Merawat Infus
Dosen Pengampu :
Ismar Agustin., S.Kp.,M. Kes
Tingkat I B
Kelompok 9
B. Diagnosis Keperawatan
1. Hipovolemia
2. Resiko infeksi
3. Gangguan integritas kulit jaringan
4. Resiko syok
1
C. Luaran Keperawatan
1) Status cairan membaik
2) Tingkat infeksi menurun
3) Gangguan integritas kulit atau jaringan
4) Tingkat syok menurun
2
E. Tujuan Mengganti Balutan Infus
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat
menjaga kebersihan luka
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Mempertahankan tehnik steril
4. Mencegah masuknya bakteri dalam aliran darah
5. Pencegahan atau meminimalkan timbulnya infeksi
6. Dapat menolong hemostasis (bila menggunakan elastis verban)
7. Membantu menutupnya tepi luka secara sempuma
8. Menurunkan pergerakan dan trauma
9. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
3
Selain itu, jenis cairan infus juga dapat dikategorikan berdasarkan jenis
cairannya, yaitu:
a. Cairan kristaloid
Cairan kristaloid merupakan cairan infus yang memiliki kandungan
natrium klorida, natrium glukonat, natrium asetat, kalium klorida, magnesium
klorida, dan glukosa. Cairan ini digunakan pada pasien dengan tujuan untuk
mengembalikan keseimbangan elektrolit, mengembalikan pH tubuh, menghindari
dehidrasi dan dijadikan sebagai cairan resusitasi. Ada beberapa jenis dalam cairan
kristaloid, yakni cairan Saline, Ringer Laktat dan Dextrose. Semua cairan tersebut
tentunya memiliki kandungan yang berbeda-beda tergantung pada kondisi pasien.
Beberapa cairan infus yang masuk ke dalam jenis cairan kristaloid antara lain:
a) Cairan saline
Cairan saline NaCL 0.9% merupakan cairan kristaloid yang sering
ditemui. Cairan ini mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini
digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi
dengan baik.
b) Ringer laktat
Ringer laktat merupakan jenis cairan kristaloid yang mengandung
kalsium, kalium, laktat, natrium, klorida, dan air. Cairan ringer laktat
umumnya diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat
mengalami luka, cedera, atau menjalani. operasi yang menyebabkan
kehilangan darah dengan cepat dalam jumlah yang banyak. Selain itu,
cairan ini juga sering digunakan sebagai cairan pemeliharan ketika sedang
menjalani perawatan di rumah sakit
c) Dextrose
Dextrose merupakan cairan infus yang mengandung gula sederhana.
Cairan ini sering digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah, pada
seseorang yang mengalami hipoglikemia. Selain itu, cairan infus dextrose
juga dapat digunakan untuk kondisi hyperkalemia
4
b. Cairan koloid
Cairan koloid merupakan cairan yang memiliki kandungan molekul lebih
banyak dibanding dengan cairan infus lainya. Umumnya cairan ini diberikan pada
pasien yang menderita sakit krisis dan pasien yang telah melakukan operasi bedah.
Cairan koloid juga memiliki berbagai jenis, termasuk cairan Gelatin. Albumin dan
Dextra.
Cairan infus yang termasuk ke dalam jenis cairan koloid adalah:
a) Gelatin
Gelatin merupakan salah satu cairan koloid yang mengandung protein
hewani. Salah satu kegunaan cairan ini adalah untuk mengatasi keadaan
kurangnya volume darah. yang disebabkan oleh kehilangan darah.
b) Albumin
Pemberian cairan infus albumin biasanya dilakukan saat pasien memiliki
kadar albumin yang rendah, misalnya pasien yang menjalani operasi
transplantasi hati. menderita luka bakar akut, dan pasien sepsis.
c) Dekstran
Dekstran merupakan jenis cairan koloid yang mengandung polimer
glukosa. Dekstran dapat digunakan untuk memulihkan kondisi
kehilangan darah. Selain itu, dekstran juga digunakan untuk mencegah
terjadinya tromboemboli setelah operasi.
c. Cairan asering
Cairan asering merupakan cairan yang diberikan pada pasien yang
mengalami dehidrasi akibat syockhipovolemik dan asidosis, demam berdarah,
trauma, luka bakar dan shockhemarogik serta dehidrasi berat. Kandungan dalam
cairan asering ini adalah Na 130 mEq, CI 109 mEq, Ca 3 mEq, K 4 mEq dan
Asetat/garam 28 mEq. Manfaat pemberian cairan asering pada pasien ini agar
dapat menjaga suhu badan sentral pada anestesi dan insoflural terutama
kandungan asetatnya yang sangat berguna bagi pasien yang telah melakukan
operasi bedah. Selain itu cairan asering dapat meningkatkan. tonisitas dan
mengurangi risiko edema serebral.
5
d. Cairan manitol
Cairan manitol merupakan cairan infus yang memiliki kandungan karbo,
hidrogen dan oksigen (C6H1406), Cairan ini memiliki banyak manfaat, yakni
membantu menjaga tekanan intrakranial pada kondisi normal, memberikan
peningkatan diuresis pada pasien yang mengalami gagal ginjal dan membuat
eksresi senyawa toksis menjadi meningkat. Selain itu pemberian cairan ini sangat
dianjurkan pada pasien yang sedang menjalani proses operasi prostat karena dapat
melarutkan irigasi genitouriner sebelum operasi dilakukan.
e. Cairan tutofusinops
Cairan tutofusinops merupakan cairan yang memiliki kandungan Natrium
100 mEq, Kalium 18 mEq, Kalsium 4 mEq, Sorbitol 50 gram, Klorida 90 mEq
dan Magnesium 6 mEq. Kandungan tersebut memiliki manfaat yang sangat
banyak bagi tubuh pasien, diantaranya memenuhi kebutuhan pasien akan air dan
cairan elektrolit sebelum, sedang dan setelah operasi bedah dilakukan.
6
lebih dari 5ml/kg udara yang masuk ke dalam pembuluh darah vena dapat
menyebabkan cedera signifikan seperti shock dan gagal jantung.
4. Kerusakan pembuluh darah.
Selain cairan yang kosong, ternyata penggunaan jarum dan selang infus
juga bisa berbahaya bagi tubuh. Pasalnya, penggunaan kedua benda tersebut dapat
merusak pembuluh darah dan memicu kebocoran obat yang disalurkan melalui
infus ke dalam jaringan di sekitarnya. Akibatnya, jaringan di dalam tubuh akan
mengalami kerusakan yang fatal.
5. Infeksi
Pemberian infus yang sembarangan dapat mengakibatkan terjadinya
infeksi hebat di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan karena proses penyuntikan infus
dilakukan secara sembarang dan tidak memperhatikan kebersihan peralatan yang
digunakan.
6. Edema
Edema merupakan keadaan di mana timbulnya pembengkakan di daerah
wajah, kaki, pergelangan tangan, dan juga jari-jari tangan yang terjadi akibat
kelebihan cairan infus. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan
sakit kepala yang hebat, pembengkakan otak, hingga kematian.
7. Kematian mendadak
Kandungan natrium dalam darah berlebih maka akan muncul kondisi
hipernatremia yang berisiko mengalami kelemahan dan mudah sekali tersinggung.
Selain itu, kandungan natrium yang berlebih juga dapat mengakibatkan pasien
mengalami kematian mendadak.
7
Pengaturan Tetesan Infus
Monitoring merupakan tanggung jawab perawat dan meliputi laju arus
infus sambil memastikan keselamatan pasien. Laju arus infus ditetapkan menurut
perintah dokter, laju infus dihitung berdasarkan jumlah tetes larutan per menit.
Dibawah ini disertakan rumus yang dapat digunakan untuk menentukan laju arus
infus.
Tetesan infus diatur sesuai program pengobatan, tidak boleh terlalu cepat atau
lambat. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah tetesan, yakni :
1. Jumlah mililiter/jam. Jumlah tetesan dihitung dengan membandingkan
volume cairan yang harus diberikan (ml) dengan lamanya pemberian
(jam)..Contoh: 3000 ml cairan RL. harus diberikan dalam 24 jam.
Dengan demikian jumlah tetesan 125 ml/jam.
8
Pemeliharaan Laju Infus
Banyak faktor yang mengubah laju arus infus intravena:
1. Ketinggian letak botol larutan infus dibanding posisi pasien
2. Tekanan darah pasien atau klien
3. Posisi pasien sendiri dapat mempengaruhi
Pemeliharaan laju infus penting karena implikasinya yang berkaitan
dengan. keseimbangan cairan tubuh pasien. Arus infus yang terlalu lambat dapat
menyebabkan terjadinya deficit (kekurangan) karena masukkan tidak dapat
mengimbangi pengeluaran, atau memperlambat pemulihan keseimbangan.
9
I. Cara Mengatasi Macet Pada Infus
Banyak faktor yang menyebabkan macet pada infus:
Dibutuhkan perbedaan tekanan untuk membuat infus tetap mengalir
Jika ada masalah yang muncul karena sebab ini yang harus kita observasi adalah:
1. Posisi tangan atau aliran terbawah memang harus jauh lebih rendah dari
tempat flabot infus yang digantung
2. Obsevasi standar infus
3. Jika darah ikut mengalir itu akan terjadi apabila ada perbedaan tekanan
yang sudah tidak stabil. Atur posisi tangan pasien agar lebih rendah lagi.
4. Jika darah tidak ikut naik tetapi infus macet, observasi apakah pasien ada
oedim (bengkak) atau tidak.
5. Semakinpekat cairan akan lebih sulit untuk turun misalnya, pemasangan
transfusi darah atau albumin. Sehingga, tetesan lebih cepat sedikit
daripada cairan biasanya (seperti RL atau NaCl).
10
Mensiasati infus macet
1. Segera ganti dengan cairan normal seperti NaCl sebelum dan setelah
transfusi darah atau komponen darah lainnya.
2. Oplos obat-obatan injeksi tingkat kepekatan tinggi dengan cairan normal
atau aquasterill.
3. Percepatlah aliran infus sesat setelah melakukan injeksi intravena untuk
mengurai endapan-endapan obat-obatan tersebut. Setelah itu atur kembali
kestabilan tekanan infus.
4. Jika infus macet, klem/atau kunci aliran infus, putar-putar atau pilin-pilin
selang infus, pencet karetan penyambung infus, setelah itu buka kunci
infus lakukan los klem. Tujuannya agar tekanan aliran yang dihasilkan
lebih tinggi. Dengan harapan bila ada sumbatan atau lekukan dapat
teratasi dengan aliran tinggi tersebut.
11
SPO MERAWAT INFUS
Definisi Suatu proses perawatan di area pemasangan infus
Tujuan 1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Memberikan rasa nyaman
Persiapan pasien 1. Memberi salam terapeutik kepada pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Memberikan keempatan pada klien untuk
bertanya
4. Melakukan kontrak waktu dengan pasien
Persiapan alat 1. Sarung tangan 1 pasang
2. Pinset anatomis 2 buah
3. Berlakdan pengalas
4. Petunjuk waktu
5. Kassa steril, gunting plester
6. Plester/hipavik
7. Lidi kapas
8. Alcohol 70%
9. Lodine povidone solution 10%10. Na Cl 0,9%
10. Mangkok 2 buah
Prosedur kegiatan Pra - interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar
Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada
keluarga atau pasien
3. Memakai handschoon
4. Membasahi plaster dengan alkohol dan buka
balutan menggunakan pinset
5. Membersihkan bekas plaster
12
6. Membersihkan daerah tusukan dan sekitarnya
dengan povidone iodine solution
7. Mengolesi tempat tusukan dengan povidone
iodine ointment
8. Menutup dengan kasa steril dengan rapi
9. Memasang plaster penutup
10. Mengatur tetesan infus sesuai program
11. Menulis tanggal dan waktu mengganti balutan
pada plester penutup
Terminasi
1. Melakukan evalusi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan pasien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembat catatan
keperawatan
Sikap 1. Melakukan tindakan secara sistematis
2. Komunikatif dengan pasien
3. Percaya diri
Evaluasi 1. Respon keadaan pasien setelah tindakan
Dokumentasi 1. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dengan
benar
2. Mencatat respon pasien setelah tindakan
3. Mencatat hasil perawatan infuse
4. Menandatangani dokumentasi dan memberi nama
lengkap dengan jelas
13
Penjelasan Istilah
Istilah Pengertian
Hemostasis Mekanisme untuk menghentikan dan mecegah
pendarahan
Hipernatremia Konsentrasi natrium yang tinggi dalam darah
Hipoglikemia Gula darah rendah
Hipovolemia Kadar bagian cair dari darah (plasma) terlalu rendah
Hiperkalemia Kadar kalium yang tinggi
Tromboemboli Pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah vena
Syok hipovolemik Kegagalan perfusi jaringan yang
Syok hemoragik Kehilangan volume intravaskuler secara cepat dan
signifikan yang mengurangi perfusi jaringan
Asidosis Penumpukan asam dalam darah
tekanan intrakranial Nilai tekanan didalam rongga kepala
Diuresis Ginjal menyaring terlalu banyak cairan tubuh
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sehatgroup.webid/?=20.admin..
https://id.scribd.com/document/502189325/MAKALAH-KDM-perawatan-
infus
Wahit Iqbal Mubarak. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi
dalam Praktik. Penerbit, Jakarta: EGC
15