Anda di halaman 1dari 16

Mata kuliah Keperawatan Dasar

Merawat Infus

Dosen Pengampu :
Ismar Agustin., S.Kp.,M. Kes

Tingkat I B
Kelompok 9

1. Bustanul Ulum PO7120123057


2. Salma Khodijah PO7120123081
4. Dea Putri Agata PO7120123089

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023 - 20
A. Pendahuluan
Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang
sering dilakukan di rumah sakit. Pemberian cairan parenteral merupakan tindakan
memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan
perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan. Infus
merupakan tindakan yang dilakukan pasien dengan cara memasukan cairan
melalui intra vena dengan bantuan infus set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit, sebagai tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi
parenteral. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah
tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus
akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang
telah ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat
pemasangan infus dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).

Pemasangan infus digunakan untuk mengobati berbagai kondisi penderita


disemua lingkungan perawatan di rumah sakit dan merupakan salah satu terapi
utama. Sebanyak 60% pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi
cairan infus. Sistem terapi ini memungkinkan terapi berefek langsung, lebihh
cepat, lebih efektif, dapat dilakukan secara kontinue dan penderita pun merasa
lebih nyaman jika dibandingkan dengan cara lainnya. Tetapi karena terapi ini
diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan infus, salah
satunya adalah flebitis (Hinlay, 2006)

B. Diagnosis Keperawatan
1. Hipovolemia
2. Resiko infeksi
3. Gangguan integritas kulit jaringan
4. Resiko syok

1
C. Luaran Keperawatan
1) Status cairan membaik
2) Tingkat infeksi menurun
3) Gangguan integritas kulit atau jaringan
4) Tingkat syok menurun

D. Pengertian Perawatan Infus dan Mengganti Balutan Infus


Definisi Perawatan infus merupakan tindakan yang dilakukan dengan
mengganti balutan/plester pada area insersi infus. Dulu penggantian balutan
dilakukan setiap hari, tapi saat ini telah dikurangi menjadi setiap 48 sampai 72
jam sekali, yakni bersamaan dengan penggantian daerah pemasangan IV (Gardner
et al, 1996).
Pemasangan infus sebagai salah satu tindakan invasif yang memerlukan
keterampilan cukup pada saat melakukan pemasangannya. Akibat pemasangan
yang kurang tepat, seperti posisi yang salah, kegagalan saat menginsersi vena,
serta ketidakstabilan dalam memasang fiksasi, dan kurang memperhatikan standar
operasional prosedur (SOP). Pemasangan infus, serta kurang memperhatikan
teknik sterilisasi hal tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi pasien. Selain itu,
pemberian terapi infus juga dapat menimbulkan komplikasi lokal yang sering
terjadi adalah flebitis (Hankis et al, 2001).
Mengganti balutan atau verban adalah suatu tindakan keperawatan untuk
mengganti perban perawatan luka untuk mencegah infeksi dengan cara mengganti
balutan yang kotor dengan balutan yang bersih. Pada prinsipnya dalam merawat
luka atau mengganti verban dibutuhkan sterilitas mengingat luka sangat rentan
terhadap masuknya mikroorganisme dan adanya disintegritas jaringan. Dalam
melakukan perawatan luka, dan yang digunakan bervariasi. Bahan ini disesuaikan
dengan kondisi luka kotor, bersih, steril atau terinfeksi

2
E. Tujuan Mengganti Balutan Infus
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat
menjaga kebersihan luka
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Mempertahankan tehnik steril
4. Mencegah masuknya bakteri dalam aliran darah
5. Pencegahan atau meminimalkan timbulnya infeksi
6. Dapat menolong hemostasis (bila menggunakan elastis verban)
7. Membantu menutupnya tepi luka secara sempuma
8. Menurunkan pergerakan dan trauma
9. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan

F. Macam - Macam Cairan Infus


Macam macam cairan infus memiliki khasiat berbeda-beda dan ditujukan
untuk kondisi pasien yang berbeda juga. Oleh sebab itu, pemberian cairan infus
harus disesuaikan dengan diagnosa penyakit. Macam macam cairan infus yang
sering digunakan antara lain adalah:
1. Cairan hipotonik
Cairan ini memiliki dosis lebih rendah dibandingkan dengan serum. Cairan
infus hipotonik diberikan kepada pasien yang mengalami dehidrasi pada bagian
sel seperti pasien cuci darah dan pasien hiperglikemia.
2. Cairan isotonik
Cairan ini memiliki kepekatan mendekati serum. Pemberian cairan infus
isotonik diperuntukkan bagi penderita hipovolemia (kondisi penurunan tekanan
darah terus menerus yang mengakibatkan penurunan cairan tubuh).
3. Cairan hipertonik
Cairan hipertonik memiliki kepekatan yang lebih tinggi dibanding serum.
Cairan ini digunakan untuk menstabilkan tekanan darah serta mengurangi
bengkak.

3
Selain itu, jenis cairan infus juga dapat dikategorikan berdasarkan jenis
cairannya, yaitu:
a. Cairan kristaloid
Cairan kristaloid merupakan cairan infus yang memiliki kandungan
natrium klorida, natrium glukonat, natrium asetat, kalium klorida, magnesium
klorida, dan glukosa. Cairan ini digunakan pada pasien dengan tujuan untuk
mengembalikan keseimbangan elektrolit, mengembalikan pH tubuh, menghindari
dehidrasi dan dijadikan sebagai cairan resusitasi. Ada beberapa jenis dalam cairan
kristaloid, yakni cairan Saline, Ringer Laktat dan Dextrose. Semua cairan tersebut
tentunya memiliki kandungan yang berbeda-beda tergantung pada kondisi pasien.
Beberapa cairan infus yang masuk ke dalam jenis cairan kristaloid antara lain:
a) Cairan saline
Cairan saline NaCL 0.9% merupakan cairan kristaloid yang sering
ditemui. Cairan ini mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini
digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi
dengan baik.
b) Ringer laktat
Ringer laktat merupakan jenis cairan kristaloid yang mengandung
kalsium, kalium, laktat, natrium, klorida, dan air. Cairan ringer laktat
umumnya diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat
mengalami luka, cedera, atau menjalani. operasi yang menyebabkan
kehilangan darah dengan cepat dalam jumlah yang banyak. Selain itu,
cairan ini juga sering digunakan sebagai cairan pemeliharan ketika sedang
menjalani perawatan di rumah sakit
c) Dextrose
Dextrose merupakan cairan infus yang mengandung gula sederhana.
Cairan ini sering digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah, pada
seseorang yang mengalami hipoglikemia. Selain itu, cairan infus dextrose
juga dapat digunakan untuk kondisi hyperkalemia

4
b. Cairan koloid
Cairan koloid merupakan cairan yang memiliki kandungan molekul lebih
banyak dibanding dengan cairan infus lainya. Umumnya cairan ini diberikan pada
pasien yang menderita sakit krisis dan pasien yang telah melakukan operasi bedah.
Cairan koloid juga memiliki berbagai jenis, termasuk cairan Gelatin. Albumin dan
Dextra.
Cairan infus yang termasuk ke dalam jenis cairan koloid adalah:
a) Gelatin
Gelatin merupakan salah satu cairan koloid yang mengandung protein
hewani. Salah satu kegunaan cairan ini adalah untuk mengatasi keadaan
kurangnya volume darah. yang disebabkan oleh kehilangan darah.
b) Albumin
Pemberian cairan infus albumin biasanya dilakukan saat pasien memiliki
kadar albumin yang rendah, misalnya pasien yang menjalani operasi
transplantasi hati. menderita luka bakar akut, dan pasien sepsis.
c) Dekstran
Dekstran merupakan jenis cairan koloid yang mengandung polimer
glukosa. Dekstran dapat digunakan untuk memulihkan kondisi
kehilangan darah. Selain itu, dekstran juga digunakan untuk mencegah
terjadinya tromboemboli setelah operasi.

c. Cairan asering
Cairan asering merupakan cairan yang diberikan pada pasien yang
mengalami dehidrasi akibat syockhipovolemik dan asidosis, demam berdarah,
trauma, luka bakar dan shockhemarogik serta dehidrasi berat. Kandungan dalam
cairan asering ini adalah Na 130 mEq, CI 109 mEq, Ca 3 mEq, K 4 mEq dan
Asetat/garam 28 mEq. Manfaat pemberian cairan asering pada pasien ini agar
dapat menjaga suhu badan sentral pada anestesi dan insoflural terutama
kandungan asetatnya yang sangat berguna bagi pasien yang telah melakukan
operasi bedah. Selain itu cairan asering dapat meningkatkan. tonisitas dan
mengurangi risiko edema serebral.

5
d. Cairan manitol
Cairan manitol merupakan cairan infus yang memiliki kandungan karbo,
hidrogen dan oksigen (C6H1406), Cairan ini memiliki banyak manfaat, yakni
membantu menjaga tekanan intrakranial pada kondisi normal, memberikan
peningkatan diuresis pada pasien yang mengalami gagal ginjal dan membuat
eksresi senyawa toksis menjadi meningkat. Selain itu pemberian cairan ini sangat
dianjurkan pada pasien yang sedang menjalani proses operasi prostat karena dapat
melarutkan irigasi genitouriner sebelum operasi dilakukan.

e. Cairan tutofusinops
Cairan tutofusinops merupakan cairan yang memiliki kandungan Natrium
100 mEq, Kalium 18 mEq, Kalsium 4 mEq, Sorbitol 50 gram, Klorida 90 mEq
dan Magnesium 6 mEq. Kandungan tersebut memiliki manfaat yang sangat
banyak bagi tubuh pasien, diantaranya memenuhi kebutuhan pasien akan air dan
cairan elektrolit sebelum, sedang dan setelah operasi bedah dilakukan.

G. Komplikasi Pada Pemasangan Infus


Berikut resiko pada pemasangan infus antara lain:
1. Emboli udara
Emboli udara merupakan kondisi masuknya gelembung udara ke dalam
pembuluh darah yang diakibatkan oleh suntikan infus kosong. Saat infus sudah
kosong, maka cairan yang ditransfusi akan digantikan dengan gelembung-
gelembung udara. Parahnya, hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius
seperti stroke.
2. Penggumpalan darah
Penggunaan infus juga memiliki efek samping berupa terjadinya
penggumpalan darah. Hal ini disebabkan oleh melambatnya aliran darah, sehingga
mengakibatkan tersumbatnya aliran darah dan menimbulkan bengkak, merah,
serta nyeri yang menyakitkan.
3. Gagal jantung
Saat cairan yang disuntikkan pada selang infus sudah kosong, maka hal
yang akan masuk ke dalam tubuh adalah gelembung udara. Sayangnya, jika ada

6
lebih dari 5ml/kg udara yang masuk ke dalam pembuluh darah vena dapat
menyebabkan cedera signifikan seperti shock dan gagal jantung.
4. Kerusakan pembuluh darah.
Selain cairan yang kosong, ternyata penggunaan jarum dan selang infus
juga bisa berbahaya bagi tubuh. Pasalnya, penggunaan kedua benda tersebut dapat
merusak pembuluh darah dan memicu kebocoran obat yang disalurkan melalui
infus ke dalam jaringan di sekitarnya. Akibatnya, jaringan di dalam tubuh akan
mengalami kerusakan yang fatal.
5. Infeksi
Pemberian infus yang sembarangan dapat mengakibatkan terjadinya
infeksi hebat di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan karena proses penyuntikan infus
dilakukan secara sembarang dan tidak memperhatikan kebersihan peralatan yang
digunakan.
6. Edema
Edema merupakan keadaan di mana timbulnya pembengkakan di daerah
wajah, kaki, pergelangan tangan, dan juga jari-jari tangan yang terjadi akibat
kelebihan cairan infus. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan
sakit kepala yang hebat, pembengkakan otak, hingga kematian.
7. Kematian mendadak
Kandungan natrium dalam darah berlebih maka akan muncul kondisi
hipernatremia yang berisiko mengalami kelemahan dan mudah sekali tersinggung.
Selain itu, kandungan natrium yang berlebih juga dapat mengakibatkan pasien
mengalami kematian mendadak.

H. Pengertian Monitoring Invus Intrafena


Monitoring infus intravena adalah pemantauan perawat untuk mencatat
hasil dari data pasien sebelumnya maupun setelah melakukan tindakan perawatan
infus. Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan kecenderungan
bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu,
pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk mengevaluasi
kondisi atau kemajuan menuju tujuan atas tindakan dari beberapa jenis antara lain
tindakan untuk mempertahankan manajemen yang sedang berjalan.

7
 Pengaturan Tetesan Infus
Monitoring merupakan tanggung jawab perawat dan meliputi laju arus
infus sambil memastikan keselamatan pasien. Laju arus infus ditetapkan menurut
perintah dokter, laju infus dihitung berdasarkan jumlah tetes larutan per menit.
Dibawah ini disertakan rumus yang dapat digunakan untuk menentukan laju arus
infus.
Tetesan infus diatur sesuai program pengobatan, tidak boleh terlalu cepat atau
lambat. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah tetesan, yakni :
1. Jumlah mililiter/jam. Jumlah tetesan dihitung dengan membandingkan
volume cairan yang harus diberikan (ml) dengan lamanya pemberian
(jam)..Contoh: 3000 ml cairan RL. harus diberikan dalam 24 jam.
Dengan demikian jumlah tetesan 125 ml/jam.

2. Jumlah tetesan dihitung dengan mengalikan jumlah cairan yang


dibutuhkan. (ml) dengan faktor tetes, kemudian membaginya dengan
lama pemberian (menit). Faktor tetes ditentukan berdasarkan alat yang
digunakan. Contoh seorang klien datang dengan keluhan mual dan
muntah yang terus menerus, dari pengkajian itu ditemukan tanda-tanda
dehidrasi sedang. Berdasarkan pemeriksaan, klien harus mendapatkan
terapi cairan intravena. Dokter menginstruksikan pemberian 3 kolf RL
dalam 24 jma. Dengan. demikian jumlah tetesan infus permenit untuk
klien tersebut adalah
= 20,8 tetes/menit
= 21 tetes/menit
Faktor tetes atau jumlah tetes per milimeter, ditentukan olch ukuran
bukan. pada peralatan infus. Faktor tetes yang lebih banyak dipergunakan
adalah 15 tetes/ml, 20 tetes/ml, 60 tetes/ml.

8
 Pemeliharaan Laju Infus
Banyak faktor yang mengubah laju arus infus intravena:
1. Ketinggian letak botol larutan infus dibanding posisi pasien
2. Tekanan darah pasien atau klien
3. Posisi pasien sendiri dapat mempengaruhi
Pemeliharaan laju infus penting karena implikasinya yang berkaitan
dengan. keseimbangan cairan tubuh pasien. Arus infus yang terlalu lambat dapat
menyebabkan terjadinya deficit (kekurangan) karena masukkan tidak dapat
mengimbangi pengeluaran, atau memperlambat pemulihan keseimbangan.

 Perawatan Selama Pemasangan Infus Intravena


1. Perhatikan pasien selama prosedur dijalankan
2. Kecepatan tetesan harus diobsevasi dengan ketat untuk memastikan
kecepain jumlah cairan yang di infuskan. Tinggi kantong infus juga akan
mempengaruhi tetesan karena gravitasi meningkatkan kecepatan aliran.
3. Daerah tusukan infus harus dipantau untuk memastikan tidak ada adanya
tanda-tanda infeksi dan kanula harus tetap berada pada tempatnya dan
tidak tersumbat
4. Kanula harus dibilas secara teratur, setiap selesai pemberian obat IV
5. Bagi pasien yang masih kekurangan cairan maka diharuskan untuk
menggantikan cairan infus yang sudah kosong dengan cairan yang baru
6. Jika selang infus terjadi penyumbatan atau kerusakan maka harus segera.
diganti
7. Perhatikan keadaan penderita selama di pasang infus bila terjadi reaksi
tersebut infus di hentikan dahulu dan laporkan pada dokter.
8. Jangan sampai ada udara masuk ke dalam pembuluh darah.
9. Bekerja selalu dan ingat dasr-dasar aseptik dan aterilitet.
10. Catatlah macam cairan dan banyaknya tetesan per menit
11. Denyut nadi dan tensi darah harus dikontrol selama prosedur dijalankan

9
I. Cara Mengatasi Macet Pada Infus
Banyak faktor yang menyebabkan macet pada infus:
 Dibutuhkan perbedaan tekanan untuk membuat infus tetap mengalir
Jika ada masalah yang muncul karena sebab ini yang harus kita observasi adalah:
1. Posisi tangan atau aliran terbawah memang harus jauh lebih rendah dari
tempat flabot infus yang digantung
2. Obsevasi standar infus
3. Jika darah ikut mengalir itu akan terjadi apabila ada perbedaan tekanan
yang sudah tidak stabil. Atur posisi tangan pasien agar lebih rendah lagi.
4. Jika darah tidak ikut naik tetapi infus macet, observasi apakah pasien ada
oedim (bengkak) atau tidak.
5. Semakinpekat cairan akan lebih sulit untuk turun misalnya, pemasangan
transfusi darah atau albumin. Sehingga, tetesan lebih cepat sedikit
daripada cairan biasanya (seperti RL atau NaCl).

 Aliran terjadi bila tidak ada sumbatan


1. Perhatikan dari ujung flabot sampai lengan tertancapnya infus, pastikan
tidak ada sumbatan
2. Sebelum infus set tertancap pada flabot, perhatikan dua lubang di infus
set apakah sudah lancar atau tersumbat
3. jika selang tidak terjadi sumbatan tetapi masih macet, lihat aboketnya
mungkin sumbatannya ada dalam aboket. Dengan cara injeksikan cairan
(misalnya menggunakan aqua steril) bila aliran mengalir ke atas.
4. Lihat lengan pasien ada bengkak atau tidak, jika ada bengkak segera
hentikan cairan infus agar tidak mempengaruhi keadaan pasien.
5. Evaluasi fiksasi atau penguncian infus, mungkin, plester atau fiksasi
lainnya. terlalu kuat sehingga menekan aliran infus, longgarkan
fiksasinya agar tidak. ada sumbatan.

10
 Mensiasati infus macet
1. Segera ganti dengan cairan normal seperti NaCl sebelum dan setelah
transfusi darah atau komponen darah lainnya.
2. Oplos obat-obatan injeksi tingkat kepekatan tinggi dengan cairan normal
atau aquasterill.
3. Percepatlah aliran infus sesat setelah melakukan injeksi intravena untuk
mengurai endapan-endapan obat-obatan tersebut. Setelah itu atur kembali
kestabilan tekanan infus.
4. Jika infus macet, klem/atau kunci aliran infus, putar-putar atau pilin-pilin
selang infus, pencet karetan penyambung infus, setelah itu buka kunci
infus lakukan los klem. Tujuannya agar tekanan aliran yang dihasilkan
lebih tinggi. Dengan harapan bila ada sumbatan atau lekukan dapat
teratasi dengan aliran tinggi tersebut.

11
SPO MERAWAT INFUS
Definisi Suatu proses perawatan di area pemasangan infus
Tujuan 1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Memberikan rasa nyaman
Persiapan pasien 1. Memberi salam terapeutik kepada pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Memberikan keempatan pada klien untuk
bertanya
4. Melakukan kontrak waktu dengan pasien
Persiapan alat 1. Sarung tangan 1 pasang
2. Pinset anatomis 2 buah
3. Berlakdan pengalas
4. Petunjuk waktu
5. Kassa steril, gunting plester
6. Plester/hipavik
7. Lidi kapas
8. Alcohol 70%
9. Lodine povidone solution 10%10. Na Cl 0,9%
10. Mangkok 2 buah
Prosedur kegiatan Pra - interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar

Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada
keluarga atau pasien
3. Memakai handschoon
4. Membasahi plaster dengan alkohol dan buka
balutan menggunakan pinset
5. Membersihkan bekas plaster

12
6. Membersihkan daerah tusukan dan sekitarnya
dengan povidone iodine solution
7. Mengolesi tempat tusukan dengan povidone
iodine ointment
8. Menutup dengan kasa steril dengan rapi
9. Memasang plaster penutup
10. Mengatur tetesan infus sesuai program
11. Menulis tanggal dan waktu mengganti balutan
pada plester penutup

Terminasi
1. Melakukan evalusi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan pasien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembat catatan
keperawatan
Sikap 1. Melakukan tindakan secara sistematis
2. Komunikatif dengan pasien
3. Percaya diri
Evaluasi 1. Respon keadaan pasien setelah tindakan
Dokumentasi 1. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dengan
benar
2. Mencatat respon pasien setelah tindakan
3. Mencatat hasil perawatan infuse
4. Menandatangani dokumentasi dan memberi nama
lengkap dengan jelas

13
Penjelasan Istilah
Istilah Pengertian
Hemostasis Mekanisme untuk menghentikan dan mecegah
pendarahan
Hipernatremia Konsentrasi natrium yang tinggi dalam darah
Hipoglikemia Gula darah rendah
Hipovolemia Kadar bagian cair dari darah (plasma) terlalu rendah
Hiperkalemia Kadar kalium yang tinggi
Tromboemboli Pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah vena
Syok hipovolemik Kegagalan perfusi jaringan yang
Syok hemoragik Kehilangan volume intravaskuler secara cepat dan
signifikan yang mengurangi perfusi jaringan
Asidosis Penumpukan asam dalam darah
tekanan intrakranial Nilai tekanan didalam rongga kepala
Diuresis Ginjal menyaring terlalu banyak cairan tubuh

14
DAFTAR PUSTAKA

Arifianti. 2006. Pemberian Cairan Infus Intravena (Intraveonous Fluids )

Azwaldi, dkk. 2023. Modul Praktikum Keperawatan Dasar. Palembang.


Poltekkes Kemenkes Palembang

https://www.sehatgroup.webid/?=20.admin..

https://id.scribd.com/document/502189325/MAKALAH-KDM-perawatan-
infus

Kusyati, Enis, dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:


EGC

Potter, Patricia A. Buku ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses dan


praktik/praticia A. Potter. Anne Griffin Perry;alih bahasa, renata
komalasari. Penerbit Jakarta: EGC, 2005

Smith-temple jean,dkk. 2010. Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan edisi


5. Jakarta: EGC

Wahit Iqbal Mubarak. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi
dalam Praktik. Penerbit, Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai