i
PARTNERSHIP
STRATEGI PARTNERSHIP BAGI TENAGA KESEHATAN
Penerbit:
Unimus Press
Pasal 72 :
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PARTNERSHIP
STRATEGI PARTNERSHIP BAGI TENAGA KESEHATAN
Penulis :
Tri Ismu Pujiyanto
Edy Wuryanto
Arief Shofyan Baidhowy
Editor:
Edy Wuryanto
Arief Shofyan Baidhowy
Design Cover:
Arief Shofyan Baidhowy
ii
Diperlukan adaptasi baru misalnya pada masyarakat awam yang
sebelumnya tidak mengetahui tentang BPJS Kesehatan. Sama halnya yang
terjadi di daerah Kendal. Dengan berbagai macam lapisan masyarakat yang
ada di dalamnya,tidak semua orang mengetahui tentang program ini. Adapun
yang sama sekali tidak tau tentang BPJS Kesehatan. Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebelumnya menggunakan Askes, sedangkan yang bukan PNS kadang
tidak memiliki asuransi kesehatan. Banyak orang sakit harus membayar mahal
ketika berobat dikarenakan tidak memiliki asuransi maupun jaminan kesehatan
(Putri, 2014).
Dari data diatas menunjukkan bahwa Indonesia mengalami berbagai
perkembangan terkait jaminan sosial yang selalu diperbaiki sistem dan
mekanismenya untuk menuju pada penyempurnaan. Sesuai tujuan program,
masyarakat menengah ke bawah juga dapat memanfaatkannya secara bijak
Sebagai bentuk kerja sama dengan pemerintah, rumah sakit menerima
pasien dengan pemegang kartu BPJS Kesehatan. Bagi pasien pemegang
kartu ini mendapatkan keringanan biaya sebagai bentuk bantuan dari
pemerintah. Adapun kendala teknis yang sering kali terjadi. Misalnya pada
pasien yang baru membuat kartu BPJS Kesehatan yaitu persyaratan yang
belum dapat dilampirkan, seperti pas foto dan persyaratan lain sebagainya
yang harus segera diberikan kepada pihak rumah sakit. Kendala kecil demikian
tentunya berdampak pada pelayanan sebuah rumah sakit tersebut. Hal ini
dikarenakan ketidaktahuan pasien maupun keluarga pasien sehingga tidak
adanya persiapan dalam mengurus dan mendaftar sebagai pemegang kartu
BPJS.
Hal-hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi tentang BPJS
Kesehatan mengakibatkan kendala-kendalayang menghambat program BPJS
Kesehatan. Adapun kendala lain berasal dari pihak rumah sakit yang belum
siap untuk bekerja sama dengan pemerintah, dikarenakan belum tersedianya
sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit untuk mendukung program
pemerintah tersebut.
iii
Kemitraan merupakan hubungan atau jalinan kerjasama dimana masing-
masing orang yang memiliki keahlian berbeda bekerja bersama menjadi satu
kelompok/tim. Dalam pandangan manajemen, kerjasama dimaknai dengan
istilah collaboration (Surya, 2008). Makna ini sering digunakan dalam
terminologi manajemen pemberdayaan staf yaitu kerjasama antara manajer
dengan staf dalam mengelola organisasi. Rumah sakit merupakan organisasi,
dimana tidak ada organisasi tanpa kerjasama, sehingga dalam pengelolaan
rumah sakit dibutuhkan kerjasama yang baik dari para pemangku kepentingan
agar tujuan rumah sakit dapat tercapai.
iv
DAFTAR ISI
A. Jaminan Kesehatan Nasional ............................................................... 1
1. Pengertian ........................................................................................................ 1
2. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional .......................................................... 3
3. Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional ................................................ 3
4. Mekanisme Penyelenggaraan ........................................................................ 5
iv
A. Jaminan Kesehatan Nasional
1. Pengertian
Di dalam Naskah Akademik UU Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) tahun 2004 disebutkan bahwa Program Jaminan Kesehatan
Nasional, disingkat Program JKN, adalah suatu program pemerintah dan
masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang
menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat
hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(UU SJSN) tidak menetapkan definisi atau pengertian JKN dalam salah
satu ayat atau pasalnya. Dengan merangkai beberapa pasal dan ayat yang
mengatur tentang program jaminan sosial, manfaat, tujuan dan
tatalaksananya, dapat dirumuskan pengertian Program Jaminan
Kesehatan Nasional sebagai berikut:
a. “Program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan
serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan
nasional secara bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk
Indonesia dengan membayar iuran berkala atau iurannya dibayari oleh
pemerintah kepada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan.
b. Universal Health Coverage merupakan cakupan kesehatan tidak hanya
ditentukan oleh biaya langsung pelayanan kesehatan kepada pasien,
tetapi mekanisme pembiayaan yang digunakan untuk membayar itu.Hal
ini dapat mencakup pengguna biaya atau pembiayaan publik progresif,
misalnya dari pajak khusus untuk pembiayaankesehatan, dll.
c. Universal Health Coverage (UHC) adalah jaminan kesehatan semua
penduduk. Hal ini merupakan sebuah konsep yang dicanangkan
pemerintah agar seluruh penduduk dapat merasakan dan
memanfaatkan secara bijak bantuan kesehatan dari pemerintah.
Sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan kesehatannya
dengan baik.
Universal Health Coverage meliputi beberapa hal diantaranya:
a. Akses layanan yang diperlukan berkualitas baik.
Terdiri dari pencegahan, promosi, pengobatan, rehabilitasi, dan
perawatan paliatif.
1
b. Perlindungan finansial
Tidak ada yang menghadapi kesulitan keuangan atau pemiskinan
untuk membayar layanan yang dibutuhkan.
c. Keadilan (Semua orang, universal).
Menurut WHO (World Health Organization) 2010, terdapat Tiga Dimensi
Universal Coverage sebagai berikut :
Gambar 1.1 Tiga Dimensi Universal Health Coverage
Dari tiga dimensi universal health coverage tersebut terdapat tiga kunci yaitu
:
a. Luas ( Breadth ) : mengacu pada proporsi penduduk yang tercakup.
b. Tinggi ( Height ) : mengacu pada proporsi biaya kesehatan yang
dibayarkan oleh dana yang terkumpul sebagai lawan melalui
pembayaran langsung OOP (Out of Pocket).
c. Kedalaman ( Depth ) : mengacu pada paket bantuan dari layanan yang
meliputi pembiayaan yang dikumpulkan (serta definisi layanan dapat
diperluas untuk mencakup penyediaan intervensi kesehatan
masyarakat)
2
2. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu
manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis
meliputi akomodasi dan ambulans Ambulans hanya diberikan untuk pasien
rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan
oleh BPJS Kesehatan.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:
a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit
penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan
perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri
Pertusis Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.
c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar,
vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan
alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari
risiko penyakit tertentu.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif,
masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi: a. Tidak sesuai prosedur;
b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS;
c. Pelayanan bertujuan kosmetik; d. General checkup, pengobatan
alternatif; e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan
impotensi; f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan g. Pasien
bunuh diri /penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri
sendiri/ bunuh diri/narkoba.
3
Menurut Kemenkes RI (2014) Jaminan Kesehatan Nasional
mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
diataranya:
a. Prinsip kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip
dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar
dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti
peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu,
peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi,
dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena
kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa
pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong- royong
jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
b. Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit
oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-
besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari
masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya,
akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.
c. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektivitas.
Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil
pengembangannya.
d. Prinsip portabilitas.
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk
memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun
mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi
peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat
4
wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di
sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi
peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
4. Mekanisme Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Program JKN menurut Putri ( 2014),
mengintegrasikan fungsi pembiayaan pelayanan kesehatan dan fungsi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi pelayanan kesehatan
perorangan. Ilustrasi mekanisme penyelenggaraan JKN diuraikan di
bawah ini.
a. Fungsi pembiayaan
5
b. Fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi Peserta JKN
dilaksanakan oleh Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan, serta
Pemerintah. Fungsi ini mencakup seleksi fasilitas kesehatan,
penyediaan jaringan fasilitas kesehatan, pemberian pelayanan
kesehatan secara terstandarisasi, terstruktur, berjenjang, dan
terintegrasi.
Kemitraan (Partnership)
6
b. Aktivitas, menunjukkan bahwa kerja sama tersebut terjadi karena
adanya aktivitas yang dikehendaki bersama, sebagai alat untuk
mencapai tujuan dan ini membutuhkan strategi (bisnis/usaha).
c. Tujuan/target, merupakan aspek yang menjadi sasaran dari kerjasama
usaha tersebut, biasanya adalah keuntungan baik secara financial
maupun nonfinansial yang dirasakan atau diterima oleh kedua pihak.
d. Jangka waktu tertentu, menunjukkan bahwa kerja sama tersebut
dibatasi oleh waktu, artinya ada kesepakan kedua pihak kapan
kerjasama itu berakhir. Dalam hal ini, tentu saja setelah tujuan atau
target yang dikehendaki telah tercapai. (Jonsdottir et al., 2004)
7
f. Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang
terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga
dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik.
Waddock (1988) melihat manfaat kerjasama, antara lain dibedakan atas:
a. Manfaat produktivitas
Produktivitas adalah suatu model ekonomi yang diperolah dari
membagi output dengan input. Produktivitas = output : input. Dengan
formulasi di atas dan sesuai dengan rumus 1 + 1 > 2 sebelumnya, maka
produktivitas dikatakan meningkat bila dengan input yang tetap
diperoleh output yang semakin besar Selain itu, produktivitas yang
tinggi dapat diperoleh dengan cara mengurangi penggunaan input
(dengan syarat tidak mengurangi kualitas), sehingga dengan output
yang tetap dengan penggunaan input yang sedikit menunjukkan
adanya peningkatan produktivitas.
b. Manfaat efisiensi
Manfaat efisiensi dapat diartikan sebagai dicapainya cara kerja yang
hemat, tidak terjadi pemborosan, dan menunjukkan keadaan
menguntungkan, baik dilihat dari segi waktu, tenaga maupun biaya.
Ini dapat dicapai karena dalam kerja sama mengikat pihak-pihak yang
bekerja sama untuk mentaati segala kesepakatan, serta terjadi
spesialisasi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki masing-masing.
c. Manfaat jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.
Sebagai akibat adanya manfaat produktivitas dan efisiensi, maka
dengan kerja sama akan dicapai pula manfaat kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas. Dengan adanya penggabungan dua potensi dan kekuatan
untuk menutupi kelemahan dari masing-masing pihak yang bekerja
sama (bermitra), maka akan dihasilkan tingkat produktivitas yang tinggi
dan efisiensi serta efektivitas. Produktivitas menunjukkan manfaat
kuantitas dan efisiensi serta efektivitas menunjukkan manfaat kualitas.
Dengan kualitas dan kuantitas yang dapat diterima oleh pasar, maka
akan dapat menjamin kontinuitas usaha.
d. Manfaat dalam risiko
8
Sebagaimana diuraikan pada kegiatan belajar 1, Kerja sama pada
intinya menunjukkan adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih
yang saling menguntungkan dan kedua pihak memberi kontribusi atau
peran yang sesuai dengan kekuatan dan potensi masing-masing pihak,
sehingga keuntungan atau kerugian yang dicapai atau diderita kedua
pihak bersifat proporsional, artinya sesuai dengan peran dan kekuatan
masing-masing. Hal ini menggambarkan bahwa dalam kerja sama, ada
rasa senasib sepenanggungan antara pihak yang bermitra. Dalam hal
ini risiko yang dihadapi termasuk resiko menderita kerugian dalam
pengelolaan usaha ditanggung bersama antara pihak yang bermitra,
sehingga resiko yang ditanggung masing-masing pihak menjadi
berkurang
9
a. Pembagian kerja yang jelas dan sesuai. Ada prinsip untuk hal ini yaitu
the right man on the right place
b. Bergantung kepada gaya kepemimpinan yang diterapkan
c. Kepemimpin paternalis dan otoriter cenderung memaksa anggota
kelompok memberikan hasi yang nyata sesuai dengan target.
d. Kepemimpin laissez-faire tidak memberikan arahan, sehingga akan
membuang waktu yang banyak karena pola kerja dan tujuan yang tidak
jelas. Pemimpin yang demokratis mampu memotivasi para anggota
agar menghasilkan yang terbaik
e. Komunikasi timbal balik diantara anggota kelompok maupun antara
anggota kelompok dengan pimpinannya
10
pasangan sebagai yang akan malekukan kerjasama. Setiap pasangan
yang akan melakukan partnership harus memiliki pandangan sama dalam
niat, motivasi, tujuan dan hasil. Hal tersebut sangat penting untuk
menggunakan proses yang bekerja menuju mutualitas dalam kemitraan.
Mutualitas menjamin bahwa masing-masing pasangan akan berpartisipasi
dalam kemitraan dengan rasa kepemilikan dan pemahaman tentang mitra
lainnya. Setelah keputusan dibuat untuk memulai kemitraan, proses berikut
yaitu:
a. Melakukan tukar wawasan, kebutuhan, tantangan, dan
kepentingan
b. Mengembangkan bahasa yang umum untuk kemitraan
c. Menetapkan proses umpan balik
d. Mengembangkan ekspektasi yang jelas, indikator kemajuan dan
keberhasilan secara bertahap
e. Mengartikulasikan risiko dan menggambarkan poin ketika terjaadi
perselisihan
f. Saling mengingat cara untuk berbagi sumber daya
11
DAFTAR PUSTAKA
Frenz P, Vega J, 2010. Universal health coverage with equity: what we know, don’t
know and need to know. In Background Paper for the Global Symposium on
Health Systems Research, 16–19 November 2010 - Montreux, Switzerland:
HSR Symposium;.
Frenz P, Delgado I, Kaufman JS, Harper S, 2013: Achieving effective universal
health coverage with equity: evidence from Chile. Health Policy Plan,
2013:1–15
Gwatkin DR, Ergo A, 2011: Universal health coverage: friend or foe of health
equity? Lancet, 377:2160–2161
Kemenkes RI (2014), Buku Pegangan Sosialisasi; Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
Putri, 2014, Paham JKN Jaminan Kesehatan Nasional, Friedrich-Ebert-Stiftung;
Jakarta.
Rodney, 2014. Achieving equity within universal health coverage: a narrative
review of progress and resources for measuring success ; l International
Journal for Equity in Health, 13:72
TNP2K, 2014. Perjalanan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); Jakarta.
WHO, 2013: The World Health Report 2013: Research for Universal Health
Coverage. Geneva: WHO;
WHO, 2010. Making fair choices on the path to universal health coverage;
Switzerland
12
PARTNERSHIP
Strategi Partnership bagi Tenaga Kesehatan
Unimus Press @2021
Jl. Kedungmundu Raya No. 18, Tembalang
Semarang, Jawa Tengah
024 - 76740294