Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Penulisan Ejaan dan Tanda Baca Serta Contoh


Pada pembahasan makalah materi bahasa Indonesia kali ini akan membahas
mengenai pengertian dari penulisan ejaan dan tanda baca yang meliputi pembahasan
tentang konsepsi ejaan, kaidah penempatan ejaan dalam penulisan serta penempatan
ejaan dan tanda baca beserta dengan contoh dalam kalimat, untuk lebih jelasnya
dapat disimak dalam pembahasan berikut ini :
I. Konsepsi Ejaan
EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan
pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa. Pengertian
senada dengan KBBI (2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana.
Berdasarkan konsepsi ejaan tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan :

1. Pemakian huruf vocal dan konsonan,


2. Penggunaan huruf capital dankursif,
3. Penulisan kosakata dan bnetukan kata,
4. Penulisan unsure serapan afiksasi dan kosakata asing, dan
5. Penempatan dan pemakaian tanda baca.

Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalam kaidah ejaan yang disebut Ejaan yang
Disempurnakan sejak1972.

Pengertian, Macam, Penulisan Ejaan dan Tanda Baca Serta Contoh

B. Macam-macam Jenis Ejaan yang Pernah Dipakai Bangsa Indonesia


1.Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna
bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya
Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan
Van Ophuysen: Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut
model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan
bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:

1. Huruf (u) ditulis (oe).


2. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda () pada akhir kata misalnya bapa, ta
3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas
akhiran itu diberi tanda trema ()
4. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda () diatasnya
5. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
7. Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
8. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
9. Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti , , dan , menandai
bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti
ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini. Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu
pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi


Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini
disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin
untuk Bahasa Indonesia. Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi:

1.Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u). Tanda trema pada
huruf (a) dan (i) dihilangkan.
2.Koma ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
misalnya kata menjadi katak.
3.Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya
ejaan, seekor, dsb.
4.Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya : a. Berlari-
larian, b. Berlari2-an.
5.Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya : a. Tata
laksana, b. Tata-laksana, c. Tatalaksana
6.Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet)
dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra)
bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
3. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan
melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia
tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan
dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan
Malaysia.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD


Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa


Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12
Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa
pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi.
Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

C. Pemakaian Huruf
Apabila dibanding dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan menggunakan huruf abjad lebih banyak. Ejaan Suwandi hanya
menggunakan 19 huruf sedangkan Ejaan Bahasa Indonesia yang tlah Disempurnakan
menggunakan 26 huruf.Jumlah huruf dalam abjad ada 26 buah.Ini berarti ejaan kita
sekarang telah memanfaatkan semua huruf yang terdapat dalam abjad.Kebijakan ini
merupakan suatu langkah maju dalam pengembangan Bahasa Indonesia.

Masalah lain yang perlu dibicarakan sehubungan dengan pemakaian huruf ini ialah
tentang pelafalan huruf. Di dalam pedoman ejaan sekarang ini telah disebutkan
tentang pelafalan huruf abjad yang dipakai dalam Bahasa Indonesia. Secara terperinci,
huruf-huruf serta nama dan bunyinya sebagai berikut.

Bunyi yang
Huruf Nama
dilambangkan

A A A

B Be B dan P

C Ce C

D De D dan T

E E E

F Ef F

G Ge G dan K

H Ha H

I I I

J Je Je

K Ka K dan G

L El L

M Em M

N En N

O O O

P Pe P
Q Ki K

R Er R

S Es S

T Te T

U U U

V Ve F

W We W

X Eks Ks

Y Ye Y

Z Zet Z

Selain huruf-huruf abjad di atas dalam Bahasa Indonesia juga dikenal Huruf Diftong.
Huruf Diftong merupakan dua bunyi vokal yang dirangkap dalam satu suku kata. Di
antara dari huruf-huruf diftong tersebut ialah:

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata


Difto
ng Awal Tengah Akhir

Ai Ain Syaitan Pandai


Au Aula Saudara Harimau
Oi Boikot Amboi
Ei Pleistosen Survei

Terlepas dari huruf abjad utama pula dalam Bahasa Indonesia terdapat gabungan
huruf konsonan yang membentuk sebuah bunyi. Contohnya adalah:

Gabungan Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf
Konson Awal Tengah Akhir
an

Kh Khusus Akhir Tarikh


Ng Ngilu Bangun Senang
Ny Nyata Hanyut
Sy Syarat Isyarat

II. Kaidah Penempatan Ejaan dalam Penulisan

Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dan tanda baca
diatur dalam kaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut di
antaranya

(1) Pemakaian abjad, huruf vocal, huruf konsonan, dan abjad.


(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar,
(4) Penulisan huruf miring,
(5) Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan, gabungan kata,
(6) Penulisan angka dan lambang bilangan,
(7) Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di antaranya
(a) Tandatitik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik dua (:),
(d) Tanda titik koma (;)
(e) Tanda titiktitik/ellipsis(.),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((.)),
(i) Tanda hubung (-),
(j) Tanda pisah (--),
(k) Tanda petik tunggal (),
(l) Tanda petik ganda (),
(m) Tanda kurung siku ([]),
(n) Tanda ulang angka dua (..2),
(p) Tanda apostrof (.)

Tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang berlaku
secara resmi. Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku Pedoman EYD. Ketiga
ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakarta melalui
pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai