehatan gigi
adalah air yang digunakan sebagai keperluan dan mulut di daerah Tebing Tinggi di Kabupaten
sehari-hari. Pada siswa yang menggunakan air Balangan belum mencukupi, sehingga masyarakat
sungai diperoleh nilai decay lebih banyak di daerah tersebut sulit untuk mendapatkan
dibandingkan pada siswa pengguna air gunung hal pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dapat
ini disebabkan oleh pH karena pH pada air sungai dilihat pada siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan Tebing
lebih asam dibandingkan dengan pH pada air Tinggi di Kabupaten Balangan untuk filling
gunung sehingga pH ini dapat menurunkan (penambalan) tidak ada sama sekali. Akses di
kekerasan permukaan enamel gigi, semakin rendah Kecamatan Kuin untuk pelayanan kesehatan gigi
pH atau semakin asam, maka semakin tinggi laju dan mulut sudah mencukupi, karena di daerah
reaksi pelepasan kalsium dari enamel gigi. tersebut sudah terdapat beberapa puskesmas seperti
Demineralisasi dan remineralisasi di dalam mulut puskesmas Kuin Utara dan Puskesmas Kuin raya,
terjadi secara terus menerus. Ketika lingkungan sehingga siswa kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin
menjadi asam, demineralisasi menjadi dominan yang tinggal di daerah Kuin dapat dengan mudah
sehingga menyebabkan mineral enamel hilang
49 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 45 - 50
mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dari sungai pasang surut ini akan mempunyai debit
akan tetapi pada siwa tersebut didapatkan dari hasil dan kualitas yang sering kali berubah sesuai dengan
pemeriksaan indeks DMF-T untuk nilai filling musim yang berlaku. Saat waktu musim kemarau
adalah 0, berarti tidak ada gigi yang ditambal air laut dapat masuk ke Sungai Kuin, hal ini karena
kemungkinan hal ini terjadi karena kurangnya salinitas air sungai dapat terpengaruh oleh pasang
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan surut air laut. Mineral fluor banyak terdapat di air
pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut laut, hal ini dapat terjadi akibat proses intrusi air
dengan membiarkan gigi yang berlubang hingga laut dan keadaan struktur tanah yang memiliki
rusak parah bahkan hanya bersisa akar tanpa densitas lebih rendah dan permeabilitas tinggi
memeriksanya ke dokter gigi ketika kondisi gigi dibandingkan daerah pegunungan atau dataran
yang rusak masih belum terlalu parah. 15 tinggi, sehingga mineral tertentu dapat terbawa
Terdapat perbedaan nilai rata-rata indeks oleh aliran air dalam jumlah lebih banyak.
karies DMF-T pada siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan Konsentrasi fluor tergantung pada keasaman dari
Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan dengan tanah dan bebatuan, karakteristik geologi, fisik dari
siswa kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin. Data yang akuifer, porositas, suhu, kegiatan unsur kimia lain,
diperoleh menunjukkan bahwa nilai indeks karies dan kedalaman sumur. Konsentrasi fluor dalam
DMF-T pada siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan di sumur di pegunungan sangat bervariasi.10,16,17 Pada
Tebing Tinggi lebih rendah jika dibandingkan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa indeks
siswa kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin. Pada karies DMF-T pada siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan
penelitian ini juga dilakukan pengukuran jumlah Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan lebih rendah
kandungan fluor pada air gunung di Tebing Tinggi dibandingkan dengan siswa kelas 1 SMPN 15
dan air sungai di Sungai Kuin Banjarmasin. Hasil Banjarmasin dan untuk jumlah kandungan fluor air
pengukuran jumlah kandungan fluor pada gunung lebih rendah dari pada jumlah kandungan
penelitian ini didapatkan bahwa jumlah kandungan fluor air sungai.
fluor air sungai lebih tinggi dibandingkan dengan
air gunung. Adanya perbedaan jumlah kandungan DAFTAR PUSTAKA
fluor pada daerah masing-masing ini dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Pada setiap tempat, 1. Featherstone, JDB. Dental Caries: A
air tanah memiliki jumlah kandungan fluor yang Dynamic Disease Process. Australian
berbeda-beda, hal ini dapat dipengaruhi oleh iklim, Dental Journal. 2008; 53: 286–291.
temperature, kelembaban di daerah tersebut serta 2. Widayati, N. Faktor yang Berhubungan
jarak dengan laut. Fluor juga memiliki jumlah yang dengan Karies Gigi pada Anak Usia 4-6
sangat banyak di atmosfir. Fluor dapat ditemukan Tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi.
pada debu-debu tanah, buangan gas industri, batu 2014; 2: 196-197.
bara yang dibakar, dan dari luapan gas yang berasal 3. Putri, Hesrijulianti, dan Nurjannah. Ilmu
dari gunung berapi yang masih aktif. Jumlah Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
kandungan fluor di udara dan beberapa pabrik Jaringan Pendukung Gigi. Lilia. Jakarta.
dapat mencapai 1.4 ppm sedangkan jumlah 2012. Hal. 154-193.
kandungan fluor di daerah non-industri didapatkan 4. Juwita. L. Perilaku Menyikat Gigi dan
antara 0.05-1.9 ppm.7,8 Insiden Karies Gigi. Jurnal Ners
Kondisi air sungai di Kalimantan Selatan telah LENTERA. 2013; 1(1) : 22-26.
tercemar khususnya di Banjarmasin, hal ini 5. Hasil Riset Kesehatan Dasar
dikarenakan adanya penambangan dan kegiatan (RISKESDAS) tahun 2013. Badan
industri, seperti limbah industri yang dibuang ke Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
sungai. Sungai merupakan aliran alami yang Departeman Kesehatan RI. Jakarta,
terbentuk dari siklus hidrologi. Sungai mengalir Indonesia. 2013. Hal:110-111.
secara alami dari tempat yang tinggi menuju ke 6. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan
tempat yang rendah seperti lautan, danau dan Selatan tahun 2007. Hasil Riset Kesehatan
sungai lainnya. Air sungai selalu terjadi pasang Dasar (RISKESDAS) Provinsi Kalimantan
surut, pada saat pasang naik air yang berasal dari Selatan. Badan Penelitian dan
laut akan memasuk ke sungai dan kemudian akan Pengembangan Kesehatan Departeman
mengalir kembali pada saat waktu surut. Bagian
Ihsanti: Perbandingan Indeks Karies Dmf-T Berdasarkan Jumlah Kandungan Fluor Air Gunung 50
Kesehatan RI. Jakarta, Indonesia. 2009. Majalah Kedokteran Gigi. 2005; 38(2) :
Hal:116-127. 60-63.
7. Astriningrum, Y., Suryadi, H., 14. Kusmaningsih. Hubungan antara Indeks
Azizahwati. Analisis Kandungan Ion Keparahan Karies dengan Jumlah
Fluorida pada Sampel Air Tanah dan Air Lactobacillus sp. di dalam Saliva Anak
PAM Secara Spektrofotometri. Majalah Taman Kanak-kanak. Majalah Kedokteran
Ilmu Kefarmasian. 2013; 8 : 86-87. Gigi. 2010; 4(2) : 32.
8. Sunubi, E. Hubungan Kadar Fluor Air 15. Lendrawati. Pengguna Silver Diamina
Minum terhadap Karies Gigi pada Anak Fluorida (SDF) 38% sebagai Arresting
Sekolah Dasar di Kecamatan Landono Caries Treatment (ACT) pada Anak-anak.
Kabupaten Konowe Selatan Provinsi Majalah Kedokteran Andalas. 2011; 35(2)
Sulawesi Tenggara. Jurnal Masyarakat : 100-101.
Epidemiologi Indonesia. 2014; 2(2) : 87- 16. Sumiok, J., Damajanty, H,. Niwayan, M.
90. Gambaran Kadar Fluor Air Sumur dengan
9. Risqi, Z., Rama, P., Muhammad, D. Karies Gigi Anak di Desa Boyongpante
Perbedaan Konsumsi Air Sumur dan Air Dua. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2015; 4(4) :
Sungai terhadap Karies pada Anak Usia 6- 118-119.
8 Tahun. Medali Jurnal Dental Intelektual. 17. Soerahman M, dkk. Perbedaan Kadar
2015; 2(1) : 85-87. Fluor pada Air Sumur Gali Sebelum dan
10. Arisanty, Deasy, Sidharta, A., Nurul, H. Sesudah Proses Koagulasi Flokulasi
Analisis Kandungan Bakteri Fecal Kapur dan Tawas. Jurnal Online Unika
Coliform pada Sungai Kuin Kota Widya Mandala Madiun. 2012; 2(2) : 371-
Banjarmasin. Majalah Geografi Indonesia. 372.
2017; 31(2) : 55.
11. Rochgiyanti. Fungsi Sungai Bagi
Masyarakat di Tepian Sungai Kuin Kota
Banjarmasin. Jurnal Komunitas. 2011;
5(1) : 230-232.
12. Notoadmodjo. Ilmu kesehatan Masyarakat
dan Seni. PT Rineka Cipta. Jakarta. 2007.
13. Prasetyo. Keasaman minuman ringan
menurunkan kekerasan permukaan gigi.
51
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRAK
Latar belakang: Rendahnya perilaku kesehatan gigi dan mulut dapat menjadi faktor menurunnya status
kesehatan seseorang. Perilaku kesehatan gigi dan mulut meliputi perilaku menyikat gigi, pola makan, dan
kunjungan ke dokter gigi. Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perilaku kesehatan gigi dan mulut masih
sangat rendah. Tujuan: Menganalisis hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks karies DMF-T
dan SiC siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala . Metode dan bahan: Penelitian ini observasional
analitik dengan pendekatan Cross Sectional pada 100 siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala.
Instrumen kuesioner digunakan untuk mengukur tingkat perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa dan indeks
DMF-T untuk mengukur pengalaman karies siswa. Hasil penelitian: Perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa
SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala sebagian besar (64%) dalam kategori cukup dan paling kecil
kategori baik (1%). Indeks DMF-T siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala berada pada skor 2,8
atau dalam tingkat yang sedang dan skor SiC 4. Hasil analisis statistik diperoleh nilai p= 0,001 (p<0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks karies
DMF-T dan SiC siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala.
Kata-kata kunci: Indeks karies, kesehatan gigi dan mulut, perilaku, sic.
ABSTRACT
Background: Lack of oral and dental health behaviors can be a factor in the decline of one's health
status. Dental and oral behavior include brushing, eating, and dental visits. Epidemiological studies say that the
behavior of dental and oral health is still very low. Purpose: To analysis the relationship of dental and oral
health behavior with caries index DMF-T and SiC of SMPN 5 Marabahan students in Barito Kuala. Methods
and materials: This research is analytic observational with Cross Sectional approach on 100 students of SMPN
5 Marabahan in Barito Kuala. The questionnaire instrument was used to measure the level of dental and oral
health behaviors of students and the DMF-T index to measure the student's caries experience. Research: Dental
and oral health behavior of students of SMPN 5 Marabahan in Regency of Barito Kuala most (64%) in enough
category and smallest good category (1%). The DMF-T index of the students of SMPN 5 Marabahan in Barito
Kuala is at a score of 2.8 or in the medium level and the SiC score 4. Result of statistical analysis obtained p=
0,001 (p <0,05).Conclusion: There is a meaningful relationship between dental and oral health behavior with
caries index DMF-T and SiC students SMPN 5 Marabahan in Barito Kuala District.
Ihsanti: Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Indeks Karies Dmf-T Dan Sic 52
Korespondensi: Anshori Rohimi, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: anshorirohimi@gmail.com
Tabel 3 Indeks Karies DMF-T dan SiC di SMPN 5 gigi dan mulut dengan indeks karies DMF-T dan
Marabahan. SiC pada siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten
Barito Kuala.
Rata-rata DMF-T
Kategori PEMBAHASAN
Kelas DMF- SiC
D M F T
(WHO)
1. Tingkat perilaku kesehatan gigi dan mulut
7 103 16 8 3,1 Sedang 5,3 siswa SMP Negeri 5 Marabahan
Berdasarkan data pada tabel 1 diperoleh
8 73 10 4 2,4 Rendah 3,7 gambaran perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa
SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala
9 64 8 1 3,3 Sedang 5,5 paling banyak yaitu kategori cukup dan yang paling
sedikit yaitu kategori baik. Kurangnya perilaku
Jumlah 240 34 13 2,8 Sedang 4 siswa terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan, dan sikap. Sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan Azhary
Berdasarkan Tabel 3, didapatkan data bahwa (2016) terdapat hubungan antara pengetahuan
komponen DMF-T yang paling besar yaitu D dengan kesehatan gigi dan mulut. Rendahnya
(decay) sebanyak 240 buah dan paling besar pengetahuan mengenai kesehatan merupakan faktor
terdapat pada siswa kelas 7 sebesar 103 buah dan predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah
terkecil pada siswa kelas 9 sebesar 64 buah. kepada timbulnya penyakit. Hasil penelitian
Komponen yang paling kecil yaitu F (filling) Kamran (2014) juga mengatakan bahwa ada
sebanyak 13 buah dan paling besar terdapat pada hubungan antara sikap dan perilaku yakni bahwa
siswa kelas 7 sebesar 8 buah dan paling kecil peningkatan sikap dapat meningkatkan perilaku
terdapat pada siswa kelas 9 sebesar 1 buah. Untuk kebersihan gigi dan mulut.11,12
skor DMF-T nilai tertinggi terdapat pada kelas 9 Sedikitnya anak yang mempunyai perilaku baik
dengan skor DMF-T 3,3 (sedang) dan skor SiC 5,5 dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut ini
serta yang terendah terdapat pada kelas 8 dengan mungkin disebabkan karena faktor kebiasaan anak
skor DMF-T 2,4 (rendah) dan skor SiC 3,7. Skor seperti menyikat gigi sesudah bangun tidur dan
DMF-T dan SiC siswa SMPN 5 Marabahan pada saat mandi sore. Meskipun anak mengetahui
termasuk dalam kategori sedang yaitu dengan rata- waktu menyikat gigi yang tepat sebelum tidur
rata DMF-T 2,8 dan skor SiC 4. malam, anjuran ini tidak dilakukan karena tidak
terbiasa. Menurut Azwar (2011), sikap merupakan
Tabel 4 Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi dan
faktor yang banyak menentukan bagaimana
Mulut dengan Indeks Karies DMF-T dan SiC
individu bertindak, tetapi sikap dan tindakan nyata
Siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito seringkali jauh berbeda. Ini dikarenakan tindakan
Kuala.
nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata,
Berdasarkan data pada Tabel 4, didapatkan data
tetapi oleh berbagai faktor lainnya antara lain
bahwa siswa yang memiliki perilaku kesehatan gigi
seperti persepsi dan motivasi.13
dan mulut yang baik dengan skor DMF-T 0 (Sangat
Berdasarkan data pada tabel 2 didapatkan
rendah) dan skor SiC 0 hanya 1 siswa (1%). Siswa
sebagian besar siswa kurang dalam melakukan
yang memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut
kunjungan ke dokter gigi. Hasil ini
yang cukup dengan skor DMF-T 2,1 (Rendah) dan
menggambarkan sedikitnya orang tua membawa
skor SiC 3,6 sebanyak 66 siswa (66%). Siswa yang
anaknya ke dokter gigi, ini mungkin disebabkan
memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut yang kurangnya pengetahuan orang tua tentang
kurang dengan skor DMF-T 4,3 (Sedang) dan skor
pentingnya menjaga kesehatan gigi anak. Ini sesuai
SiC 6,1 sebanyak 33 siswa (33%).
dengan hasil penelitian Rizka (2017) yaitu
Hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan
menyebutkan ada hubungan antara pengetahuan
mulut dengan indeks karies DMF-T dan SiC pada
orang tua dengan kejadian karies pada anak. Hasil
uji Spearman diperoleh nilai sig atau nilai p =
ini juga sependapat dengan penelitian Ratnawati
0,001 (<0,05) dengan kekuatan korelasi -0,666
(2001) dimana pengetahuan ibu berpengaruh
(kuat), yang menunjukkan bahwa terdapat
dengan angka karies gigi pada anak. Selain itu
hubungan yang bermakna antara perilaku kesehatan
faktor geografis atau jarak ke tempat praktek dokter
55 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 51 - 57
gigi ataupun tempat pelayanan kesehatan seperti Barito Kuala. Dari penelitian ini didapatkan hasil
puskesmas dari rumah warga juga dapat yang menyatakan ada hubungan bermakna antara
menyebabkan kesulitan orang tua untuk membawa perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks
anaknya mengunjungi dokter gigi, sehingga orang karies. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
tua sulit untuk membawa anaknya ke tempat dokter penelitian Rusdhari (2012) yaitu semakin baik
gigi. Menurut rekomendasi dari The American perilaku seseorang dalam memelihara kesehatan
Academy Of Pediatric Dentistry (AAPD) dan gigi dan mulutnya, maka semakin rendah pula
American Dental Association (ADA), seorang anak angka kariesnya. Semakin buruk perilakunya dalam
harus mulai melakukan kunjungan ke dokter gigi memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, maka
setelah gigi permanen pertamanya erupsi. semakin tinggi pula angka kariesnya.4
Rekomendasi ini ditujukan untuk mendeteksi dan Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa
mengontrol berbagai patologi gigi, terutama karies perilaku memiliki pengaruh terhadap status
gigi yang merupakan penyakit mulut yang paling kesehatan gigi siswa ditunjukan dengan indeks
relevan pada anak-anak.14,15,16 karies DMF-T dan SiC, didukung oleh teori Blum
(1974) yaitu status kesehatan individu atau
2. Indeks DMF-T dan SiC siswa SMP Negeri 5 masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor salah
Marabahan. satunya yang paling berperan adalah perilaku.
Berdasarkan data pada tabel 3 diperoleh Semakin baik perilaku individu terhadap kesehatan
gambaran skor indeks DMF-T dan SiC siswa maka semakin baik pula status kesehatan individu
SMPN 5 Marabahan di Kabupaten Barito Kuala tersebut.18
yaitu 2,8 yang termasuk dalam kategori sedang Perilaku dari pandangan biologis merupakan
menurut WHO dan skor SiC 4. Dari data tersebut suatu aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi
didapatkan pada komponen DMF-T yang terbesar perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu
yaitu komponen Decay (D) sebesar 240 buah, ini aktivitas dari manusia itu sendiri. Sikap dapat
menggambarkan kondisi sebagian besar siswa dianggap sebagai suatu faktor umum untuk
mengalami gigi berlubang. Banyaknya gigi siswa merespon atau bertindak secara positif atau negatif
yang berlubang bisa dikarenakan perilaku menjaga terhadap suatu objek atau orang disertai emosi
kesehatan gigi dan mulutnya belum baik, seperti positif atau negatif. Sikap mengenai kesehatan gigi
perilaku menyikat gigi dan perilaku pola makannya merupakan hasil dari proses sosialisasi. Seseorang
karena dengan berperilaku menyikat gigi yang baik bereaksi sesuai dengan rangsangan yang berupa
dan mengkonsumsi makanan yang baik dan sehat objek kesehatan gigi yaitu konsep gigi sehat dan
untuk gigi dapat mencegah terjadinya sakit serta upaya pemeliharaannya melalui proses
perkembangan bakteri di rongga mulut yang sosialisasi.19,20
merupakan faktor terjadinya karies. Sedangkan Perilaku kesehatan menurut Skiner adalah suatu
untuk komponen DMF-T yang terkecil yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan
komponen Filling (F) sebesar 13 buah, hasil dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan
tersebut menggambarkan masih sedikitnya gigi kesehatan, makanan dan lingkungan. Perilaku
siswa yang dilakukan restorasi karena dari hasil tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
kuesioner yang didapat sebagian besar siswa sikap, kepercayaan, tradisi, dari orang yang
SMPN 5 Marabahan kurang untuk perilaku bersangkutan itu sendiri.18,20
kunjungan ke dokter gigi. Hasil dari penelitian ini Kesehatan gigi individu atau masyarakat
sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
oleh Donny dkk (2015) yaitu pada siswa SMP terhadap kesehatan individu atau masyarakat
Kristen 67 Manado dimana untuk komponen DMF- tersebut. Misalnya perilaku kesehatan gigi dalam
T yang paling banyak adalah Decay (D) sebesar hal kebiasaan menyikat gigi negatif maka kondisi
117 buah, dan komponen DMF-T yang paling kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan
sedikit adalah Filling (F) sebesar 2 buah.4,17 dampak diantaranya gigi mudah berlubang.15
Perilaku menyikat gigi memiliki hubungan erat
3. Hubungan antara perilaku kesehatan gigi dengan terjadinya karies, misalnya menggosok gigi
dan mulut. setelah mandi pagi dan sore bukan setelah sarapan
Pada penelitian ini menghubungkan perilaku pagi dan malam sebelum tidur merupakan perilaku
kesehatan gigi dan mulut dengan indeks DMF-T yang salah. Perilaku itulah yang bisa menimbulkan
dan SiC siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten
Ihsanti: Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Indeks Karies Dmf-T Dan Sic 56
children: a cross-sectional study from Iran. anak di SDN V Jaten Karanganyar. 2017. Hal
Int. J. of Health Sci; 2014; 2(2): 83 – 95. 4-6.
12. Azhary R, Cholil, Bayu Indra Sukmana. 17. Donny A.A.S, Paulina N.G, Max F.J.M.
Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi Gambaran tingkat pengetahuan dan status
dan mulut terhadap angka karies gigi di karies gigi pada siswa SMP Kristen 67
SMPN 1 Marabahan. Dentino Jurnal Manado. 2015; 3(2): 3-6.
Kedokteran Gigi. 2016. 1( 2) : 173-176. 18. Notoatmodjo Soekidjo. Pendidikan dan
13. Azwar S. Sikap manusia teori dan perilaku kesehatan. Ed. Ke-1. Rineka Cipta,
pengukurannya edisi ke 2. Yogyakarta: Jakarta. 2003. Hal 114-121.
Pustaka Pelajar; 2011. Hal 154 19. Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan
14. Ratnawati. Pengetahuan dan praktek ibu dan pendidikan kesehatan gigi. EGC, Jakarta.
hubungannya dengan frekuensi konsumsi 2013. Hal. 17.
makanan jajanan kariogenik dan status karies 20. Nugroho, Ali RR. Perilaku kesehatan dan
gigi pada anak usia 2-4 tahun di Kelurahan perubahannya. USU, Medan, Indonesia,
Tegalsari Kecamatan Candisari Kota 2011:3: 1-2.
Semarang. 2001. Hal 4-5 21. Asri MB, Oktarima, Agus M. Hubungan pola
15. Sihite JN. Hubungan perilaku kesehatan gigi makan dan kebiasaan menyikat gigi dengan
dan mulut dengan pengalaman karies dan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia.
indeks Oral Hygiene pada murid SMP. USU, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2010.
Medan, Indonesia, 2011. Hal 22-24. 13(1) : 83-97.
16. Rizka PY, Abi M. Hubungan antara
pengatahuan orang tua tentang kesehatan gigi
dan mulut dengan kejadian karies gigi pada
58
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Stainless steel orthodontic wire is a material commonly used in orthodontic treatment, because
its economical price and corrosion resistance. The corrosion-resistant of stainless steel orthodontic wire can be
affected by foods or beverages that have low pH. The coconut water has a low pH. Corrosion that occurs in
orthodontic wire causes roughness on the surface of the wire and fragility, thus affecting duration of treatment.
Purpose: determine corrosion rate of stainless steel orthodontic wire after immersed with coconut water.
Methods: This research is true experimental study with pre-test and post-test control group design using simple
random sampling. Consist of 20 samples divided into 2 groups: immersion in coconut water (experimental
group), and immersion in saline (control group). Corrosion rate used weight loss method. Results: Mean
corrosion rate of stainless steel orthodontic wire after immersion used coconut water and saline that is
1,9484mpy and 0,2587mpy. Wilcoxon test before and after immersion in treatment group obtained result
p=0,005 while in control group obtained result p=0,180. The comparison of corrosion rate between groups
using Mann Whitney U test results obtained p=0.001. The results shows the rate of corrosion in experimental
group used coconut water has a significant difference, the control group used saline there was no significant
difference. Conclusion: The rate of corrosion of stainless steel orthodontic wire immersion with coconut water
is greater than the rate of corrosion in saline solution immersion.
ABSTRAK
Latar Belakang: Kawat ortodontik stainless steel merupakan bahan yang umumnya digunakan pada
perawatan ortodontik, karena harga ekonomis dan ketahanan korosi yang baik. Sifat tahan korosi pada kawat
ortodontik stainless steel dapat dipengaruhi oleh makanan atau minuman yang memiliki pH rendah. Salah satu
minuman yang memiliki pH rendah yaitu air kelapa. Korosi yang terjadi pada kawat ortodontik menyebabkan
kekasaran pada permukaan kawat dan kerapuhan, sehingga mempengaruhi lama waktu perawatan. Tujuan:
mengetahui laju korosi kawat ortodontik stainless steel setelah direndam dengan air kelapa. Metode: Penelitian
ini merupakan penelitian true experimental dengan pre-test and post-test with control group design
menggunakan simple random sampling. Terdiri dari 20 sampel yang terbagi dalam 2 kelompok: yaitu direndam
air kelapa (kelompok perlakuan), dan larutan salin (kelompok kontrol). Perhitungan laju korosi menggunakan
metode weight loss. Hasil: Rerata laju korosi kawat ortodontik stainless steel setelah direndam menggunakan
air kelapa dan larutan salin yaitu 1,9484mpy dan 0,2587mpy. Uji Wilcoxon sebelum dan sesudah perendaman
pada kelompok perlakuan diperoleh hasil p=0,005 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil p=0,180.
Hasil Perbandingan laju korosi antar kelompok menggunakan Uji Mann Whitney U diperoleh hasil p=0,001.
Hal ini menunjukkan laju korosi pada kelompok perlakuan menggunakan air kelapa terdapat perbedaan
bermakna, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan larutan salin tidak terdapat perbedaan bermakna.
Kesimpulan: Laju korosi kawat ortodontik stainless steel yang direndam dengan air kelapa lebih besar
dibandingkan laju korosi pada perendaman larutan salin.
Banjarmasin. Kawat ortodontik stainless steel Tabel 1. Tabel nilai rata-rata (mean), standar
diameter 0,7mm dipotong menggunakan tang deviasi, dan Uji Normalitas laju korosi
potong sepanjang 5cm, kemudian diberi goresan (mpy) kawat ortodontik stainless steel
pada permukaannya sepanjang kawat menggunakan
bur diamond fissure yang dipasangkan pada contra Mean ± SD Hasil Uji
Kelompok
angel low speed handpiece dengan kecepatan Normalitas
Perlakuan
mikromotor 500 rpm. Pengukuran dan pengujian Sebelum Sesudah (Sig.)
sampel dilakukan di Laboratorium Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung 1,9484
Mangkurat Banjarbaru. pH masing-masing larutan Air Kelapa 0 0.001
± 0,7614
diukur menggunakan pH meter. Sebelum
Larutan 0,2587
perendaman, kawat ortodontik stainless steel 0 0.000
Salin ± 0,5461
ditimbang beratnya menggunakan timbangan
digital. Kawat direndam pada masing-masing
larutan selama 13 jam didalam inkubator dengan Data ini dilanjutkan uji non parametrik yaitu
suhu 37ºC. Setelah 13 jam kawat dikeluarkan, uji Wilcoxon untuk melihat adanya perbedaan laju
dibersihkan dengan air mengalir dan dikeringkan, korosi kawat sebelum dan sesudah perendaman dan
kemudian dilakukan penimbangan untuk uji Mann Whitney U untuk melihat adanya
mengetahui berat kawat setelah perendaman. perbedaan laju korosi kawat antar kelompok
Perhitungan laju korosi kawat ortodontik perlakuan.
stainless steel dihitung menggunakan metode
weight loss, dengan rumus23,24: Berdasarkan Uji Wilcoxon didapatkan hasil
yang disajikan dalam tabel 2.
mpy = Tabel 2. Nilai kemaknaan dari nilai laju korosi
kawat ortodontik stainless steel sebelum
Keterangan: dan sesudah perendaman masing-masing
W= selisih berat kawat (g) perlakuan
D = berat jenis (g/cm3)
A = luas permukaan kawat (cm2) Kelompok
Nilai p
t = lama perendaman (jam) Perlakuan
HASIL PENELITIAN Air Kelapa 0,005*
Nilai rata-rata laju korosi kawat ortodontik
lepasan stainless steel pada masing masing Larutan Salin 0,180
kelompok dapat dilihat pada gambar diagram
Ket: *terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05)
sebagai berikut.
karena kandungan-kandungan seperti asam lepasan stainless steel. Suhu yang digunakan dalam
askorbat, asam pantotenat, asam nikotinat, dan penelitian adalah suhu normal yaitu 37oC, suhu
beberapa jenis asam amino yang ada dalam air normal tersebut menyebabkan tidak terjadinya
kelapa. Dalam air kelapa juga terkandung ikatan antara ion hidrogen dengan ion logam pada
potassium, sodium, chloride, magnesium, sulfur kawat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
dan gula.21,25,26,27 Hal ini sesuai dengan penelitian Wirasatyawan et al mengatakan bahwa kawat
Loto et al yang menyatakan bahwa laju korosi ortodontik stainless steel dapat mengalami
kawat yang berada dalam lingkungan asam akan perubahan pada suhu yang tinggi. Suhu tinggi
meningkatkan reaksi korosi pada kawat sehingga mengakibatkan difusi oksigen yang tinggi dalam
angka laju korosi meningkat.28,29 larutan sehingga proses korosi menjadi lebih
Hasil perhitungan laju korosi kawat ortodontik cepat.29,33
stainless steel pada perendaman air kelapa dan Korosi menyebabkan hilangnya kandungan
larutan salin menunjukkan bahwa laju korosi kawat material, perubahan karakteristik struktural, atau
meningkat seiring dengan penurunan pH, hilangnya integritas struktural. Terjadinya korosi
dikarenakan pH yang rendah menyebabkan memicu reaksi hipersensitivitas akibat adanya
banyaknya ion H+ yang terkandung, sehingga kandungan material yang hilang dan berkontak
memicu terjadinya reaksi reduksi lain yang dengan jaringan sekitar. Selain itu, meningkatnya
berlangsung juga, yaitu pembentukan hidrogen. korosi juga dapat menyebabkan kekasaran pada
Seperti persamaan reaksi: 2H+ + 2e- → H2. Hal ini permukaan kawat ortodontik stainless steel dan
menyebabkan terjadi oksidasi pada kawat menyebabkan kawat mudah patah sehingga
ortodontik stainless steel. Oksidasi yang terjadi memperpanjang waktu perawatan.12,13 Adapun
pada logam besi menghasilkan ion besi dan keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dapat
elektron. Elektron ini yang akan bergabung dengan mengontrol panjang kawat pada saat pemotongan
oksigen dan air pada katoda membentuk ion OH. kawat ortodontik lepasan stainless steel, sehingga
Kombinasi antara ion OH dengan ion besi akan panjang kawat pada setiap sampel berbeda.
menghasilkan karat dengan rumus kimia Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
Fe2O3.xH2O.29,30,31,32 dapat disimpulkan bahwa laju korosi kawat
Korosi yang terjadi kawat ortodontik stainless ortodontik stainless steel yang direndam dengan air
steel dikarenakan larutan yang digunakan untuk uji kelapa lebih besar dibandingkan laju korosi pada
perendaman memiliki kandungan klorida yang perendaman larutan salin.
termasuk dalam golongan asam kuat. Klorida
mempunyai kemampuan untuk merusak lapisan
oksida pada permukaan logam. Ion klorida DAFTAR PUSTAKA
kebanyakan bertindak sebagai ion triger atau ion
agresif karena kemampuannya yaitu 1. Phulari BS. Orthodontics principles and
menghancurkan lapisan pasif pada permukaan practice. Jaypee Brothers Medical Publisher :
logam, sehingga membentuk celah pada permukaan New Delhi ; 2011. p. 70-4.
logam. Celah kecil yang terbentuk menyebabkan 2. Adhani R, Rizal HK, Widodo, Sapta R.
semakin mudahnya ion Cl- merusak lapisan Perbedaan indeks karies antara maloklusi
terdalam lagi. Ketika proses dimulai, reaksi ringan dan berat pada remaja di ponpes Darul
hidrolisis ion logam dari reaksi anodik Hijrah Martapura. Dentino Jurnal Kedokteran
menyebabkan semakin menurunnya pH, dimana Gigi. 2014; 2(1) : 13-17.
reaksi tersebut dapat menghambat perbaikan 3. Susilowati. Prevalensi maloklusi gigi anterior
lapisan film dan mempercepat serangan korosi yang pada siswa Sekolah Dasar (Penelitian
terjadi pada logam. Semakin besar kandungan pendahuluan di SD 6 Maccora Walihe, Sidrap).
klorida yang terkandung dalam larutan atau Makassar Dent J. 2016; 5(3) : 97-101.
lingkungan maka semakin banyak kandungan dari 4. Wiedel AP, Bondemark L. Fixed versus
kawat yang terlepas, sehingga nilai laju korosi dari removable orthodontic appliances to correct
kawat ortodontik stainless steel juga akan semakin anterior crossbite in the mixed dentition – a
besar.29,31 randomized controlled trial. European Journal
Faktor lain yang menyebabkan korosi yaitu of Orthodontics. 2015; 32(2) : 123-127.
waktu dan suhu. Waktu yang digunakan dalam 5. Premkumar S. Textbook of orthodontics.
penelitian ini yaitu 13 jam, waktu merupakan salah Elsivier : India ; 2015. p. 2.
satu faktor yang dapat mempengaruhi terlepasnya 6. Singh G. 2015. Textbook of Orthodontics. 3th
ion nikel dan kromium yang terkandung pada ed. Jaypee Brothers Medical Publisher : New
kawat, sehingga memicu terjadinya korosi. Delhi ; 2015. p. 4-5.
Semakin lama kawat berkontak dengan lingkungan 7. Ulusoy AT, Bodrumlu, Ebru H. Management
korosif maka semakin berpengaruh terhadap of anterior dental crossbite with removable
terjadinya korosi yang akan menyebabkan appliances. Contemporary Clinical Dentistry.
peningkatan laju korosi pada kawat ortodontik 2013; 4(2) : 223-226.
Rosdayanti: Analisis Laju Korosi Kawat Ortodontik Lepasan Stainless Steel 62
8. Proffit WR., Henry W. Fields Jr, David MS. 14. Anggaretno G, Rochani I, Supomo H. Analisa
Contemporary orthodontics, 5th ed. Elsevier pengaruh jenis elektroda terhadap laju korosi
Mosby : Philadelpia ; 2013. p. 242-5. pada pengelasan pipa API 5L grade X65
9. Oh, Keun-Taek., Kim, Young-Sik., Park, dengan media korosi FeCl3. Jurnal Teknik ITS.
Yong-Soo., Kyoung-Nam. Properties of super 2012; 1(1):124-128.
stainless steel for orthodontic applications. 15. Siregar BM, dan Bintang M. Analisa laju
Journal of Biomedical Materials Research Part korosi mild steel pada lingkungan dengan
B Applied Biomaterials. 2004; 2(69B) : 183- kelembaban tinggi selama 24 jam. Jurnal
194. Sistem Teknik Industri. 2005; 6(5) : 66-70.
10. Kaur, Jasmeen., Mahajan, Neeraj., Jindal, 16. Siwy CJ, Lydia EN, PS Anindita. Uji
Sahil. Orthodontic wires. Journal of Dental pelepasan logam kromium (Cr) dan nikel (Ni)
Herald. 2015; 2(4) : 015-017. beberapa merek braket stainless steel dalam
11. Situmeang, Meri Angelia., P. S. Anindita., cairan saliva artifisial. Jurnal e-GiGi (eG).
Juliatri. Perbedaan pelepasan ion nikel dan 2015; 3(2) : 421-425.
kromium pada beberapa merek kawat stainless 17. Castro SM, et al. Orthodontic wire and its
steel yang direndam dalam asam cuka. corrosion-the specific case of stainless steel
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 2016; 5(4) : and beta-titanium. Journal of Dental Science.
252-258. 2015; 10 : 1-7.
12. Behroozi Z, et al. Evaluation of the corrosion 18. Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan.
of five different bracket-archwire combination: Kalimantan Selatan dalam angka 2015.
an in-vitro analysis using inductively coupled Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Provinsi
plasma mass spectrometry. J Dent Shiraz Univ Kalimantan Selatan. 2015. p. 216-7.
Med Sci. 2016; 17(3) : 262-267. 19. Kementrian Pertanian. Rencana strategis
13. House, Kate., et al. Corrosion of orthodontic kementrian pertanian tahun 2015-2019. 2015.
appliances–should we care?. American Journal Jakarta: Kementrian Pertanian Republik
of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics. Indonesia. p. 24-25.
2008; 133(4) : 584-592.
20. Pratiwi FM, dan Sutara PK. Etnobotani kelapa Journal of Recent Scientific Research. 2014; 5
(Cocos nucifera L.) di wilayah Denpasar dan : 1485-1490.
Badung. Jurnal Simbiosis. 2013; 1(2) : 102-11. 28. Loto RT, Loto CA, Popoola API, Ranyaoa, M.
21. Manjunatha SS. and Raju PS. Modelling the Corrosion resistance of austenitic stainless steel
rheological behaviour of tender coconut (Cocos in sulphuric acid. International Journal of
nucifera L) water and its concentrates. Physical Sciences. 2012; 7(10) : 1677-1688.
International Food Research Journal. 2013; 29. Ornelasari R. Analisa laju korosi pada stainless
20(2) : 731-743. steel 304 menggunakan metode ASTM G31-72
22. Bonde MM, Fatimawali, PS Anindita. Uji pada media air nira aren. JTM. 2015; 1(1) :
pelepasan ion logam nikel (Ni) dan kromium 112-117.
(Cr) kawat ortodontik sstainless steel yang 30. Annusavice KJ. Phillips: Buku Ajar Ilmu
direndam dalam air kelapa. Pharmacon Jurnal Bahan Kedokteran Gigi ed 10. Penerjemah:
Ilmiah Farmasi. 2016; 5(4) : 40-45. Johan Arief Budiman, Susi Purwoko. EGC :
23. Afandi YK, Arief IS, Amiadji. Analisa laju Jakarta ; 2013. p. 201-208.
korosi pada pelat baja karbon dengan variasi 31. Minanga MA, PS Anindita, Juliatri. Pelepasan
ketebalan coating. Jurnal Teknik ITS. 2015; ion nikel dan kromium braket ortodontik
4(1) : 1-5. stainless steel yang direndam dalam obat
24. Rahman LOA, Hasbi M, Aminur. Analisa laju kumur. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2016; 5(1) :
korosi pada baja karbon rendah yang dilapisi 135- 141.
seng dengan metode hot dip galvanizing. 32. Robiati S. Pengaruh konsentrasi asam askorbat
ENTHALPY – Jurnal Ilmiah Mahasiswa (vitamin C) sebagai inhibitor korosi pada baja
Teknik Mesin. 2016; 1(2) : 25-29. karbon dalam lingkungan yang mengandung
25. Majeed Ph.D M, and Prakash Ph.D, L. klorida menggunakan metode immerse.
Nurturing Health & Wellness with Coconut Skripsi. Pekanbaru : Universitas Islam Negeri
Water Solids. Sabinsa Corporation ; 2007. p. 1- Sultan Syarif Kasim Riau; 2011.p. 12-28.
10. 33. Wirastyawan I, Ardhana W, Karunia D.
26. Kriswiyanti E. Keanekaragaman karakter Pengaruh penggunaan air polisher dan jenis
tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) yang kawat terhadap daya lenting kawat busur
digunakan sebagai bahan upacara padudusan ortodontik setelah direndam dalam saliva
agung. Jurnal Biologi. 2013; 2(2) : 15-19. buatan. Jurnal Kedokteran Gigi. 2015; 6(4) :
27. Priya SR, Ramaswamy L. Tender coconut 347-353.
water – natures elixir to mankind. International
63
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Carbonated beverage is a daily drinks with carbonic acid and has pH of 2.32. Carbonated
beverage with lower pH may cause the releasing of nickel (Ni) and chromium (Cr) ions on stainless steel
orthodontic wire in oral cavity and result in alteration of resilience. Purpose: The aim of this research is to
know the change of resilience of stainless steel removable orthodontic wire before and after immersion with
carbonated beverages and saline solution. Material and methods: This study is true experimental study using
pre and post test with control group design, consist of 10 treatment groups and 10 control groups were obtained
from preliminary test, each group using stainless steel ortodontic wire with length of 3cm which the diameter is
0.6 mm and given a scratch along the wire then perform the resilience before and after the immersion using a
force meter gauge. Each sample was immersed in an incubator at 37°C for 13 hours. Research result: The
results showed that the average of resilience in the treatment groups before immersion was 17.65 gr/mm and
after immersion of 17.61 gr/mm, while in control groups before and after immersion was 17,64 gr/mm. The
results of Dependent and Independent T-test showed that there was no change of resilience of wire in the
treatment groups and the control groups (p> 0,05). Conclusion: There is no significant change of stainless steel
orthodontic wire resilience because of the release of nickel and chromium ions.
ABSTRAK
Latar belakang: Minuman berkarbonasi merupakan minuman yang mengandung asam karbonat dan
memiliki pH 2,32. pH rendah dalam minuman berkarbonasi dapat menyebabkan pelepasan ion nikel (Ni) dan
kromium (Cr) pada kawat ortodontik lepasan stainless steel yang berada lama di rongga mulut dan
mengakibatkan perubahan daya lenting. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan daya
lenting kawat ortodontik lepasan stainless steel sebelum dan sesudah perendaman dengan minuman
berkarbonasi dan larutan salin. Metode dan bahan: Penelitian bersifat eksperimental murni dengan metode pre
and post test with control group design, terdiri dari 10 kelompok perlakuan dan 10 kelompok kontrol yang
diperoleh dari uji pendahuluan, masing – masing kelompok menggunakan kawat ortodontik stainless steel
dengan panjang 3cm berdiameter 0,6 mm dan diberi goresan sepanjang kawat kemudian melakukan pengukuran
daya lenting sebelum dan sesudah perendaman dengan menggunakan gauge force meter. Masing - masing
sampel direndam didalam inkubator dengan suhu 370C selama 13 jam. Hasil penelitian: Hasil penelitian
menunjukkan rerata perubahan daya lenting pada kelompok perlakuan sebelum perendaman sebesar 17,65
gr/mm dan sesudah perendaman sebesar 17,61 gr/mm, sedangkan rerata pada kelompok kontrol sebelum dan
sesudah perendaman sebesar 17,64 gr/mm. Hasil uji parametrik Dependen dan Independen T-test menunjukkan
bahwa tidak terjadi perubahan daya lenting kawat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p > 0,05).
Kesimpulan: Perendaman kawat ortodontik stainless steel mengalami perubahan daya lenting namun tidak
signifikan dikarenakan pelepasan ion nikel dan kromium tidak terlalu banyak.
Korespondensi: Priska E Siagian, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, 70232, Indonesia, email: elisabethpriska@gmail.com
Siagian: Efek Perendaman Minuman Berkarbonasi Terhadap Daya Lenting Kawat 64
Lingkungan NaCl 3,5 %. Universitas 17. Kristianingsih, Rey, Rudy Joelijanto, Depi
Indonesia: Fakultas Teknik. 2011: hal: 1 Praharani. Analisis Pelepasan Ion Ni dan Cr
15. Wirasetyawan, Iwan, Wayan Ardhana, Dyah Kawat Ortodontik Stainless Steel yang
Karunia. Pengaruh Penggunaan Air Polisher Direndam dalam Minuman Berkarbonasi.
dan Jenis Kawat Terhadap Daya Lenting Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa
Kawat Busur Ortodontik Setelah Direndam Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Dalam Saliva Buatan. J. Ked Gi. Oktober (UNEJ). 2014. p. 1 – 3.
2015; 6(4) : 347 – 353.
16. Jura, Ciendy O, dkk. Jumlah Ion Kromium
(Cr) dan Nikel (Ni) Kawat Ortodontik
Stainless Steel yang Terlepas Dalam
Perendaman Saliva. Jurnal e-Gigi. 2015; 3(2) :
1 – 4.
68
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Bulk-fill composite resin is a composite resin that can be applied at once into tooth cavity
approximately 4 mm. The process of polymerization on resin composite resin is a vital part which requires
special attention during filling. Factors that affect the polymerization of composite resin is irradiation distance
and material thickness. This is due to the incomplete polymerization, which affect the diametral tensile strength
of bulk-fill composite resin. This research with observe the difference of material thickness and irradiation
distance of bulk-fill composite resin to know the effect on diametral tensile strength. Purpose: The aim of this
research is to compare the diametric tensile strength of bulk-fill composite resin with different material thickness
(2.4 and 6 mm) and irradiation distance (0.2 and 5 mm). Methods: The method of this research is true
experimental with post-test only with control group design. Sampling technique used was simple random
sampling with 45 samples divided into 9 groups with different thickness and irradiation distance. Results:
Analysis of data using parametric test One Way Anova with significant value 0.000 (p<0.05) and LSD Post Hoc
test showed there are significant differences between the thickness group of 6 mm with irradiation distance 0.2
and 5 mm with a value of p = 0,000 (p<0,05). Conclusion: Based on this research, there is difference of
thickness material and irradiation distance on diametral tensile strength of bulk-fill composite resin.
Keywords: diametral tensile strength, bulk-fill composite resin, irradiation distance, material thickness.
ABSTRAK
Latar Belakang: Resin komposit tipe bulk fill merupakan resin komposit yang dapat diaplikasikan secara
sekaligus ke dalam kavitas gigi kurang lebih 4 mm. Proses polimerisasi pada resin komposit merupakan hal
yang penting pada proses penumpatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi polimerisasi resin komposit adalah
jarak penyinaran dan ketebalan bahan. Hal ini dikarenakan proses polimerisasi yang tidak sempurna dapat
mempengaruhi kuat tarik diametral resin komposit tipe bulk fill. Penelitian ini dilakukan dengan melihat
perbedaan ketebalan bahan dan jarak penyinaran pada resin komposit tipe bulk fill untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kuat tarik diametral. Tujuan: Penelitian ini adalah untuk membandingkan nilai kuat
tarik diametral resin komposit tipe bulk fill dengan ketebalan (2, 4 dan 6 mm) dan jarak penyinaran (0, 2 dan 5
mm) yang berbeda. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni dengan post-
test only with control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 45 yang dibagi menjadi 9 kelompok dengan ketebalan dan jarak penyinaran yang
berbeda-beda. Hasil: Analisis data menggunakan uji parametrik One Way Anova dengan nilai signifikansi 0.000
(p<0.05) dan uji post hoc LSD didapatkan hasil perbedaan bermakna pada kelompok ketebalan 6 mm dengan
jarak penyinaran 0, 2 dan 5 mm dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini
terdapat perbandingan ketebalan bahan dan jarak penyinaran terhadap kuat tarik diametral resin komposit tipe
bulk fill.
Kata-kata kunci: kuat tarik diametral, resin komposit tipe bulk fill, jarak penyinaran, ketebalan bahan.
Korespondensi: Astuti Noviyani, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Lambung Mangkurat, Jalan Veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: astutinoviyani11@gmail.com.
komposit adalah bahan restorasi gigi anterior unit dengan permukaan restorasi, warna resin
maupun posterior.1,2 komposit dan komposisi bahan resin komposit itu
Penelitian di bidang kedokteran gigi terus sendiri. Intensitas cahaya light curing unit
dikembangkan untuk memperbaiki sifat fisik resin dipengaruhi oleh jarak ujung light curing unit
komposit. Salah satunya dengan penambahan bahan dengan permukaan resin komposit. Semakin besar
pengisi dan inisiator pada resin komposit yaitu resin jarak penyinaran, maka dispersi cahaya light curing
komposit tipe bulk fill untuk restorasi gigi posterior. unit akan meningkat sehingga akan sulit untuk
Pengaplikasian resin komposit tipe bulk fill adalah memperoleh polimerisasi yang efektif. 8 Semakin
penumpatan resin komposit secara sekaligus ke jauh jarak ujung light curing unit dengan permukaan
dalam kavitas atau satu tahap pengaplikasian resin resin komposit menyebabkan semakin berkurangnya
komposit kemudian disinar.4,5 kekerasan permukaan resin komposit.9 Jarak
Resin komposit tipe bulk fill lebih penyinaran yang paling ideal untuk mendapatkan
menguntungkan bagi dokter gigi maupun pasien polimerisasi yang optimal adalah 2 mm, sedangkan
karena pengaplikasian dalam satu tahap sehingga jarak penyinaran yang distandarisasi adalah 5 mm. 11
dapat mengoptimalkan waktu yang diperlukan untuk Faktor lain yang berperan dalam
perawatan gigi, serta tidak membentuk ruang kosong mempengaruhi kualitas resin komposit yaitu
antar kavitas dan tumpatan.4 Resin komposit tipe ketebalan bahan resin komposit. Ketebalan bahan
bulk fill mempunyai komposisi sebagai berikut: resin komposit dalam kavitas juga mempengaruhi
matriks resin, bahan pengisi anorganik terdiri dari kuat tarik diametral. Restorasi kavitas dengan
barium glass, ytterbium triflouride, mixed oxide dan ketebalan yang dalam akan mengakibatkan
propolymer, inisiator untuk mengaktifkan penyebaran dari energi light curing atau sinar
mekanisme pengerasan resin komposit, inhibitor dan mengalami divergen terhadap permukaan resin
pigmen. Resin komposit tipe bulk fill mengandung komposit.2 Hal ini mengakibatkan menurunnya
modifiers seperti shrinkage stress reliever yang polimerisasi resin komposit. Bahan resin komposit
mengurangi tingkat pengerutan polimerisasi, konvensional yang digunakan pada restorasi
sehingga dapat mengurangi kebocoran mikro yang posterior tidak akan terpolimerisasi dengan baik jika
dapat menimbulkan karies sekunder.5 Resin ketebalan resin lebih dari 2 mm, oleh karena itu
komposit tipe bulk fill dapat disinar hingga rekomendasi ketebalan lapisan resin komposit yang
kedalaman kurang lebih 4 mm, karena warnanya dapat terpolimerisasi secara maksimal adalah 2 mm.
15% lebih translusen sehingga cahaya dapat Kuat tarik diametral adalah salah satu cara untuk
mencapai lapisan yang lebih dalam.6 Kekurangan mengukur kemampuan suatu bahan, khususnya yang
dari resin komposit tipe bulk fill adalah efek akibat bersifat rapuh pada saat menerima beban tarikan
shrinkage stress akan lebih besar ketika secara tidak langsung.7 Lempengan dari bahan
menggunakan teknik bulk fill, karena seluruh bahan dikompresi secara diametral dalam mesin uji sampai
resin komposit berpolimerisasi pada satu waktu terjadi fraktur menjadi dua bagian. Tujuan penelitian
dibandingkan dengan teknik layer by layer atau ini adalah untuk menganalisis perbandingan nilai
inkremental.7 kuat tarik diametral resin komposit tipe bulk fill
Komponen lain yang terdapat pada resin dengan jarak penyinaran dan ketebalan bahan yang
komposit tipe bulk fill adalah kandungan berbeda.
polymerization booster (ivocerin) yang digabungkan
ke dalam sistem inisiator resin komposit. BAHAN DAN METODE
Polimerisasi resin komposit tipe bulk fill dengan Penelitian ini merupakan penelitian
ketebalan 4 mm dalam sekali pengaplikasian terjadi eksperimental murni (true experimental) dengan
karena ivocerin dapat menyerap sinar tampak lebih rancangan post-test only with control group design.
besar daripada champorquinon dan lucirin. Inisiator Pengambilan sampel menggunakan tipe simple
ini memiliki absorbsi panjang gelombang dengan random sampling sebanyak 5 sampel, terdiri dari 9
rasio yang lebih luas dibandingkan camphorquinone, kelompok yaitu kelompok A tebal 2 mm jarak
sehingga bahan bulk fill dapat diaplikasikan sampai penyinaran 0 mm, kelompok B tebal 2 mm jarak
kedalaman 4 mm dengan penyinaran selama 10 detik penyinaran 2 mm, kelompok C tebal 2 mm jarak
menggunakan Light Curing Unit (LCU) dengan penyinaran 5 mm, kelompok D tebal 4 mm jarak
output cahaya minimal 1000 mW/cm3.7 Resin penyinaran 0 mm, kelompok E tebal 4 mm jarak
komposit tipe bulk fill memiliki light-sensitivity penyinaran 2 mm, kelompok F tebal 4 mm jarak
filter, sehingga bahan resin komposit tidak cepat penyinaran 5 mm, kelompok G tebal 4 mm jarak
terpolimerisasi dan lebih mudah untuk membentuk penyinaran 0 mm, kelompok H tebal 4 mm jarak
kontur seperti gigi asli. 8 penyinaran 2 mm, dan kelompok I tebal 4 mm jarak
Faktor yang mempengaruhi kualitas penyinaran 5 mm.
polimerisasi resin komposit yaitu intensitas cahaya, Alat yang digunakan dalam penelitian ini
lama penyinaran, panjang gelombang cahaya, adalah cetakan spesimen berbentuk silinder dengan
ketebalan resin komposit, jarak ujung light curing diameter 5 mm dan tebal 2, 4, dan 6 mm, celluloid
Noviyani: Perbandingan Jarak Penyinaran Dan Ketebalan Bahan 70
strip, kuas, plastic filling instrument, alat penyinaran memiliki rata-rata nilai kuat tarik diametral resin
LED light curing unit, pinset, gelas beker, inkubator, komposit tipe bulk fill paling rendah. Rata-rata nilai
alat fiksasi LED light curing unit, dan alat uji kuat kuat tarik diametral berkisar antara 34-44 MPa. Nilai
tarik diametral Universal Testing Machine. Bahan tersebut masih berada di dalam nilai toleransi kuat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin tarik diametral resin komposit untuk restorasi yaitu
komposit tipe bulk fill merek Tetric N-Ceram Bulk 30-55 MPa.3
Fill Ivoclar Vivadent, vaselin, dan larutan saline. Data hasil kuat tarik diametral resin komposit
Prosedur penelitian diawali dengan tipe bulk fill kemudian dianalisis statistik
pembuatan 45 sampel menggunakan resin komposit menggunakan SPSS 21.0. Hasil uji normalitas pada
tipe bulk fill yang diaplikasikan secara sekaligus ke kelompok resin komposit tipe bulk fill sebesar p =
dalam cetakan berbentuk silinder sedalam 4 mm 0,219 (p>0,05). Uji homogenitas menunjukan varian
menggunakan plastic filling instrument. Cetakan data yang homogen dengan nilai p = 0,925 (p >0,05).
yang telah terisi resin komposit tipe bulk fill Hasil perhitungan didapatkan semua data
dilakukan penyinaran selama 20 detik. Resin kelompok terdistribusi normal dan homogen, dan
komposit tipe bulk fill yang telah mengeras dilepas dilanjutkan uji parametrik One Way ANOVA. Hasil
dari cetakan. Seluruh sampel disimpan dalam gelas uji statistik One Way ANOVA menunjukan nilai
beker berisi larutan saline yang diletakkan dalam p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat
inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam untuk perbedaan bermakna pada jarak penyinaran dan
mengkondisikan suhu fisiologis rongga mulut. ketebalan terhadap kuat tarik diametral resin
Seluruh sampel pada semua kelompok dilakukan uji komposit tipe bulk fill. Uji lanjutan dilakukan
kuat tarik diametral menggunakan alat Universal dengan menggunakan uji Post Hoc. Hasil uji Post
Testing Machine dan didapatkan hasil kekuatan resin Hoc LSD secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.
komposit tipe bulk fill dalam satuan kgf (kilogram Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat perbedaan
force) yang kemudian di konversikan menjadi MPa bermakna pada kelompok E (tebal 4 mm, jarak
(Mega Pascal). peninaran 2 mm), F (tebal 4 mm, jarak peninaran 5
mm), G (tebal 6 mm, jarak peninaran 0 mm), H
HASIL PENELITIAN (tebal 6 mm, jarak peninaran 2 mm) dan I (tebal 6
Hasil uji kuat tarik diametral pada semua mm, jarak peninaran 5 mm). Hasil ini menunjukkan
kelompok perlakuan diperoleh nilai rata-rata nilai bahwa ketebalan maksimal yang dapat dilakukan
kuat tarik diametral pada masing-masing kelompok untuk mendapatkan nilai kuat tarik diametral resin
seperti pada Tabel 1. komposit tipe bulk fill yang optimal adalah 2-4 mm
dan jarak penyinaran 0-2 mm.
Tabel 1. Tabel Rata-Rata (Mean) Nilai Kuat Tarik
Diametral Resin Komposit Tipe Bulk Fill Tabel 2. Tabel Hasil Uji Post Hoc LSD Nilai Kuat
Tarik Diametral Resin Komposit Tipe
Mean ± Standar Deviasi Bulk Fill
Kelompok A B C D E F G H I
G - 0,639 0,051
Kelompok G 37,31 ± 2,54
H - 0,131
Kelompok H 36,64 ± 1,88
I -
9. Lima AF, Andrade KM, Cruz Alvez, Soares Viskositas Tinggi pada Ketebalan 2 mm dan 4
GP, Marchi GM, Aguiar FH, et al. Influence of mm. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Light Source and Extended time of Curing on Gigi Universitas Gadjah Mada. 2013. Hal: 27-
Microhardness and Degree of Conversion of 56.
Different Regions of A Nanofilled Composite 14. Allolerung J, Anidita PS, Paulina NG. Uji
Resin. European Journal of Dentistry. 2012; Kekerasan Resin Komposit Aktivasi Sinar
6(2): 153-157. dengan Berbagai Jarak Penyinaran. Skripsi.
10. Ersoz E, Guler E, Yilmaz F, Aytac F, Yucel Manado: Program Studi Pendidikan Dokter
AC. Effects of curing tip distance on Vickers Gigi Universitas Sam Ratulangi. 2015. Hal: 15-
hardness value of different composite resin. 75.
Journal Clinical Oral Investment. 2009; 13(1): 15. Malik AH, Luma M, Baban M. The Effect of
49-67. Light Curing Tip Distance on the Curing Depth
11. Radzi Z, Kasim Abu NH, Yahya NA, Osman of Bulk Fill Resin Based Composites. Journal
Abu NA, Kassim NA. Standardization of of Baghdad College of Dentistry. 2014; 4(26):
Distance and Angulation of Light Curing Unit 78-89.
Tip Using Distometer. IFMBE Proceedings. 16. Aguiar FHB, Bracairo A, Lima DANL,
Kuala Lumpur; 2006; 15(1). p.141-143. Ambrosano GMB, Lovadino JR. Effect of
12. Farahat F, Daneshkazemi A, Hajiahmadi Z. Light Curing Modes and Light Curing time on
The Effect of Bulk Depth and Irradiation Time the Microhardness of a Hybrid Composite
on the Surface Hardness and Degree of Cure of Resin. Journal Contemporary Dental Practice.
Bulk-Fill Composites. Journal of Dental 2007; 8(1): 1-8.
Biomaterials. 2016; 3(3): 45-80. 17. Medina, Dela. Pengaruh Warna Terhadap
13. Afiati, Sania Dara. Perbedaan Rasio Kekerasan Kekuatan Tarik Diametral Resin Komosit Tipe
Mikro Resin Komposit Bulkfill Viskositas Bulk Fill. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Rendah dan Resin Komposit Bulkfill Gigi Universitas Indonesia. 2015. Hal: 13-15.
73
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Denture stomatitis is inflammation disease the denture wearer characterized by
erythema and edema under the denture. Buildup of food residue on denture acrylic-based resins are not cleaned
can cause halitosis, bad for health of oral tissues and can increase number of microorganisms in oral cavity
such as the fungus Candida albicans and can be treated with the use of mouthwash chlorhexidine gluconate
0.2%. Leaves starfruit (Avverhoa blimbi L.) has tannin, flavonoids and saponins which have antifungal effect
against Candida albicans. Purpose: To determine the inhibitory activity of the methanol extract of leaves of
starfruit with chlorhexidine against Candida albicans in heat cure acrylic plate. Methods: This experimental
research using post test only control group design with 6 treatment groups, namely methanol extract of leaves of
starfruit 20%, 40%, 60%, 80%, 100% and 0.2% chlorhexidine gluconate and carried out 5 times repetition.
Testing antifungal effect diffusion method. Data analysis using Kruskal-Wallis and Mann Whitney test at 95%
confidence level. Results: In this study showed that methanol extract of leaves starfruit 20%, 40%, 60%, 80%,
100%, and 0.2% chlorhexidine gluconate has an average of radical zone sequentially by 10.48 mm, 13 31 mm,
15.27 mm, 17.29 mm, 20.26 mm, 22.22 mm. Conclusion:Based on the results of this study concluded that the
methanol extract of leaves of starfruit concentration of 100% have a zone of inhibition greater than the
concentration underneath but did not exceed the effects of chlorhexidine against Candida albicans in heat cure
acrylic plate.
Keywords: Leaf Extract Belimbing Wuluh, Candida albicans, chlorhexidine gluconate 0.2%, Plat Acrylic.
ABSTRAK
Latar Belakang: Denture stomatitis adalah keradangan yang terjadi pada pemakai gigi tiruan ditandai
dengan adanya eritema dan edema di bawah gigi tiruan. Penumpukan sisa makanan pada gigi tiruan berbasis
resin akrilik yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan halitosis, berdampak buruk bagi kesehatan jaringan
rongga mulut dan dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam rongga mulut seperti jamur Candida
albicans dapat diobati dengan penggunaan obat kumur chlorhexidine gluconate 0,2%. Daun belimbing wuluh
(Avverhoa blimbi L.) memiliki senyawa tanin, flavonoid, dan saponin yang memiliki efek antijamur terhadap
Candida albicans. Tujuan: Untuk mengetahui aktivitas daya hambat ekstrak metanol daun belimbing wuluh
dengan chlorhexidine terhadap Candida albicans pada plat akrilik heat cure. Metode: Penelitian eksperimental
ini menggunakan rancangan post test only with control group design dengan 6 kelompok perlakuan, yaitu
ekstrak metanol daun belimbing wuluh 20%, 40%, 60%, 80%, 100% dan chlorhexidine gluconate 0,2% dan
dilakukan 5 kali pengulangan. Pengujian efek antijamur menggunakan metode difusi. Analisis data
menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann Whitney pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil: Pada penelitian
ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun belimbing wuluh 20%, 40%, 60%, 80%, 100%, dan chlorhexidine
gluconate 0,2% memiliki rata-rata zona radikal secara berurutan sebesar 10,48 mm, 13,31 mm, 15,27 mm,
17,29 mm, 20,26 mm, 22,22 mm. Kesimpulan: Bahwa ekstrak metanol daun belimbing wuluh konsentrasi 100%
memiliki zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi di bawahnya, tetapi tidak melebihi
efek dari chlorhexidine terhadap Candida albicans pada plat akrilik heat cure.
Kata-kata kunci:Ekstrak Daun Belimbing Wuluh, Candida albicans, chlorhexidine gluconate 0,2%, Plat Akrilik.
Korespondensi: Hafiz Rakhmatullah, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Jalan
Veteran No 128 B, Banjarmasin, Kalsel, email: hapeacez@gmail.com
Rakhmatullah: Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh 74
didiamkan selama 15 menit. Permukaan gips pada akrilik heat cure diambil dengan menggunakan
kuvet bawah diulasi dengan vaselinedan kuvet atas pinset steril direndam dalam 10 ml suspensi
dipasang selanjutnya diberi adonan gips (dilakukan Candida albicans selama 24 jam pada suhu 37oC
sambil divibrasi). Setelah gips mengeras, kuvet dalam tabung reaksi pada media BHI disesuaikan
dibuka dan cetakan diambil atau malam dituangi air dengan standar McFarland yaitu (3 x 108).
panas sampai bersih. Setelah bersih didapatkan Sebanyak enam resin akrilik dibagi dalam enam
mould space dari cetakan malam merah. Bahan plat kelompok perlakuan. Enam kelompok perlakuan
akrilik heat cure diaduk dalam vibrator dengan yaitu ekstrak metanol daun belimbing wuluh 20%,
perbandingan bubuk dan cairan sebesar 6 gram : 3 40%, 60%, 80%, dan 100% dan kontrol positif
ml pada suhu kamar (28ºC). Setelah 4 menit adonan (klorheksidin glukonat 0,2%) direndam selama 15
akan mencapai dough stage dan dimasukkan ke menit. Resin akrilik dikeluarkan pada setiap
dalam cetakan (mould space) yang bagian kelompok perlakuan dan dibilas dengan saline
permukaannya telah diulasi could mold seal (CMS) kemudian di masukkan ke dalam tabung reaksi dan
selanjutnya kuvet atas dipasang dan dilakukan vibrasi selama 30 detik dan diinkubasi selama 8
pengepresan dengan hydraulic bench press dengan jam. Siapkan paper disk dan perlakuan ekstrak
tekanan 22 kg/cm Hg. Kuvet yang telah diisi metanol daun belimbing wuluh 20%, 40%, 60%,
dengan resin akrilik heat cure dimasukkan dalam 80%, 100% dan klorheksidin glukonat 0,2%
panci aluminium yang berisi 15 liter air mendidih kemudian masukkan paper disk kedalam enam
(100ºC) selama 20 menit. Plat akrilik heat cure kelompok perlakuan selama 3 jam. Usapkan isolat
dikeluarkan dari kuvet sehingga diperoleh ukuran Candida albicans pada setiap media SDA kedalam
plat akrilik heat cure dengan ukuran 10 mm x 10 cawan petri kemudian masukkan paper disk dan
mm x 2 mm kemudian pada bagian tepi dan direndam pada kelompok perlakuan kedalam
permukaan digosok dengan kertas gosok nomor media SDA diinkubasi selama 24 jam, mengukur
600, dan 1200 sebanyak tiga kali pulasan. zona hambat yang terbentuk dengan calliper dalam
Pembuatan ekstrak metanol daun belimbing satuan milimeter.
wuluh dengan cara sebanyak 500 gram sampel
serbuk daun belimbing wuluh dimasukkan dalam HASIL PENELITIAN
alat maserasi kemudian larutan metanol dituangkan Hasil penelitian “Aktivitas Daya Hambat
secara perlahan-lahan ke dalam alat maserasi yang Ekstrak Daun Belimbing Wuluh dengan
berisi sampel lalu diaduk-aduk hingga merata. Klorheksidin terhadap Candida albicans pada Plat
Larutan penyaring dituangkan hingga 1 cm di atas Akrilik” Berdasarkan hasil pengukuran zona
permukaan sampel, diaduk sekali-sekali setiap 1x24 hambat dari perlakuan terhadap pertumbuhan
jam filtrat disaring dan pelarut diganti dengan yang Candida albicans pada media uji didapatkan rata-
baru sambil sesekali diaduk. Penggantian pelarut rata sebagai berikut :
dilakukan hingga cairan berwarna bening, ekstrak
dikumpulkan dan diuapkan dengan rotary
evaporator pada tekanan rendah dengan temperatur
40ºC sampai didapatkan ekstrak metanol yang
kental kemudian diuapkan di waterbath sehingga
didapatkan bobot tetap.
Isolat Candida albicans diperoleh dari biakan
yang telah tersedia di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin. Isolat jamur Candida
albicans hasil biakan di laboratorium diambil
dengan ose steril dan dimasukkan dengan cara
dilarutkan kedalam 10 ml media BHI cair kemudian
diinkubasi selama 8 jam pada suhu 37oC sehingga
diperoleh suspensi Candida albicans. Suspensi
Candida albicans diencerkan dengan
menambahkan aquades steril sehingga mencapai
kekeruhan tertentu sesuai dengan standar
McFarland 3x108.
Gambar 5.1 Diagram zona hambat dari setiap
Pengujian daya antijamur Candida albicansini
perlakuan terhadap pertumbuhan
menggunakan metode difusi dilakukan dengan cara Candida albicans.
plat akrilik heat cure dengan ukuran 10 mm x 10
mm x 2 mm, sebanyak enam sampel direndam
dengan aquades selama 48 jam kemudian diambil
dengan pinset steril, kemudian direndam dengan
larutan saline selama kurang lebih satu jam. Plat
Rakhmatullah: Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh 76
Tabel 1. Hasil uji statistik deskriptif Hasil uji normalitas efek antijamur terhadap
Candida albicans didapatkan empat buah data yang
Kelompok Pengulangan Rata-rata (mm) ± terdistribusi normal sedangkan dua data lainnya
(n) SD terdistribusi tidak normal dengan syarat nilai
p>0,05, kemudian dilakukan uji data menggunakan
levene’s test. Levene’s test digunakan untuk
EDBW 20% 5 10,48 ± 0,46030 mengetahui varians atau homogenitas dari semua
kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil uji
EDBW 40% 5 13,31 ± 0,41065 homogenitas dari berbagai konsentrasi ekstrak daun
belimbing wuluh dan klorheksidin glukonat adalah
EDBW 60% 5 15,27 ± 0,48226
sebesar 0,998 (sig. 0,998) yang berarti bahwa data
17,29 ± 0,47585 tersebut mempunyai varians yang sama. Uji
EDBW 80% 5
Kruskall Wallis dilakukan untuk mengetahui
EDBW 100% 5 20,26 ± 0,51708 apakah terdapat perbedaan bermakna antar
perlakuan yang diuji dengan tingkat kepercayaan
CG 0,2% 5 22,22 ± 0,52166 95%. Hasil uji Kruskall Wallis diperoleh nilai
p=0,000 (p<0,05) sehingga hipotesis H0 ditolak
Keterangan : yang artinya Ha diterima bahwa terdapat perbedaan
EDBW :. Ekstrak Daun Belimbing ... bermakna dari aktivitas perlakuan ekstrak daun
Wuluh belimbing wuluh dan klorheksidin glukonat
CG : Klorheksidin Glukonat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis
Berdasarkan gambar 5.1 terdapat variasi zona menggunakan Mann Whitney untuk mengetahui
hambat yang terbentuk dari setiap perlakuan. Efek perlakuan mana saja yang mempunyai perbedaan
perlakuan ekstrak daun belimbing wuluh dengan efektivitas dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan
berturut turut menghasilkan rata-rata zona hambat bermakna dari semua kelompok perlakuan ekstrak
sebesar 10,48 mm, 13,31 mm, 15,27 mm, 17,29 daun belimbing wuluh 20%, 40%, 60%, 80%,
mm dan 20,26 mm. Efek perlakuan klorheksidin 100% dan klorheksidin glukonat. Ekstrak daun
glukonat menghasilkan rata-rata zona hambat belimbing wuluh 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
sebesar 22,22 mm. Hasil diatas sesuai dengan memiliki efektivitas antifungi terhadap Candida
gambar 5.1, yang menjelaskan bahwa semakin albicans. Hasil perbandingan zona hambat antara
meningkatnya konsentrasi ekstrak daun belimbing klorheksidin glukonat dan ekstrak daun belimbing
wuluh maka semakin meningkat juga zona wuluh menyatakan semakin meningkatnya
hambatnya tapi masih belum bisa melebihi efek konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh maka
zona hambat dari klorheksidin glukonat 0,2% semakin meningkat juga zona hambatnya tapi
dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans masih belum bisa melebihi efek zona hambat dari
Data yang sudah didapat pada masing-masing klorheksidin glukonat 0,2% dalam menghambat
perlakuan selanjutnya dianalisis statistik pertumbuhan Candida albicans.
menggunakan SPSS.23 untuk mengetahui sebaran
normalitas, homogenitas data dan adanya perbedaan
bermakna dari setiap konsentrasi pada penelitian PEMBAHASAN
ini. Uji normalitas Shaphiro-wilk dilakukan untuk Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui
mengetahui apakah data mempunyai sebaran yang bahwa Ekstrak daun belimbing wuluh 20%, 40%,
normal dan homogen. Hasil data yang didapatkan 60%, 80% dan 100% memiliki efektivitas antifungi
dari uji normalitas adalah sebagai berikut : terhadap Candida albicans. Menurut Melia Sari
(2014), terdapat beberapa kandungan senyawa aktif
Kelompok Shapiro-Wilk dari daun belimbing wuluh antara lain tanin,
flavonoid, dan saponin yang merupakan senyawa
Statistic df Sig. polar yang mempunyai sejumlah gugus hidroksil,
EDBW 20% ,995 5 ,994 sehingga akan mudah larut dalam pelarut metanol.
Metanol memiliki struktur molekul kecil yang
EDBW 40% ,807 5 ,092 mampu menembus semua jaringan tanaman untuk
EDBW 60% ,776 5 ,051 menarik senyawa aktif keluar. Metanol dapat
melarutkan hampir semua senyawa organik,
EDBW 80% ,814 5 ,105 terutama senyawa polar.2
EDBW 100% ,731 5 ,019 Tanin merupakan senyawa kompleks berupa
polifenol yang mampu bereaksi dengan dinding sel
CG 0,2% ,676 5 ,005 dan mampu menghambat sintesis sel kitin yang
merupakan komponen penting pada Candida
77 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 73 - 78
albicans. Flavonoid merupakan golongan fenol meningkatnya konsentrasi dari ekstrak metanol
terbesar yang berasal dari tumbuhan yang memiliki daun belimbing wuluh maka akan semakin
sifat antimikroba terhadap jamur. Mekanisme kerja meningkatkan efek daya hambat terhadap Candida
flavonoid sebagai antijamur bekerja dengan albicans pada plat akrilik heat cure yang dimana
merusak permeabilitas membran dinding sel dan pada penelitian ini konsentrasi yang tertinggi adalah
protein ekstraseluler jamur Candida albicans.9 pada konsentrasi 100%.2
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks Penggunaan klorheksidin untuk jangka panjang
yang bersifat aktif sehingga dapat membentuk akan menyebabkan beberapa efek samping
miselium yang tampak seperti busa. Mekanisme meskipun klorheksidin glukonat 0,2% dianggap
kerja saponin sebagai antijamur dengan sebagai agen antiseptik oral yang paling efektif,
menurunkan tegangan permukaan membran sterol seperti berubahnya warna gigi dan lidah, rasa
yang berperan dalam sintesis dinding sel Candida kurang nyaman, dan menurunkan sensasi rasa. Efek
albicans. Senyawa tanin, flavonoid, dan saponin ini akan timbul jika dilakukan pemakaian rutin
yang terkandung pada daun belimbing wuluh akan secara terus-menerus selama lebih dari 2 minggu
berinteraksi dengan permukaan sel jamur melalui dalam waktu dua kali sehari dan dalam jangka
ikatan hidrogen yang mana pada konsentrasi dan panjang lebih dari 2 tahun atau bila pemakaian
suhu tertentu dapat menyebabkan ikatan hidrogen tidak mengikuti aturan yang benar.14,15 Dapat
melemah.10,11 disimpulkan bahwa ekstrak metanol daun
Penelitian ini menggunakan klorheksidin belimbing wuluh konsentrasi 100% memiliki zona
glukonat 0,2% sebagai kontrol positif dan hambat yang lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan. Formulasi klorheksidin dianggap konsentrasi di bawahnya tetapi tidak melebihi efek
sebagai "gold standard", tersusun oleh N1, N5 yang dari chlorhexidine terhadap Candida albicans pada
merupakan subtitusi biguanida yang berikatan plat akrilik heat cure.
dengan hexametilen dan dua cincin chlorofenol di
kedua ujungnya. Klorheksidin pada dosis rendah DAFTAR PUSTAKA
akan mengganggu transport seluler, sehingga sel
jamur mengalami kerusakan dengan terbentuknya 1. Dama C, Soeliongan S, Tumewu E. Pengaruh
pori-pori pada membran seluler.12 Klorheksidin Perendaman Plat Resin Akrilik dalam Ekstrak
glukonat 0,2% adalah antiseptik yang aktif Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)
melawan bakteri dan jamur. Klorheksidin glukonat terhadap Jumlah Blastopora Candida albicans.
0,2% terbukti dapat mengurangi pertumbuhan Ejournal Unsrat. 2013; 1(2): 1-5.
mikroorganisme secara signifikan dan mempunyai 2. Sari M, Suryani C. Pengaruh Ekstrak Daun
zona hambat yang sangat kuat terhadap beberapa Belimbing Wuluh (Avverhoa blimbi L.) dalam
spesies jamur terutama Candida albicans.26 Hasil Menghambat Pertumbuhan Jamur Candida
penelitian ini hampir sama dengan hasil Aneja et al albicans Secara in vitro. Prosiding Seminar
(2010) yang meneliti tentang efek klorheksidin Nasional Biologi dan Pembelajarannya.
glukonat 0,2% terhadap Candida albicans dengan Universitas Negeri Medan. 2014.Hal:3-4.
zona hambat sebesar 22,9 mm. 3. Rahayu P. Konsentrasi Hambat Minimum
Klorheksidin glukonat 0,2% berikatan dengan (KHM) Buah Belimbing Wuluh (Avverhoa
permukaan sel jamur melalui ikatan ion. blimbi L) terhadap pertumbuhan Candida
Klorheksidin glukonat 0,2% memiliki derajat albicans. Skripsi. Makassar: Fakultas
aktivitas antimikroba tinggi yang apabila berikatan Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin;
dengan komponen membran sel jamur 2013.Hal:11.
menyebabkan perubahan integritas dinding sel 4. Gaib Z. Faktor-Faktor yang Berpengaruh
jamur yang terdiri dari lipid. Adanya perubahan terhadap Terjadinya Kandidiasis Eritematosa
integritas dinding sel tersebut menyebabkan fungsi pada Pengguna Gigi Tiruan Lengkap. Ejournal
dari membran sel jamur akan hilang. Cincin Unsrat. 2013; 1(2): 1-14.
chlorofenol dalam struktur formula klorheksidin 5. Hadjieva H, Dimova M, Todorov S. Stomatitis
glukonat 0,2% bersifat lipofitik bekerja dengan cara Prosthetica-a polyetiologic disorder. Journal
meresap ke dalam dinding sel sehingga mudah of IMAB. 2006; 12(2): 38-4.
diterima oleh membran sel jamur yang terdiri dari 6. Aulia VE. Frekuensi Denture Stomatitis pada
lipid dan menyebabkan kebocoran komponen Pemakai Gigi Tiruan Buatan Dokter Gigi
intraseluler.12,13 dibanding Pemakai Gigi Tiruan Buatan
Pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100% Tukang Gigi. Skripsi. Jember: Fakultas
terjadi peningkatan daya hambat. Sesuai dengan Kedokteran Gigi Universitas Jember;
penelitian yang dilakukan oleh Melia Sari dkk 2008.Hal:14
(2014) Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun 7. David, Munadziroh E. Perubahan Warna
belimbing wuluh maka efek antijamur meningkat Lempeng Resin Akrilik yang Direndam dalam
menyebabkan diameter daya hambatnya semakin Larutan Desinfektan Sodium Hipoklorit dan
besar. Hal ini disebabkan karena semakin
Rakhmatullah: Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh 78
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACK
Bakcground: Cherry leaf (Muntingia calabura linn) has an active substance that can inhibit
Staphylococcus aureus growth and can use alternative to denture cleanser on a plate heat cured type of acrylic
resine. 0,2% chlorhexidine gluconate is often used for denture cleanser but causes tooth discolorition. Purpose:
This research is to analyze inhibition effectivity of cherry leaf extract with concentration 5%, 7,5% and 0,2%
chlorhexidine gluconate to Staphylococcus aureus growth on acrylic resine plate type of heat cured. Methods:
Experimental research use post-test only with control group design. 27 acrylic resine plate type of heat cured
samples were divided into 3 groups (cherry leaf extract 5%, 7,5% and 0,2% chlorhexidine gluconate). Data
analyse use One Way ANOVA test and continued with Post Hoc Benferroni test in confidence level of 95%
(P<0,05). Result: This result showed inhibition zone of cherry leaf extract 5%, 7,5% and 0,2% chlorhexidine
gluconate are 13,34 mm, 16,35 mm and 27,32 mm. One Way ANOVA test showed that there are significant
differences between the effectivity of the inhibition zona of cherry leaf extract with concentration 5%, 7,5% and
0,2% chlorhexidine gluconate. Conclusion: There are differences in the effectivity of cherry leaf compared with
0,2% chlorhexidine gluconate to Staphylococcus aureus on resine acrylic type of heat cured. Inhibition
effectivity of cherry leaf extract with concentration 7,5% greater than 5%, but ts still smaller than 0,2%
chlorhexidine gluconate.
Key words: Cherry leaf, 0,2% chlorhexidine gluconate, Staphylococcus aureus, plate acrylic resine type of heat
cured, diffusion method.
ABSTRACK
Latar Belakang: Daun kersen (Muntingia Calabura linn) memiliki zat aktif yang mampu menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan dapat digunakan sebagai alternatif pembersih gigi tiruan.
Klorheksidin glukonat 0,2% sering digunakan untuk pembersihan gigi tiruan dapat menyebabkan perubahan
warna pada gigi asli maupun buatan. Tujuan: penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas daya hambat
ekstrak daun kersen konsentrasi 5%, 7,5%, dengan klorheksidin glukonat 0,2% terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus dalam perendaman plat resin akrilik tipe heat cured. Metode: Penelitian eksperimental
menggunakan rancangan post-test only with control group design. Sampel berjumlah 27 plat akrilik heat cured
dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan (ekstrak daun kersen 5%, ekstrak daun kersen 7,5%, dan klorheksidin
glukonat 0,2%). Analisis data menggunakan uji One Way ANOVA dan dilanjutkan uji Post Hoc Benferroni
dengan tingkat kepercayaan 95% (P<0,05). Hasil: perlakuan ekstrak daun kersen konsentrasi 5% dan 7,5% ini
menunjukkan zona hambat secara berurutan 13,34mm dan 16,35mm dan zona hambat klorheksidin glukonat
0,2% sebesar 27,32mm. Uji One Way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara
efektivitas daya hambat ekstrak daun kersen konsentrasi 5%, 7,5%, dan klorheksidin glukonat 0,2%.
Kesimpulan: terdapat perbedaan efektivitas daun kersen dibandingkan klorheksidin glukonat 0,2% terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus dalam perendaman plat resin akrilik tipe heat cured. Efektivitas daya
hambat ekstrak daun kersen 7,5% lebih besar dibandingkan 5% tetapi masih lebih kecil dibandingkan
klorheksidin glukonat 0,2%.
Kata kunci: Ekstrak daun kersen, Klorheksidin glukonat 0,2%, Staphylococcus aureus, plat resin akrilik tipe
heat cured, metode difusi
Panesa: Efektivitas Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Kersen 80
Korespondensi: Moehammad Rezaldi Panesa, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Veteran 12B, Banjarmasin, Kal-Sel, email: moerezaldipanesa
(100oC) selama 20 menit. Lempeng plat resin 30 detik dan diinkubasi selama 8 jam. Paper disk
akrilik tipe heat cured dikeluarkan dari kuvet. dimasukkan kedalam tiga kelompok perlakuan
Sampel dihaluskan dengan kertas amplas nomer selama 3 jam.11
600-2000 di bawah air mengalir dengan gerakan Isolat Staphylococcus aureus pada tabung reaksi
memutar selama 90 detik per nomer kertas amplas. diambil dengan lidi steril, kemudian di usapkan
Plat resin akrilik tipe heat cured dipotong dengan pada setiap media MHA kedalam cawan petri dan
bur corburundum sampai berukuran 10mm x 10mm paper disk direndam pada kelompok perlakuan serta
x 2mm dan dirapikan dengan bur stone.15 diinkubasi selama 24 jam. Diameter zona hambat
Daun kersen yang telah dipetik kemudian diukur dengan calliper dalam satuan milimeter. 11,16
dicuci sampai bersih dan dikeringkan. Daun kersen
menjadi layu, kemudian daun dipotong menjadi HASIL PENELITIAN
ukuran yang lebih kecil. Proses selanjutnya adalah Penelitian eksperimental labolatorium murni
pengeringan daun kersen. Pengeringan daun kersen terdiri dari perlakuan ekstrak daun kersen (EDK)
dengan cara memasukkan potongan daun kersen ke 5%, 7,5% dan klorheksidin glukonat 0,2% dengan
dalam oven dengan suhu 50oC selama 3 jam.14,15 pengulangan dari setiap perlakuan sebanyak
Serbuk daun kersen kemudian dicampur dengan sembilan kali. Hasil perhitungan rerata zona hambat
etanol 95% diaduk selama 30 menit dan didiamkan dilihat pada tabel 1.
24 jam kemudian disaring dan diulang tiga kali.
Proses tersebut akan menghasilkan filtrat dan Tabel 1. Rerata dan standar deviasi efektivitas daya
ampas. Filtrat diuapkan dengan vacuum rotary hambat ekstrak etanol daun kersen 5%,
evaporator pemanas waterbath suhu 70οC. 7,5% dengan klorheksidin glukonat 0,2%
Penguapan akan menghasilkan ekstrak kental. terhadap Staphylococcus aureus.
Ekstrak kental kemudian dituang dalam cawan
porselin dan dipanaskan dengan waterbath suhu Jumlah MIH (mm)
70οC sambil terus diaduk dan didapatkan ekstrak Kelompok Sampel/Pengulangan
Rata-
daun kersen.14,15 (n)
rata±SD
Koloni Staphylococcus aureus diperoleh dari
EDK 5% 9 13.34 ±1.21
pembiakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat EDK 7,5% 9 16.35±1.34
Banjarmasin. Koloni bakteri Staphylococcus aureus
hasil biakan diambil dengan ose steril dan KG 0,2% 9 27.32±1.74
dimasukkan dengan cara dilarutkan kedalam 0,5ml Keterangan:
media BHI, kemudian diinkubasi selama 48 jam EDK : Ekstrak daun kersen
pada suhu 37oC. Suspensi Staphylococcus aureus KG : Klorheksidin glkukonat
diencerkan dengan menambahkan aquadest steril
sehingga mencapai kekuruhan tertentu sesuai Tabel 1 memperlihatkan bahwa terdapat variasi
dengan standar Mc Farland I yaitu 3x108 zona hambat masing-masing perlakuan terhadap
CFU/ml4.14,15 Staphylococcus aureus pada perendaman plat resin
Penelitian ini menggunakan metode difusi, akrilik tipe heat cured. Nilai perlakuan ekstrak daun
dengan cara plat resin akrilik tipe heat cured kersen konsentrasi 5% dan 7,5% berturut turut
dengan ukuran 10mm x 10mm x 2mm, sebanyak menghasilkan rerata zona hambat sebesar
tiga plat resin akrilik tipe heat cured disterilkan 13,34±1.21mm dan 16,35±1.34mm. Efek perlakuan
dengan alkohol. Destilasi plat resin akrilik tipe heat klorheksdin glukonat 0,2% menghasilkan rerata
cured menggunakan aquadest steril kemudian sebesar 27,32±1.74mm. Hasil uji normalitas
diambil dengan pinset steril. Plat resin akrilik tipe menggunakan Spahiro-Wilk dengan sig 0,122
heat cured direndam dengan larutan saline selama (klorheksidin glukonat 0,2%), sig 0,576 (daun
kurang lebih satu jam. Plat resin akrilik tipe heat kersen konsentrasi 5%) dan sig 0,148 (daun kersen
cured diambil dengan menggunakan pinset steril konsentrasi 7,5%) didapatkan bahwa semua data
dan direndam dalam 10ml suspensi Staphylococcus terdistribusi normal. Uji homogenitas didapatkan
aureus selama 24 jam pada suhu 37oC dalam tabung nilai p>0,05 yang artinya data homogen. Hasil
reaksi pada media BHI disesuaikan dengan standar analisis data didapatkan semua data terdistribusi
Mc Farland yaitu (3 x 108).11,15` normal dan homogen, sehingga uji parametrik dapat
Tiga plat resin akrilik tipe heat cured dibagi dilakukan. Analisis selanjutnya menggunakan Uji
dalam tiga kelompok. Tiga kelompok perlakuan One Way ANOVA. Data hasil uji One Way ANOVA
yaitu ekstrak daun kersen konsentrasi 5%, 7,5%, dapat dilihat pada tabel 2.
dan kontrol positif (klorheksidin glukonat 0,2%)
direndam selama 15 menit. Plat resin akrilik tipe
heat cured dikeluarkan dari setiap kelompok
perlakuan dan dibilas dengan saline, kemudian di
masukkan kedalam tabung reaksi. Vibrasi selama
Panesa: Efektivitas Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Kersen 82
Tabel 2. Uji parametrik One Way ANOVA yang mengikat ke dinding sel bakteri yang
efektivitas daya hambat ekstrak Etanol bermuatan negatif dan dapat menganggu kestabilan
daun kersen 5%, 7,5% dengan dinding sel bakteri serta osmosis. Klorheksidin
klorheksidin glukonat 0,2% terhadap glukonat 0,2% membuat dinding sel bakteri rusak,
Staphylococcus aureus. kemudian melintasi ke dalam sel dan menyerang
membran sitoplasma bakteri. Membran sitoplasma
Sum of Mean rusak membuat senyawa intraseluler keluar.17,18 Sel
Squares Df Square F Sig. bakteri akan mengalami plasmiptisa yaitu pecahnya
Between sel bakteri, karena air masuk ke dalam sel bakteri.
975.363 2 487.682 1435.965 .000
Groups Klorheksidin glukonat 0,2% dapat menghambat
Within Staphylococcus aureus dan menghilangkan plak
8.151 24 .340
Groups yang sudah terbentuk.20 Klorheksidin glukonat
Total 983.514 26 0,2% mampu berpenetrasi keseluruh lapisan plak,
membunuh bakteri gram positif maupun gram
Tabel 2 menunjukkan hasil uji One Way
negatif, dan menghasilkan proliferasi organisme
ANOVA diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) bahwa
baru, sehingga plak tersebut dapat dilarutkan oleh
terdapat perbedaan signifikan efektivitas daya
saliva atau mengalami otolisis.17
hambat ekstrak etanol daun kersen konsentrasi dan
Daun kersen memiliki kandungan flavonoid
Klorheksidin glukonat terhadap pertumbuhan
lebih banyak daripada senyawa aktif yang lain
Staphylococcus aureus, kemudian data dilanjutkan
seperti saponin, tanin dan streoid. Zat aktif yang
dengan Post Hoc Bonferroni untuk mengetahui
terkandung dalam tanaman obat alami tidak selalu
perlakuan yang mempunyai perbedaan efektivitas
sama. Hal ini disebabkan berbedanya tempat
dengan tingkat kepercayaaan 95%. Ekstrak etanol
pengambilan bahan ekstrak, kadar air bahan ekstrak
daun kersen memiliki efektivitas daya hambat
dan proses pengolahan ekstraksi.27
terhadap Staphylococcus aureus. Hasil uji Post Hoc
Flavanoid dapat menghambat Staphylococcus
Bonferroni dapat dilihat pada tabel 3.
aureus.20 Senyawa flavonoid disintesis sebagai
sistem pertahanan dan responnya terhadap infeksi
Tabel 3. Uji Post Hoc Bonferroni efektivitas daya
mikroorganisme.21 Mekanisme flavanoid sebagai
hambat ekstrak etanol daun kersen 5%,
antibakteri dengan membentuk ikatan kompleks
7,5% dengan klorheksidin glukonat 0,2%
dengan protein ekstraseluler. Protein ekstraseluler
terhadap Staphylococcus aureus.
dilarutkan dan membentuk ikatan kompleks pada
dinding sel bakteri.22 Membran sel bakteri akan
Konsentrasi P
terganggu karena adanya ikatan kompleks di
CH 0,2% EDK 5% 0,0000*
dinding sel bakteri dan senyawa intraseluler bakteri
EDK 7,5% 0,0000*
akan keluar.23
EDK 5% CH 0,2% 0,0000* Saponin menghambat sintesis dinding sel bakteri
EDK 7,5% 0,0000* dengan berikatan pada reseptor sel. Senyawa
EDK 7,5% CH 0,2% 0,0000* saponin melekat pada satu atau beberapa reseptor
EDK 5% 0,0000* bakteri, maka reaksi transpeptidase terhambat dan
Keterangan: sintesis peptidoglikan terhenti. Enzim tranpeptidase
EDK : Ekstrak daun kersen dihambat akan menyebabkan hilangnya D-aline
KG : Klorheksidin glukonat dari rantai pentapeptida dalam reaksi
trasnpeptidase. Dinding sel bakteri mengalami
Tabel 3 menunjukkan hasil uji Post Hoc inaktivasi inhibitor enzim otolitik sehingga sel
Bonferroni bahwa terdapat perbedaan yang bakteri lisis.24,25
bermakna efek daya hambat bakteri Staphylococcus Tanin adalah senyawa turunan polifenol yang
aureus terhadap klorheksidin gluconat 0,2%. mampu merusak komponen dari protein dan
Efektivitas daya hambat daun kersen 7,5% lebih memiliki kamampuan menghambat pertumbuhan
tinggi dibandingkan dengan daun kersen 5% dan bakteri dengan cara menginaktivasi enzim. Tanin
klorheksidin glukonat 0,2%. mampu masuk ke dalam sel bakteri dan
mengkoagulasi protoplasma sel bakteri, karena
PEMBAHASAN senyawa flavonoid dan saponin melisiskan sel
Klorheksidin glukonat 0,2% merupakan gold bakteri. Tanin menyebabkan sel bakteri tidak bisa
standart sebagai denture cleanser. Klorheksidin melakukan aktivitas proteolitik Staphylococcus
glukonat 0,2% adalah agen antibakteri yang aureus. Tanin dapat merusak membran sel dan
bereaksi pada bagian dalam membran sitoplasma. mengkerutkan dinding sel, sehingga permeabilitas
Klorheksidin glukonat 0,2% dapat mempengaruhi sel terganggu. Permeabilitas sel terganggu dapat
integritas dinding sel. Integritas dinding sel menyebabkan lisisnya sel bakteri. 23,25
dipengaruhi peptidoglikan bakteri. Klorheksidin Ekstrak daun kersen konsentrasi 5% dan 7,5%
glukonat 0,2% adalah molekul bermuatan positif mampu menghambat bakteri dengan luas zona
83 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 79 - 84
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRAK
Latar belakang: Karies merupakan penyakit kronis jaringan keras gigi yang salah satunya disebabkan
oleh faktor mikroorganisme yaitu bakteri Streptococcus mutans, pertumbuhan bakteri ini dapat dihambat
dengan memberikan ekstrak umbi bawang dayak. Umbi bawang dayak merupakan tumbuhan herbal khas
Kalimantan yang berpotensi sebagai alternatif obat kumur. Ekstrak umbi bawang dayak memiliki kandungan
yang bersifat antibakteri salah satunya adalah fenol sebagai kandungan terbesar dengan konsentrasi 34,20%
yang dapat merusak sel bakteri sehingga pertumbuhan Streptococcus mutans menurun dan lisis. Tujuan: Untuk
mengetahui perbedaan daya hambat ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi 80mg/ml dengan kontrol positif
klorheksidin glukonat 0,2% terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Metode dan bahan: Rancangan
penelitian ini adalah true experimental design dengan post test only with control group. Penelitian ini
menggunakan 6 kelompok perlakuan menggunakan sampel bawang dayak dengan metode maserasi dan
pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi. Hasil penelitian: Nilai rata-rata zona hambat ekstrak
umbi bawang dayak konsentrasi 20mg/ml sebesar 11,59 mm, konsentrasi 40mg/ml sebesar 14,39 mm,
konsentrasi 60mg/ml sebesar 18,53 mm, konsentrasi 80mg/ml sebesar 23,55 mm, kontrol positif klorheksidin
glukonat 0,2% sebesar 21,39. Uji one-way Anova dan uji Post Hoc LSD menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara setiap kelompok perlakuan. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan daya hambat ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi 80mg/ml terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans dengan zona hambat sebesar 23,55 mm dan klorheksidin glukonat 0,2%
yang hanya memiliki zona hambat sebesar 21,39 mm.
Kata-kata kunci: antibakteri, daya hambat, ekstrak umbi bawang dayak, Streptococcusmutans.
ABSTRACT
Background: Caries is a chronical disease of hard teeth tissue. It is caused by microorganism factor
which is Streptococcus mutans bacterium, this bacterai can be inhibited with umbi bawang dayak extract . Umbi
bawang dayak is Borneo particular herbal plant which has potential as an alternative to mouthwash. Umbi
bawang dayak extracts contain antibacterial which have phenol as the largest content with 34.20%
concentration. Purpose: To figure out the resistivity effect of umbi bawang Dayak extract with 20mg/ml,
40mg/ml, 60mg/ml and 80mg/ml concentration towards the growth of Streptococcus mutans. Method and
Materials: This study applies a true experimental design with posttest-only with control group. This study takes
six groups with 1 kg sampel of umbi bawang dayak using maserasi method and isolate of Streptococcus mutans
using diffusion method. The Result of Research: The average number of inhibition zone of umbi bawang dayak
extract with 20mg/ml concentration is 11.59mm, 40mg/ml concentration is 14.39mm, 60mg/ml concentration is
18.53mm, 80mg/ml concentration is 23.55mm. The average number of inhibition zone of umbi bawang dayak of
chlorhexidine gluconate 0,2% is 21.39, and aquadest is 0.00mm. One-way Anova and Post-Hoc LSD show that
there is significant difference between each of the treatment groups. Conclusion: Based on the result of the
research, it can be concluded that there is different inhibition effect of umbi bawang dayak extract in 80mg/ml
concentration with inhibition zone 23,55 mm and chlorhexidine gluconate 0,2% with inhibition zone 21,39 mm
towards the growth of Streptococcus mutans.
Ananda: Daya Hambat Ekstrak Ubi Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L.) 86
Keyword: antibacterial, inhibition zone, streptococcus mutans, umbi bawang dayak extract.
Korespondensi: Azilita Ananda, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: azilitananda1996@gmail.com
merupakan penelitian eksperimental murni (true ekstrak kental umbi bawang dayak dinyatakan
experimental) dengan rancangan post test only with bebas alkohol. Ekstrak kental umbi bawang dayak
control group design dengan 6 kelompok yang sudah jadi memiliki warna merah kecoklatan.
perlakuan. Sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah ekstak umbi bawang dayak konsentrasi Pembiakan isolat bakteri Streptococcus mutans
20mg/ml, 40mg/ml, 60mg/ml dan 80mg/ml. Isolat murni bakteri Streptococcus mutans
Kontrol positif yang digunakan adalah klorheksidin dilakukan inokulasi pada media BHI (brain heart
0,2% dan kontrol negatif yang digunakan adalah infusion) dengan menggunakan tabung reaksi dan
aquades. Jumlah sampel didapatkan dari rumus diinkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 37ºC.
federer dengan hasil pada setiap kelompok adalah 5 Sebelumnya, isolat bakteri dilakukan penjernihan
pengulangan. dengan standar mac farland 1 (3 x 108). Proses
selanjutnya, dilakukan replikasi S. mutans pada
CARA PENELITIAN media MHA (Muller Hinton agar) dengan
Pembuatan ekstrak kental umbi bawang dayak dioleskan menggunakan swab steril pada media
Umbi bawang dayak yang berusia 3 bulan MHA.
didapatkan dari salah satu pedagang di pasar
tradisional KM 7 kota Banjarmasin. Pengekstrakan
dilakukan di Fakultas MIPA Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru. Sampel umbi bawang dayak
sebanyak 1 Kg dibuat ekstrak dengan cara dicuci
dengan menggunakan air mengalir serta dipotong
kecil-kecil, kemudian dikeringkan di dalam oven
dengan suhu 40ºC selama 3 hari. Selanjutnya
dilakukan proses penghalusan dengan blender dan
diayak dengan pengayak hingga sampai menjadi
serbuk halus dan menghasilkan simplisa umbi
bawang dayak, selanjutnya dilakukan penimbangan
kembali didapatkan 325 gram simplisa umbi Gambar 1. Biakkan Bakteri Streptococcus Mutans
bawang dayak dan dilanjutkan dengan proses
ekstraksi. Proses selanjutnya, dilakukan perendaman
Metode ekstraksi yang digunakan adalah papper disk dengan ekstak umbi bawang dayak
maserasi, yaitu dengan merendam simplisa umbi konsentrasi 20mg/ml, 40mg/ml, 60mg/ml,
bawang dayak dengan pelarut etanol 96%. Simplisa 80mg/ml, klorheksidin 0,2% dan akuades dilakukan
umbi bawang dayak dimasukkan kedalam bejana selama 3 jam dan media diinkubasi selama 1 x 24
maserasi dan kemudian ditambahkan pelarut etanol jam dengan suhu 37 ºC.
96% dengan perbandingan 1 : 10. Selama
perendaman sampel, dilakukan pengadukan Pengukuran Zona Hambat Ekstrak Umbi
sebanyak 6 jam sekali dan dilakukan penggantian Bawang Dayak Terhadap Streptococcus mutans.
pelarut setiap 1 x 24 jam. Penggantian pelarut Pengukuran zona hambat menggunakan kaliper
dilakukan re-mserasi sebanyak 2 kali. Selanjutnya skala milimeter (mm) dengan mengukur zona
akan diuapkan dengan vacum rotary evaporator bening yang terbentuk diskeitar papper disk dan
pada tekanan rendah dengan suhu pemanasan 50oC dicatat. Selanjutnya, dilakukan analisis data.
sampai didapatkan ekstrak cair umbi bawang dayak
dan selanjutnya dipindahkan ke waterbath dengan
suhu 60ºC sehingga diperoleh ekstrak kental umbi
bawang dayak. Selanjutnya ditimbang dan HASIL PENELITIAN
didapatkan ekstrak kental umbi bawang dayak
dengan berat 15,5 gram. Tahap selanjutnya Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan
dilakukan uji free etanol dengan larutan Kalium nilai rata-rata zona hambat ekstrak umbi bawang
dikromat (K2Cr2O7). Apabila tidak terjadi dayak terhadap S.mutans sebagai berikut :
perubahan warna ketika diberikan pereaksi, maka
Ananda: Daya Hambat Ekstrak Ubi Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L.) 88
Berdasarkan Gambar 1 dapat disimpulkan Tabel 2. Tabel Uji Post-Hoc LSD Ekstrak Umbi
bahwa nilai rata-rata zona hambat ekstrak umbi Bawang Dayak terhadap Pertumbuhan S. mutans
bawang dayak terhadap S.mutans dengan EU EU EU EU CH AQ
konsentrasi 20mg/ml sebesar 11,59 mm, BD BD BD BD X
konsentrasi 40mg/ml sebesar 14,39, konsentrasi 20 40 60 80
60mg/ml sebesar 18,53 mm, konsentrasi 80mg/ml UE 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00*
sebesar 23,55 mm, kontrol positif klorheksidin BD * * * *
glukonat 0,2% sebesar 21,39 dan kontrol negatif 20
akuades sebesar 0,00 mm. EU 0,00 0,00 0,00 0,00*
Analisis data pada penelitian ini menggunakan BD * * *
uji normalitas Shapiro-Wilk dan mendapatkan hasil 40
yaitu data penelitian ini terdistribusi normal dengan EU 0,00 0,00 0,00*
nilai signifikansi (p>0,05). Selanjutnya, dilakukan BD * *
uji homogenitas data menggunakan Levene’s Test, 60
didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,643 (p>0,05) EU 0,00 0,00*
yang menunjukkan bahwa sebaran data tersebut
BD *
homogen.
80
CH 0,00*
X
AQ
.
*=Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
umbi bawang dayak konsentrasi 40mg/ml sehingga bakteri ini tida k dapat melekat pada
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan permukaan enamel gigi.21
dengan kelompok ekstrak umbi bawang dayak Fenol juga dapat merusak sitoplasma dan
konsentrasi 60mg/ml, 80mg/ml, klorheksidin 0,2% nukelus sel bakteri sehingga mengakibatkan
dan akuades. Kelompok ekstrak umbi bawang metabolisme S.mutans terganggu hingga terjadi
dayak konsentrasi 60mg/ml menunjukkan adanya lisis.22
perbedaan yang signifikan dengan kelompok Terhambatnya pertumbuhan bakteri S.mutans
ekstrak umbi bawang dayak konsentrasi 80mg/ml, oleh mekanisme antibakteri dari senyawa fenol
klorheksidin 0,2% dan akuades. Kelompok ekstrak dapat terjadi karena S.mutans merupakan jenis
umbi bawang dayak konsentrasi 80mg/ml bakteri gram positif yang memiliki struktur lebih
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sederhana sehingga memudahkan fenol dalam
dengan kelompok perlakuan klorheksidin 0,2% dan merusak sel bakteri. 16 Mekanisme klorheksidin
akuades. Kelompok perlakuan klorheksidin 0,2% glukonat 0,2% sebagai antibakteri adalah Senyawa
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan ini mampu mengendapkan protein asam sitoplasmik
dengan kelompok perlakuan akuades (p<0,05). sehingga terjadi perubahan permeabilitas dinding
sel dan terjadi kebocoran sel S.mutans 11 Penelitian
PEMBAHASAN ini menyatakan bahwa terdapat daya hambat
Penelitian ekstrak umbi bawang dayak terhadap ekstrak umbi bawang dayak pada konsentrasi
pertumbuhan streptococcus mutans bertujuan untuk 20mg/ml, 40mg/ml, 60mg/ml dan 80mg/ml
mengetahui daya hambat ekstrak umbi bawang terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Hal
dayak dengan konsentrasi 20mg/ml, 40mg/ml, ini dikarenakan tingginya senyawa fenol yang
60mg/ml dan 40mg/ml terhadap pertumbuhan terdapat pada ekstrak umbi bawang dayak yang
S.mutans. Hasil penelitian yang telah dilakukan bersifat antibakteri.19
diketahui bahwa terdapat daya hambat ekstrak umbi Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan
bawang dayak pada varian konsentrasi tersebut bahwa terdapat perbedaan daya hambat ekstrak
sehingga dapat menurunkan pertumbuhan S.mutans. umbi bawang dengan konsentrasi 80mg/ml
Ekstrak umbi bawang dayak bersifat antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
karena mengandung senyawa aktif seperti fenol dan dengan zona hambat sebesar 23,55mm dan
flavonoid sebagai senyawa antibakteri.14 Senyawa klorheksidin glukonat 0,2% yang hanya memiliki
terbesar yang terkandung pada ekstrak umbi zona hambat sebesar 21,39mm.
bawang dayak adalah fenol dengan konsentrasi
sebesar 34,20%.19 Fenol merupakan senyawa yang DAFTAR PUSTAKA
bersifat antibakteri dengan mekanisme dapat 1. Buzalaf MAR, Hannas AR, dan Kato MT.
merusak susunan ikatan peptidoglikan pada dinding Saliva and dental erosion. Journal of applied
sel S.mutan sehingga integritas dinding sel rusak oral science. 2012; 20(5) : 493-496.
dan lapisan sel tersebut tidak terbentuk sempurna. 2. Nahak MM. Ekstrak etanol daun beluntas
Rusaknya dinding sel S.mutan dapat menyebabkan (Plucea indica L.) dapat menghambat
fenol dan senyawa antibakteri lainnya menembus pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
lebih dalam pada sel sehingga dapat merusak Jurnal kesehatan gigi. 2013; 1(1) : 41-41.
membran sel S.mutans. Membran sel S.mutans yang 3. Sandi IM. Bachtiar H dan Hidayati.
rusak dapat terjadi karena senyawa fenol dapat Perbandingan efektifitas daya hambat dadih
membentuk kompleks protein melalui ikatan dengan yogurth terhadap pertumbuhan bakteri
hidrogen ion H+ yang menyerang gugus fosfat Streptococcus Mutans. Jurnal b-dent. 2016; 2(2)
sehingga zat yang terdapat pada membran sel : 89-90.
S.mutans seperti ion organik enzim, asam amino 4. Putri HM, Herijulianti E dan Nurjannah N. Ilmu
mengalami kebocoran dan metabolime S.mutans Pencehagan Penyakit Jaringan Keras dan
terganggu sehingga S.mutan mengalami lisis.20 Jaringan Pendukung Gigi. Ed. Ke-2. Jakarta;
Senyawa fenol dan turunannya memiliki zat anti 2012. Hlm. 55-62.
glucosyltransferase sehingga dapat menekan enzim 5. Fatmawati DWA. Hubungan biofilm
glucosyltransferase yang diekskresika S.mutans dan Streptococcus mutans terhadap resiko terjadinya
dapat mencegah pertumbuhan matriks S.mutans
Ananda: Daya Hambat Ekstrak Ubi Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L.) 90
karies gigi. Stomatognatik (J.K.G. Unej). 2011; Bawang Dayak Terstandarisasi Flavonoid
8(3) : 127-129 Terhadap Enterococcus Facialis (In Vitro).
6. Nishimura J. Saito T. Yoneyama H. Bai L. Dentino (Jur. Ked. Gigi). 2017; 11(2) : 183 –
Okumura K. Isogai E. Biofilm formation by 187.
Streptococcus mutans and related bacteria. 18. Firdaus T. Efektifitas ekstrak bawang dayak
Advance of microbiology journal. 2012; 2 : 208- (Eleutherine palmifolia (L) Merr). dalam
210. menghambat pertumbuhan bakteri
7. Yadav K dan Prakash S. Dental Caries:Review. Staphylococcus aureus. Jakarta; 2014.
Asian Journal of Biomedical and Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.
Pharmaceutical Science. 2016; 6(53) : 1-7. Hlm. 23-24
8. Quock Ryan L. Dental caries: a current 19. Rani VS dan Nair BR. GC-MS Analysis Of
understanding and implication. Journal of Ethyl Acetate Extract Of Eleutherine Bulbosa
nature and science. 2015; 1 : 1-2. (Urban) Miller (Iridaceae). International
9. Anggayanti NA, Adiatmika IPG dan Adiputra Journal Of Pharmaceutical Sciences and
N. Berkumur Dengan Teh Hitam Lebih Efektif Research. 2016; 7(4) : 1729-1731
daripada Chlorhexidine gluconate 0,2% untuk 20. Dewi MK, Ratnasari E, Trimulyono G.
menurunkan akumulasi plak gigi. Jurnal PDGI Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Majapahit
2013; 62(2) : 35-40 (Crescentia cujete) Terhadap Pertumbuhan
10. Mathur S, Mathur T, Srivastava R, Khatri R. Bakteri Ralstonia solanacearum Penyebab
Chlorexidine: The Gold Standard in Chemical Penyakit Layu. LentaBio. 2014; 3(1): 51-57.
Plaque Control. National Journal of Physiology. 21. Majidah D, Fatmawati DWA dan Gunadi A.
Pharmacy & Pharmacology. 2011; 1(2): 45-50. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Seledri (Apium
11. Gupta R, Chandavarkar V, Galgali SR, dan graviolens L.) terhadap Pertumbuhan
Mishra M. Chlorhexidine, A Medicine for all Streptococcus mutans sebagai Alternatif Obat
the Oral Diseases. Global Journal of Medicine Kumur (Antibacterial Activity of Celery Leaves
and Public Health. 2012; 1(2) : 43-45 Extract [Apium graveolens L.] againts
12. Mulyani H, Widyastuti SH dan Ekowati VI. Streptococcus mutans as an Alternative
Tumbuhan Herbal Sebagai Jamu Pengobatan mouthwash); 2014. Artikel Ilmiah Universitas
Tradisional Terhadap Penyakit Dalam Serat Jember. Hlm. 4-5
Primbon Jampi Jawi Jilid 1. Jurnal Penelitian 22. Sabbineni Joshita. Phenol-An Effective
Humainiora. 2016; 21(2) : 73-91 Antibacterial Agent. Journal of Medicinal &
13. Supardi S, Herman MJ dan Yuniar Y. Organic Chemistry. 2016; 3(2) : 182-186.
Penggunaan Jamu Buatan Sendiri di Indonesia
(Analisis Data Riset Kesehatan Dasar Tahun
2010). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
2011; 14 (2) 375-381.
14. Galingging RY. Bawang dayak (Eleutherine
palmifolia (L) sebagai tanaman obat multiungsi.
Jurnal warta penelitian tanaman industri. 2009;
15(3) : 1-2.
15. Sari DP, NM. YI, Budiarti LY. Efektivitas Daya
Hambat Ekstrak Umbi Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
Terstandarisasi Fenol Terhadap Pertumbuhan
Enterococcus faecalis. Dentin (Jur. Ked. Gigi)
2017; 1(1): 56-61
16. Noor AM dan Apriasari ML. Efektivitas
Antibakteri Ekstrak Metanol Batang Pisang
Mauli. Jurnal PDGI. 2014; 63(3) : 78-83.
17. Armanda F, N Ichrom MY dan Budiarty LY.
Efektivitas Daya Hambat Bakteri Ekstrak
91
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Malocclusions areithe third major problem in dental health after dental caries and
periodontal disease in Indonesia. HMAR (Handicapping Malocclusion Assessment Record) are an index that
can be use totmeasure security of malocclusion, introduced by Salzmann in 1986. The HMAR indexrcan be used
directly into patients and using a study model. Objective: To analyze the comparison of mild
malocclusionaindicator values with severe malocclusion based on HMAR index (Handicapping Malocclusion
Assessment Record) in triage patient on RSGM Gusti Hasan Aman. Method: This study use observational
analytic withncross sectional approach in October-November 2017. The sample of the research is patient who
cameifirst to RSGM Gusti Hasan Aman in triage stages with the range around 12-18 years old and all the oldest
teeth have been dated and never do the orthodontic treatment. The sample wasfselected by using simple random
sampling method as much as 82 respondents which is consisted of 41 respondents with malocclusion light and
41 respondents with mild malocclusion. Results: The results showedithat the most influential indicator for the
occurrence of mild malocclusion was the lower jaw anterior teeth and severe malocclusion was the maxillary
anterior teeth jointed on the (Intra Arch Deviation). Statistical analysis with Mann-Whitney test obtained
significancetvalue of p=0,000 (p<0.05). Conclusion: Based on the comparison of Handicapping Malocclusion
Assessment Record (HMAR) index value, it can be concluded that the mild malocclusion indicator is bigger than
the severe malocclusion indicator
ABSTRAK
Latar Belakang: Maloklusi berada pada urutan ketiga yang cukup besar dalam masalah kesehatan gigi
dan mulut setelahikaries gigi dan penyakit periodontal di Indonesia. Indeks Handicapping Malocclusion
Assessment Record (HMAR) adalah indeks yang dapat mengukur tingkat keparahan maloklusi, yang
diperkenalkan oleh Salzmann pada tahun 1986. Indeks HMAR dapat digunakan secararlangsung pada pasien
dan ada juga menggunakan model studi. Tujuan: Menganalisis perbandingananilai indikator maloklusi ringan
dengan maloklusi berat berdasarkan indeks Handicapping Malocclusion Assessment Record (HMAR) pada
pasien triage RSGM Gusti Hasan Aman. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik
dengan pendekatanncross sectional pada bulan Oktober-November 2017. Sampel penelitian ini adalah pasien
yangipertama kali datang ke stase triage RSGM Gusti Hasan Aman dengan rentang usia 12-18 tahun dan gigi
sulung sudah tanggal semua serta belum pernah melakukan perawatan ortodonti. Sampel dipilih menggunakan
metodefsimple random sampling berjumlah 82 responden yang terdiri dari 41 responden maloklusi ringan dan
41 responden maloklusi berat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan nilai indikator yang berpengaruh terhadap
terjadinya maloklusi ringaniadalah gigi berdesakan anterior rahang bawah dan maloklusi beratiadalah gigi
berdesakan anterior rahang atas pada indikator penyimpangan gigi dalam satu rahang (Intra Arch Deviation).
Analisis statistik dengan uji Mann-Whitney diperoleh nilai signifikasi sebesar p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan:
Berdasarkan hasil perbandingan nilai indeks Handicapping Malocclusion Assessment Record (HMAR) dapat
disimpulkan bahwa indikator maloklusi berat lebih besar daripada indikator maloklusi ringan.
Korespondensi: Fitriani, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat, Jalan Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: fifitrianii@gmail.com
Fitriani: Perbandingan Nilai Indikator Maloklusi Ringan Dengan Maloklusi Berat 92
pencatatan identitas sampel dalam formulir status Tabel 2. Nilai indikator anterior rahang atas
yang dibimbing oleh peneliti. Kemudiantpeneliti Penyimpangan Gigi Dalam Satu Rahang (Intra Arch Deviation)
memakai jas lab, masker dan handscoon untuk
proteksi diri melakukan pencetakan gigi geligi Anterior Rahang Atas
rahang atas dan rahang bawah perorangan dengan Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat
sendok cetak dan bahan alginat yang telah Gigi missing 0 2,44
dicampur dengan air. Tatarcara mencetak gigi
Berdesakan 187,8 304,9
geligi harus dikuasai oleh peneliti karena pada
Rotasi 14,7 41,5
proses pencetakan dapat terjadi reaksi muntah.
Renggang terbuka 19,5 65,9
Pasien yang telah selesai dicetakIrongga mulutnya
Renggang tertutup 0 0
diberikan doorprize dan dipersilahkan untuk
melanjutkan perawatan ke stase berikutnya. Hasil
Tabel 3. Nilai indikator posterior rahang atas
cetakan akanadilakukan pengisian dengan air Penyimpangan Gigi Dalam Satu Rahang (Intra Arch
PDAM dan gips tipe IV dengan segera. Model gigi Deviation)
geligi sampel diukur tingkat keparahan Posterior Rahang Atas
maloklusinya secaranobservasional dengan sliding Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat
caliver. Hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir, Gigi missing 9,8 17,1
kemudian data dikumpulkan dan akan dilakukan
Berdesakan 56,1 153,7
perbandingan nilai indikatorIantara kategori
Rotasi 17,1 36,6
maloklusi ringan dengan maloklusi berat.
Renggang terbuka 7,3 19,5
Renggang tertutup 0 0
HASIL PENELITIAN
Rata–rata nilai indikator indeks HMAR Tabel 4. Nilai indikator anterior rahang bawah
Penyimpangan Gigi Dalam Satu Rahang (Intra Arch
(Handicapping Malocclusion Assessment Record) Deviation)
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Anterior Rahang Bawah
Tabel 1. Rata–rata nilai indikator indeks HMAR Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat
Indikator M. ringan M. berat Gigi missing 0 4,9
Penyimpangan gigi dalam Berdesakan 243,9 390,2
satu rahang (Intra Arch 9, 488 17,76 Rotasi 24,4 43,9
Deviation) Renggang terbuka 24,4 24,4
Kelainan hubungan gigi Renggang tertutup 0 0
kedua rahang dalam keadaan
0,488 0,732
oklusi (Inter Arch Deviation)
a. segmen anterior Tabel 5. Nilai indikator posterior rahang bawah
Penyimpangan Gigi Dalam Satu Rahang (Intra Arch
b. segmen posterior 0 0
Deviation)
0 0 Posterior Rahang Bawah
Kelainan dentofacial
Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat
9,976 18,392 Gigi missing 21,95 51,2
Jumlah nilai indikator
Berdesakan 60,97 129,3
Rotasi 17,1 36,6
Berdasarkan tabel 1.fNilai indikator Renggang terbuka 4,9 14,6
Penyimpangan gigi dalam satu rahang (Intra Arch
Renggang tertutup 0 0
Deviation) kategori maloklusi ringan lebih rendah
daripada kategori maloklusi berat. Nilai kelainan
hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi Berdasarkan tabel 2. tabel 3. tabel 4. dan
(Inter Arch Deviation) segmen anterior tabel 5. diatas menunjukan nilai indikator pada gigi
kategoriImaloklusi ringan juga lebih rendah missing, gigi rotasi, gigi renggang terbuka dan gigi
daripada kategori maloklusi berat. Nilai indikator renggang tertutup tidak terdapat nilai yang
kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam signifikan sedangkan pada gigi berdesakan
keadaantoklusi (Inter Arch Deviation) segmen mempunyaitnilai yang signifikan antara maloklusi
posterior dan nilai kelainanrdentofacial kategori ringan dan maloklusi berat.
maloklusi ringan dengan kategori maloklusi berat Nilai indikator kelainan hubungan gigi
tidak memiliki perbedaan nilai yang dapat kedua rahang dalam keadaan oklusi (inter arch
mempengaruhi maloklusi. deviation) segmen anterior dan posterior dapat
dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.
Fitriani: Perbandingan Nilai Indikator Maloklusi Ringan Dengan Maloklusi Berat 94
Tabel 6. Nilai indikator segmen anterior anterior rahang bawah dan posterior rahang
Kelainan Hubungan Gigi Kedua Rahang Dalam Keadaan bawahrpada penyimpangan gigi dalam satu rahang
Oklusi (Inter Arch Deviation) (Intra Arch Deviation) menunjukkan gigi missing,
Segmen Anterior
gigi rotasi, gigi renggang terbuka dan gigi renggang
Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat
tertutup tidak terdapat perbedaan bermakna antara
Jarak gigit 7,3 2,4 maloklusi ringan dengannmalokusi berat. Hanya
Tumpang gigit 17,1 34,1
pada gigi berdesakan anterior rahang atas, posterior
Gigitan silang 0 0
Gigitang terbuka 0 0
rahang atas, anterior rahang bawah dan posterior
rahang bawah yang terdapat perbedaan bermakna
Tabel 7. Nilai indikator segmen posterior antara maloklusi ringan dengan malokusi berat.
Kelainan Hubungan Gigi Kedua Rahang Dalam Keadaan Perbandingan nilai indikator segmen anterior dan
Oklusi (Intra Arch Deviation) segmen posterior pada kelainan hubungan gigi
Segmen Posterior kedua rahang dalam keadaan oklusi (Inter Arch
Indikator Maloklusi Ringan Maloklusi Berat Deviation) menunjukkan tidak terdapatkperbedaan
Hubungan antero- yang bermakna antara maloklusi ringan
0 0
posterior denganimalokusi berat. Perbandingan nilai
Gigitan silang 0 0 indikator kelainan dentofacial menunjukkan juga
Gigitan terbuka 0 0 tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
maloklusi ringan dengan malokusi berat.
Berdasarkan tabel 6. dan tabel 7. diatas
menunjukan nilai indikator kelainan hubungan gigi PEMBAHASAN
kedua rahang dalam keadaan oklusi (inter arch Maloklusi pada gigi dapat diakibatkan oleh
deviation) segmen anterior dan segmen posterior beberapa faktor yaitubfaktor secara langsung
tidak memiliki perbedaan nilai yang signifikan ataupun tidak langsung. Kedua faktor ini sangat
antara maloklusi ringan dan maloklusi berat. berpengaruh dalamoterjadinya kelainan susunan
gigi. Berdasarkan dari nilai indikator pada gigi
Tabel 8. Nilai indikator kelainan dentofacial anterior rahang atas ternyata ditemukan
lebihbbanyak pada gigi berdesakan. Indikator gigi
Kelainan Dentofacial berdesakan anterior rahang atas ini adalah sebagai
Maloklusi Maloklusi penyebabeutama dalam menentukan maloklusi
Indikator
Ringan Berat ringan dan maloklusi berat. Berdasarkan dari hasil
Celah bibir 0 0 penelitian, indikator gigitberdesakan anterior
Bibir bawah terletak dipalatal rahang atas yang paling seringeterjadi pada
0 0
insisivus atas
Gangguang sendi rahang 0 0
maloklusi berat karena indikator ini memiliki nilai
Asimetris wajah 0 0
yang paling tinggi dibandingkan nilai indikator
Gangguan bicara 0 0
anterior rahang atas yang lain. Kondisi tersebut
akan menimbulkan terjadinyaBtumpang tindih yang
Tabel 8. diatas menunjukan nilai indikator diakibatkan karena adanya kebiasaan buruk.
kelainan dentofacial tidak memiliki perbedaan nilai Bernafas melalui mulutAmerupakan kebiasaan
yang signifikan antara maloklusi ringan dan yang paling sering menimbulkan kelainan pada
maloklusi berat. struktur wajah dan oklusi gigi geligi. Kebiasaan
Data yang sudah didapat akan dianalisis bernafas melalui mulut yang berlangsung selama
secara statistik tetapi sebelumnya, terlebih dahulu masa tumbuh kembangNdapat mempengaruhi
dilakukaniuji normalitas data. Uji normalitas pertumbuhan dentokraniofacial.9 Menurut
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- penelitian yang dilakukan oleh Jefferson Y tahun
Smirnov pada perbandingan nilai indikator 2010, seseorang yang memiliki kebiasaan
penyimpangan gigi dalam satu rahang (Intra Arch bernafasamelalui mulut pertumbuhan maksila
Deviation) menunjukkan data tidak terdistribusi menjadi terhambat yang menyebabkan langit-langit
normal. Perbandingan nilai indikator pada kelainan menjadi lebih sempit sehingga pada orang
hubungan gigi kedua rahangndalam keadaan oklusi denganrkebiasaan bernafas melalui mulut
(Inter Arch Deviation) menunjukkan data juga tidak cenderung memiliki susunan gigi anterior rahang
terdistribusiInormal. Perbandingan nilai indikator atas yang berdesakan.9,12 Nilai indikator gigi
kelainan dentofacial antara data juga tidak missing, gigi rotasi, gigi renggang terbuka dan gigi
terdistribusi normal. renggang tertutup anterior rahang atasItidak
Data dari hasil penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan sehinggahtidak
tidakaterdistribusi normal sehingga uji analisis menjadi penentu maloklusi ringan atau maloklusi
selanjutnya dilakukan uji non-parametrik yaitu uji berat.
Mann-Whitney. Data hasil uji analisis pada Nilai indikator gigi posterior rahang atas
penelitian ini didapatkan perbandingan nilai terdapat perbedaan yangSsangat besar pada
indikator anterior rahang atas, posterior rahang atas, indikator gigi berdesakan. Indikator gigi
95 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 91 - 96
berdesakan posterior rahang atas juga menjadi gigi rotasi, gigi renggangaterbuka dan gigi
penyebab utamaUdalam menentukan maloklusi renggang tertutup posterior rahang bawah tidak
ringan dan maloklusi berat. Etiologi indikator ini terdapat perbedaan yang signifikan sehingga tidak
masih belumNdiketahui secara pasti. Peneliti menjadiapenentu maloklusi ringan atau maloklusi
menyatakan bahwa penyebab gigi berdesakan berat.
adalahtfaktor genetik (keturunan). Faktor genetik Hasil penelitian tentangKnilai indikator
yang diturunkan dariuorang tua karena tidak ada antara malokusi ringan dengan maloklusi berat
keharmonisan ukuran mesial-distal gigi yang lebih pada kelainan hubungan kedua rahang dalam
besar warisankdari ayah dan ukuran rahang yang keadaan oklusi segmen anteriorAdan segmen
kecil warisan oleh ibu atau sebaliknya. 6,13 Pada posterior menunjukkan nilainya sama tidak terdapat
indikator giginmissing, gigi rotasi, gigi renggang perbedaan yang signifikan sehingga tidak
terbukaydan gigi renggang tertutup posterior rahang menentukan antara maloklusi ringan dan maloklusi
atas tidak terdapat perbedaan yang signifikan berat. Hasil penelitian nilai indikator kelainan
sehingga tidak menjadi penentu maloklusi ringan dentofacial nilainya juga samadtidak terdapat
atauamaloklusi berat. perbedaan yang signifikan sehingga tidak
Hasil dari penelitian tentang nilai indikator menentukanasebagai pembeda antara maloklusi
gigi anterior rahangPbawah juga lebih banyak ringan dan maloklusi berat.
ditemukan pada indikator gigi berdesakan. Hasil Indikator yang lebih banyak mempengaruhi
penelitian ini serupaAdengan penelitian yang maloklusi ringan adalah gigi berdesakannanterior
dilakukan oleh Isnaniah di Klinik terpadu Fakultas rahang bawah dan indikator yang lebih banyak
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran tahun mempengaruhi maloklusi berat adalahtgigi
2013 yang menunjukanrgigi berdesakan lebih berdesakan anterior rahang atas. Berdasarkan
banyak terjadi pada anterior rahang bawah.14 penjelasan diatas hasil perbandingan nilai indeks
Berdasarkan dari hasil penelitian, IndikatorAgigi Handicapping Malocclusion Assessment Record
berdesakan anterior rahang bawah yangkpaling (HMAR) dapat disimpulkan bahwa indikator
sering terjadi adalah maloklusi ringan karena maloklusi berat lebih besar daripada indikator
indikator ini mempunyai nilai paling banyak maloklusi ringan.
diantara nilai indikator indeks HMAR yang lain dan
juga memiliki nilai rata rata yang cukupGtinggi. DAFTAR PUSTAKA
keadaan tersebut akan menimbulkan terjadinya
tumpangItindih yang diakibatkan karena gigi 1. Kusuma R.H. Perbedaan Indeks Karies antara
desiduiLyang terlambat dicabut padahal gigi Maloklusi Ringan dan Berat Pada Remaja di
permanennya sudah tumbuh atau bisa juga karena Ponpes Darul Hijrah Martapura. Dentino
gigi desidui dicabut sebelum waktunya akibatnya (Jurnal Kedokteran Gigi). 2014; 2(1):13-17.
rahang kurang berkembang dan gigi 2. Koesoemahardja H. Tumbuh kembang
permanenAyang tumbuh kemudian kekurangan kraniodentofasial. Tesis. Jakarta : Fakultas
tempat untuk tumbuh dalam oklusi normal. 15 Nilai Kedokteran Gigi Trisakti; 2009. p.29-39.
indikator gigi missing, gigi rotasi, gigiBrenggang 3. Rahardjo P. Ortodonti dasar edisi 2. Surabaya:
terbuka dan gigi renggang tertutup anterior rahang Airlangga University Press. 2013. p.45-53.
bawah tidak terdapat perbedaan yang 4. Adzimah FS. Gambaran derajat keparahan
signifikanusehingga tidak menjadi penentu maloklusi menggunakan handiccaping
maloklusi ringanJatau maloklusi berat. malocclusion assesment record pada siswa
Nilai indikator gigi posterior rahang bawah SMPN 1 Paciran Kabupaten Lamongan.
juga banyakSditemukan pada gigi berdesakan. Orthodontic Dental Journal. 2011; 2(2): 19-
Indikator gigi berdesakanIposterior rahang bawah 24.
juga menjadi penyebab utama dalam menentukan 5. Hariyanti S.R.J. Gambaran Tingkat Keparahan
maloklusi ringan dan maloklusi berat. Kondisi gigi Maloklusi dan Keberhasilan Perawatan
tersebut akanNmenimbulkan terjadinya tumpang Menggunakan Index Of Complexity, Outcome
tindih gigi yang diakibatkan oleh gigi desidui yang and Need (ICON) di RSGM-P FKG Unair.
terlaluTdini mengalami karies. Secara alami gigi Orthodontic Dental Journal. 2011; 2(1):26-32.
desidui akanItanggal sebelum gigi permanen 6. Loblobly M. Gambaran Maloklusi
tumbuh, tetapi karenangigi desidui yang mengalami Berdasarkan Indeks Handiccaping
karies berpengaruh terhadap perkembangan Malocclusion Assessment Record (HMAR)
oklusiGdan penutupan ruang sehingga dapat pada siswa SMAN 9 Manado. Jurnal e-Gigi
menyebabkan gigi saling tumpang tindih atau (eG). 2015; 3(2):625-633.
berdesakan. Gigi desidui merupakan petunjuk bagi 7. Anggriani N.L.P.M. Hubungan Tingkat
erupsiNatau tumbuhnya gigi permanen sehingga Keparahan Maloklusi Berdasarkan ICON
apabila gigi sulung sudah dicabut (Index of Complexity, Outcome and Need)
sebelumYwaktunya maka dapat memperlambat dengan Resiko Karies Ditinjau Dari Lama
tumbuhnya gigi permanen.16 Indikator gigi missing, Perlekatan Plak Pada Remaja di SMPN 2
Fitriani: Perbandingan Nilai Indikator Maloklusi Ringan Dengan Maloklusi Berat 96
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Wound healing process can be accelerated by use of drugs. Use of herbal medicinal plants
considered to be more effective and have minimal side effects compared with modern drugs. Ramania have
secondary metabolites such as flavonoids. Pharmacological research on flavonoids showed that flavonoid
compounds show activity as antiradical, antioxidant, antibacterial, antiviral and anti-inflammatory. The drying
process is one of the factors that affect the content of total flavonoid compounds in a crude drug that may affect
its antioxidant activity. Purpose: To analyze differences in the content of total flavonoid ramania leaves extract
against drying method is used as a preliminary study of the process of preparation of a wound healing drug.
Methods: Type of research conducted a pure experimental study (true experimental) with only post-test design
with control group design, manufacture simplisia performed with dry the leaves in the 3 treatment groups, that
is natural drying, artificial drying and without drying as a negative control. The simplicia then extracted by
maceration method for 3 days to obtain a thick extract. Then conducted to determine the maximum wavelength
and manufacture standard curve with a quercetin solution, after the results obtained, the calculation of
flavonoid ramania leaf extract can be performed using Spectrophotometry UV-Vis. Results: The results of the
determination of total flavonoids in this study overall showed significantly different results, the highest total
flavonoid on group oven drying is 167.13 µg/mg, drying room is 103.48 µg/mg and the lowest group without
drying is 30.47 µg/mg. Conclusion: This proves that the drying oven is more effective binding flavonoid
ramania leaf extract compared to the method of drying room and the group without drying.
ABSTRAK
Latar belakang: Proses penyembuhan luka dapat dipercepat dengan penggunaan obat obatan.
Penggunaan tanaman obat dianggap lebih efektif dan memiliki efek samping yang minimal dibandingkan
dengan obat modern. Ramania mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid. Penelitian
farmakologi terhadap senyawa flavonoid menunjukkan bahwa senyawa flavonoid memperlihatkan aktivitas
seperti antiradikal, antioksidan, antibakteri, antiinflamasi dan antivirus. Proses pengeringan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kandungan total flavonoid dalam suatu simplisia sehingga mempengaruhi
aktivitas antioksidannya. Tujuan: Menganalisis perbedaan kandungan total flavonoid ekstrak daun ramania
terhadap metode pengeringan yang digunakan sebagai studi pendahuluan terhadap proses pembuatan sediaan
obat penyembuhan luka. Metode: Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni
(true experimental) dengan rancangan post-test only with control group design, pembuatan simplisia dilakukan
dengan mengeringkan daun pada 3 kelompok perlakuan, yaitu pengeringan alami, pengeringan buatan dan
tanpa pengeringan sebagai kontrol. Simplisia tersebut kemudian diekstraksi metode maserasi selama 3 hari
sampai diperoleh ekstrak kental. Kemudian dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum dan
pembuatan kurva baku dengan larutan kuersetin, setelah didapatkan hasil panjang gelombang maksimum dan
kurva baku, maka perhitungan ekstrak flavonoid daun ramania dapat dilakukan dengan menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis. Hasil: Penentuan total flavonoid pada penelitian ini keseluruhan menunjukkan hasil
Muliyawan: Perbedaan Total Flavonoid Antara Metode Pengeringan Alami Dan Pengeringan Buatan 98
yang berbeda bermakna, total flavonoid tertinggi pada kelompok pengeringan oven yaitu 167,13 µg/mg,
pengeringan ruangan yaitu 103,48 µg/mg dan yang terendah kelompok tanpa pengeringan yaitu 30,47 µg/mg.
Kesimpulan: Hal ini membuktikan bahwa pengeringan oven lebih efektif mengikat flavonoid ekstrak daun
ramania dibandingkan metode pengeringan ruangan dan kelompok tanpa pengeringan.
Korespondensasi : Rezky Muliyawan, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Jalan
Veteran No 12B, Banjarmasin, Kalsel, email: rezkycbr77@gmail.com
buatan. Jumlah sampel dalam penelitian ini gelombang maksimum tersebut dipakai untuk
didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan pembuatan kurva baku dan pengujian kandungan
rumus Federer yaitu sebanyak 27 sampel larutan total flavonoid.
ekstrak daun ramania. Daun ramania yang
digunakan diperoleh dari Desa Mandiangin, Pembuatan Kurva Baku
Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Standar kuersetin dibuat dengan cara
Martapura, Kalimantan Selatan. menyiapkan 5 labu ukur 10 ml, kemudian pada
labu dimasukan larutan baku masing-masing
Preparasi dan Ekstraksi Sampel sebanyak 0,2 ml, 0,4 ml, 0,6 ml, 0,8 ml dan 1,0 ml,
Sampel yang akan dilakukan pengujian kemudian pada masing-masing labu ukur
dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir hingga ditambahkan akuades sampai volume labu ukur
bersih, kemudian sampel dipotong-potong dengan mencapai 10 ml. Larutan pada labu ukur diukur
menggunakan pisau. Sampel dibagi menjadi tiga absorbansinya pada panjang gelombang maksimum
bagian. Sampel yang pertama dikeringkan dengan seperti prosedur sebelumnya. Selanjutnya dibuat
menggunakan pengeringan kering angin dengan kurva antara absorbansi (A) dengan konsentrasi
suhu ±270C selama ±72 jam. Sampel yang kedua kuersetin (Q). Hasil dari pembuatan kurva baku
dikeringkan dengan menggunakan pengeringan standar kuersetin inilah nantinya yang akan dipakai
lemari kering (oven) dengan suhu 500C selama 4 sebagai pembanding kandungan total flavonoid.
jam. Sampel yang ketiga tidak dilakukan
pengeringan. Sampel pertama dan kedua yang telah Penentuan Kadar Total Flavonoid
dilakukan pengeringan serta sampel ketiga yang Sampel ditimbang sebanyak 20 mg kemudian
tidak dilakukan pengeringan kemudian masing- dilarutkan dengan pelarut etanol p.a sampai 10 ml
masing dilakukan penetapan kadar air. Setelah labu ukur sehingga diperoleh konsentrasi 2000
didapatkan nilai kadar air maka masing-masing ppm. Masing-masing sampel dipisahkan
sampel dihaluskan dengan menggunakan blender. berdasarkan kelompok metode pengeringan, yaitu
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pengeringan alami, pengeringan buatan dan
metode maserasi dengan cara merendam simplisia kelompok tanpa pengeringan sebagai kontrol.
dengan pelarut etanol 95%. Daun yang tidak Sebanyak 0,5 ml dari tiap larutan ekstrak
dilakukan pengeringan juga di ekstraksi direaksikan dengan 0,5 ml AlCl3 10% dan
menggunakan metode maserasi dengan cara ditambahkan 4 ml asam asetat 5% kemudian
merendam daun dengan pelarut etanol 95%. didiamkan selama 20 menit, pada sampel larutan
Simplisia dan daun tanpa pengeringan diambil ekstrak daun ramania dilakukan replikasi dengan
sebanyak 50 g masing-masing kemudian dilarutkan masing-masing kelompok minimal terdiri dari 9
dengan menggunakan pelarut etanol 95% di dalam sampel. Absorbansi dari larutan ekstrak diukur
tabung erlenmeyer dengan perbandingan 1:10 dengan panjang gelombang maksimum larutan
berat/volume (b/v) atau 1 cm diatas simplisia dan kuersetin yang sudah didapatkan pada prosedur
daun. Campuran ini diaduk hingga rata kemudian sebelumnya, menggunakan spektrofotometer UV-
ditutup rapat dan didiamkan selama 72 jam. Setiap Vis. Kandungan flavonoid total ditentukan
24 jam sekali dilakukan pengadukan dengan berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan
menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan regresi kurva kalibrasi kuersetin.
50 rotations per minute (rpm) selama 15 menit.
Setelah 72 jam, campuran tersebut kemudian HASIL PENELITIAN
dilakukan penyaringan kemudian dipekatkan Penetapan kadar air
dengan rotary vacum evaporator menggunakan
suhu 500C serta dikeringkan menggunakan
waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.
52.9
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Menimbang 2 mg kuersetin kemudian
34
dilarutkan dengan etanol p.a (pro-analisis) sampai
100 ml sehingga diperoleh konsentrasi 20 ppm.
14.6
Sebanyak 0,4 ml larutan diambil kemudian
direaksikan dengan 0,5 ml AlCl3. Setelah itu
ditambahkan 4 ml asam asetat 5% ke dalam larutan
dan didiamkan selama 20 menit (operating time).
Setelah itu larutan diabsorbansi dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
Gambar 1. Diagram Penetapan Kadar Air
panjang gelombang 400-499 nm dengan interval 3.
Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum
Dari hasil pada gambar 1, dapat dilihat bahwa
dengan nilai absorbansi tertinggi, maka panjang
kadar air terendah yaitu adalah dengan pengeringan
Muliyawan: Perbedaan Total Flavonoid Antara Metode Pengeringan Alami Dan Pengeringan Buatan 100
buatan yaitu 14.6%, pengeringan alami yaitu 34% Dari hasil pada gambar 3, maka dapat
dan kadar air tertinggi adalah pada kelompok tanpa disimpulkan bahwa nilai absorbansi kurva baku ini
pengeringan yaitu 52.9%. Kandungan kadar air sebagai standar untuk penentuan nilai absorbansi
pada simplisia sangat mempengaruhi kualitas total flavonoid ekstrak daun ramania nantinya harus
metabolit sekunder, jika kadar air masih tinggi pada rentang nilai absorbansi antara 0.131 sampai
aktivitas enzim juga akan tinggi, enzim tersebut 0.693, jika ada sampel beberapa data hasil
akan mengubah kandungan kimia yang telah penghitungan flavonoid yang tidak pada rentang
terbentuk menjadi bentuk lain. Semakin rendah itu, maka perlu dilakukan pengenceran.
kandungan kadar air pada simplisia semakin tinggi
kandungan metabolit sekundernya.14 Penentuan Kadar Total Flavonoid
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
rata kadar total flavonoid ekstrak daun ramania.
167.13
103.48
30.47
perlakuan sehingga dilanjutkan dengan uji Post pada metode pengeringan alami lebih rendah
Hoc Mann-whitney. Hasil uji Post Hoc Mann- daripada pengeringan buatan. Diantaranya
whitney pada kelompok perlakuan dan kontrol disebabkan waktu pengeringan yang lama, keadaan
memberikan hasil bahwa terdapat perbedaan tempat pengeringan dan sanitasi serta kebersihanya
bermakna antara setiap kelompok yang kurang terjamin, karena dilakukan di tempat
menunjukkan bahwa pengeringan alami, terbuka sehingga kemungkinan terjadi kerusakan
pengeringan buatan dan kelompok tanpa kandungan senyawanya selama penjemuran besar. 19
pengeringan daun ramania memiliki kandungan Selain itu juga dikarenakan suhu, kelembaban
total flavonoid yang berbeda. udara dan kecepatan udara tidak dapat diatur,
sehingga kecepatan pengeringan tidak seragam.
PEMBAHASAN Menurut rachmawan (2001) Kecepatan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan pengeringan alami serta kualitas hasil yang
bahwa pengeringan buatan (oven) adalah metode diperoleh dengan cara penjemuran sangat
pengeringan yang tepat dan efektif dibandingkan dipengaruhi oleh suhu udara dan kelembaban serta
dengan metode pengeringan alami (kering angin) cara penjemuran.
dan metode tanpa pengeringan dalam menghasilkan Suhu udara akan mempengaruhi kecepatan
total flavonoid optimal pada ekstrak daun ramania penjemuran. Pada suhu yang tinggi, kelembaban
yaitu sebesar 167,13 µg/mg. Hal tersebut udara akan semakin rendah. Akibatnya kemampuan
disebabkan karena pengeringan buatan (oven) udara tersebut untuk menangkap uap air dari bahan
menggunakan temperatur, kelembaban udara, yang dijemur akan semakin meningkat dan juga
kecepatan udara dan waktu yang dapat diatur sebaliknya.20 Dalam penelitian ini pada metode
sehingga dapat lebih baik mencegah oksidasi dan pengeringan alami (kering angin) dilakukan suhu
degradasi senyawa aktif didalamnya. 15 Pada ruangan sehingga kemampuan udara untuk
penelitian tanaman obat lain menunjukkan bahwa menangkap uap air dari bahan yang dijemur akan
pengeringan menggunakan oven pada suhu 50oC sedikit berjalan lambat. Ketebalan tumpukan bahan
memiliki kadar air paling rendah jika dibandingkan dan frekuensi pembalikan bahan akan sangat
dengan pengeringan sinar matahari langsung dan berpengaruh pada kecepatan pengeringan.20 Selama
kering angin, juga disebutkan bahwa nilai IC50 proses pengeringan alami (kering angin)
antioksidan dengan perlakuan pengeringan oven berlangsung, ketidakseragaman ketebalan lapisan
menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling bahan mempengaruhi proses pengeringan itu
tinggi dibandingkan dengan perlakuan metode sendiri. Udara yang lewat dari bahan lebih banyak
pengeringan lainnya.16 Pengeringan dengan oven pada lapisan yang tipis daripada lapisan yang
dianggap lebih menguntungkan karena akan terjadi tebal.21
pengurangan kadar air dalam jumlah besar dalam Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
waktu yang singkat17, sedang metode kering angin kandungan total flavonoid masing-masing memiliki
dianggap murah tetapi kurang efisien waktu dalam perbedaan yang bermakna antar setiap metode
pengeringan simplisia.18 pengeringan, yaitu pengeringan oven, pengeringan
Suhu pengeringan yang digunakan ruangan dan kelompok tanpa pengeringan sebagai
mempengaruhi lama pengeringan, semakin tinggi kelompok kontrol negatif daun ramania. Ini sesuai
suhu pengeringan semakin cepat proses transpirasi dengan teori yang menyatakan bahwa proses
didalamnya. Hal ini ditunjukkan pada pengeringan pengeringan merupakan salah satu faktor yang
menggunakan oven dimana suhu yang digunakan mempengaruhi kandungan senyawa fenolik dan
lebih tinggi sehingga mempengaruhi air dalam flavonoid total dalam suatu simplisia sehingga
bahan, dan semakin singkat waktu yang dibutuhkan dapat mempengaruhi aktivitas antioksidannya.8
untuk menjadikan kadar air paling rendah, sehingga Suhu pengeringan sangat berpengaruh
pengeringan oven lebih efektif menghilangkan terhadap kualitas, terutama pada perubahan kadar
aktivitas enzim yang bisa menguraikan kandungan fitokimia atau senyawa aktif. Pengeringan harus
zat aktif nya.18 Kandungan kadar air pada simplisia disesuaikan dengan bagian tanaman yang akan
sangat mempengaruhi kualitas metabolit sekunder, dikeringkan. Jika bahan berasal dari akar, daun,
jika kadar air masih tinggi aktivitas enzim juga bunga dan buah, maka suhu dan metode
akan tinggi, enzim tersebut akan mengubah pengeringan perlu diperhatikan. Apabila tidak
kandungan kimia yang telah terbentuk menjadi ditangani secara benar akan mengakibatkan
bentuk lain. Semakin rendah kandungan kadar air berkurangnya kadar zat yang terkandung dalam
pada simplisia semakin tinggi kandungan metabolit bahan.19 Berdasarkan hasil penelitian dapat
sekundernya.16 Hal ini sesuai dengan hasil disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna
penetapan kadar air pada penelitian ini yang juga total flavonoid pada ekstrak daun ramania terhadap
mendapatkan bahwa kadar air terendah adalah pada setiap metode pengeringan, serta pengeringan
pengeringan buatan menggunakan oven. buatan (oven) adalah metode pengeringan yang
Ada beberapa faktor yang membuat tepat dan efektif dalam menghasilkan total
kandungan total flavonoid ekstrak daun ramania flavonoid optimal pada ekstrak daun ramania.
Muliyawan: Perbedaan Total Flavonoid Antara Metode Pengeringan Alami Dan Pengeringan Buatan 102
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Stainless steel orthodontic wire is widely used because have a relatively high durability
and ease of use. Resilience is the ability of a wire to move in the direction specified after activation. Factors that
can affect the resilience of orthodontic wire in the oral cavity is acid content from probiotic drinks. Probiotic
drinks are beverages containing lactic acid bacteria (C3H6O3) that can live in stomach acid. Consuming
probiotic drinks can cause the release of nickel ions (Ni) and chromium (Cr) on the wire. Purpose: This study
aims to determine changes in resistance of orthodontic stainless steel orthodontic resilience to immersion in
probiotic drinks for 13 hours at 37 ° C. Method: The research type was the correct experimental study with pre
and post test with control group design consisting of 2 groups, that group of probiotic drinking treatment and
saline solution control group. The sample in this study 20 samples divided into 2 groups, and the measurement
of resilience using gauge force meter. Result: Research data then analyzed by Independent parametric test (t-
test) and Independent test (t-tes) result obtained showed value (p> 0,05). Conclusions: there is no alteration of
resilience on stainless steel removable orthodontic wire soaked in probiotic drink after immersion for 13 hours
with temperature 37˚C.
ABSTRAK
Latar belakang: Kawat ortodontik stainless steel merupakan kawat yang banyak digunakan karena
memiliki daya lenting relatif tinggi serta pemakaian yang nyaman. Daya lenting merupakan kemampuan suatu
kawat untuk bergerak kearah yang ditentukan setelah dilakukannya aktivasi. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi daya lenting kawat ortodontik dalam rongga mulut yaitu kandungan asam dalam minuman
probiotik. Minuman probiotik merupakan minuman yang mengandung bakteri asam laktat (C 3H6O3) yang
mampu hidup dalam asam lambung. Banyaknya mengkonsumsi minuman probiotik dapat menyebabkan
pelepasan ion nikel (Ni) dan kromiun (Cr) pada kawat. Tujuan penelitian: Mengetahui adanya perubahan daya
lenting pada kawat ortodontik lepasan stainless steel terhadap perendaman dalam minuman probiotik selama 13
jam dengan suhu 37˚C. Metode dan Bahan: Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian true
eksperimental dengan rancangan pre and post test with control group design yang terdiri dari 2 kelompok, yaitu
kelompok perlakuan minuman probiotik dan kelompok kontrol larutan salin. Jumlah sampel dalam penelitian ini
20 sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok, dan pengukuran daya lenting menggunakan alat gauge force meter.
Hasil penelitian: Data penelitian kemudian dianalisis dengan uji parametrik Dependent (t-tes) dan uji
Independent (t-tes) hasil yang didapatkan menunjukan nilai (p>0,05 ). Kesimpulan: Tidak terdapat perubahan
daya lenting pada kawat ortodontik lepasan stainless steel yang direndam dalam minuman probiotik setelah
dilakukan perendaman selama 13 jam dengan suhu 37º C.
Korespondensi: Peniasi, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung
Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: peniasi17@gmail.com
Peniasi: Efek Perendaman Minuman Probiotik Terhadap Daya Lenting Kawat 104
lameshow dan didapat jumlah 10 sampel pada Diagram menunjukan rata-rata daya lenting
masing-masing kelompok. kawat ortodontik stainless steel pada kelompok
Alat-alat penelitian yang digunakan dalam perlakuan dan kontrol tidak mengalami perubahan
yang signifikan. Pada kelompok perlakuan
penelitian ini adalah penggaris, tang potong, bur
mengalami perubahan daya lenting sebesar 0,02
diamond fissure, gauge force meter, papan Gpa. Kelompok kontrol tidak mengalami
penyangga, pH meter, gelas ukur, pipet, tabung perubahan sebelum maupun sesudah dilakukan
sampel dan inkubator. Bahan yang digunakan perendaman dengan larutan salin.
dalam penelitian ini adalah minuman probiotik, Analisis data dalam penelitian ini
larutan salin dan kawat ortodontik stainless steel menggunakan Uji normalitas Shapiro wilk. Hasil
berdiameter 0,6 mm. yang didapatkan dari uji normalitas shappiro wilk
pada seluruh kelompok adalah (p>0,05) yang
Prosedur penelitian diawali dengan pembuatan
berarti semua data terdistribusi normal, maka
papan penyangga gauge force meter dan sampel analisis data dilanjutkan menggunakan uji
kawat. Kawat ortodontik dengan diameter 0,6 mm Dependen T test. Hasil analisis data Dependent T
dipotong sepanjang 3 cm dilakukan penggoresan test bertujuan untuk mengetahui besar daya lenting
sepanjang permukaan kawat menggunakan bur pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah
diamond fissure dengan tekanan yang sama. perendaman. Analisis dilakukan pada kelompok
Sebelum kawat ortodontik stainless steel dilakukan larutan probiotik, yaitu kawat ortodontik stainless
steel yang dilakukan pengukuran sebelum dan
perendaman, seluruh sampel dilakukan pengukuran
sesudah perlakuan.
daya lenting menggunakan gauge force meter.
Masing-masing kawat yang direndam dalam Tabel 1. Hasil uji dependent T test
minuman probiotik dan larutan salin dimasukan Kelompok Rerata Nilai p
kedalam inkubator dengan suhu 37˚C selama 13 (Standar
jam. Setelah 13 jam dilakukan pengukuran daya
Deviasi)
lenting kawat untuk mengetahui besar daya lenting
sesudah dilakukan perendaman. Daya lenting kawat
diukur kembali dengan menggunakan gauge force Sebelum 17,64
Perendaman (0,10750)
meter. 0,168
Minuman
Probiotik
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian, besar daya lenting Sesudah 17,66
kawat ortodontik stainless steel sebelum dan Perendaman (0,12293)
sesudah dilakukan perendaman didapatkan rata-rata
sebagai berikut: Minuman
. Probiotik
Keterangan :
Kelompok I : Sebelum Perendaman
Kelompok II : Sesudah Perendaman
Tabel 2. Hasil uji independent T test dengan lingkungan yang asam maka semakin
Kelompok Rerata ± Nilai p berpengaruh terhadap terjadinya korosi yang dapat
menyebabkan perubahan daya lenting pada kawat.9
(Standar Pelepasan ion nikel (Ni) dan kromium (Cr)
Deviasi) pada kawat ortodontik stainless steel didalam
rongga mulut dapat terjadi dikarenakan adanya
Perendaman 17,64
kandungan asam laktat (C3H6O3) yang dihasilkan
larutan salin (0.09189)
oleh bakteri pada minuman pribiotik. Rongga mulut
0,682 memiliki kondisi lingkungan yang dapat mengalami
perubahan temparatur serta kualitas pH saliva yang
Perendaman 17,66 dapat mempengarui kestabilan ion logam.10 Korosi
Minuman (0,10750) yang terjadi akibat pelepasan ion Ni dan Cr yang
Probiotik berlebihan dalam jangka waktu yang lama didalam
mulut dapat memberikan dampak negatif pada
kawat ortodontik stainless steel. Pelepasan ion Ni
Hasil menunjukkan anatara kelompok larutan dan Cr yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan
salin dan minuman probiotik didapatkan nilai
perubahan dimensi bentuk kawat dan
p=0,682 (p>0,05), yang berarti tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kawat yang mempengaruhi kekuatan kawat ortodontik stainless
direndam dengan larutan salin dan minuman steel. Ion Ni dan Cr merupakan kelompok logam
probiotik. Berdasarkan hal itu maka hipotesis yang berat yang dapat memberikan dampak negatif bagi
menyatakan adanya perbedaan daya lenting antara kesehatan tubuh karena dapat menyebabkan alergi,
kawat ortodontik stainless steel yang direndam sintoksik bahkan karsinogenik bagi tubuh
dalam larutan salin dan minuman probiotik ditolak.
manusia.11
Proses terjadinya korosi juga dipengaruhi oleh
PEMBAHASAN
waktu. Waktu merupakan salah satu faktor yang
Hasil penelitian perbandingan daya lenting dapat mempengaruhi laju korosi. Semakin lama
pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah kawat yang digunakan terpapar dengan lingkungan
perendaman pada minuman probiotik menunjukkan yang mempunyai pH rendah, maka semakin
berpengaruh terhadap terjadinya korosi. Suhu yang
tidak ada perbedaan yang bermakna. Pada digunakan dalam penelitian adalah suhu normal
kelompok kontrol menunjukkan bahwa perendaman yaitu 37oC. Suhu normal tersebut tidak
kawat ortodontik stainless steel pada larutan salin menyebabkan perubahan daya lenting, dalam
tidak mengalami perubahan daya lenting, ini penelitian yang dilakukan oleh Wirasatyawan dkk,
disebabkan karena kandungan larutan salin terdiri (2015) bahwa kawat ortodontik stainless steel dapat
dari sebagian besar air, komponen anorganik dan mengalami perubahan daya lenting pada suhu yang
cukup tinggi.12
organik seperti bikarbonat, fosfat, natrium, kalium,
Kandungan kromium yang terdapat pada kawat
potassium, klorida, magnesium, enzim dan
ortodontik stainless steel cukup tinggi sehingga
memiliki pH 7 sesuai kondisi normal rongga mulut,
dapat menahan terjadinya proses korosi, kandungan
sehingga tidak memicu terjadinya proses korosi .8 kromium (Cr) yang terdapat pada kawat ortodontik
Hasil penelitian pada minuman probiotik stainless steel bertujuan untuk membentuk lapisan
sebelum dan sesudah perendaman menunjukan tipis transparan yang disebut kromium oksida
hasil tidak ada perbedaan yang bermakna. Tidak (Cr2O3) sehingga kawat tidak mudah mengalami
adanya perbedaan yang bermakna dalam penelitian korosi. Lapisan ini terbentuk akibat reaksi kromium
diakibatkan karena kandungan kromium (Cr) pada bertemu dengan oksigen yang berfungsi untuk
kawat ortodontik stainless steel cukup tinggi dan mencegah terjadinya korosi pada seluruh
memberikan perlindungan yang baik terhadap permukaan kawat, dan sepanjang struktur kawat
terjadinya korosi. Korosi yang terjadi pada kawat stainless steel serta bertujuan untuk meningkatkan
stainless steel diakibatkan karena adanya proses ketahanan korosi.13
kimia, mekanik, dan elektrokimia yang terjadi Berdasarkan pembahasan diatas dapat
secara terus-menerus di dalam rongga mulut. disimpulkan bahwa hasil penelitian mengenai efek
Makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat perendaman pada minuman probiotik terhadap daya
mempengaruhi keasaman dalam rongga mulut, lenting kawat ortodontik lepasan stainless steel
semakin lama kawat yang digunakan terpapar tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
107 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 103 - 107
larutan salin dengan minuman probiotik terhadap 9. Wirasatyawan I, Wayan A, Dyah K. Pengaruh
daya lenting kawat ortodontik stainless steel. Hal penggunaan air polisher dan jenis kawat busur
ini disebabkan karna kandungan kromium (Cr) ortodontik setelah direndam dalam saliva
pada kawat ortodontik stainless steel cukup tinggi buatan. Jurnal Kedokteran Gigi UGM. 2015.
dan memberikan perlindungan yang baik terhadap 6(4): 347-353.
terjadinya korosi, serta suhu yang digunakan dalam 10. Situmeang, M.A. Perbedaan pelepasan ion nikel
penelitian adalah suhu normal yaitu 37oC. dan kromium pada beberapa merek kawat
Keterbatasan waktu juga merupakan salah satu stainless steel yang direndam dalam asam cuka.
faktor yang dapat mempengaruhi laju korosi. Jurnal Ilmiah Farmasi. UNSRAT. 2016. 5(4):
Semakin lama kawat yang digunakan terpapar 253.
dengan lingkungan yang mempunyai pH rendah, 11. Eliades T, Athanasiou AE. In vivo aging of
maka semakin berpengaruh terhadap terjadinya ortodontic alloys: implications for corrosion
korosi. potential, nickel release and biocompatibility.
Angle Ortodontics. 2002. 72(3): 222-237.
12. Hedberg, Y.S. et al. Metal release from stainless
DAFTAR PUSTAKA
steel in biological environments: A review.
Bionterphases. 2015. 11(1): 2-15.
1. Rahardjo P. Ortodonsi dasar. Ed.2. Surabaya.
13. Bassioni, G. et.al. Stainless steel as souceof
Airlangga University Press. 2012. Hal. 6.
potential hazard due to metal leaching into
2. Kristianingsih R, Rudy J, Depi P. Analisis
beverages. International Journal Electrochem.
pelepasan ion Ni dan Cr kawat ortodontik
2015. 10(1): 3792-3793.
stainless steel yang direndam dalam minuman
berkarbonasi. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Mahasiswa. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember (UNEJ). 2014. Hal. 3.
3. Iflah DM. Perbandingan daya lenting pegas jari
dengan diameter kawat 0,5 mm dan 0,6 mm
pada alat ortodonti lepasan. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat. 2014. Hal. 17.
4. Khimkmah N. Uji antibakteri susu fermentasi
komersial pada bakteri patogen. Jurnal
Penelitian Saintek. 2015. 20(10): 45-51.
5. Rusprina, Devi. Kosumsi dan persepsi manfaat
minuman probiotik pada remaja putri (Studi
Kasus di SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 3
Kota Bogor). Program Studi Gizi Masyarakat
Dan Sumber daya Keluarga. Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. 2008. Hal. 2-4.
6. Dwyer J, Richard LN, Gail TR, PatriciaMB,
Paul MJ, Christopher TS. Prevalance and
predictors of children’s dietary supplements use.
2007. 97(6): 1331-1337.
7. Rontis M. Kinetika dan variabel optimum
fermentasi asam laktat dengan media campuran
tepung tapioka dan limbah cairan tahu oleh
rhizopus oryzae. Fakultas Teknik Universitas
Dipenegoro. Semarang. Indonesia. 2010. Hal. 7-
9.
8. Sumarji. Studi perbandingan ketahanan korosi
stainless steel tipe SS 304 dan SS 201
menggunakan metode U-Bend test secara siklik
dengan variasi suhu dan pH. Jurnal ROTOR.
2011. 4(1): 1-7.
108
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRAK
Latar belakang: Menopause adalah bagian dari kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan
berakhirnya menstruasi sebagai salah satu tanda penuaan. Pada wanita paska menopause terjadi penurunan
hormon estrogen. Penurunan hormon estrogen berpengaruh pada memburuknya kondisi oral hygiene yang
dapat menyebabkan atau memperparah penyakit gingivitis. Tujuan: Mengetahui hubungan antara oral hygiene
pada wanita paskamenopause dengan skor gingival indeks di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional, menggunakan simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada 46 wanita paska menopause di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru pada bulan Desember 2017. Pengumpulan data
dilakukan dengan pemeriksaan indeks OHI-S dan Gingival Indeks, dilanjutkan analisa data dengan Shapiro-
Wilk. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar wanita paskamenopause di Panti
Sosial Tresna Werdha memiliki oral hygiene dalam kategori sedang sebanyak 28 orang (60,5%) dan sebanyak
22 orang (47,8%) mengalami gingivitis ringan. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara oral hygiene pada
wanita paskamenopause dengan skor gingival indeks di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru.
ABSTRACT
Background: Menopause is part of a woman's life marked by the end of menstruation as one sign of
aging. In postmenopausal women there is a decrease in estrogen hormone. Decreased estrogen hormone affects
the deterioration of oral hygiene conditions that can cause or aggravate gingivitis. Purpose: This study aims to
determine the relationship between oral hygiene in postmenopausal women with a score of gingival index in
Social Institution Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru. Method: This was an observational analytic study
with cross sectional approach, using simple random sampling. The study was conducted on 46 postmenopausal
women at Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru Social Institution in December 2017. Data collection was
done by examining OHI-S index and Gingival Index, followed by data analysis with Shapiro-Wilk. Results: The
results showed that most postmenopausal women in the Tresna Werdha Social Institution had oral hygiene in
the moderate category of 28 people (60.5%) and 22 (47.8%) had mild gingivitis. Conclusion: There is a
relationship between oral hygiene in postmenopausal women with a gingival index score in social home Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
Korespondensi: Dayanne Sembiring, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat, Jl Veteran No 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: dayannemeliala@gmail.com
109 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 108 - 112
masa menopause dihubungkan dengan peningkatan 7. Utami MW. Tingkat Akumulasi Plak Gigi
keparahan penyakit periodontal. Keparahan Pada Perempuan Paskamenopause. Skripsi.
penyakit periodontal itu sendiri juga dipengaruhi Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
oleh status kebersihan mulut yang berarti semakin Indonesia; 2008. Hal. 1-2.
banyak kalkulus semakin parah penyakit 8. Tarkkila L. Oral Health And Menopause.
periodontalnya.6 Dissertation. Finland : Faculty of Medicine of
Wanita paska menopause sangat rentan untuk the University Of Helsinki; 2011.p.37-8.
mengalami gingivitis, dimana perubahan hormonal 9. Setyohadi R, Ranny R, Hartati S. Perbedaan
yang terjadi selama menopause dapat menyebabkan Tingkat Kerentanan Terjadinya Gingivitis
terjadinya gingivitis yang diperberat oleh oral Antara Wanita menopause Dengan Wanita
hygiene wanita paska menopause itu sendiri. Pascamenopause. Jurnal Fakultas Kedokteran
Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan Universitas Brawijaya. 2013: 1(1): 1-8.
antara oral hygiene dengan skor gingival indeks di 10. Priananto FR, Gus PS, Titiek S, Ali B.
Ketidaknyamanan Di Rongga Mulut Pada
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Wanita Menopause Dan Faktor-faktor
Banjarbaru Intraoral Yang Berperan (Studi Pustaka).
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA 2003: 10(1): 983-988.
11. Andriani TC. Status Keradangan Gingiva
1. Hidayanti, Rima S, Winerli S. Pengaruh Oral Pada Perempuan Paskamenopause. Skripsi.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hygiene Pada Wanita Paskamenopause
Indonesia; 2008. Hal. 28.
Dengan Kejadian Gingivitis Pada Kelompok
Wanita Tani (KWT) Di Kecamatan Lubuk
Alung Kabupaten Pariaman. Andalas Dental
Journal. 2013; 1(1): 14-28.
2. Departemen Kesehatan RI 2005. Terjadi
Pergeseran Umur Menopause. Available from
http:www.depkes.go.id/index.php?option=arti
cle&task+vieawticle&artid=280. Accessed
May, 12 2017.
3. Statistik Indonesia 2005. Wanita Berumur 10-
54 tahun yang Berstatus Kawin Menurut
Alasan utama Tidak Menggunakan Alat/Cara
KB dan Golongan Umur, kalimantan Selatan
2005. Available from
http://www.datastatistikindonesia.com/portal/i
ndex.php?option=com_supas&task=&itemid=
954. Accessed May, 12 2017.
4. Nirmaladewi A, Handajani, Tandelilin RTC.
Status Saliva dan Gingivitis Pada Penderita
Gingivitis Setelah Kumur Epigaloca
Techingallate (EGCG) Dari Ekstrak Teh Hijau
(Camellia Sinensis). Jurnal FKG UGM. 2010;
1(1): 1-6.
5. Urserascu I, Solomon S, Potarnichie O,
Rudnic I, Martu S. Evaluation of the Effects
of Hormonal Substitution Theraphy Upon the
Periodontal Status in Female Patients During
Pre- And Post-Menopause. International
Journal of Medical Dentistry. 2012: 2(4): 300-
304.
6. Arina YMD. Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Keparahan Penyakit
Periodontal Wanita Menopause. Dentika
Dental Journal. 2008: 13(1): 74-82.
113
DENTIN
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 1. April 2018
ABSTRACT
Background: Peatland water has an acid pH. The acidicity of peat water supports the growth of bacteria that
are asidogenic and asidurik, so can increase the acid conditions in the oral cavity that affect the tooth decay process.
Water PDAM comes from river water, which passes through filtration and disinfection steps to become clean water,
but these stages do not guarantee the loss of pathogenic bacteria in water. Purpose: Investigate the comparison of
anaerobic bacterial colonies on the saliva of a child who rinsed with peat water and PDAM water. Method: This
study used quasi experimental method with post test only with control group design. The sample of research consisted
of 60 respondents. The research material is saliva from the saliva of children who rinse with peat water and tap water
at about 2 ml each. The number of anaerobic bacterial colonies was calculated by TPC
(Total Plate Count) method. Results: This study showed the number of anaerobic bacterial colonies in peatland
water as much as 217 CFU / ml while the number of anaerobic bacterial colonies in the water of the PDAM is
133 CFU / ml. Based on independent t-test (0.000) (p <0,05), there was a significant difference between the
number of colonies of anaerobic bacteria that rinsed with peat water and PDAM water. Conclusion: The
number of colonies of anaerobic bacteria in the saliva of children rinsing with peatland water more than the
number of anaerobic bacterial colonies in the saliva of children rinsing with PDAM water.
ABSTRAK
Latar Belakang: Air lahan gambut memiliki pH asam. Sifat asam air gambut mendukung pertumbuhan
bakteri-bakteri yang bersifat asidogenik dan asidurik, sehingga mampu meningkatkan kondisi asam pada rongga
mulut yang berpengaruh terhadap proses kerusakan gigi. Air PDAM berasal dari air sungai, yang melalui tahapan-
tahapan filtrasi dan desinfeksi untuk menjadi air bersih, akan tetapi tahapan tersebut tidak menjamin hilangnya
bakteri-bakteri patogen dalam air. Tujuan: Mengetahui perbandingan jumlah koloni bakteri anaerob pada saliva
anak yang berkumur dengan air lahan gambut dan air PDAM. Metode: Penelitian ini menggunakan metode quasi
eksperimental dengan rancangan post test only with control group design. Sampel penelitian terdiri dari masing-
masing 60 responden. Bahan penelitian diambil dari saliva anak yang berkumur dengan air lahan gambut dan air
PDAM masing-masing sebanyak 2 ml kemudian jumlah koloni bakteri anaerob dihitung dengan metode TPC (Total
Plate Count). Hasil: Penelitian ini menunjukkan jumlah koloni bakteri anaerob pada air lahan gambut sebanyak 217
CFU/ml sedangkan jumlah koloni bakteri anaerob pada air PDAM sebanyak 133 CFU/ml. Berdasarkan hasil uji
independent t-test (0,000)(p<0,05) menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara jumlah koloni bakteri
anaerob yang berkumur dengan air lahan gambut dan air PDAM. Kesimpulan: Jumlah koloni bakteri anaerob pada
saliva anak yang berkumur dengan air lahan gambut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah koloni bakteri
anaerob pada saliva anak yang berkumur dengan air PDAM.
Kata-kata kunci: Air gambut, air PDAM, bakteri anaerob, jumlah koloni bakteri
Korespondensi: Eny Febriyanti, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Lambung Mangkurat, Jl. Veteran 128B, Banjarmasin 70249, Kalimantan Selatan,
email:enyfebriyanti.ef@gmail.com
Febriyanti: Pebandingan Jumlah Koloni Bakteri Anaerob Pada Saliva Anak 114
Karies gigi merupakan suatu penyakit pada Penelitian ini diawali dengan pembuatan surat
jaringan keras gigi akibat luruhnya komponen izin penelitian dan ethical clearance yang
anorganik pada email yang disebabkan karena diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
adanya aktivitas metabolisme oleh bakteri di dalam Universitas Lambung Mangkurat No.004/KEPKG-
1
plak. Karies gigi terjadi karena bakteri yang berada FKGULM/EC/VIII/2017. Penelitian ini dilakukan
pada plak menghasilkan asam. Asam tersebut dengan menggunakan metode quasi eksperimental
menempel pada permukaan gigi yang dapat dengan rancangan post test only with control
menurunkan pH sampai 5,5-5,2 (pH kritis) dalam group design. Sampel diambil dengan teknik
waktu 5-10 menit sehingga apabila terjadi terus- random sampling. Populasi dalam penelitian ini
menerus dapat menyebabkan terjadinya adalah siswa SDN Puntik Luar 1 Kabupaten Barito
2
demineralisasi. Kuala dan SDN Melayu 5 kota Banjarmasin yang
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Adapun
(RISKESDAS) tahun 2013, menyebutkan untuk kriteria inklusi yaitu bersedia untuk
prevalensi nasional masalah kesehatan gigi dan berpartisipasi dalam penelitian (informed consent),
mulut di Indonesia adalah 25,9%. Kalimantan usia 8-10 tahun, terdapat karies dentin, dan kriteria
Selatan mempunyai prevalensi yang cukup tinggi ekslusi yaitu mengkonsumsi obat-obatan oral,
yaitu sebesar 36,1%, di Banjarmasin sebanyak memiliki penyakit gigi dan mulut seperti ulser dan
38,2% dan di daerah Barito Kuala sebesar
3,4 menggunakan kawat gigi. Jumlah sampel pada
39,2%. Kalimantan Selatan memiliki sekitar tiga penelitian ini adalah 60 orang dengan tiap
perempat wilayahnya kurang dari 100 meter diatas kelompok masing-masing berjumlah 30 orang.
permukaan laut, dan rawa gambut sebesar 8000
2 Sampel diidentifikasi sesuai dengan kriteria
km . Air gambut biasa digunakan masyarakat
inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Seluruh
untuk mandi, sikat gigi, dan berkumur-kumur.
Karakteristik air gambut yaitu intensitas warna sampel dibagi menjadi 2 kelompok. Setiap
yang cukup tinggi (kecoklatan merah), kekeruhan kelompok terdiri dari 30 orang dengan 2 perlakuan
dan mempunyai pH yang rendah sekitar 3-5. Air yang berbeda yaitu kelompok 1 berkumur dengan
lahan gambut dengan kadar pH yang rendah dapat air lahan gambut dan kelompok 2 berkumur
4,5 dengan air PDAM, masing-masing sebanyak 20
berpengaruh terhadap kerusakan gigi.
Sifat asam yang dimiliki oleh air lahan gambut ml selama 30 detik. Setelah itu air kumuran
tersebut dapat mendukung pertumbuhan bakteri dibuang dan saliva ditampung dalam tabung
yang bersifat asidogenik dan asidurik sehingga penampang steril kemudian diambil sebanyak 2
dapat menurunkan pH pada rongga mulut yang ml, 1 ml diratakan diatas nutrient agar plate.
berpengaruh terhadap proses terjadinya kerusakan Diletakkan pada alat anaerob jar (desikator) dan
gigi. Berdasarkan penelitian Purwandari (2015) diinkubasi pada suhu 37 C selama 2x24 jam
mengatakan bahwa terdapat koloni bakteri aerob selanjutnya dilihat secara makroskopis dan
pada kumuran air lahan gambut sebesar 656 koloni dilakukan perhitungan kuantitas koloni bakteri
bakteri. Bakteri yang paling berperan dalam anaerob dengan alat colony counter. Kemudian 1
kerusakan gigi adalah bakteri golongan ml lagi diratakan diatas blood agar plate setelah
Streptococcus yang merupakan bakteri anaerob itu letakkan pada alat anaerob jar (desikator) dan
kariogenik. Bakteri ini memiliki aktivitas paling diinkubasi pada suhu 37 C selama 2x24
tinggi, karena mampu bertahan hidup dan selanjutnya ambil 1 koloni letakkan di kaca
menghasilkan asam secara terus menerus pada pH preparat dan di beri pewarnaan gram kemudian
4,5. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa pada lakukan pemeriksaan struktur morfologi dengan
air lahan gambut terdapat bakteri Clostridium sp menggunakan mikroskop, setelah itu lakukan uji
2,4,6,7 katalase dengan cara ambil 1 koloni lagi letakkan
dan Bacillus sp.
Air PDAM berasal dari air sungai yang pada kaca preparat dan diberi cairan H2O2 dan
dilakukan pengolahan menjadi air bersih. Tahapan diamati jenis bakteri.
pengolahan air bersih seperti filtrasi, sedimentasi,
dan koagulasi-flokulasi, proses ini hanya HASIL PENELITIAN
menurunkan kekeruhan dalam air baku dan tidak
menjamin bakteri patogen hilang pada air bersih, Hasil pembiakkan dan perhitungan jumlah
sehingga untuk menghilangkan bakteri patogen koloni bakteri anaerob pada saliva avak yang
tersebut diberikan bahan desinfeksi, akan tetapi berkumur dengan air lahan gambut dan air PDAM
desinfeksi dipengaruhi adanya reaksi dari pipa yang yang telah dilakukan terdapat pada gambar 1.
kotor sehingga bakteri patogen dalam air tersebut
masih ada. Penelitian sebelumnya mengatakan
bahwa pada air PDAM terdapat bakteri
8,9
Pseudomonas.
115 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 113 - 117
217
500 133
CFU/ml
CFU/ml
Bakteri yang memiliki aktivitas paling tinggi jumlah koloni bakteri anaerob pada saliva anak
adalah bakteri Streptococcus karena bakteri ini yang berkumur dengan air PDAM.
mampu menghasilkan asam sampai dengan pH 4,5
sehingga mengakibatkan peningkatan metabolisme
bakteri Streptococcus. Hasil dari metabolisme DAFTAR PUSTAKA
bakteri Streptococcus seperti asam laktat, asam asetat, 1. Sri Ramayanti, Idral Purnakarya. Peran
asam piruvat, dan asam propinate, digunakan bakteri Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi.
2
Streptococcus dan bakteri lainnya sebagai energi. Jumal Kesehatan Masyarakat. 2013; 2 (7) :
Selain itu bakteri anaerob fakultatif seperti 89-93.
Lactobacillus juga berperan penting dalam patogenesis 2. Hiranya., M.P., Herijulianti., E., dkk. Ilmu
10
karies gigi terutama pada perkembangan karies. Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Lactobacillus juga memiliki sifat asidogenik dan
Jaringan Pendukung Gigi. Buku Kedokteran.
asidurik sama seperti Streptococcus, sehingga pada saat
terpapar air lahan gambut yang bersifat asam bakteri ini Jakarta. EGC. 2013. Hal. 56-63.
masih tetap dapat bertahan hidup dan menghasilkan 3. Badan Penelitian dan Pengembangan
asam. Hal ini dibuktikan dari pernyataan Hiranya Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. Riset
(2013) bahwa Lactobacillus dapat bertahan di Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
lingkungan asam dan menghasilkan asam sampai pH
Kementerian Republik Indonesia. 2013.
4. Asam yang terbentuk tersebut menempel pada
email sehingga menyebabkan demineralisasi akibat Hal.110.
peningkatan bakteri dan terjadi karies gigi, 4. Adhani Rosihan, Rachmadi Priyawa,
sedangkan asam laktat yang merupakan hasil akhir Nurdiyana Tutung, Widodo. Karies Gigi di
metabolik dari pertumbuhan bakteri dapat Masyarakat Lahan Basah. Yusuf Hidayat
mengakibatkan erosi hidroksiapatit seperti mineral (editor). Ed.1. Lembaga Penelitian
2,11,12
dari enamel oleh asam laktat tersebut. Universitas Lambung Mangkurat. 2015. Hal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh 9-23.
peneliti, ditemukan bakteri Streptococcus sp dan
5. Tim Sintetis Kebijakan. Pemanfaatan dan
Lactobacillus sp pada biakan jumlah koloni bakteri
lebih sedikit dari hasil saliva anak yang bekumur Konservasi Ekosistem Lahan Rawa Gambut
dengan air PDAM dibandingkan dengan saliva di Kalimantan. Pengembangan Inovasi
anak yang berkumur dengan air lahan gambut. Hal Pertanian. 2008. Hal. 149-156.
ini dikarenakan pada proses pemberian zat 6. Peni Purwandari. Pengaruh Air Gambut
desinfeksi berupa zat kaporit (Ca(OCl)2) dengan Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Aerob
kandungan chlor aktif sebesar 60% tidak optimal Rongga Mulut. Banjarmasin: Program Studi
yang dapat meningkatkan jumlah bakteri patogen.
Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
Chlor sendiri sering dipakai karena harganya
murah, dan masih mempunyai daya desinfeksi Universitas Lambung Mangkurat. Karya
sampai beberapa jam setelah pembubuhan. Zat Tulis Ilmiah. 2015. Hal. 27-34.
tersebut dapat membasmi bakteri dan 7. Rustanti, E, I., Hadi, W. Kajian Pengolahan
8,13
mikrooganisme. Air Gambut Menjadi Air Bersih dengan
Pada proses klorinasi air meninggalkan residu Kombinasi Proses Upflow Anaerobic Filter
klor bebas. Hal ini dikarenakan konsentrasi klor dan Slow Sand Filter. Jurnal Teknik
bebas pada air dalam distribusi jaringan yang Lingkungan. 2009. Hal. 1-11.
diperbolehkan adalah 0,2-0,5 mg/l, sehingga 8. Sofia, E., Riduan, R., dkk. Evaluasi
apabila kurang dari 0,2 mg/l maka menyebabkan
kemampuan desinfektan berkurang dan jumlah Keberadaan Sisa Klor Bebas di Jaringan
bakteri patogen meningkat. Sedangkan jika klor Distribusi Pipa Sungai Lulut PDAM
bebas di dalam jaringan distribusi lebih dari 0,5 Bandarmasih. Jurnal teknik lingkungan.
mg/l maka air baku akan bersifat karsinogenik dan 2015; 1 (1) : 33-52.
toksik terhadap host yang mengkonsumsi air 9. Ervan Arditya K., Roslaili R., Endrinaldi.
tersebut. Adanya bakteri di air PDAM juga Identifikasi Bakteri Coliform pada Air
mempengaruhi penurunan konsentrasi klor bebas
Kobokan di Rumah Makan Kelurahan
oleh pipe wall reaction, dimana pipa wall reaction
mengakibatan turunnya konsentrasi klor bebas Andalas Kecamatan Padang Timur. Artikel
dengan dinding pipa yang disalurkan dari PDAM Penelitian. Fakultas Kedokteran
ke masyarakat, sehingga penurunan tersebut
8
menyebabkan adanya bakteri patogen pada air.
Dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni bakteri
anaerob pada saliva anak yang berkumur dengan air
lahan gambut lebih banyak dibandingkan dengan
117 Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 113 - 117