TERAPI CAIRAN
Pembimbing:
Penyusun:
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Terapi
Cairan”. Referat ini dibuat sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik ilmu anestesi.
Dengan rasa hormat sedalam-dalamnya penulis juga ingin menyampaikan
terima kasih dari semua pihak atas segala bantuan sehingga referat ini terselesaikan,
terutama kepada dr. Maulana, Sp. An, selaku pembimbing dan penguji tugas referat di
kepaniteraan klinik bagian ilmu anestesi, yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, saran dan kritik, dan juga kepada dr. Indra Ibrahim, Sp. An
dan dr. Hendra Deswandi, Sp. An, M. Kes sebagai pembimbing, serta teman-teman
dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan selama kepaniteraan ilmu
anaestesi yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan dari
referat ini. Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan atau
perkataan yang tidak berkenan kepada pembaca.
Akhir kata, penulis berharap semoga isi referat ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sehingga dapat menginspirasi berbagai pihak.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.3.2. Koloid
Koloid terdiri dari substansi dengan ukuran molekul yang besar dan dapat
bertahan lebih lama di intravaskular dibandingkan kristaloid. Koloid sendiri bisa
hilang dari peredaran darah dengan berbagai cara yaitu :1
1. Filtrasi melewati kapiler pada tempat yang memiliki kerusakan glycocalyx
2. Pembentukan pori-pori di sel endotel yang disebabkan oleh inflamasi atau
stressor lainnya
3. Filtrasi molekul koloid yang lebih kecil di ginjal
4. Metabolisme di pembuluh darah
Koloid dapat melancarkan peredaran darah melalui efek hemodilusi,
penurunan viskositas plasma, dan efek agregasi sel darah merah. Meskipun
demikian, koloid juga memiliki efek samping yaitu efek terhadap imun,
koagulasi, dan ginjal. Berikut adalah beberapa jenis koloid :
1. Gelatin1,2
Gelatin berasal dari hidrolisis kolagen bovine dengan modifikasi
suksinilasi atau pembentukan polygeline. Beberapa jenis gelatin yang dapat
ditemukan adalah gelafusin, geloplasma, Fresenius, Haemaccel. Gelatin
memiliki berat molekul yang berbeda-beda. Meskipun demikian, terdapat
penelitian yang membutikan baha satu jam setelah infus selesai, 50% volume
cairan masih berada di dintravaskular. Gelatin merupakan jenis koloid
semisintetik yang memiliki efek paling kecil pada fungsi hemostasis. Insiden
anafilaksis dan anafilaktoid adalah <0,35%. Haemaccel memiliki kadar
kalsium yang tinggi sehingga merupakan kontraindikasi untuk
koadministrasi dengan produk darah yang mengandung sitrat pada set infus
yang sama.
NaCl
Gelafundin Modifikasi 30 gram NaCl 4,51 gram
suksinilisasi CaCl2 0,21 gram
gelatin
Gelafusal Modifikasi 40 gram Na asetat trihidrat 3,675 g
suksinilisasi KCL 0,403 g
gelatin CaCl dihidrat 0,133 g
MgCl hexahydrate 0,203 g
Na hydroxide 0,98g
2. 5% Albumin
Tekanan osmotic 20 mmHg yaitu mendekati nilai normal tekanan
osmotik koloid. Albumin memiliki efek yang sangat minimal untuk
koagulasi.2 Berikut adalah beberapa contoh produk albuminl dari manusia:
Albapure 20, Albuman 20, Albuminar 25, Albumin-human 20, Fima
Albumin.
3. Dextran
Dextran merupakan polimer glukosa yang larut dalam air dan berasal dari
sintesis sukrosa. Terdapat dua jenis dextran yaitu dextran 40 dengan berat
molekul 40.000 dalton dan dextran 70 dengan berat molekul 70.000. Indikasi
penggunaan 6% dextran 70 sama dengan 5% albumin. Dextran 40 banyak
digunakan pada operasi vascular untuk mencegah terjadinya thrombosis,
tetapi sangat jarang digunakan sebagai volume expander. Dextran akan
dimetabolisme di dalam tubuh menjadi glukosa2
Terdapat beberapa efek samping dextran yaitu reaksi anafilaksis yaitu
<0,28%, peningkatan waktu pendarahan yang diakibatkan oleh menurunnya
tingkat adhesi platelet (pada dosis 20 mL/kg/24 jam), pembentukan rouleaux,
dan edema paru yang disebabkan efek toksik secara langsung pada kapiler
paru. Dextran dapat melapisi sel membrane eritrosit dan mengganggu cross-
matching tipe darah.2
Tujuh puluh persen dari dextran akan diekskresikan melalui ginjal pada
24 jam pertama. Molekul dengan berat yang lebih besar akan diekskresikan
ke saluran pencernaan atau difagosit oleh sel mononuclear dan didegradasi
oleh dextranase endogen. Dextran memiliki efek volume plasma yang sama
seperti HES dengan durasi 6-12 jam.1
4. Hydroxyethyl starch (HES)
HES merupakan koloid yang berasal dari modifikasi polisakarida alami
seperti kentang. HES dapat diklasifikasikan berdasarkan konsentrasi, berat
molekul rata-rata, substitusi molar, dan rasio C2:C6. Substitusi molar
merupakan jumlah residu hyroxyethyl dalam 10 subunit glukosa. Contoh
rasio 0,7 adalah 7 residu hydroxyethyl dalam 10 subunit glukosa, dan disebut
dengan hetastarches. Semakin tinggi substitusi molar, semakin panjang
durasi kerjanya dan semakin poten pula efek sampingnya. Rasio C2:C6 yang
lebih tinggi lebih resisten terhadap pemecahan oleh amylase sehingga
memiliki durasi kerja lebih panjang tanpa meningkatkan efek samping.
Contoh sediaan HES adalah Hespan yang merupakan 6% HES 450/0.7. HES
dengan berat molekul yang lebih tinggi dapat meningkatkan volume
intravascular sebesar 70-80% dari total cairan yang diinfus pada menit ke-90
setelah diinfus. Di sisi lain, HES dengan berat molekul yang ringan dan
substitusi molar yang rendah memiliki efek volume yang lebih besar
disebabkan oleh metabolism menjadi molekul onkotik.2
HES sendiri dihidrolisis di dalam tubuh oleh amylase menjadi glukosa.
Molekul HES yang kecil diekskresi oleh ginjal, sedangkan molekul
berukuran sedang diekskresi di cairan empedu dan feses. Molekul HES yang
berukuran besar dan resisten terhadap hidrolisis akan difagosit oleh
mononuclear yang merupakan bagian dari system retikuloendotilal dan dapat
bertahan selama beberapa minggu bahkan lebih.1
HES memiliki efek samping yaitu gangguan koagulasi, toksisitas renal,
dan penumpukan pada jaringan. HES mengganggu faktor von Willebrand,
VIII, dan fungsi platelet. Akumulasi HES pada jaringan dapat bertahan
hingga beberapa tahun dan dapat menyebabkan pruritus. Insiden anafilaktoid
atau anafilaktik HES adalah <0,06%. HES juga memiliki efek terhadap ginjal
sehingga terjadi oliguria, peningkatan kreatinin serum, dan acute kidney
injury pada pasien yang memang memiliki masalah ginjal.1
Pelarut HES juga memiliki efek samping yang berbeda-beda. Hespan
terlarut dalam saline dan menyebabkan eprubahan thromoboelastrofrafi
dibandingkan Hextend yang terlarut dalam balanced salt.2 Melihat
banyaknya efek samping dari HES, penggunaannya di Eropa dan Amerika
Serikat telah dibatasi dan bahkan dilarang dibeberapa daerah.1 Di Indonesia,
terdapat Fima HES 200 yang berisi HES dan terdiri dari NaCl 6,9gram, KCl
0,3 gram, CaCl 0,22 gram, dan Natrium laktat 4,48gram.
NaCl KCl CaCl2 Natrium
laktat
FimaHES HES 6,9 gram 0,3 gram 0,22 gram 4,48 gram
200/0.5
60gram
Expafusin HES 6,9 gram 0,3 gram 0,22 gram 4,48 gram
50.000/0,5
60gram
WidaHES HES 9 gram
130 130/0,42 60
gram
WidaHES HES 90 gram
200 200/0,5 60
gram
TetraHES HES 0,9 gram
130/0,4 6
gram
2.4. Terapi Cairan
2.4.1. Cairan Perioperatif
Kondisi sistemik pada pasien sangat mempengaruhi status cairan dan
elektrolit. Disfungsi jantung, ginjal, dan hepar sangat berhubungan dengan
distribusi natrium. Terapi diuretic jangka panjang dapat menyebabkan hilangnya
elektrolit. Pasien hipertensi juga memiliki sirkulasi yang terkontraksi, sehingga
rentan terhadap hipovolemia (7)
Pada operasi elektif, konsumsi cairan secara oral dihentikan dua jam
sebelum operasi. Bowel preparation hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu.
Tindakan tersebut dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan berat badan
hingga 1,5-1,7kg yang kaya akan air dan kalium. Pada keadaan tersebut, dapat
diberikan 1-2L balanced crystallod dengan suplemen kalium. Terapi tersebut
dapat memperbaiki hemodinamik dan menurunkan kadar kreatinin serum. (7)
Pada operasi cito, lebih besar kemungkinan pasien datang dengan kondisi
cairan terganggu. Pemberian cairan pada pasien tersebut disesuaikan dengan
keadaan seperti tekanan darah, denyut jantung, kadar laktat, urine output (UO),
dan saturasi oksigen. (7)
Kehilangan cairan lambung dari obstruksi, muntah, dan nasogaster terutama
mengandung natrium, kalium, dan asam. Sekresi usus halus yang hilang
mengandung natrium, klorida, HCO3, dengan kadar kalium yang lebih rendah.
Kehilangan cairan dari usus besar seperti diare meningkatkan hilangnya kalium
yang dominan, serta natrium dan HCO3. Kehilangan cairan dari saluran
pencernaan bagian atas dapat digantikan dengan cairan saline isotonic, sedangkan
bagian bawah (fistula, ileus, atau obstruksi) dengan balanced crystalloid.1
Defisit cairan pre-operasi juga dapat disebabkan oleh redistribusi
intravascular ke extracellular compartment (ECF) atau perpindahan cairan ke
third space seperti edema, efusi pleura, dan asites.1