Anda di halaman 1dari 4

Pilihan hukum berupa Peleburan

Yang semula tergolong dalam golongan rakyat bukan Indonesia beralih menjadi orang
Indonesia. Tidak terdapat suatu kriteria tertulis yang dapat digunakan untuk menyatakan sudah
terwujudnya suatu peleburan, sehingga yang digunakan adalah praktek sehari-hari.
Berdasarkan praktek tersebut, maka pegangannya adalah:

§ Pemelukan terhadap agama Islam


§ Hidup dalam masyarakat bumiputera
§ Mengikuti kebiasaan hidup masyarakat bumiputera

- Jelasin pilihan hukum


- Jelasin pilihan peleburan
- Telah ngajuin permohonan
- Nanti dikaitin sama UU kewarganegaraannya

Pilihan hukum dalam arti kata lebih luas dapat diartikan sebagai segala perbuatan hukum
yang karena kemauannya sendiri mengakibatkan berlakunya hukum perdata lain daripada yang
lazim dipergunakan oleh orang tersebut menurut peraturan-peraturan, salah satu bentuk dari
pilihan hukum dalam arti luas adalah peleburan (oplossing). Peleburan diatur dalam pasal 163
IS ayat 3. Hal ini dikarenakan peleburan adalah apabila seorang yang semula tergolong dalam
golongan rakyat bukan Indonesia beralih menjadi orang Indonesia. Tidak terdapat suatu kriteria
tertulis yang dapat digunakan untuk menyatakan sudah terwujudnya suatu peleburan, sehingga
yang digunakan adalah praktek sehari-hari. Menurut Soepomo, peleburan adalah “suatu
kenyataan yang nyata dan harus dianggap ada, apabila seorang Eropa atau Timur Asing
memeluk agama Islam, hidup dalam masyarakat Indonesia dan meniru kebiasaan-kebiasaan
hidup orang Indonesia, maka dapat dikatakan orang Eropa tersebut hidup sebagai orang
Indonesia juga”. Namun, semenjak dikeluarkannya Instruksi Presidum Kabinet Nomor
31/U/IN/12/1966, penggolongan penduduk di Indonesia tidak lagi berlaku dan penggolongan
penduduk Indonesia berdasarkan Pasal 131 dan 163 IS dihapus.

Undang-Undang Nomor 31 tahun 1948 tentang Joseph Cornelis De Groot menjadi Warga
Negara Indonesia adalah salah satu bentuk pilihan hukum berupa peleburan. Joseph Cornelis
De Groot mengajukan permohonan untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) kepada
Pengadilan Negeri dari daerah tempat kedudukannya, yaitu Semanggi-Kidul Surakarta pada
tanggal 1 April 1948. Pada saat itu, peraturan mengenai kewarganegaraan yang berlaku adalah
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
Kemudian permohonan tersebut disampaikan oleh Pengadilan Negeri Semanggi-Kidul
Surakarta kepada Menteri Kehakiman dan dikabulkan pada tanggal 30 Oktober 1948.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 31 tahun 1948, maka permohonan


kewarganegaraan Indonesia Joseph Cornelis De Groot telah dikabulkan dan ia akan
memperoleh kewarganegaraan Indonesia tersebut pada waktu ia bersumpah atau berjanji setia
kepada Negara Repulik Indonesia di hadapan Pengadilan Negeri Semanggi-Kidul Surakarta.

Dengan demikian, Joseph Cornelis De Groot telah memenuhi persyaratan naturalisasi yang
diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1946 tentang Warga Negara dan
Penduduk Negara, antara lain telah berumur 21 tahun dan atau telah kawin, telah bertempat
kedudukan atau bertempat kediaman di dalam daerah Negara Indonesia selama 5 tahun
berturut-turut dan cakap berbahasa Indonesia. Sebagai akibat dari naturalisasi, maka Joseph
Cornelis De Groot telah menundukan diri serta memiliki kewajiban dan mendapat hak
sebagaimana seorang warga negara Indonesia.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, terdapat contoh lain dari pilihan hukum
dalam arti luas yaitu peleburan (oplossing). Peleburan diatur dalam pasal 163 IS ayat
3. Hal ini dikarenakan peleburan adalah apabila seorang yang semula tergolong dalam
golongan rakyat bukan Indonesia beralih menjadi orang Indonesia. Tidak terdapat suatu
kriteria tertulis yang dapat digunakan untuk menyatakan sudah terwujudnya suatu
peleburan, sehingga yang digunakan adalah praktek sehari-hari. Menurut Soepomo,
peleburan adalah “suatu kenyataan yang nyata dan harus dianggap ada, apabila seorang
Eropa atau Timur Asing memeluk agama Islam, hidup dalam masyarakat Indonesia dan
meniru kebiasaan-kebiasaan hidup orang Indonesia, maka dapat dikatakan orang Eropa
tersebut hidup sebagai orang Indonesia juga”.

Undang-Undang Nomor 31 tahun 1948 tentang Joseph Cornelis De Groot menjadi


Warga Negara Indonesia adalah salah satu contoh dari peleburan. Joseph Cornelis De
Groot mengajukan permohonan untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) kepada
Pengadilan Negeri dari daerah tempat kedudukannya, yaitu Semanggi-Kidul Surakarta
pada tanggal 1 April 1948. Pada saat itu, peraturan mengenai pewarganegaraan
Indonesia yang berlaku adalah Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1946 tentang
Warga Negara dan Penduduk Negara. Kemudian permohonan tersebut disampaikan
oleh Pengadilan Negeri Surakarta kepada Menteri Kehakiman dan dikabulkan pada
tanggal 30 Oktober 1948.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1946 tentang Warga Negara dan
Penduduk Negara, yang termasuk Warga Negara Indonesia adalah : (a) orang asli dalam
daerah Negara Indonesia; (b) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut diatas
akan tetapi turunan dari seorang dari golongan itu, yang lahir dan bertempat kedudukan
dan kediaman di dalam daerah Negara Indonesia, dan orang bukan turunan dari
golongan termaksud, yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman selama
sedikitnya 5 tahun berturut-turut yang paling akhir di dalam daerah Negara Indonesia,
yang telah berumur 21 tahun, atau telah kawin, kecuali jika ia menyatakan keberatan
menjadi Warga Negara Indonesia karena ia adalah warga negara Negeri lain; (c) orang
yang mendapat kewargaan Negara Indonesia dengan cara naturalisasi; (d) anak yang
sah, disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh bapanya, yang pada waktu lahirnya
bapanya mempunyai kewargaan Negara Indonesia; (e) anak yang lahir dalam 300 hari
setalah bapanya, yang mempunyai kewargaan Negara Indonesia, meninggal dunia; (f)
anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah, yang pada waktu lahirnya
ibunya mempunyai kewargaan Negara Indonesia; (g) anak yang diangkat dengan cara
yang sah oleh seorang Warga Negara Indonesia; (h) anak yang lahir di dalam daerah
Negara Indonesia, yang oleh bapanya ataupun oleh ibunya tidak diakui dengan cara
yang sah; (I) anak yang lahir di dalam daerah Negara Indonesia, yang tidak diketahui
siapa orang tuanya atau kewarganegaraan orang tuanya.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 1946 tentang Warga
Negara dan Penduduk Negara, orang yang mendapat kewargaan Negara Indonesia
dengan cara naturalisasi, memperoleh kewargaan tersebut dengan diberlakukannya
undang-undang yang memberikan naturalisasi tersebut, selanjutnya untuk dapat
melakukan naturalisasi, perlu dipenuhi beberapa persyaratan sebagimana diatur dalam
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk
Negara, antara lain telah berumur 21 tahun dan atau telah kawin, telah bertempat
kedudukan atau bertempat kediaman di dalam daerah Negara Indonesia selama 5 tahun
berturut-turut dan cakap berbahasa Indonesia.

Selanjutnya, mengacu pada ketetapan Pengadilan Negeri Surakarta No.


3/1948/Naturalisasi, tanggal 2 Juni 1948, Joseph Cornelis De Groot telah memenuhi
persyaratan naturalisasi yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 tahun
1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara sebagaimana telah diuraikan diatas.

Kemudian, dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 31 tahun 1948, maka


permohonan kewarganegaraan Indonesia Joseph Cornelis De Groot telah dikabulkan
dan ia akan memperoleh kewarganegaraan Indonesia tersebut pada waktu ia bersumpah
atau berjanji setia kepada Negara Republik Indonesia di hadapan Pengadilan Negeri
Surakarta. Sebagai akibat dari naturalisasi, maka Joseph Cornelis De Groot merupakan
Warga Negara Indonesia sesuai Pasal 1 huruf C Undang-Undang Nomor 31 tahun 1948.
Selain itu, Joseph Cornelis De Groot menundukan diri serta memiliki kewajiban dan
mendapat hak sebagaimana seorang warga negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai