Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEKERASAN PADA WANITA

(RESIKO PERILAKU KEKERASAN)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Beresiko Tinggi

Dosen Pengampu:

Ibu Ns. Wulan N Ambarsari., MAN

Disusun oleh:

Kelompok 10 :

1. Della Vysta Puspita (C.0105.21.043)

2. Dewi Kasinah (C.0105.21.046)

3. Inda Damayati (C.0105.21.064)

PENDIDIKAN NERS TK 3B

SEKOLAH TINGGIN ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2023/2024
1.PENGERTIAN

Resiko perilaku kekerasan yakni kondisi dimana individu pernah atau


mengalami riwayat mencederai dirinya sendiri, orang lain ataupun
lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual maupun lisan karena
individu tidak mampu mengendalikan atau mengontrol amarah secara
konstruktif (Kartika et al., 2018). Sedangkan menurut Bernstein dan Saladino
2007 dalam (Sujarwo & PH, 2019) Perilaku kekerasan (PK) adalah kondisi
dimana individu melangsungkan tindakan agresif atau kekerasan terhadap
dirinya sendiri, orang lain ataupun lingkungan baik secara verbal, fisik atau
keduanya sehingga menyebabkan kesakitan, penderitaan dan juga bahaya.
Perilaku kekerasan merupakan situasi dimana tindakan seseorang dapat
menyebabkan cedera tubuh bagi dirinya sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Ini juga sering disebut sebagai mudah tersinggung atau marah
di bawah tekanan seseorang, marah merupakan respons atas gerak yang
tidak terkendali (Arisandy & Juniarti, 2020). Perilaku kekerasan dapat
berupa umpatan, ancaman atau serangan verbal, perilaku yang bisa
mencederai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.(Muliani et al., 2019)

2. ETIOLOGI

Salah satu penyebab dari klien melakukan tindakan resiko perilaku


kekerasan adalah faktor sosial budaya. Pada umumnya individu akan marah
apabila dirinya merasa bahaya baik fisik, psikis maupun terhadap konsep diri.
Jika seorang individu dihadapkan dengan penghinaan, kekerasan. kehilangan,
terancam, masalah dengan keluarga atau teman baik permasalahan eksternal
maupun internal pada umumnya individu mengalami peningkatan
emosianal.(Kandar & Iswanti, 2019)
Dalam buku SDKI (PPNI, 2017) menyebutkan penyebab perilaku
kekerasan sebagai berikut:
a. Individu tidak mampu mengendalikan emosi atau marah

b. Stimulus lingkungan

c. Terdapat konflik interpersonal

d. Status mental berubah

e. Penggunaan obat dihentikan atau terputus

f. Penyalahgunaan zat atau alkohol

3. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Muhith 2015 dalam (Malfasari et al., 2020) tanda dan gejala
perilaku kekerasan meliputi tidak mampu mengontrol emosi, berteriak, menatap
dengan tatapan yang tajam, tampak tegang dan muka merah, mengepalkan tangan,
rahang mengatup dengan kuat, mencederai orang lain/ lingkungan, merusak benda-
benda sekitar, mengancam seseorang baik secara verbal atau fisik.
Dalam buku SDKI (PPNI, 2017) menyebutkan bahwa tanda dan gejala
perilaku kekerasan sebagai berikut:
a. Subjektif

1) Mengancam baik secara lisan maupun fisik

2) Memaki/ mengumpat dengan kata yang tidak pantas

3) Berbicara dengan suara yang keras

4) Ketus saat diajak berbicara

b. Objektif

1) Mencederai dirinya sendiri maupun orang lain

2) Menyerang

3) Membanting barang-barang maupun lingkungan

4) Berperilaku agresif karena tidak bisa mengontrol emosi


5) Menatap dengan tatapan yang tajam

6) Mengepalkan tangan

7) Mengatupkan rahang dengan kuat

8) Postur tubuh tegang

9) Wajah memerah

1. KLASIFIKASI

Menurut Sutejo (2019) risiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua yaitu:

 risiko perilaku kekeraan pada diri sendiri (risk for self-directed)

 risko peilaku kekerasan pada orang lain (risk for other-directed)

2. PATOFISIOLOGI & PATHWAY

Stress, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan marah.
Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun
destruktif. Mengekspresikan rasa marah dengan kata-kata yang dapat di mengerti
dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain. Selain memberikan rasa lega,
ketegangan akan menurun dan akhirnya perasaan marah dapat teratasi. Rasa
marah diekspresikan secara destrukrtif, misalnya dengan perilaku agresif,
menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan
dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan

Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak
kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa
marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan
menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan
rasa bermusuhan yang lama, dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan
yang destruktif yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan .
PATHWAY

Ancaman terhadap Kebutuhan

Stress

Cemas

Mengungkap secara Merasa tidak Kuat


Merasa kuat verbal

Menantang
Menarik diri

Masalah tidak selesai

Marah tidak terungkap

Marah berkepanjangan

Marah pada diri sendiri


Muncul rasa Marah pada orang
lain
Bermusuhan

MK :HARGA DIRI
MK:RESIKO PERILAKU RENDAH
KEKERASAN
3. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Medis
Untuk pasien yang menderita gangguan emosi atau kemarahan, seringkali
ada beberapa pengobatan. Penatalaksanaan farmakologis menggunakan obat
antiansietas dan obat penenang hipnotik, seperti lorazepam dan clonazepam,
obat penenang ini sering digunakan untuk menenangkan perlawanan klien.
Ada juga golongan antidepresan yang termasuk dalam golongan obat ini,
seperti amitriptilin dan triazolon. Obat tersebut menghilangkan agresivitas
pasien dengan gangguan jiwa. (Muliani et al., 2019)
b. Penalaksanaan Keperawatan
Menurut (Nurhalimah, 2016) penatalaksanaan keperawatan untuk pasien
resiko perilaku kekerasan sebagai berikut:
1.) Strategi pelaksanaan pasien

a) SP 1 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku


kekerasan dengan cara fisik 1 yaitu tarik nafas dalam
b) SP 2 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik 2 yaitu memukul bantal
c) SP 3 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal
d) SP 4 Pasien: Latih cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara spiritual
e) SP 5 Pasien : Latih pasien cara mengontrol pasien dengan
cara patuh minum obat
2.) Strategi pelaksanaan keluarga
1) SP 1 Keluarga: Mendiskusikan masalah yang dirasakan
klien dan keluarga dan menjelaskan cara merawat pasien
dengan perilaku kekerasan
2) SP 2 Keluarga: Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan perilaku kekerasan
4. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN

1.Identitas Klien

Identitas klien yang perlu ditulis adalah nama klien, jenis kelamin, umur
(biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/tingkat pendidikan
berisiko perilaku kekerasan), pekerjaan (tingkat keseriusan/tuntutan dalam
perkerjaannya dapat menimbulkan masalah), status (belum menikah, menikah
atau bercerai), alamat, kemudian nama perawat.
2. Alasan masuk rumah sakit
Faktor yang membuat klien melakukan perilaku kekerasan.
3. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku kekerasan klien, baik dari
pasien, keluarga, maupun lingkungan .
4. Pemeriksaan Fisik
1 Keadaan Umum : klien dengan resiko perilaku kekerasan
biasanya muka merah, pandangan tajam, sakit fisik, napas pendek, yang
menyebabkan perubahan memori, kognitif, alam perasaan dan kesadaran.
2 Tanda-tandavital
Tekanan darah : hipertensi/normal
Nadi :normal atau tidak
Suhu : meningkat/normal
Pernapasan : napas pendek
Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun
Keluhan fisik : muka merah, pandangan tajam
5. Psikososial
Genogram
Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dan keluarga.
Menjelaskan : seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan
dan ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya akibat
perilaku kekerasan, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah : keluarga
yang tidak utuh, orang tua meninggal, orang tua cerai dan lain-lain .

B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Faktor Risiko : Ancaman terhadap RESIKO
kebutuhan PERILAKU
 Pemikiran KEKERASAN
waham/delusi. Stress
 Curiga pada orang lain.
 Halusinasi. Cemas

 Berencana bunuh diri.


 Disfungsi sistem Merasa kuat

keluarga.
 Kerusakan kognitif. Menantang

 Disorientasi atau
Masalah tidak
konfusi.
selesai
 Kerusakan kognitif.
 Persepsi pada
Marah
lingkungan tidak
berkepanjangan
akurat.
 Alam perasaan depresi.
Marah pada orang
 Riwayat kekerasan
lain
pada hewan.
 Kelainan neurologis.
Resiko perilaku
 Lingkungan tidak
kekerasan
teratur.
 Penganiayaan atau
pengabaian anak.
 Riwayat atau ancaman
kekerasan terhadap diri
sendiri atau orang lain
atau destruksi properti
orang lain.
 Impulsif
2. Gejala dan Tanda Mayor Ancaman terhadap HARGA DIRI
kebuthan RENDAH
Subjektif
 Menilai diri negatif Stress
(mis.tidak berrguna,
tidak tertolong) Cemas
 Merasa malu/bersalah
 Merasa tidak mampu Merasa tidak kuat
melakukan apapun
 Meremehkan Marah tidak

kemampuan terungkap

mengatassi masalah
 Merasa tidak memiliki Marah pada diri

kelebihan atau sendiri

kemampuan posistif
 Melebih-lebihkan Harga diri rendah

penilaian negatif
tentang diri sendiri
 Menolak penilaian
positif tentang diri
sendiri
Objektif

 Enggan mencoba hal


baru
 Berjalan menunduk
 Postur tubuh
menunduk

Gejala dan tanda Minor

Subjektif

 Merasa sulit
konsentrasi
 Sulit tidur
 Mengungkapkan
keputusaan

Objektif

 Kontak mata kurang


 Lesu dan tidak
bergairah
 Bebicara pelan dan
lirih
 Pasif
 Perilaku tidak asersif
 Mencari penguatan
secara berlebihan
 Bergantung pada
pendapat orang lain
 Sulit membuat
keputusan

C. DIAGNOSA

1. Resiko perilaku kekerasan b.d

2.Harga diri rendah b.d

D. INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Resiko Setelah dilakukan Observasi Observasi
perilaku intervensi
kekeraasan keperawatan selama  Monitor adanya  Benda yang
3 x 24 jam, maka benda yang berpotensi
kontrol diri berpotensi termonitor

meningkat, dengan membahayakan  Keamanan barang

kriteria hasil: (mis: benda tajam, yang dibawa oleh


tali) pengunjung
 Monitor keamanan termonitor
 Verbalisasi
ancaman
barang yang dibawa  Penggunaan barang
oleh pengunjung yang dapat
kepada orang
lain menurun  Monitor selama membahayakan
penggunaan barang termonitor
 Verbalisasi
yang dapat Terapeutik
umpatan
membahayakan
menurun
 Suara keras
(mis: pisau cukur)  Melatih supaya

menurun pasien bisa


Terapeutik mengontrol
 Bicara ketus
menurun emosinya
 Pertahankan  Supaya pasien bisa
lingkungan bebas tenang
dari bahaya secara Edukasi
rutin
 Libatkan keluarga  Pasien dapat
dalam perawatan dukungan dari
keluarga
Edukasi  Mengungkap
perasaan asertif

 Anjurkan terkontrol

pengunjung dan  Kemarahan


keluarga untuk secara verbal dan
mendukung nonverbal
keselamatan pasien berkurang

 Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif
 Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan
nonverbal (mis:
relaksasi, bercerita
Harga Diri Setelah dilakukan Observasi Observasi
rendah intervensi
keperawatan selama 3  Identifikasi budaya,  Budaya agam ras dan
x 24 jam, maka harga agama, ras, jenis jeniskelamin terhadap
diri meningkat, kelamin, dan usia harga dirir
dengan kriteria hasil: terhadap harga diri teridentifikasi
 Monitor verbalisasi  Verbalisasi yang
 Penilaian diri yang merendahkan merendahkan diri
positif diri sendiri sendiri termonitor
meningkat  Monitor tingkat  Tingkat harga diri
 Perasaan malu harga diri setiap termonitor
menurun waktu, sesuai Terapeutik
 Perasaan tidak kebutuhan
mampu Terapeutik  Verbalisasi positif
melakukan untuk diri sendiri
apapun  Motivasi terlibat bertambah
menurun dalam verbalisasi  Menerima tantangan
 Perasaan positif untuk diri atau hal baru
memiliki sendiri bertambah
kelebihan atau  Motivasi menerima  Pernyataan harga
kemampuan tantangan atau hal diri teridntifikasi
positif baru  Pengalaman yang
meningkat  Diskusikan meningkatkan harga
 Penerimaan pernyataan tentang diri termonitor
penilaian positif harga diri  Persepsi negative
terhadap diri  Diskusikan diri berkurang
sendiri kepercayaan  Mengkritik diri atau
meningkat terhadap penilaian rasa berslah
 Minat mencoba diri berkurang
hal baru  Diskusikan  Realitis untuk
meningkat pengalaman yang mencapai harga diri
 Berjalan meningkatkan harga tercapai
menampakkan diri  Harapan yang tinggi
wajah  Diskusikan persepsi terdentifikasi
meningkat negatif diri  Umpan balik positif
 Postur tubuh  Diskusikan alasan termonitor
menampakkan mengkritik diri atau  Lingkungan dan
wajah rasa bersalah aktifitas yang
meningkat  Diskusikan meningkatkan diri
penetapan tujuan termonitor
realistis untuk
mencapai harga diri
yang lebih tinggi Edukasi
 Diskusikan
Bersama keluarga  Dukungan dalam
untuk menetapkan perkembangan
harapan dan konsep positif
Batasan yang jelas termonitor
 Berikan umpan  Kekuaan yang
balik positif atas dimiliki
peningkatan teridentifikasi
mencapai tujuan  Mempertahan
 Fasilitasi kan kontak mata
lingkungan dan brkomunikasi
aktivitas yang termonitor
meningkatkan diri  Membuka diri
Edukasi bertambah
 Mengevaluasi
 Jelaskan kepada perilaku
keluarga pentingnya termonitor
dukungan dalam
perkembangan
konsep positif diri
pasien
 Anjurkan
mengidentifikasi
kekuatan yang
dimiliki
 Anjurkan
mempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi
dengan orang lain
 Anjurkan membuka
diri terhadap kritik
negatif
 Anjurkan
mengevaluasi
perilaku
 Ajarkan cara
mengatasi bullying
 Latih peningkatan
tanggung jawab
untuk diri sendiri
 Latih
pernyataan/kemamp
uan positif diri
 Latih cara berfikir
dan berperilaku
positif
 Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangani situasi

Anda mungkin juga menyukai