Disusun Oleh:
Citta Ayunda Heriyanti, S.Kep
NIM : 11194692311080
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DENGAN KEBUTUHAN CAIRAN
DI RUANG ALAU RSUD PULANG PISAU
Disusun oleh :
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu:
1) Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa
pembuluh darah arteri yang penting yaitu Arteri koronaria, Arteri
subklavikula, Arteri Brachialis, Arteri radialis, Arteri karotis, Arteri
temporalis, Arteri facialis, Arteri femoralis, Arteri Tibia, Arteri
Pulmonalis.
2) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang
lebih besar yang disebut vena.
3) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang
penting diantaranya Vena Cava Superior Vena, Vena Cava Inferior Vena,
Vena jugularis dan Vena pulmonalis
c. Darah
Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu
jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna
merah. Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma.
Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang
berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah
yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh
yang sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan
atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
c. Fungsi Cairan
Beberapa fungsi cairan dalam tubuh menurut Tarwoto & Wartonah
(2021), antara lain:
1) Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2) Transpor nutrisi ke sel
3) Transpor hasil sisa metabolisme
4) Transpor hormon
5) Pelumas antar-organ
6) Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskular
d. Pengeluaran Cairan
Organ-organ yang mengeluarkan cairan yaitu (Tarwoto & Wartonah,
2015) :
1) Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah yang disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1
ml per kg/jam. Produksi urine orang dewasa sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah
urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
2) Kulit
Kehilangan cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat. Stimulasi kelenjar keringat
dapat disebabkan oleh aktivitas otot, temperatur suhu lingkungan, dan
demam. Ini juga disebut Insesible Water Less (IWL) pada sekitar 15-
20 ml/24 jam.
3) Paru – Paru
Menghasilkan IWL sekitar 200 ml/hari. Peningkatan kehilangan cairan
sebagai respons terhadap perubahan frekuensi dan kedalaman
pernapasan akibat gerakan dan demam.
4) Gastrointestinal
Biasanya, 100-200 ml kondisi cairan yang hilang dari gastrointestinal
setiap hari. Perhitungan IWL secara umum adalah 10- 15 cc/kg BB/24
jam, dengan kenaikan 10% dari IWL untuk setiap kenaikan suhu 1
derajat Celcius.
5) Insensible Water Loss (IWL) 1)
a) Kehilangan air melalui paru-paru tidak dapat dirasakan oleh
individu, dalam sehari rata-rata kehilangan air mencapai 400 ml.
Kehilangan cairan dapat meningkat sebagai respon terdapat adanya
perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan. Seperti yang
terjadi pada orang yang berolahraga atau sedang demam.
b) Kehilangan air melalui kulit diatur oleh sistem saraf simpatis, yang
mengaktifkan kelenjar keringat. Simulasi kelenjar keringat dapat
dihasilkan dari olahraga otot, peningkatan suhu lingkungan dan
peningkatan aktivitas metabolic. Rata-rata kehilangan air mencapai
15-20 ml/hari (Haswita & Sulistyowati, 2017).
Cara menghitung kebutuhan cairan perhari berdasarkan
rumus Holiday dan Segard (Haswita & Sulistyowati, 2017) :
a) Pada orang dewasa
BB 10 Kg pertama = 1 liter cairan BB 10 Kg kedua = 0,5 liter
cairan BB >> 10 Kg = 20 ml sisa BB
b) Berdasarkan berat badan bayi dan anak-anak
4 ml/kgBB/jam = Berat badan 10 Kg pertama, 2 ml/kgBB/jam =
Berat badan 10 Kg kedua, 1 ml /kgBB/jam = Sisa berat badan
selanjutnya.
c) Berdasarkan umur, tapi BB tidak diketahui > 1 tahun = 2n + 8 (n
adalah umur dalam tahun) 3 – 12 bulan = n + 9 (n adalah usia
dalam bulan). Catatan : Jika terdapat demam (tambahkan cairan
sebanyak 10% setiap kenaikan suhu 1 demam).
Sumber: (Wikipedia.org)
c. Klasifikasi DHF
Klasifikasi DHF menurut WHO dalam (Nurarif & Kusuma 2015)
berdasarkan beratnya penyakit yaitu:
1) Derajat 1
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu
uji tourniquet positif.
2) Derajat 2
Seperti derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit dan atau
perdarahan lainnya.
3) Derajat 3
Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin,
lembab dan pasien menjadi gelisah.
4) Terdapat DSS (Dengue Shock Syndrome) dengan nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diukur.
Tabel Kasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue
DD/ DBD Derajat Tanda Gejala Laboratorium
DD Demam disertai 2 atau lebih Serologi dengue positif
tanda mialgia, sakit kepala, Leukopenia
nyeri retro-orbital, artralgia Trombositopenia Tidak
ditemukan bukti kebocoran
plasma
DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia
bendung positif (<100.000/ul) bukti ada
kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas ditambah
perdarahan spontan
DBD III Gejala diatas ditambah
kegagalan sirkulasi (kulit
dingin dan lembab serta
gelisah)
Sumber: (Wikipedia.org)
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala hingga gejala berat
yaitu dapat terjadi demam, demam dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan
demam tinggi yang terus menerus selama 2-7 hari yaitu terjadi perdarahan
diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah
trombosit ≤100×109/L dan kebocoran plasma akibat peningkatan
permeabilitas pembuluh. Terdiri dari tiga tahap presentasi klinis yang
diklasifikasikan sebagai demam, kritis dan pemulihan (Pradana,
Pramitaningrum, Aslam, & Anindita, 2021).
Pathway:
e. Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada pasien DHF biasanya didahului oleh demam yang
disertai gejala tidak spesifik seperti anoreksia, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri
perut, dan nyeri kepala. Hal ini terjadi karena sel fagosit mononuklear
(monosit, makrofag, histiosit, dan sel kupffer) merupakan tempat terjadinya
infeksi primer virus dengue. Muntah yang biasanya diawali dengan rasa
mual disebabkan oleh virus dengue yang menyebar sampai ke saluran
pencernaan. Terjadinya keluhan nyeri otot, pegal-pegal juga terkait dengan
virus dengue yang mengganggu sel tubuh termasuk pada sel otot yang akan
menimbulkan keluhan nyeri otot (Kurniawan, Juffrie, & Rianto, 2015).
Berdasarkan kriteria WHO 1997 dalam (Nurarif & Kusuma 2015),
diagnosis DHF ditegakkan apabila semua hal di bawah terpenuhi:
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik (panas akan turun di hari ke 2-3 namun akan naik dihari
berikutnya).
2) Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa Uji tourniquet positif,
Petekie, ekimosis, atau purpura, Perdarahan mukosa (epistaksis,
perdarahan gusi) dan saluran cerna serta Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia <100.000/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan, peningkatan nilai hematokrit
≥20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin, penurunan nilai
hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura.
f. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis dari infeksi virus dengue selain dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik, juga memerlukan pemeriksaan penunjang. Adapun
salah satu pemeriksaan penunjang tersebut yang biasanya dilakukan untuk
melihat pasien terdiagnosa demam berdarah dengue, yaitu dengan
pemeriksaan darah lengkap dengan parameter yaitu hemoglobin (HGB),
hematokrit (HCT), leukosit (WBC), trombosit (PLT), eritrosit (RBC), MCV,
MCH, dan MCHC ( Sastri, dkk, 2016). Pemeriksaan darah yang rutin untuk
menapis pasien tersangka demam dengue yaitu melalui kadar hemoglobin,
kadar hematokrit, jumlah trombosit dan jumlah leukosit, parameter
laboratorium yang dapat diperiksa ( Sastri, dkk, 2016), antara lain
1) Pemeriksaan Hemoglobin (HGB)
Nilai hemoglobin (HGB) karena hemoglobin merupakan protein yang
terdapat pada RBC , oleh karena itu interpretasi RBC serupa dengan
HGB. RBC dan HGB pada infeksi virus dengue bisa normal atau sedikit
menurun pada pasien dengan fase awal atau fase tanpa syok. Untuk nilai
normal Hb pada Laki-laki 14-17 gr/dl, wanita 12-15 gr/dl, saat lahir 17-
23 gr/dl, dan usia 10 tahun 12-14 gr/dl.
2) Pemeriksaan Hematokrit (HCT)
Hematokrit adalah pemeriksaan yang menunjukkan perbandingan jumlah
sel darah merah (eritrosit) terhadap volume darah dalam satuan persen.
Nilai normal hematokrit pada anak 33 – 38 %, pria dewasa 40 – 48 %,
dan wanita dewasa 37 – 43 %. Semakin tinggi persentase hematokrit
berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya
pembesaran ( kebocoran) cairan keluar dari pembuluh darah. Sementara
jumlah zat padat, maka darah akan lebih kental. Diagnosa demam
berdarah dengue diperkuat dengan nilai hematokrit 20 %. Fungsi
hematokrit untuk menentukan rata-rata volume pada eritrosit.
Peningkatan hematokrit mengambarkan hemokonsentrasi dan merupakan
indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma.
3) Pemeriksaan Trombosit ( PLT )
Trombosit merupakam elemen terkecil dalam pembuluh darah. Masa
hidup dari trombosit sekitar 7,5 hari. Dua pertiga dari seluruh trombosit
berada di sirkulasi dan 1/3 dari seluruh trombosit berada di limpa
(Kemenkes RI, 2011).Salah satu kriteria sederhana yang diajukan oleh
WHO sebagai diagnosis klinis infeksi dengue adalah trombositopenia.
Selama 3 hari pertama, jumlah trombosit biasanya masih normal, namun
trombositopenia mulai tampak beberapa hari setelah demam dan
mencapai titik terendah pada fase syok (Rena et al, 2009).
4) Pemeriksaan Leukosit ( WBC )
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru
(>15% dari jumlah total leukosit) yang pada fase syok meningkat. Hitung
leukosit ini cukup penting untuk diperhitungkan dalam menentukan
prognosis pada fase-fase awal infeksi. Leukopenia Pada infeksi dengue
dapat terjadi leukopenia ringan sampai lekositosis sedang. Leukopenia
dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga dengan hitung jenis yang
masih dalam batas normal. Jumlah granulosit menurun pada hari ketiga
sampai ke delapan.
g. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), discharge planning penyakit DHF
yaitu:
1) Minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan (tidak harus
jus jambu) dan ukur jumlah cairan yang keluar dan yang diminum;
2) Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup;
3) Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung
DEET saat mengunjungi tempat endemik dengue;
4) Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda gejalanya;
5) Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air
untuk mencegah nyamuk berkembangbiak dengan menutup tempat
penampungan, mengosongkan air tergenang dari ban bekas, kaleng
bekas dan pot bunga;
6) Pada pasien DHF tidak boleh diberikan asetosal, aspirin, anti inflamasi
nonsteroid karena potensial mendorong terjadinya perdarahan;
7) Melakukan abatesasi tempat-tempat penampungan air untuk mencegah
berkembangbiaknya nyamuk.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, Jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
Alfaray, R. I., Faizun, R. S., Wicaksono, D., Pulungan, R. Z., Rafsanjani, E. A.,
Marpaung, K. S., et al. (2021).
Haerani, D., & Nurhayati, S. (2020). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Demam Berdarah Dengue: Sebuah Studi Kasus.
Buletin Kesehatan, 80- 97. Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (2
ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Pakpahan, P. T., Purwaningsih, P., & Gustina, E. (2022). Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Dengue Haemorrhagic Fever
Di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan. Jurnal Kesehatan dan
Fisioterapi, 67-74.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Mumpuni,
Yekti & Widyati Lestari. (2015). CEKAL (Cegah & Tangkal) Sampai Tuntas
Demam Berdarah.Yogyakarta.
Andi Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc (Jilid 1 ed.).
Yogyakarta: Mediaction.
Pradana, A. A., Pramitaningrum, I. K., Aslam, M., & Anindita, R. (2021).
Epidemiologi Penyakit Menular: Pengantar Bagi Mahasiswa Kesehatan.
Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Jurnal Berkala Epidemiologi , hal. 260- 267. 83 Sutanta. (2019). Anatomi
Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Tim Thema Publishing.
Tarwoto dan Wartonah, (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.