Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, spiritual dan sosial yang

memungkinkan setiap orang dapat untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diwujudkan melalui pembangunan

berbagai jenis pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan

pembangunan kesehatan yang menyeluruh oleh pemerintah (UU NO 36, 2009). Kesehatan

Gigi dan Mulut adalah keadaan sehat dari jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur-

unsur yang berhubungan dalam rongga mulut, yang memungkinkan individu makan,

berbicara dan berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan

karena adanya penyakit, penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup

produktif secara sosial dan ekonomi (Kemenkes RI, 2015).

Masalah kesehatan gigi, terutama pada anak-anak, sering sekali terabaikan.

Meskipun saat ini jumlah anak yang menderita masalah karies tidak sedikit, namun jumlah

karies terus bertambah setiap tahunnya (Bramantoro, 2020). Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013 pada kelompok umur 5-9 tahun memiliki masalah kesehatan gigi dan

mulut sebesar 28,9% (Kemenkes RI, 2013). Sedangkan pada tahun 2018 terjadinya

peningkatan masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 54,0% (Kemenkes RI, 2018). Hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 pada kelompok umur 5-9 tahun yang

mendapatkan perawatan dari tenaga medis gigi sebesar 35,1% (Kemenkes RI, 2013).

Sedangkan pada tahun 2018 terjadi penurunan yang mendapatkan perawatan dari tenaga

medis gigi sebesar 14,6% (Kemenkes RI, 2018).

Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukan pada tahun 2013 masalah Kesehatan Gigi

dan Mulut pada laki-laki sebesar 24,8%, sedangkan pada perempuan masalah Kesehatan Gigi

dan Mulut sebesar 27,1% (Kemenkes RI, 2013). Tahun 2018 terjadi peningkatan masalah
Kesehatan Gigi dan Mulut pada laki-laki sebesar 44,8%, sedangkan pada perempuan masalah

Kesehatan Gigi dan Mulut menjadi 45,7% (Kemenkes RI, 2018) Hasil Riset Kesehatan Dasar

Sumatera Barat tahun 2018 masalah Kesehatan Gigi dan Mulut pada Kabupaten Padang

Pariaman sebesar 41,92%. Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut pada kelompok umur 5-9

tahun memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 50,19%, sementara masalah

Kesehatan Gigi dan Mulut pada laki-laki sebesar 42,66%, dan pada perempuan masalah

Kesehatan Gigi dan Mulut sebesar 45,07% (Kemenkes RI, 2018).

Masalah karies gigi pada anak usia dini menjadikan penting karena karies marupakan

salah satu indikator keberhasilan tindakan menjaga kesehatan gigi pada anak. Fungsi gigi

sangat penting pada masa kanak-kanak yaitu sebagai alat pengunyah yang menunjang

estetika wajah anak, dan terutama gigi sulung berguna sebagai penuntun tumbuhnya gigi

permanen (Worang, dkk 2014). Masalah pada anak usia prasekolah terutama anak usia 4

tahun adalah sering mengkomsumsi makanan dan minuman manis, namun hal ini tidak

diiringi dangan perilaku membersihkan gigi yang menyebabkan karies gigi pada anak

(Nurhidayat oki, 2012 cit Ircham Machfoedz). Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukan pada

tahun 2018 pada kelompok umur 3-4 tahun yang memiliki kebiasaan makanan manis

sebanyak 59,6% dan kebiasaan mengkomsumsi minuman manis sebanyak 68,57%.

Sedangkan pada anak umur 5-9 tahun memiliki kebiasaan komsumsi makanan manis

sebanyak 59,0% dan kebiasaan mengkomsumsi minuman manis sebanyak 66,50%.

Sementara masalah perilaku menyikat gigi setiap hari sebanyak 93,2% dan untuk waktu

menyikat gigi yang benar sebanyak 1,4% (Kemenkes RI, 2018).

Terdapat perbedaan tingkat karies gigi anak laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan

faktor hormonal, dimana perempuan mengalami peningkatan hormon estrogen, ketika hormon

estrogen meningkat maka angka karies juga dapat berpengaruh. Efek hormonal, asupan makanan,

dan erupsi gigi lebih awal pada perempuan meningkatkan prevelensi karies gigi pada perempuan
lebih tinggi dari pada laki-laki (Nanci, 2018). Hormon yang mempengaruhi anak prasekolah hormon

endorphin. Peningkatan hormon endorphin dapat mempengaruhi suasana hati dan mengurangi

kecemasan pada anak. Hormon endorphin adalah hormon yang diproduksi oleh hipotalamus di otak,

hormon ini menyebabkan otot dapat untuk rileks, sistem imun meningkat dan kekebalan melawan

infeksi dan kadar oksigen dalam darah naik sehingga dapat membuat anak cendrung mengantuk dan

dapat beristirahat dengan tenang (Sa’diah, 2014).

Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukan pada tahun 2018 masalah kebiasaan

mengkomsumsi makanan manis pada anak laki-laki sebanyak 40,5% sedangkan pada anak

perempuan sebanyak 39,8% dan kebiasaan mengkomsumsi minuman manis pada anak laki-

laki sebanyak 67,32% sedangkan pada anak perempuan sebanyak 55,18%. Sementara

masalah perilaku menyikat gigi setiap hari pada anak laki-laki sebanyak 94,0% dan untuk

waktu menyikat gigi yang benar sebanyak 2,5% sedangkan masalah perilaku menyikat gigi

setiap hari pada anak perempuan sebanyak 95,4% dan untuk waktu menyikat gigi yang

benar sebanyak 3,1% (Kemenkes RI, 2018).

Menurut World Healthn Organization (WHO), angka kejadian karies gigi pada anak

adalah 60%-90%. Di Indonesia prevalensi karies gigi pada kelompok umur 3 tahun sebesar

60%, pada umur 4 tahun sebesar 85% dan pada umur 5 tahun sebesar 86,4%. Hal ini

menunjukan bahwa prevalensi karies pada anak prasekolah masih tinggi. Berdasarkan

penelitian 2013 tujuh dari sepuluh anak menderita karies pada 3-4 gigi (Maharani &

Rahardjo, 2013). Hasil penelitian terdahulu pada 51 orang anak yang menjadi sampel,

menunjukan tinggi nya prevalensi karies yaitu sebesar 84,3% dengan rerata def-t 5,35, berarti

setiap anak prasekolah memiliki 5-6 gigi yang terkena karies gigi (Mayasari, 2021).

Taman Kanak-Kanak (TK) Karya dan Taman Kanak-Kanak (TK) Mercy merupakan

salah satu sekolah Taman Kanak- Kanak yang terletak di Asam Jawa Jorong Kabun Kopi

Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. TK Karya dan TK Mercy tidak
mempunyai UKS, tidak mempunyai poster tentang kesehatan gigi, patung gigi, dan tempat

berkumur kumur untuk menyikat gigi. Pelayanan kesehatan terdekat dari TK Karya dan TK

Mercy adalah puskesmas yang jaraknya yaitu 2,0 km dan jarak dari klinik dokter gigi yaitu

2,5 km. TK Karya dan TK Mercy lingkungan sekitar terdapat banyak orang-orang yang

menjual jajanan yang manis serta menarik untuk anak-anak, seperti permen, biskuit, coklat,

dan es krim. Anak-anak di TK Karya dan TK Mercy setiap hari membawa bekal dari rumah

masing-masing, bekal yang dibawa oleh anak-anak tersebut berupa makanan seperti nasi

goreng, nasi uduk, nasi putih berserta lauk dan roti, selain membawa bekal nasi dan roti anak-

anak juga membawa minuman seperti air putih dan susu, meskipun begitu membawa bekal

dari rumah, anak-anak di TK Karya dan TK Mercy tetap mengkomsumsi jajanan yang ada

disekitar sekolah. TK Karya dan TK Mercy belum pernah mendapatkan penyuluhan maupun

pemeriksaan gigi dari puskesmas dan tenaga kesehatan gigi, dan menyikat gigi massal untuk

itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran status karies gigi pada anak

prasekolah berdasarkan jenis kelamin di TK Karya dan TK Mercy.

Berdasarkan hasil pemeriksaan di TK Karya dan TK Mercy terdapat 20 orang

responden, 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Pada anak laki laki ditemukan 6

orang memiliki karies gigi, 4 orang tidak memiliki karies gigi dan pada anak perempuan

ditemukan 8 orang memiliki karies gigi, 2 orang yang tidak memiliki karies gigi. Selanjutnya

peneliti menanyakan tentang kebiasaan menyikat gigi diperoleh keterangan 3 orang anak

menyikat gigi pada waktu mandi pagi dan malam sebelum tidur yang dibantu orang tua nya,

7 orang menyikat gigi hanya di pagi hari saja, dan beberapa anak ada yang tidak menggosok

gigi secara rutin. Peneliti juga menanyakan tentang kebiasaan mengomsumsi makanan yang

manis dan melekat dan juga makanan yang berserat, dari hasil tanya jawab tersebut anak TK

Karya dan TK Mercy banyak mengkomsumsi makanan manis dan melekat, kurang

mengkomsumsi makanan yang berserat. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak
anak yang mengalami karies sehubungan dengan hasil tanya jawab dengan anak TK

tersebut yakni waktu menyikat gigi yang salah, banyak mengkonsumsi makanan dan

melekat, kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, maka dari itu peneliti ingin

meneliti bagaimana perbedaan angka karies gigi berdasarkan jenis kelamin pada Taman

Kanak-Kanak di Jorong Asam Jawa Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan angka karies gigi berdasarkan jenis kelamin pada Taman
Kanak-Kanak di TK Karya dan TK Mercy di Jorong Asam Jawa Kecamatan Lubuk
Alung Kabupaten Padang Pariaman?
1.2 Tujuan Scoping Review

Anda mungkin juga menyukai