Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI....................................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.......................................................................... 4
2.1 Sejarah BPJS Kesehatan .................................................................................. 4
2.2 Visi BJPS Kesehatan......................................................................................... 6
2.3 Misi BPJS Kesehatan ........................................................................................ 6
BAB III............................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 10
BAB IV ............................................................................................................................. 91
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 91
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 91
4.2 Saran ................................................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi :

“Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis”.

Prinsip dasar pembangunan kesehatan hakekatnya adalah nilai pokok

sebagai landasan utama untuk berfikir dan bertindak dalam pembangunan

kesehatan.Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

mempunyai hak yang sama dalam memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya,

tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonominya.

Kenyataannya, sistem kesehatan di Indonesia telah dibangun atas dasar

sistem superkapitalis, berobat di rumah sakit milik pemerintah sekalipun seorang

rakyat bisa jatuh miskin atau mati tanpa memperoleh penanganan yang berarti.

Sebelum Jaminan Kesehatan Nasionalberfungsi penuh, rakyat tidak terlindungi

dari jatuh miskin atau mati sekalipun.

Ditegaskan dalam Pasal 28 ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) UUD 1945

“Jaminan sosial merupakan hak setiap warga negara” dan “Negara

1
2

mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan kurang mampu”. Pemerintah

berupaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dengan menyelenggarakan

program jaminan sosial terutama untuk tujuan terjaminnya hak kesehatan

orang miskin atau kurang mampu.

Pada tahun 2004, dikeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-undang tersebut

mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS). Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

memerdekakan rakyat dari beban finansial ketika sakit, tetapi seluruh rakyat

yang cukup mampu wajib membayar ketika sehat. Sesuai dengan Pasal 23A

UUD 1945 “ Pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan UU”, maka

Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mewajibkan semua

yang berpenghasilan membayar iuran untuk kepentingan bersama di masa

depan, terlepas miskin atau tidak miskin. Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh

BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus

Berdasarkan uraian di atas, maka makalah ini akan membahas masalah yang

berjudul “Analisis Kasus BPJS Kesehatan”.


3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumuskan masalah

makalah ini adalah “Bagaimana peranan sistem pengendalian manajemen

dalam menghadapi permasalahan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS)?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari pemabahasan ini yaitu “Untuk

mengetahui bagaimana peranan sistem pengendalian manajemen dalam

menghadapi permasalahan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS)”.
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah BPJS Kesehatan

Jaminan pemeliharaan kesehatan di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak zaman

kolonial Belanda. Dan setelah kemerdekaan, pada tahun 1949, setelah pengakuan

kedaulatan oleh Pemerintah Belanda, upaya untuk menjamin kebutuhan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat, khususnya pegawai negeri sipil beserta keluarga, tetap

dilanjutkan. Prof. G.A. Siwabessy, selaku Menteri Kesehatan yang menjabat pada saat

itu, mengajukan sebuah gagasan untuk perlu segera menyelenggarakan program asuransi

kesehatan semesta (universal health insurance) yang saat itu mulai diterapkan di banyak

negara maju dan tengah berkembang pesat.

Pada saat itu kepesertaannya baru mencakup pegawai negeri sipil beserta anggota

keluarganya saja. Namun Siwabessy yakin suatu hari nanti, klimaks dari pembangunan

derajat kesehatan masyarakat Indonesia akan tercapai melalui suatu sistem yang dapat

menjamin kesehatan seluruh warga bangsa ini.

Pada 1968, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun

1968 dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK)

yang mengatur pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negara dan penerima pensiun

beserta keluarganya.

Selang beberapa waktu kemudian, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 22 dan 23 Tahun 1984. BPDPK pun berubah status dari sebuah badan di

lingkungan Departemen Kesehatan menjadi BUMN, yaitu PERUM HUSADA BHAKTI

4
5

(PHB), yang melayani jaminan kesehatan bagi PNS, pensiunan PNS, veteran, perintis

kemerdekaan, dan anggota keluarganya.

Pada tahun 1992, PHB berubah status menjadi PT Askes (Persero) melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992. PT Askes (Persero) mulai menjangkau karyawan

BUMN melalui program Askes Komersial. Pada Januari 2005, PT Askes (Persero)

dipercaya pemerintah untuk melaksanakan program jaminan kesehatan bagi masyarakat

miskin (PJKMM) yang selanjutnya dikenal menjadi program Askeskin dengan sasaran

peserta masyarakat miskin dan tidak mampu sebanyak 60 juta jiwa yang iurannya

dibayarkan oleh Pemerintah Pusat.

PT Askes (Persero) juga menciptakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

Umum (PJKMU), yang ditujukan bagi masyarakat yang belum tercover oleh Jamkesmas,

Askes Sosial, maupun asuransi swasta. Hingga saat itu, ada lebih dari 200 kabupaten/kota

atau 6,4 juta jiwa yang telah menjadi peserta PJKMU. PJKMU adalah Jaminan Kesehatan

Daerah (Jamkesda) yang pengelolaannya diserahkan kepada PT Askes (Persero).

Langkah menuju cakupan kesehatan semesta pun semakin nyata dengan resmi

beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014, sebagai transformasi dari PT Askes

(Persero). Hal ini berawal pada tahun 2004 saat pemerintah mengeluarkan UU Nomor 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan kemudian pada tahun

2011 pemerintah menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara

program jaminan sosial di bidang kesehatan, sehingga PT Askes (Persero) pun berubah

menjadi BPJS Kesehatan.

Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)

yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, negara hadir di tengah kita untuk
6

memastikan seluruh penduduk Indonesia terlindungi oleh jaminan kesehatan yang

komprehensif, adil, dan merata.

2.2 Visi BJPS Kesehatan

Terwujudnya jaminan kesehatan yang berkualitas tanpa diskriminasi

2.3 Misi BPJS Kesehatan

1. Memberikan layanan terbaik kepada peserta dan masyarakat.

2. Memperluas kepesertaan Program Jaminan Kesehatan mencakup seluruh

penduduk Indonesia.

3. Bersama menjaga kesinambungan finansial Program Jaminan Kesehatan.


BAB III

PEMBAHASAN

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah salah satu program

jaminan kesehatan yang digadang pemerintah sebagai alternatif asuransi

kesehatan bagi masyarakat. keberadaan BPJS di Indonesia adalah transformasi

lembaga yang menggantikan peran PT Askes Indonesia untuk asuransi jaminan

kesehatan menjadi BPJS Kesehatan dan PT Jamsostek sebagai lembaga jaminan

sosial menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Kesehatan sendiri memiliki program yang dinamakan JKN atau

Jaminan Kesehatan Nasional. Sistemnya mengacu pada sistem asuransi, di mana

seluruh masyarakat Indonesia wajib menyisihkan sebagian kecil uangnya untuk

pembayaran iuran jaminan kesehatan di masa depan. Sebagai lembaga

penyelenggara program JKN, BPJS Kesehatan memiliki tanggung jawab langsung

kepada Presiden. Untuk pengawasannya, ditangani langsung oleh DJSN (Dewan

Jaminan Sosial Nasional) dan lembaga pengawas independen dari pihak eksternal

sedangkan secara internal diawasi oleh dewan pengawas satuan pengawas

internal.

Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan selalu

mencatatkan defisit keuangan setiap tahun sejak lembaga tersebut didirikan pada

2014. Angkanya bahkan setiap tahun mengalami peningkatan. Pada 2014, defisit

keuangan yang dialami BPJS Kesehatan hanya mencapai Rp 1,9 triliun.

Kemudian di tahun 2015, melonjak menjadi Rp 9,4 triliun. Lalu turun pada 2016

7
8

menjadi Rp 6,7 triliun dan kembali melonjak menjadi Rp 13,8 triliun pada 2017.

Sementara tahun lalu, defisit BPJS Kesehatan mencapai Rp 9,1 triliun.

Dari penjelasan di atas, diketahui terdapat 4 (empat) akar masalah

penyebab terjadinya defisit pada BPJS, diantaranya adalah :

1. Struktur iuran BPJS masih di bawah perhitungan aktuaria atau underpriced.

Hal tersebut disebabkan karena iuran terlalu kecil dengan manfaat yang

terlalu banyak, maka resikonya terlalu tinggi karena peserta juga banyak.

2. banyaknya Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) dari sektor mandiri atau

informal yang hanya mendaftar pada saat sakit lalu berhenti membayar iuran

setelah mendapatkan layanan kesehatan.

3. tingkat keaktifan peserta mandiri atau informal yang cukup rendah atau hanya

sekitar 54%. Sementara, tingkat utilisasi atau penggunaannya dinilai Sri

Mulyani sangat tinggi.

4. beban pembiayaan BPJS Kesehatan pada penyakit katastropik yang sangat

besar. Tercatat, beban pembiayaan mencapai lebih dari 20% dari total biaya

manfaat.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Permasalahan di atas tidak hanya berasal dari manajemen Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang kurang baik, melainkan juga

disebabkan oleh masyarkat yang kurang mengetahui dan mengerti aturan main

sebagai peserta BPJS sehingga selama 5 (lima) tahun BPJS terus mengalamai

defisit mencapai kurang lebih Rp 9 triliun.

4.2 Saran

Menteri Kesehatan diharapkan dapat memberikan penjelasan bagaimana

menjaga gaya hidup yang baik dan benar kepada masyarakat. Selain itu juga perlu

dilakukan beberapa upaya mendukung keberlanjutan program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN). Upaya tersebut antara lain berupa perbaikan sistem dan

manajemen JKN, penguatan peranan pemerintah daerah, dan penyesuaian iuran

peserta JKN.

Dari sisi perbaikan sistem dan manajemen JKN, perlu dilakukan perbaikan

database peserta, optimalisasi kepesertaan badan usaha, serta perbaikan sistem

pembayaran dan pemanfaatan dana kapitasi. Kemudian di sisi penguatan peranan,

Pemda dinilai perlu memberikan dukungan peningkatan kepesertaan JKN,

pembiayaan JKN, penguatan promotive, preventif, dan supply side. Sementara di

sisi penyesuaian iuran, peserta JKN perlu melakukan proses penyesuaian kenaikan

iuran sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2013/4

https://katadata.co.id/berita/2019/08/21/sri-mulyani-beberkan-empat-penyebab-
defisit-bpjs-keuangan

10

Anda mungkin juga menyukai