Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalam kaidah ejaan yang disebut Ejaan yang
Disempurnakan sejak1972.
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti , , dan , menandai
bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti
ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini. Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu
pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
1.Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u). Tanda trema pada
huruf (a) dan (i) dihilangkan.
2.Koma ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
misalnya kata menjadi katak.
3.Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya
ejaan, seekor, dsb.
4.Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya : a. Berlari-
larian, b. Berlari2-an.
5.Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya : a. Tata
laksana, b. Tata-laksana, c. Tatalaksana
6.Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet)
dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra)
bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
3. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan
melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia
tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan
dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan
Malaysia.
C. Pemakaian Huruf
Apabila dibanding dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan menggunakan huruf abjad lebih banyak. Ejaan Suwandi hanya
menggunakan 19 huruf sedangkan Ejaan Bahasa Indonesia yang tlah Disempurnakan
menggunakan 26 huruf.Jumlah huruf dalam abjad ada 26 buah.Ini berarti ejaan kita
sekarang telah memanfaatkan semua huruf yang terdapat dalam abjad.Kebijakan ini
merupakan suatu langkah maju dalam pengembangan Bahasa Indonesia.
Masalah lain yang perlu dibicarakan sehubungan dengan pemakaian huruf ini ialah
tentang pelafalan huruf. Di dalam pedoman ejaan sekarang ini telah disebutkan
tentang pelafalan huruf abjad yang dipakai dalam Bahasa Indonesia. Secara terperinci,
huruf-huruf serta nama dan bunyinya sebagai berikut.
Bunyi yang
Huruf Nama
dilambangkan
A A A
B Be B dan P
C Ce C
D De D dan T
E E E
F Ef F
G Ge G dan K
H Ha H
I I I
J Je Je
K Ka K dan G
L El L
M Em M
N En N
O O O
P Pe P
Q Ki K
R Er R
S Es S
T Te T
U U U
V Ve F
W We W
X Eks Ks
Y Ye Y
Z Zet Z
Selain huruf-huruf abjad di atas dalam Bahasa Indonesia juga dikenal Huruf Diftong.
Huruf Diftong merupakan dua bunyi vokal yang dirangkap dalam satu suku kata. Di
antara dari huruf-huruf diftong tersebut ialah:
Terlepas dari huruf abjad utama pula dalam Bahasa Indonesia terdapat gabungan
huruf konsonan yang membentuk sebuah bunyi. Contohnya adalah:
Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dan tanda baca
diatur dalam kaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut di
antaranya
Tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang berlaku
secara resmi. Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku Pedoman EYD. Ketiga
ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakarta melalui
pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan Republik Indonesia.