Anda di halaman 1dari 8

PERUBAHAN ATURAN PENGUNJUNG YANG MENYEBABKAN KONFLIK DI

ARTHUR COFFEE & EATERY, CILANDAK.

Nama: Rika Imelda Apridia


Nim: 201841042
Kelas: Komunikasi Kelompok (B)
Dosen: Bapak Novalia Agung Wardjito Ardhoyo, ST. M. Ikom.
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Fakultas Ilmu Komunikasi 2021/2022




PERUBAHAN ATURAN PENGUNJUNG YANG MENYEBABKAN KONFLIK DI ARTHUR


COFFEE & EATERY, CILANDAK.
Oleh: Rika Imelda Apridia
Dosen: Novalia Agung Wardjito Ardhoyo, ST. M. Ikom.
rikaapridiaa@gmail.com
UniversitasProf. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta.

A. PENDAHULUAN

Dalam 2 tahun terakhir, dunia berada dalam masa terpuruk akibat Covid-19, seluruh aktivitas
kerumunan sementara harus berhenti sehingga aspek-aspek kehidupan baik ekonomi,sosial,politik,
dan yang lainnya harus dilakukan melalui daring atau jarak jauh. Pandemi covid-19 berdampak
sangat besar bagi kehidupan, terutama kehidupan setelah pandemi covid-19 ini. Segala sektor
kehidupan masyarakat hancur tak lepas dari sektor ekonomi, bagi bisnis-bisnis yang tidak bergerak
secara online maka mereka terdampar besar karena semakin kalah dalam persaingan. Maka
terjadilah pengurangan karyawan dan beberapa orang harus kehilangan pekerjaan karena adanya
pandemi ini.

Walaupun kondisi berangsur-angsur membaik pada saat ini, namun tak bisa dipungkiri adanya
Culture Shock dengan adanya pemberlakuan aturan-aturan baru semenjak pertama kali
diberlakukannya New Normal di Indonesia. Aturan-aturan ini diberlakukan ditiap-tiap ruang publik
sebagai upaya preventif penyebaran virus covid-19 di Indonesia. Seperti contohnya, dalam
kendaraan umum hanya menampung 50% penumpang dari biasanya karena aturan menjaga jarak
antar penumpang, contoh lain adanya pemberlakuan cek suhu dan scan barcode Peduli Lindungi di
Mall maupun tempat makan seperti Restoran dan Coffeeshop. Aturan-aturan yang ada pun terus
disosialisasikan pemerintah lewat media massa agar informasi bisa diterima kesetiap lapisan
masyarakat. Aturan-aturan yang diperketat ini pula lama-lama melonggar namun walaupun telah
diperketat masih saja terdapat pelanggaran akibat dari perubahan yang cepat.

Culture Shock terhadap aturan-aturan baru ini juga bisa menimbulkan konflik, misalnya
pemberlakuan scan barcode lewat Peduli Lindungi hanya dapat dilakukan bagi masyarakat yang
telah vaksin minimal 1 kali, maka bagi individu yang belum vaksin tidak bisa masuk ke ruang
publik yang memberlakukan Peduli Lindungi sebagai salah satu aturannya, orang tersebut bisa
melakukan kecurangan dengan menggunakan NIK orang lain di aplikasi nya ataupun terpaksa harus
pulang. Contoh lain bisa didapati dengan masyarakat yang menggunakan masker tak sesuai
ketentuan, misalnya hanya dipakai untuk menutupi dagu, pemerintah sampai mengeluarkan aturan
jenis masker yang dirasa lebih ampuh melindungi dari virus dan mensosialisasikan cara penggunaan
yang benar. Konflik yang ada pun adalah wujud dari rasa tidak nyaman, karena belum terbiasa.
Seiring waktu, masyarakat pun mulai terbiasa dengan adanya aturan-aturan baru sehingga konflik-
konflik yang ada pun bisa diminimalisir sejalan dengan bertambahnya kesadaran masyarakat untuk
mengikuti protokol kesehatan sesuai arahan pemerintah dan WHO untuk memerangi covid-19 di
Indonesia agar bisa hidup normal seperti sedia kala.

PENGERTIAN KONFLIK

Menurut De Dreu dan Gelfand (2008) yang menyatakan“con ict as a process that begins when
anindividual or group perceives differences and opposition between itself and another individual or
group about interests and resources, beliefs, values, or practices that matter to”. Dari definisi
tersebut tampak konflik merupakan proses yang timbul ketika individu atau kelompok mempersepsi
terjadinya perbedaan atau oposisi antara dirinya dengan individu atau kelompok lain mengenai
minat dan sumber daya, keyakinan, nilai atau paktik-praktik lainnya.

Adapun pendapat Kondalkar (2007) menyatakan konflik sebagai “as a disagreement between two
or more individuals or groups, with each individual or group trying to gain acceptance of its views
or objective over others”. Dari pendapat ini Kondalkar melihat bahawa konflik merupakan
ketidaksetujuan antara dua atau lebih individu atau kelompok yang mana masing- masing individu
atau kelompok tersebut mencoba untuk bisa diterima pandangannya atau tujuannya oleh individu
atau kelompok yang lain.

Sehingga menurut pendapat kedua ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan
benturan antara individu ataupun kelompok karena perbedaan pandangan,pendapat, maupun
keyakinan dan tiap-tiap individu atau kelompok tersebut berusaha untuk mempertahankan ide dan
tujuan mereka masing-masing.

Menurut Fajar (2016:9) bagi ilmu komunikasi, kemunculan konflik akan mempengaruhi proses
komunikasi bagi setiap orang yang terlibat konflik. Hal ini dibuktikan dengan adanya pemahaman
dan cara komunikasi pada pihak yang berseteru. Kondisi itu terjadi karena konflik membawa
informasi baru yang bisa mengarahkan individu, yang terlibat konflik, kepada kondisi baru yang
mengubah sikap,cara pandang, dan cara komunikasi mereka kepada orang lain.

PEMICU KONFLIK

Dilansir dari Merdeka.com faktor penyebab konflik atau akar-akar pertentangan suatu konflik
(Soerjono Soekanto, 2006: 91-92), ialah:

1. Perbedaan antara individu, tiap individu memiliki sudut pandang dan perasaan yang berbeda
yang bisa melahirkan benturan akibat perbedaan tersebut.
2. Perbedaan kebudayaan, latar belakang pembentukan kepribadian seseorang dipengaruhi atas
pola pola dalam kebudayaan tertentu.
3. Perbedaan kepentingan, jelas sekali konflik hadir karena perbedaan kepentingan, baik dari
segi ekonomi,politik,sosial,budaya,ideologi dan lainnya.
4. Perubahan sosial, perubahan sosial yang terjadi dalam kurun waktu cepat dan sifatnya
sementara mampu mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan dikemudia hari
akan memunculkan golongan-golongan yang memiliki prinsip yang berbeda.

fl

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PERUBAHAN ATURAN DI COFFEE SHOP

Dikutip dari Detik.com pada awal new normal, pemberlakuan aturan bagi Restoran,Mall dan
Coffeeshop kurang lebih sama. Pembatasan pengunjung maksimal 40% dengan penerapan protokol
kesehatan yang ketat.
Pelayan, pramusaji, dan barista dalam melayani pengunjung di coffee shop harus negative covid
dilihat dari hasil tes Rapid/PCR, menggunakan masker dan sarung tangan ketika membuat makanan
atau minuman agar terjaga kesterilan. Mereka juga harus di screening awal mengenai suhu tubuh
untuk memastikan apakah suhu normal atau tidak.

Pengunjung pun wajib mengenakan masker kecuali makan dan minum, melalui tahap screening saat
masuk kafe dan menjaga jarak saat antre maupun ketika duduk di kursi dan meja yang telah
disediakan.
Kebersihan lokasi juga harus diperhatikan dengan penyemprotan disinfektan secara berkala di
meja,kursi bahkan toilet hingga ke tempat pembuangan sampah dan tempat parkir.

Namun, pembatasan pengujung mulai ditingkatkan menjadi 50% dan jam operasional maksimal
hingga jam 21.00 WIB dilansir dari kompas.com.

PERUBAHAN ATURAN PENGUNJUNG YANG MENYEBABKAN KONFLIK DI ARTHUR


COFFEE & EATERY, CILANDAK.

Pemberlakuan peraturan baru di Arthur Coffee & Eatery, Cilandak seperti, diwajibkannya
penggunaan masker bagi pengunjung yang juga dipatuhi barista kecuali ketika makan dan minum,
lalu adanya jarak antar pengunjung ditiap tempat duduk, menghimbau untuk menjaga kebersihan
tangan dan yang terakhir adalah penggunaan hand sanitizer yang disediakan pula oleh pihak Arthur
Coffee & Eatery agar tiap individu lebih menjaga kebersihan tangan.

Berdasarkan wawancara pada 20 November 2021, dengan Reyhan Siagian selaku barista di Arthur,
ia mengatakan bahwa pada masa diberlakukannya PPKM Arthur sendiri tidak menutup usaha coffee
ini. Tetapi aturan baru untuk pengunjung seperti penggunaan masker, jarak tiap individu, dan
penyediaan hand sanitizer memang telah diberlakukan semenjak awal ditemukannya kasus Covid-
19 pada bulan Maret 2020. Tujuan pemberlakuan aturan ini pun adalah sebagai upaya membantu
pemerintah dalam menanggulangi covid-19 agar bisa meminimalisir penularan.

Sosialisasi yang mereka lakukan pun dipusatkan melalui media sosial dalam platform Instagram
khususnya dalam memberikan informasi jam operasional yang lebih cepat tutup ketika pandemi.
Walaupun telah lama diberlakukan, ternyata masih saja ada pengunjung yang melanggar dengan
tidak membatasi jarak antar individu dengan dalih “kan kita teman”. Pelanggaran lain pun
dilakukan dengan tidak menggunakan masker padahal tidak sedang makan atau minum.
Pelanggaran ini sering didapati barista, dan paling sering terjadi di bagian outdoor.

Langkah efektif yang ditempuh barista untuk menyelesaikan konflik ini yaitu, menegur maksimal
dua kali, apabila setelah ditegur hingga kedua kalinya pengunjung tersebut masih tidak
menghiraukan teguran barista maka pihak manajemen akan turun tangan.



Berdasarkan observasi, pada tanggal 16 Desember hanya terdapat 1 orang yang menjaga dan
melayani pelanggan Arthur, karena diberlakukannya sistem shift. Sehingga wawancara ini
narasumber masih dengan profesi barista bernama Zefanya, ia mengatakan bahwa aturan yang
dibuat merupakan hasil anjuran pemerintah yang juga diberlakukan di Restoran, Mall dan Coffee
Shop lain sehingga ia selalu mengharapkan pengunjung taat terhadap protokol kesehatan yang telah
disosialisasikan oleh Arthur maupun pemerintah demi menjaga keamanan diri dan orang lain dari
persebaran Covid-19. Pelanggaran pun ia katakan paling sering ditemui oleh barista karena interaksi
yang dilakukan oleh pelanggan kebanyakan adalah interaksi dengan barista Arthur. Lalu hal yang
akan dilakukan barista apabila menemukan pelanggaran adalah menegur, teguran yang dilakukan
dengan mengingatkan kembali kepada pelanggan yg melanggar tersebut untuk menjaga jarak, dan
memakai masker Kembali setelah makan dan minum. Upaya lain selain menegur adalah dengan
melakukan negosiasi.

Negosiasi adalah jalan tengah yang mereka tempuh untuk menyelesaikan konflik, misalnya
seseorang melepas masker nya saat tidak dalam keadaan makan atau minum, dengan kata lain ia
merokok maka barista akan menegur dan menegosiasikan kesepakatan untuk menghabiskan satu
batang rokok tersebut dan segera mengenakan masker kembali ketika mengobrol dengan teman nya.
Teguran yang disampaikan juga berupa peringatan dan edukasi tentang penggunaan masker yang
merupakan sebuah usaha menjaga diri dari covid-19.

Barista akan memantau apakah tegurannya digubris atau tidak, apabila tetap melanggar maka akan
ditegur kedua kali nya. Apabila masih melanggar untuk kedua kalinya maka pihak barista akan
melapor ke owner.

Sehingga dapat disimpulkan cara barista merespon adanya pelanggaran adalah dengan teguran dan
melakukan negoisasi supaya konflik juga bisa diselesaikan dengan baik. Penginformasian dan
pengedukasian mengenai aturan-aturan yang berlaku juga tak hanya dilakukan via media sosial tapi
juga ketika dalam Arthur sendiri para pegawai terus mengingatkan untuk selalu menjaga protokol
Kesehatan.

Selain melakukan wawancara dengan Barista, dilakukan juga terhadap salah satu pengunjung untuk
melihat sudut pandangnya terhadap pemberlakuan aturan baru di Arthur Coffee & Eatery. Salah satu
pengujung yang diwawancara pada 9 Desember 2021 bernama, Raditya Dhanes, ia menuturkan
aturan-aturan ini diketahuinya karena telah adanya anjuran pemerintah terhadap tempat makan
untuk mengadakan aturan-aturan seperti memakai masker, pembatasan jarak, mencuci tangan dan
sebagainya. Ia juga mengatakan aturan yang ada di scale Up diketahuinya karena kunjungannya
pada saat 9 Desember bukan yang pertama kalinya ia mengunjungi Arthur setelah pandemi, ia juga
menyetujui pemberlakuan aturan baru dikarenakan demi kepentingan bersama. Menanggapi
pertanyaan mengenai apa yang akan ia lakukan saat melihat orang yang melanggar aturan, ia
mengatakan ia tidak mau terlalu ikut campur urusan orang lain, dan sebisa mungkin menjaga diri
dengan lebih mengetatkan protokol kesehatan apabila menemui oknum-oknum pelanggar aturan.
KAITAN DENGAN KOMUNIKASI KELOMPOK DAN TEORI KOMUNIKASI YANG
DIGUNAKAN BERDASARKAN KASUS DI ATAS

Komunikasi kelompok menurut Michael Burgoon (1978:224) mendefinisi komunikasi kelompok,


“komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan
tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang
mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota- anggota yang lain secara
tepat”. Yang mana pendefinisian ini sesuai dengan keadaan di Arthur dimana individu-individu
berada dalam suatu tempat yang sama dan melakukan interaksi guna mencapai tujuan tertentu.

Keberhasilan komunikasi kelompok menurut Wiryanto (2004:48) disebabkan atas keterbukaan


anggota menanggapi anggota, dengan senang hati menerima informasi, kemauan anggota
merasakan apa yang dirasakan anggota lain, situasi kelompok yang mendukung komunikasi
berlangsung efektif, perasaan positif terhadap diri anggota lain, dorongan agar anggota lain
berpartisipasi, dan kesetaraan, yakni bahwa semua anggota kelompok memiliki gagasan penting
untuk disumbangkan.

Hal ini sesuai dengan kasus diatas dimana, apabila semua orang yang berada di lingkungan Arthur
untuk mematuhi aturan, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sebagaimana bentuk
rasa kemauan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain ditempat tersebut dan sebagai bentuk
kesetaraan karena semua nya wajib mematuhi. Pelanggaran-pelanggaran yang ada akan menjadi
sebuah bukti ketidakberhasilan komunikasi kelompok karena mereka tidak berpartisipasi, tidak
dengan senag hati menerima informasi mengenai protokol kesehatan yang telah ada. Tetapi
peneguran-peneguran baik oleh barista maupun pelanggan yang taat protokol kesehatan juga
menjadi bukti bahwa adanya dorongan dari suatu individu kepada individu lain untuk berpartisipasi
menjalankan protokol kesehatan dan penyamarataan hak dan kewajiban pihak-pihak yang berada di
Arthur.

Teori komunikasi yang terjadi ialah teori pertukaran sosial, interaksi manusia melibatkan pertukaran
barang dan jasa dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami di suatu situasi untuk
mendapatkan respons tiap individu selama interaksi sosial. Jika imbalan tidak cukup atau
merugikan makan interaksi kelompok akan diakhiri atau mereka yang terlibat akan mengubah
perilaku untuk melindungu imbalan yang mereka cari. Daryanto (2014:110)

Teori ini sesuai dengan kasus diatas dikarenakan, interaksi yang terjadi dikarenakan adamya
keinginan atas keuntungan yang timbal balik, dimana pelanggan melakukan interaksi dengan barista
agar mendapatkan makanan/minuman juga dilayani sebaik mungkin dan barista mendapatkan
keuntungan berupa uang yang nantinya akan menjadi gaji nya sebagai hasil dari pelayanan dan
produk yang telah ia jual dan berikan. Teori ini juga berlaku atas interaksi mengenai aturan-aturan
baru setelah pandemic dimana semua pihak yang berada dalam Scale Up menginginkan agar
terhindar dari covid-19 dengan menerapkan protokol Kesehatan yang telah berlaku.

C. PENUTUP

KESIMPULAN

Masa transisi dari kehidupan normal ke kehidupan saat pandemi dan kehidupan setelah pandemi
atau yang sering disebut New Normal, membuat kita menjalani kehidupan dengan aturan-aturan
baru yang timbul karena desakan situasi. Semua lapisan masyarakat dituntut untuk patuh pada
protokol kesehatan terutama yang memiliki aktivitas dan kepentingan di ruang publik.

Hal ini juga dialami bagi Arthur Coffee & Eatery, pemberlakuan aturan baru seperti wajib
menggunakan masker di area Scale Up ang berlaku bagi pengunjung maupun Barista, pembatasan
jarak, memakai handsanitizer dan upaya pencegahan penyebaran covid-19 lainnya. Perubahan sosial
yang cepat ini menimbulkan Culture Shock hingga berujung pada konflik, namun lambat laun
konflik bisa diminimalisir karena adanya rasa saling peduli dengan terus mengingatkan.

Kaitannya dalam komunikasi kelompok ialah sesuai dengan keadaan di Arthur dimana individu-
individu berada dalam suatu tempat yang sama dan melakukan interaksi guna mencapai tujuan-
tertentu.

Dalam kasus tersebut teori yang digunakan adalah pertukaran sosial dimana semua orang
menginginkan win-win solution agar tidak ada kerugian ditiap-tiap individu yang berinteraksi.

SARAN

Mengunjungi Coffeeshop adalah salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan karena saat PPKM
kita diwajibkan diam dirumah dan segala aktivitas harus dijalani melalui daring. Namun, baiknya
apabila memutuskan untuk ke ruang publik seperti Coffeeshop maka bersedia mengikuti aturan-
aturan seperti penggunaan masker, mencuci tangan,menjaga jarak,menjauhi kerumunan,dan aturan
lainnya. Tujuan yang ingin dicapai pun demi kepentingan dan kebaikan bersama maka hal ini pun
adalah tanggung jawab bersama. Maka diharapkan masyarakat untuk tetap patuh pada protokol
kesehatan dan menegur pelanggar protokol kesehatan. Mematuhi aturan yang ada juga termasuk
dalam tanggung jawab bersama,sehingga apabila melihat pelanggaran maka menegur juga tanggung
jawab bersama dan tidak harus pegawai coffeeshop yang menegur pelanggar di tempat tersebut.

Diharapkan pula setiap coffeeshop terus memperketat aturan nya terkait adanya kasus varian covid
“omicron” di Indonesia, agar tidak harus memberlakukan PPKM lagi yang cukup membuat segala
sektor kehidupan menjadi terpuruk.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, D. (2014). Teori komunikasi. PENERBIT GUNUNG SAMUDERA [ GRUP PENERBIT


PT BOOK MART INDONESIA ]. https://www.google.co.id/books/edition/
TEORI_KOMUNIKASI/W0MyDwAAQBAJ ?hl=id&gbpv=0 (E-Book)

Fajar, D. P. (2016). Teori-teori Komunikasi Konflik: Upaya Memahami Memetakan Konflik.


Universitas Brawijaya Press.

https://www.google.co.id/books/edition/Teori_Teori_Komunikasi_Konflik/SFdKDw AAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=komunikasi+konfliks&printsec=frontcover (E-Book)

Kompas Cyber Media. (2021, September 7). Peraturan Selama Perpanjangan PPKM level 3 Di
Jakarta Berdasarkan Instruksi Mendagri. KOMPAS.com. Diakses 14 Desember, 2021, dari https://
megapolitan.kompas.com/read/2021/09/07/09173511/peraturan- selama-perpanjangan-ppkm-
level-3-di-jakarta-berdasarkan

Lararenjana, E. (2020, October 4). Faktor Penyebab Konflik Sosial Dan Latar Belakang Yang
Mendasarinya. merdeka.com. Diakses 14 Desember, 2021, dari https://www.merdeka.com/jatim/
faktor-penyebab-konflik-sosial-dan-latar-belakang- yang-mendasarinya-kln.html

Laucereno, S. F. (2020, May 30). Catat! Ini Aturan Buka Kafe hingga Restoran Di masa new
normal. detikfinance. Diakses 14 Desember, 2021, dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-5034892/catat-ini-aturan-buka- kafe-hingga-restoran-di-masa-new-normal

Tamin, A. (2010, June 2). Konflik kelas. AZWAN TAMIN. Diakses 14 Desember, 2021, dari https://
azwantamin.blogspot.com/2010/06/konflik-kelas.html

Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Grasindo. https://www.google.co.id/books/edition/


Pengantar_Ilmu_Komunikasi/QkBm4nO27r0 C?hl=id&gbpv=0 (E-Book)

Anda mungkin juga menyukai