Anda di halaman 1dari 10

ABADIMAS ADI BUANA e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700

VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

KETERLIBATAN ORANGTUA DALAM PENANGANAN ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS
(1)
Khairunisa Rani, (2)Ana Rafikayati dan (3)Muhammad Nurrohman Jauhari
(1) (2 , 3)
Mahasiswa, Dosen Pogram Studi Pendidikan Khusus FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Email: khoirun.nisa313354@gmail.com1 ana@unipasby.ac.id2, Muhammadnurrohmajuhari@gmail.com3

ABSTRAK

Agar berhasil dalam intervensi dini dan mengingat anak pada usia yang masih muda, tentu peran
orang tua sangatlah penting. Ini karena orang tua adalah anak terdekat dan orang yang selalu
bersama anak. Keterlibatan orang tua sangat penting untuk mewujudkan pembelajaran yang
optimal di masa keemasan anak-anak. Hal ini diperkuat oleh pendapat Wu dan Brown yang
menyatakan bahwa partisipasi orang tua merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
perkembangan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Namun, dalam prakteknya banyak orang tua
masih kurang memahami anak-anak mereka. Banyak orangtua mengalami kesulitan membesarkan
anak-anak mereka. Orangtua tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan untuk mengoptimalkan
perkembangan anak mereka. Mengingat topik anak berkebutuhan khusus juga sangat terbatas
dibicarakan secara umum, para orang tua, ini semakin sulit bagi orang tua untuk mendapatkan
informasi tentang bagaimana menangani anak-anak mereka. Berdasarkan masalah ini, orang tua
dari anak-anak dengan kebutuhan khusus perlu dilatih untuk dapat mendidik anak-anak mereka
dengan benar dan anak-anak dapat berkembang secara optimal.

Kata kunci: Orangtua Anak dengan Kebutuhan Khusus, Pendidikan, Keterlibatan

ABSTRACT

To succeed in early intervention and remember the age of young children, of course the role of
parents is important. This is because the parent is the closest child and the person who is always
with the child. Parental involvement is very important to realize optimal learning in the golden
age of children.It's strengthened by the opinion of Wu and Brown that states that parent
participation is one important factor that determines the development of children with special
needs. However, in practice many parents still lack understanding of their children. Many parents
have difficulty raising their children. Parents do not know what they can do to optimize their
child's development. Given the topic of children with special needs is also very limited discussed
in general, parents, it is increasingly difficult for parents to get information about how to deal
with their children. Based on these problems, the parents of children with special needs need
trained to able educate their children properly and children can develop optimally.
Keyword: Parents Children with Special Needs, Education, Involvement

1. PENDAHULUAN menampung berbagai jenis kelainan, (seperti:


Isu diskriminasi terhadap pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB), dan (3)
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) telah sekolah terpadu yakni sekolah reguler (non-
lama bergulir di Indonesia. Selama ini SLB) yang menerima peserta didik
pendidikan yang tersedia bagi mereka hanya berkebutuhan khusus.
terbatas di setting pendidikan segregasi Dari ketiga setting layanan
(eksklusif). Terdapat 3 layanan segregasi pendidikan tersebut, layanan dimana anak
yang diselenggarakan oleh pendidikan berkebutuhan khusus dapat belajar bersama
Indonesia yaitu, (1) sekolah khusus yang dengan siswa regular (non-ABK) adalah
hanya melayani peserta didik dengan jenis sekolah terpadu. Meskipun begitu, pada
kelainan yang sama, (seperti: SLB/A, SLB/B, settingpendidikan ini, peserta didik khusus
SLB/C dst), (2) sekolah khusus yang yang harus menyesuaikan dengan sistem

55
ABADIMAS ADI BUANA e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

sekolah baik kurikulum, guru, sarana orangtua yang mengalami kesulitan dalam
prasarana pembelajaran, dan kegiatan belajar membesarkan anak mereka. Orang tua
mengajar. Oleh karena itu banyak siswa kurang tahu apa yang bisa dilakukan untuk
berkebutuhan khusus yang gagal dalam mengoptimalkan perkembangan anak.
belajar di sekolah regular misalnya tidak naik Mengingat topik tentang anak berkebutuhan
kelas, tidak lulus Ujian Nasional atau bahkan khusus juga sangat terbatas diperbincangkan
dikeluarkan karena tertinggal. secara umum,
Berdasarkan isu-isu dunia tentang Berdasarkan wawancara kepada
pendidikan untuk semua, selanjutnya di Kepala Dinas Pendidikan Cabang Sumenep
Indonesia mulai dikembangkan sistem pada 20 Februari 2018, diperoleh data
pendidikan inklusif, sebuah sistem bahwasanya di Kabupaten Sumenep baru
pendidikan yang ditengarai lebih ramah dan sedikit orang tua anak berkebutuhan khusus
tidak diskriminatif terhadap mereka. yang terlibat terhadap pendidikan anak
Pendidikan inklusif adalah sistem mereka. Padahal keterlibatan orangtua
penyelenggaraan pendidikan yang terhadap pendidikan sangat penting. selain
memberikan kesempatan kepada semua menyerahkan anak ke pihak sekolah,
peserta didik yang memiliki kelainan dan orangtua juga perlu diajarkan cara menangani
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat anak mereka dirumah untuk membantu
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau perkembangan anak secara optimal. Untuk
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan dapat memiliki kompetensi tersebut, perlu
di sekolah reguler bersama-sama dengan dilakukan pembelajaran atau pelatihan
peserta didik regular, mulai dari jenjang kepada orangtua. Pelaksanaan pendidikan
pendidikan usia dini (PAUD) hingga jenjang dengan memberdayakan orang tua
SMA atau SMK. merupakan salah satu guna mengoptimalkan
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini perkembangan anak.
adalah suatu lembaga yang memberikan Berdasarkan permasalahan tersebut,
layanan pengasuhan, pendidikan dan maka tim pelaksana melakukan pengabdian
pengembangan bagi anak lahir sampai enam kepada masyarakat tentang keterlibatan
tahun dan atau samapai dengan delapan orangtua dalam penanganan anak
tahun. Dengan maraknya isu pendidikan berkebutuhan khusus kepada orangtua anak
inklusif, sekarang ini mulai dikembangkan berkebutuhan khusus di KabupatenSumenep.
PAUD inklusif. Hal ini dilakukan mengingat diharapkan dengan adanya pengabdian
pentingnya identifikasi dan intervensi dini kepada masyarakat berupa workshop tentang
bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). keterlibatan orangtua terhadap penanganan
Untuk mensukseskan intervensi dini anak berkebutuhan khusus ini, orangtua dapat
dan mengingat usia anak yang masih kecil, menambah wawasan mereka sehingga
tentu peran orang tua adalah yang terpenting. orangtua dapat menangani anak mereka
Hal ini dikarenakan orangtua adalah orang dengan tepat dan anak dapat berkembang
terdekat anak dan orang yang selalu bersama secara optimal.
anak. Keterlibatan orangtua adalah sangat 2. METODE PELAKSANAAN
penting untuk mewujudkan pembelajaran Kegiatan Pengabdian Kepada
yang optimal dimasa usia emas anak.Hal ini Masyarakat di PK-PLK Cinta Ananda
dikuatkan oleh pendapat Wu dan Brown yang Kabupaten Sumenep dilaksanakan dengan
menyatakan bahwa partisipasi orangtua memberikan materi tentang:
adalah salah satu faktor penting yang 1. Peran orang tua dalam pendidikan anak
menentukan perkembangan anak berkebutuhan khusus, dijelaskan apakah
berkebutuhan khusus. orang tua memiliki peran penting
Meskipun begitu, dalam terhadap perndidikan anak berkebutuhan
pelaksanaannya banyak orangtua yang masih khusus, atau hanya semata tanggung
kurang memahami anak mereka. Banyak jawab guru di sekolah.

56
ABADIMAS ADI BUANA e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

2. Keterlibatan Orang Tua dalam Kegiatan a) Pengertian Tunanetra


Pemberian Layanan Pendidikan Bagi Barraga mengemukakan
Anak Berkebutuhan Khusus. Dijelaskan definisi tunanetra yang
bahwa orang tua merupakan agen didasarkan pada pendidikan
pertama dalam pemberian pendidikan bahwa anak tunanetra adalah
bagi anak berkebutuhan khusus. Guru anak yang mempunyai
hanya sebagai pelengkap saja, bukan gangguan atau kerusakan
jadi yang utama. penglihatan yang berakibat
Pemberian materi tersebut pada aktivitas belajarnya.
disampaikan oleh Ana Rafikayati Pembelajaran yang diberikan
S.Pd.,M.Pd dan Muhammad Nurrohman perlu melihat karakteristik
Jauhari S.Pd.,M.Pd pada tanggal 30 dan kelemahan dari anak,
Maret 2018. Kegiatan dilaksanakan selain itu model-model
maupun bahan ajarnya juga
dengan menyampaikan paparan materi
perlu disesuaikan (dalam
kemudian dilakukan tanya jawab dan Wardani, dkk., 2009: 4.5).
diskusi dengan orang tua anak Sedangkan Efendi (2006)
berkebutuhan khusus. Di akhir kegiatan menjelaskan bahwa
dilakukan pengambilan kesimpulan dari seseorang yang menderita
paparan materi tersebut oleh pemateri dan kelainan penglihatan atau
juga oleh peserta. tunanetra adalah mereka
3. HASIL DAN PEMBAHASAN yang mengalami kelainan
A. Anak Berkebutuhan Khusus atau gangguan pada organ
1. Pengertian Anak Berkebutuhan mata dalam proses fisiologis
Khusus dimana bayangan benda yang
Efendi (2008) menjelaskan bahwa , ditangkap oleh mata tidak
“Anak-anak luar biasa didefinisikan dapat diteruskan oleh kornea,
sebagai anak-anak yang berbeda dari lensa mata, retina dan ke
anak-anak biasa dalam hal ciri-ciri saraf karena suatu sebab.
mental, kemampuan sensorik, Berdasarkan pengertian di atas
kemampuan komunikasi, tingkah mengenai definisi tunatera, penulis menarik
laku sosial, ataupun ciri-ciri fisik” kesimpulan bahwa tunanetra adalah anak
(hlm 36). Sedangkan Wardani, dkk yang mengalami kebutuhan khusus dalam
(2009) mendefinisikan bahwa “Anak penglihatannya baik secara ringan maupun
luar biasa adalah anak yang berat, dan membutuhkan pelayanan khusus
mempunyai sesuatu yang luar biasa terkait dengan kebutuhannya tersebut.
yang secara signifikan b) Karakteristik Tunanetra
membedakannya dengan anak-anak Muhammad mengemukakan ciri-
seusia pada umumnya” (hlm 1.3). ciri anak dengan gangguan
2. Klasifikasi Anak Berkebutuhan penglihatan yaitu:
Khusus (1) Aspek fisik, meliputi: mata
Anak berkebutuhan khusus terdiri selalu bergerak dan bola mata
dari berbagai macam jenis, antara berputar-putar; kurang
lain Tunanetra, Tunarungu, merespon dan kurang sensitif
Tunagrahita, Tunadaksa dan terhadap cahaya; pupil terlihat
Tunalaras. Berikut ini akan keruh dan ada bintik-bintik
dijelaskan satu persatu mengenai putih; mata berair dan bagian
masing-masing jenis anak tepinya berwarna merah.
berkebutuhan khusus di atas. (2) Aspek tingkah laku, meliputi:
1) Tunanetra sering membaca maupun

57
ABADIMAS ADI BUANA e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

melihat sesuatu dengan jarak b) Karakteristik Tunarungu


yang terlalu dekat; sering Menurut Direktorat Pendidikan
menabrak benda; sering Luar Biasa (2004) karakteristik
mengusap, mengedipkan, siswa tunarungu adalah sebagai
memicingkan dan menutup berikut:
sebelah mata (1) Secara nyata tidak mampu
(3) Aspek keluhan, meliputi: mendengar,
penglihatan kabur terutama (2) Terlambat perkembangan
setelah melakukan pekerjaan bahasa,
dengan konsentrasi tinggi dan (3) Sering menggunakan isyarat
penglihatan berbayang- dalam berkomunikasi,
bayang; (2008). (4) Kurang/ tidak tanggap bila
2) Tunarungu diajak berbicara,
a) Pengertian Tunarungu (5) Ucapan kata tidak jelas,
Tunarungu secara umum dikenal (6) Kualitas suara aneh/ monoton,
masyarakat dengan orang tuli atau (7) Sering memiringkan kepala
tidak dapat mendengar dengan dalam usaha mendengar,
baik. Secara lebih jelas akan (8) Banyak perhatian terhadap
dipaparkan mengenai pengertian getaran,
tunarungu dari beberapa pendapat, (9) Keluar cairan nanah dari kedua
antara lain adalah Pendapat dari telinga
Direktorat Pendidikan Luar Biasa 3) Tunagrahita
( 2004) yang menjelaskan bahwa a) Pengertian Tunagrahita
Tunarungu adalah “anak yang Anak tungarahita biasanya
kehilangan seluruh atau sebagian mendapat istilah idiot
daya pendengarannya sehingga bahkan anak gila oleh
tidak atau kurang mampu beberapa masyarakat umum
berkomunikasi secara verbal dan yang awam dengan dunia
walaupun telah diberikan pendidikan luar biasa. Untuk
pertolongan dengan alat bantu lebih mengetahui pengertian
dengar masih tetap memerlukan anak tunagrahita, berikut ada
pelayanan pendidikan khusus”. beberapa pendapat tentang
Pendapat selanjutnya adalah pengertian anak tunagrahita
Hallahan dan Kauffman yang antara lain,
menyatakan bahwa tunarungu
(hearing impairment) merupakan Sedangkan Direktorat
satu istilah umum yang Pendidikan Luar Biasa
menunjukkan ketidakmampuan (2004) berpendapat
mendengar dari yang ringan tunagrahita (retardasi mental)
sampai yang berat sekali yang adalah “anak yang secara
digolongkan kepada tuli (deaf) nyata mengalami hambatan
dan kurang dengar (a hard of dan keterbelakangan
hearing) (dalam Wardani, perkembangan mental
dkk.2009:5.3). intelektual jauh di bawah
Berdasarkan pendapat di atas dapat rata-rata sedemikian rupa
penulis tarik kesimpulan bahwa tunarungu sehingga mengalami
adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus kesulitan dalam tugas-tugas
atau kelainan dalam pancaindranya berupa akademik, komunikasi
telinga yang membutuhkan pelayanan khusus maupun sosial, dan
sesuai dengan kebutuhannya. karenanya memerlukan

58
ABADIMAS ADI BUANA e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

layanan pendidikan khusus” kemampuan untuk


(hlm 16). melakukan gerakan-gerakan
b) Karakteristik Tunagrahita tubuh tertentu mengalami
Ada beberapa cirri/cirri atau penurunan. Secara definitif
karakteristik untuk dapat pengertian kelainan fungsi
mengenali anak tungrahita anggota tubuh (tunadaksa)
antara lain adalah dengan adalah ketidakmampuan
melihat beberapa hal yang anggota tubuh untuk
khas pada anak tungarahita. melaksanakan fungsinya
Karaketristik anak disebabkan oleh
tunagrahita dijelaskan berkurangnya kemampuan
Menurut Direktorat anggota tubuh untuk
Pendidikan Luar Biasa melaksanakan fungsi secara
(2004) karakteristik normal … akibat luka,
siswatunagrahita adalah penyakit, atau pertumbuhan
sebagai berikut yang tidak sempurna
(1) Penampilan fisik tidak (Suroyo, 1977) sehingga
seimbang, misalnya kepala untuk kepentingan
terlalu kecil/ besar, pembelajarannya perlu
(2) Tidak dapat mengurus diri layanan secara khusus (hlm.
sendiri sesuai usia, 114).
(3) Perkembangan Selanjunya pengertian
bicara/bahasa terlambat, tunadaksa menurut Wardani,
(4) Tidak ada/ kurang sekali dkk (2009) menyatakan
perhatiannya terhadap bahwa, “Tunadaksa adalah
lingkungan (pandangan penyandang bentuk kelainan
kosong), atau kecacatan pada sistem
(5) Koordinasi gerakan kurang otot, tulang dan persendian
(gerakan sering tidak yang dapat mengakibatkan
terkendali), gangguan koordinasi,
(6) Sering keluar ludah (cairan) komunikasi, adaptasi,
dari mulut (ngiler) mobilitas, dan gangguan
(hlm.19). perkembangan keutuhan
4) Tunadaksa pribadi” (7.3).
a) Pengertian Tunadaksa b) Karakteristik Tunadaksa
Efendi (2006) juga Menurut Wardani, dkk karakteristik
mengemukakan gambaran anak tunadaksa ditinjau dari beberapa
mengenai seseorang yang segi, antara lain:
dikatakan sebagai tunadaksa (1) Karakteristik akademis anak
yaitu sebagai berikut: tunadaksa meliputi ciri khas
Secara etiologis gambaran kecerdasan, kemampuan
seseorang yang kognisi, persepsi dan simbolisasi
diidentifikasikan mengalami mengalami kelainan karena
ketunadaksaan, yaitu terganggunya sistem cerebral
seseorang yang mengalami sehingga mengalami hambatan
kesulitan mengoptimalkan dalam belajar, dan mengurus
fungsi anggota tubuh sebagai diri. Anak tunadaksa karena
akibat dari luka, penyakit, kelainan pada sistem otot dan
pertumbuhan yang salah rangka tidak terganggu sehingga
bentuk, dan akibatnya

59
ABADIMAS ADI BUANA e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

dapat belajar seperti anak kelompok dan orang lain, serta


normal. mudah terpengaruh oleh suasana,
(2) Karakteristik sosial/emosional sehingga membuat kesulitan bagi diri
anak tunadaksa menunjukkan sendiri maupun orang lain (dalam
bahwa konsep diri dan respon Efendi, 2006:143).
serta sikap masyarakat yang Sedangkan Council for Children with
negatif terhadap anak tunadaksa Behaviour Disorders, suatu kelompok yang
mengakibatkan anak tunadaksa terdiri dari perwakilan beberapa organisasi
merasa tidak mampu, tidak profesional mendefinisikan tunalaras dengan
berguna, dan menjadi rendah istilah gangguan emosional/gangguan
diri. Akibatnya, kepercayaan perilaku (emotional/behavioral disorder),
dirinya hilang dan akhirnya yaitu ketidakmampuan mengendalikan emosi
tidak dapat menyesuaikan diri dan perilaku dalam program pembelajaran
dengan lingkungan sosialnya. dan akan berdampak buruk terhadap
Mereka juga menunjukkan sikap kemampuan akademis, sosial, keterampilan,
mudah tersinggung, mudah dan kepribadian (dalam Smith, 2006: 146).
marah, lekas putus asa, rendah b) Karakteristik Tunalaras
diri, kurang dapat bergaul, malu Efendi (2006) beberapa ciri yang
dan suka menyendiri, serta tampak menonjol pada kepribadian
frustasi berat. anak tunalaras adalah:
(3) Karakteristik fisik/kesehatan (1) Kurang percaya diri
anak tunadaksa biasanya selain (2) Menunjukkan sikap curiga pada
mengalami cacat tubuh, juga orang lain
mengalami gangguan lain, (3) Selalu dihinggapi perasaan
seperti sakit gigi, berkurangnya rendah diri atau sebaliknya
daya pendengaran, penglihatan, (4) Selalu menunjukkan
gangguan bicara, dan gangguan permusuhan dengan orang lain
motorik (2009). (5) Suka mengisolasi diri
5) Tunalaras (6) Kecemasan/ketakutan yang
a) Pengertian Tunalaras berlebihan
Tunalaras banyak disebut (7) Tidak memiliki ketenangan jiwa
dengan istilah anak nakal pada (8) Beberapa hiperaktif
masyarakat. Tetapi pada dasrny, (9) Sering melakukan bentrokan
masyarakat awam tidak memahami atau perkelahian (hlm 160)
dengan baik pengertian mengenai 6) Anak kesulitan belajar
tunalaras. Seecara lebih jelaa, akan Abdurrahman (2009: 8) batasan
dipaparkan pengertian mengenai kesulitan belajar menurut The Board of
tunalaras agar menambah wawasan The Association for Children and Adult
mengenai pengertian terhadap with Learning Disabilities (ACALD)
tunalaras. adalah sebagai berikut: “Kesulitan
Selanjutnya menurut Undang- belajar khusus adalah suatu kondisi
Undang Pokok Pendidikan Nomor 12 kronis yang diduga bersumber
Tahun 1952, anak tunalaras adalah neurologis yang secara selektif
individu yang mempunyai tingkah mengganggu perkembangan, integrasi,
laku menyimpang/berkelainan, tidak kemampuan verbal dan/atau non verbal.
memiliki sikap, melakukan Kesulitan belajar khusus tampil sebagai
pelanggaran terhadap peraturan dan suatu kondisi ketidakmampuan yang
norma-norma sosial dengan frekuensi nyata pada orang-orang yang memiliki
yang cukup besar, tidak/kurang sistem sensori yang cukup dan
mempunyai toleransi terhadap kesempatan untuk belajar yang cukup

60
ABADIMAS ADI BUANA e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

pula. Berbagai kondisi tersebut (3) Kesulitanbelajarberhitung


bervariasi dalam perwujudan dan (diskalkulia)
derajatnya. Kondisi tersebut dapat Kesulitan belajar
berpengaruh terhadap harga diri, berhitung atau dikenal
pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan diskalkulia merupakan
atau aktivitas kehidupan sehari-hari kesulitan yang dialami anak
sepanjang kehidupan.” dalam berhitung. Berhitung
MenurutMunawir Yusuf, Sunardi, disini erat kaitannya dengan
MulyonoAbdurrahaman (2003:12) mata pelajaran matematika.
kesulitanbelajardikelompokkanmenjadid 7) Autis
ua: a) Pengertian
a) Kesulitanbelajarakademikterdiridari: Menurut Handojo (2008: 12-13) Autis
(1) Gangguanmotorik dan persepsi adalah suatu kelainan hambatan
atau difraksia perkembangan perilaku anak yang
(2) Kesulitan belajar kognitif terjadi sebelum usia 3 tahun. Autis
meliputi kesulitan dalam fungsi ditandai dengan gangguan sosialisasi,
persepsi, pikiran, simboloisasi, komunikasi adanya perilaku autistik,
penalaran, dan pemecahan dan kesulitan pengendalian emosi.
masalah. Definisi autisme berdasarkan pada
(3) Gangguan perkembangan Individuals withDisability Educatiob (IDEA)
bahasa yang ditandai dalam Rahardja dan Sujarwanto (2010)
keterbatasan menggunakan menyatakanbahwa autisme adalah kelainan
symbol linguistik dalam perkembangan yang secara signifikan
berkomunikasi verbal. berpengaruh terhadap komunikasi verbal dan
(4) Kesulitan dalam penyesuaian non verbal serta interaksi sosial, umumnya
perilaku sosial sehingga perilaku terjadi pada usia sebelum usia tiga tahun,
anak tidak dapat yang memiliki pengaruh jelek terhadap
diterimaolehhlingkungansosial. kinerja pendidikan anak. Karakteristik lain
b) Kesulitanbelajarakademik yang sering menyertai autisme seperti
(1) Kesulitanbelajarmembaca melakukan kegiatan yang berulang-ulang dan
(disleksia) gerakan stereotip, penolakan terhadap
Menurut Bryan dan Bryan perubahan lingkungan atau perubahan dalam
dalam Mulyono (2009) rutinitas sehari-hari dan memberikan respon
menjelaskan definisi dari yang tidak semestinya terhadap pengalaman
kesulitan belajar membaca sensori.
(disleksia) adalah suatu b) Karakteristik
kesulitan dalam mempelajari Fauziyah (2008) memaparkan
komponen-komponen kata dan karakteristik atau ciri-ciri anak autis
kalimat, mengintegrasikan dalam beberapa aspek
komponen-komponen kata dan perkembangannya antara lain:
kalimat. (1) Komunikasi
(2) Kesulitanbelajarmenulis (a) Perkembangan bahasa
(disgrafia) lambat atau sama sekali
Menurut Jordon dalam tidak ada
Mulyono (2009) kesulitan (b) Anak tampak seperti tuli,
belajar menulis (disgrafia) sulit bicara atau pernah
menunjuka pada adanya bicara
ketidakmampuan mengingat (c) Kadang kata-kata yang
cara membuat huruf atau digunakan tidak sesuai
simbol-simbol matematika. artinya

61
ABADIMAS ADI BUANA e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

(2) Interaksi sosial B. KeterlibatanOrangtuadalamPenanga


(a) Penyandang autis lebih suka nanAnakBerkebutuhanKhusus
menyendiri Menurut tata bahasa, orang tua
(b) Tidak ada atau sedikit kontak adalah ayah, ibu kandung, orang yang
mata, menghindar untuk dianggap tua, atau orang yang dihormati atau
bertatapan disegani. Markum dalam Ritzer (2008)
(c) Tidak tertarik untuk bermain ,Lingkungan yang pertama dikenal oleh
bersama teman individu (anak) adalah orang tua yang terdiri
(3) Gangguan sensoris dari ayah dan ibu. Maka dengan sendirinya
(a) Sangat sensitif terhadap ayah dan ibu sangat menentukan
sentuhan, seperti tidak pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
suka dipeluk seseorang anak.
(b) Bila mendengar suara Gerungan dalam Rohidi (1994)Orang
keras langsung menutup tua merupakan kelompok sosial yang pertama
telinga dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar
(c) Senang mencium-cium, dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial
menjilat mainan atau di dalam hubungan interaksinya dengan
benda-benda kelompoknya. Sementara Soekanto (2006)
(4) Pola bermain menyatakan bahwa orang tua adalah lembaga
(a) Tidak bermain seperti kesatuan sosial terkecil yang secara kodrati
teman-teman pada berkewajiban mendidik anaknya. Orang tua
umumnya mendidik anak secara tradisional dan turun
(b) Tidak suka bermain dengan temurun. Selain itu Kartono dalam Ritzer
teman-teman sebayanya (2008) menyatakan bahwa orang tua
(c) Tidak kreatif, tidak merupakan unit sosial terkecil yang
imajinatif memberikan fondasi primer bagi
(5) Perilaku perkembangan anak.
(a) Dapat berperilaku berlebihan Dalam keluarga orang tua sangat
(hiperaktif) atau kekuarangan berperan sebab dalam kehidupan anak
(hipoaktif) waktunya sebagian besar dihabiskan dalam
(b) Memperlihatkan perilaku lingkungan keluarga apalagi anak masih di
stimulasi diri seperti bawah pengasuhan atau anak usia sekolah
bergoyang-goyang, dasar yaitu antara usia (0‐12 tahun), terutama
mengepakan tangan seperti peran seorang ibu. Orang tualah yang
burung, berputar, dll bertugas mendidik. Dalam hal ini (secara
(c) Tidak suka pada perubahan umum) baik potensi psikomotor, kognitif
(6) Emosi maupun potensi afektif, disamping itu orang
(a) Sering marah-marah tanpa tua juga harus memelihara jasmaniah mulai
alasan yang jelas, tertawa- dari memberi makan dan penghidupan yang
tawa, menangis tanpa alasan layak.
(b) Temper tantrum (mengamuk Kretschmer (1978),Ling (1990) dan
tak terkendali) jika dilarang Ross (1990) dalam Estabrooks (1994 : 20)
atau tidak diberi menambahkanbahwa khususnyaanak
keinginannya tunarungu lebih mudah belajar bahasa jika
(c) Kadang suka menyerang dan dalam aktivitas yang dekat dengan orang tua
merusak dan pengasuh. Merupakan tugas orang tua
untuk memberikan kekayaan interaksi bahasa
lisan pada anak karena orang tua berada di
samping anak dari bangun tidur sampai tidur
kembali. Sebagai pemain kunci, mereka perlu

62
ABADIMAS ADI BUANA e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

mengembangkan pemahaman berbagai tentu peran orang tua adalah yang terpenting.
tahapan meliputi tahapan mendengarkan, Hal ini dikarenakan orangtua adalah orang
berbicara, bahasa, dan kognisi. Jadi terdekat anak dan orang yang selalu bersama
keberhasilan anak tergantung peran serta anak. Keterlibatan orangtua adalah sangat
orang tua agar aktif dalam menangani anak. penting untuk mewujudkan pembelajaran
Sunardi dan Sunaryo (2007:48) yang optimal. Adalah peran orangtua untuk
menyatakan bahwa orang tua adalah mengembangkan potensi psikomotor,
lingkungan terdekat dengan anak, paling kognitif maupun potensi afektif, disamping
mengetahui kebutuhan khususnya, paling itu orangtua juga harus memelihara
berpengaruh, dan paling bertanggung jawab jasmaniah mulai dari memberi makan dan
terhadap anaknya, sedangkan fungsi tenaga penghidupan yang layak.
ahli lebih sebagai konsultan atau salah satu 5. REFERENSI
“social support” bagi keberhasilan Brereton,Avril V. 2009. Autism Spectrum
anaknya.Bronfrenbrenner dalam Sunardi dan Disorders Parent education and
Sunaryo (2007 : 18)menambahkanbahwa skillss training: a practical and
keluarga merupakan altar pertama bagi anak. effective way to help.Monash
Kalau anak mendapatkan start yang baik University: ACT-NOW Fact Sheet
dalam keluarga, maka akan dapat dengan 50.
mudah masuk dalam kehidupan berikutnya Brown, MB. 2000. Recommended Practices:
yang lebih luas. Keluarga adalah “critical Parent Education and Support.
system” tempat anak belajar bagaimana (Online),
memuaskan kehidupanya dan bagaimana (http://ag.udel.edu/extension/fam/b
menghadapi dunia. est/crp-part100.htmldiakses 16
Setiap anak mulai belajar melalui Desember 2017).
lingkungan terdekatnya, terutama melalui Estabrooks. W. 1994. Auditory Verbal
kontak dengan ibunya. Selanjutnya melalui Therapy for Parents And
kontak dengan ayahnya serta anggota Professionals. Washington DC,
keluarga lainya, dan baru kemudian secara U.S.A. :Alexander Graham Bell
bertahap belajar melalui lingkungan yang Association for the deaf.
lebih luas. Jika keluarga sebagai start awal Feher, Terri. 1996. Stress and Coping in
sebagai tempat pertama belajar anak sudah Families with Deaf Children.
tidak mendukung, dikhawatirkan pada tahap Journal of Deaf Studies and Deaf
berikutnya yang lebih luas anak akan Education Vol 1 (3): 155-166.
mengalami hambatan. Dan hal tersebut dapat Feldman & Werner.2002.The Development of
berdampak pada terhambatnya A Family Life Education Manual
perkembangan anak baik potensi maupun for Teaching Parenting Skillss to
psikologis anak. Incarcerated Fathers.Dissertation.
Hal ini ditegaskan oleh Sunardi dan Miami University.
Sunaryo (2007 : 22) yang menyatakan bahwa Gargiulo, Richard M. 2012. Speial Education
Orang tua yang kurang menjalankan fungsi, in Contemporary Society: An
peran dan tanggung jawabnya sebagai peletak Introduction to Exceptionality 4th
dasar bagi perkembangan optimal anak, yang ed. California: Sage
juga seing berdampak pada krisis psikologis Publication.Inc.
dan sosial yang berlarut-larut yang pada Hasan, M. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini.
akhirnya bermuara pada terhambatnya respon Diva Press: Yogyakarta.
positif dan konstruksi terhadap kekurangan Hotchkiss, Jacqueline Suzanne., Biddle,
yang dialami anak. Kimberly dan Sacramento. 2009.
4. KESIMPULAN Implementing parenting education
Untuk mensukseskan intervensi dini policy to overcome parental stress
dan mengingat usia anak yang masih kecil, and foster educational and

63
ABADIMAS ADI BUANA e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

behavioral competence in children. Thomas J. Berndt (1997) Parental


California: California State Socialization Of Positive and
University. Negative Emotions:
Munfaati, Hanum.2014.Pengaruh Pola Asuh Associations With Children’s
Orang Tua Terhadap Kemampuan Everyday Coping and Display Rule
Kognitif Anak Tunarungu di TKLB- Knowledge.
B Dharma Wanita Sidoarjo. Dissertation. North Carolina
Surabaya: Jurnal Publikasi Program University.
studi Pendidikan Luar Biasa Thomas, R. & Zimmer-Gembeck, M. (2007).
UNESA Behavioral outcomes of parent-
Nada (2000) Dampak Pola Asuh Orang Tua child interaction therapy and Triple
Terhadap Disiplin Anak Kelompok P ¿ Positive Parenting Program: A
A RA. Tarbiyatul Akhlaq review and meta-analysis. Journal
Krembangan, Taman. Surabaya: ofAbnormal Child Psychology, 35,
Skripsi tidak dipublikasikan. pp. 475-495
UNESA. Van Ryzin, Mark J dkk. 2016. Family-Based
Slemenda, Jack. 2008. Auditory Verbal Prevention Programs for Children
Therapy. (Online), and Adolescents. New York:
(http://www.deafed.net, diakses 15 Psychology press.
Desember 2017).
Somantri, S. 2006. Psikologi Anak Luar Zepeda, Marlene dkk. 2004. Improving
Biasa. PT. Refika Aditama: Children’s Behaviour and
Bandung. Attendance throughthe Use of
Sunardi dan Sunaryo. 2007. Intervensi Dini Parenting Programmes:An
Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta Examination of Good
: Depdiknas. Practice.London: Institute of
Education, University of London.

64

Anda mungkin juga menyukai