Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI : KEBUTUHAN CAIRAN

Oleh:
BIMO CAHYA PAMBUDI
2435003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2024
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Kebutuhan Cairan


A. Definisi

Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang


normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma),
cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma)
adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan
yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan
sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan
sekresi saluran cerna (Tamsuri, 2009).
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkanpartikel-partikelbermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi
ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam
tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ
vital dapat dipertahankan. Untuk mempertahankan keseimbangannya,
diperlukan masukan, pendistribusian, dan keluaran yang memadai, yang
diatur melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan satu sama lain.
(Mangku, 2018).
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya. Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik
cairan atau elektrolit dalam tubuh dapat mengakibatkan overhidrasi,
dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia, hiperkalemia, dan
hipokalsemia.Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau unsur vital pada tubuh manusia. (Dewi and
Ester, 2000)

B. Prinsip Tindakan dan Rasional


a. Identifikasi pasien menggunakan minimai dua identitas (nama
lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
R : Untuk meminimalisir kesalahan tindakanpada pasien.
b. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur 3. Siapkan alat dan
bahan yang diperlukan:
1) Sarung tangan bersih
2) Gelas ukur
3) Format pemantauan intake dan output cairan
c. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
d. Pasang sarung tangan bersih
e. Ukur volume output cairan (meliputi urine, defekasi, muntah, NGT,
dan drain
f. Ukur volume input cairan (meliputi minum dan cairan intravena)
g. Hitung balans cairan
h. Lepaskan sarung tangan 10. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
i. Hitung insensible water loss (IWL), jika periu
j. Hitung balans cairan sesusi periode waktu yang dibutuhkan (misal
per jam. per 8 jam, per 12 jam, per 24 jam), jika perlu
k. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
l. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan

C. Bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan


a. Pada klien yang sangat muda dan manula mempunyai vena yang
mudah “kabur”. Jadi perawat harus berhati-hati terhadap kedua
kelompok tersebut. Pada klien dengan obesitas umumnya juga sulit
ditemukan vena supervisial. Gunakan spalk untuk membantu fiksasi
infuse.
b. Jika memungkinkan, Tanya klien lokasi panusukan yang diinginkan.
c. Pilih lokasi penusukan yang paling memungkinkan:
1) Hindari penusukan pada kulit yang terdapat luka, kuliy yang
terinfeksi atau bagian yang mengalami penurunan sensasi
(misalnya hemiperesis setelah stroke). Terkadang perawat perlu
untuk menentukan palpasi untuk menentukan lokasi penusukan.
2) Hindarkan penususkan pada pergelangan tangan dan lengan atas.
3) Pilih terlebih dahulu bagian distal.
4) Hindarkan menusuk di bagian tangan dominan.
5) Bila klien pernah dilakukan mastektomi, maka hindarkan
penusukan di sisi ekstermitas yang dilakukan mastektomi.
6) Ukuran abocath untuk anak-anak adalah 22-24 sedangkan pada
klien dewasa adalah 24- 26 agar mengurangi trauma penusukan
dan aliran infuse cukup sesuai kebutuhan.
7) Gunakan sudut 5-15 derajat pada saat penusukan untuk klien
manula karena letak vena lebih supervisial.
8) Lakukam pengawasan terhadap pemberian terapi cairan infuse
setelah pemasangan infuse.
9) Perawat harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan aliran infus, seperti posisi lengan, posisi dan kepatenan
abocath, ketinggian botol infuse, dan ukuran abocath.
10) Instruksikan klien untuk memberitahu perawat jika terdapat
tanda dan gejala inflamasi dan flebitis, seperti kemerahan,
bengkak dan nyeri pada lokasi penusukan infus. Minta klien juga
untuk memberitahukan jika terdapat darah di selang infus atau
aliran infus menjadi terlalu lambat atau terlalu cepat dari biasanya.
11) Ajarkan klien untuk untuk meninggikan botol infus jika klien
berpindah tempat, misalnya ke toilet. Minta klien agar tidak
membuat lokasi penusukan infus menjadi basah terkena air.
12) Minta klien juga untuk memakai pakaian yang mudah untuk
dipakai dan dilepaskan, seperti kemeja.
13) Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan
bawah) sangat dianjurkan untu larutan infus dengan osmoralitas
> 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung tangan jika
mungkin, pertama pada pasien usia lanjut.
14) Jangan gunakan vena bagian punggung tangan bila anda
memberikan : Asam Amino + glukosa; Glukosa + elektrolit; D5
atau NS yang telah dicampur dengan obat suntik atau Meylon
dan lain-lain.
15) Pemasangan infus dapat menyebabkan beberapa komplikasi ,
seperti:
- Hematamo, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh
akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler,
terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukan
jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
- Inflitrasi, yakni masukan cairan infus kedalam jaringan
sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum
infus melewatai pembuluh darah.
- Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembulu
vena, terjadi akibaat infus yang dipasang tidak dipantau
secara ketat dan benar.
- Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi
darah, terjadi masuknya udara yang di dalam cairaan infuse
ke dalam pembuluh darah.
- Rasa perih/ sakit.
D. Tujuan dilakukan tindakan
1) Memberikan sejumlah cairan ke dalam tubuh ke dalam pembuluh
darah vena untuk menggantikan kehilangan cairan tubuh atau zat-
zat makanan.
2) Sebagai media pemberian obat.
E. Identifikasi tindakan keperawatan
Identifikasi tindakann yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
diagnosa tersebut (mandiri/kolaborasi) Hipervolemia : Pemantauan
Cairan.
1) Observasi
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urine
 Monitor kadar albumin dan berat jenis urine
 Monitorhasil pemeriksaan serum
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (Frekuensi nadi
meningkatkan, Nadi teraba lemah, Tekanan darah menurun,
Tekanan nadi menyempit, Turgor kulit menurun, Membran
mukosa kering, Volume urin menurun, Hematokrit meningkat)
 Identifikasi faktor ketidakseimbangan cairan
2) Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
3) Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasi kan hasil pemantauan
(PPNI, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, N.I. and Ester, M. (2000) Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam-
Basa. Jakarta: EGC.

Mangku, G. (2018) Buku Ajar Ilmu : Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit. 1st
edn. Jakarta: EGC.

PPNI, T.P.S.D. (2018) Standar Intervemsi Keperawatan Indonesia. Jakarta:


Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tamsuri, A. (2009) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Keseimbangan Cairan


& Elektrolit. Jakarta: EGC.

{Bibliography

Anda mungkin juga menyukai