Disusun Oleh :
1. Maryam Zunar (P1337420116006)
2. Luthfi Annisa (P1337420116036)
3. Khoirun Nisa (P1337420116018)
Penyusu
ii
DAFTAR ISI
Daftar isi…........................................................................................................... ii
C. Tujuan.................................................................................................... 1
A. Simpulan… ........................................................................................... 15
B. Saran… .................................................................................................. 17
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga
mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45
pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti
1
dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban
turut serta dalam program jaminan kesehatan social.
2
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah
bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Usaha ke arah itu
sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa
bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui PT Askes
(Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain pegawai negeri
sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin
dan tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi- bagi.
Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.
B. Rumusan Masalah
3
7. Bagaimana status peserta jamkesmas lama yang tidak masuk kedalam Daftar
peserta PBIJKN?
8. Iuran yang harus dibayar dalam program JKN?
9. Manfaat yang diperoleh peserta JKN antara lain :
10. Bagaimana prosedur berobat peserta JKN?
11. Bagaimana car adan persyaratan mendaftar menjadi peserta JKN?
12. Apakah JKN menanggung biaya transportasi pengobatan?
13. Bagaimana pelayanan untuk peserta diwilayah yang tidak tersedia fasilitas
kesehatan?
14. Apakah Pemerintah Daerah tetap diperbolehkan mengelola Jamkesda?
15. Apakah ada nomor kontak untuk bertanyaa tau mengadukan keluhan?
C. Tujuan
4
14. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan untuk peserta diwilayah yang
tidak tersedia fasilitas kesehatan.
16. Untuk mengetahui apakah ada nomor kontak untuk bertanyaa atau
mengadukan keluhan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang
bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. Berikut
adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan (Frequently Asked
Questions/FAQ) terkait dengan Program JKN.
Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan
kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah
tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal
34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut
dengan mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
6
Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai
hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan
dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004, SJSN diselenggarakan dengan
mekanisme Asuransi Sosial dimana setiap peserta wajib membayar iuran guna
memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta
dan/atau anggota keluarganya. Dalam SJSN, terdapat Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap
pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya. Sebelum JKN,
pemerintah telah berupaya merintis beberapa bentuk jaminan sosial di bidang
kesehatan, antara lain Askes Sosial bagi pegawai negeri sipil (PNS), penerima
pensiun dan veteran, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi
pegawai BUMN dan swasta, serta Jaminan Kesehatan bagi TNI dan Polri. Untuk
masyarakat miskin dan tidak mampu, sejak tahun 2005 Kementerian Kesehatan
telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang awalnya dikenal
dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin
(JPKMM), atau lebih populer dengan nama program Askeskin (Asuransi
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan
tahun 2013, program ini berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas).
Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program
jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK
Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan
program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab untuk membayarkan iuran
JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar sebagai
peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).
7
Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka Jaminan
Kesehatan Nasional dikelola dengan prinsip :
a. Gotong royong. Dengan kewajiban semua peserta membayar iuran maka akan
terjadi prinsip gotong royong dimana yang sehat membantu yang sakit, yang
kaya membantu yang miskin
b. Nirlaba. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak diperbolehkan mencari
untung. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat,
sehingga hasil pengembangannya harus dimanfaatkan untuk kepentingan
peserta.
c. Keterbukaan, kehati – hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip
manajemen ini mendasari seluruh pengelolaan dana yang berasal dari iuran
peserta dan hasil pengembangan
d. Portabilitas. Prinsip ini menjamin bahwa sekalipun peserta berpindah tempat
tinggal atau pekerjaan, selama masih di wilayah Negara Republik Indonesia
tetap dapat mempergunakan hak sebagai peserta JKN
e. Kepesertaan bersifat wajib. Agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga
dapat terlindungi. Penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
f. Dana Amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana
titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik – baiknya demi
kepentingan peserta.
g. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar – besar kepentingan peserta.
8
1. Kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh Menteri
Sosial setelah berkoordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan lembaga
terkait.
2. Hasil pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dilakukan oleh
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik
(BPS) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri Sosial untuk dijadikan data
terpadu.
3. Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dirinci menurut
provinsi dan kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi penentuan jumlah
nasional PBI Jaminan Kesehatan
4. Menteri Kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan
Kesehatan sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS
Kesehatan.
Untuk tahun 2014, peserta PBI JKN berjumlah 86,4 juta jiwa yang
datanya mengacu pada Basis Data Terpadu (BDT) hasil Pendataan Program
Perlindungan Sosial (PPLS) yang dilaksanakan pada tahun 2011 oleh BPS
dan dikelola oleh Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K).
Namun demikian, mengingat sifat data kepesertaan yang dinamis,
dimana terjadi kematian, bayi baru lahir, pindah alamat, atau peserta adalah
PNS, maka Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 149 tahun
2013 yang memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk
mengusulkan peserta pengganti yang jumlahnya sama dengan jumlah peserta
yang diganti. Adapun peserta yang dapat diganti adalah mereka yang sudah
meninggal, merupakan PNS/TNI/POLRI, pensiunan PNS/TNI/POLRI, tidak
diketahui keberadaannya, atau peserta memiliki jaminan kesehatan lainnya.
Disamping itu, sifat dinamis kepesertaan ini juga menyangkut perpindahan
tingkat kesejahteraan peserta, sehingga banyak peserta yang dulu terdaftar
sebagai peserta Jamkesmas saat ini tidak lagi masuk ke dalam BDT.
b. Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI)
Yang dimaksud dengan Peserta Non PBI dalam JKN adalah setiap
orang yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang
9
membayar iurannya secara sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan.
Peserta Non PBI JKN terdiri dari :
1. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang
bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain
Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara,
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan
Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap
orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di
luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya
3. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang
tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara
lain Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis
kemerdekaan, dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan
pekerja penerima upah
10
a. Bayi baru lahir dari peserta PBI secara otomatis dijamin oleh BPJS
Kesehatan. Bayi tersebut dicatat dan dilaporkan kepada BPJS Kesehatan oleh
fasilitas kesehatan untuk kepentingan rekonsiliasi data PBI
b. Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak ke-3 (tiga) dari peserta pekerja
penerima upah secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan
c. Bayi baru lahir dari:
Ya. Kartu peserta Jamkesmas tahun 2013 masih berlaku saat berobat ke
fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
7. Bagaimana Status Peserta Jamkesmas Lama yang tidak masuk kedalam Daftar
Peserta PBIJKN?
11
Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 6A disebutkan
bahwa ‘Penduduk yang belum termasuk sebagai Peserta Jaminan Kesehatan dapat
diikutsertakan dalam program Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan oleh
pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota’. Pada pasal
16 lebih lanjut dijelaskan bahwa iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI
Jaminan Kesehatan dibayar oleh Pemerintah. Sedangkan iuran Jaminan
Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah dibayar oleh
Pemerintah Daerah.
1) Administrasi pelayanan
2) Pelayanan promotif dan preventif
3) Pemeriksaan, pengobatan & konsultasi medis
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7) Pemeriksaan penunjang diagnostik lab Tk. I
8) Rawat Inap Tk. I sesuai dengan Indikasi Medis
a) Administrasi pelayanan
b) Pemeriksaan, pengobatan & konsultasi spesialistik
12
c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e) Pelayanan alat kesehatan implant
f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi
medis
g) Rehabilitasi medis
h) Pelayanan darah
i) Pelayanan kedokteran forensik
j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
13
pemeriksaan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yakni Rumah Sakit yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada FKTP tempat
peserta terdaftar, kecuali berada di luar wilayah FKTP tempat peserta terdaftar
atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis.
Hanya pasien dalam kondisi Gawat Darurat yang dapat langsung dilayani
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan.
1) www.bpjs-kesehatan.go.id
2) DIP elektronik
Melalui pihak ketiga -> channel Bank (Bank Mandiri, Bank BNI
dan Bank BRI), PT POS, dll
12. Apakah ada biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta PBIJKN?
Pada prinsipnya tidak ada biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta PBI
JKN sepanjang mengikuti prosedur dan obat – obatan yang diresepkan oleh
dokter masuk ke dalam daftar Formularium Nasional
14
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan N. 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional pasal 29 dijelaskan
mengenai Pelayanan Ambulan. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Pelayanan
Ambulan merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan kondisi
tertentu untuk menjaga kestabilan kondisi pasien dan hanya dijamin bila rujukan
dilakukan pada fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS.
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian pelayanan
ambulan dapat dilihat lebih lengkap pada Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.
14. Bagaimana pelayanan untuk peserta diwilayah yang tidak tersedia fasilitas
kesehatan?
Dalam buku Manual Pelaksanaan BPJS Kesehatan yang dimaksud
dengan daerah tidak tersedia Faskes memenuhi syarat adalah sebuah kecamatan
yang tidak terdapat Puskesmas, Dokter, Bidan atau Perawat. Penentuan daerah
tersebut ditetapkan oleh dinas kesehatan setempat atas pertimbangan BPJS
Kesehatan dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan.
Apabila peserta tinggal di daerah tersebut, maka BPJS Kesehatan wajib
memberikan kompensasi. Kompensasi untuk daerah yang belum tersedia fasilitas
kesehatan yang memenuhi syarat diberikan dalam bentuk:
15
16. Apakah ada nomor kontak untuk bertanyaa tau mengadukan keluhan?
Informasi mengenai JKN dapat pula diketahui secara lebih lengkap di:
1. http://www.jkn.kemkes.go.id
2. http://bpjs-kesehatan.go.id
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
2. Latar Belakang dan Tujuan JKN yaitu Kesehatan adalah hak dasar setiap
orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
5. Jika bayi baru lahir dari keluarga Peserta PBIJKN maka berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan, disebutkan pada pasal 11 ayat 1b
6. Apakah Kartu Peserta Jamkesmas 2013 Masih berlaku?
Ya. Kartu peserta Jamkesmas tahun 2013 masih berlaku saat berobat
ke fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
17
Jaminan Sosial Kesehatan (dahulu PT Askes Persero) di kantor cabang
terdekat atau secara online (http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-17-
pendaftaranpeserta.html).
11. Apakah ada biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta PBIJKN?
Pada prinsipnya tidak ada biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta PBI
JKN sepanjang mengikuti prosedur dan obat – obatan yang diresepkan oleh
dokter masuk ke dalam daftar Formularium Nasional
18
14. Apakah Pemerintah Daerah tetap diperbolehkan mengelola Jamkesda ? Masih
diperbolehkan.
15. Apakah ada nomor kontak untuk bertanya atau mengadukan keluhan?
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Edberg M., Buku Ajar Kesehatan Masyarakat : Teori Sosial dan Perilaku, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2007.
Kementerian Kesehatan RI, Buku Saku FAK BPJS Kesehatan, Sekretariat Jenderal,
Jakarta 2013.
Kementerian Kesehatan RI, Panduan Manajemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menuju Kabupaten/ Kota Sehat, Direktorat Jenderal Binkesmas, Jakarta 2010.
http://www.jkn.kemkes.go.id
https://www.cermati.com/artikel/jkn-apa-bedanya-dengan-bpjs-kesehatan
20