Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein,
lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.
f.
(Setyorini, 2006 : 5)
Isotonik
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan ada didalam plasma.
Hipertonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi dari pada yang ada dalam plasma
darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk
kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotic, sel kemudian akan menyusut.
2)
d. Balans isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori ( Na+, K+, Mg++, cl-, HCO, glukonat ).
e.
f.
Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma 5%, hespan yang dapat
meningkatkan tekanan osmotic, menarik cairan dari intertisiall, kedalam sirkulasi dan
meningkatkan volume darah sementara.
a.
Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV. Tabung makrodrip dapat meneteskan 10 atau 15
tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip meneteskan 60 tetes per 1 ml. Jumlah tetesan yang diperlukan
untuk 1 ml disebut faktor tetes.
b. Atur jumlah mililiter cairan yang akan diberikan dengan jumlah total cairan yang akan diberikan
dengan jumlah jam infuse yang berlangsung. Kemudian kalikan hasil tersebut dengan faktor
tetes.
c.
Untuk menentukan berapa banyak tetesan yang akan diberikan permenit, bagi dengan 60.
d.
Hitung jumlah tetesan permenit yang akan diinfuskan. Jika kecepatan alirannya tidak tepat,
sesuaikan dengan kecepatan tetesan. (Wahyuningsih, 2005 : 70)
c. Ringer laktat
Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan untuk
mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang. (Setyorini, 2006 : 6)
Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung,
dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra arteri, dan intra thecal
(spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam maupun eksternal.
Hal yang perlu dipertimbangkan yatu:
a. Keuntungan
1) Mampu untuk mengimpus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat.
2) Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau adanya
penyumbatan.
3) Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan aliran infus.
b. Kerugian
1) Memerlukan selang yang khusus.
2) Biaya lebih mahal
3) Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrat.
c. Tanggung jawab perawat
1) Efektivitas penggunaan pengaturan infus secara mekanis sama dengan perawat yang
memerlukannya.
2) Perawat harus waspada terhahap terjadinya komplikasi (adanya infiltrat atau infeksi)
3) Ikuti aturan yang diberikan oleh perusahaan yang memproduksi alat tersebut.
4) Lakukan pemeriksaan ulang terhadap kecepatan aliran infus.(Setyorini, 2006 : 8)
1. Berikan penjelasan kepada pasien menggenai maksud pemasangan IV line, untuk memperoleh
persetujuan dan kerja sama pasien. Pasien hendaknya dalam keadaan tenang, dalam kondisi
baring atau duduk.
2. Atur posisi pasien senyaman mungkin. Persiapkan lengan yang akan dipasang kanulasi (bila
memungkinkan, cari lengan yang tidak dominan).
3. Ciptakan suasana yang mendukung dan bersahabat.
4. Jika kanulasi akan diteruskan dengan pemasangan infus, sedangkan baju pasien agak ketat, maka
lepaskan atau longgarkan baju dari lengan pasien.
5. Cuci tangan medikal.
6. Persiapkan set infus
7. Cek aliran infus
8. Dekatkan peralatan (yang telah disiapkan dalam troli injeksi) ke pasien.
9. Kenakan sarung tangan.
10.
11.
Pasang tourniquet.
12.
13.
Disinfeksi kulit dengan alkohol swab, sirkuler (biarkan mengering, jangan ditiup).
14.
15.
16.
17.
Buka tourniquet.
18.
Dorong kanula masuk secara perlahan, tarik stilet keluar secara perlahan.
19.
20.
Letakkan kasa steril di bawah kanula, agar jika ada darah yang keluar akan segera
diserap.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Botol infus ; cantumkan (tanggal, bulan, tahun, mulai dan selesai pemberian infus)
Set infus ; cantumkan (jam, tanggal, bulan, dan nama pemasang infus).
28.
29.
Cuci tangan
30.
DAFTAR PUSTAKA
Haji, Bayu Seno . (2010). Hubungan Kompetensi Pada Aspek Keterampilan Pemasangan Infus Dengan
Angka Kejadian Flebitis Di RSUD Banyudono Boyolali. Diakses 23 September 2010.
http://etd.eprints.ums.ac.id/7935/1/J210080508.pdf
Hidayat Alimul Aziz, (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Selemba Medika.
Jakarta.
Hery,(2011).Keperawatan
Merupakan
Suatu
2011.http://id.wikipedia.org/wiki/Keperawatan
Hendra
Profesi.
Diakses
AW (
2008
).
Konsep
Pengetahuan.
Diakses
05
http://ajangberkarya.wordpress.com/2008/06/07/konsep-pengetahuan/.
24
Desember
Januari
2010
http://www.anneahira.com/ilmu/ilmu-
Idayanti, (2008). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Terhadap Penerapan Standar Operasional
Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru.
Diakses
14
Juli
2008.http://www.researchgate.net/publication/42324970_Hubungan_Pengetahuan_Dan_Sikap_P
erawatterhadap_Penerapan_Standar_Operasional_Prosedur_%28SOP
%29_Teknik_Menyuntik_Dalam_Upaya_Pencegahan_Infeksi_Di_RSUD_Arifin_Achmad_Peka
nbaru
Ismail, (2002). Pengetahuan dan keterampilan. Diakses 2002. http://www.Ipp.uns.ac.id/.
Knoke,
Mahyuni, (2010). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Perawat Pada Pemasangan Infus
Berdasarkan Prosedur Tetap Dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Phlebitis. Diakses 22 Juni
2010.
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2010-mahyuni12589&PHPSESSID=d1d1da53d1997f16e72bc038d69ee2dc.
Marianto, (2008). Peran Perawat Dan Fungsi Perawat Dalam Intravena. Diakses 19 september 2008.
http://www.fadlie.web.id/bangfad/peran-dan-fungsi-perawat.html
Nilatama, Atika. (2010). Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Intravena Pada Anak Oleh Perawat Di Rumah
Sakit Khusus Anak 45 Yogyakarta. Diakses 14 Desember 2010.http://ktiqt.blogspot.com/2010/08/evaluasi-penatalaksanan-terapi-intravena-pada-anak.html
Riyadi (2007). Faktor Internal dan Eksternal yang Berhubungan dengan Kepatuhan Operator Dalam
Mengikuti
Prosedur
Operasi
di
Industri.
Diakses
27
Juli
2011.
Http://www.binakesehatankerja.com.
Pasaribu, Masdalifa. (2008). Analisis Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus
Terhadap Kejadian flebitis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan.Diakses 12 Maret
2008. http://repository. usu.ac.id/handle/123456789/6809.
Ratnawati, Dyah. (2010). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Patient Safety Dengan
Tindakan Pemasangan Infus Sesuai Dengan Standar Operasional Prosedur. Diakses 29 Januari
2010. http://eprints.undip.ac.id/10490/.
Salsabila, (2011). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
Pemasangan Infus Oleh Perawat Pelaksana. Diakses 08 Januari 2011.http://skripsiqt.blogspot.com/2011/01/faktor-yang-berhubungan-dengan.html.
Setyorini. (2006). Skill Labs. Medika Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.
Sugihartono, (2008). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
Pemasangan Infus. Diakses 6 Februari 2008. http://malang.olx.co.id/faktor-yang-berhubungandengan-pelaksanaan-standar-prosedur-operasional-pemasangan-infus-iid-154973362.
Soejono. (2008). http://www.adln.lib.unair.ac.id/ Diakses 2 febuari 2010