BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering
dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan
menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus
akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah
ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus
dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)
1. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
1. Tujuan Khusus
3. Kesimpulan yang berguna untuk memberikan resume dari penjelasan isi makalah
keseluruhan agar dapat berguna bagi pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Terapi intravena digunakan untuk mengobati berbagai kondisi pasien. Infus intravenous
adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat
isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak.
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) merupakan pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsung kedalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set
(potter,2005). Tindakan infus diberikan pada kliendengan dehidrasi, sebelum transfusidarah,
pra dan pasca bedah sesuaiprogram pengobatan, serta klien yangsistem pencernaannya
terganggu.
1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
cairan dan elektrolit diganti melalui cairan infus yang diberikan seara langsung kedalam
darah bukan asupan melalui sistem cerna. Pengantian parenteral meliputi pemberian nutrisi
parenteral total (NPT) , terapi cairan dan elektrolit inter vena serta pergantian darah.
Terdiri dari kateter, kanula, tempat-tempat infus yang dirancang untuk akses berulang
kesistem vaskuler dalam panjang. Tempat masuknya infus (infusition port) lebih aman dari
pada kateter yang dipasang secara perifer dan terbukti meningkatkan mekanisme
penghantaran terapi intra vena jangka panjang. ketetr sentral yang dimasukkan secara perifer
(peripherally inserted central catheter, PICC).
Terapi intravena. Tujuan pemberian cairan IV ialah untuk mencegah atau mengoreksi
gangguan cairan dan elektrolit, misalnya seorang klien yang menderita luka bakar derajat 3
yang mengenai 40% permukaan, berda dalam kondisi sakit yang kritis dan membutuhkan
pegaturan terapi IV yang teliti karena adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang terus menerus.
Apabila pemberian cairan IV dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, perawat harus
mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan, dan prosedure yang dibutuhkan untuk
memulai , mengatur dan mempertahankan sistem. Perawat juga harus mengidentifikasi dan
mengoreksi masalah serta menghentikan infus.
Tipe larutan banyak tersedia larutan elektrolit siap pakai. Kategori larutan elektrolit terbagi
menjadi : isotonik , hipotonik dan hipertonik. Suatu larutan bersifat isotonik apabila
osmolaritasnya mendekati osmolaritas plasma. Larutan hipotonik ialah larutan yang memiliki
osmolaritas kurang dari osmolaritas plasma dan larutan hipertonik ialah larutan yang
memiliki osmolaritas lebih besar dari osmolaritas plasma. Secara umum, cairan isotonik
digunakajn untuk penggantian volume ekstrasel (misal, kelebihan volume cairan setelah
muntahyang berlangsung lama). Keputusan untuk menggunakan larutan hipertonik atau
hipotonik didasarkan pada ketidakseimbangan elektrolit yang spesifik.
Peralatan seleksi dan penyiapan peralatan yang benar memungkinkan pemasangan selang
intravena menjadi aman dan cepat kerna cairan dimasukkan kealiran darah nmaka
membutuhkan tekhnik steril. Peralatan standar meliputi larutan dan selang intravena jarum
atau kateter, antiseptik,turnikuet, sarung tangan dan balutan.
Terdiri dari kateter, kanula, tempat-tempat infus yang dirancang untuk akses berulang
kesistem vaskuler dalam panjang. Tempat masuknya infus (infusition port) lebih aman dari
pada kateter yang dipasang secara perifer dan terbukti meningkatkan mekanisme
penghantaran terapi intra vena jangka panjang. ketetr sentral yang dimasukkan secara perifer
(peripherally inserted central catheter, PICC).
Terapi intravena. Tujuan pemberian cairan IV ialah untuk mencegah atau mengoreksi
gangguan cairan dan elektrolit, misalnya seorang klien yang menderita luka bakar derajat 3
yang mengenai 40% permukaan, berda dalam kondisi sakit yang kritis dan membutuhkan
pegaturan terapi IV yang teliti karena adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang terus menerus.
Apabila pemberian cairan IV dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, perawat harus
mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan, dan prosedure yang dibutuhkan untuk
memulai , mengatur dan mempertahankan sistem. Perawat juga harus mengidentifikasi dan
mengoreksi masalah serta menghentikan infus.
Tipe larutan banyak tersedia larutan elektrolit siap pakai. Kategori larutan elektrolit terbagi
menjadi : isotonik , hipotonik dan hipertonik. Suatu larutan bersifat isotonik apabila
osmolaritasnya mendekati osmolaritas plasma. Larutan hipotonik ialah larutan yang memiliki
osmolaritas kurang dari osmolaritas plasma dan larutan hipertonik ialah larutan yang
memiliki osmolaritas lebih besar dari osmolaritas plasma. Secara umum, cairan isotonik
digunakajn untuk penggantian volume ekstrasel (misal, kelebihan volume cairan setelah
muntahyang berlangsung lama). Keputusan untuk menggunakan larutan hipertonik atau
hipotonik didasarkan pada ketidakseimbangan elektrolit yang spesifik.
Peralatan seleksi dan penyiapan peralatan yang benar memungkinkan pemasangan selang
intravena menjadi aman dan cepat kerna cairan dimasukkan kealiran darah maka
membutuhkan tekhnik steril. Peralatan standar meliputi larutan dan selang intravena jarum
atau kateter, antiseptik,turnikuet, sarung tangan dan balutan.
Meliputi tiang infus, label untuk botol infus dan selang IV, plester, penyangga lengan, set
infus, penyaring dan alat pengatur aliran. Label yang membuat informasi seperti beriku :
nama pasien dan nomer identifikasi jumlah larutan utama dan jumlah total: kecepatan aliran,
tanggal persiapan dan kadaluarsa, syarat penyimpanan (jika dapat disimpan), nama orang
yang menyiapkan dan mengganti infus. Setiap selang juga harus diberi label dengan
informasi mengenai tanggal dan waktu penggantungan dan nama inisial orang yang
menggantung selang.
1. Ukuran tetesan T
Tabung tetesan memberikan tetesan mikro (60tts/ml) atau tetesan makro (10-15tts/ml) sistem
tetesan makro harus dipilih bila diperlukan jumlah larutan yang banyak atau tetesan yang
cepat.
1. Vent
Vent memungkinkan udara untuk masuk kedalam botol yang vakum dan untuk menggantikan
larutan karena larutan mengalir keluar. Tidak seperti botol kaca yang kaku, wadah IV yang
fleksibel tidak memerlukan Vent selang yang tepat harus di pilih untuk botol IV yang
fleksibel atau kaku.
1. Port IV
Port di perlukan untuk memberikan infus dan obat-obat sekunder. Set aliran kontinue di
design dengan katup pemeriksaan balik (Back check valve) yang menungkinkan piggyback
bekerja dan mulai diinfuskan kembali setelah piggyback lengkap.
1. Tabung Volumetrik
Tabung volumetrik set IV digunakan untuk memberikan obat atau cairan dalam dosis yang
kecil selama priode waktu yang ditentukan. Tabung volumetrik sering digunakan pada anak-
anak dan diruang perawatan intensif ICU untuk mengurangi resiko sejumlah besar cairan di
infuskan terlalu cepat.
1. Pertimbangan penyaring IV
Flebitis yang berhubungan dengan infus umm terjadi dan dapat akibat dari partikel-partikel
dan mikroba-mikroba dalam sistem IV atau iritasi yang disebabkan oleh kateter IV. Penyaring
IV didesign untuk menyaring partikel-partikel yang sangan kecil dan mimroba-mikroba dari
infus IV.
1. Klem
Setiap set pemberian IV mempunyai satu klem atau lebih untuk mengatur aliran. Klem putar
menyesuaikan diameter selang dan memperlambar atau meningkatkan kecepatan aliran. Klem
geser juga dapat menghentikan atau memulai aliran IV dan harus tidak digunakan bersama
dengan klem putar.
1. Alat-alat bantu
Alat bantu yang mengatur aliran dapat ditambahkan pada set pemberian untuk mengontrol
kecepatan tetesan yang lebih tepat daripada klem putar.
Alat-alat elekrolit mengalirkan cairan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi kemampua
untuk menyembunyikan alarm jika terjadi sumbatan dapat membantu identifikasi masalah-
masalah aliran sedini mungkin. Pompa mempunyai kemampuan untuk menambahkan tekanan
pada infus pada kondisi aliran yang terbatas. Alah pengontrol tidak dapat menambahkan
tekanan pada jalur sampai timbul tahanan.
PUNGSI VENA
Pungsi vena adalah sebuah keterampilan yang merupakan dasar untuk terapi IV dan dapat
dipelajari dan dikembangkan melalui praktik yang sering. Pungsi Vena adalah sebuah teknik
yang digunakan untuk memungsi vena secara transkutan dengan menggunakan pemflon yang
kaku dan tajam (mis.jarum kupu-kupu atau jarum logam) yang sebagian dilapisi oleh kateter
plastik atau dengan jarum yang dipasangkan ke spuit. Tujuan umum pungsi vena adalah
mengambil spesimen darah , memasukan obat, memulai infus iv , dan menginjeksi radioque
atau alat perekam jejak radio aktrif untuk pemeriksaan khusus. Perawat yang mengkaji klien
untuk melihat daerah fungsi vena harus mempertimbangkan kondisi, peringatan, dan
kontgraindikasi tentang vena-vena tertentu yang tidak boleh dispungsi. Umumnya perawat
pertama-tama harus mencari vena di daerah distal dan kemudian didaerah proksimal karena
klien yang berusia sangat muda dan lasia memiliki vena yang rapuh. Perawat harus
menghindari vena dengan mudah bergesesr atau rapuh seperti vena di permukaan bawah
tangan. Klien yang gemuk memiliki masalah saat akan disfungsi vena karena sulitnya untuk
mencari vena supervisial. klien yang kurus juga sulit untuk disfungsi vena Papan penompang
tangan digunakan untuk mengurangi gerakan ekstremitas saat infus IV dialirkan atau untuk
mempertahankan ekstremitas tetap pada posisi datar.
Peralatan intravena lain meliputi wadah larutan, berbagai tipe selang,dan peralatan
pengendalian volume. Seringkali obat antibiotik yang disuntikan, seperti ampisilin, dapat
ditambahkan kedalam kantung larutan IV berukuran kecil yang berisi 50 sampai 100 ml dan
dipiggyback-kan: ke dalam selang utama untuk diberikan selama 30 sampai 60 menit.
Peralatan pengontrol volume digunakan pada anak-anak, klien yang menderita gagal ginjal
atau gagal jantung, dan klien yang menderita penyakit kritis, untuk mencegah masuknya
volume infus dalam jumlah besar secara tiba-tiba, dan kecepatannya tidak terkontrol.
Memasang selang intravena, setelah peralatan dikumpulkan di sisi tempat tidur, perawatan
mengkaji klien untuk mencari tempat pungsi teknik yang digunakan untuk memungsi vena
secara transkutan dengan mwnggunakan pemflon yang kaku dan tajam yang sebagian dilapisi
oleh kateter plastik atau dengan jarum yang dipasangkan spuit. Tujuan umum pungsi vena
adalah mengambil spesimen darah, memasukan obat, melalui infus IV , dan menginjeksi
radiopaque atau alat perekam jejak radioaktif untuk pemeriksaan khusus.
Perawat yang mengkaji klien untuk melihat daerah pungsi vena harus mempertimbangkan
kondisi, peringatan, dan kontraindikasi tentang vena-vena tertentu yang tidak boleh dipungsi.
Apabila kemungkinan, semua klien sebaiknya menggunakan ekstremitas yang tidak dominan.
Umumnya perawat pertama-tama harus mencari vena didaerah distal dan kemudian kedaerah
proksimal. Karena klien yang berusia sangat muda dan lansia memiliki vena yang rapuh,
perawat harus menghindari vena yang dengan mudah bergeser atau rapuh, seperti vena
dipermukaan dorsal tangan.
Klien yang gemuk memiliki masalah saat akan dipungsi vena karena sulitnya mencari vena
superficial. Klien yang kurus juga sulit untuk di pungsi vena , vena tersebut aga rapuh dan
akibatnya yang dapat terjadi adalah perawat sudah memungsi seluruh vena, tetapi kateter atau
jarum belum ada masuk.
Pungsi vena dikontraindikasikan didaerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi, atau
trombosis (bekuan). Daerah yang terinfeksi berwarna merah, kenyal, bengkak dan
kemungkinan hangat saat disentuh.
Daerah yang terinfeksi tidak digunakan karena bahaya invasi bakteri dari permukaan kulit
kedalam aliran darah. Tempat pungsi vena yang umum digunakan ialah tangan dan lengan.
Namun, vena-vena superfisial di kaki dapat digunakan jika klien dalam kondisi tidak dapat
berjalan dan kebijakan mengizinkan hal tersebut. Penggunaan kaki untuk tempat pemasangan
IV lebih umum dilakukan pada klien pediatrik , tetapi biasanya dihindari pada orang dewasa.
Setelah menentukan lokasi tempat pungsi vena, perawat dengan teliti menjelaskan prosedur
kepada klien. Perawat harus menjelaskan alasan diprogramkannya infus, hasil yang
diharapkan dari tindakan tersebut, dan harapan perawat terhadap klien. Kateter yang
berukuran besar, yang dimasukan ke dalam vena sentral, seperti vena subklavia, digunakan
untuk memantau tekanan vena sentral dan untuk menghantarkan volume cairan dalam jumlah
besar serta TPN.
Mengatur kecepatan aliran infus. cairan yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Setelah infus
IV difiksasi dan selang IV paten, perawat harus mengatur kecepatan infus sesuai dengan
program dokter. Kecepatan infus yang terlalu lambat dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan sirkulasi yang lebih lanjut pada klien yang mengalami dehidrasi, syok ,
atau menderita penyakit kritis. Kecepatan infus yang terlalu cepat dapat menyebabkan beban
cairan berlebihan, yang sangat berbahaya pada beberapa gangguan ginjal, kardiovaskular, dan
neurologis. Perawat menghitung kecepatan infus untuk mencegah pemberian
Pompa infus mengatur aliran cairan IV. Pompa ini dirancang untuk mengalirkan jumlah
cairan tertentu selama periode waktu tertentu atau untuk mengalirkan cairan berdasarkan
kecepatan aliran atau tetesan permenit.
Kepatenan jarum IV atau kateter memiliki makna bahwa jarum dan kateter terbuka, sehingga
larutan dapat mengalir. Perawat dapat mengkaji kepatenan IV dengan menurunkan kantung
larutan IV dibawah ketinggian tempat insersi dan mengobservasi adanya aliran balik darah ke
selang infus. Apabila tidak ada aliran balik ke darah dan cairan infus tidak mengalir dengan
mudah pada saat klien penggeseran dibuka maka mungkin terdapat bekuan di ujung kateter.
Prosedur
1. Observasi tanda dan gejala yang Karena gangguan cairan dan elektrolit
mengindikasikan ketidakseimbangan cairan dapat mempengaruhi setiap sistem di
atau elektrolit dalam tubuh, perawat harus mengkaji
klien secara sistematis untuk
1. Mata cekung mengidentifikasi kelainan yang
berhubungan dengan
2. Edema ketidakseimbangan cairan elektrolit.
Berat badan setiap hari
3. Peningkatan atau penurunan berat mendokumentasikan adanya
tubuh lebih dari 2% kehilangan cairan atau retensi yang
terjadi. Perubahan berat badan sebesar
4. Membran mukosa kering 1 kg berhubungan dengan retensi atau
kehilangan cairan sebanyak satu liter
5. Vena leher datar atau distensi (1000ml)
6. Hipotensi, takikardia
7. Nadi teratur
8. Krekels di pura-paru
13. Kebingungan
1. Pelajari kembali, program penggantian Pungsi vena adalah suatu teknik invasif
terapi yang ditetapkan dokter , cairan IV merupakan obat-obatan.
Keduanya memerlukan resep dokter
dan harus dilakukan dengan teknik
steril
4. Selang intravena
6. Turniket
9. Plester
11. Tiang IV
13. Gown IV
1. Atur peralatan diatas meja yang terpasang mengurangi resiko kontaminasi dan
di samping tempat tidur atau meja di atas kecelakaan
tempat tidur (lihat ilustrasi di sebelah
kanan)
1. Identifikasi vena yang dapat diakses untuk tingkatkan pemasangan atau jarum IV
tempat pemasangan jarum IV atau kateter
Langkah Rasional
1. Tempatkan klem yang dapat Jarak klem yang dekat dengan bilik tetesan
digeser tepat dibawah bilik memungkinkan pengaturan kecepatan aliran yang
tetesan dan gerkkan klem lebih akurat.Mencegah cairan dengan tidak
penggeser ke posisi penghentian sengaja tumpah dan mengenai klien,perawat,
aliran infuse. tempat tidur, atau lantai.
1. Pilih vena distal untuk digunakan Apabila terjadi sklerosis atau kerusakan pada
vena, vena yang sama didaerah proksimal masih
dapat digunakkan.
1. Apabila ditempat insersi jarum Mengurangi risiko kontaminasi dari bakteri pada
terdapat banyak bulu rambut.Juga membantu mempertahankan
badan,gunting bulu-bulu keutuhan balutan intravena dan membuat
tersebut. pelepasan plester tidak terlalu menimbulkan
nyeri. Pencukuran dapat menyebabkan
mikroabrasi dan menjadi predisposisi terjainya
infeksi (Metheny , 1996)
1. Pasang turniket 10-12 cm diatas Aliran arteri yang terhenti mencegah pengisian
tempat insersi.Turniket harus vena.
menghambat aliran vena, bukan
aliran arteri.Periksa denyut distal.
1. Fiksasi kateter IV atau jarum Mencegah kateter lepas dari vena tanpa
sengaja
2. Tempelkan plester kecil (1,25cm)
dibawah hub kateter dengan sisi Larutan atau salep yodium-povidin
perekat ke arah dan silangkan merupakan antiseptic topical yang mengurangi
plester di atas hub bakteri pada kulit dan mengurangi resiko infeksi
local atau sistemik. Apabila menggunakan
3. Berikan sedikit larutan atau salep balutan transparan, larutan yodium-povidin
yodium-povidin pada tempat direkomendasikan salep mengganggu perekatan
pungsi vena . biarkan larutan
mongering sesuai dengan balutan pada kulit.
kebijakan lembaga.
Menceah terlepasnya infuse IV secar
4. Tempelkan plester kecil yang tidak sengaja
kedua, langsung silangkan ke
hub kateter Balutan transparan memungkinkan
observasi tempat pungsi vena yang berkelanjutan
5. Letakkan balutan transparan di . memungkinkan mengganti selang tanpa
atas tempat pungsi vena , dengan mengganggu balutan
mengikuti petunjuk pabriknya
(metoda alternative tempatkan Menstabilkan hubungan infuse dengan
kasa balutan berukuran 22 di kateter lebih lanjut.
atas tempat pungsi vena dan hub
kateter. Jangan menutup
hubungan anatara selang
intarvena dan hub kateter. Fiksasi
hubungan itu dengan dua lembar
plester sepanjang 2,5 cm). sarung
tangan dapat dilepas supaya tidak
menempel di balutan
1. Tulis tanggal waktu pemasangan Memberikan data yang cepat tentang tanggal
selang IV , ukuran jarum dan insersi IV dan dapat diketahui penggantian
tanda tangan serta inisial perawat balutan selanjutnya
pada balutan IV
1. Atur kecepatan aliran untuk Mempertahankan kecepatan aliran larutan IV
mengoreksi tetesan per menit yang benar, mengurangi penularan
mikroorganisme
1. Buang sarung tangan dan memberikan evaluasi tipe dan julah cairan yang
persendian yang digunakan serta diberikan kepada klien secara berkesinambungan
cuci tangan inspeksi perjam mencegah terjadinya beban
cairan berlebih tanpa sengaja atau hidrasi yang
tidak adekuat.
1. Observasi klien setiap jam untuk mencatat dimulainya terapi IV sesuai program
menentukan responsnya terhadap dokter
terapi cairan
LANGKAH RASIONAL
1. Kenali factor tetesan dalam bentuk alat tetes mikro, yang juga disebut
banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuah minidrik, secara universal
set infuse mis mengeluarkan 60 tts/ml. Namun set
pemberian parenteral komersial untuk
Makrodip (tetes ,mikro):60 tts/ml tetesan makro juga tersedia. Perawat
harus mengetahui faktor tetes didalam
Abbot lab 15 tts/ml selang infus.
Baxter 10 tts/ml
1. Pilih salah satu formula berikut untuk setelah kecepatan setiap jam
menghitung kecepatan aliran (tts/ml) ditentukan, dengan rumus akan
setelah menghitung jumlah ml/jam diperoleh kecepatan aliran yang benar
dalam jumlah tts/mnt
Volume total (ml)+ jam pemberian infuse = ml/jam
1. Tentukan per jam dengan membagi volume Memungkinkan cairan infus mengalir
dangan jam misalnya : dengan kecepata yang tetap selam
periode yang di program kan
1000ml+8 jam= 125 ml per/jam
Pompa infus
2) Masukan cairan yang akan di berikan dalam Pompa infus tidak sempurna dan tidak
2 jam ke dalam peralatan tersebut. menggantikan fungsi pengkajian yang
akurat dan sering alarm
3) Kaji sistem IV sekurang-kurangnya setiap mengindikasikan bhwa monitor
jam sekali dan tambahkan cairan ke dalam elektronik tidak menditeksi jumlah
peralatan. Atur kecepatan aliran. tetesan.
1) Mengurangi resiko peningkatan
cairan yang mendadak.
3) Mempertahankan kepatenan
sistem IV.
1. Observasi klien setiap satu jam untuk Apabila timbul tanda fdan gejala
menentukan respon treapi IV dan upaya dehidrasi atau hidrasi yang berlebihan,
memperbaiki keseimbangan cairan dan maka kecepatan aliran yang di infuskan
elektrolit. Juga periksa daerah pemasangan harus di ubah apabila tanda-tanda
IV untuk melihat adanya tanda-tanda infiltrasi, inflamasi, dan plebitis
infiltrasi, inflamasi, dan flebitis. muncul, maka tempat pemasangan IV
hars diganti
LANGKAH RASIONAL
1. Siapkan untuk mengganti larutan jika sisa mencegah udara masuk selang IV dan
cairan didalam botol kurang dari 50 ml. mempertahankan kepatenan selang dan
kateter atau jarum
1. Pastikan bahwa bilik tetesan masih tetap mengalir cairan IV ke vena pada
setengah penuh. saat kantung diganti.
1. Geser klem penggeser untuk menurunkan mencegah kosongnya bilik tetesan dari
kecepatan aliran. sisa larutan pada saat larutan diganti.
LANGKAH RASIONAL
1. Selang infus
4) Swab alkohol
1. Kenakan sarung tangan tidak steril sekali mengurangi resiko terpaparnya virus
pakai. HIV hepatitis, dan bakteri lain yang
ditularkan malalui darah.
1. Apabila jarum atau hub kateter tidak hub jarum harus dapat diakses untuk
terlihat, geser balutan IV. Jangan memungkinkan transisi yang lancar
melepaskan plester yang memfiksasi jarum saat melepas selang yang lama dan
atau kateter ke kulit. masukkan selang yang baru.
1. Geser klem penggeser pada selang IV yang mencegah supaya larutan tidak tumpah
baru, pada posisi menghentikan aliran setelah kantung atau botol cairan yang
cairan. baru dipasang
1. Dengan selang lama yang masih terpasang, menyediakan surplus di dalam bilik
tekan bilik, tetesan dan isi bilik tersebut. tetesan sehingga terdapat cukup cairan
untuk mempertahankan kepatenan saat
mengganti selang
1. Hentikan aliran larutan di selang yang lama memungkinkan cairan terus mengalir
dan gantung bilik tetesan di atas tiang melalui kateter semantara selang yang
intavena baru disiapkan
1. Tekan dan lepaskan pada bilik tetesan pada memungkinkan bilik tetesan terisi
selang IV yang baru. cairan dan meningkatkan aliran larutan
yang cepat dan lancar melalui selang
yang baru.
1. Buka klem penggeser, lepaskan penutup mengeluarkan udara dari selang dan
pelindung dari adapter jarum dan bilas menggantinya dengan cairan.
selang dengan larutan.
1. Adapter jarum pada selang IV yang baru akan memungkinkan insersi selang
diletakkan antara kasa berukuran 2 X 2 di yang baru ke dalam hub jarum dengan
dekat tempat penusukan IV tanpa lancar dan cepat sambil
terpasangnya penutup pelindung. mempertahankan sterilitas selang
infus.
1. Klem penggeser pada selang yang lama mencegah tumpahnya cairan saat
dipindahkan pada posisi tertutup. selang dilepaskan dari hub jarum.
1. Stabilkan hub kateter atau jarum IV, tarik mencegah pergeseran kateter atau
keluar selang yang lama dengan perlahan jarum secara tidak sengaja. Mencegah
dan dengan cepat masukkan adapter jarum pembentukkan bekuan di dalam kateter
selang yang baru ke dalam hub. atau di dalam jarum.
1. Pasang balutan yang baru, jika perlu mengurangi resiko infeksi bakteri dari
kulit.
1. Catat penggantian selang dan larutan pada mencatat prosedur dan mencatat bahwa
catatan klien dan letakkan sehelai plester tindakan untuk mempertahankan
yang bertuliskan ntanggal dan waktu sterilitas dilakukan. Memberikan
penggantian di bawah ketinggian cairan informasi yang mudah di ingat ileh
pada bilik tetesan, catat cairan yang semua tenaga keperawatan, mengenai
diinfuskan dalam format asupan dan waktu pengantian selang IV
haluaran.
1. Mengganti Balutan IV
LANGKAH RASIONAL
4. Pengangkat plester
5. Kapas alkohol
LANGKAH RASIONAL
1. Tukar lembaran plester perekat Mencegah kaeter atau jarum bergesr tanpa
yang berada setengah inci sengaja
dibawah kateter dengan plester
yang menghadap ke atas untuk
memfiksasi kateter atau jarum.
1. Oleskan salep atau berikan Larutan atau salep yodium povidon merupakan
larutan yodium povidon di antiseptic topical jenis germisida yang
tempat pungsi vena. Biarkan mengurangi bakteri dikulit.
larutan mengering rekatkan
lembaran kedua plester yang
kecil langsung diatas kateter.
1. Cairan hipotonik:
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka
cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan
tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl
45% dan Dekstrosa 2,5%.
1. Cairan Isotonik:
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen
darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal
jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
1. Cairan hipertonik:
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit
dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif
dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%
+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
1. Kristaloid.
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volumeexpanders) ke
dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasienyang memerlukan
cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
1. Koloid.
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar darimembran
kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dandapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
Contoh :
1) Natrium Klorida 0,9 %, Komposisi : NaCl : 4,5 gr, Air untuk injeksi : 500 ml,
Osmolaritas : 308 mOsm/l, Na+ : 154 mEq/l, Cl : 154 mEq/l
2) Ringer Laktat, Komposisi : Natrium Laktat, C3H5NaO3 : 1,55 gr, Natrium Klorida,
NaCl : 3,0 gr, Kalium Klorida, KCl : 0,15 gr Kalsium Klorida, CaCl2.2H2O : 0,1 grAir untuk
injeksi : 500 ml, Osmolaritas : 274 mOsm/l, Na+ : 130 mEq/l, K+ : 4 mEq/l, Cl : 109,5 mEq/l,
Ca2+ : 2,7 mEq/l, Laktat (HCO3) : 27,5 mEq/l
3) Glukosa 5%. Komposisi : Glukosa, C6H12O6. H2O : 25,0 gr, Air untuk injeksi : 500
ml, Osmolaritas : 280 mOsm/l, Setara dengan : 800 KJ/l (190 kkal/1
1. ASERING
1. Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
1. Komposisi:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
1. Keunggulan:
1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran
5) Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema
serebral
1. KA-EN 1B
1. Indikasi:
1) Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
3) Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-
500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
4) Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
1. Indikasi:
1) Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
1. KA-EN MG3
1. Indikasi :
1) Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
1. KA-EN 4A
1. Indikasi :
2) Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
1. KA-EN 4B
1. Indikasi:
1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
4) Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
1. Otsu-NS
1. Indikasi:
1) Untuk resusitasi
1. Otsu-RL
1. Indikasi:
1) Resusitasi
3) Asidosis metabolik
1. MARTOS-10
1. Indikasi:
2) Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat,
stres berat dan defisiensi protein
1. AMIPAREN
1. Indikasi:
2) Luka bakar
3) Infeksi berat
4) Kwashiorkor
5) Pasca operasi
1. AMINOVEL-600
1. Indikasi:
3) Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
1. PAN-AMIN G
1. Indikasi:
3) Tifoid
Penghitungan kecepatan aliran perlu untuk melengkapi pemberian cairan dan obat-boatan IV
yang aman.Informasi yang diperlukan untuk menghitung kecepatan aliran meliputi berikut ini
:
60 menit
60 menit 60 menit 6 1
Karena 10/60 sama dengan 1/6 , volume per jam dapat dibagi dengan 6 untuk menentukan
tetesan per menit pada set IV yang memberikan 10 tetes/ml.
60 menit 60 menit 4 1 4 1
Kewaspadaan Klinik : Penghitungan untuk set selang infusnya adalah : gtt/ml/set infuse
60 mnt
60 mnt
60 mnt
60 mnt
Seringkali volume 24 jam diinstruksikan oleh dokter.Bagi volume yang telah ditentukan
dengan 24 sebelum menggunakan rumus diatas.
1 24
Untuk menghitung tetesan per menit untuk volume cairan yang ditetapkan dalam ml/jam ,
beralih ke langkah berikut
60 mnt
Jika obat piggyback IV volume kecil diberikan melalui jalur IV yang sama sebagai infuse
yang kontinu, infuse IV tidak akan tepat waktu kecuali waktu yang dibutuhkan untuk
menginfus obat piggyback tersebut dimasukkan dalam penghitunga total.Kurangi waktu yang
diperlukan untuk infuse piggyback dari periode 24 jam sebelum menghitung tetesan / menit
untuk IV yang kontinu.
Obat piggypack
3000 ml + 23
1 23
Flebitis didefinisikan sebagai inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia
maupun mekanik. Hal ini dikarakteristikan dengan adanya daerah yang memerah dan
hangat di sekitar daerah penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak di
daerah penusukan atau sepanjang vena atau pembengkakan. Insiden flebitis
meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau
obat yang di infuskan (pH dan tonisitasnya), ukuran dan tempat kanula dimasukan,
pemasangan jalur IV yang tidak sesuai dan masuknya mikroorganisme pada saat
penusukan. Flebitis dapat dicegh dengan menggunakan teknik aseptik selama
pemasangan, komposisi cairan, medikasi ketika memilih tempat tusukan,
mengobservasi tempat penusukan setiap jam, dan menempatkan kateter atau jarum
dengan baik.
Hematoma terjadi sebagai akibat dari kebocoran darah ke jaringan sekitar tempat
penusukan. Hal ini disebabkan karena pecahnya dinding vena yang berlawanan
selama penusukan vena, jarum bergeser keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai
yang di berikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan.
Bekuan(clotting) pad jarum merupakan komplikasi lokal yang lain. Hal ini karena
selang IV tertekuk, kecepatan aliran yang terlalu lambat, kantong IV yang kosong,
atau tidak memberikan aliran setelah pemberian obat atau larutan interrmiten. Tanda
dan gejalanya adalah penurunan kecepatan aliran dan aliran darah b kembali ke selang
IV.
1. Evaluasi