DEFINISI
Terapi cairan adalah untuk menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan
komposisi elektrolit didalamnya tetap stabil penting dalam homeostasis. Beberapa masalah
klinis timbul alibat adanya abnormalitas dalam hal tersebut. Untuk bertahan kita harus menjaga
volume dan komposisi cairan tubuh baik ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler (CIS)
dalam batas normal.
1. Penatalaksanaan terapi cairan meliputi dua bagian dasar yaitu :
Resusitasi cairan
ditujukan untuk mengganti kehilangan akut cairan tubuh, sehingga seringkali dapat
menyebabkan syok. Terapi ini ditujukan pula untuk ekspansi cepat dari cairan
intravaskuler dan memperbaiki perfusi jaringan.
Terapi rumatan
Bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi yang diperlukan
oleh tubuh.
2. Prinsip pemilihan cairan dimaksud untuk :
Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit yang normal melalui urine, IWL, dan
feces
Membuat agar hemodinamik agar tetap dalam keadaan stabil .
3. Pada penggantian cairan, maka jenis cairan yang digunakan didasarkan pada :
Cairan pemeliharaan (jumlah cairan yang dibutuhkan selama 24 jam)
Cairan defisit (jumlah kekurangan cairan yang terjadi)
Cairan pengganti (replacement)
Sekuetrasi (cairan third space) adalah Pengganti darah yang hilang.
Pengganti cairan yang hilang melalui fistel, maag slang, drainase serta
penyebab lainnya.
5. Pemilihan cairan
Cairan intravena diklasifikasikan menjadi kristaloid dan koloid.
Kristaloid merupakan larutan dimana molekul organik kecil dan inorganik dilarutkan
dalam air. Larutan ini ada yang bersifat isotonik, hipotonik, maupun hipertonik.
Cairan kristaloid memiliki keuntungan antara lain : aman, nontoksik, bebas reaksi,
dan murah. Adapun kerugian dari cairan kristaloid yang hipotonik dan isotonik
adalah kemampuannya terbatas untuk tetap berada dalam ruang intravaskuler.
Koloid : disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma
expander” di dalam cairan cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat
molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung
bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler.
6. Terapi Intravena adalah pemberian cairan, elektrolit, nutrisi, darah atau produk darah
atau obat-obatan melalui jalur vena.
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATA LAKSANA
Sebelum melakukan prosedur terapi cairan melalui intravena perifer, maka tenaga keperawatan
harus mengetahui dan memahami tentang terapi cairan, diantaranya :
1. Tipe cairan intravena
Cairan Kristaloid : zat terlarut dalam suatu larutan, tidak mengandung partikel onkotik
dan
karena itu tidak terbatas dalam ruang intravaskuler.
Dapat berdifusi melalui sel membran.
a. Cairan isotonik
Memiliki osmolaritas kurang lebih sama dengan serum. Karena tinggal dalma ruang
intravaskular, cairan mengekspansi kompartemen intravaskuler dan merupakan
pilihan terbaik untuk hidrasi : Ringer lactat, asering, Nacl 0,9 %.
b. Cairan hipotonik
Memiliki osmolaritas lebih rendah dari serum. Cairan akan berpindah dari
kompartemen intravaskular, menghidrasi sel dan kompartemen inrersitial :
Nacl 0,5 %..
c. Cairan hipertonik
Memiliki osmolaritas lebih tinggi dari serum. Cairan terdorong ke kompartemen
intravaskular dari sel dan kompartemen intersitial : Dextrose 5 %, Dextrose 10 % dll.
Cairan koloid : Zat terlarut tidak dapat membentuk cairain (true solution) karena molekul
koloid tidak akan larut bila disebarkan, melainkan tetap tersuspensi secara merata dan
terditribusi menyeluruh ke dalam cairan produk darah dan nutrisi parental. Koloid (darah,
albumin, gelatin, dextran, HES)
a. Cairan yang mengandung partikel onkotik, sehingga menghasilkan tekanan
onkotik.
b. Bila diinfuskan, koloid akan berada terutama dalam ruang intravaskular
c. Darah dan produk darah menghasilkan tekanan onkotik karen mengandung
molekul protein besar.
2. Manajemen Terapi Cairan Melalui Melalui Intravena Perifer.
a. Persiapan pasien
Periksa catatan medik untuk : alergi, riwayat penyakit, rencana pengobatan.
Periksa ulang program terapi (dokter)
Perhatikan hasil laboratorium yang berhubungan dengan tindakan cairan.
Benar cairan/obat : nama obat untuk injeksi/drip dalam infus, cairan infus
Benar pasien : nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, no. Rekam medik
Benar pencacatan : dokumentasi terkait pemberian oabt pada formulir yang sudah
ditentukan.
Benar lama pemberian : sesuai instruksi dan lama waktu yang telah ditentukan oleh
medik atau pabrik pada brosur.
4. Pemilihan peralatan
Infus set : set standar, line / sambungan tambahan, alat pengatur volume / tetesan
Kateter untuk akses vena disesuaikan dengan cairan dan pembuluh darah
Persiapan peralatan
Persiapan cairan
Nama perawat.
Pilih infus set yang tepat : Makro / mikro drip, blood set
Pastikan infus set, tipe IV cateter dan tipe cairan tepat untuk pasien
Udara di dalam selang infus harus dikeluarkan dengan cara membuka klem, secara
close sistem.
Gunakan size IV kateter ≤ 20 G pada cairan yang pekat / osmolaritas > 600 mOsm/L
jika bukan keadaan gawat darurat, hindari akses IV pada area yang lebih distal
Melakukan preparasi kulit tempat insersi dengan antiseptik swab alkohol 70%
dengan gerakan memutar arah dalam keluar.
Tidak melakukan palpasi /menyentuh area insersi setalh kulit di beri antiseptik.
8. Pemilihan vena
b) Metacarval veins
Posisi ideal untuk Intra Vena : pilihan pertama lakukan kanulasi pada ujung terdistal
dari vena
Pada orang tua, vena tipis disertai jaringan otot yang tidak adekuat
c) Median antebrachial
Sebagai pilihan terakhir untuk pengambilan darah atau untuk terapi yang lama.
8. Labeling kanulasi
BAB V
DOKUMENTASI
Pencatatan dan pelaporan terapi cairan yang aman dilakukan pada formulir medik :
a) Form catatan pasien terinstegrasi di ruangan
IGD : No. RM.3.1/REV/04/2018
Rawat inap : RM 4.2.22/REV-03/2015
Kamar bersalin (VK) : RM 4.1.6/REV-02/2015
ICU Form flow sheet : RM 7.2/REV-00/2014
Yang dicatat instruksi terapi yang akan diberikan kepada pasien termasukinstruksi
secara lisan/ melalui telpon, serta konfirmasi instruksi dokter (SBAR), respon
pasien setelah mendapat terapi cairan.
b) Form grafik : RM 4.2.2/REV/-02/2010dicatat terapi cairan / obat yang diberikan,
perubahan terapi/obat, waktu dan cara pemberian, paraf petugasyang memberikan
suntikan
c) Form catatan intake output : RM 4.2.20/REV-02/2013 dicatat pemberian antibiotik pada
pasien yang menggunakan alat invasif
d) Form surveilans HAIs : RM 11.18/REV/00/2016 dicatat pemberian antibiotik pada pasien
yang menggunakan alat invasif